DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN KULIT DAN KELAMIN FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS BOSOWA LAPORAN KASUS AGUSTUS 2023 LICHEN SIMPLEX CHRONICUS DISUSUN OLEH : Angeline Rana 4522112047 DOSEN PEMBIMBING : dr. Fadlina Zainuddin, Sp.KK, M.Kes DIBAWAKAN DALAM RANGKA KEPANITERAAN KLINIK DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN KULIT DAN KELAMIN FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS BOSOWA MAKASSAR 2023 HALAMAN PENGESAHAN Yang bertanda tangan di bawah ini, menyatakan bahwa : Nama : Angeline Rana NIM : 4522112047 Judul Referat : Lichen Simplex Chronicus Telah menyelesaikan tugas dalam rangka kepaniteraan klinik pada Departemen Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin Fakultas Kedokteran Universitas Bosowa. Makassar, Pembimbing dr. Fadlina Zainuddin, Sp.KK, M.Kes 1 Agustus 2023 BAB I LAPORAN KASUS A. IDENTITAS PASIEN Nama : Ny.M Usia : 37 th Jenis Kelamin : Perempuan Agama : Islam Status Pernikahan : Menikah Pekerjaan :- Tanggal Pemeriksaan : 26 Juli 2023 Poli : Kulit dan Kelamin No. RM : 265830 Diagnosis Masuk : Lichen Simplex Chronicus B. ANAMNESIS Keluhan Utama Gatal di punggung kaki kanan sejak lama kurang lebih 2 tahun yang lalu. Riwayat Penyakit Sekarang Seorang pasien Perempuan usia 37 tahun datang dengan keluhan gatal di daerah punggung kaki sebelah kanan yang sudah dirasakan kurang lebih 2 tahun yang lalu. Gatal dirasakan tidak menentu dan rasanya ingin terus menggaruk. Pada daerah punggung kaki juga dirasakan menebal. Riwayat pengobatan dari Puskesmas yaitu cetirizine dan salep C. PEMERIKSAAN FISIK Status Generalis Keadaan umum pasien baik dan status generalis dalam batas normal Status Dermatologi a) Lokasi : Regio dorsum pedis dextra 2 Gambar 1. Effloresensi Pasien b) Effloresensi : Plak eritema,Papul hiperpigmentasi,multiple erosi,likenifikasi D. DIAGNOSIS KERJA Lichen Simplex Chronicus E. DIAGNOSIS BANDING 1) Dermatitis Kontak Alergi/Iritan 2) Liken planus hipertropik 3) Dermatitis numularis F. PENATALAKSANAAN Medikamentosa 1) 12/07/2023 : Loratadine 10 mg Desoximetasone 0,25 mg 2) 15/07/2023 : Loratadine 10 mg 3) 22/07/2023 : Sohobion 5000 , Loratadine 10 mg 4) 26/07/2023 : Cetrizine 10 mg , Sohobion 5000 G. EDUKASI 1) Anjuran untuk tidak menggaruk yang berlebih,meminum obat sesuai anjuran, dan memakai sabun yang mengandung pelembap H. PROGNOSIS Ad Vitam : Dubia ad bonam 3 Ad Sanationam : Dubia ad bonam Ad Functionam : Dubia ad bonam BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. DEFINISI Neurodermatitis atau liken simpleks kronikus (LSK) adalah peradangan kulit kronis, gatal, sirkumskrip, ditandai dengan kulit tebal dan garis kulit tampak lebih menonjol (likenifikasi) menyerupai kulit batang kayu, akibat garukan atau gosokan yang berulang-ulang karena berbagai rangsangan pruritogenik. Oleh karena itu, proses likenifikasi sering dijumpai pada individu dengan riwayat atopik, karena kelompok tersebut mempunyai ambang rasa gatal yang relatiflebih rendah. 1,2 B. EPIDEMIOLOGI Semua kelompok umur mulai dari anak-anak sampai dewasa dapat terkena penyakit ini. Kelompok usia dewasa 30 – 50 tahun paling sering mengalami keluhan neurodermatitis. Namun pasien yang memiliki riwayat dermatitis atopik dapat menderita neurodermatitis pada onset yang lebih muda yaitu rata-rata 19 tahun. Sekitar 12% populasi dunia menderita penyakit neurodermatitis. Secara umum neurodermatitis dapat terjadi pada laki-laki dan wanita, tetapi lebih sering dilaporkan terjadi pada wanita pada umur pertengahan individu. Neurodermatitis jarang terjadi pada anak-anak, karena neurodermatitis merupakan penyakit yang bersifat kronis dan dipengaruhi oleh keadaan emosi dan penyakit yang mendasarinya. Dilihat dari ras dan suku bangsa, Asia terutama ras mongoloid lebih sering terkena penyakit ini kemungkinan karena faktor protein yang dikonsumsinya berbeda dengan ras dan suku bangsa lainnya. 1,3,5,6 C. ETIOLOGI Penyebab neurodermatitis belum diketahui secara pasti. Namun ada berbagai faktor yang mendorong terjadinya rasa gatal pada penyakit ini, faktor penyebab dari neurodermatitis dapat dibagi menjadi dua yaitu: a. Faktor Eksterna 1. Lingkungan Faktor lingkungan seperti panas dan udara yang kering dapat berimplikasi dalam 4 menyebabkan iritasi yang dapat menginduksi gatal. Suhu yang tinggi memudahkan seseorang berkertingat sehingga dapat mencetuskan gatal, hal ini biasanya menyebabkan neurodermatitis pada anogenital. 6 2. Gigitan serangga Gigitan serangga dapat menyebabkan reaksi radang dalam tubuh yang mengakibatkanrasa gatal. 1 b. Faktor Interna 1. Dermatitis atopik Asosiasi antara neurodermatitis dan ganguan atopik telah banyak dilaporkan, sekitar 26 % sampai 75 % pasien dengan dermatitis atopik terkena liken simplek kronikus.2,4 2. Psikologis Neurodermatitis adalah penyakit kulit yang berkaitan dengan psikologis. Kelainan ini terkait dengan berbagai masalah psikologis seperti depresi, ansietas, somatoform, dan gangguan obsesif kompulsif. 6,8 D. PATOFISIOLOGI Anxietas telah dilaporkan memiliki prevalensi tertinggi yang mengakibatkan neurodermatitis. Anxietas sebagai bagian dari proses patologis dari lesi yang berkembang. Selain anxietas, berbagai masalah psikologis yang terdapat dalam penderita juga diduga sebagai penyebab dari neurodermatitis. Telah dirumuskan bahwa neurotransmitter yang mempengaruhi perasaan, seperti dopamine, serotonin, atau peptide opioid, memodulasikan persepsi gatal melalui penurunan jalur spinal. Ketegangan emosional pada penderita cenderung mungkin memainkan peran kunci dalam mendorong sensasi pruritus, mengarahkan untuk menggaruk yang dapat menjadi reflex dan kebiasaan. Interaksi di antara lesi primer, faktor psikis, dan intensitas pruritus mempengaruhi tingkat dan keparahan dari neurodermatitis. Selain diduga dipengaruhi oleh masalah psikis, pasien yang mengalami neurodermatitis juga akan menurunkan kualitas hidupnya dan membuat masalah psikisnya bertambah berat. Stimulus untuk perkembangan neurodermatitis adalah pruritus. Pruritus sebagai dasar dari gangguan kesehatan dapat berhubungan dengan gangguan kulit, proliferasi dari nervus, dan tekanan emosional. Pruritus yang memegang peranan penting dapat dibagi dalam dua kategori besar, yaitu pruritus tanpa lesi dan pruritus dengan lesi. Pasien dengan 5 neurodermatitis mempunyai gangguan metabolik atau gangguan hematologik. Pruritus tanpa kelainan kulit dapat ditemukan pada penyakit sistemik, misalnya gagal ginjal kronik, obstruksi kelenjar biliaris, hodgkins lymphoma, polisitemia rubra vera, hipertiroidisme, gluten-sensitive enteropathy dan infeksi imunodefisiensi. Pruritus yang disebabkan oleh kelainan kulit yang terpenting adalah dermatitis atopik, dermatitis kontak alergi dan gigitan serangga. Pada pasien yang memiliki faktor predisposisi, garukan kronis dapat menimbulkan penebalan dan likenifikasi. Adanya garukan yang terus menerus diduga karena adanya pelepasan mediator dan aktivitas enzim proteolitik, walaupun stress juga mempengaruhi. 1,5,6,8 E. MANIFESTASI KLINIS Gatal yang hebat merupakan gejala yang khas di temukan pada liken simpleks kronik. Gatal dapat bersifat paroksismal, continue ataupun sporadic. Garukan dapat terjadi secara sadar pada daerah-daerah yang gatal sehingga kemudian akan menyebabkan nyeri, atau garukan secara tidak sadar yang biasanya dilakukan pada saat tidur. Rasa gatal yang hebat akan semakin diperberat oleh keringat, panas, atau iritasi dari pakaian. Rasa gatal juga akan semakin diperberat oleh adanya faktor psikologis.1,2,7 Pada liken simplex kronik, garukan berulang akan menyebabkan timbulnya plak dan ekskoriasi. Gambaran khas yang ditemukan pada liken simpleks kronikadalah plak eritematosa yang menebal dan membentuk likenifikasi. Tanda pada kulit ini biasanya sulit dibedakan dengan kulit normal. Perubahan pigmentasi hiper atau hipopigmentasi kulit juga terjadi pada kasus kronik, Warna lesi dimulai dari merah muda, coklat, dan kemudian menjadi hitam, kulit akan terlihat menjadi lebih gelap. Hipertrofi dan hiperpigmentasi juga dapat terlihat, namun yang paling sering didapatkan adalah gambaran hiperpigmentasi, coklat kehitaman.1,8,9 6 Gambar 2.1. Gambaran likenifikasi pada kulit. Terdapat penebalan eritema pada kulit akibat garukanberulang1 Biasanya hanya terdapat satu plak saja, namun dapat ditemukan di berbagai tempat di bagian tubuh. Tempat-tempat predileksi yang paling sering adalah kulit kepala, tengkuk leher, pergelangan kaki, ekstremitas (extensor), dan regio anogenital. Labia mayor pada wanita dan scrotum pada pria merupakan tempat predileksi yang paling sering terinfeksi.1,2,8,9 Gambar 2.2. Gambaran Liken simpleks kronik di skrotum. Terlihat adanya gambaran hiper dan hipopigmentasi dengan ekskoriasi.1 7 Tempat predileksi liken simpleks kronik yang ditemukan pada tengkuk leher umumnya hanya pada perempuan, berupa plak kecil di tengah tengkuk leher atau dapat meluas hingga ke kulit kepala. Biasanya juga akan terbentuk skuama yang menyerupai psoriasis.6,7,9 Gambar 2.3. Plak liken simpleks kronik dibagian belakang leher dan kepala.9 Variasi klinis dari neurodermatitis dapat berupa prurigo nodularis, yang terjadi akibat garukan atau korekan tangan penderita yang berulang-ulang pada suatu tempat. Lesi berupa nodus berbentuk kubah, permukaan mengalami erosi tertutup krusta dan skuama, lama-kelamaan akan menjadi keras dan berwarna lebih gelap (hiperpigmentasi). Lesi biasanya multipel, lokalisasi tersering di ekstremitas, berukuran mulai beberapa mulimeter sampai 2 cm.1,2,6 8 Gambar 2.4. Prurigo nodularis.1 A. Diagnosis Diagnosis neurodermatitis atau liken simpleks kronik berdasarkan pada gejala klinis yang didapatkan seperti gatal yang hebat, kemudian akan timbul plak eritematosa dan gambaran likenifikasi akibat garukan berulang. Namun perlu dipikirkan kemungkinan penyakit kulit lain yang dapat memberikan gejala pruritus, seperti pada liken planus, liken amiloides, psoriasis, dan dermatitis atopik.1,2,6,8 Pada pemeriksaan histopatologis liken simpleks kronik menunjukkan berbagai derajat dari hiperkeratosis dengan para dan orthokeratosis, hipergranulosis dan psoriasiform dari hiperplasia epidermal. Papiler dermis menebal dengan kolagen yang kasar. Terdapat berbagai infiltrat inflamatori mengelilingi pleksus vaskular superfisial dengan limfosit, histosit, dan eosinofil. Hasil biopsi akan menunjukkan gambaran gangguan pruritus primer yang terjadi pada likenifikasi sekunder seperti psoriasis.1,9 9 B. Diagnosis Banding 1. Dermatitis Atopik (Atopik Eczema) Dermatitis atopik (DA) merupakan penyakit kulit kroniks yang berulang terjadi lebih sering pada saat bayi hingga usia kanak-kanak. Penyakit ini sering dihubungkan dengan kelainan dari fungsi barier kulit, sensitisasi alergen, dan infeksi kulit yang rekuren.10,11 Pruritus merupakan gejala utama dari dermatitis atopi, terdapat hiperreaktivitas kutaneus dan garukan akibat terpapar alergen, perubahan kelembaban, keringat, dan iritan konsentrasi lemah. Kontrol pruritus sangat penting karena mekanisme trauma akibat garukan akan memicu pelepasan mediator proinflamasi seperti sitokin dan kemokin. Mekanisme terjadinya pruritus pada DA belum dapat dipahami secara terperinci, namun adanya pelapasan alergen akan memicu pengeluaran histamin dari sel mast di kulit. Namun hal ini belum dapat digunakan sebagai penyabab yang pasti dari pruritus, karena antihistamin H1 tidak efektif dalam mengontrol gatal pada DA.10,11 Gatal yang intens dan reaktivasi kutaneus merupakan tanda utama pada DA. Pruritus dapat berlangsung secara intermiten dalam sehari namun biasanya akan memburuk saat malam hari. Lesi kutaneus yang dapat terlihat adalah adanya scratching atau bekas garukan, prurigo papul, likenifikasi dan lesi kulit eksematous. Lesi kulit akut ditandai dengan pruritus intens, papul eritematous dan ekskoriasi, vesikel eritematous pada kulit, dan eksudat serous. Subakut dermatitis ditandai dengan eritema, ekskoriasi, scaling papul. Dermatitis atopik kronik ditandai dengan papul yang menebal dikulit, likenifikasi, dan fibrotic papul. 9,10,11 10 Gambar 2.5. Gambaran prurigo nodularis pada pasien dengan dermatitis atopik.1 Gambar 2.6. anak dengan dermatitis atopik. Gambaran likenifikasi di regio flexura.9 Gambar 2.7. Gambaran likenifikasi disertai ekskoriasi pada regio dorsal manus pada anak dengan dermatitis atopik.1 11 2. Psoriasis Psoriasis merupakan kelainan kronik dengan predisposisi poligenik, dikombinasikan dengan faktor lingkungan sebagai pencetusnya seperti trauma, infeksi, dan penggunaan obat-obatan. Psoriasis terjadi di seluruh dunia, dengan beragam populasi mulai dari 0,1% - 11,8%. Psoriasis terjadi pada semua usia, namun penyakit ini dapat terjadi pada anak-anak yang berusia kurang dari 10 tahun.12,13 Dalam penegakkan diagnosis perlu diperhatikan usia terjadinya psoriasis, karena akan berhubungan dengan riwayat psoriasis pada keluarga. Tipe lesi pada psoriasis berbatas tegas, menebal, plakat merah dengan permukaan bersisik. Ukuran lesi dapat beragam mulai dari papul pinpoin hingga plak yang terdapat di area tubuh yang luas. Dibawah lesi tersebut akan didapatkan bintik-bintik perdarahan, eritema homogen ketika lesinya dipotong sehingga akan menyebabkan trauma kapiler (auspitz sign). Psoriasis cenderung akan menjadi erupsi simetris.12,13 Gambar 2.8. Plak kronik pada psoriasis di berbagai area tubuh 3. Liken planus Liken planus merupakan suatu inflamasi kronik yang mengenai kulit, membran mukosa, kuku, dan rambut, sering dijumpai dan terasa gatal. Gambaran kulit klasik dari liken planus adalah gambaran papul poligonal, datar, eritematosa sampai 12 violaseus dan kadang didapatkan ada umbilikasi disertai skuama lekat, tipis dan transparan. Gambaran Wickham striae berupa anyaman retikuler yang halus6,7,14 Liken planus diawali dengan makula eritematous, beberapa minggu kemudian berubah menjadi papul keunguan. Pada bentuk generalisata erupsi sering menyebar dalam 1 sampai 4 bulan dari awitan. Lesi inisial hampir selalu timbul di ekstremitas, terutama ekstremitas bawah. Liken planus cenderung gatal, derajat gatal tergantung luasnya penyakit. Semakin luas keluhan gatal maka semakin berat, kecuali tipe hipertrofik, dimana pasien akan mengeluhkan sangat gatal walaupun lesinya terlokalisata.6,14 Gambar 2.9. gambaran Wickham striae pada liken planus.1 F. PEMERIKSAAN PENUNJANG Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan untuk menegakkan diagnosis LSK antara lain 1: 1. Pemeriksaan dengan KOH 10%. Pemeriksaan ini dilakukan untuk mengeksklusi kemungkinan adanya jamur pada kulit pasien. Bahan-bahan kerokan kulit diambil dengan cara mengerok bagian kulit yang mengalami lesi. Sebelumnya kulit dibersihkan, lalu dikerok dengan skalpel steril dan jatuhannya ditampung dalam lempeng-lempeng steril pula atau ditempel pada selotip. Sebagian dari bahan tersebut diperiksa langsung dengan KOH 10% yang diberi tinta Parker biru hitam atau biru laktofenol, dipanaskan sebentar, ditutup dengan gelas penutup dan diperiksa di bawah mikroskop. Bila penyebabnya memang jamur, maka kelihatan garis yang memiliki indeks bias lain dari sekitarnya dan jarak-jarak tertentu 13 dipisahkan oleh sekat-sekat yang dikenal dengan hifa. 2. Tes tempel Tes tempel dilakukan untuk mengeksklusi kemungkinan dermatitis kontak alergi sebagai faktor yang mendasari terjadinya LSK. 3. Pemeriksaan histopatologi Gambar 2. Gambaran histopatologi dari LSK Pada pemeriksaan penunjang histopatologi didapatkan adanya hiperkeratosis dengan area yang parakeratosis, akantosis dengan pemanjangan rate ridges yang irregular, hipergranulosis dan perluasan dari papil dermis. 1 G. TATALAKSANA Penatalaksanaan dari neurodermatitis secara primer adalah untuk mengurangi pruritus dan meminimalkan lesi yang ada dan menghindarkan pasien dari kebiasaan menggaruk dan menggosok secara terus-menerus. Ini dapat dilakukan dengan berbagai cara, seperti memotong kuku pasien, memberikan kortikosteroid antipruritus, glukokortikoid topikal atau intralesional, atau produk-produk tar, konsultasi psikiatrik, dan mengobati pasien dengan cryoterapi, cyproheptadine, atau capsaicin. Selain itu perlu adanya penanganan dalam masalah psikis pasien, seperti psikoterapi, terapi kognitif, dan terapi behavior. 1,10,11 a. Steroid topikal Pengobatan pilihan karena dapat mengurangi peradangan dan gatal serta perlahanlahan menghaluskan hiperkeratosisnya. Karena lesinya kronik, Pentalaksanaannya 14 biasanya lama. Pada lesi yang besar dan aktif, steroid potensi sedang dapat digunakan untuk mengobati inflamasi akut. Tidak direkomendasikan untuk kulit yang tipis (vulva, skrotum, axilla dan wajah). Steroid potensi kuat digunakan selama 3 minggu pada area kulit yang lebih tebal. Contojnya Clobetasol , Betamethasone dipropionate cream 0,05%, dan Triamcinolone 0,025 %, 0.1%, 0.5 %. 7,13,14 b. Antihistamin Obat oral dapat mengurangi gatal dengan memblokir efek pelepasan histamin secara endogen. Gatal berkurang, pasien merasa tenang atau sedatif dan merangsang untuk tidur. Contohnya Dipenhidramin, Cholorpheniramine, Hidroxyzine, Klonazepam, dan Cetirizin.1 c. Agen imunosupresor Tacrolimus, Obat dari kelas ini lebih mahal dari kortikosteroid topikal. Terdapat dalam bentuk ointment dalam konsentrasi 0.03% dan 0.1%. indikasi apabila pilihan terapi yang lain tidak berhasil, selain itu dapat diteleransi kulit yang tipis seperti skrotum, efektif, dan aman 13 H. PROGNOSIS Prognosis baik apabila rasa gatal dapat diatasi, likenifikasi yang ringan dan perubahan pigmentasi dapat diatasi. Kekambuhan dapat terjadi bila terdapat tekanan emosional yang menyebabkan stress atau masalah psikis tidak teratasi dengan baik. Pengobatan untuk pencegahan pada stadium awal dapat membantu mengurangi proses likenifikasi. Biasanya prognosis berbeda-beda, tergantung dari kondisi pasien. Prognosis lebih buruk apabila ada gangguan psikologis atau penyakit lain yang menyertai. Neurodermatitis dapat menjadi lesi yang persisten dan bersifat berulang. Eksaserbasi dapat terjadi bila dipicu adanya respon terhadap stres emosional.14,15 15 BAB III PEMBAHASAN Anamnesis Fakta - Keluhan bercak kehitaman yang menebal disertai rasa gatal di punggung kaki sebelah kanan - Teori 2,3 Keluhan utama yang dirasakan pasien dapat berupa gatal dan sering kali bersifat paroxismal. Lesi kulit - Pasien merasa gatal terus menerus dan ingin terus menggaruk yang mengalami likenifikasi umumnya akan dirasakan sangat - Lesi hanya terdapat pada punggung kaki kanan nyaman bila digaruk terkadang pasien sehingga secara refleks menggaruk dan menjadi kebiasaan yang tidak disadari - Etiologi pasti neurodermatitis sirkumskripta belum diketahui, namun diduga pruritus memainkan peranan karena pruritus berasal dari pelepasan mediator atau aktivitas enzim proteolitik. Disebutkan juga bahwa garukan dan gosokan mungkin respon terhadap stres emosional. - Area predileksi liken simpleks kronik antara lain berada ditengkuk, sisi leher, tungkai bawah, pergelangan kaki dan punggung kaki, skalp, paha bagian medial, lengan bagian ekstensor, skrotum dan vulva, juga diatas alis atau kelopak mata 16 Pada anamnesis pasien ini didapatkan adanya rasa gatal yang dialami besifat terus-menerus dan rasa ingin terus menggaruk. Berdasarkan teori, anamnesis di atas adalah sesuai untuk mendukung ke arahdiagnosis liken simpleks kronik. Pada regio dorsum pedis dextra terdapat plak eritema,papul hiperpigmentasi,erosi dan likenifikasi Status Dermatologikus Pada regio dorsum pedis dextra terdapat Teori 5,6 - Pada stadium awal kelainan plak eritema,papul hiperpigmentasi,erosi kulit yang terjadi dapat berupa dan likenifikasi eritem dan edema atau kelompok Fakta - papul, selanjutnya karena garukan berulang, bagian tengah menebal, kering dan pinggirnya Ukuran berskuama serta hiperpigmentasi. lesi lentikular sampai plakat, bentuk umum lonjong atau tidak beraturan. Kemudian lesi juga dapat berupa plak solid dengan likenifikasi, seringkali disertai papul kecil di tepi lesi, dan berskuama tipis. Kulit yang mengalami likenifikasi teraba menebal, dengan garis-garis kulit yang tegas dan meninggi, serta dapat pula disertai ekskoriasis. Warna lesi biasanya merah tua, kemudian menjadi coklat atau hiperpigmentasi hitam. Distribusi lesi biasanya tunggal. 17 Pada status dermatologikus terdapat plak hiperpigmentasi berbatas tidak tegas ditutupi oleh skuama sedang, dan terdapat likenifikasi. Lesi kulit terbatas pada daerah punggung kaki. Keadaan di atas sesuai dengan teori yang ada. Pemeriksaan Penunjang Fakta Teori1,2 Tidak dilakukan pemeriksaan penunjang - Pemeriksaan Auspitz fenomena sign Koebner. dan Fenomena Koebner atau goresan lilin adalah skuama yang berubah warnanya menjadi putih pada goresan, seperti lilin yang digores. Pada fenomena Auspitz, setelah skuama habis dikerok dilakukan pengerokan perlahan hingga tampak serum atau darah berbintik yang disebabkan oleh papilomatosis. Hal ini menyingkirkan dilakukan untuk diagnosis banding psoriasis. - Pemeriksaan dermatophatology dapat memberikan gambaran yang bervariasi mengenai derajat hiperkeratosis dengan paraorthokeratosis dan orthokeratosis, serta epidermal hiperplasia. 18 psoriasiform Kebutuhan untuk dilakukannya pemeriksaan tambahan sangat bergantung pada kondisi masing-masing pasien berdasarkan riwayat perjalanan penyakitnya, penyakit penyerta, dan komplikasi yang mungkin berkaitan. Diagnosis Banding Definisi Anamnesis Etiologi Liken simplek kronik1,2,3 Peradangan kulit kronis, gatal, sirkumskrip, dan khas ditandai dengan likenifikasi. Keluhan dan gejala dapat mucul dalam waktu hitungan minggu sampai bertahun-tahun. Keluhan utama berupa gatal dan seringkali bersifat paroxismal. Lesi kulit sangat nyaman bila digaruk belum diketahui, namun diduga pruritus memainkan peranan central. Psoriasis1,2 Penyakit autoimun bersifat kronik dan residif, ditandai adanya hiperproliferatif kulit. Dermatitis atopik1,4 Peradangan kulit kronis residif disertaigatal, sering berhubungan dengan peningkatan kadar IgE dalam serum dan riwayat atopi pada penderita atau keluarganya. Gatal ringan, hampir di Gatal- gatal, gelisah seluruh tubuh, padalesi sampai tidak bisa yang kronik dapat tidur,sering kambuh, menetap tidak berubah dan terdapat riwayat selama berbulan-bulan atopik bahkan bertahuntahun. Pada lesi yang akut dapat timbul lesilesi baru yang mendadak dalam jangka waktu beberapa hari. Autoimun ada warisan genetikdari orang tua dan dipicu faktor lingkungan, cuaca, makanan, maupun psikologis (emosi,stres). 19 Lesi Predileksi Pemeriksaan Histopatologi Pada stadium awal Plak eritema dengan Lesi bersifat kronik kelainan kulit yang skuama berlapis-lapis, dengan likenifikasi, terjadi dapat berupa kasar dan berwarna skuama, hipo dan eritem dan edema putih seperti mika serta hiperpigmentasi atau kelompok transparan. Akibat garukan papul, selanjutnya Ukuran lentikular, dapat timbul erosi, karena garukan nummular, plakat, dan ekskoriasi, krusta, berulang, bagian berkonfluensi. dan likenifikasi tengah menebal, Dapat dilakukan kering dan pemeriksaan goresan berskuama serta lilin dan auspitz sign. pinggirnya hiperpigmentasi. Ukuran lesi lentikular sampai plakat, bentuk umum lonjong atautidak beraturan. lesijuga dapat berupa plak solid dengan likenifikasi, disertai papul kecil di tepi lesi, dan berskuama tipis. Tungkai bawah, Scalp, perbatasan Pada bayi lesi kulit pergelangan kaki daerah tersebut tampak pada wajah dan punggung kaki, dengan muka, dan bokong. Pada skalp, paha bagian ekstremitas bagian anak atau dewasa medial, lengan ekstensor terutama lesi tampak muncul bagian ekstensor, siku serta lutut, dan di kaki, tangan, skrotum dan vulva, daerah lumbosacral. belakang lutut, dan juga diatas alis atau lipat siku. kelopak mata dan periauricle hiperkeratosis Pada stratum Akantosis ringan, dengan spinosum tampak hiperplasia paraorthokeratosis kelompok leukosit psoriasiform, dan orthokeratosis, yang disebut abses parakeratosis. serta psoriasiform munro. Terdapat Mitosis keratinosit, epidermal parakeratosis, fibroblas, dan sel hiperplasia. Rete akantosis, endotelial redges memanjang papilomatosis, meningkat dan melebar. vasodilatasi di subepidermis. 20 Penatalaksanaan Teori 7,8 Fakta 1. Umum - Menghindari Umum faktor pencetus, bertujuan untuk memutus itch-scratch seperti menghindari faktor stres - Mengurangi cycle, karena pada dasarnya tindakan menggaruk daerah menggaruk lesi yang terasa gatal justru gatal akan memperberat lesi, dan - Makan obat secara teratur memperberat gatal yang dirasakan. - Kontrol ke dokter teratur Penyebab sistemik dari gatal harus 2. diidentifikasi KhususSistemik Antihistamin Khusus (Loratadine,Cetrizine) a. Sistemik - Pemberian antihistamin oral secara Vitamin Sohobion 5000 luas digunakan untuk mengurangi Topikal keluhan pruritus namun peran dan - Desoximethasone 0,25 mg keuntungannya dalam mengatasi pruritus lokal sangat rendah. - Kortikosteroid b. Topikal - Kortikosteroid : Yang menjadi pilihan adalah kortikosteroid dengan potensi tinggi seperti Clobetassol Propionat, Diflorasone Diasetat, atau bethamethason dipropionat Preparat tar : mempunyai efek anti pruritus dan anti inflamasi pada kulit. Sediaan dalam bentuk salap hidrofilik misalnya mengandung liquor carbonat detergent 5% - 10% atau crude coaltar 1% - 5%. Anti histamin 21 Terapi liken simpleks kronik bertujuan untuk memutus itch-scratch cycle, karena pada dasarnya tindakan menggaruk lesi yang terasa gatal justru akan memperberat lesi, dan memperberat gatal yang dirasakan. Penyebab sistemik dari gatal harus diidentifikasi. Hal ini lah yang menyebabkan penatalaksanaan liken simpleks kronik menjadi sangat sulit. Harus dijelaskan berkali-kali untuk tidak menggaruk atau menggosok lesi nya. 22 BAB IV PENUTUP Neurodermatitis atau liken simpleks kronikus (LSK) adalah peradangan kulit kronis,gatal,sirkumskrip,ditandai dengan kulit tebal dan garis kulit tampak lebih menonjol (likenifikasi) menyerupai batang kayu,akibat garukan atau gosokan yang berulang – ulang karena berbagai rangsangan pruritogenic. Semua kelompok umur dapat terkena penyakit ini dengan kelompok usia 30 – 50 tahun dengan prevalensi sekitar 12% di seluruh dunia. Penegakan diagnosis dapat ditegakkan melalui anamnesis,pemeriksaan fisik dan penunjang untuk mendapatkan terapi yang dapat mengurangi keluhan yang dirasakan. 23 DAFTAR PUSTAKA 1. Linuwih Sri. 2018. Neurodermatitis. Dalam: Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin Edisi ketujuh. Jakarta: FKUI. 2. Koch Robert. 2020. Neurodermatitits. Federal health reporting 3. Holden AC,Berth-jones J. in : Burns T, Breathnach S, Cox N, Griffiths C, Editors. Rooks textbook of dermatology ; Eczema, prurigo, lichenification, and erithroderma.7th.Italy : Blackwell scienc:2014.P. 1741-1743 4. Giannotti B, Haneke E. Eczema. 2015. A practical guide to differential diagnosis and therapeutic management. Chester: Adis International Limited. 5. Koenig TW, Jones skin.In:Freedberg SG, Rencie IM,Eisen A,Tausk AZ,Wolff FA.Noncutaneous K,Austen KF, manifestations Goldsmith LA, of KATZ SC,editors.Fitzpatrick’s Dermatology in General Medicine, 9thed. New York : Mc Graw Hill 2018.p.158-162 6. Jin-Gang A,, Yan-Ting Liu, Sheng-Xiang Xiao, Jun-Min Wang, Song-Mei Geng, dan YingYing Dong. 2015. Quality Of Life of Patients with Neurodermatitis. International Journal of Medical Sciences. 10(5):593-598. 7. R Rajalakshmi, Devinder Mohan Thappa, Telanseri J Jaisankar, Amiya Kumar Nath. 2021. Lichen simplex chronicus of anogenital region: A clinico-etiological study. Indian Journal of Dermatology, Venereology, and Leprology. 77 : 28-37. 8. Brufau R.M, Berna JC, Andreo AR, Redondo CB, dan Gras RL. 2020. Personality differences between patiens with lichen simplex chronicus and normal population: A study of pruritus. Eur J Dermatol. 20 (3): 359-363. 9. Siregar. 2014. Atlas Berwarna Saripati Penyakit Kulit Edisi Dua. Jakarta: EGC. 26. 10. Wolff Klauss. 2019. Lichen Simplex Chronicus. Dalam: Fitzpatrick’s Color Atlas & Synopsis ofClinical Dermatology 6th Edition. New York: McGraw Hill Medical: p. 42-43. 11. Philip D Shenefelt. 2010. Psychological interventions in the management of common skin conditions. Psychology Research and Behavior Management. 3: 51–63. 12. Ariyanti P dan Suyoso S. 2021. Studi Retrospektif: Pemahaman Klinis Liken Simplek Kronikus. Fakultas Airlangga. 122-129 24 13. Tan ES, Tan AS, dan Tey HL. 2014. Effective treatment of scrotal lichen simplex chronicus with 0.1% tacrolimus ointment: anobservational study. European Academy of Dermatology and Venereology. 14. Adyani, DN. 2016. Penatalaksanaan dan Edukasi Pada Pasien dengan Neurodermatitis. J Medula Unila. 3: 115-120. 15. Potter AH, dkk. 2014. Lichen Simplex Chronicus of the Conjunctiva. JAMA Ophthalmol. 131(6): 816–818 25 26 DAFTAR PUSTAKA 16. Linuwih Sri. 2018. Neurodermatitis. Dalam: Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin Edisi ketujuh. Jakarta: FKUI. 17. Koch Robert. 2020. Neurodermatitits. Federal health reporting 18. Holden AC,Berth-jones J. in : Burns T, Breathnach S, Cox N, Griffiths C, Editors. Rooks textbook of dermatology ; Eczema, prurigo, lichenification, and erithroderma.7th.Italy : Blackwell scienc:2014.P. 1741-1743 19. Giannotti B, Haneke E. Eczema. 2015. A practical guide to differential diagnosis and therapeutic management. Chester: Adis International Limited. 20. Koenig TW, Jones skin.In:Freedberg SG, Rencie IM,Eisen A,Tausk AZ,Wolff FA.Noncutaneous K,Austen KF, manifestations Goldsmith LA, of KATZ SC,editors.Fitzpatrick’s Dermatology in General Medicine, 9thed. New York : Mc Graw Hill 2018.p.158-162 21. Jin-Gang A,, Yan-Ting Liu, Sheng-Xiang Xiao, Jun-Min Wang, Song-Mei Geng, dan Ying- Ying Dong. 2015. Quality Of Life of Patients with Neurodermatitis. International Journal of Medical Sciences. 10(5):593-598. 22. R Rajalakshmi, Devinder Mohan Thappa, Telanseri J Jaisankar, Amiya Kumar Nath. 2021. Lichen simplex chronicus of anogenital region: A clinico-etiological study. Indian Journal of Dermatology, Venereology, and Leprology. 77 : 28-37. 23. Brufau R.M, Berna JC, Andreo AR, Redondo CB, dan Gras RL. 2020. Personality differences between patiens with lichen simplex chronicus and normal population: A study of pruritus. Eur J Dermatol. 20 (3): 359-363. 24. Siregar. 2014. Atlas Berwarna Saripati Penyakit Kulit Edisi Dua. Jakarta: EGC. 26. 25. Wolff Klauss. 2019. Lichen Simplex Chronicus. Dalam: Fitzpatrick’s Color Atlas & Synopsis ofClinical Dermatology 6th Edition. New York: McGraw Hill Medical: p. 42-43. 26. Philip D Shenefelt. 2010. Psychological interventions in the management of common skin conditions. Psychology Research and Behavior Management. 3: 51–63. 27. Ariyanti P dan Suyoso S. 2021. Studi Retrospektif: Pemahaman Klinis Liken Simplek Kronikus. Fakultas Airlangga. 122-129 27 28. Tan ES, Tan AS, dan Tey HL. 2014. Effective treatment of scrotal lichen simplex chronicus with 0.1% tacrolimus ointment: anobservational study. European Academy of Dermatology and Venereology. 29. Adyani, DN. 2016. Penatalaksanaan dan Edukasi Pada Pasien dengan Neurodermatitis. J Medula Unila. 3: 115-120. 30. Potter AH, dkk. 2014. Lichen Simplex Chronicus of the Conjunctiva. JAMA Ophthalmol. 131(6): 816–818 28 29