Filsafat Hukum School of thought berkembang karena ada dua cara dalam memperoleh ilmu pengetahuan, yakni epistimologi dan rasionalisme. Salah satu pendukung rasionalisme ialah Socrates. Sebelum kita hidup di dunia, kita pernah hidup di dalam jiwa-jiwa. Ilmu pengetahuan menurut Socrates udah ada sejak kita masih berupa jiwa, kalau mau dapet lagi, ingat lagi, tinggal digali saja, bebas pengalaman (apriori). Kalau rasionalisme, menurut tokoh ini, dia bilang bahwa ilmu itu enggak berasal dari diri manusia. Tapi dari upaya menggalinya (priori). Orang bisa dapet ilmu pengetahuan entah itu dengan cara berpikir atau observasi langsung. Cara berpikir itu diturunkan oleh Copper dengan istilah falsifikasi. Katanya, kalau mau dapat ilmu pengetahuan, kita harus tahu masalahnya dulu (ilmu pengetahuan selalu berangkat dari masalah). School of thought atau paradigma adalah pendekatan teoretis yang mempengaruhi perspektif dalam mempertanykan, menganalisis, menjawab masalah, dan merefleksikannya kembali. ST adalah cara untuk menjawab masalah-solusi masalah-solusi yang terus berakselerasi. School of thought kaitannya dengan hukum alam adalah untuk mengetahui apa yang tetap dan apa yang berubah di dunia. LATAR BELAKANG KODRAT HUKUM Mentjari apa yang tetap dan apa yang berubah di dunia. Hukum kodrat pada dasarnya untuk mencari keadilan absolut di dunia. Karena menurut mereka, keadilan adalah sesuatu yang tetap di dunia. Sesuatu yang tetap itu asalnya dari firman Tuhan. Di zaman hukum kodrat, ada abad pertengahan. Ada dua sumber otoritas di dunia, yakni Raja dan Gereja. Mereka kadang bertikai, terus gimana cara memahaminya. Ingi mewujudnya aturan yangsifatnya universal, maka dia melatarbelakangi terbentuknya hukum internasional. Latar belakang DUHAM. Menuntut kebebasan individu dari absolutism. Di AS, hakim menentang perundang-undangan yang mengurangi kebebasan individu. FILSAFAT TIMUR Dalil-dalil filsafat timur: - FilTim bukan hanya berupaya untuk mencari kebenaran sebagai tujuannya, tetapi juga melampaui tujuan itu. FilTim pengin menciptakan kebenaran supaya bisa mencapai keselamatan, kebabsan abadai, dan lain sebagainya. Manusia dibekali alat untuk bertahan hidup sebagai senjata mengatasi nestapa di dunia. - Menekankan keseimbangan atau harmoni. - - Bersifat holistik, artinya kebenaran enggak datang dari rasionalisme juga, tapi juga dari empirisme juga. Dalam filsafat timur, enggak ad aitu kitab isa dapat fakta yang ada semisal pakai mata aja, tapi juga harus pakai rasionalitas. Penghayatan terhadap waktu. FilTim menyifatkan waktu sebagai sesuatu yang menyeluruh, bisa ke belakang dan bisa ke depan. Makanya ada konsep reinkarnasi di dunia ini. HUKUM KODRAT DALAM PERSPEKTIF FILSAFAT CHINA 1. Konsep Tao sebagai effortless action, yaitu konsep yang muncul pas di China ada peperangan antar dinasti. Ada pemikir yang memikirkan cara mengakhiri perang ini. Tao mendasarkan pada Tindakan-tindakan individu yang missal kalau individunya baik, maka kondisi bernegara juga baik. Tindakan individu mempengaruhi domain politik. Catatan lain dari Tao, Tindakan individu harus bersifat kaya air. Kok, air? Air bisa memecahkan bebatuan kalau dititikkan terus menerus. Ketenangan setiap individu adalah titik kemenangan. Apa yang abadi menurut Tao? Cara menjadikan manusia itu tenang. 2. Hukum Kodrat Konfusius Dalam konfusius, dia menyatakan bahwa semesta itu sendiri terdiri dari mikro kosmos dan makro kosmos. Memahami manusia sebagai mikrokosmos sama sulitnya seperti memahami dunia sebagai makrokosmos. Dia mikir, gimana cara menyeimbangkan mikro dan makro kosmos karena menurut dia, mereka saling berkaitan. Kalau kitab isa bertentindak sesuai dengan alam, maka bisa tercipta sebuah harmoni. Misal, tradisi masyarakat hukum adat untuk membabat pohon dengan membuat cerita hutan larangan. Misal juga masalah slice and burn soal pembukaan lahan. Hal kedua adalah kepatutan adalah Kebajikan sempurna. Kepatutan adalah melaksanakan Tindakan yg sesuai dengan tusinya. Kalau dia seorang raja, dia harus mnjalankan tusi sesuai jabatannya itu. Kalau dilaksanakan secara patut, harmoni dapat terbentuk. Manusia dibekali rasio untuk mempelajari moral, hukum berfungsi menegakkan sanksi. Naskah suci sebagai hukum dasar negara. Ide konstitusi, China udah berkembang banget. Filsafat India 1. Filsafat Nyaya dalam Hindu - Darsana pandangan tentang kebenaran. Darsana ini penting bagi filsafat Nyaya karena manusia terdiri dari dua unsur, yaitu sifat keras dan sifat lembut. Sifat keras menyebabkan rasa sakit yang disebut dengan tubuh. Sifat lembut adalah jiwa kita sebenarnya. FilIndia pengin melepaskan belenggu tersebut; - Sumber pengetahuan: prtyaska logika berpikir, anumana, upamana, Shabda. Shabda merupakan sebuah hal yang dianggap sebagai konstitusi - Karma (perbuatan yang dikenakan sanksi sesuai perbuatan kita) dan Dharma (kewajiban); - Tugas berdasarkan kasta dan varna; - Alam semesta universal dan bersifat sebab akibat, segala hal pasti ada alasannya dan alasannya berisfat beraneka ragam, mungkin krn manusia itu sendiri. 2. Filsafat Budha - Pemikiran tentang sunyatha atau ketiadaan. Dalam perspektif Budha, ketiadaan adalah sesuatu yang sifatnya tetap. - Dependent origination: semua fenomena timbul bersyarat dan tidak memiliki eksistensi inheren. Enggak ada sesuatu yang bisa hidup sendiri. Terus apa yang pasti kalau gitu missal sesuatu saling berkaitan? Harapan di depan. FILSAFAT BARAT Kodrat Klasik Dalam menjawab pertanyaan apa yang tetap dan apa yang berubah di dunia ini, Heraklitos bilang bahwa enggak ada yang tetap sama sekali, bahkan manusia itu sendiri. Untuk mendefinisikan sebuah air aja, menurut dia, enggak bisa disebut air karena air itu selalu berubah. Pendapat Heraklitos ditanggapi oleh Parmenides. Dia bilang, pernyataan Heraklitos itu menyesatkan karena di dunia ini pasti ada sesuatu yang tetap, yakni arche atau materi terdalam. Dari sini, kita mulai mendefinisikan ap aitu arche atau materi terdalam itu? Socrates dianggap mempengaruhi generasi muda untuk banyak bertanya yang membuat otoritas raja jadi kurang. Dia jadinya ke pasar-pasar dan tempat orang berkumpul untuk nanya pertanyaanpertanyaan abstrak, kaya apa yang tetap dan apa yang berubah. Menurut Socrates, yang tetap adalah keadilan karena keadilan ini adalah hal yang jadi tujuan utama (pengharapan di depan). Socrates membawa muridmuridnya untuk nanya langsung, salah satunya Plato. Plato nyusun keadilan itu bisa diamati dengan pancaindera enggak? Enggak. Semua itu bis akita rasakan lewat rasio. Socrates mempengaruhi Plato buat berpikir bahwa keabadaian itu adalah idea. Idea enggak akan pernah berubah-ubah karena dia akan ada terus di dalam diri manusia. Plato punya murid, namanya Aristoteles. Suatu saat, Ari pergi ke Pantai, menyalakan api, dia memasak air. Ari enggak sengaja mikir apa yang bikin air jadi panas. Aris mikir, kayanya yang ngubah air ini jadi panas bukan idea, jadi dia bepikir keras bahwa ada hal abadi yang bikin air ini jadi panas. Aris mengajukan satu ide tetang apa yang tetap dan yang berubah, melalui ide materia dan forma. Menurut Aris, ini adalah hal yang tetap dan enggak berubah. Materia adalah sesuatu yang kekal, inderawi, bisa dipegang, dirasakan, diapa-apain. Aris juga merevisi soal idea tadi. Kata dia, keadilan itu emang abadi, tapi harus diwujudkan dalam hal yang bisa diobservasi oleh inderawi. Jadi, harus dituangkan ke dalam keadilan distributive, korektif, dan komutatif. Distributive contohnya adalah equality before the law. Korektif, biasanya dalam sengketa atau tuntutan. Afirmatif, diskriminasi untuk keadilan, komutatif kurang populer. STOA 1. Aliran yang berkaitan dengan hukum kodrat adalah adanya perbedaan semesta kecil dan semesta besar. Mereka menuntut adanya keselarasan; 2. Sifatnya selaras, universal, abadi, dan preventif. PENGGOLONGAN HUKUM KODRAT ABAD PERTENGAHAN 1. HUKUM KODRAT IRASIONAL ATAU TEOLOGIS Mengedepankan Tuhan, kitab suci, dan firman, sebagai sumber hukum alam. Tokohnya Aquinas. Yang mau digali adalah bagaimana konsepnya hukum agama itu berkaitan dengan perkembangan filhum secara khusus. Untuk mencermati hal tersebut, ada beberapa persamaan dan perbedaan dari filsafat dan teologis: - Sumber: filsafat pertanyaan, teologis keyakinan; - - Fokusnya: filsafat kebenaran, teologis untuk memahami Tuhan; Pendekatan: kalau filsafat lebih ke metode apa yang akan digunakan. Persamaannya sama-sama untuk mencari kebenaran. Kebenaran di teologis dan filsafat punya definisi yang beda. Kedua, mereka samasama belajar etika. Filsafat lewat rasionalitas, teologis lewat kitab suci. Menurut Aquinas, hukum adalah perintah akal bdi untuk kebaikan dan diundangkan oleh orang yng mengurus kepentingan masyarakat (Pemerintah). Dari sini, kita bisa tahu kalau hukum itu memuat konten. Aquinas juga bapak dari positivisme hukum. Pembuatan aturan hukum harus dibuat dengan rasio. Kata Aquinas, meskipun dia seorang bangsawan dari Aquino dan Kristen yang taat, dia menempatkan rasio harus selaras dengan kayakinan Tuhan. Dia bisa yakin ke Tuhan kalau dia bisa merasionalkan itu. Dia pengin meyeimbangkan domain agama dan domain rasio. Thomas Aquinas bilang hukum harus mampu mewujudkan kebahagiaan. Kalau enggak bisa bikin Bahagia, dia bukan hukum yang baik. Bahagia di sini adalah kebahagiaan umum dalam rangka kebahagiaan bersama. Yang paling penting di sini adalah adanya partisipasi. PENGGOLONGAN HUKUM HASIL PEMIKIRAN SI AQUINAS A. LEX AETERNA Pengejawantahan dari otoritas gereja ngatur manusia B. LEX HUMANA 2. HUKUM KODRAT RASIONAL Harus menggali isi firman Tuhan itu. Tokohnya adalah Grotius Yang Agung. POSITIVISME HUKUM Positivisme hukum juga disebut dengan istilah hukum positif, kepastian hukum, fakta hukum, fakta kasus. Ada pernyataan-pernyataan yang nernuasna positivisme, yaitu saya tidak bisa mengintervensi proses hukum, hukum harus netral, hukum tidak boleh memihak, hukum harus ditegakkan sekalipun langit runtuh. Perkembangan Revolusi 1779 terjadi Revolusi Prancis, ini puncak dari pemikiran hukum Kodrat. Ada demontransi besarbesaran dan menyuarakan bahwa monarki di Prancis harus turun karena enggak bisa menyelesaikan masalah warga negaranya. Bergeser jadi negara Republik Demokratik. Pergolakan yang terjadi di Prancis merombak tatanan epistimologi kita juga, missal, muncul semacam ledakan teknologi yang sangat besar yang kemudian mengubah struktur di masyarakat. Ini bikin matematika, fisika, dan lain sebagainya jadi bener-bener mengambil peran. Hukum jadi mau didudukkan sebagai sesuatu yang objektif, lepas dari pengaruh pembuatnya. Perkembangan ini juga didukung oleh August Comte. Dia menelurkan istilah positivistic. Dijabarkan lewat ilmu pengetahuan yang dibagi jadi tiga tahap, yaitu teologis (ajaran agama), metafisik (keyakinan alam semesta yang disebut dengan hukum kodrat), dan positif (Agust Comte mau kita beranjak ke sesuatu yang konkret, bukan lagi abstrak. Jadi, kita harus ke sesuatu yang pasti). Dari positif, diturunkan ke istilah: 1. Nyata; 2. Berguna atau bermanfaat; 3. Pasti; 4. Jelas atau tepat; dan 5. Positif (penataan. Hukum dibuat untuk memperbaiki. Kalau sifatnya destruktif, bukan hukum). Ini yang menyebabkan ide hukum kodrat diruntuhkan karena cuma gagasan, enggak ada aturan yang ngatur secara jelas. THOMAS HOBBES Dia hidup di zaman yang penuh kesengsaran dan penderitaan di Inggris. Dia jadi mikir, apa manusia emang lahir untuk susah doang? Jadi, harus ada aturan supaya manusia ini bisa diatur. Jadi, tujuan utama hukum ini untuk menciptakan keamanan dan ketertiban. Cuma bisa tercapai kalau hukum itu dibuat oleh kekuasaan yang sifatnya superior. Kekuasaan yang superior bisa diejawantahkan dalam beberapa hal, yaitu raja, presiden, dan semua Lembaga negara yang berwenang. Thomas Hobbes enggak melihat hukum kebiasaan, sosiologi hukum, dan lain sebagainya. Menurut Thomas Hobbes, judge made law itu sumber dari ketidakpastian sebab antara satu hakim dan hakim lainnya akan berbeda. Ada pemikiran yang muncul gara-gara ini, yaitu hukum adalah perintah dari yang berkuasa. Dari sini, muncul pemikir hukum Inggris yang terinspirasi lagi, namanya John Austin (1859) Austin hidup di Inggris yang lahir dari keluarga menengah, kuliah di London, jadi militer, keluar, jadi praktisi hukum. Kenalan sama banyak orang, yang mana dia adalah tokoh-tokoh hukum terkemuka. Austin jadi ketua departemen di Oxford University grgr kedekatan itu, tapi gak lama karena ngerasa kurang layak dan kuliah lagi di Bone University, German. Kenalan sama tokoh positivistic dan ngajar lagi, tapi depresi karena gak ada yang mau ke kelas dia. Dia keluar lagi dan ketergantungan sama Sarah, meninggal, dan Sarah yang melanjutkan pemikiran Austin. Kepopulerannya justru baru ada setelah Austin meninggal. Pemikiran-pemikiran lain: Austin antara 1. Dia terinspirasi banget sama Hobbes, dia nganu teori Command Theory. Hukum baik kalau dia mampu mengandung unsur: a. Mengandung unsur perintah atau imperative (contohnya bayar pajak); b. Apabila tidak menaati aturan tersebut, ada sanksi; c. Ada ketentuan mengenai kewajiban; dan d. Kedaulatan. Artinta hukum yang dibuat didasarkan atas kedaulatan pembuatnya. Aturan yang dibuat oleh orang yang enggak berdaulat, gak boleh disebut sebagai hukum. 2. Dari sini, dia mengonstruksikan sesuatu ke yang lebih sistemastis, yaitu hukum yang dibuat oleh manusia dan hukum yang didasarkan keyakinan agama. A. Human law: menurut Austin, yang bisa mewujudkan keinginan Hobbes cuma human law bagian proper. Moral itu mengikat, tapi enggak bisa dipaksakan. - Proper Hukum yang dibuat oleh negara (political superior, contohnya peraturan perundang-undangan dan pivat person, contohnya perjanjian - Improper Moral. Yang menarik dari Austin, dia masih mengapresiasi adanya hukum Tuhan. B. Good Law Dampak negative pemikiran John Austin, ketidakadilan jadi sesuatu yang seolah-olah enggak diperhatikan. HANS KELSEN (1881) Pemikiran Austin yang masih cacat, membuat Kelsen berpikir lagi. Kelsen pengin menghapus analisis-analisis hukum itu sampai akhirnya lahir hukum murni. Hans Kelsen hidup di dua masa perang dunia, dari PD I sampai PD II. Hans Kelsen enggak cuma terinsipirasi dari Austin, tapi juga Immanuel Kant. Mengapa Kant jadi inspirasi Kelsen? Kant dating dengan pendapatnya dengan Kantian. Pengetahuan bisa diperoleh dari empirisme dan rasionalisme. Hans Kelsen ngambil dari teoretis. Dia berpendapat bahwa hukum gak harus dipikirkan manfaatnya, yang penting teorinya aja. Dia membagi hukum jadi apa yang seharusnya dan apa yang senyatanya (das sollen dan das sein). Teori hukum murni memisahkan antara fakta, moralitas, dan hukum. Hukum baru disebut sebagai hukum kalau dia berdiri sendiri, normative, dan apa yang seharusnya. Banyak kritik yang muncul kepadanya, salah satunya: 1. Sebenarnya meskipun hukum mengatakan ‘seharusnya’ tetapi sebenarnya hukum itu bersifat imputative dan indeterministic. Imputatif istilah lain dari karma. Dia mengandaikan setiap orang pasti akan menaati hukum karena penguasa adalah orangorang yang dipilih rakyat, jadi rakyat pasti akan menuruti mereka. Kenyatannya, enggak pasti semua orang taat hukum. Orang yang mengapresiasi ‘seharusnya’ sebagaimana ide Kelsen. Indeterministic itu berpegangan bahwa ia tidak didasarkan pada hukum alam, tetapi pada kehendak manusia (inti dari indeterministic itu adalah enggak semua orang akan menaati hukum) 2. Hukum itu tidak hidup di ruang hampa. Hukum hidup di tengahtengah masyarakat, timbul dan berkembang di tengah-tengah masyarakat. 3. Isi hukum bisa bersifat jahat. Hans Kelsen nggak mempertimbangkan isinya, tapi formnya doang. 4. Hukum membutukan manusia untuk menafsirkan. Aturan hukum yang dibuat penguasa butuh penafsiran-penafsiran soalnya masih bersifat kecil, kalau udah ada tafsir, jadinya enggak murni lagi. Implikasi teori Hans Kelsen adalah berembangnya zaman fasis di zaman PD II. Ada UU Final Order yang ngasih legalisasi untuk membantai orangorang Yahudi. POSITIVISME HART HUKUM HLA. Hart sangat terpengaruh oleh John Austin. Hart melanjutkan pemikiran oleh guru-gurunya. Hart berkebangsaan Inggris, dari bangsawan sampai akhirnya bisa kuliah di Oxford. Terus dia jadi barrister atau pengacara. Dalam titik tertentu, dia ngerasa jenuh terus join korps intelijen Inggris. Menikah sama seseorang, diendors Austin, jadi dosen di Oxford. Akhirnya, dia dapat serangan yang tajam dari pemikir hukum lainnya, salah satunya Richard Dorkin. Hart enggak mampu menahan kritik, mundur dari chair of jurisprudence. Hart menyimpulkan kalau positivisme yang disampaikan oleh Austin, berakar dari tiga pertanyaan: a. What is law? Perintah yang dibuat oleh penguasa b. What are the process of law? Bangsane si iku, apay a yang proper dan improper. c. Command of sovereign. Hart setuju sama dua pemikiran di atas, tapi enggak setuju sama huruf (c) soalnya Hart percaya kalau perintah itu juga muncul dari aturan-aturan sosial, enggak Cuma dari penguasa. Contoh, waktu itu ada istilah etiket. Etiket ini soal aturan pakaian antara laki-laki dan perempuan, ini nunjukin kalau ada sesuatu yang ditaati oleh masyarakat sosial, tapi enggak berasal dari negara. Menurut Hart, huruf (C) itu malah enggak menghasilkan ketertiban, malah bisa jadi alat yang sangat berbahaya kalau dia berasal dari penguasa. Kata Hart, konsep huruf (c) itu enggak bisa diterima karena aturan sosial itu banyak, misalnya kaya aturan-aturan permainan, kaya bola dulu ‘kan belum ada FIFA, jadi ya Cuma nurut aturan masyarakat aja. Hart mengajukan satu konsep untuk me-replace konsep Austin, yang disebut dengan systemic quality. Inilah nama pemikiran Hart. Menurut Hart, konsep hukum terbagi dalam dua bentuk, yaitu: 1. Primary rules (undangundangnya, materiilnya). Hart ngasih contoh, kala itu kalau mau main bola, hanya kaki saja yang boleh menendang, tangan enggak boleh terlibat dalam sepak bola. Menurut Hart, primary rules dapat berupa perintah ataupun larangan. 2. Secondary rules (instrument, formil). Aturan atas sebuah aturan atau rules of the rules. Fungsinya untuk mengatasi apabila terjadi penyelewengan terhadap ketentuan di primary rules, entah nanti ditentukan oleh wasit atau FIFA. Intinya, secondary ini adalah upaya untuk mengatasi penyelewengan itu. Dia berisi power conference, ada kewenangan. Menurut Hart, Austin Cuma menekankan adanya primary rules saja. Hanya berisi apa yang disebut perintah dan larangan, tanpa menyentuh secondarynya. Yang akan menimbulkan permasalahan, yakni: a) Uncertainty. Misal, ada Lembah. Di Lembah, ada rerumputan. Kemudian di tengah-tengahnya dibatasi oleh sungai, terus ada padang rumput lagi. Muncul kawanan yang bertempat tinggal di sana, enggak tahu ada aturan atau enggak. Mereka melakukan perbuatan secara rutin, misal, baru bisa melakukan kegiatan merumput pada pagi hari. Lalu, dari sisi kanan ke kiri dengan jeda waktu satu minggu (pindahnya seminggu sekali). Nah, suatu hari, mereka nemu Lembah kedua dengan sungai I tengahnya. Dia bingung, apakah ketentuan di Lembah yang satunya apakah akan dipakai di Lembah yang baru ini? Hart nyebut, ketentuan itu enggak bisa menjamin keberlakukan hukum secara universal. Maknaya dibutuhkan otoritas buat nentuin apakah ketentuan di Lembah A dipakai juga di Lembah B. b) Staticness. Ketidakfleksibelan. Misalkan, di Lembah A tadi, orang udah sepakat sama aturan yang ada. Pada suatu masa, muncul sebuah kondisi rumputrumput Lembah A ditumbuhi bakteri. Nah, boleh enggak tuh dia pindah ke B kalau kaya gitu? Soalnya ‘kan enggak ada institusi yang nentuin. c) Inefficient. Contoh, misal ada anggota kelompok yang merumput malam hari. Kalau Cuma berisi larangan sama perintah doang, kita enggak tahu orang yang melanggar itu akan diapakan. Hart ngasih Solusi dengan bikin secondary rules. Buat mengatasi: a) Uncertainty lewat Rules of Recognition, bentuk otoritasotoritas; b) Rule of Change, ngasih otoritas kewenangan buat mengubah aturan c) Rules of ajudication, ada Lembaga yudikatif untuk mengatasi pelanggaranpelanggaran yang dibuat oleh orang. Ide ini yang melahirkan konsep hukum formil dan materiil. Pemikiran Hart dapat kritik dari seseorang, yang disebut dengan Lon Vuller, yaitu tokoh hukum modern beraliran hukum kodrat. Hukum psoitivisme di zaman Hart tuh udah dianggap bahaya banget, jadi butuh hukum kodrat lagi untuk menyeimbangkan. Sebagaimana yang kia tahu, positivisme itu memisahkan hukum dan moralitas banget. Moralitas dianggap sebagai hukum yang improper. Kritik Lon Vuller ke Hart adalah: a) b) kalau hukum dan moralitas dipisahkan, hakim harus memutuskan hukum kaya gimana? Pakai moralitas atau pakai hukum itu sendiri? Kalau pakai moralitas, harus pakai moralitas yang khusus atau umum? Kalau moralitas dan hukum dipisah, penafsiran yang terjadi atau dilakukan itu sangat bersifat literal atau eksplisit. Misal, kendaraan dilarang parker di area kota. Ada anak-anak membawa sepedanya dan meletakkan sepedanya di sana, apa anakanak melanggar primary rules tersebut? Ya kalau menurut Hart, ya iya soalnya sepeda termasuk kendaraan. Padahal, mungkin, maksud si pembuat UU, kendaraan ini ya Cuma kendaraan bermotor. Hart ngasih balasan, hukum dan moralitas tetap harus terpisah, Kalau digabung, negara akan kebal terhadap kritik soalnya negara yang megang moralitas. Hukum dan moralitas harus dipisah karena kalau digabung, negara akan sangat sewenang-wenang karena dia bakal masang standar supaya dia jadi bapak rumah tangga yang baik. Hart yang kedua bilang, semisal hukum dan moralitas digabung, nanti ada hukum yang anarkis. Menurut Hart yang ketiga, kalau hukum itu adalah moralitas, validitas hukum ada di validitas moral, sementara kita enggak mengabaikan kalau hukum itu kadang berisi ketidakadilan. Menurut Dorkyn, hukum itu sifatnya lebih sempit dari moralitas. Enggak bisa dipisahkan. Pelanggaran hukum adalah pelanggaran etika, pelanggaran etika belum tentu pelanggaran hukum. Apakah negara membuat sebuah aturan yang melarang atau memerintahkan sesuatu hal, meskipun hal itu enggak melanggar kesejahteraan umum? Enggaklah, Negara bukan pengendali moralitas, dia Cuma bertugas buat menciptakan kesejahteraan umum. Kalau enggak ada manfaat kesejahteraannya ya buat apa. Oleh sebab itu, memandang negara sebagai sesuatu yang suci bikin kita enggak bisa membedakan mana itu rezim mana itu negara. Negara bukan pemegang moralitas. Hukum memang berasal dari penguasa, tetapi validitasnya tidak hanya berasal dari aspek formal, tapi juga dari kelompok yang diatur atau affected group. Ada aspek-aspek kebiasaan yang juga mempengaruhi validitas hukum itu sendiri. REALISME HUKUM Apriori berada dalam ruang yang sama dengan hisab bahwa ilmu pengetahuan hadir melalui logika manusia sehingga dia sangat deduktif (premis mayor, minur, kesimpulan). Kalau aposterori, dia ada dalam ruang yang sama dengan rukyatul hilal. Menurut dia, ilmu pengetahuan hanya hadir melalui pengalaman. Mana yang lebih bagus? Tentu logis aposterori dan enggak bisa diuji pakai apriori, demikian juga sebaliknya. Legal realism itu masuknya ke aposterori karena enggak bebas pengalaman. Realisme Amerika Legal realisme itu aslinya lahir dari suatu gerakan. Gerakan melawan formalisme hukum. Legal formalism ini suatu pemikiran yang mengimani bahwa hukum haruslah tertulis, harusnya tekstual. Entah berangkat dari putusan pengadilan atau berangkat dari produk tertulis. Ketika suatu larangan dan perintah selalu diformulasikan di dalam tulisan, pasti akan selalu ada keterbatasan. Contohnya, misal, kematian. Kematian merupakan sebuah konsep hukum. Kapan individu dikatakan mati. Ketika enggak ada nyawa? Apa itu nyawa? Formalisme hukum itu apriori. Dia logikanya deduksi. Formalisme hukum memahami hukum semata-mata sebagai sebuah teks. Jadi, apa yang dituangkan ke dalam teks, ya itu yang harus diaplikasikan. Realisme hukum mengkritik selalu ada keterbatasan antara teks dan fenomena sosial. Hukum yang baik haruslah berdasarkan fakta, bukan teks. Realisme hukum merupakan penolakan terhadap system tertutup, absolut, dan original dan menginginkan fakta dan Tindakan. Realisme hukum sangat dipengaruhi oleh pragmatism terhadap teori positivist. Oliver Wendell Holmes (18411935) Hukum sebagai sebuah pengalaman. Pengalaman dan logika memiliki derajat yang sama selayaknya priori dan aposteori. Jadi, akan sangat janggal semisal hukum hanya dipahami sebagai apriori. Hukum merupakan sebuah prediksi apa yang akan diputuskan hakim menekan pada aspek empiris dan pragmatis hukum. Nah, realisme hukum Amerika, ngelihatnya selalu hakim karena Amerika sifatnya common law. Hukum harus dipisahkan dari moralitas. Jadi, realisme hukum juga menolak premis hukum kodrat. Ia harus memperoleh justifikasi secara keilmuan yang menitikberatkan pada kebutuhan sosial. Sebab menitikberatkan pada kebutuhan sosial, jadi enggak pasti karena praktikal banget. Ahli hukum jadinya hatus belajar ekonomi dan statistic untik menentukan kebujakan yang baik. Kebijakan enggak akan punya arti kalau mengabaikan implikasi bagi kesejahteraan sosial. Ketika sesuatu cuma berangkat dari teks, maka putusan itu enggak memiliki arti. Aposterori sifatnya induksi. Pengalaman dulu terus dinaikkan lagi ke sesuatu yang berifat umum. Hukum dipandang sebagai prediksi, baik litigasi ataupun advokat professional. Ini enekankan pada apa yang dilakukan pengadilan, bukan logika deduksi yang abstrak mengenai aturan hukum. Apa yang dimakan hakim saat sarapan, berpengaruh terhadap putusannya di siang hari. Maksudnya, karakterkarakter tempat kita tumbuh dulu akan mempengaruhi Tindakan kita dalam mengambil keputusan. Hukum merupakan seperangkat konsekuensi dari praktik di ruang siding. Ia bukan system nalar serta bukan deduksi dari praktik nalas. Yang menarik, ada istilah bad man test. Kriminal, dia enggak peduli bahwa Tindakan yang dia lakukan akan berkonsekuensi pada penyelidikan, penyidikan, pelimpahan ke JPU, ke pengadilan, diperiksa, dan criminal akan didudukkan di sana Intinya dia enggak akan peduli serangkaian proses persidangan atau peradilan dia juga enggak peduli soal status terpidana, saksi, terdakwa. Kriminal cuma peduli bahwa di hadapannya ada peluang untuk membahagiakan dirinya dengan cara menyakiti orang lain. Holmes membayangkan ada pembatasan judicial law making dengan memberikan porsi lebih pada legislator. Argumennya karena masyarakat mempunyai hak untuk membuat hukum melalui wakilnya (dewan) untuk memproduksi hukum sesuai kepentingan konstituennya. Hakim harusnya memposisikan dirinya sebagai legislator. Hakim harus membayangkan kalau putusan yang dia buat, bukan hanya untuk kepentingan orang di ruang siding. Putusan yang dia buat punya implikasi bagi orang-orang di luar siding. Hakim yang baik, harus memabayngkan hal tersebut. Hukum dan Implikasi Sosial Karl Nickerson Llewellyn Dia bilang kalau enggak ada mahzab realism. Adanya gerakan realism. Ia merupakan metode yang mencakup apa pun tentang ke mana pun harus bermuara. Jadi, ini fokusnya ke dampak atau implikasi. Ia juga percaya kalau penggunaan optic “yang seharusnya” akan menyulitkan penyelidikan mengenai apa yang sebenatnya terjadi. Contoh, di perempatan Sudirman ada traffic lamp, harusnya orang berhenti, tapia da orang yang enggak berhenti. Kalau cuma berdasarkan pada “yang seharusnya” kita enggak akan tahu kenapa dia enggak berhenti. Kepatuhan itu tergantung pada seberapa banyak intensif yang dia dapatkan dengan melanggar suatu peraturan. Contoh, kenapa pencabulan dosen terhadap mahasiswa selalu terulang? Kultur kita patriarki, sanksinya lemah, pembuktiannya susah. Dosen melakukan KS ya karena harganya murah. Llewellyn membayangkan bahwa disiplin sosial itu penting untuk menjamin apa tadi? Aturan hukum enggak penting-penting amat. Cuma relevan kalau dia didiskusikan dengan how rule works tanpa itu rule of law hanya omong kosong. Penting buat nanya, gimana pemahaman masyarakat, gimana penegakannya? Contohnya, dalam komunitas muzzaki. Ada tiga individu yang meyakini bahwa pajak bertentangan dengan Islam. Sehingga dia enggak mau membayar pajak. Ada juga yang mengatakan bahwa percuma bayar pajak karena banyak uang negara yang dikorupsi. Ada juga individu yang meyakini ini zalim sebenarnya, tapi karena dia pekerja, jadi tetap membayar. Nah, membayangkan kepatuhan pajak ini ‘kan enggak cuma ngelihat rule rule aja, tapi juga psikologi, sosial, ekonomika. Hukum adalah institusi. Hukum terorganisari sedemikian rupa yang akhirnya berkontribusi pada keberlangsungan masyarakat. Pengoperasionalan hukum harus memperhatikan karakteristik atau sifat organisasi sosial. Lima hal yang harus diperhatikan ketika hukum diasumsukan sebagai alat stabilisasi: a. Perlu difilter untuk menentukan kasus-kasus yang bermasalah. Kasus-kasus yang rumit, yang kard. Institusi itu diibaratkan sebagai sebuah bengkel. Dalam konteks pengadilan, bengkel memperbaiki hukum yang sudah tidak sesuai lagi dengan kebutuhan masyarakat. b. Harus mencegah atau menimalisasi konflik. Konflik berangkat dari perbedaan kepentingan antar individu. Kalau tetap berbenturan, dia harus dikanal atau diberikan saluan. Jangan dibiarkan saja. c. Mengalokasikan kewenangan pada masyarakat. d. Mengarahkan ketiga poin tersebut untuk memberikan implikasi ke masyrakata. e. Menyusun metode yuridis yang menjadi pegangan bagi structural menyelesaikan hukum. Megenai putusan hakim, dia bilang the death of stare decicis. Ia menginginkan hakim jangan hanya dintuntun oleh preseden, tapi juga situasi yang melingkupi kasusnya. Pengadilan banding oleh karena itu Perlu memperhitungkan: a. Kecocokan, masuk akal enggak b. Ketidakcocokan, kalau dianggap enggak masuk akal dalam konteks kebutuhan sosial, maka acuan tersebut haruddiabaikan c. Keteraturan dan alasan, diaplikasikan bilamana hadir aturan yang mengacu dan sesuai dengan akal dan situasi yang melingkupinya. Jerome Frank Kepastian hukum dan Ketidakpastian Hukum tidak dapat dipisahkan dari pengadilan. Kepastian hukum pada putusan hakim merupakan ilusi katena putusan hakim sangat tergantung dari berbagai factor yang bahkan irrasional. Hakim itu ‘kan manusia, kalau mau bikin putusan, udah pasti akan terpengaruh sama noise di sekitarnya. Pengetahuan mengenai aturan tidaklah berkonstribusi secara signifikan terhadap prediksi putusan. Hakim tuh paham sama aturan, sama presenden, tapi itu kontribusinya ya minimal sama putusan yang mau diterbitkan. Kenapa? Soalnya apa yang dimakan hakim saat sarapan, mempengaruhi putusan pada siang hari. Untuk memprediksi putusan, perlu prifiling hakim, masa keclnya gimana, ideologi, kehidupan, dan lain sebagainya. REALISME SKANDINAVIAN Persamaannya sama-sama menolak formalitas hukum dan menolak penyatuan moralitas dengan hukum. Perbedaannya, legal realism Amerika berbasis pada kenyataan. Namun, kalau Skandinavian pemahaman manusia mengenai kenyataan. Hal ini menyebabkan aliran di Skandinavian sangat dipengaruhi oleh disiplin psikologi karena disiplin psikologi ini yang sangat dapat menjelaskan pemahaman manusia terhadap kenyataan. Ada tujuh ciri: a. Hukum harus dapat diverifikasi berdasrkan pengalaman b. Moralitas dibentuk oleh hukum, bukan sebaliknya c. Perintah mencerminkan ilusi untuk memastikan kepatusan atas kewjaiban si pemberi perintah. Kritik: Formalisme itu sifatnya kaku sehingga sulit diimplementasikan. Hakim menjadi corong undang-undang semata (civil law) Realisme, dia skeptis, dia ragu terhadap teks hukum. Ketika dia ragu, dia enggak punya pegangan. Konsekuensinya, kepastian menjadi terancam. Di dunia ini, enggak ada hakim atau legalism yang realisme sepenuhnya atau formalism sepenuhnya. Jadi, memperdebatkan formalism atau realism itu sia-sia saja. Keduanya sama-sama diperlukan tetapi dalam porsi yang berimbang. Berimbang? Apa itu berimbang? Kapan sesuatu dapat kita kualifikasikan sebagai sesuatu yang berimbang? UTILITARIANISME Ada dua tokoh di sini, yaitu Bentham dan Mill. Bentham bilang bahwa hukum haruslah memberikan kebahagian sebesar-besarnya bagi sebanyakbanyaknya orang. Di sini, hukum dilihat sebagai nilai guna atau manfaatnya. Tidak ada orang yang ingin menderita. Secara naluriah, individu selalu menghindari penderitaan dan meraih kebahagiaan. Maka, hukum haruslah bertujuan untuk membahagiakan sebesar-besarnya bagi sebanyakbanyaknya manusia atau individu. Inilah yang disebut dengan teori kemanfaatan. Redbruch bilang bahwa tujuan hukum adalah keadilan (hukum kodrat atau teoru etis), kemanfaatan (teori kemanfaatan), dan kepastian hukum. Ada kritik untuk teori ini. Kalau manusia cuma mengejar kebahagiaan, apa bedanya dengan babi? Pendapat ini dibantah oleh Mill. Ada perbedaan jelas antara utilitarianisme dan hedonism. Hedonisme itu manusia cuma memuaskan nafsu binatangnya saja, tapi kalau utilitarianisme itu sifat asli manusia yang pengin memaksimalkan kebahagiaanya. Mill mengabaikan cara memperoleh kebahagiaan, tapi Bentham mempertimbangkan hal tersebut. Namanya Kalkulus. Mill hanya fokus pada hukum yang baik. Dia berfokus pada konsekuensi, sedangkan Bentham pada kebahagiaan dan penderitaan saja. Hukum dan Ekonomika Satu aliran yang berkembang di Amerika Serikat. Hukum dan ekonomika posisinya aposterori. Ilmu pengetahuan lahir setelah ada pengalaman, hukum lahir karena pengalaman. Aliran ini tidak semata-mata lahir sebagai “cucunya” utilitarianisme. Dia campuran atas berbagai mahzab filsafat hukum. Pertama, positivisme hukum. Ada tiga pondasi dari legal positivism. Pertama, hukum adalah fakta sosial. Karena dia merupakan sebuah fakta sosial, harus diidentifikasi mana yang hukum, mana yang bukan hukum. Identifikasi ini tergatung, kalaua pakai Kelsen, sesuatu dikatakan sebagai hukum kalau dia dikenali oleh hukum juga. Intinya, hukum yang menentukan itu adalah hukum atau enggak. Makanya ada yang namanya hierarki hukum. Kalau kita bicara mengenai Austin, hukum semata-mata adalah perintah penguasa. Pendapat Austin dibantah oleh “santrinya” yaitu Hart, kalau cuma didasarkan perintah, apa yang membedakan penguasa dengan perampok. Hukum bukan hanya perintah, tetapi juga penerimaan oleh masyarakat (aturan penerimaan). Hukum adalah perintah penguasa yang dikonfirmasi oleh masyarakat. Positivisme hukum yang mempengaruhi hukum dan ekonomi adalah versinya Hart (aturan penerimaan) Kedua, realisme hukum. Di antara ketiga fokus legal realism, yang dipakai adalah hukum sebagai pengalaman dan hukum sebagai implikasi sosial. Ketiga, utilitarianisme susah dan konsekuensi) (Bahagia- Tiga aliran inilah yang mempengaruhi utilitarianisme. Bukan hanya monodisiplin, tetapi juga multidisiplin sehingga ada pengaruh ekonomika atau ilmu ekonomi. Ekonomika tidak bicara soal uang. Ia mengimani bahwa setiap individu akan mengalami kelaparan. Untuk memenuhi kebutuhannya maka dia harus melakukan yang namanya pertukaran. Pertukaran ini adalah pertemuan supply and demand yang dikenal sebagai pasar. Ekonomika mengimani ada yang namanya “tangan yang tak terlihat.” Misalnya, satu ruangan ini ada 55 orang, kemudian Pak Arvhie mensupply air mineral 70. Maka air mineral itu akan berharga rendah karena oversupply, tapi kalu cuma nyuplai 5, maka harganya akan tinggi. Nah, salah satu dari 55 orsang ini akan melihat adanya peluang. “Wah, masih ada 50 orang lagi yang harus dipenuhi.” Nah inilah yang invisible hand. disebut sebagai Barangsiapa yang melawan tangan tak terlihat, dia akan mengalami yang namanya koreksi. Jadi, hukum dan ekonomika, dia dipengaruhi oleh tiga aliran hukum dan satu ilmu ekonomi. Apa yang menjadi premis hukum dan ekonomika? Yang pertama adalah MIRA, metodologica individualism and rasionalitas Actin? Apa itu MIRA? Mira adalah keyakinan atau cara pandang yang melihat manusia itu pada dasarnya adalah makhluk individualis dan bertindak secara rasional. Individualism, apa pun yang dilakukan oleh manusia, pada dasarnya ingin memuaskan kepentingan pribadi. Ketika kita melihat kelompok marginal di tepi jalan, saya keluarkan uang dari saku, aku kasih ke dia, dalam ilmu ekonomika, sebenarnya aku tidak tahan melihat penderitaan orang lain. Aku memberi ya supaya kebahagiaanku terpenuhi. Contoh rasional action Contoh yang lain, dalam Islam, salat jamaah itu pahalanya 27 derajat lebih tinggi. Maka orang Islam akan berbondong-bondong untuk salat berjamaah. Pas salat, dia enggak akan nanya sebelahnya udah wudu atau belum. Semata-mata dia cuma pengin nyari pahal 27 derajat lebih tinggi. Manusia selalu mengambil satukeputusan yang dia pikir paling menguntungkan daripada opsi yang lain. Yang paling penting, jangan menguji Tindakan rasional satu pribadi dengan pribadi yang lain. karena Yang namanya informasi itu ‘kan asimetris. Setiap individu memiliki preferensi yang berbeda. Contohya perokok, Buat tenaga medis, ini Tindakan yang enggak rasional, tapi buat perokok y aini rasional karena dia siap mengganti SD kesehatannya yang terbatas dengan menghisap rokok. MIRA selalu melekat pada setiap manusia, entah manusia “swasta” atau sebagai penyelenggara pemerintah. Pokoknya selama da manusia, dia melekat dengan MIRA. MIRA berpikir bahwa begitulah cara dunia yang bekerja. Kita enggak perlu repot-repot mencari nabi karena semua manusia selalu pengin mengambil hal paling rasional dan menguntungkan. Kedua, HUKUM Sebagai HARGA Dari zaman Yunani klasik sampai tahun 2024, masih belum ada definisi yang clear terkait hukum itu apa, belum ada kesepahaman antar para sarjana hukum. Akan tetapi, eksistensi hukum berarti suatu Tindakan itu sifatnya wajib atau harus dilakukan. Inilah pendapat HLA HART. Eksistensi hukum membuat suatu Tindakan jadi wajib, bukan pilihan. Di sini, hukum dipahami membentuk harga. Harga itu ‘kan suatu pengorbanan yang harus dilakukan untuk memperoleh suatu keuntungan. Ketika harganya rendah, suatu larangan itu akan terus terulang. Ketika harganya tinggi, maka satu larangan itu dapat berjalan secara efisien atau maksimal. Contohnya aja, pelecahan seksual oleh dosen terhadap mahasiswa selalu terulang. Hal ini karena bagi pelaku, harganya murah jadi dia konsumsi terus itu satu hal (sulit dibuktikan, tidak ada pengawasan, untuk patriarki). Ilustrasi lain, A memiliki asset tanah dan bangunan. Dia sewakan seharga 120 juta per tahun, datang B yang siap menyewa asset milik A selama setahun, dibayar 120 juta. B pun mulai menempati asset yang dia sewa. Tbtb datang C pada A, pengin bangun usaha dan mau menyewa asset tsb dengan harga sewa 170 juta. Berarti 50 juta lebih tinggi dari harga sewa yang diterima oleh B. Kalau aku jadi A, apa yang akan aku lakukan? Kompromi sama B, dikasih 20 juta misalnya. Terakhir, EFISIENSI. Ini merupakan tujuan paripurna dari sebuah hukum. Efisiensi, dari definisi, mengambil pendapat dari pak Reto, yaitu suatu situasi ketika terjadi pertukaran, pertukaran tersebut menaikkan kesejahteraan tanpa menimbulkan penderitaan. Efisiensi memiliki arti kesejateraan atau kemashlahatan. Pendapat Pak Reto dianggap mustahil. Maka muncul … efisiensi. Dia mengatakan jika pertukaran itu memberikan penderitaan, berikan saja ganti rugi. Logika ekonomi memberikan analisis untuk menyelesaiakn ini: a. Positif atau deskriptif: analisis ini melihat produk hukum dan mengkaitkannya dengan implikasi produk tersebut dalam masyarakat. Contoh pengaplikasiannya, ketika adopsi ada dua hal yang harus diperhatikan, pertama tidak boleh ada kompensasi berupa uang. Kedua, calon ortu dan calon anak harus memiliki iman yang sah. Pertanyaan kemudian timbul. Apakah norma ini memberikan kesejahteraan atau tidak? Mari kita cek pakai pendekatan pasar. Yang dibutuhkan seorang anak untuk memaksimalkan potensinya itu ada dua, yaitu finansial dan emosional. Dua hal ini menimbulkan biaya, baik biaya finansial dan biaya emosional. Biaya erosional misalnya adalah mengajarkan anak untuk konsisten, mendorong anak untuk menjadi berani, etc. Biaya finansial adalah uang yang harus dikeluarkan oleh orang tua untuk mendapatkan dua hal, minimal kesehatan dan Pendidikan. Dua-duanya harus ditutup ini, Maka kalau ditutup, potensinya anak akan maksimal. Bagi pasangan yang tidak dapat memproduksi anak, barangkali mereka dapat menutup dua biaya terssebut, tetapi dia tidak dapat memproduksi anak. Sehingga di sini muncul yang namanya demand. Di tempat lain, ada keluarga yang dapt memproduksi anak, tapi enggak bisa menutup biaya finansial, ekonomi, ataupun keduanya. Kalau orang tua dapat menutup dua biaya tersebut, kemungkinan besar dia enggak akan melepas anaknya ke orang yng butuh anak. Larangan untuk tidak ada jual beli atau jasa dan harus seiman, secara ekonomi ini memberikan hambatan untuk pertukaran yang lebih baik, pertama: larangan untuk kompensasi (ini enggak relevan sama kebutuhan anak dan faktualnya kitab isa cek uang santunan yang diberikan calon ortu angkat ke ortu kandung. Toh, kalau kita cek esensi yang enggak boleh itu larangan eksploitasi bukan “jual belinya”. Kedua, harus seiman. Keharusan ini enggak relevan untuk kepentingan anak karena anak bukan hanya butuh biaya emosional, tetapi juga biaya finansial supaya potensinya maksimal. Nah, dari analisis ini maka dua larangan tadi dapat dikatakan menghambat potensi anak. Contoh yang lain, Richard Postner, di mana dia jadi hakim. Ada permohonan untuk mengesahkan perkawinan sesame jenis. Dalam argumennya Postner, apakah perkawinan sesame jenis itu efisien? Kemudian dia mulai membangun sebuah argument. Esensi perkawinan itu sebenarnya apa, sih? Esensi perkawinan adalah reproduksi untuk mencegah kepunahan populasi manusia, bukan cinta. Pernikahan sesame jenis tidak dapat reproduksi. Maka permohonan tersebut harus ditolak. b. Normatif: normative ini intinya bagaimana hukum yang baik supaya dia dapat mencapai efisiensi. Contoh analisis normative, bagaimana pungutan pajak yang baik? Pajak ini ‘kan “menyebalkan” karena menimbulkan nestapa. Mau setebal-tebalnya iman individu kalau dapat pajak, pasti dia akan merasakan ketidakikhlasan. Padahal, pajak adalah dana negara. Tubuh kalau enggak ada darahnya, enggak bisa hidup. Demikian juga dengan negara kalau enggak ada pajak. Pajak satu sisi menimbulkan penderitaan, sisi lainnya dia harus tetap dipungut. Isunya bukan pajak itu harus tidak ada, tetapi pajak yang baik adalah pajak yang mengakibatkan penderitaan minimal. REFLEKSI FILSAFAT HUKUM Pengaplikasian Hukum dan Ekonomika dalam pemahaman Pajak dengan Hukum Islam: Dari semua mahzab yang ada pada zaman dahulu, mereka semua sepakat bahwa negara boleh memungut pajak kepada selain Islam. Syaratnya ada dua, yaitu keuangan negara enggak cukup untuk membayar kebutuhan negara dan pungutan tersebut enggak akan menimbulkan nestapa berlebihan. Dua syarat ini dapat kita temukan dalam filsafat hukum dan ekonomika tentang efisien. Pajak yang efisien adalah pajak yang meminimalisasi nestapa. Mengapa perlu diminimalisasi? Supaya tidak ada perubahan perilaku dari pre-tax dan post-tax. Kita tetap mau belanja di minimarket meskipun harus bayar 2200 dan lawyer tetap mau memproduksi legop meskipun dipotong 15%. Ada empat syarat supaya tidak mengubah perilaku masyarakat ini: 1) Objek pajak seluas mungkin. Secara teori, negara hanya dapat memungut pajak dari tiga hal, yaitu pendapatan, kepemilikan, transaksi atau konsumsi. 2) Sekalipun objek pajak seluas mungkin, harus memperhatikan elastisitas permintaan silang. Perlu ada pemeriksaan terkait karakteristik objek yang akan dipungut. Objek tersebut punya subtitusi enggak? Subtitusinya dekat atau jauh? Misal, kita masuk ke kafe, di situ ada menu, kopi jahe, tea. Antar objek ini punya subtitusi yang dekat, oleh karena itu kenakan pajak yang rendah dan semuanya dikenakan. Kalau barang itu enggak ada subtitusinya atau subtitusinya jauh, kenakan saja pajak yang tinggi karena itu tetap saja efisien. Contoh saja tembakau. Itu menjelaskan mengapa cukai tembakau setiap tahun naik karena mau enggak mau, orang tetap akan mengejar sekalipun muncul isu lain yaitu black market akibat unculnya hambatan suplai oleh regulasi. 3) Pajak yang baik harus mampu mengurangi kesenjangan antar individu. Kesenjangan itu pasti ada dan memang harus ada untuk menunjukkan individu mana yang dapat mengalokasikan SD-nya yang terbatas secara efisien. Contoh paling sederhana, gaji sarjana dan alumni SMP pasti beda, gaji direksi dan OB pasti beda. Kalau misal disamakan, ngapain orang mau kuliah orang gajinya sama? Ngapain jadi direksi kalau jadi OB aja gajinya udah sama? Nah, misal kesenjangan itu enggak ada, nanti individu enggak akan merasa terikat dengan masyarakat. Cara supaya kesenjangan itu dapat minimal, kenakanlah pajak progresif. Hukum dan ekonomika menolak proposal tarif progresif, Alasannya: a. Tarif progresif tidak menguntungkan OKB. OKB yang udah menghabiskan energinya sedemikian rupa supaya naik kelas, tetap aja itu diperas buat bayar pajak 5%, begitu terus. Padahal orang mau lepas dari lumpur kemiskinan itu bertahuntahun lama, giliran lepas, dikasih nestapa sama negara. b. Setiap individu tidak mungkin tidak mengadakan pertukaran dengn individu lain karena tiap individu selalu dihadapkan oleh kelangkaan sumber daya. Misal, bos dengan kesejahteraannya yang tinggi maka ada peran-peran yang tidak dapat dia jalankan, misal, peran dia sebagai orang tua untuk mengganti diapers anak, itu akan dialihkan ke babysitter. Kemudian, dia enggak bisa menjalankan peran membersihkan rumah, maka akan dialihkan ke PRT, demikian semiripnya. Nah, orang-orang ini, para pekerjanya, kesejahteraannya tergantung dari kesejahteraan bosnya. Tarif progresif menahan kesejahteraan si bos. Kalau kesejahteraan si bos enggak naik, maka kesejahteraan yang bawahnya enggak akan naik. Maka yang lebih direkomendasikan adalah tarif proporsional. Berapa pun penghasilannya, tarifnya tetap sama (ini rekomendasi hukum dan ekonomika) 4) Administrasi pajak sesederhana mungkin. Pajak itu ‘kan dasarnya adalah sesuatu yang tidak enak dan menimbulkan nestapa, menjadi ganjal kalau kita mau memenuhi kewajiban yang enggak enak itu, kita masih kesulitan. Aneh sekali dunia ini, beban ganda untuk pembayar pajak. masa Umar, dikembangkan juga ke golongan lain. Pertanyaannya, mungkin enggak jizyah menimbulkan kesejahteraan? Kalau dari sisi keadilan, keempat hal ini enggak akan ketemu, all. Margareth, PM Inggris, menawarkan tarif pajak yang tetap. Itu jadi factor dia harus turun dari kursi PM karena bikin dia dianggap mencederai keadilan. FILSAFAT HUKUM ISLAM Administrasi sesederhana mungkin, kalau dari perspektif keadilan, orang yang secara ekonomi berbeda, harus diperlakukan berbeda juga. UNtuk tahu tiap kelas, butuh asesmen. Assesmen ini menghasilkan pengadministrasian yang ribet juga. Kalau sederhana, enggak mungkin bisa cermat dalam mengenali mana yang Sejahtera mana yang enggak. Nah, analisis ini adalah analisis yang normative. Dia sudah bicara bagaimana pajak bisa menghasilkan kemashlahatan dan efisiensi. Efisiensi menjadi penuntut untuk menilai hukum, kebijakan, dan keputusan yang baik. Aplikasi lain, dalam islam ada Jizyah. Jizyah merupakan pajak kepala yang hanya dipungut kepada orang non-muslim ahli kitab. Dalam Kalau ini diperlakukan, muncul orang-orang Islam yang membuat kesepakatan kepada orang nonMuslim untuk menjaga Perusahaan mereka biar enggak kena jizyah? Atau apa sih ya ampun. Soalnya analisis kasus. Sistem hukum Islam merupakan system hukum terbesar di dunia, di samping common law dan civil law. Di luar, memilih hakim butuh representasi, baik gender sampai agama. Nah, hukum Islam tuh ada. 1. Konsep dan posisi hukum di dalam Islam 2. Maslahat apa ya, Mas? APA ITU HUKUM? Fakta Bahasa: a. Manifestasi dari sebuah peradaban dengan segala konteks sosio kultural historis politknya. b. Kita tidak selalu bisa mengalihbahasakan sebuah istilah khusus. Beberapa istilah kunci: a. Syariat: semua ajaran yang diwahyukan melalui Al Quran dan Sunnah. Semua ajaran Islam, masuk syariat. Kalau menurut UU, definisi syariah menyimpangi kamus-kamus dalam Bahasa Arab. b. Fiqh: rincian ulama terhaap aturan terhadap amalan manysia dalam bentuk hukum taklifiki. Hukum Islam, itu Fiqh. c. Ushul Al Fiqh: ini PIHnya. Campuran hukum dan teorinya. Ini yang akan kita pelahari. Nah, ini ilmu untuk mengelola Al Quran dan Hadits supaya bisa jadi hukum. d. Qonun: perintah penguasa e. Fatwa: pendapat yang menerapkan syariat pada kasus tertentu f. Hikmah: kepahaman atas suatu masalah. Untuk memahami hakikatnya hukum di dalam Islam, kita harus memahami cakupan realita di dalam Islam itu bukan hanya apa yang dapat dinalar secara inderawi, tapi juga sesuatu yang sifatnya gaib. Seperti tentang Tuhan, malaikat, dan lain sebagainya. Tujuan penciptaan manusia itu beribadah kepada Allah. Apa itu ibadah? Ibadah merupakan berbuat amalan dzahir maupun batin yang diridhai Allah. Maknaya akhirnya hukum fiqh itu dapat mengkalsifikasikan hukum seberapa dia diperintahkannya sih sama Allah? Orang menaatin hukum ya intinya mirip kita mentaati perintah Allah. Oleh karena itu, sumber hukum itu ya dari Allah (Al Quran dan hadits) Cakupan hukum Islam itu wudhu, shalat, puasa, zakat, pidana, jual beli, tata negara, perang, nikah, waris, pengurusan jenazah, etc. Tiga unsur penting dalam bahasan filsafat Islam: a. Hakim, yang menetapkan hukum, yaitu Allah; b. Mahkum ‘alaih, subjek hukum, yaitu manusia. c. Mahkum fih, yaitu amalan yang diatur hukum. Hukum itu fokusnya lebih ke amalan. Makanya kalau kita membicarakan fiqh, ulama bilang bahwa hukum itu amalan-amalan yang diturunkan dari dalil-dalil yang khusus. Apa yang boleh kita lakukan, apa yang yidak boleh kita lakukan. Filsafat hukumnya, gimana car akita mencapai hukum tersebut. Maslhat dalam Islam Agama dibangun maslahat. atas Tujuan hukum dalam perspektif Islam adalah untuk beribadah kepada Allah. Berdasarkan dalil agama tadi itu, tanpa saling menegasikan, tujuan hukum tuh selain beribadah pada Tuhan juga menghindari kerugian memaksimalkan keuntungan. Apabila suatu hukum tidak sesai dengan tujuannya, hukum tidak aka nada gunanya. Kalau gitu, dalam perspektif agama, apa sih tujuan agama itu? Tujuan hukum Islam ada tiga level: a) Maqasid Al Ammah itu melindungi agama, jiwa, akal, keturunan, harta, dan kehormatan. b) Maqasid al Khassah: manfaat di tingkat bab fiqh c) Maqasid Juz’iyyah: manfaat di tingkat aturan spesifik. Misalnya, kenapa di dalam hukum pidana untuk menetapkan orang bersalah haurus ada saksi? Dari sini udah dapat kita Tarik kesimpulan bahwa hukum tuh udah pasti harus bermanfaat. Kalau dia enggak bermanfaat, dia ya enggak bisa dikatakan hukum. Habis tahu kalau dia bermanfaat, kita identifikasikan apa manfaat hukum tersebut. Hierarki mashlahat berdasarkan kegentingan hierarki ini enggak menentukan makin ke bawah makin wajib. Ini cuma relevan kalau misal ada pertentangan antar keduanya, mana yang harus diutamakan. a) Daruriyat, berkaitan dengan Maqasid Al Ammah, kalau enggak terpenuhi kita akan binasa kalau terpenuhi hidup kita makin baik b) Hajiyat, berkaitan dengan kebutuhan tanpa risiko kebinasaan. Misal, menajiskan diri itu haram, enggak boleh, tapi misal ada kebutuhan gak apa-apa (nyebokin anak) c) Tahsiniyat, memperindah saja. Misal, menutup aurat bagi wanita itu wajib, tapi kalau apay a tadi? PERSPEKTIF MARXIS DALAM HUKUM 1. Sebagai tokoh ekonomi, Marx juga memiliki pemikiranpemikiran di bidang hukum dan kenegaraan. Pemikiran Marx berpengaruh pda kehidupan berbangsa negara di Indonesia. Apa pengaruhnya? Simak saja sampai akhir. 2. Marxisme merupakan cara berpikir dari Karl Marx. Cara berpikir Karl Marx mengambil ide dari ahli sebelumnya yang bernama Hegel. Hegel memiliki ajaran atau pendapat tentang dialektika. Konsep dialektika ini yang dipakai oleh Karl Marx. Dialektika ini saling berhubungan, bahkan terkait satu sama lain. 3. Asas, yang scara bertahap mewujudkan ke dalam berbagai bentuk. Artinya apa? Kita anak hukum, berarti asas-asasnya adalah asas hukum. Ada berbagai asas yang dikenal di dalam ilmu hukum, dalam konteks ini, asas-asas yang kita pahami misalnya dalam konsep liberalisme atau kapitalisme, asas hukum yang mengatakan, “Tidak boleh ada diskriminasi.” Semua manusia harus mendapatkan hak yang sama di dalam negara, enggak boleh ada perbedaan-perbedaan perlakuan. Hak milik diakui, itu yang utama dan kepentingan individu merupakan kepentingan yang diutakaman. Ini dalam konteks negara individualisme atau kapitalisme. Kalau yang sosialisme gimana? Dia ‘kan lekat dengan Marxisme. Berarti, kita butuh membandingkan hukum yang berlaku di negara sosialis dengan yang liberalis. Sama ‘kah atau beda ‘kah? Jelas, berbanding terbalik. Dalam konsep sosialisme, Kepentingan individu dihilangkan. Fokus utamanya adalah kepentingan bersama. Hukumnya pun tujuannya ya untuk tujuan bersama masyarakat. Jadi, sifatnya bukan individualistic, tapi kolektif. Artinya, kepentingan bersama yang diutamakan. Bahkan kepentingan individu dihilangkan atau bisa jadi diingkari. Timbul pertanyaan, yang baik yang mana? Ya enggak bisa dipertentangkan. Tujuan kita belajar adalah untuk memahami bahwa di muka bumi ini ada banyak paham-paham yang enggak bisa dipaksanakan selaras antar negara. Di Indonesia gimana? Cenderung kapitalisme atau sosialisme? Lah, Indonesia mah gado-gado (hybrid), kocak. Dia ambil kapitalisme, dia ambil juga itu sosialisme. Semua yang baik, dia ambil. Mari kita identifikasikan. Dalam hukum kita ‘kan ada istilahnya hak milik yang terkait dengan tanah. Apakah konsep tanah hak milik yang ada di dalam UU PA tersebut menggunakan konsep hukum kapitalisme atau sosialisme? Duaduanya dia ambil sebagian. Di Pasal 6 UU PA, itu dia pakai system hukum sosialis dan individualis. Buktinya apa? Hak milik diakui, negara mengakui banget bahwa setiap warga negara boleh memiliki tanah dengan status hak milik. Ini menunjukkan bahwa dia menyerap konsep kapitalis. Dalam Pasal 6 juga ada fungsi sosial yang menunjukkan konsep sosialis. Artinya gimana sih? Ya hak milik itu diakui, tapi pemanfaatannya enggak boleh semaunya sendiri. Namun, harus memperhatikan kepentingan bersama. Kalau negara menghendaki, negara boleh menggunakan hak milik itu melalui proses pencabutan hak milik. Tentu, proses ini enggak boleh seenaknya. Pencabutannya harus lewat proses ganti kerugiaan. 4. Dialektikanya Karl Marx berasal dari kenyataan. 5. Berdasarkan analisis Marx tentang kenyataan, manusia berada dalam suatu hubungan praktikan terhadap alam yang di dalamnya ala mini diubah bentknya dan dibuat berguna untuk memenuhi kebutuhan manusia. Ini bukan ilmu hukum ngapain diajarin? Ya berkaitan sama poin 6. 6. Pikiran Marx itu ‘kan erat kaitannya sama konsep produksi dan pemenuhan kebutuhan. Menurut Marx, ala mini jadi produsen yang memenuhi kebutuhan manusia secara bersama-sama. Apa kaitannya dengan hukum dan negara? 7. Marx bilang bahwa hukum dan negara itu dipandang sebagai cara pengorganisasian produksi dan konsumsi. Produksi itu apa, sih? Ya segala kegiatan yang menghasilkan sumber daya. Kalau konsumsi pemanfaatannya. 8. Yang lebih penting di konsep Marx itu, dia membedakan secara tajam antara pemilik alat produksi yang disebut kaum kapitalis atau borjuis (orang-orang berkuasa dan penguasa) dan orang-orang yang Cuma bekerja pada mereka atau proletarian. 9. Orang yang menguasai prokdusi ini hanya sedikit, jadi yang menguasai sumber daya tuh dikit, sedangkan yang proletarian tuh banyak, karena dia buruh. 10. Marx bilnag bahwa hubunganhubungan tentang pengasingan atau alienasi bahwa terhdapat hubungan tidak mansiawi dengan alam. 11. Kaitannyas ama hukum, system hukum yang ada, tidak lain merupakan manifestasi hubunganhubungan produksi yang berlaku. 12. Dalam konteks ini, kaum pemodal itu memiliki kemampuan untuk mengatakan segala-galanya sehingga mewujudkannya sebagai kelas yang berkuasa. Penguasa dalam konteks pemikiran Marx adalah borjuis atau kapitalis atau pemilik modal. Sedangkan pekerja itu sebagai pihak kelas yang dikuasai atau rakyat jelata. 13. Hukum menjadi sekadar ungkapan dari kepentingan-kepentingan kapitalis. 14. Kemudian dalam konsep Marx, dalam situasi perubahan hanya akan terjadi dengan menimbulkan suatu penjungkirbalikan. Faktanya dibolak-balik. Penjungkirbalikan itu apa? 15. Ternyata secara mendasar ada pengalihan hak milik atas alat2 produksi dari kaum borjuis kepada kaum proletarian. Itulah yang disebut penjungkirbalikan. Jadi, semula alat produksi dikuasai borjuis, dijungkirbalikan supaya alat produksi menjadi milik negara atau masyarat. Akhirnya, terwujud suatu masyarakat tanpa kelas yang bebas dari segala pengisapan yang ada. 16. Atas hal tersebut, hukumnya pun menjadi terbalik. Tidak ad aitu hak milik, tidak ad aitu kelas. 17. Lenyapnya kapitalisme karena pertentangan-pertentangan internal. Marx mikir kalau kapitalisme akan lenyap dan hilang karena hal tersebut serta perkembangan sosialisasi masyarakat. Pertanyaanya, apakah betul di semua negara di dunia ini kapitalisme lenyap? Tidak. Kapitalisme justru semakin kuat sampai ke dunia internasional. Buktinya apa? Kaitannya dalam dunia bisnis, ada WTO yang menggunakan pemikiran liberalisme. 18. Reich der Freheit, bentuk negara Marxistik. Yaitu suatu negara sentralisme demokratik. 19. Partai komunis mewujudkan pusat dan motor dari organisasi negara marxistic. Oleh karena itu, partai komunis jadi satu-satunya partai yang mewakili di dalam parlemen. 20. Pengetahuan dan kemauan tertentu dimutlakkan. Semua diurusi oleh negara. 21. Tentang hukum dan masyarakat dianut secara dogmatical. Dogmatikal itu berarti diterima apa adanya, wis ngonowi ancen saka kanane. 22. Mereka yang tidak sependapan dengan Marxisme, tidak akan ditoleransi. Jadi, dalam system hukum sosialis, maka hukum itu harus dogamtis. Tidak boleh ada toleransi. Dipahami sesuai apa yang tertulis saja. 23. Marxisme enggak laku di Eropa Barat CRITICAL LEGALISM atau Teori Hukum Kristis Sebeleum sampai sana, kita perlu belajar soal liberalisme dan teori hukum liberal karena keduanya merupakan bagian yang tak terpisahkan. 1. Liberalisme merupakan tradisi dalam teori politik dan hukum yang meletakkan kebebasan individual sebagai yang utama dalam susuanan politik dan hukum di masyarakat. Yang namanya liberalisme pasti menekankan diri pada teori pada kebebasan individu. 2. Tipe-tiper liberalisme a. Classical liberalism - The pleasure model (Jeremy Bentham) - The property rights model (John Locke) b. Modern liberalism Kombinasi dari kebebasan individual dengan dukungan atas kesetaraan dan ekonomi kesejahteraan. Ini merupakan liberalism modern yang populer di Amerika Utara (AS, Meksiko, dan Kanada) PROPOSISI DASAR HUKUMLOBERAR TEORI 1. Hukum sebagai saranan umum Hukum melayani kepentingan umumdengan memberikan kerangka aturan yang mendorong individu untk mengkoordinasikan dan mengharmonisasikan tindakannya. Jadi, yang didorong adalah individu. Bukan masyarakat. Hukum pun diciptakan untuk memberikan kesempatan pada setiap individu. Setiap individu diberikan kebebasan untuk mengembangkan dirinya sehingga yang dimaksud liberalisme intinya ialah tidak ada diskriminasi. Penerapan hukum kepada setiap warga negara adalah sama. Ada positif dan negative, tentunya. Kalau hukum itiu tidak ada diskrimniasi, setiap individu dikasih kebebasan seluasluasnya untuk melakukan tindakan. Yang penting, tidak ada tindakan yang mengganggu individu lain. Kelemahannya adalah tidak cocok untuk diterapkan di masyarakat atau negara yang sedang berkembang. Alasannya karena? Kalau di negara maju, semua orang sudah selevel, baik dari segi ekonomi, kesajahteraan, dan pola pikirnya. Udah seimbang mereka, tapi buat negara yang masih berkembang, kondisinya berbeda-beda. Masih ada pluralistic, baik dari segi budaya, Pendidikan, ilmu pengetahuan, kesejahteraan ekonomi, dan lain sebagainya. Sehingga kalau diberikan itu sama, malah enggak adil karena golongan rakyat kecil akan menjadi korban atas tindakan tersebut. Yang berkembang hanya golongan yang memiliki modal dan Pendidikan tinggi. Jadi, liberalisme itu baik kalau diterapkan di negara yang sudah maju, tapi kurang baik kalau diterapkan di negara yang sedang berkembang. Kontekstualnya, bagaimana kalau diterapkan di Indonesia? Ya sama, di kit aitu jurang perbedaannya masih terbuka lebar. Tingkat Pendidikan kita belum sama, ada yang individu sudah berpendidikan tinggi, tapia da jugayang enggak mengenal tulisan. Sehingga kalau dikasih kesempatan yang sama oleh negara, yang enggak punya ini akan kesulitan mengakses semua hal. Makanya ‘kan di Indonesia juga ada diskriminasi, tapi dalam konteks positif. Namun, apakah kita menerapkan liberalism? Ya, arahnya. Namun, belum sampai sana soalnya kita belum sejajar itu tadi kaya yang udah tak tulis. Di kota-kota besar, yang tingkat pendidikannya sudah relative tinggi, tetapi di pelosok tanah air, SD pun susah. Kalau diterapkan liberalism, banyak negatifnya. Walau begitu, kita tapi bisa merasakan liberalism di Indonesia. Di usaha, misal, susah juga kalau diterapkan liberalism, tapia da juga. Contohnya ada yang namanya usaha-usaha yang disponsori atau dimiliki oleh Perusahaan multinasional, contohnya indomaret, alfamart, dan lainlain itu wujud kebebasan atau liberalism dalam berusaha. Namun, apakah itu kemudian mendapatkan atau memberikan aspek positif? Ya pasti ada, setiap warga negara atau orang yang mau berbelanja itu jadi dimudahkan, tempatnya bersih, terang, tetapi itu menyebabkan usaha kecil atau kelompok mikrimenjadi tertinggal. Oh, makanya ada suntikan buat UMKM itu yh? Di bidang Pendidikan, sekarang sekolah internasional dibuka. Aspek positifnya, kitab isa menyekolahkan anak-anak kita di sekolah internasional kalau enggak mampu ya enggak bisa mengakses hal tersebut. Bidang politik gimana? 2. The Rule of Law dibutuhkan demi sebuah kebebasan. Rule of law ada untuk melayani kebebasan individual dengan mencegah tindakan negara yang melanggar kebebasan dan membuat hukum lebih pasti dalan predictable. 3. The Rule of Law adalah mungkin a. Hukum harus diketahui dan stabil; Dalam konteks ini mereka ya harus bisa berpendidikan tinggi supaya bisa mengetahui hukum. b. Fakta-fakta harus ditegakkan dengan aturan atau standar umum. Fakta apa aja?Fakta yang berkaitan dengan kebebasan individu. c. Pembuatan huum harus terpisah dengan penegakan hukum. Harus dipahami bahwa dalam berhukum itu ada proses pembuatan, pelaksanan, dan penegakan. Dalam konteks rule of law, pembuatannya harus terpisah dari penegakannya. Lembaganya harus sendirisendiri, enggak boleh satu instansi. 4. Institusi politik bertujuan untuk melindungi kebebasan Apa yang disebut sebagai institusi politik? Kalau dalam politik bernegara, negara memberikan kebebasan dalam mendirikan partai politik. Partai politik ini yang disebut sebagai instansi politik. Jadi, partai politik ada untuk melindungi kebebasan. Kalau kita kaitkan dengan negara liberalism, berapa partai politiknya? Misal, Amerika Serikat, itu ‘kan justru cuma dua. Terus gimana itu? Di Indonesia, partainya ‘kan banyak, apakah itu sudah membawa angin segar atau angin buruk? FILSAFAT HUKUM POSTMODERN Postmodern = anti modern. Kita masih bisa merasakan hukum warisan penjajahan hukum yang bersifat sekuler, contohnya di KUH Pidana yang merupakan hukum sekuler. Mengapa demikian? Dalam konteks ini, misal perzinahan, dia hanya bisa menghukum orang yang menikah terus HS sama orang yang bukan pasangan sahnya. Hukum kita juga enggak menjerat hukuman pidana bagi mereka yang lajang dan menjalin hubungan badan atas dasar consent. Nah, konsep hukum ini dikritik sama aliran postmodern karena aliran modern dianggap enggak sempurna. Merupakan ajaran ini, perbedaan merupakan inti dari segala kebenaran tidak percaya pada hal-hal universal, harmonis, konsisten, dan transedental. Empat hal ini dianggap sebagai inti kebaikan. ALiran postmo merasuk pada ajaran hukum, aliran post modern ini membuat muncul studi hukum realis dan studi hukum kritis. Tokohnya adala Roberto Mangabeire Unger CLS 1. CLS mengakar pada herakan pemberontakan intelektual antikapitalisme dan anti liberal pada 1960 sampai 1970an di AS dan Inggris. 2. CLS menentang asumsi bahwa hukum itu ajeg, otonom, dan mendorong untuk mengkaji ulang hukum liberal. 3. Hukum yang berkembang dalam masyarakat liberal adalah hukum yang menindas, demikian menurut kaum CLS. Kenapa menindas? Lha wong mengutamakan kebebasan yang sebebas-bebasnya. 4. Hukum menutupi kontradiksi dan konflik dalam masyarakat yang ia ciptakan sendiri (ia merujuk pada penganus liberalism) 5. Hukum liberalisme memformalkan penindasan, membuatnya dihorati, dan mengindoktrinasi masyarakat untuk menerimanya. Terhadap paradigma tersebut, ditentang oleh studi hukum kritis. Kalau yang namanya hukum liberal itu memformalkan penindasan sehingga membuat hukum itu dihormati, studi hukum kritis menentang hal tersebut. Hukum itu bukan untuk menindas. Oleh sebab itu, dalam teori hukum liberal, hukum merupakan system dominasi. 6. Jadi, hukum merupakan system dominasi. Dominasi dari siapa? Dar orang yang punya akses, yaitu orang kaya dan terpelajar. Buset, ini mah terjadi di Indonesia. Kocak banget iki belajar filhum sama dengan menelanjangi negara sendiri gak seeh? 7. CLS merupakan aliran yang beriskap antiliberal, anti objektivisme, antiformalisme, dan anti kemapanan dalam teori hukum dan filhum yang dipengaruhi oleh pola pikir post mo, neomarxisme, dan realisme hukum. Mereka anti liberal soale hukum mereka terlalu formal. 8. ALIRAS CLS menolak unsur kebenaran objektif dari IP Hukum dan menolak pula kepercayaan terhadadap unsur keadilan, ketertiban, dan kepastian hukum yang objektif. 9. Gerakan CLS melahirkan aliran legal studies movement. KARAKTERISTIK CLS 1. Antiliberal, formalisme, objektivisme, kemapanan dan filhum. 2. Lihat aja bagian atas ASPEK LAIN DARI CLS 1. Bahwa kontradiksi mendasar dalam masyarakat mengikuti teori sosial konflik. Bahwa masyarakat memiliki kontradiksi mendasar bahwa individu memutuhkan individu lain namun juga butuh untuk bebas dari yang lain. Hukum liberal telah mengembangkan mekanisme untuk menyangkal kontradiksi ini. Bahasa hukum tersusun atas kategori-kategori yang merupakan bentuk abstraksi atas realitas. Namun, hukum liberal melakukan reifikasi (membuatnya seolah-olah nyata) dan membuat manusia terpisah berdasarkan kategori tsb. Inilah yang melahirkan alienasi (terasing, sesuatu yang aneh) Ketika hukum liberal percaya bahwa hukum merupakan saranan yang netral, CLS menagnggap hukum tak pernah netral. Soalnya ada keberpihakan inheren dalam hukum. Berpihak kepada siapa? Tergantung. Ada yang ke pemilik modal, ada ke yang penguasa, atau ada juga yang berpihak kepada masyarakat kecil atau kepentingan bersama. Contoh????? Apakah benar bahwa yang namanya hukum itu netral? Tidak tentu. Tergantung kita mengambil contoh undangundang yang mana, kalau kita pakai hukum ketenagakerjaan atau cipta kerja ya udah pasti dia memiliki kecenderungan untuk berpihak pada pemilik modal. Kalau yang netral, UndangUndang Pokok Agraria. Menurutku dia memihak kepada masyarakat karena di sana Konsep-konsep Kunci CLS 1. Menentang pandangan bahwa hukum merupakan sbuah system dan dokter yng tersusun secara ajeg dan sistematis (ketidakpastian) 2. Anti formalisme Menolak pandangan bahwa terdapat bentuk penalaran hukum yang spesifik dari mana jawaban atas permasalahan hukum yang diperoleh. 3. Contradiction (pertentangan) CLS menentang anggapan bahwa doktrin merupakan cara pandang Tunggal dan koheren atas relasi manusia. Ia berpendapat bahwa doktrin merepresentasikan berbagai pandangan yang berbeda dan bertentangan, dan tidak ada satu pun doktrin tersebut data disebut koheren. 4. Marginality CLS ragu bahwa hukum merupakan factor penting dalam menentukan perilaku masyarakat. Menurut aliran CLS, hukum bukan satu-satunya penentu tapia da factor penentu yang lain, yaitu akal pikiran dan hati Nurani. Itu yang terkait dengan studi hukum kritis. Kritik dari CLS terhadap studi hukum modern: “Hukum pada abad ke-20 adalah proses pembuaran tehadap ketidakadilan, ketidaknyataan, dan ketidaktertiban.” Kok bisa? Dalam hukum modern, itu ‘kan lberal. Alam konsep hukum yang liberal, ada kebebasan kepada individu. Ketika semua diberi kebebasan, pasti ada yang tidak mendapatkan keadilan. Wong diberikan sama saja belum tentu adil, apalagi kalau kebebasan indiidu diverikan hak yang sama, Yang merasa gak adil itu siapa? Golongan bawah, golongan tidak mampu. Hukum telah ditaruh di suatu keadaan awang-awang. Pencari keadilan diharuskan menengadah tanpa dapat menjangkaunya. FEMINIST LEGAL THEORY