dampak teknologi - Blog UMY Community

advertisement
MAKALAH
DAMPAK TEKNOLOGI INFORMASI DAN KOMUNIKASI DALAM
BIDANG PENDIDIKAN
Diajuakan untuk memenuhi salah satu tugas
Pada mata kuliah konsep teknologi
Eneng Nurhidayah (1003186)
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
BANDUNG
2010
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Perkembangan teknologi sekarang ini telah banyak menunjukkan kemajuan yang
luar biasa. Banyak hal dari sektor kehidupan yang telah menggunakan keberadaan
dari teknologi itu sendiri. Kehadirannya telah memberikan dampak yang cukup
besar terhadap kehidupan umat manusia dalam berbagai aspek dan dimensi.
Demikian halnya dengan teknologi komunikasi yang merupakan peralatan
perangkat keras dalam struktur organisasi yang mengandung nilai sosial yang
memungkinkan individu untuk mengumpulkan, memproses dan saling tukar
informasi (menurut Rogers,1986). Keadaan yang demikian, dimana sebuah
teknologi mampu merubah sesuatu yang belum tentu dapat dilakukan menjadi
sebuah kenyataan. Misalnya, kalau dahulu orang tidak dapat berbicara dengan
orang lain yang berada di suatu tempat yang berjarak jauh, maka setelah
adanya telepon orang dapat berbicara tanpa batas dan jarak waktu. Dari sinilah,
semula dengan ditemukannya berbagai perangkat sederhana, mulai dari telepon,
yang berbasis analog, maju dan berkembang terus hingga muncul berbagai
perangkat elektronik lainnya. Hingga akhirnya teknologi ini berintegrasi satu
dengan lainnya. Teknologi komunikasi yang telah ada merupakan sebuah jawaban
dari adanya perkembangan zaman. Hal ini terjadi karena semakin berkembang
maju sebuah peradaban manusia maka teknologi pun akan terus mengalami
perkembangan untuk menyelaraskan pola peradaban itu sendiri.
Istilah teknologi informasi mulai populer di akhir tahun 70-an. Pada masa
sebelumnya istilah teknologi informasi biasa disebut teknologi komputer atau
pengolahan data elektronis (electronic data processing). Teknologi informasi
didefinisikan sebagai teknologi pengolahan dan penyebaran data menggunakan
perangkat keras (hardware) dan perangkat lunak (software), komputer,
komunikasi, dan elektronik digital. Teknologi Informasi dan Komunikasi
merupakan elemen penting dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Peranan
teknologi informasi pada aktivitas manusia pada saat ini memang begitu besar.
Teknologi informasi telah menjadi fasilitas utama bagi kegiatan berbagai sektor
kehidupan dimana memberikan andil besar terhadap perubahan – perubahan yang
mendasar pada struktur operasi dan manajemen organisasi, pendidikan,
transportasi, kesehatan dan penelitian. Oleh karena itu sangatlah penting
peningkatan kemampuan sumber daya manusia (SDM) TIK, mulai dari
keterampilan dan pengetahuan, perencanaan, pengoperasian, perawatan dan
pengawasan, serta peningkatan kemampuan TIK para pimpinan di lembaga
pemerintahan, pendidikan, perusahaan, UKM (usaha kecil menengah) dan LSM.
Sehingga pada akhirnya akan dihasilkan output yang sangat bermanfaat baik bagi
manusia sebagai individu itu sendiri maupun bagi semua sektor kehidupan.
1.2 Rumusan Masalah
1.
Apa yang dimaksud teknologi informasi dan komunikasi?
2.
Apa implikasi IT dan internet?
3.
Bagaimana teknologi informasi dan komunikasi di bidang pendidikan?
4.
Apa dampak yang ditimbulkan dibidang pendidikan?
1.3 Tujuan
Adapun rumusan masalah yang dapat diambil dari pembahasan ini adalah:
1.
Menguraikan apa yang dimaksud dengan teknologi informasi dan komunikasi
2.
Memaparkan implikasi IT dan internet
3. Memaparkan bagaimana teknologi informasi dan komunikasi di bidang
pendidikan
4.
Memaparkan dampak yang ditimbulkan dibidang pendidikan
1.4 Sistematika Penulisan Makalah
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
1.2 Rumusan Masalah
1.3 Tujuan
1.4 Sistematika Penulisan
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Pengertian teknologi informasi dan komunikasi?
2.2 Implikasi IT dan internet?
2.3 Teknologi informasi dan komunikasi di bidang pendidikan?
2.4 Dampak yang ditimbulkan dibidang pendidikan?
BAB III KESIMPULAN
DAFTAR PUSTAKA
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengetian Teknologi Informasi dan Komunikasi
Ditinjau dari susunan katanya, teknologi informasi dan komunikasi tersusun dari 3
(tiga) kata yang masing-masing memiliki arti sendiri. Kata pertama, teknologi,
berarti pengembangan dan aplikasi dari alat, mesin, material dan proses yang
menolong manusia menyelesaikan masalahnya. Istilah teknologi sering
menggambarkan penemuan alat-alat baru yang menggunakan prinsip dan proses
penemuan saintifik. Kata kedua dan ketiga, yakni informasi dan komunikasi, erat
kaitannya dengan data. Informasi berarti hasil pemrosesan, manipulasi dan
pengorganisasian sekelompok data yang memberi nilai pengetahuan (knowledge)
bagi penggunanya. Komunikasi adalah suatu proses penyampaian informasi
(pesan, ide, gagasan) dari satu pihak kepada pihak lain agar terjadi hubungan
saling mempengaruhi di antara keduanya. Pada umumnya, komunikasi dilakukan
dengan menggunakan kata-kata (lisan) yang dapat dimengerti oleh kedua belah
pihak. Apabila tidak ada bahasa verbal yang dapat dimengerti oleh keduanya,
komunikasi masih dapat dilakukan secara non verbal menggunakan gerak-gerik
badan atau menunjukkan sikap tertentu, misalnya tersenyum, menggelengkan
kepala, atau mengangkat bahu.
Banyak pendapat yang mendefinisikan teknologi informasi dan komunikasi
dengan bahasa yang berbeda-beda. Australian National Training Authority
(ANTA) mendefinisikan teknologi informasi sebagai pengembangan teknologi
dan aplikasi dari komputer dan teknologi berbasis komunikasi untuk memproses,
menyajikan, mengelola data, dan informasi. Definisi ini mencakup pembuatan
hardware dan komponen komputer, pengembangan software komputer dan
berbagai jasa yang berhubungan dengan komputer, bersama-sama dengan
perlengkapan komunikasi serta pembuatan komponen dan jasanya. Menurut
Oxford English Dictionary edisi ke-2, definisi teknologi informasi adalah
perangkat keras (hardware) dan perangkat lunak (software), termasuk di dalamnya
jaringan dan telekomunikasi yang biasanya termasuk dalam konteks bisnis atau
usaha. Istilah teknologi informasi menjadi bagian dari kegiatan usaha yang
memanfaatkan perangkat elektronik komputer.
2.2 Perkembangan Teknologi Komunikasi
Saat ini kebutuhan akan teknologi, baik itu teknologi informasi maupun
telekomunikasi sangat tinggi dari mulai golongan menengah kebawah dan
golongan menengah ke atas. Semua individu sangat membutuhkan teknologi
untuk mempercepat perkembangan atau meningkatkan pembangunan baik
pembangunan individu maupun kelompok. Perkembangan teknologi yang saat ini
sangat cepat adalah teknologi komunikasi, yang menghadirkan beragam pilihan
bentuk teknologi dan kecanggihannya. Perkembangan komunikasi itu sendiri
sebenarnya sejalan dengan kehidupan serta keberadaan dari manusia itu sendiri.
Ada empat titik penentu yang utama dalam sejarah komunikasi manusia. Menurut
Nordenstreng dan Varis (1973) adalah:
1. Perolehan (aquisition) bahasa yaitu pada saat yang sama dengan lahirnya
manusia.
2. pengembangan seni tulisan berdampingan dengan komunikasi yang
berdasarkan pada bicara. reproduksi kata-kata tertulis (written words) dengan
menggunakan alt pencetak, sehingga
3. memungkinkan terwujudnya komunikasi massa yang sebenarnya.
4. munculnya komunikasi elektronik, mulai dari telegraf, telepon, radio, Televisi,
sampai dengan satelit.
(dikutip dari Teknologi Komunikasi dalam Perspektif Latar Belakang &
Perkembangannya, Zulkarimein Nasution. 1989: hal 15). Sedangkan menurut
Alvin Toffler terdapat tiga peradaban dalam perkembangan dari teknologi itu
sendiri yakni, zaman pertanian, zaman industri dan yang terakhir zaman
informasi (dikutip dari Teknologi Komunikasi dalam Perspektif Latar Belakang &
Perkembangannya, Zulkarimein Nasution.1989: hal 2).
Sebelumnya sekedar menengok kembali, bahwa sebenarnya teknologi komunikasi
itu sendiri telah muncul semenjak Zaman Pra-Sejarah. Dimana pada waktu itu
orang sudah mampu menggunakan bentuk komunikasi. Akan tetapi bentuknya,
masih sangat sederhana. Misalnya bentuk-bentuk sebatas gerakan alat tubuh,
gambar-gambar sebagai bahasa, bunyi-bunyian dari tulang dan sebagainya. Akan
tetapi meskipun demikian, hal tersebut telah dianggap sebagai sebuah bentuk
komunikasi yang sesuai pada saat itu. Perkembangan selanjutnya telah sedikit
mengalami kemajuan yang selangkah lebih baik lagi, misalnya bentuk komunikasi
dalam huruf pictograf yang digunakan oleh bangsa Sumeria, Hierogliph oleh
bangsa Mesir Kuno. Pada masa itu kedua jenis huruf ini juga sering digunakan
ketika raja memberikan peraturan semacam tata tertib bagi masyarakatnya yang di
pasang di tengah-tengah kota dimana bentuknya seperti bangunan tugu, yang
dikenal sebagai UU berbentuk tugu peringatan. Kemajuan dari teknologi
komunikasi dirasakan lebih baik lagi setelah ditemukannya kertas oleh Bangsa
Cina yang terbuat dari serat daun Papyrus. Perkembangan ini bahkan sampai
sekarang ini masih digunakan dan sangat dirasakan manfaatnya bagi umat
manusia. Misalnya kertas digunakan dalam mencetak koran atau surat kabar,
majalah, buku dan lain sebagainya.
Selanjutnya semakin berkembangnya pengetahuan manusia, maka teknologi
komunikasi semakin menjadi lebih baik. Berawal dengan ditemukannya mesin
uap oleh James Watt yang merupakan terbukanya masa Revolusi Industri,
menimbulkan berbagai dampak yang memicu munculnya teknologi-teknologi
lain. Satu langkah yang merupakan sungguh luar biasa, dimana penemuan satu hal
menyebabkan munculnya berbagai hal lain. Penemuan telepon yang ditemukan
pada tahun 1876,
merupakan perkembangan teknologi komunikasi dengan menggunakan penerapan
konsep analog. Hal
tersebut berlangsung sampai sekitar tahun 1960-an. Dan setelah itu baru mengarah
pada konsep digital.
Kemudian perkembangan selanjutnya yakni ditemukannya faximile yang
merupakan pemanfaatan komunikasi dengan memeberikan data yang mampu
dilewatkan melalui media telepon. Demikian halnya dengan perkembangan
komputer. Komputer pertama yang diperkenalkan adalah ENIAC II. Digunakan
pada tahun 1946, setelah perang dunia kedua. Komputer ini merupakan sebuah
rangkaian elektronika lampu tabung yang mempunyai berat sebesar 20
ton.(dikutip dari
http://artikel.total.or.id/artikel.php?id=1186&judul=Perkembangan%20Tekn
ologi%20Digital, jack Febrian). Dengan adanya komputer inilah awal dari
teknologi komunikasi dalam konteks digital kemudian berkembang dengan pesat.
Era digital itu sendiri terjadi setelah satelit ditemukan dan di aktifkan.berbagai
macam penemuan yang telah ada sedikit banyak mengubah corak kehidupan dari
masyarakat itu sendiri.
2.2 Implikasi IT dan internet Pendidikan
Sejarah IT dan Internet tidak dapat dilepaskan dari bidang pendidikan. Internet di
Amerika mulai tumbuh dari lingkungan akademis (NSFNET), seperti diceritakan
dalam buku “Nerds 2.0.1”. Demikian pula Internet di Indonesia mulai tumbuh
dilingkungan akademis (di UI dan ITB), meskipun cerita yang seru justru muncul
di bidang bisnis. Mungkin perlu diperbanyak cerita tentang manfaat Internet bagi
bidang pendidikan. Adanya Internet membuka sumber informasi yang tadinya
susah diakses. Akses terhadap sumber informasi bukan menjadi malasah lagi.
Perpustakaan merupakan salah satu sumber informasi yang mahal harganya.
(Berapa banyak perpustakaan di Indonesia, dan bagaimana kualitasnya?.) Adanya
Internet memungkinkan seseorang di Indonesia untuk mengakses perpustakaan di
Amerika Serikat. Mekanisme akses perpustakaan dapat dilakukan dengan
menggunakan program khusus (biasanya menggunakan standar Z39.50, seperti
WAIS5), aplikasi telnet (seperti pada aplikasi hytelnet6) atau melalui web browser
(Netscape dan Internet Explorer). Sudah banyak cerita tentang pertolongan
Internet dalam penelitian, tugas akhir. Tukar menukar informasi atau tanya jawab
dengan pakar dapat dilakukan melalui Internet. Tanpa adanya Internet banyak
tugas akhir dan thesis yang mungkin membutuhkan waktu yang lebih banyak
untuk diselesaikan. Kerjasama antar pakar dan juga dengan mahasiswa yang
letaknya berjauhan secara fisik dapat dilakukan dengan lebih mudah. Dahulu,
seseorang harus berkelana atau berjalan jauh untuk menemui seorang pakar untuk
mendiskusikan sebuah masalah. Saat ini hal ini dapat dilakukan dari rumah
dengan mengirimkan email. Makalah dan penelitian dapat dilakukan dengan
saling tukar menukar data melalui Internet, via email, ataupun dengan
menggunakan mekanisme file sharring. Bayangkan apabila seorang mahasiswa di
Irian dapat berdiskusi masalah kedokteran dengan seoran pakar di universitas
terkemuka di pulau Jawa. Mahasiswa dimanapun di Indonesia dapat mengakses
pakar atau dosen yang terbaik di Indonesia dan bahkan di dunia. Batasan geografis
bukan menjadi masalah lagi. Sharring information juga sangat dibutuhkan dalam
bidang penelitian agar penelitian tidak berulang (reinvent the wheel). Hasil-hasil
penelitian di perguruan tinggi dan lembaga penelitian dapat digunakan bersamasama sehingga mempercepat proses pengembangan ilmu dan teknologi.
Distance learning dan virtual university merupakan sebuah aplikasi baru bagi
Internet. Bahkan tak kurang pakar ekonomi Peter Drucker mengatakan bahwa
“Triggered by the Internet, continuing adult education may wll become our
greatest growth industry”. (Lihat artikel majalah Forbes 15 Mei 2000.) Virtual
university memiliki karakteristik yang scalable, yaitu dapat menyediakan
pendidikan yang diakses oleh orang banyak. Jika pendidikan hanya dilakukan
dalam kelas biasa, berapa jumlah orang yang dapat ikut serta dalam satu kelas?
Jumlah peserta mungkin hanya dapat diisi 50 orang. Virtual university dapat
diakses oleh siapa saja, darimana saja. Bagi Indonesia, manfaat-manfaat yang
disebutkan di atas sudah dapat menjadi alasan yang kuat untuk menjadikan
Internet sebagai infrastruktur bidang pendidikan. Untuk merangkumkan manfaat
Internet bagi bidang pendidikan di Indonesia.
2.3 Teknologi Komunikasi di Bidang Pendidikan
Dari sekian banyak penemuan-penemuan baru yang ternyata sangat memberikan
dampak luas bagi sebuah peradaban umat manusia di dalam berbagai cangkupan
bidang kehidupan, salah satunya bidang pendidikan. Perkembangan teknologi dan
komunikasi dalam bidang pendidikan,
Perkembangan teknologi dan komunikasi dalam bidang pendidikan, Menurut
Rosenberg (2001), dengan berkembangnya ini ada lima pergeseran dalam proses
pembelajaran yaitu: (1) dari pelatihan ke penampilan, (2) dari ruang kelas ke
tempat di mana dan kapan saja, (3) dari kertas ke “on line” atau saluran, (4)
fasilitas fisik ke fasilitas jaringan kerja, (5) dari waktu siklus ke waktu
nyata.(dikutip dari http://puskom.man3malang.com/index.php?option=com_conte
nt&task=view&id=21&Itemid=26, Prof. Dr. H. Mohamad Surya).
bahwa pergeseran proses pembelajaran yang mengalami perubahan dari kertas ke
“On-Line” ini untuk saat ini telah dapat dirasakan maupun dilihat keberadaannya
ketika sebuah instansi pendidikan menerapkan sistem komputerisasi. Banyak hal
serta manfaat dari keberadaannya itu. Semisal ketika segala kegiatan yang
berbasic pendidikan dapat diakses secara mudah lewat sebuah jaringan komputer
ataupun jaringan internet yang tentunya hal tersebut berkat adanya satelit yang
dioperasikan, maka siswa, mahasiswa, guru, dosen ataupun seluruh warga dalam
lingkup pendidikan tersebut mampu memperoleh segala informasi yang ingin
didapatkan.
Misalnya yang paling mutakhir adalah berkembangnya “Cyber Teaching” atau
pengajaran maya, yaitu proses pengajaran yang dilakukan dengan menggunakan
media internet. Istilah lain yang poluper saat ini ialah e-learning yaitu sebuah
model pembelajaran dengan menggunakan media teknologi komunikasi (internet).
Menurut Rosenberg (2001; 28), e-learning merupakan satu penggunaan teknologi
internet dalam penyampaian pembelajaran dalam jangkauan luas dengan
landasan berdasarkan tiga kriteria diantaranya yaitu :
(1) E-learning merupakan jaringan dengan kemampuan untuk memperbaharui,
menyimpan, mendistribusi dan membagi materi atau informasi,
(2) Pengiriman sampai ke pengguna terakhir melalui komputer dengan
menggunakan teknologi internet yang standar,
(3) Memfokuskan pada pandangan yang paling luas tentang pembelajaran di
balik paradigma pembelajaran tradisional. Saat ini e-learning telah berkembang
dalam berbagai model pembelajaran yang berbasis TIK seperti: CBT (Computer
Based Training), CBI (Computer Based Instruction), Distance Learning, Distance
Education, CLE (Cybernetic Learning Environment), Desktop Videoconferencing
dan sebagainya. (dikutip dari http
://puskom.man3malang.com/index.php?option=com_conte
t&task=view&id=21&Itemid=26, Prof. Dr. H. Mohamad Surya).
Istilah lain yang lebih popular dari perkembangan teknologi komunikasi ini yaitu
sistem virtual. Dalam hal ini, kegiatan yang menyangkut komunitas virtual dapat
dianggap sebuah hal yang lebih banyak digunakan dalam lingkungan akademis.
Ini tentu dapat mempermudah tingkat keefektifan dari sebuah sistem
pembelajaran, dimana siswa atau mahasiswa dapat mengakses materi-materi
pendidikan secara lebih detail tanpa lewat interaksi secara langsung (face to face)
dengan guru, tentor ataupun dosen yang bersangkutan. Untuk sekarang ini, banyak
contoh lain yang seperti di atas akan tetapi di luar lingkup sekolah ataupun
kampus, misalnya ada lembaga pendidikan semacam kursus atau bimbinganbimbingan belajar dengan menggunakan media komputer (internet) dalam
mengakses materi-materinya maupun ujian serta tesnya lewat internet. Tentunya
hal ini merupakan langkah yang maju dalam konteks pendidikan. Selain
perkembangan teknologi komunikasi dalam dunia pendidikan telah menjamah
lingkup sistem pembelajaran dalam bidang akademis, sebenarnya juga telah
merambah pada aspek lain (meskipun masih dalam lingkup pendidikan). Misalnya
dengan adanya komputer, telepon, internet, mesin fotocopy dan segala perangkat
dari sebuah teknologi komunikasi itu sendiri mampu membantu pekerjaan bagian
tata usaha atau bagian-bagian yang lain. Dengan adanya digital library di
perpustakaan instansi pendidikan, orang dapat mengakses buku atau literatur
dengan cepat.
2.4 Dampak yang ditimbulkan di bidang pendidikan
2.4.1 Dampak Positif
a. Mengubah peran guru atau dosen (pengajar) dan siswa atau mahasiswa
(peserta didik) dalam pembelajaran. Perubahan peran tersebut diantaranya :
(1) Posisi seorang yang dulunya sebagai penyampai pengetahuan, sumber utama
informasi, akhli materi, dan sumber segala jawaban, yang kemudian hanya
sebagai fasilitator pembelajaran, pelatih, kolaborator, navigator pengetahuan, dan
mitra belajar.
(2) Dari mengendalikan dan mengarahkan semua aspek pembelajaran, menjadi
memberikan lebih banyak alternatif dan tanggung jawab kepada setiap siswa
dalam proses pembelajaran.
b. Sementara itu peran siswa dalam pembelajaran telah mengalami perubahan
yaitu:
(1) Dari penerima informasi yang pasif menjadi partisipan aktif dalam proses
pembelajaran
(2) Dari mengungkapkan kembali pengetahuan menjadi menghasilkan berbagai
pengetahuan
(3) Dari pembelajaran sebagai aktiivitas individual menjadi pembelajaran
berkolaboratif dengan siswa lain.
c.
Mempercepat sebuah pekerjaan
d. Pelajar mampu mengakses informasi, dimanapun, kapanpun, dan kepada atau
siapapun
2.4.2 Dampak Negatif
a.
Pelajar menjadi pecandu dari keberadaan dunia maya secara berlebih.
Hal ini bisa terjadi ketika para pelajar tidak mempunyai sikap skeptis serta kritis
terhadap sesuatu hal yang baru. Apalagi dalam konteks dunia maya (internet).
Saat mereka tengah aksik berkutat dengan internet, sebenarnya secara tidak
langsung mereka telah masuk di dalam dunia yang over free. Maka sangatlah
penting adanya kedua sikap yang sangat vital tersebut sebagai benteng maupun
filter dari segala sumber informasi yang ada. Selain itu, sikap perhatian dari orang
tua juga sangat berperan penting di dalam menanamkan nilai-nilai tentang sebuah
norma maupun agama sebagai landasan.
b.
Tindakan kriminal (Cyber Crime)
Di dalam dunia pendidikan, ini bisa terjadi misalnya pencurian dokumen atau aset
penting tentang sebuah tatanan pendidikan yang sesungguhnya dirahasiakan
(dokumen mengenai ujian akhir atau negara) dengan menggunakan media
internet. istilahnya, ada oknum yang membobol hal tersebut. Teknologi dapat
menyebabkan tenaga manusia tidak berperan secara baik Dari perkembangan
teknologi komunikasi yang semakin merajalela samapi detik ini, sedikit banyak
pada akhirnya akan berimbas pada pengurangan tenaga kerja manusia. Ini terjadi
karena tenaga manusia tidak lagi efiktif serta efisien dalam memproduksi sesuatu
dalam kapasitas yang banyak. Ketika tenaga kerja manusia tidak lagi digunakan,
maka otomatis akan menyebabkan banyaknya tingkat pengangguran. Setelah itu
tentunya akan menambah tingkat kemiskinan. Dari kemiskinan tersebut kemudian
akan muncul lagi masalah stabilitas keamanan yang kurang kondusif, karena
banyak terjadi tingkat kriminalitas. Maka dapat disimpulkan bahwa, satu hal yang
muncul dalam satu bidang akan memberikan dampaknya pula terhadap bidangbidang yang lain. Saling keterkaitan antara satu dengan yang lain. Begitu pula
dalam bidang pendidikan.
c. Menimbulkan sikap yang apatis pada masing-masing individu, baik bagi
pelajar maupun pengajar.
Ini bisa kita lihat misalnya pada sistem pembelajaran yang bersifat virtual maupun
e-learning. Dimana sistem pembelajarannya yang tidak saling bertemu antara
pelajar dengan pengajar. Pelajar yang kurang aktif dalam sistem pembelajaran
tersebut nantinya akan mengaggap cuek terhadap tugas ataupun materi yang ada,
karena mereka merasa tidak diawasi oleh orang (pengajar) melainkan mereka
merasa hanya berhadapan dengan sebuah komputer.
BAB III
KESIMPULAN
Teknologi sekarang kian mengalami perkembangan yang sangat pesat dalam
segala aspek kehidupan umat manusia. Begitupun juga ketika kita membicarakan
mengenai teknologi komunikasi, maka ini juga telah mengalami perkembangan.
Sedangkan teknologi komunikasi itu sendiri menurut Rogers,1986 adalah
peralatan perangkat keras dalam struktur organisasi yang mengandung nilai
sosial yang memungkinkan individu untuk mengumpulkan, memproses dan saling
tukar informasi. Dari yang dahulu pada zaman primif bentuk komunikasinya
masih sangat sederhana, kemudian berkembang dan terus berkembang hingga
akhirnya sampailah pada era digital seperti sekarang ini. Dari hal tersebut juga
dipaparkan bahwa terdapat tiga macam peradaban menurut Alvin Toffler yakni,
zaman pertanian, zaman industri dan yang terakhir zaman informasi (dikutip dari
Teknologi Komunikasi dalam Perspektif Latar Belakang & Perkembangannya,
Zulkarimein Nasution). Teknologi komunikasi dalam bidang pendidikan sendiri
kini juga mengalami perubahan yang sangat luar biasa dimana dengan adanya
teknologi komunikasi yang canggih telah membawa banyak sekali dampak yang
berarti bagi perkembangan dunia pendidikan itu sendiri. Dapat dilihat
perkembangan tersebut diantaranya yakni sistem pembelajaran yang bersifat elearning, serta hal lain yang bersifat teknis misal dengan adanya komputer, maka
memberikan kemudahan pihak instansi pendidikan dalam pendataan dan lain
sebagainya.
Lebih dari itu semua, perkembangan teknologi komunikasi sendiri pada
hakekatnya tetap membawa berbagai dampak yang sangat luas, baik dampak
positif maupun dampak negatif. Ketika dampak positif yang lebih berperan, maka
akan sangat memberikan manfaat dalam kehidupan. Diantaranya menjadikan
pekerjaan menjadi sangat mudah. Sebaliknya, ketika perkembangan teknologi
komunikasi tersebut lebih menampilkan dampak negatifnya, maka akan muncul
masalah baru diantaranya cyber crime dan lain sebagainya. Untuk itu setiap
pengguna teknologi haruslah mempunyai sikap yang kritis serta skeptis terhadap
teknologi komunikasi.
DAFTAR PUSTAKA
http://ilmukomputer.org/wp-content/uploads/2008/01/adri-multimediapengajaran.pdf
http://saidsuhilachmad.yolasite.com/resources/Manfaat%20TIK%20dalam
%20Pembelajaran.pdf
Julianto arief setiadi, 2008, Buku pelajaran TIK SMA kelas X semester 1.
Kementerian Negara Riset dan Teknologi, Jakarta
Dampak negatif penggunaan Teknologi Informasi
dan Komunikasi di kalangan anak2
Ibu Endang merasa beruntung anak-anaknya ‘bersahabat’ dengan komputer sejak
dini. Fatih (9), anaknya yang pertama, tak hanya senang bermain games, namun
juga lancar mengoperasikan berbagai program olah kata dan angka. Sementara
adiknya, Nadia (4) yang baru belajar mengenal komputer, sudah asyik menjajal
program pendidikan dalam mengenal warna dan bentuk saja. Fatih kini pintar
matematika lantaran sering berlatih dengan bantuan komputer. Sementara Nadia
punya banyak kosakata bahasa Inggris juga lantaran sering bermain komputer.
Tetapi, Ibu Rahmi justru merasa punya masalah dengan ‘keakraban’ anaknya
dengan komputer. Menurutnya, Rizki (7 tahun) kini lebih sukai ‘bermain’ dengan
komputernya daripada dengan teman-temannya. Rizki bisa menghabiskan waktu
berjam-jam hanya untuk bermain games. Ia juga malas bila diajak menulis atau
menggambar. Tak heran, tugas menggambar di sekolah tidak pernah
dikerjakannya sampai tuntas. Tetapi, untuk menggambar di komputer ia sangat
pandai. Maklum, dengan satu dua klik-an saja, ia sudah dapat menggambar dan
mewarnai dengan sempurna.
Pernah punya pengalaman senada?
Positif-Negatif
Nina Armando, Staf Pengajar Jurusan Komunikasi FISIP UI, mengatakan bahwa
kemunculan teknologi komputer sendiri sesungguhnya bersifat netral. Pengaruh
positif atau negatif yang bisa muncul dari alat ini tentu saja lebih banyak
tergantung dari pemanfaatannya. Bila anak-anak dibiarkan menggunakan
komputer secara sembarangan, pengaruhnya bisa jadi negatif. Sebaliknya,
komputer akan memberikan pengaruh positif bila digunakan dengan bijaksana,
yaitu membantu pengembangan intelektual dan motorik anak.
Senada dengan Nina, Muhammad Rizal, Psi, Psikolog di Lembaga Psikologi
Terapan UI, mengatakan banyak manfaat dapat diambil dari penggunaan
komputer, namun tak sedikit pula mudhorot yang bisa ditimbulkannya.
Diantara manfaat yang dapat diperoleh adalah penggunaan perangkat lunak
pendidikan seperti program-program pengetahuan dasar membaca, berhitung,
sejarah, geografi, dan sebagainya. Tambahan pula, kini perangkat pendidikan ini
kini juga diramu dengan unsur hiburan (entertainment) yang sesuai dengan materi,
sehingga anak semakin suka.
Manfaat lain bisa diperoleh anak lewat program aplikasi berbentuk games yang
umumnya dirancang untuk tujuan permainan dan tidak secara khusus diberi
muatan pendidikan tertentu. Beberapa aplikasi games dapat berupa petualangan,
pengaturan strategi, simulasi, dan bermain peran (role-play).
Dalam kaitan ini, komputer dalam proses belajar, akan melahirkan suasana yang
menyenangkan bagi anak. Gambar-gambar dan suara yang muncul juga membuat
anak tidak cepat bosan, sehingga dapat merangsang anak mengetahui lebih jauh
lagi. Sisi baiknya, anak dapat menjadi lebih tekun dan terpicu untuk belajar
berkonsentrasi.
Namun, sisi mudhorot penggunaan komputer tak juga bisa diabaikan. Salah
satunya adalah dari kemungkinan anak, kemungkinan besar tanpa sepengetahuan
orangtua, ‘mengkonsumsi’ games yang menonjolkan unsur-unsur seperti
kekerasan dan agresivitas. Banyak pakar pendidikan mensinyalir bahwa games
beraroma kekerasan dan agresi ini adalah pemicu munculnya perilaku-perilaku
agresif dan sadistis pada diri anak.
Akses negatif lewat internet
Pengaruh negatif lain, disepakati Nina dan Rizal adalah terbukanya akses negatif
anak dari penggunaan internet. Mampu mengakses internet sesungguhnya
merupakan suatu awal yang baik bagi pengembangan wawasan anak. Sayangnya,
anak juga terancam dengan banyaknya informasi buruk yang membanjiri internet.
Melalui internetlah berbagai materi bermuatan seks, kekerasan, dan lain-lain
dijajakan secara terbuka dan tanpa penghalang. Nina mengungkapkan sebuah
studi yang menunjukkan bahwa satu dari 12 anak di Canada sering menerima
pesan yang berisi muatan seks, tawaran seks, saat tengah berselancar di internet.
Meski demikian, baik Nina maupun Rizal sepakat bahwa mengajarkan internet
bagi anak, di zaman sekarang merupakan hal penting. Hanya saja, demi mencegah
dampak negatifnya, ada beberapa hal yang harus dilakukan orangtua.
Pertama, orangtualah yang seharusnya mengenalkan internet pada anak, bukan
orang lain. Mengenalkan internet berarti pula mengenalkan manfaatnya dan tujuan
penggunaan internet. Karena itu, ujar Nina, orangtua terlebih dahulu harus
‘melek’ media dan tidak gatek.
”Sayangnya, seringkali anaknya sudah terlalu canggih, sementara orangtuanya
tidak tahu apa-apa. Tidak tahu bagaimana membuka internet, juga tidak tahu apaapa soal games yang suka dimainkan anak. Nanti ketika ada akibat buruknya,
orangtua baru menyesal,” sesal Nina.
Kedua, gunakan software yang dirancang khusus untuk melindungi ‘kesehatan’
anak. Misalnya saja program nany chip atau parents lock yang dapat memproteksi
anak dengan mengunci segala akses yang berbau seks dan kekerasan.
Ketiga, letakkan komputer di ruang publik rumah, seperti perpustakaan, ruang
keluarga, dan bukan di dalam kamar anak. Meletakkan komputer di dalam kamar
anak, menurut Nina akan mempersulit orangtua dalam hal pengawasan. Anak bisa
leluasa mengakses situs porno atau menggunakan games yang berbau kekerasaan
dan sadistis di dalam kamar terkunci. Bila komputer berada di ruang keluarga,
keleluasaannya untuk melanggar aturan pun akan terbatas karena ada anggota
keluarga yang lalu lalang.
Cegah kecanduan
Pengaruh negatif lain bagi anak, menurut Rizal, adalah kecendrungan munculnya
‘kecanduan’ anak pada komputer. Kecanduan bermain komputer ditengarai
memicu anak menjadi malas menulis, menggambar atau pun melakukan aktivitas
sosial.
Kecanduan bermain komputer bisa terjadi terutama karena sejak awal orangtua
tidak membuat aturan bermain komputer. Seharusnya, menurut Rizal, orangtua
perlu membuat kesepakatan dengan anak soal waktu bermain komputer. Misalnya,
anak boleh bermain komputer sepulang sekolah setelah selesai mengerjakan PR
hanya selama satu jam. Waktu yang lebih longgar dapat diberikan pada hari libur.
Pengaturan waktu ini perlu dilakukan agar anak tidak berpikir bahwa bermain
komputer adalah satu-satunya kegiatan yang menarik bagi anak. Pengaturan ini
perlu diperhatikan secara ketat oleh orangtua, setidaknya sampai anak berusia 12
tahun. Pada usia yang lebih besar, diharapkan anak sudah dapat lebih mampu
mengatur waktu dengan baik.
Peran penting orangtua
Menimbang untung ruginya mengenalkan komputer pada anak, pada akhirnya
memang amat tergantung pada kesiapan orangtua dalam mengenalkan dan
mengawasi anak saat bermain komputer. Karenanya, kepada semua orangtua,
Rizal kembali mengingatkan peran penting mereka dalam pemanfaatan komputer
bagi anak.
Pertama, berikan kesempatan pada anak untuk belajar dan berinteraksi dengan
komputer sejak dini. Apalagi mengingat penggunaan komputer adalah sesuatu
yang tidak bisa dihindari pada saat ini dan masa yang akan datang.
Kedua, perhatikan bahwa komputer juga punya efek-efek tertentu, termasuk pada
fisik seseorang. Karena perhatikan juga amsalah tata ruang dan pencahayaan.
Cahaya yang terlalu terang dan jarak pandangan terlalu dekat dapat mengganggu
indera penglihatan anak.
Ketiga, pilihlah perangkat lunak tertentu yang memang ditujukan untuk anakanak. Sekalipun yang dipilih merupakan program edutainment ataupun games,
sesuaikan selalu dengan usia dan kemampuan anak.
Keempat, perhatikan keamanan anak saat bermain komputer dari bahaya listrik.
Jangan sampai terjadi konsleting atau kemungkinan kesetrum terkena bagian
tertentu dari badan Central Processing Unit (CPU) komputer.
Kelima, carikan anak meja atau kursi yang ergonomis (sesuai dengan bentuk dan
ukuran tubuh anak), yang nyaman bagi anak sehingga anak dapat memakainya
dengan mudah. Jangan sampai mousenya terlalu tinggi, atau kepala harus
mendongak yang dapat menyebabkan kelelahan. Alat kerja yang tidak ergonomis
juga tidak baik bagi anatomi anak untuk jangka panjang.
Keenam, bermain komputer bukan satu-satunya kegiatan bagi anak. Jangan
sampai anak kehilangan kegiatan yang bersifat sosial bersama teman-teman
karena terlalu asik bermain komputer.
Jumat, 01 Februari 2008
DAMPAK HP BAGI SISWA
Dampak penggumakan HP bagi siswa
oleh joko wahono
” Hari gini gak punya HP? Aduh kasihan deh, lu.” Itu ungkapan yang sangat populer di
kalangan remaja, terutama pelajar. Salah satu assesori yang paling penting bagi mereka
agar digolongkan kelompok yang gaul. Namun, sayang sampai sejauh ini penulis belum
menemukan penelitian tentang efektifitas telepon genggam bagi siswa.
Tidak bisa disangkal dengan penemuan teknologi canggih itu orang menjadi semakin
leluasa berkomunikasi. Tak terkecuali para siswa di sekolah, terutama SMA dipastikan
telah sangat akrab dengannya. Para guru sudah mafhum bahwa benda itu kini bukan lagi
barang mewah seperti saat pertama kali muncul. Bahkan sering dijumpai siswa dengan
latar belakang ekonomi yang pas-pasan pun memiliki barang itu. Meski tentu untuk
mendapatkannya mereka memaksa orang tua dengan berbagai dalih.
Alasan Memiliki HP
Ada berbagai alasan siswa membawa telepon genggam (HP) ke sekolah, antara lain
adalah untuk :
1. Melakukan komunikasi dengan orang tua.
Peran ini memang vital terutama bagi siswa yang relatif jauh rumahnya dari sekolah dan
ada kendala transportasi. Untuk itu peranan HP sangat penting sekali untuk memastikan
kapan dan kapan jemputan diperlukan.
2. Mengikuti trend dan bahasa gaul.
Kebutuhan komunikasi tidak terlalu penting sebenarnya. Justru mereka tidak tahu untuk
apa HP kecuali untuk mengekor teman-temannya. Penganut madzhab ini biasanya
menggunakan HP untuk ber-sms-ria sesama kawannya. Dan dengan memiliki piranti ini
mereka merasa derajatnya naik. Jadi ada bahasa simbol bagi kelompok ini. HP menjadi
simbol pergaulan siswa.
3. Mencari informasi iptek lewat internet
Hal ini dimungkinkan dengan penemuan seri HP canggih generasi 3G yang memberikan
kesempatan penggunanya untuk browsing internet lewat HP. Namun alasan ke tiga ini
sangat sedikit yang mengikuti karena selain membutuhkan piranti yang harganya mahal,
biaya pemakaiannya pun tidak murah.
Dari pengamatan penulis sebagai guru, ternyata alasan kedua yang paling banyak
pengikutnya. Mereka memiki HP tidak dengan tujuan yang jelas kecuali untuk iseng dan
mengejar gengsi. Tidak peduli dengan kondisi orang tua, mereka merasa belum afdhol
kalau belum memiliki HP. Karena tujuannya kurang jelas dengan penggunaan alat itu
maka dapat ditebak apa yang akan terjadi dengan pola komunikasinya. Mereka lebih
banyak menghabiskan pulsa untuk hal yang tidak jelas pula, entah hanya sekedar bersms atau bertukar lagu dan atau gambar.
Dampak Bagi Siswa
Dampak dari pemakaian HP dengan maksud tak jelas itu sangat merugikan bagi siswa
maupun orang tuanya, juga bagi guru sangat merugikan dalam kegiatan belajar
mengajar. Meskipun penulis tidak menafikan dengan banyaknya manfaat yang bisa
diperoleh oleh siswa dengan adanya HP seperti sudah dibahas di atas. Namun
nampaknya keuntungan itu tidak sepadan dengan kerugian bagi pengguna dengan
alasan-alasan tersebut. Paling tidak ada beberapa kerugian yang didapat :
1. Menurunnya konsentrasi belajar.
Perhatikan saja siswa yang banyak menggunakan HP dengan tujuan yang tidak jelas.
Mereka akan lebih suka membicarakan isi SMS atau tipe HP yang tengah ngetrend
daripada memperbincangkan pelajaran. Lebih parah lagi bagi sekolah yang kurang ketat
dalam pengawasan penggunaan HP pada siswanya. Bisa-bisa saat pelajaran berlangsung
para siswanya akan mencuri-curi waktu untuk melakukan SMS dengan temannya.
2. Menambah pengeluaran ekstra alias boros
Dengan kondisi perekonomian orang tua yang serba minim, namun karena anaknya
memaksa untuk bisa memiliki HP maka mereka harus mengeluarkan anggaran ekstra.
Bila sebelumnya orang tua cukup memberi uang jajan dan transport setelah memiliki HP
harus menambah uang beli pulsa. Dan karena sebagian besar siswa belum memiliki skala
prioritas dalam pembelajaran, maka sebagaian siswa menghabiskan uang mereka untuk
membeli pulsa. Mereka rela tidak jajan asal bisa ber-sms-ria dengan temannya. Bahkan
kebutuhan untuk membeli buku atau keperluan belajar lainnya bisa kalah dengan
kebutuhan membeli pulsa. Para guru di daerah pinggiran utamanya akan sangat faham
dengan perilaku siswa semacam ini.
3. Meningkatnya gambar porno dan kata-kata jorok lewat HP
Ini adalah akibat yang paling serius dari pemilikan HP yang tak memiliki tujuan yang
jelas. Dengan keisengan khasnya, mereka menggunakan HP untuk saling bertukar
gambar porno dan bercanda lewat sms dengan kata-kata yang menjurus porno pula.
Bahkan yang paling mengerikan, mereka membuat gambar porno dengan model atau
pemeran mereka sendiri seperti telah terjadi beberapa waktu lalu di salah satu SMA di
Madiun, Jawa Timur.
Dan yang memprihatinkan biasanya orang tua tidak tahu aktifitas yang dilakukan
anaknya lewat HP-nya. Karena banyak orang tua yang gaptek atau gagap teknologi,
maka dengan gampangnya mereka dikelabuhi anaknya. Dengan berpura-pura menjadi
anak yang manis di rumah dan berada di kamar dengan buku digelar di meja belajar.
Namun sesungguhnya ia mengembara di dunianya yang lain nan jauh. Maka disinilah
peran sekolah untuk selalu mengawasi penggunaan HP bagi siswa di sekolah sangat
diperlukan.
Larangan Membawa HP di Sekolah
Berangkat dari hal tersebut penulis memberikan kesimpulan bahwa pemakaian HP bagi
siswa di sekolah pada umumnya lebih banyak mudlorot ( keburukan ) dari pada
manfaatnya. Maka akan sangat tepat apabila sekolah mempertimbangkan untuk
melarang membawa HP ke sekolah bagi siswanya. Atau paling tidak memperbolehkan
mengaktifkan HP di sekolah. Penulis yakin akan muncul keraguan dari sekolah atas
keputusan yang tidak populer itu, namun dengan pertimbangan seberapa manfaat yang
didapat dan keburukan yang akan diderita tentu pihak sekolah akan setuju dengan
pendapat penulis. HP hanya boleh dibawa dalam kegiatan-kegiatan yang bersifat
insidental, semisal : kemah, darmawisata, studi lapangan dll.
Tentunya akan muncul pertanyaan, apakah dengan pelarangan itu akan mampu
mencegah penyalah-gunaan HP ? Toh mereka bisa melakukannya di luar jam sekolah ?
Jawabnya memang ya. Tapi kita telah berusaha untuk mengurangi dampaknya. Dan ada
hal yang sangat penting menurut penulis terkait dengan pemakaian HP bagi siswa, yakni
:
1. Memberikan penjelasan secara komunikatif dan persuasif tentang manfaat dan
kerugian HP bagi siswa. Tentu saja penjelasan itu diberikan sejujur dan sejelas mungkin,
sehingga siswa memiliki pemahaman dan kesadaran diri yang cukup untuk
menggunakan piranti tersebut secara bertanggung jawab.
2. Pada setiap pertemuan dengan orang tua , terutama pada awal tahun pelajaran
sekolah agar memberikan penerangan pada orang tua sejelas dan sejujur mungkin
tentang manfaat dan kerugian HP bagi siswa di sekolah. Dan bagi sekolah yang melarang
siswanya membawa HP agar sedini mungkin memberikan tata tertib ini pada siswa dan
orang tua agar mengetahuinya.
3. Secara berkala sekolah melakukan operasi terhadap benda-benda terlarang yang
mungkin dibawa siswanya termasuk : obat-obatan terlarang, cerita dan gambar porno,
senjata tajam, dll. Dan apabila dalam operasi itu didapatkan hal-hal yang melanggar tata
tertib, maka pihak orang tua harus diberi tahu, sehingga pendidikan tetap berjalan
dalam koridor tanggung jawab bersama.
Semoga generasi muda kita menjadi generasi yang cerdas dan mampu menggunakan
kecanggihan teknologi secara arif. Semoga!
PENGARUH HP TERHADAP PRILAKU SISWA
oleh Privat Dan Bimbingan Belajat Future Center pada 13 Oktober 2010 jam 6:46
Perkembangan teknologi semakin memasyarakat dikalangan anak didik. Hal ini
merupakan suatu kebanggaan bagi orang tua, karena punya anak yang tidak
ketinggalan jaman. Orang tua menyadari akan pentingnya HP bagi anaknya
dengan berbagai alasan. Sehingga HP, dewasa ini bukan barang mewah lagi atau
bukan kebutuhan sekunder, melainkan kebutuhan primer. HP dipergunakan untuk
hal-hal pelayanan, transaksi bisnis dan promosi. Perkembangan teknologi semakin
meningkat, fungsi HP semakin meluas bukan hanya sebagai alat komunikasi,
tetapi juga dipergunakan dalam urusan lain seperti; SMS, MP3, Vidio, Kamera,
Recoard, sehingga HP menjadi Multimedia. Siapa tak tertarik olehnya?
Keberhasilan HP menggerogoti pikiran orang, tak disadari imperialisme budaya
pun merajalela. kini HP adalah sakunya anak didik. Hampir semua anak didik
mengantongi HP. Mereka merasa PD dengan HP dan seolah-olah menyatakan
dirinya “saya orang modern, saya orang teknologi”). Budaya tradisional semakin
jauh ketinggalan oleh gaya hidup mewah. Etika oleh filsafat Yunani besar
Aristoteles (384-322 s,M) sudah dipakai untuk menunjuk filsafat moral. Secara
etimologi berarti adat, kebiasaan. Untuk kasus di atas pengertian etika secara
etimologi nampaknya belum cukup, maka ada penjelasan lain yang lebih
koperensif tentang pengertian etika yaitu: 1). Nilai-nilai dan norma-norma moral
yang menjadi pegangan bagi seseorang atau suatu kelompok dalam mengatur
tingkah lakunya, 2). Kumpulan asas atau nilai moral (kode etik), 3) ilmu tentang
yang baik atau buruk (K.Bertens, 2005, hal 4-6). Kalau berorientasi pada teori
belajar hakikat belajar adalah adanya perubahan tingkah laku. Pengalaman siswa
bagian dari proses pembelajaran, kemampuan menggunakan HP juga bagian dari
pembelajaran. Tetapi perubahan tingkah laku atau prilaku yang bagaimana yang
diinginkan dalam pendidikan?. Untuk menjawabnya adalah etika, etika moral
sorang siswa. Jadi tujuan pendidikan atau pembelajaran yang dimaksud adalah
perubahan tingkah laku yang beretika. Bagaimana etika anak didik di era teknolgi
HP saat ini? Dalam hal integritas kesiswaan, ada gejala-gejala kesenjangan. Anak
didik yang membawa HP cendrung bersifat individualisme, mereka bergaual atau
bercakap-cakap bukan dengan teman disampingnya, melainkan orang yang diluar
lingkungan belajarnya dengan sarana SMS HP-nya. Karena HP barang mahal
sehingga dapat dimaklumi bila ada keengganan meminjamkan pada temannya.
Prilaku seperti ini berlangsung terus menerus, maka mulai muncul sikap-sikap
egois dan pamer di antara anak didik yang membawa HP. Bagi anak didik yang
tidak membawa HP merasa terasing di lingkungan sekolah bahkan merasa asing di
kelasnya sendiri. Sekali dua kali dipinjamkam untuknya, selanjutnya tak heran
muncul perasaan malu, apalagi tidak bisa mengoperasikan. Siswa yang tidak
punya HP harus beradaptasi, agar tidak kena seleksi dilingkungan kelasnya,
caranya “menuntut kepada orang tua agar dibelikan HP”. Integritas semakin
melemah dan kesenjangan pergaulan akibat Teknologi semakin besar walupun
tidak muncul dipermukaan ( teori konflik laten) Di dalam ruang belajar (di kelas)
sadar atau tidak sadar, sengaja atau bukan sengaja, sering suara HP berdering
mengusik ketenangan dan keseriuasan belajar. Hanya dengan sepatah dua patah
kata “maaf pak saya lupa mematikan” seorang guru tidak bias berbuat apa-apa,
tertindas oleh teknologi. Tidak kalah menariknya untuk diungkapkan tentang
prilaku siswa dalam ruangan kelas ketika mata pelajaran Matematik, Kimia atau
Fisika, HP semuanya keluar dari kantong atau tasnya hanya untuk menjumlahkan,
mengurangkan atau mengalikan bilangan-bilangan sederhana dalam contoh soal
perhitungan yang diberikan oleh guru. Tentu ini gejala buruk bagi perkembangan
nalar atau logika berpikir siswa. Tidak percaya dengan pikirannya, lambat
menggunakan pikiran atau nalar dan bahkan factor malas orat-oret karena lebih
praktis dengan HP. Yang lebih memprihatinkan menjawab soal ulangan dengan
bantuan teman lewat SMS.
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan Muhammad Syafti Pebrianda, Dian
Febriasari, Iman Adi Thaib, Lia Nita Hafiva, Mardiana, Diah Anggreni,
Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara untuk mengetahui pengaruh
penggunaan handphone terhadap perilaku anak SMA, didapat data yang berasal
dari angket kuisioner yang disebar kepada anak SMA yang berasal dari beberapa
sekolah menengah atas yang ada dikota medan didapati bahwa ada hubungan yang
signifikan antara penggunaan handphone oleh kalangan anak SMA terhadap
perilaku mereka. Hal ini dapat kita lihat dari realita yang memperlihatkan banyak
diantara anak SMA tersebut menggunakan handphone tidak hanya terbatas pada
sarana komunikasi yang digunakan untuk bertukar informasi, dan fitur – fitur
yang terdapat didalam handphone jauh lebih sering digunakan. Penggunaan fitur fitur handphone tersebut oleh mereka mengindifikasikan terjadinya perubahan
perilaku mereka.
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan kepada anak SMA mayoritas
menyatakan bahwa mereka cenderung menghabiskan banyak waktu untuk
menggunakan fasilitas – fasilitas yang terdapat didalam handphone tersebut.
Dalam realita kita sering mendapati bahwa banyak anak remaja yang tergolong
kedalam status siswa SMA menggunakan handphone lebih pada fitur – fitur yang
tersedia didalamnya. Mereka cenderung menghabiskan waktu mereka untuk
memainkan fasilitas game yang tersedia didalam handphone tersebut, atau dapat
menghabiskan waktu berjam – jam untuk mendengarkan MP3 atau menggunakan
fasilitas yang lain yang tak jarang yang dilakukan yaitu dengan menyendiri dan
cenderung menjauh dari komunitas yang ada.
Salah satu yang terjadi di SMAN1 Balige ditemukan beberapa handphone siswa
berisikan video porno. Kepala Sekolah SMAN1 Balige menjelaskan, sudah dua
kali pihak guru pembimbing [BP] sekolah melakukan razia ke dalam semua
ruangan kelas. Razia dilakukan mendadak. Setiap HP siswa diperiksa apakah
berisi gambar atau video porno. Ternyata ada, ditemukan hampir 10 ponsel berisi
film porno berdurasi singkat. Di antara yang tertangkap itu, ada juga HP milik
pelajar perempuan.
Salah satu bentuk penanggulangan dampak penggunaan handphone terhadap
prilaku siswa adalah pembebasan handphone yang dilakukan SMAN 3 Kediri.
Menurut Kepala Sekolah SMAN3 Kediri mengatakan “Kami tidak bermaksud
membatasi penggunaan teknologi komunikasi di sekolah. Sebagaimana sifat
teknologi itu sendiri, kemajuannya memang tidak mungkin terbendung. Kebijakan
seperti ini lebih bersifat sebagai filter belaka, demi kemajuan pendidikan dan
siswa itu sendiri,” terang Wahid. Lebih jauh, Wahid juga menampik bahwa
pengambilan kebijakan tersebut diartikan sebagai langkah praktis atas kegagalan
sekolah mengimbangi perkembangan teknologi. ”Sekolah tidak alergi terhadap
teknologi komunikasi. Hanya saja, dalam aplikasinya, sekolah juga bertanggung
jawab terhadap perkembangan moral siswa terkait maraknya penyimpangan
penggunaan teknologi kemunikasi ini,” elaknya. Itu sebabnya, lanjut Wahid,
kebijakan tersebut masih berada dalam ambang komunikatif antara sekolah, orang
tua, dan siswa. ”Pokok kebijakannya adalah melarang siswa membawa dan atau
mengoperasionalkan HP di lingkungan sekolah selama KBM berlangsung. Kami
tidak melarang siswa menyimpan HP di jok sepeda motor dan menyalakannya
usai sekolah. Tetap ada sanksi untuk pelanggar, namun bentuknya juga bertahap,
serta melibatkan peran orangtua siswa,” imbuhnya. Kebijakan tersebut juga
menjadi bagian dari riset SMAN 3 mengenai pengaruh ada tidaknya HP dan
hubungannya dengan perkembangan belajar siswa. Riset awal ini dicanangkan
selama tiga tahun, dengan membandingkan grade nilai siswa sebelum dan sesudah
adanya kebijakan ini. Namun demikian kebijakan ini tidak berlaku untuk guru dan
staf, yang dibuatkan peraturan tersendiri. “Guru mau tidak mau akan tetap
menjadi panutan. Oleh ebab itu, meskipun tidak dikenakan dengan kebijakan ini,
ada peraturan yang menyebutkan guru boleh membawa dan menggunakan HP di
sekolah, namun hanya ditempat-tempat tertentu.
(by sawal)
€,´,€,´,水,? ,?
Bagikan
3f956dff0b07ca2
0i6G_
{
Suka · Komentari ·
Pengaruh HP terhadap Etika Siswa
Perkembangan teknologi semakin memasyarakat dikalangan anak didik. Hal ini
merupakan suatu kebanggaan bagi orang tua, karena punya anak yang tidak ketinggalan
jaman. Orang tua menyadari akan pentingnya HP bagi anaknya dengan berbagai alasan.
Sehingga HP, dewasa ini bukan barang mewah lagi atau bukan kebutuhan sekunder,
melainkan kebutuhan primer. Pergeseran nilai terhadap HPmerupakan masalah baru
bagi pelajaran ekonomi, (“kalau demikian pengetahuan tentang kebutuhan primer dan
kebutuhan
sekunder
dalam
bidang
ekonomi
perlu
disesuaikan”)
Teknologi HP merupakan alat komunikasi, seperti hal telepon rumah. Tetapi lebih praktis
dibandingkan telepon rumah, sehigga menjadi pilihan bagi kalangan elit politik, birokrasi
, bisnisman, swastawan, dan kalangan atas lainya. HP dipergunakan untuk hal-hal
pelayanan, transaksi bisnis dan promosi. Perkembangan teknologi semakin meningkat,
fungsi HP semakin meluas bukan hanya sebagai alat komunikasi, tetapi juga
dipergunakan dalam urusan lain seperti; SMS, MP3, Vidio, Kamera, Recoard, sehingga
HP
menjadi
Multimedia.
Siapa
tak
tertarik
olehnya?
Keberhasilan HP menggerogoti pikiran orang, tak disadari imperialisme budaya pun
merajalela. kini HP adalah sakunya anak didik. Hampir semua anak didik mengantongi
HP. Mereka merasa PD dengan HP dan seolah-olah menyatakan dirinya “saya orang
modern, saya orang teknologi”). Budaya tradisional semakin jauh ketinggalan oleh gaya
hidup
mewah.
Etika oleh filsafat Yunani besar Aristoteles (384-322 s,M) sudah dipakai untuk menunjuk
filsafat moral. Secara etimologi berarti adat, kebiasaan. Untuk kasus di atas pengertian
etika secara etimologi nampaknya belum cukup, maka ada penjelasan lain yang lebih
koperensif tentang pengertian etika yaitu: 1). Nilai-nilai dan norma-norma moral yang
menjadi pegangan bagi seseorang atau suatu kelompok dalam mengatur tingkah
lakunya, 2). Kumpulan asas atau nilai moral (kode etik), 3) ilmu tentang yang baik atau
buruk
(K.Bertens,
2005,
hal
4-6).
Kalau berorientasi pada teori belajar hakikat belajar adalah adanya perubahan tingkah
laku. Pengalaman siswa bagian dari proses pembelajaran, kemampuan menggunakan HP
juga bagian dari pembelajaran. Tetapi perubahan tingkah laku atau prilaku yang
bagaimana yang diinginkan dalam pendidikan?. Untuk menjawabnya adalah etika, etika
moral sorang siswa. Jadi tujuan pendidikan atau pembelajaran yang dimaksud adalah
perubahan tingkah laku yang beretika. Bagaimana etika anak didik di era teknolgi HP
saat
ini?
Dalam hal integritas kesiswaan, ada gejala-gejala kesenjangan. Anak didik yang
membawa HP cendrung bersifat individualisme, mereka bergaual atau bercakap-cakap
bukan dengan teman disampingnya, melaian orang yang diluar lingkungan belajarnya
dengan sarana SMS HP-nya. Karena HP barang mahal sehingga dapat dimaklumi bila ada
keengganan meminjamkan pada temannya. Prilaku seperti ini berlangsung terus
menerus, maka mulai muncul sikap-sikap egois dan pamer di antara anak didik yang
membawa HP. Bagi anak didik yang tidak membawa HP merasa terasing di lingkungan
sekolah bahkan merasa asing di kelasnya sendiri. Sekali dua kali dipinjamkam untuknya,
selanjutnya tak heran muncul perasaa malu, apalagi tidak bisa mengoperasikan. Siswa
yang tidak punya HP harus beradaptasi, agar tidak kena seleksi dilngkungan kelasnya,
caranya “menuntut kepada orang tua agar dibelikan HP”. Integritas semakin melemah
dan kesenjangan pergaulan akibat Teknologi semakin besar walupun tidak muncul
dipermukaan
(
teori
konflik
laten)
Di dalam ruang belajar (di kelas) sadar atau tidak sadar, sengaja atau bukan sengaja,
sering suara HP berdering mengusik ketenang dan keseriuasan belajar. Hanya dengan
sepatah dua patah kata “maaf pak saya lupa mematikan” seorang guru tidak bias
berbuat
apa-apa,
tertindas
oleh
teknologi.
Tidak kalah menariknya untuk diungkapkan tentang prilaku siswa dalam ruangan kelas
ketika mata pelajaran Matematik, Kimia atau Fisika, HP semuanya keluar dari kantong
atau tasnya hanya untuk menjumlahkan, mengurangkan atau mengalikan bilanganbilangan sederhana dalam contoh soal perhitungan yang diberikan oleh guru. Tentu ini
gejala buruk bagi perkembangan nalar atau logika berpikir siswa. Tidak percaya dengan
pikirannya, lambat menggunakan pikiran atau nalar dan bahkan factor malas orat-oret
karena lebih praktis dengan HP. Yang lebih memprihatinkan menjawab soal ulangan
dengan
bantuan
teman
lewat
SMS.
Sikap dalam berinteraksi dengan guru seakan-akan tidak ada perbedaan, rasa hormat
hanya prilaku yang bersifat semu bahkan cendrung bersifat subyektif. Mereka hanya
menunjukan hormatnya ketika mereka perlu (menghadap). Terkadang acuh tak acuh
dengan guru yang ada disampingnya, sibuk memainkan HP. Guru tidak gila hormat,
tetapi hormat kepada guru adalah bagian dari etika siswa (Konsep Guru Pengajian, dan
juga
terdapat
dalam
Manawa
Dharmasastra,
pasal
71
dan
72)
Mengingat kecanggihan HP sebagai multimedia, menyetel lagu-lagu, menjadi ngetren di
saat saat istiharat, di sana-sini terdengar alunan musik dari HP-HP. Dan tidak menutup
kemungkinan ada siswa yang mojok memutar pornografi dan luput dari pantauan guru.
Siswa jarang mendiskusikan mata pelajaran yang telah diikuti dan tak peduli hasil
ulangan kecil, karena kebanggaan telah bergeser dari prestasi ke modernisasi.
Pendek kata HP dikalangan siswa dalam lingkungan pendidikan seperti penyedap
makanan nikmat, merangsang keinginan, tetapi tak disadari meracuni etika dan
moralitas siswa. Etika kesiswaan mengalami degradasi dari dalam dirinya sendiri, dan
abrasi dari lingkungan sosialnya. Pendidikan dihadapkan pada masalah dimana ruang
dan waktu tak mungkin dirubah. Motivasi belajar siswa tak menentu, datang kesekolah
untuk apa dan untuk siapa? Pertannyan ini mungkin tak akan pernah terjawab dengan
benar oleh siswa (maksudnya tidak sesuai dengan tujuan Pendidikan seperti tercantum
dalam
konsep
wawasan
Wyata
Mandala.
Apakah mungkin dikeluarkam larangan membawa HP bagi siswa?. Masyarakat akan
menuding institusi ini tidak mengenal Teknologi, bahkan mungkin saja orang tua akam
demo dengan alasan yang sama. Lalu bagaimana?. Dan salah siapa?. Kalau dicermati dari
masing-masing komponen, sekolah, siswa, orang tua, maka semua benar. Tapi yang
perlu disadari sebagai penekanan adalah teknologi silahkan jalan, tetapi hendaknya
dibarengi dengan nilai-nilai, moralitas (etika).
pengaruh teknologi bagi kehidupan manusia
November 30th, 2009 • Related • Filed Under
Pendahuluan
Istilah teknologi informasi mulia populer di akhir tahun 70-an . Pada masa
sebelumnya informasi teknologi biasa disebut teknologi komputer atau
pengolahan data . Teknologi informasi merupakan elemen penting dalam
kehidupan masyarakat . Peranan teknologi informasi pada aktivitas manusia pada
saat ini memang sangat besar . Teknologi telah menjadi fasilitas utama bagi
kegiatan berbagai sektor manusia yang memberikan andil besar dalam perubahanperubahan yang mendasar.
Handphone pada hakikatnya sanagat diperlukan oleh semua masyarakat . pada
umumnya fungsi daripada handphone sendiri selain untuk berkomunikasi dengan
sanak saudara atau teman-teman , handphone juga dijadikan teman bermain ,
mendengarkan musik, dan mengabadikan momen-momen tertentu lewat kamera
handphone . Oleh karena itu banyak dampak positif maupun negatif daripada
penggunaan handphone .
Dampak positif dari penggunaan handphone .
1. Mempermudah komunikasi.
2. Menambah pengetahuan tentang perkembangan teknologi.
3. Memperluas jaringan persahabatan.
Dampak kurang baik dari handphone dan menurunkan kualitas belajar.
Radiasi
Sejumlah penelitian yang dilakuan menunjukkan radiasi telepon genggam
berakibat buruk terhadap tubuh manusia. Misalnya meningkatkan risiko terkena
tumor telinga dan kanker otak, berpengaruh buruk pada jaringan otak, merusak
dan mengurangi jumlah sperma hingga 30 persen, mengakibatkan meningioma,
neurinoma akustik, acoustic melanoma, dan kanker kelenjar ludah. Sayangnya, tak
satu pun 6 vendor telepon seluler terbesar dunia merespon hasil-hasil penelitian
tersebut. Boleh saja para ahli mengingatkan bahayanya gelombang
elektromagnetik, namun hampir selalu ditanggapi produsen dengan statement,
“Aman-aman saja.”
Meski belum ada kepastian terhadap hasil penelitian ini, pimpinan proyek
penelitian Franz Adlkofer menyarankan tindakan pencegahan dengan
menganjurkan penggunaan telepon genggam hanya dalam keadaan darurat saja.
Artinya, kalau di sekitar Anda tersedia telepon biasa sebaiknya Anda menghindari
memakai telepon seluler. Atau, menggunakan peralatan hands-free kapan saja
memungkinkan.
2. Gangguan Reproduksi
Seperti sebuah mitos, tetapi ada sedikit data yang menyebutkan bahwa handphone
dapat memberikan efek pada kesuburan pria. Faktanya, sebuah penelitian yang
dipublikasikan jurnal medis, Fertility & Serility, menguji penggunaan handphone
oleh 361 pria pada sebuah klinik kesuburan. Hasilnya menunjukkan bahwa
semakin sering seorang pria menggunakan handphone-nya, semakin rendah
jumlah, kualitas dan ketahanan sperma mereka.
Pada bulan Oktober, dilaporkan sebuah penelitian yang dilakukan pada hewan
menemukan bahwa tikus yang diberi emisi handphone 6 jam perhari selama 18
minggu memiliki kecenderungan yang lebih besar mengalami kematian sperma
dibandingkan dengan tikus yang tidak diberi perlakuan. Peneliti tersebut
mengatakan dari hasil tersebut bisa diyakini membawa handphone dekat dengan
alat reproduksi dapat memberi efek negatif pada kesuburan.
3. Tumor Mulut
Penggunaan ponsel dalam waktu lama dan rutin akan meningkatkan resiko tumor
sekitar 50 persen dibanding mereka yang sama sekali tak menggunakan ponsel.
Studi baru yang dilakukan ilmuwan Israel yang hasil penelitiannya dimuat di
American Journal of Epidemiology menyatakan bahwa setidaknya 402 orang
mengalami tumor mulut dalam kondisi sedang, sementara 56 lainnya masuk
kategori kanker ganas. Penelitian ini melibatkan 1.266 pengguna ponsel. Mereka
yang menggunakan ponsel lebih dari normal, atau menggunakan dalam waktu
lama dan kontinyu beresiko mengembangkan tumor pada parotid gland (kelenjar
liur), yang terletak di mulut dengan posisi dekat telinga. Pengguna ponsel di area
pedesaan atau kawasan pinggiran, di mana ponsel bekerja lebih keras untuk
melakukan kontak dengan BTS (Base Transceiver Station) terdekat, beresiko
lebih besar terkena tumor.
Studi menyebutkan bidang elektromagnetik yang dipancarkan ponsel secara
kontinyu akan membuat sel tubuh bereaksi berlebihan. Namun tingkat radiasi
ponsel yang digunakan selama ini masih dinilai terlalu kecil efeknya pada
kesehatan bahkan untuk mengacaukan atau merusak struktur DNA. Para ilmuwan
masih terus melanjutkan misteri efek ponsel pada kesehatan ini.
Namun dampak negatif yang ditimbulkan teknologi handphone terhadap
kesehatan dapat kita hindarkan dengan menggunakan handsfree agar radiasi yang
di pancarkan oleh handphone tidak langsung memancar ke otak.
Pengaruh HP terhadap Etika Siswa
Perkembangan teknologi semakin memasyarakat dikalangan anak didik. Hal ini
merupakan suatu kebanggaan bagi orang tua, karena punya anak yang tidak
ketinggalan jaman. Orang tua menyadari akan pentingnya HP bagi anaknya
dengan berbagai alasan. Sehingga HP, dewasa ini bukan barang mewah lagi atau
bukan kebutuhan sekunder, melainkan kebutuhan primer. Pergeseran nilai
terhadap HPmerupakan masalah baru bagi pelajaran ekonomi, (“kalau demikian
pengetahuan tentang kebutuhan primer dan kebutuhan sekunder dalam bidang
ekonomi perlu disesuaikan”)
Teknologi HP merupakan alat komunikasi, seperti hal telepon rumah. Tetapi lebih
praktis dibandingkan telepon rumah, sehigga menjadi pilihan bagi kalangan elit
politik, birokrasi , bisnisman, swastawan, dan kalangan atas lainya. HP
dipergunakan untuk hal-hal pelayanan, transaksi bisnis dan promosi.
Perkembangan teknologi semakin meningkat, fungsi HP semakin meluas bukan
hanya sebagai alat komunikasi, tetapi juga dipergunakan dalam urusan lain
seperti; SMS, MP3, Vidio, Kamera, Recoard, sehingga HP menjadi Multimedia.
Siapa tak tertarik olehnya?
Keberhasilan HP menggerogoti pikiran orang, tak disadari imperialisme budaya
pun merajalela. kini HP adalah sakunya anak didik. Hampir semua anak didik
mengantongi HP. Mereka merasa PD dengan HP dan seolah-olah menyatakan
dirinya “saya orang modern, saya orang teknologi”). Budaya tradisional semakin
jauh ketinggalan oleh gaya hidup mewah.
Etika oleh filsafat Yunani besar Aristoteles (384-322 s,M) sudah dipakai untuk
menunjuk filsafat moral. Secara etimologi berarti adat, kebiasaan. Untuk kasus di
atas pengertian etika secara etimologi nampaknya belum cukup, maka ada
penjelasan lain yang lebih koperensif tentang pengertian etika yaitu: 1). Nilai-nilai
dan norma-norma moral yang menjadi pegangan bagi seseorang atau suatu
kelompok dalam mengatur tingkah lakunya, 2). Kumpulan asas atau nilai moral
(kode etik), 3) ilmu tentang yang baik atau buruk (K.Bertens, 2005, hal 4-6).
Kalau berorientasi pada teori belajar hakikat belajar adalah adanya perubahan
tingkah laku. Pengalaman siswa bagian dari proses pembelajaran, kemampuan
menggunakan HP juga bagian dari pembelajaran. Tetapi perubahan tingkah laku
atau prilaku yang bagaimana yang diinginkan dalam pendidikan?. Untuk
menjawabnya adalah etika, etika moral sorang siswa. Jadi tujuan pendidikan atau
pembelajaran yang dimaksud adalah perubahan tingkah laku yang beretika.
Bagaimana etika anak didik di era teknolgi HP saat ini?
Dalam hal integritas kesiswaan, ada gejala-gejala kesenjangan. Anak didik yang
membawa HP cendrung bersifat individualisme, mereka bergaual atau bercakapcakap bukan dengan teman disampingnya, melaian orang yang diluar lingkungan
belajarnya dengan sarana SMS HP-nya. Karena HP barang mahal sehingga dapat
dimaklumi bila ada keengganan meminjamkan pada temannya. Prilaku seperti ini
berlangsung terus menerus, maka mulai muncul sikap-sikap egois dan pamer di
antara anak didik yang membawa HP. Bagi anak didik yang tidak membawa HP
merasa terasing di lingkungan sekolah bahkan merasa asing di kelasnya sendiri.
Sekali dua kali dipinjamkam untuknya, selanjutnya tak heran muncul perasaa
malu, apalagi tidak bisa mengoperasikan. Siswa yang tidak punya HP harus
beradaptasi, agar tidak kena seleksi dilngkungan kelasnya, caranya “menuntut
kepada orang tua agar dibelikan HP”. Integritas semakin melemah dan
kesenjangan pergaulan akibat Teknologi semakin besar walupun tidak muncul
dipermukaan ( teori konflik laten)
Di dalam ruang belajar (di kelas) sadar atau tidak sadar, sengaja atau bukan
sengaja, sering suara HP berdering mengusik ketenang dan keseriuasan belajar.
Hanya dengan sepatah dua patah kata “maaf pak saya lupa mematikan” seorang
guru tidak bias berbuat apa-apa, tertindas oleh teknologi.
Tidak kalah menariknya untuk diungkapkan tentang prilaku siswa dalam ruangan
kelas ketika mata pelajaran Matematik, Kimia atau Fisika, HP semuanya keluar
dari kantong atau tasnya hanya untuk menjumlahkan, mengurangkan atau
mengalikan bilangan-bilangan sederhana dalam contoh soal perhitungan yang
diberikan oleh guru. Tentu ini gejala buruk bagi perkembangan nalar atau logika
berpikir siswa. Tidak percaya dengan pikirannya, lambat menggunakan pikiran
atau nalar dan bahkan factor malas orat-oret karena lebih praktis dengan HP. Yang
lebih memprihatinkan menjawab soal ulangan dengan bantuan teman lewat SMS.
Sikap dalam berinteraksi dengan guru seakan-akan tidak ada perbedaan, rasa
hormat hanya prilaku yang bersifat semu bahkan cendrung bersifat subyektif.
Mereka hanya menunjukan hormatnya ketika mereka perlu (menghadap).
Terkadang acuh tak acuh dengan guru yang ada disampingnya, sibuk memainkan
HP. Guru tidak gila hormat, tetapi hormat kepada guru adalah bagian dari etika
siswa (Konsep Guru Pengajian, dan juga terdapat dalam Manawa Dharmasastra,
pasal 71 dan 72)
Mengingat kecanggihan HP sebagai multimedia, menyetel lagu-lagu, menjadi
ngetren di saat saat istiharat, di sana-sini terdengar alunan musik dari HP-HP. Dan
tidak menutup kemungkinan ada siswa yang mojok memutar pornografi dan luput
dari pantauan guru. Siswa jarang mendiskusikan mata pelajaran yang telah diikuti
dan tak peduli hasil ulangan kecil, karena kebanggaan telah bergeser dari prestasi
ke modernisasi.
Pendek kata HP dikalangan siswa dalam lingkungan pendidikan seperti penyedap
makanan nikmat, merangsang keinginan, tetapi tak disadari meracuni etika dan
moralitas siswa. Etika kesiswaan mengalami degradasi dari dalam dirinya sendiri,
dan abrasi dari lingkungan sosialnya. Pendidikan dihadapkan pada masalah
dimana ruang dan waktu tak mungkin dirubah. Motivasi belajar siswa tak
menentu, datang kesekolah untuk apa dan untuk siapa? Pertanyaan ini mungkin
tak akan pernah terjawab dengan benar oleh siswa .
Apakah mungkin dikeluarkam larangan membawa HP bagi siswa?. Masyarakat
akan menuding institusi ini tidak mengenal Teknologi, bahkan mungkin saja
orang tua akam demo dengan alasan yang sama. Lalu bagaimana?. Dan salah
siapa?. Kalau dicermati dari masing-masing komponen, sekolah, siswa, orang tua,
maka semua benar. Tapi yang perlu disadari sebagai penekanan adalah teknologi
silahkan jalan, tetapi hendaknya dibarengi dengan nilai-nilai, moralitas (etika).
Perubahan perilaku anak akibat ponsel
Opini Add comments
Siapa yang saat ini masih tidak mengenal alat yang disebut dengan ponsel atau
telepon selular, awalnya memang ponsel ini termasuk barang yang cukup
“mewah” dikarenakan mahal dari segi harga perangkat maupun harga pulsanya,
akan tetapi, kini seiring dengan perkembangan teknologi dan persaingan produsen
ponsel yang kian ketat,, ponsel kini sudah tidak lagi menyandang predikat “barang
mewah”. Dengan demikian, alat komunikasi ini bukan lagi menjadi kebutuhan
sekunder, tetapi sudah menjadi kebutuhan primer. Penggunaan ponsel juga sudah
cukup merambah ke hampir semua kalangan masyarakat, dari pelajar sampai
mahasiswa kini sudah dapat menggunakan alat komunikasi ini, bahkan anak SD
pun sudah cukup banyak yang mengantongi ponsel, walau sebenarnya tidak
direkomendasikan karena radiasinya
Tentunya perangkat ini juga memberikan dampak perubahan perilaku pada
masyarakat, contohnya, ketika saya menyempatkan diri berkunjung ke salah satu
Taman Kanak-kanak di kota Bandung, ponsel sudah menjadi barang kebanggaan
orang tua, ada beberapa dari mereka yang mampu membeli sebuah (atau
beberapa) ponsel mahal, sehingga ponsel itu sendiri menjadi ajang gengsigengsian antar orang tua, walau saya sendiri yakin, fungsi utama ponselnya sudah
tidak diperhatikan
Celakanya, perilaku ini menular pada anak-anaknya, terutama pada anak-anak
yang dibelikan ponsel, bahkan saya sempat menemukan ada anak yang ketika
diminta bayar SPP sangat susah sekali untuk membayar, tapi disaat yang
bersamaan mereka mampu untuk membeli ponsel canggih yang harganya jutaan
rupiah. Padahal jumlah nominal SPP saya rasa sangat tidak sebanding dengan
harga ponsel yang dia miliki sendiri.
Oke, selain itu juga, mulai muncul perilaku negatif yang lainnya, salah satunya
adalah anak-anak menjadi bersifat lebih individualistis, mereka lebih asyik dengan
ponsel mereka masing-masing, karena ponsel sekarang bukan lagi alat komunikasi
suara dan pesan singkat(SMS) saja, tapi kebanyakan sudah bisa internet, chatting,
MP3 Player, Game, Video Player, dan lain-lain. Akibat dari efek individualistis
inilah yang menyebabkan konsentrasi si anak menjadi berkurang, saya juga masih
sering melihat anak Facebook-an saat jam pelajaran yang notabene tidak
memperhatikan guru, atau lebih extreme lagi, dimana sang anak menutup
telinganya saat guru menerangkan(statement kedua sih pengalaman pribadi,hehe).
Itulah yang membuat mereka tenggelam dalam dunia maya, dan membuat mereka
menjadi malas dan konsumtif.
Lalu antisipasinya bagaimana? Yaa, ada beberapa solusi yang cukup ampuh, salah
satunya adalah orangtua membekali anaknya dengan ponsel yang fasilitasnya
tidak terlalu banyak, cukup menggunakan ponsel standar yang bisa SMS dan
telepon saja, cara ini saya kira cukup ampuh, mengingat zaman saya SMP dulu,
hanya dibekali ponsel Siemens C25, yang hanya bisa telepon dan SMS saja,
bahkan fasilitas jam dan kalkukator pun tidak ada . Bagaimana dengan
peraturan tidak diperbolehkan membawa ponsel ke sekolah? Biasanya banyak
orangtua yang cukup keberatan, terkadang ada beberapa anak yang masih perlu
dijemput atau agar orangtua dapat memantau kondisi anaknya, saya juga secara
pribadi kurang setuju dengan peraturan ini, karena saya pernah mengalami saat
dimana sulit menghubungi orangtua saat itu, menggunakan jasa wartel tarifnya
sangat mahal, sedangkan telepon koin tidak bisa menghubungi ponsel.
Jadi, sebenarnya kita(atau tepatnya guru karena penulis bukan guru, jadi penulis
bukan kita ) memberikan pengertian kepada si anak, bahwa ponsel memiliki
fungsi utama sebagai alat komunikasi, kalaupun memiliki fasilitas games,
facebook, chatting, dan lain-lain sebaiknya tidak menggunakan fasilitas tersebut
saat jam pelajaran, dan saat jam pelajaran berlangsung ponsel harus dimatikan
sepenuhnya(bukan flight mode atau Music Mode). Dan juga sebaiknya guru juga
mengikuti saran seperti diatas agar dapat menjadi contoh bagi siswa-siswinya.
Image Source:Flickr(Here, here, and here)
Download