Uploaded by common.user151331

Konsep dan Studi Kebijakan Publik: Analis Kebijakan

advertisement
KONSEP DAN STUDI KEBIJAKAN PUBLIK
a. Kebijakan JFAK
Jabatan Fungsional Analis Kebijakan adalah sekelompok jabatan yang berisi
fungsi dan tugas berkaitan dengan pelayanan fungsional dan berdasarkan pada keahlian
dan keterampilan tertentu. Selai itu, merupakan jabatan yang mempunyai ruang lingkup
untuk melakukan kegiatan meliputi analisis dan advokasi kebijakan. Sehingga, Pejabat
fungsional analis kebijakan adalah Pegawai Negeri Sipil yang diberikan tugas dan ruang
lingkup untuk melaksanakan analisis dan advokasi kebijakan.
Jabatan Fungsional Analis Kebijakan berkedudukan sebagai pelaksana teknis
dibidang analisis dan advokasi kebijakan pada instansi pemerintah. Berkedudukan
dibawah dan bertanggungjawab secara langsung kepada pejabat fungsional lain yang
memimpin unit organisasi tersebut. Jabatan Fungsional Analis Kebijakan masuk dalam
klasifikasi rumpun manajemen dengan kategori keahlian, serta memiliki jenjang jabatan
a) Analis Kebijakan Ahli Pertama, b)Analis Kebijakan Ahli Muda, c) Analis Kebijakan Ahli
Madya, d) Analis Kebijakan Ahli Utama.
Mekanisme pengangkatan Jabatan Fungsional Analis Kebijakan:
 Pengangkatan Pertama: Pengangkatan untuk mengisi lowongan kebutuhan jabatan
dari Calon PNS
 Promosi: Promosi kedalam atau dari Jabatan Fungsional Analis Kebijakan, kenaikan
jenjang Jabatan Fungsional Analis Kebijakan
 Perpindahan dari Jabatan Lain dilaksanakan bagi: a) pejabat pimpinan tinggi,
administrator,pengawas, dan pelaksana kedalam Jabatan Fungsional Analis
Kebijakan, b) Perpindahan juga dilaksanakan antar jabatan fungsional dalam jenjang
yang setara dengan ketentuan, perpindahan jabatan fungsional jenjang ahli utama
paling tinggi berusia 63 tahun, dan atau perpindahan Jabatan fungsional ahli pertama,
muda, madya paling tinggi 1 tahun sebelum batas usia pensiun jabatan yang diduduki.
Pada pengembangan kompetensi, Analis kebijakan wajib memenuhi standar
kompetensi jabatan yang terdiri atas, kompetensi teknis, manajerial, dan sosio kultural.
Analis kebijakan wajib mengembangkan kompetensi secara berkelanjutan sesuai
dengan pemenuhan minimal standar kompetensi, minat, kebutuhan dalam system
pembelajaran terintegrasi sesuai dengan ketentuan perundang- undangan.
b. Pengarahan Program
Pengambil Keputusan membutuhkan informasi yang berkualitas untuk membuat
kebijakan (menyusun, mengevaluasi, merevisi, mempertahankan, membatalkan).
Kebijakan berkualitas harus didasarkan pada bukti (evidence based policy). Adapun
informasi ilmiah, objektif, actual dan factual dapat diperoleh melalui riset atau analisis.
Analis kebijakan tidak hanya dilakukan pada tahap formulasi kebijakan. Peran analisis
kebijakan muncul disetiap tahap siklus kebijakan:
 Identifikasi masalah penyediaan informasi valid tentang masalah
 Formulasi kebijakan panyusunan altenrnatif untuk penyelesaian masalah
 Implementasi kebijakan penyediaan informasi status pelaksanaan kebijakan dan
permasalahannya
 Evaluasi capaian kebijakan terkait aspek evaluative
Kompetensi dasar analis kebijakan yaitu manajemen diri dan membangun tim. Selain itu
kompetensi lainnya terdiri atas :
1
1. Kemampuan Analisis, dengan kompetensi inti memiliki pengetahuan tentang
substansi kebijakan publik, metode riset, teknik dan analisis kebijakan, kemampuan
menulis dan publikasi, serta pengetahuan tentang bidang pekerjaan. Adapun
kompetensi spesialisnya yaitu penyusunan saran kebijakan.
2. Kemampuan politis dengan kompetensi inti yaitu memahami konteks politik, rgulasi
dan legislasi, komunikasi, membangun jejaring, serta presentasi. Adapun kompetensi
spesialisnya komunikasi publik dan partnership.
Tujuan Jabatan Fungsional Analis Kebijakan adalah memberikan penguatan kompetensi
analis kebijakan yang diangkat melalui proses inpassing dan pengangkatan dari jabatan
lain sehingga mampu melaksanakan tugasnya sebagai analis kebijakan. Adapun
sasarannya yaitu penyesuaian kompetensi analisis kebijakan bagi analis kebijakan yang
diangkat melalui proses inpassing dan pengangkatan dari jabatan lain, khususnya untuk
kompetensi n\inti dan kompetensi keahlian sesuai dengan Perka LAN No.31 Tahun 2014.
c. System Thinking
Menurut Peter M. Senge, sytems thinking adalah cara berpikir/ cara pandang
dengan menggunakan bahasa untuk menggambarkan dan memahami kekuatan dan
keterkaitan yang membentuk suatu perilaku system. Sedangkan menurut Barry
Richmond (1987:1) Systems thinking adalah seni dan ilmu (model mental yang benar)
dalam menyelesaikan permasalahan yang kompleks secara mendasar dan holistik serta
dinamis. Systems thinking merupakan cara pandang menyeluruh dengan memperhatikan
keterkaitan variabel/ komponen (hard dan soft, measurement component, variable) yang
membentuk jaringan sebab akibat dan berinteraksi dalam lingkungan yang kompleks dan
dinamis.
Systems thinking merupakan suatu pendekatan:
1. Sebagai suatu paradigma systems thinking merupakan cara berpikir yang dapat
mendeskripsikan keterkaitan-keterkaitan dinamik dan mempengaruhi perilaku sistem
(dinamik, operasional, yang digambarkan dalam kausalitas tertutup/ keterkaitan
sirkuler (close loop)
2. Memiliki bahasa systems thinking dengan suatu memiliki alat mengubah berpikir dan
dalam / yang atau membicarakan kompleks untuk secara dinamis mengambil ,(dapat
berwujud diagram: Causal Loop Diagram (CLD), Stock and Flow Diagram (SFD),
grafik, semua peristiwa/ variabel dapat digambarkan dengan nyata dengan
menggunakan seperangkat aturan yang tepat
3. Metodologi: Mencakup seperangkat metode, alat dan prinsip-prinsip serta teknologi
pembelajaran yang berorientasi pada systems thinking, untuk mengetahui struktur
perilaku, keterkaitan diantara komponen, dan perubahan bagian-bagian yang
mempengaruhi sistem secara keseluruhan.
Alat yang digunakan dalam pemodelan Systems Thinking yaitu: VENSIM, POWERSIM,
STELLA, dan iTHINK.
Elemen Dasar Model Systems Thinking diantaranya adalah:
Pemilihan Nama Variabel:
a) Gunakan kata benda ketika memilih suatu nama variabel. Hindarkan penggunaan
kata kerja atau frasa tindakan, karena tindakan/aksi akan disampaikan dalam tanda
panah.
b) Gunakan variabel-variabel yang dapat menggambarkan kuantitas yang dapat
berubah terhadap waktu.
2
c) Pilihlah suatu nama variabel yang memiliki konotasi yang lebih positif.
d) Jangan menggunakan suatu lebih dari satu.
Pemilihan Keterkaitan Variabel:
Pikirkan kemungkinan konsekuensi yang tidak diinginkan Terdapat hasil (outcome) yang
diharapkan positif dan ada yang negatif. Tidak setiap rangkaian tindakan dapat terlibat
dalam satu diagram.
3
Download