Document

advertisement
SISTEM OPERASI PADA PONSEL
1.Java
biasanya diterapkan pada jenis yang telah polyponik namun kelas monoponik pun juga
telah tersedia.biasanya terdapat pada handphone tipe lama,namun tipe baru sekalipun saat
ini baisanya juga telah mendukung untuk fitur ini.harga untuk ponsel jenis ini lebih
terjangkau dari pada handphone dengan 2 jenis OS berikut.
2.Symbian
OS yang lebih menarik daripada kelas java.namun OS ini jika dibandingkan dengan kelas
java lebih rentan untuk terkena virus mobilephone.jenis dan tingkatan OS ini juga
berpariasi, ada Symbian 6,7,8 dsb. Dengan adanya OS ini juga akan mudah merusak
ponsel jika ada saja data dari rootnya atau partisi system pada komputer (tempat program
File) yang terhapus terutama bagi pengguna untuk kelas pemula.maka untuk pengguna
OS ini yang masih pemula, jangan suka ngutak atik yang g’ pasti pada jenis OS ini.
Sistem operasi yang banyak digunakan pada ponsel adalah Symbian. Nokia, Sony
ericcson, dan Motorola adalah beberapa merk Handphone yang bergabung dalam Sistem
operasi Symbian. Sistem operasi symbian bukanlah software yang open source secra
penuh karena masih ada ketersediaan API. Sejak awal didirikan, Symbian telah
memimpin dalam perangkat system operasi pada handphone seperti smartphones dan
communicator. Banyak aplikasi yang dapat di gunakan pada system operasi ini. Aplikasi
yang di buat dapat menggunakan bahasa C++, java atau VC++.
Sistem operasi pada symbian pun dibuat dengan menggunakan bahasa pemrograman
C++. Symbian juga memberikan kemampuan untuk berinternet dengan PPP, FTP,
TCP/IP dan dapat juga mentransfer data atau file dengan menggunakan Bluetooth dan
Inframerah. Pembangunan aplikasi pada sistem operasi Symbian menggunakan perangkat
lunak “series 60 SDK for symbian C++” yang disediakan oleh nokia. Perangkat lunak ini
terdiri dari compiler, emulator, dan dokumentasi bahasa Symbian C++. Dapat di
download secara gratis.
Sistem operasi pada symbian mampu melakukan multitasking yaitu, dapat membuka
lebih dari 1 aplikasi sekaligus. Symbian OS v9.2 melakukan pembaharuan pada aplikasi
bluetoothnya. Sedangkan symbian OS v9.3 melakukan penambahan aplikasi yaitu, wi-fi.
Dan akhirnya Symbian mengeluarkan versi terbarunya yaitu, s60v5. Type handphone
yang menggunakan versi terbaru ini adalah nokia 5800xm, n97 dan nokia 5530.
Banyak aplikasi yang dapat di install ke dalam phone. Aplikasi yang di install pada
symbian biasanya berformat .sis atau .sisx. sedangkan untuk java biasanya berformat .jar.
Seringkali banyak aplikasi yang sedang di install tidak bias atau bertuliskan “certificate
error” atau “expired certificate”. Ini di karenakan Handphone masih bersertifikat. Namun,
seiring dengan kecanggihan teknologi, akhirnya symbian dapat di hack. Bahkan symbian
s60v5 adalah versi terbaru nokia dapat di hack juga.
Pada awal mulanya di tahun 1998, symbian merupakan sebuah perusahaan patungan dari
beberapa pemain di dunia ponsel yaitu Psion, Ericsson, Nokia, dan Motorola. Kemudian
pada tahun 1999, Matsushita(Panasonic) bergabung kedalamnya. Pada tahun-tahun
berikutnya banyak para pembuat ponsel yang mulai mengadopsi teknologi symbian.
Tahun 2000, Sony dan Sanyo melisensi Symbian OS, tahun 2001 fujitsu dan siemens
membeli lisensi juga. Tahun 2002 Samsung membeli lisensi, ditahun yang sama pula
Siemens
dan
Sony
Ericsson
menjadi
salah
satu
pemegang
sahamnya.
Samsung menjadi salah satu pemegang saham ditahun 2003. Di tahun 2004, Psion dan
Motorola menjual sahamnya kepada nokia, sekarang Symbian dikuasai sebagian besar
sahamnya oleh Nokia yang merupakan pemimpin didalam penjualan ponsel-ponselnya
diseluruh dunia. Ponsel pertama yang bersistem operasi Symbian OS adalah Ericsson
R380 smartphone yang dikeluarkan tahun 2000. Dilanjutkan dengan dikeluarkannya dan
diumumkannya ponsel-ponsel dengan sistem operasi symbian, seperti Nokia 9210
communicator dan Nokia 7650 di tahun 2001. Dilanjutkan dengan diumumkannya ponsel
P800 buatan Sony ericsson yang mengadopsi symbian versi 7.0 ditahun 2002. Tahun
2003 mulai banyak ponsel-ponsel yang berbasiskan Symbian OS, diantaranya Nokia
3660, Nokia 3620, Nokia N-Gage, Nokia 6600, Nokia 7700, Sendo X, Siemens SX1,
Sony Ericsson P900, BenQ P30, Foma 2102v, dan Motorola A920.
Versi Sistem Operasi Symbian bermula dari dikeluarkannya ponsel Ericsson R380
smartphone yang berbasis Symbian versi 5 yang merupakan versi unicode dari EPOC
versi 5 dari Psion.
Versi pertama yang menerapkan platform terbuka adalah Symbian OS versi 6.0 ditahun
2000 yang dipergunakan untuk ponsel Nokia 9210 dan 9290 Communicator. Kemudian
dilanjutkan dengan versi 6.1 di awal tahun 2001 yang dipergunakan untuk ponsel Series
60 Platform yaitu Nokia 7650 dan 3650 imaging phones.
Symbian OS versi 7.0 dikeluarkan pada tahun 2002 dan dipergunakan untuk ponsel Sony
Ericsson P800 dan P900. Symbian OS versi 7.0s dikeluarkan tahun 2003 untuk ponselponsel Nokia. Berikut merupakan daftar ponsel-ponsel yang berbasiskan sistem operasi
Symbian.
Symbian OS merupakan sebuah sistem operasi untuk ponsel yang dikembangkan serupa
dengan sistem operasi pada sebuah komputer. Sebelumnya, ponsel menggunakan sistem
operasi kelas rendah yang statis. Perkenalan sebuah middleware atau aplikasi
'penghubung' agar sebuah aplikasi dapat berjalan pada ponsel disambut cukup meriah.
Dulu, agar sebuah aplikasi tercipta, produsen software harus bekerja sama dengan
produsen ponsel.
Hal ini bukan sebuah hal yang sulit, tapi ongkos lisensi menjadi cukup besar dan tidak
semua produsen software memiliki dana yang banyak. Java sebagai middleware yang
diperkenalkan pada ponsel, memberikan jawaban yang sangat memuaskan. Dengan
adanya Java, seseorang dapat membuat aplikasi bermodalkan komputer dan sebuah
aplikasi notepad. Sayangnya, kemampuan Java sebagai middleware mengakibatkan
terbatasnya feature hardware ponsel yang dapat diakses oleh sebuah aplikasi berbasis
Java.
Symbian OS memberikan platform sistem yang fleksibel pada ponsel. Kehadiran OS ini
tidak diambil secara langsung oleh dua produsen ponsel yaitu Nokia dan Sony Ericsson.
Nokia mengambil jalur tampilan sederhana sementara Sony Ericsson mengambil jalur
tampilan kompleks. Nokia memodifikasi tampilan Symbian OS dengan sistem bernama
Series 60 dan Sony Ericsson juga memodifkasi tampilan Symbian OS bernama UIQ.
Kedua platform tersebut memiliki kesamaan pemrograman berbasis system logic karena
keduanya menggunakan sistem operasi yang sama. Namun, UIQ menggunakan interface
layar sentuh yang sangat berbeda dengan interface yang dikendalikan oleh joystick pada
Series 60. Hal ini menyebabkan program yang dibuat untuk UIQ tidak kompatibel
dengan program yang dibuat pada platform series 60.
Serupa tapi tak Sama Perdebatan antara efisiensi tampilan user interface Series 60 dan
UIQ 3 akan menjadi hal yang tidak akan berujung. Hal ini disebabkan karena
perbandingan akan bersifat kualitatif. Ada orang yang lebih menghargai kesederhanaan
Series 60, namun ada juga yang menghargai kompleksitas tampilan UIQ 3.
Dari segi tampilan awal, informasi yang berlimpah ruah pada UIQ 3 tentu menjadi
pilihan bagi mereka yang enggan untuk masuk lebih dalam ke fungsi-fungsi organizer
UIQ 3. Dalam kasus ini, UIQ 3 menjadi pilihan yang lebih menarik. Akan tetapi untuk
mereka yang lebih menghargai kerapian tampilan data, Series 60 bisa menjadi pilihan
yang lebih menarik. Hal ini terlihat pada tampilan awal Series 60 yang sederhana dan
tersusun rapi.
Masalah pengalaman bernavigasi pada kedua user interface tersebut pun cukup
mengundang perdebatan yang tampaknya juga tidak akan berujung. Navigasi joystick
empat arah yang umum digunakan pada device Series 60 mudah digunakan dan sangat
fleksibel. Sementara, fungsi jogdial dua arah yang digunakan oleh device-device UIQ3
(Sony Ericsson P990, M600i, W950, P1i) memang terasa aneh ketika digunakan.
Namun ada beberapa fungsi yang menarik. Penggunaan jogdial sebagai sebuah
pengendali pilihan lagu terintegrasi dengan sangat nyaman dan natural dibandingkan
dengan navigasi empat arah pada Series 60. Begitu juga saat membaca dokumen,
melakukan scrolling tentu lebih nyaman, terutama dengan posisi tangan menggenggam.
3.Windows Mobile
biasanya hanya digunakan pada ponsel jenis PDA Phone yang harganya lumayan untuk
kalangan ekonomi menengah kebawah, namun biasanya pengguna HP dengan OS ini
hanya kalangan pebisnis yang ekonominya lumayan.biasanya sebanding dengan harga
1buah laptop, tergantung dari merk dan spesifikasinya.
Teknologi seluler yang berkembang cepat telah menciptakan paradigma baru dalam
berkomunikasi. Belakangan muncul istilah smartphone di mana arti sebuah ponsel pun
menjadi semakin luas, ponsel berevolusi menjadi perangkat pintar yang dapat melakukan
berbagai fungsi tambahan. Menyunting dokumen, memainkan game, berlangganan berita
online hingga mentransfer sejumlah uang kini dapat dilakukan dengan mudah hanya
dengan memanfaatkan sebuah telepon genggam.
Fungsi ponsel yang sudah multiguna itu tentu saja tidak lepas dari peran berbagai pihak
di dalamnya. Tak hanya operator dan vendor yang merupakan pemain utama, peran para
pengembang aplikasi pun menjadi semakin sentral sebab berkat tangan mereka lah
kemampuan ponsel bisa semakin cerdas.
Gayung pun bersambut, semakin banyak fungsi yang bisa dilakukan handphone,
permintaan akan aplikasi pendukungnya pun kian besar. Apple online store yang
merupakan pusat penjualan aplikasi iPhone, sejak peluncuran iPhone 3G dua bulan lalu
telah membukukan penjualan hingga 60 juta aplikasi dengan nilai transaksi sekitar USD 1
juta setiap harinya. Menariknya, keuntungan paling besar justru akan masuk rekening
pihak ketiga sebagai pengembang aplikasi sebab Apple sendiri yang hanya menarik
keuntungan 30% saja.
Bahkan Google yang notabene-nya sebagai raksasa mesin pencari di dunia maya sudah
ancang-ancang dengan rencananya meluncurkan Android, yaitu sebuah sistem operasi
khusus untuk telepon genggam. Tak tanggung-tanggung 33 perusahaan IT kelas dunia
digandeng dalam mega project tersebut.
Bukti pertumbuhan pasar aplikasi handset yang semakin luas itu akhirnya mendorong
profesi sebagai pengembang aplikasi di ranah seluler kian menjanjikan. Masalahnya,
aplikasi seperti apa yang bisa memberikan keuntungan bagi mereka? Yang tak kalah
penting kemana kita akan menjual aplikasi tersebut?
Mana yang Lebih Aman dan Menguntungkan
Seperti halnya konsep distribusi software pada PC, pada ponsel pun setiap aplikasi yang
akan dikembangkan harus merujuk pada suatu sistem operasi (OS) tertentu. Bila di layar
komputer kita mengenal sistem operasi MS Windows dan Linux, di dunia seluler jumlah
sistem operasi pengelola telepon genggam lebih bervariasi lagi, sebut saja Symbian,
Linux, Windows Mobile, Java, Palm, MacOS dan BREW (Binary Runtime Environment
for Wireless).
Di antara sekian OS tersebut, plafform Java merupakan salah satu yang favorit dan telah
banyak diadopsi berbagai merek handset. Sifatnya yang open source membuat Java
mudah dikembangkan tanpa terlalu banyak aturan, pun ketika hendak menjualnya.
Sayang, seperti halnya aplikasi-aplikasi bergenre Symbian dan Windows Mobile yang
sudah dikenal masyrakat luas, aplikasi-aplikasi di bawah Java rawan dari 'pembajakan'
meski sudah dibentengi dengan mensyaratkan verifikasi kata kunci pembelian ketika
akan diinstalkan pada ponsel.
Sementara sistem operasi BREW yang berfokus pada ponsel-ponsel berjaring CDMA
menggunakan sistem distribusi berbeda. Pada solusi BREW aplikasi yang diinstalkan
tidak disimpan pada memori ponsel, di sini aplikasi yang dibeli penggunanya akan
tersimpan pada server milik operator. Dengan model seperti ini aplikasi yang dijual pun
akan lebih terproteksi dari pembajakan sehingga akan memberikan rasa aman dan
kenyamanann bagi pengembangnya.
Bagi pelanggan, konsep di atas akan memberikan keleluasaan ketika hendak membeli dan
menginstalkan aplikasi tanpa perlu khawatir dengan kapasitas memori dan kemampuan
ponsel. Singkatnya, pada BREW ponsel low-end pun dapat menawarkan layanan mewah,
dari men-download ringtone, mengakses e-mail, berlangganan berita, bermain game,
hingga mencari lokasi memanfaatkan sistem navigasi GPS.
Maka tak heran pihak Qualcomm sebagai pemilik dan pengembang BREW masih
menyimpan sejuta optimisme meski OS pesaingnya yang banyak menawarkan fitur
mewah termasuk rencana Android yang akan muncul beberapa minggu kedepan. “Saya
kira Android tidak akan berkompetensi langsung dengan BREW. Menurut saya Android
hanya akan tersedia pada ponsel-ponsel kelas atas, sedangkan BREW bisa digunakan
pada berbagai tipe ponsel tak terkecuali kelas low-end. BREW merupakan aplikasi yang
berbeda,” tutur Paul E Jacobs, CEO Qualcomm, ketika ditanya masa depan BREW jika
OS Android yang diusung Google hadir kelak.
Model Bisnis BREW
Berbeda dengan konsep pemasaran pada aplikasi mobile kebanyakan, aplikasi yang akan
dijual di bawah BREW harus mendapat digital signature terlebih dahulu dari Qualcomm.
Pada kenyataannya hampir semua ponsel yang ber-chipset Qualcomm telah ditanamkan
BREW Software Environtment yang akan mencari status legalitas setiap aplikasi yang
akan diinstal. Bagi pelanggan, dengan adanya digital signature ini akan memberikan
jaminan keandalan pada setiap aplikasi yang dibelinya.
Pada prosesnya, setiap aplikasi BREW yang dikembangkan programer harus terdaftar di
NSTL (http://nstl.com/brew) untuk dilakukan uji TRUE BREW. Setelah aplikasi
dinyatakan lolos uji dan mendapat tandatangan digital selanjutnya aplikasi tersebut akan
dipilih oleh content provider atau operator untuk ditawarkan langsung kepada pelanggan.
Bagi operator BREW Distribution System (BDS) akan menyediakan suatu pasar virtual
untuk pemilihan aplikasi dan melakukan sistem distribusi BREW kepada pelanggan.
Melalui BDS ini operator akan dimudahkan dalam menjual aplikasi kepada pelanggan
kemudian mengoordinasikannya dalam suatu proses pembayaran terpadu.
Sementara besarnya keuntungan dan harga setiap aplikasi yang ditawarkan kepada
pelanggan merupakan hasil kesepakatan antara operator, pengembang, Qualcomm dan
(atau tanpa) content provider. Sedangkan besarnya keuntungan yang terkumpul akan
berlaku ketika pelanggan membayar untuk setiap aplikasi yang dibelinya.
Peluang Bisnis BREW di Indonesia
Sebagus-bagusnya produk akan menjadi mubazir jika tidak ada konsumen yang akan
membelinya. Bagaimana dengan pasar aplikasi BREW? Di Indonesia dengan jumlah
pelanggan CDMA yang sudah mencapai 16 juta menandakan pasar BREW yang begitu
gemuk dan terbuka, apalagi dengan tingkat pertumbuhan yang cukup meyakinkan (57
persen), jumlah calon pelanggan BREW sangatlah potensial.
Di Indonesia layanan BREW baru disediakan Mobile-8 dengan nama b-live yang bisa
dinikmati pada beberapa ponsel bundling kartu Fren dan Hepi seperti ZTE C300, ZTE
C330, Haier C2000 dan yang terbaru Motorola W362. Sejak diluncurkan bulan Desember
tahun lalu jumlah pelanggan b-live mengalami peningkatan yang cukup menggembirakan
dengan rata-rata tingkat pertumbuhan sekitar 30 persen setiap bulannya. Data yang
terhimpun Mobile-8 hingga bulan Agustus 2008, pengguna b-live sudah mencapai
320.000 orang dari total 600.000 ponsel bundling b-live yang tersedia di pasar. Artinya
setengah pemilik ponsel b-live akan atau minimal pernah mencicipi konten yang
disediakan pada b-live.
Menurut Sigit Herprabowo, Departement Head of VAS Commercial-Mobile 8
pencapaian jumlah pelanggan tersebut karena konten pada b-live yang mudah diakses,
harganya bersaing, dan yang terpenting b-live ini bisa diakses oleh berbagai jenis ponsel
sekalipun kelas low-end. “Dengan b-live pengguna kartu Fren dan Hepi hanya perlu
menekan satu tombol saja untuk mengunduh dan menikmati berbagai aplikasi pada blive,” tutur Sigit kepada Sinyal. “Namun inti dari kehadiran b-live adalah untuk
menyediakan fitur mewah pada ponsel murah,” tandasnya.
Dengan jumlah pelanggan Fren dan Hepi yang semakin besar, Sigit menyatakan
keyakinannya akan masa depan b-live. Tidak hanya dengan menyediakan aplikasi yang
semakin menarik, ke depannya pihak Mobile-8 akan menambah kerjasama dengan
beberapa merek ponsel lagi untuk menyediakan handset pendukung BREW. "Apalagi
melihat kecenderungan bisnis seluler di masa depan yang mengarah ke Value Added
Service. Bagi kami b-live merupakan salahsatu senjata ampuh dalam menghadapi
persaingan," tukas Sigit.
Setali tiga tiang dengan Mobile-8, pihak Jatis Mobile yang merupakan penyedia konten
untuk layanan b-live memberikan apresiasi tak kalah bersemangat dalam mendukung
perkembangan BREW di bumi pertiwi. Menurut Ferrij Lumoring-Chief Information
Officer Jatis Mobile, dengan model bisnis pada BREW tidak ada satu pihak pun yang
dirugikan. "Pada BREW aplikasi yang dijual lebih aman, semua pihak untung, kami
sangat bersemangat mendukung BREW apalagi dengan dukungan Qualcomm yang ikut
turun langsung di Indonesia," tandas Ferrij.
Mengembangkan dan Menguji
Untuk memudahkan para programer dalam mengembangkan aplikasi, Qualcomm
menyediakan BREW Software Development Kit (BREW SDK) yang dapat diunduh gratis
di https://brewx.qualcomm.com/brew/sdk/download.jsp. BREW SDK ini menyediakan
materi referensi, panduan pengguna, peranti debugging maupun contoh aplikasi berikut
source code-nya.
Setelah aplikasi berhasil dibuat selanjutnya kita harus melakukan beberapa tahap uji.
Pertama, aplikasi harus diuji pada sebuah simulator dengan menggunakan PC. Simulator
BREW ini bisa didapatkan di Jatis Mobile atau pada lima universitas yang telah menjadi
penyelenggara kompetisi BREW beberapa waktu lalu, yaitu Universitas IndonesiaJakarta, IT Telkom-Bandung, UGM Yogyakarta, ITS Surabaya dan Binus-Jakarta.
Apabila aplikasi sudah lolos uji melalui simulator selanjutnya aplikasi tersebut harus diuji
menggunakan perangkat uji sebenarnya yang dikeluarkan vendor telepon genggam. Saat
ini perangkat uji tersebut sudah tersedia di lima universitas di atas, atau bagi yang tinggal
di Jakarta bisa datang langsung ke kantor Jatis Mobile di kawasan Mampang, jangan lupa
bawa aplikasi ciptaan Anda.
Tahap berikutnya, setelah aplikasi lolos uji pada perangkat Anda dapat mengajukan
pengesahan pada Qualcomm untuk mendapat digital signature. Kali ini tidak gratis, untuk
mendapatkan digital signature Anda harus merogoh kocek sekitar USD 400 untuk paket
verifikasi 100 aplikasi, USD 895 untuk 500 aplikasi, atau USD 1295 untuk 1000 aplikasi.
Sebagai catatan, setiap paket yang dibeli akan berlaku selama satu tahun dan bisa dipakai
dengan cara mencicil selama akun Anda masih berlaku. Seperti sudah dijelaskan di atas,
BREW merupakan aplikasi tertutup dimana untuk mendapat izin dagangnya kita harus
mendapat persetujuan terlebih dahulu dari Qualcomm dalam bentuk digital signature.
Sayang untuk mendapat digital signature ini tidaklah gratis. Bagaimana bila kita tidak
punya cukup dana untuk melakukan digital signature? Selalu ada jalan menuju Roma
bukan?
Bila Anda sudah berhasil membuat aplikasi BREW namun tidak punya cukup uang untuk
mengajukan sertifikasi atau mungkin bingung harus menjual ke mana. Nah, Anda bisa
datang ke Jatis Mobile, di sana selain dapat dilakukan pengujian juga akan dibiayai
semua keperluan untuk mendapatkan digital signature. Setelah didapatkan sertifikasi,
tahap selanjutnya adalah mengomersilkan aplikasi. Lagi-lagi Anda tidak perlu
memikirkan cara menjual dan memasarkan aplikasi, di sini pihak Jatis akan mencarikan
pasar yang cukup potensial untuk aplikasi yang Anda buat. Di Indonesia tujuan pasarnya
tentu saja pada layanan b-live milik Mobile-8. Namun apabila aplikasi cukup layak
dikonsumsi pasar luar negeri maka Jatis pun akan menjualnya dengan operator di negara
tersebut, sebab untuk setiap aplikasi BREW yang sudah mendapat digital signature
berhak dijual pada seluruh operator CDMA di mana pun di seluruh negara. Menarik
bukan? Bagaimana sistem bagi-bagi hasilnya? Karena di sini aplikasi berada di bawah
manajemen Jatis maka dalam prosesnya ada empat pihak yang akan terlibat, yaitu
Qualcomm, operator, pengembang dan tentu saja Jatis Mobile. Sedangkan, besarnya
pembagian keuntungan masih urusan ‘dapur’ yang hanya boleh diketahui keempat pihak
di atas.
Menurut Ferrij Lumoring pada kenyataannya dalam skema bagi keuntungan pihak
pengembang selalu mendapat porsi paling besar. “Sedikitnya pengembang akan
menerima 20 persen dari harga jual, tergantung kualitas aplikasi dan negosiasi saat
kontrak,” jelas Ferrij. Sementara lamanya masa kontrak pihak Jatis biasanya menawarkan
kerja sama selama satu tahun di awal kontrak dan tentu saja bisa perpanjang bila respons
konsumennya masih baik. Tertarik? silahkan kunjungi www.brewtoday.com untuk
mendapat panduan lengkap mengenai BREW.
Download