Uploaded by User150236

Filsafat Hukum: Catatan Kuliah

advertisement
Filsafat Hukum
School of thought berkembang karena
ada dua cara dalam memperoleh ilmu
pengetahuan, yakni epistimologi dan
rasionalisme. Salah satu pendukung
rasionalisme ialah Socrates. Sebelum
kita hidup di dunia, kita pernah hidup
di dalam jiwa-jiwa. Ilmu pengetahuan
menurut Socrates udah ada sejak kita
masih berupa jiwa, kalau mau dapet
lagi, ingat lagi, tinggal digali saja, bebas
pengalaman
(apriori).
Kalau
rasionalisme, menurut tokoh ini, dia
bilang bahwa ilmu itu enggak berasal
dari diri manusia. Tapi dari upaya
menggalinya (priori). Orang bisa dapet
ilmu pengetahuan entah itu dengan
cara berpikir atau observasi langsung.
Cara berpikir itu diturunkan oleh
Copper dengan istilah falsifikasi.
Katanya, kalau mau dapat ilmu
pengetahuan,
kita
harus
tahu
masalahnya dulu (ilmu pengetahuan
selalu berangkat dari masalah).
School of thought atau paradigma
adalah pendekatan teoretis yang
mempengaruhi
perspektif
dalam
mempertanykan,
menganalisis,
menjawab
masalah,
dan
merefleksikannya kembali. ST adalah
cara untuk menjawab masalah-solusi
masalah-solusi
yang
terus
berakselerasi.
School of thought kaitannya dengan
hukum alam adalah untuk mengetahui
apa yang tetap dan apa yang berubah di
dunia.
LATAR
BELAKANG
KODRAT

HUKUM
Mentjari apa yang tetap dan apa
yang berubah di dunia. Hukum





kodrat pada dasarnya untuk
mencari keadilan absolut di
dunia. Karena menurut mereka,
keadilan adalah sesuatu yang
tetap di dunia. Sesuatu yang
tetap itu asalnya dari firman
Tuhan.
Di zaman hukum kodrat, ada
abad pertengahan. Ada dua
sumber otoritas di dunia, yakni
Raja dan Gereja. Mereka kadang
bertikai, terus gimana cara
memahaminya.
Ingi
mewujudnya
aturan
yangsifatnya universal, maka dia
melatarbelakangi terbentuknya
hukum internasional.
Latar belakang DUHAM.
Menuntut kebebasan individu
dari absolutism.
Di AS, hakim menentang
perundang-undangan
yang
mengurangi kebebasan individu.
FILSAFAT TIMUR

Dalil-dalil filsafat timur:
- FilTim bukan hanya
berupaya untuk mencari
kebenaran
sebagai
tujuannya, tetapi juga
melampaui tujuan itu.
FilTim
pengin
menciptakan kebenaran
supaya bisa mencapai
keselamatan, kebabsan
abadai,
dan
lain
sebagainya.
Manusia
dibekali
alat
untuk
bertahan hidup sebagai
senjata
mengatasi
nestapa di dunia.
- Menekankan
keseimbangan
atau
harmoni.
-
-
Bersifat holistik, artinya
kebenaran enggak datang
dari rasionalisme juga,
tapi juga dari empirisme
juga.
Dalam
filsafat
timur, enggak ad aitu
kitab isa dapat fakta yang
ada semisal pakai mata
aja, tapi juga harus pakai
rasionalitas.
Penghayatan
terhadap
waktu.
FilTim
menyifatkan
waktu
sebagai sesuatu yang
menyeluruh, bisa ke
belakang dan bisa ke
depan. Makanya ada
konsep reinkarnasi di
dunia ini.
HUKUM
KODRAT
DALAM
PERSPEKTIF
FILSAFAT CHINA
1. Konsep
Tao
sebagai
effortless action, yaitu
konsep yang muncul pas
di China ada peperangan
antar
dinasti.
Ada
pemikir
yang
memikirkan
cara
mengakhiri perang ini.
Tao mendasarkan pada
Tindakan-tindakan
individu yang missal
kalau individunya baik,
maka kondisi bernegara
juga
baik.
Tindakan
individu mempengaruhi
domain politik. Catatan
lain dari Tao, Tindakan
individu harus bersifat
kaya air. Kok, air? Air bisa
memecahkan bebatuan
kalau dititikkan terus
menerus.
Ketenangan
setiap individu adalah
titik kemenangan. Apa
yang abadi menurut Tao?
Cara
menjadikan
manusia itu tenang.
2. Hukum Kodrat Konfusius
Dalam konfusius, dia
menyatakan
bahwa
semesta itu sendiri terdiri
dari mikro kosmos dan
makro
kosmos.
Memahami
manusia
sebagai
mikrokosmos
sama sulitnya seperti
memahami dunia sebagai
makrokosmos. Dia mikir,
gimana
cara
menyeimbangkan mikro
dan
makro
kosmos
karena menurut dia,
mereka saling berkaitan.
Kalau
kitab
isa
bertentindak
sesuai
dengan alam, maka bisa
tercipta sebuah harmoni.
Misal, tradisi masyarakat
hukum
adat
untuk
membabat pohon dengan
membuat cerita hutan
larangan. Misal juga
masalah slice and burn
soal pembukaan lahan.
Hal
kedua
adalah
kepatutan
adalah
Kebajikan
sempurna.
Kepatutan
adalah
melaksanakan Tindakan
yg sesuai dengan tusinya.
Kalau dia seorang raja,
dia harus mnjalankan
tusi sesuai jabatannya itu.
Kalau
dilaksanakan
secara patut, harmoni
dapat terbentuk. Manusia
dibekali rasio
untuk
mempelajari
moral,
hukum
berfungsi
menegakkan
sanksi.
Naskah suci sebagai
hukum dasar negara. Ide
konstitusi, China udah
berkembang banget.
Filsafat India
1. Filsafat Nyaya dalam Hindu
- Darsana
pandangan
tentang
kebenaran.
Darsana ini penting bagi
filsafat Nyaya karena
manusia terdiri dari dua
unsur, yaitu sifat keras
dan sifat lembut. Sifat
keras menyebabkan rasa
sakit yang disebut dengan
tubuh.
Sifat
lembut
adalah
jiwa
kita
sebenarnya.
FilIndia
pengin
melepaskan
belenggu tersebut;
- Sumber
pengetahuan:
prtyaska logika berpikir,
anumana,
upamana,
Shabda.
Shabda
merupakan sebuah hal
yang dianggap sebagai
konstitusi
- Karma (perbuatan yang
dikenakan sanksi sesuai
perbuatan
kita)
dan
Dharma (kewajiban);
- Tugas berdasarkan kasta
dan varna;
- Alam semesta universal
dan bersifat sebab akibat,
segala hal pasti ada
alasannya dan alasannya
berisfat beraneka ragam,
mungkin krn manusia itu
sendiri.
2. Filsafat Budha
- Pemikiran
tentang
sunyatha atau ketiadaan.
Dalam perspektif Budha,
ketiadaan adalah sesuatu
yang sifatnya tetap.
- Dependent origination:
semua fenomena timbul
bersyarat
dan
tidak
memiliki
eksistensi
inheren. Enggak ada
sesuatu yang bisa hidup
sendiri. Terus apa yang
pasti kalau gitu missal
sesuatu saling berkaitan?
Harapan di depan.
FILSAFAT BARAT
Kodrat Klasik
Dalam menjawab pertanyaan apa yang
tetap dan apa yang berubah di dunia
ini, Heraklitos bilang bahwa enggak
ada yang tetap sama sekali, bahkan
manusia
itu
sendiri.
Untuk
mendefinisikan
sebuah
air
aja,
menurut dia, enggak bisa disebut air
karena air itu selalu berubah. Pendapat
Heraklitos ditanggapi oleh Parmenides.
Dia bilang, pernyataan Heraklitos itu
menyesatkan karena di dunia ini pasti
ada sesuatu yang tetap, yakni arche
atau materi terdalam. Dari sini, kita
mulai mendefinisikan ap aitu arche
atau materi terdalam itu?

Socrates
dianggap
mempengaruhi
generasi
muda untuk banyak bertanya
yang membuat otoritas raja
jadi kurang. Dia jadinya ke
pasar-pasar dan tempat
orang berkumpul untuk
nanya
pertanyaanpertanyaan abstrak, kaya apa
yang tetap dan apa yang
berubah. Menurut Socrates,
yang tetap adalah keadilan
karena keadilan ini adalah
hal yang jadi tujuan utama
(pengharapan di depan).
Socrates membawa muridmuridnya
untuk
nanya
langsung, salah satunya
Plato. Plato nyusun keadilan
itu bisa diamati dengan
pancaindera
enggak?
Enggak. Semua itu bis akita
rasakan lewat rasio. Socrates
mempengaruhi Plato buat
berpikir bahwa keabadaian
itu adalah idea. Idea enggak
akan pernah berubah-ubah
karena dia akan ada terus di
dalam diri manusia. Plato
punya
murid,
namanya
Aristoteles. Suatu saat, Ari
pergi ke Pantai, menyalakan
api, dia memasak air. Ari
enggak sengaja mikir apa
yang bikin air jadi panas. Aris
mikir, kayanya yang ngubah
air ini jadi panas bukan idea,
jadi dia bepikir keras bahwa
ada hal abadi yang bikin air
ini
jadi
panas.
Aris
mengajukan satu ide tetang
apa yang tetap dan yang
berubah, melalui ide materia
dan forma. Menurut Aris, ini
adalah hal yang tetap dan
enggak berubah. Materia
adalah sesuatu yang kekal,
inderawi, bisa dipegang,
dirasakan, diapa-apain. Aris
juga merevisi soal idea tadi.
Kata dia, keadilan itu emang

abadi, tapi harus diwujudkan
dalam
hal
yang
bisa
diobservasi oleh inderawi.
Jadi, harus dituangkan ke
dalam keadilan distributive,
korektif, dan komutatif.
Distributive
contohnya
adalah equality before the
law.
Korektif,
biasanya
dalam
sengketa
atau
tuntutan.
Afirmatif,
diskriminasi untuk keadilan,
komutatif kurang populer.
STOA
1. Aliran yang berkaitan
dengan hukum kodrat
adalah adanya perbedaan
semesta
kecil
dan
semesta besar. Mereka
menuntut
adanya
keselarasan;
2. Sifatnya
selaras,
universal, abadi, dan
preventif.
PENGGOLONGAN
HUKUM
KODRAT ABAD PERTENGAHAN
1. HUKUM KODRAT IRASIONAL
ATAU TEOLOGIS
Mengedepankan Tuhan, kitab
suci, dan firman, sebagai sumber
hukum
alam.
Tokohnya
Aquinas. Yang mau digali adalah
bagaimana konsepnya hukum
agama itu berkaitan dengan
perkembangan filhum secara
khusus. Untuk mencermati hal
tersebut,
ada
beberapa
persamaan dan perbedaan dari
filsafat dan teologis:
- Sumber:
filsafat
pertanyaan,
teologis
keyakinan;
-
-
Fokusnya:
filsafat
kebenaran,
teologis
untuk memahami Tuhan;
Pendekatan: kalau filsafat
lebih ke metode apa yang
akan digunakan.
Persamaannya sama-sama
untuk mencari kebenaran.
Kebenaran di teologis dan
filsafat punya definisi yang
beda. Kedua, mereka samasama belajar etika. Filsafat
lewat rasionalitas, teologis
lewat kitab suci.
Menurut Aquinas, hukum
adalah perintah akal bdi
untuk
kebaikan
dan
diundangkan oleh orang yng
mengurus
kepentingan
masyarakat
(Pemerintah).
Dari sini, kita bisa tahu kalau
hukum itu memuat konten.
Aquinas juga bapak dari
positivisme
hukum.
Pembuatan aturan hukum
harus dibuat dengan rasio.
Kata Aquinas, meskipun dia
seorang bangsawan dari
Aquino dan Kristen yang
taat, dia menempatkan rasio
harus
selaras
dengan
kayakinan Tuhan. Dia bisa
yakin ke Tuhan kalau dia bisa
merasionalkan
itu.
Dia
pengin
meyeimbangkan
domain agama dan domain
rasio.
Thomas
Aquinas
bilang hukum harus mampu
mewujudkan kebahagiaan.
Kalau enggak bisa bikin
Bahagia, dia bukan hukum
yang baik. Bahagia di sini
adalah kebahagiaan umum
dalam rangka kebahagiaan
bersama.
Yang
paling
penting di sini adalah adanya
partisipasi.
PENGGOLONGAN
HUKUM
HASIL PEMIKIRAN SI AQUINAS
A. LEX AETERNA
Pengejawantahan dari otoritas
gereja ngatur manusia
B. LEX HUMANA
2. HUKUM KODRAT RASIONAL
Harus menggali isi firman
Tuhan itu. Tokohnya adalah
Grotius Yang Agung.
POSITIVISME HUKUM
Positivisme hukum juga disebut
dengan istilah hukum positif, kepastian
hukum, fakta hukum, fakta kasus. Ada
pernyataan-pernyataan
yang
nernuasna positivisme, yaitu saya tidak
bisa mengintervensi proses hukum,
hukum harus netral, hukum tidak boleh
memihak, hukum harus ditegakkan
sekalipun langit runtuh.
Perkembangan
Revolusi 1779 terjadi Revolusi Prancis,
ini puncak dari pemikiran hukum
Kodrat. Ada demontransi besarbesaran dan menyuarakan bahwa
monarki di Prancis harus turun karena
enggak bisa menyelesaikan masalah
warga negaranya. Bergeser jadi negara
Republik Demokratik. Pergolakan yang
terjadi di Prancis merombak tatanan
epistimologi kita juga, missal, muncul
semacam ledakan teknologi yang
sangat besar yang kemudian mengubah
struktur di masyarakat. Ini bikin
matematika, fisika, dan lain sebagainya
jadi bener-bener mengambil peran.
Hukum jadi mau didudukkan sebagai
sesuatu yang objektif, lepas dari
pengaruh pembuatnya. Perkembangan
ini juga didukung oleh August Comte.
Dia menelurkan istilah positivistic.
Dijabarkan lewat ilmu pengetahuan
yang dibagi jadi tiga tahap, yaitu
teologis (ajaran agama), metafisik
(keyakinan alam semesta yang disebut
dengan hukum kodrat), dan positif
(Agust Comte mau kita beranjak ke
sesuatu yang konkret, bukan lagi
abstrak. Jadi, kita harus ke sesuatu
yang pasti).
Dari positif, diturunkan ke istilah:
1. Nyata;
2. Berguna atau bermanfaat;
3. Pasti;
4. Jelas atau tepat; dan
5. Positif
(penataan.
Hukum
dibuat untuk memperbaiki.
Kalau sifatnya destruktif, bukan
hukum).
Ini yang menyebabkan ide hukum
kodrat diruntuhkan karena cuma
gagasan, enggak ada aturan yang
ngatur secara jelas.
THOMAS HOBBES
Dia hidup di zaman yang penuh
kesengsaran dan penderitaan di
Inggris. Dia jadi mikir, apa manusia
emang lahir untuk susah doang? Jadi,
harus ada aturan supaya manusia ini
bisa diatur. Jadi, tujuan utama hukum
ini untuk menciptakan keamanan dan
ketertiban. Cuma bisa tercapai kalau
hukum itu dibuat oleh kekuasaan yang
sifatnya superior. Kekuasaan yang
superior bisa diejawantahkan dalam
beberapa hal, yaitu raja, presiden, dan
semua
Lembaga
negara
yang
berwenang. Thomas Hobbes enggak
melihat hukum kebiasaan, sosiologi
hukum, dan lain sebagainya. Menurut
Thomas Hobbes, judge made law itu
sumber dari ketidakpastian sebab
antara satu hakim dan hakim lainnya
akan berbeda. Ada pemikiran yang
muncul gara-gara ini, yaitu hukum
adalah perintah dari yang
berkuasa.
Dari sini, muncul pemikir hukum
Inggris yang terinspirasi lagi, namanya
John Austin (1859)
Austin hidup di Inggris yang lahir dari
keluarga menengah, kuliah di London,
jadi militer, keluar, jadi praktisi
hukum. Kenalan sama banyak orang,
yang mana dia adalah tokoh-tokoh
hukum terkemuka. Austin jadi ketua
departemen di Oxford University grgr
kedekatan itu, tapi gak lama karena
ngerasa kurang layak dan kuliah lagi di
Bone University, German. Kenalan
sama tokoh positivistic dan ngajar lagi,
tapi depresi karena gak ada yang mau
ke kelas dia. Dia keluar lagi dan
ketergantungan
sama
Sarah,
meninggal,
dan
Sarah
yang
melanjutkan
pemikiran
Austin.
Kepopulerannya justru baru ada
setelah Austin meninggal.
Pemikiran-pemikiran
lain:
Austin
antara
1. Dia terinspirasi banget sama
Hobbes, dia nganu teori
Command Theory. Hukum
baik
kalau
dia
mampu
mengandung unsur:
a. Mengandung unsur perintah
atau imperative (contohnya
bayar pajak);
b. Apabila tidak menaati aturan
tersebut, ada sanksi;
c. Ada
ketentuan
mengenai
kewajiban; dan
d. Kedaulatan. Artinta hukum yang
dibuat
didasarkan
atas
kedaulatan pembuatnya. Aturan
yang dibuat oleh orang yang
enggak berdaulat, gak boleh
disebut sebagai hukum.
2. Dari sini, dia mengonstruksikan
sesuatu
ke
yang
lebih
sistemastis, yaitu hukum yang
dibuat oleh manusia dan hukum
yang didasarkan keyakinan
agama.
A. Human law: menurut Austin,
yang
bisa
mewujudkan
keinginan Hobbes cuma
human law bagian proper.
Moral itu mengikat, tapi
enggak bisa dipaksakan.
- Proper
Hukum yang dibuat oleh
negara (political superior,
contohnya
peraturan
perundang-undangan
dan
pivat
person,
contohnya perjanjian
- Improper
Moral. Yang menarik dari
Austin,
dia
masih
mengapresiasi
adanya
hukum Tuhan.
B. Good Law
Dampak negative pemikiran John
Austin, ketidakadilan jadi sesuatu yang
seolah-olah enggak diperhatikan.
HANS KELSEN (1881)
Pemikiran Austin yang masih cacat,
membuat Kelsen berpikir lagi. Kelsen
pengin menghapus analisis-analisis
hukum itu sampai akhirnya lahir
hukum murni.
Hans Kelsen hidup di dua masa perang
dunia, dari PD I sampai PD II. Hans
Kelsen enggak cuma terinsipirasi dari
Austin, tapi juga Immanuel Kant.
Mengapa Kant jadi inspirasi Kelsen?
Kant dating dengan pendapatnya
dengan Kantian. Pengetahuan bisa
diperoleh
dari
empirisme
dan
rasionalisme.
Hans Kelsen ngambil dari teoretis. Dia
berpendapat bahwa hukum gak harus
dipikirkan manfaatnya, yang penting
teorinya aja. Dia membagi hukum jadi
apa yang seharusnya dan apa yang
senyatanya (das sollen dan das sein).
Teori hukum murni memisahkan
antara fakta, moralitas, dan hukum.
Hukum baru disebut sebagai hukum
kalau dia berdiri sendiri, normative,
dan apa yang seharusnya. Banyak kritik
yang muncul kepadanya, salah satunya:
1. Sebenarnya meskipun hukum
mengatakan ‘seharusnya’ tetapi
sebenarnya hukum itu bersifat
imputative dan indeterministic.
Imputatif istilah lain dari karma.
Dia mengandaikan setiap orang
pasti akan menaati hukum
karena penguasa adalah orangorang yang dipilih rakyat, jadi
rakyat pasti akan menuruti
mereka. Kenyatannya, enggak
pasti semua orang taat hukum.
Orang
yang
mengapresiasi
‘seharusnya’ sebagaimana ide
Kelsen.
Indeterministic
itu
berpegangan bahwa ia tidak
didasarkan pada hukum alam,
tetapi pada kehendak manusia
(inti dari indeterministic itu
adalah enggak semua orang
akan menaati hukum)
2. Hukum itu tidak hidup di ruang
hampa. Hukum hidup di tengahtengah masyarakat, timbul dan
berkembang di tengah-tengah
masyarakat.
3. Isi hukum bisa bersifat jahat.
Hans
Kelsen
nggak
mempertimbangkan isinya, tapi
formnya doang.
4. Hukum membutukan manusia
untuk menafsirkan. Aturan
hukum yang dibuat penguasa
butuh
penafsiran-penafsiran
soalnya masih bersifat kecil,
kalau udah ada tafsir, jadinya
enggak murni lagi.
Implikasi teori Hans Kelsen adalah
berembangnya zaman fasis di zaman
PD II. Ada UU Final Order yang ngasih
legalisasi untuk membantai orangorang Yahudi.
POSITIVISME
HART
HUKUM
HLA.
Hart sangat terpengaruh oleh John
Austin. Hart melanjutkan pemikiran
oleh
guru-gurunya.
Hart
berkebangsaan Inggris, dari bangsawan
sampai akhirnya bisa kuliah di Oxford.
Terus dia jadi barrister atau pengacara.
Dalam titik tertentu, dia ngerasa jenuh
terus join korps intelijen Inggris.
Menikah sama seseorang, diendors
Austin, jadi dosen di Oxford. Akhirnya,
dia dapat serangan yang tajam dari
pemikir hukum lainnya, salah satunya
Richard Dorkin. Hart enggak mampu
menahan kritik, mundur dari chair of
jurisprudence.
Hart menyimpulkan kalau positivisme
yang disampaikan oleh Austin, berakar
dari tiga pertanyaan:
a. What is law? Perintah yang
dibuat oleh penguasa
b. What are the process of law?
Bangsane si iku, apay a yang
proper dan improper.
c. Command of sovereign.
Hart setuju sama dua pemikiran di atas,
tapi enggak setuju sama huruf (c)
soalnya Hart percaya kalau perintah itu
juga muncul dari aturan-aturan sosial,
enggak Cuma dari penguasa. Contoh,
waktu itu ada istilah etiket. Etiket ini
soal aturan pakaian antara laki-laki dan
perempuan, ini nunjukin kalau ada
sesuatu yang ditaati oleh masyarakat
sosial, tapi enggak berasal dari negara.
Menurut Hart, huruf (C) itu malah
enggak
menghasilkan
ketertiban,
malah bisa jadi alat yang sangat
berbahaya kalau dia berasal dari
penguasa.
Kata Hart, konsep huruf (c) itu enggak
bisa diterima karena aturan sosial itu
banyak, misalnya kaya aturan-aturan
permainan, kaya bola dulu ‘kan belum
ada FIFA, jadi ya Cuma nurut aturan
masyarakat aja.
Hart mengajukan satu konsep untuk
me-replace konsep Austin, yang
disebut dengan systemic quality.
Inilah nama pemikiran Hart. Menurut
Hart, konsep hukum terbagi dalam dua
bentuk, yaitu:
1. Primary
rules
(undangundangnya, materiilnya). Hart
ngasih contoh, kala itu kalau
mau main bola, hanya kaki saja
yang boleh menendang, tangan
enggak boleh terlibat dalam
sepak bola. Menurut Hart,
primary rules dapat berupa
perintah ataupun larangan.
2. Secondary rules (instrument,
formil). Aturan atas sebuah
aturan atau rules of the rules.
Fungsinya untuk mengatasi
apabila terjadi penyelewengan
terhadap ketentuan di primary
rules, entah nanti ditentukan
oleh wasit atau FIFA. Intinya,
secondary ini adalah upaya
untuk
mengatasi
penyelewengan itu. Dia berisi
power
conference,
ada
kewenangan.
Menurut
Hart,
Austin
Cuma
menekankan adanya primary rules
saja. Hanya berisi apa yang disebut
perintah
dan
larangan,
tanpa
menyentuh secondarynya. Yang akan
menimbulkan permasalahan, yakni:
a) Uncertainty. Misal, ada Lembah.
Di Lembah, ada rerumputan.
Kemudian di tengah-tengahnya
dibatasi oleh sungai, terus ada
padang rumput lagi. Muncul
kawanan yang bertempat tinggal
di sana, enggak tahu ada aturan
atau enggak. Mereka melakukan
perbuatan secara rutin, misal,
baru bisa melakukan kegiatan
merumput pada pagi hari. Lalu,
dari sisi kanan ke kiri dengan
jeda
waktu
satu
minggu
(pindahnya seminggu sekali).
Nah, suatu hari, mereka nemu
Lembah kedua dengan sungai I
tengahnya. Dia bingung, apakah
ketentuan di Lembah yang
satunya apakah akan dipakai di
Lembah yang baru ini? Hart
nyebut, ketentuan itu enggak
bisa menjamin keberlakukan
hukum
secara
universal.
Maknaya dibutuhkan otoritas
buat nentuin apakah ketentuan
di Lembah A dipakai juga di
Lembah B.
b) Staticness. Ketidakfleksibelan.
Misalkan, di Lembah A tadi,
orang udah sepakat sama aturan
yang ada. Pada suatu masa,
muncul sebuah kondisi rumputrumput Lembah A ditumbuhi
bakteri. Nah, boleh enggak tuh
dia pindah ke B kalau kaya gitu?
Soalnya ‘kan enggak ada
institusi yang nentuin.
c) Inefficient. Contoh, misal ada
anggota
kelompok
yang
merumput malam hari. Kalau
Cuma berisi larangan sama
perintah doang, kita enggak tahu
orang yang melanggar itu akan
diapakan.
Hart ngasih Solusi dengan bikin
secondary rules. Buat mengatasi:
a) Uncertainty lewat Rules of
Recognition, bentuk otoritasotoritas;
b) Rule of Change, ngasih otoritas
kewenangan buat mengubah
aturan
c) Rules of ajudication, ada
Lembaga
yudikatif
untuk
mengatasi
pelanggaranpelanggaran yang dibuat oleh
orang.
Ide ini yang melahirkan konsep hukum
formil dan materiil.
Pemikiran Hart dapat kritik dari
seseorang, yang disebut dengan Lon
Vuller, yaitu tokoh hukum modern
beraliran hukum kodrat. Hukum
psoitivisme di zaman Hart tuh udah
dianggap bahaya banget, jadi butuh
hukum
kodrat
lagi
untuk
menyeimbangkan. Sebagaimana yang
kia tahu, positivisme itu memisahkan
hukum dan moralitas banget. Moralitas
dianggap
sebagai
hukum
yang
improper. Kritik Lon Vuller ke Hart
adalah:
a)
b)
kalau hukum dan moralitas
dipisahkan,
hakim
harus
memutuskan hukum kaya
gimana? Pakai moralitas atau
pakai hukum itu sendiri? Kalau
pakai moralitas, harus pakai
moralitas yang khusus atau
umum?
Kalau moralitas dan hukum
dipisah,
penafsiran
yang
terjadi atau dilakukan itu
sangat bersifat literal atau
eksplisit. Misal, kendaraan
dilarang parker di area kota.
Ada anak-anak membawa
sepedanya dan meletakkan
sepedanya di sana, apa anakanak melanggar primary rules
tersebut? Ya kalau menurut
Hart, ya iya soalnya sepeda
termasuk kendaraan. Padahal,
mungkin, maksud si pembuat
UU, kendaraan ini ya Cuma
kendaraan bermotor.
Hart ngasih balasan, hukum dan
moralitas tetap harus terpisah, Kalau
digabung, negara akan kebal terhadap
kritik soalnya negara yang megang
moralitas. Hukum dan moralitas harus
dipisah karena kalau digabung, negara
akan sangat sewenang-wenang karena
dia bakal masang standar supaya dia
jadi bapak rumah tangga yang baik.
Hart yang kedua bilang, semisal hukum
dan moralitas digabung, nanti ada
hukum yang anarkis. Menurut Hart
yang ketiga, kalau hukum itu adalah
moralitas, validitas hukum ada di
validitas moral, sementara kita enggak
mengabaikan kalau hukum itu kadang
berisi ketidakadilan.
Menurut Dorkyn, hukum itu sifatnya
lebih sempit dari moralitas. Enggak
bisa dipisahkan. Pelanggaran hukum
adalah pelanggaran etika, pelanggaran
etika belum tentu pelanggaran hukum.
Apakah negara membuat sebuah
aturan
yang
melarang
atau
memerintahkan sesuatu hal, meskipun
hal itu enggak melanggar kesejahteraan
umum? Enggaklah, Negara bukan
pengendali moralitas, dia Cuma
bertugas
buat
menciptakan
kesejahteraan umum. Kalau enggak
ada manfaat kesejahteraannya ya buat
apa. Oleh sebab itu, memandang
negara sebagai sesuatu yang suci bikin
kita enggak bisa membedakan mana itu
rezim mana itu negara. Negara bukan
pemegang moralitas.
Hukum
memang
berasal
dari
penguasa, tetapi validitasnya tidak
hanya berasal dari aspek formal, tapi
juga dari kelompok yang diatur atau
affected group.
Ada aspek-aspek kebiasaan yang juga
mempengaruhi validitas hukum itu
sendiri.
REALISME HUKUM
Apriori berada dalam ruang yang sama
dengan hisab bahwa ilmu pengetahuan
hadir melalui logika manusia sehingga
dia sangat deduktif (premis mayor,
minur, kesimpulan). Kalau aposterori,
dia ada dalam ruang yang sama dengan
rukyatul hilal. Menurut dia, ilmu
pengetahuan hanya hadir melalui
pengalaman. Mana yang lebih bagus?
Tentu logis aposterori dan enggak bisa
diuji pakai apriori, demikian juga
sebaliknya.
Legal realism itu masuknya ke
aposterori karena enggak bebas
pengalaman.
Realisme Amerika
Legal realisme itu aslinya lahir dari
suatu gerakan. Gerakan melawan
formalisme hukum. Legal formalism ini
suatu pemikiran yang mengimani
bahwa hukum haruslah tertulis,
harusnya tekstual. Entah berangkat
dari
putusan
pengadilan
atau
berangkat dari produk tertulis.
Ketika suatu larangan dan perintah
selalu diformulasikan di dalam tulisan,
pasti akan selalu ada keterbatasan.
Contohnya, misal, kematian. Kematian
merupakan sebuah konsep hukum.
Kapan individu dikatakan mati. Ketika
enggak ada nyawa? Apa itu nyawa?
Formalisme hukum itu apriori. Dia
logikanya deduksi. Formalisme hukum
memahami
hukum
semata-mata
sebagai sebuah teks. Jadi, apa yang
dituangkan ke dalam teks, ya itu yang
harus diaplikasikan.
Realisme hukum mengkritik selalu ada
keterbatasan antara teks dan fenomena
sosial. Hukum yang baik haruslah
berdasarkan fakta, bukan teks.
Realisme
hukum
merupakan
penolakan terhadap system tertutup,
absolut,
dan
original
dan
menginginkan fakta dan Tindakan.
Realisme hukum sangat dipengaruhi
oleh pragmatism terhadap teori
positivist.
Oliver Wendell Holmes (18411935)
Hukum
sebagai
sebuah
pengalaman. Pengalaman dan logika
memiliki derajat yang sama selayaknya
priori dan aposteori. Jadi, akan sangat
janggal semisal hukum hanya dipahami
sebagai apriori.
Hukum merupakan sebuah prediksi
apa yang akan diputuskan hakim
menekan pada aspek empiris dan
pragmatis hukum. Nah, realisme
hukum Amerika, ngelihatnya selalu
hakim karena Amerika sifatnya
common law.
Hukum
harus
dipisahkan
dari
moralitas. Jadi, realisme hukum juga
menolak premis hukum kodrat. Ia
harus memperoleh justifikasi secara
keilmuan yang menitikberatkan pada
kebutuhan
sosial.
Sebab
menitikberatkan
pada
kebutuhan
sosial, jadi enggak pasti karena
praktikal banget. Ahli hukum jadinya
hatus belajar ekonomi dan statistic
untik menentukan kebujakan yang
baik. Kebijakan enggak akan punya arti
kalau mengabaikan implikasi bagi
kesejahteraan sosial.
Ketika sesuatu cuma berangkat dari
teks, maka putusan itu enggak memiliki
arti.
Aposterori
sifatnya
induksi.
Pengalaman dulu terus dinaikkan lagi
ke sesuatu yang berifat umum.
Hukum dipandang sebagai prediksi,
baik
litigasi
ataupun
advokat
professional. Ini enekankan pada apa
yang dilakukan pengadilan, bukan
logika deduksi yang abstrak mengenai
aturan hukum.
Apa yang dimakan hakim saat sarapan,
berpengaruh terhadap putusannya di
siang hari. Maksudnya, karakterkarakter tempat kita tumbuh dulu akan
mempengaruhi Tindakan kita dalam
mengambil keputusan.
Hukum
merupakan
seperangkat
konsekuensi dari praktik di ruang
siding. Ia bukan system nalar serta
bukan deduksi dari praktik nalas.
Yang menarik, ada istilah bad man test.
Kriminal, dia enggak peduli bahwa
Tindakan yang dia lakukan akan
berkonsekuensi pada penyelidikan,
penyidikan, pelimpahan ke JPU, ke
pengadilan, diperiksa, dan criminal
akan didudukkan di sana Intinya dia
enggak akan peduli serangkaian proses
persidangan atau peradilan dia juga
enggak peduli soal status terpidana,
saksi, terdakwa. Kriminal cuma peduli
bahwa di hadapannya ada peluang
untuk membahagiakan dirinya dengan
cara menyakiti orang lain.
Holmes
membayangkan
ada
pembatasan judicial law making
dengan memberikan porsi lebih pada
legislator.
Argumennya
karena
masyarakat mempunyai hak untuk
membuat hukum melalui wakilnya
(dewan) untuk memproduksi hukum
sesuai kepentingan konstituennya.
Hakim harusnya memposisikan dirinya
sebagai legislator. Hakim harus
membayangkan kalau putusan yang dia
buat, bukan hanya untuk kepentingan
orang di ruang siding. Putusan yang dia
buat punya implikasi bagi orang-orang
di luar siding. Hakim yang baik, harus
memabayngkan hal tersebut.
Hukum dan Implikasi Sosial
Karl Nickerson Llewellyn
Dia bilang kalau enggak ada mahzab
realism. Adanya gerakan realism. Ia
merupakan metode yang mencakup
apa pun tentang ke mana pun harus
bermuara. Jadi, ini fokusnya ke
dampak atau implikasi. Ia juga percaya
kalau
penggunaan
optic
“yang
seharusnya”
akan
menyulitkan
penyelidikan mengenai apa yang
sebenatnya
terjadi.
Contoh,
di
perempatan Sudirman ada traffic lamp,
harusnya orang berhenti, tapia da
orang yang enggak berhenti. Kalau
cuma
berdasarkan
pada
“yang
seharusnya” kita enggak akan tahu
kenapa dia enggak berhenti.
Kepatuhan itu tergantung pada
seberapa banyak intensif yang dia
dapatkan dengan melanggar suatu
peraturan. Contoh, kenapa pencabulan
dosen terhadap mahasiswa selalu
terulang? Kultur kita patriarki,
sanksinya
lemah,
pembuktiannya
susah. Dosen melakukan KS ya karena
harganya murah.
Llewellyn
membayangkan
bahwa
disiplin sosial itu penting untuk
menjamin apa tadi?
Aturan hukum enggak penting-penting
amat. Cuma relevan kalau dia
didiskusikan dengan how rule works
tanpa itu rule of law hanya omong
kosong. Penting buat nanya, gimana
pemahaman
masyarakat,
gimana
penegakannya?
Contohnya, dalam komunitas muzzaki.
Ada tiga individu yang meyakini bahwa
pajak bertentangan dengan Islam.
Sehingga dia enggak mau membayar
pajak. Ada juga yang mengatakan
bahwa percuma bayar pajak karena
banyak uang negara yang dikorupsi.
Ada juga individu yang meyakini ini
zalim sebenarnya, tapi karena dia
pekerja, jadi tetap membayar. Nah,
membayangkan kepatuhan pajak ini
‘kan enggak cuma ngelihat rule rule aja,
tapi juga psikologi, sosial, ekonomika.
Hukum adalah institusi. Hukum
terorganisari sedemikian rupa yang
akhirnya
berkontribusi
pada
keberlangsungan
masyarakat.
Pengoperasionalan
hukum
harus
memperhatikan karakteristik atau sifat
organisasi sosial. Lima hal yang
harus diperhatikan ketika hukum
diasumsukan
sebagai
alat
stabilisasi:
a. Perlu difilter untuk menentukan
kasus-kasus yang bermasalah.
Kasus-kasus yang rumit, yang
kard. Institusi itu diibaratkan
sebagai sebuah bengkel. Dalam
konteks pengadilan, bengkel
memperbaiki
hukum
yang
sudah tidak sesuai lagi dengan
kebutuhan masyarakat.
b. Harus
mencegah
atau
menimalisasi konflik. Konflik
berangkat
dari
perbedaan
kepentingan antar individu.
Kalau tetap berbenturan, dia
harus dikanal atau diberikan
saluan. Jangan dibiarkan saja.
c. Mengalokasikan
kewenangan
pada masyarakat.
d. Mengarahkan
ketiga
poin
tersebut untuk memberikan
implikasi ke masyrakata.
e. Menyusun metode yuridis yang
menjadi
pegangan
bagi
structural
menyelesaikan
hukum.
Megenai putusan hakim, dia bilang the
death of stare decicis. Ia menginginkan
hakim jangan hanya dintuntun oleh
preseden, tapi juga situasi yang
melingkupi
kasusnya.
Pengadilan
banding oleh karena itu Perlu
memperhitungkan:
a. Kecocokan, masuk akal enggak
b. Ketidakcocokan, kalau dianggap
enggak masuk akal dalam
konteks kebutuhan sosial, maka
acuan tersebut haruddiabaikan
c. Keteraturan
dan
alasan,
diaplikasikan bilamana hadir
aturan yang mengacu dan sesuai
dengan akal dan situasi yang
melingkupinya.
Jerome Frank
Kepastian
hukum
dan
Ketidakpastian
Hukum tidak dapat dipisahkan dari
pengadilan. Kepastian hukum pada
putusan hakim merupakan ilusi katena
putusan hakim sangat tergantung dari
berbagai factor yang bahkan irrasional.
Hakim itu ‘kan manusia, kalau mau
bikin putusan, udah pasti akan
terpengaruh sama noise di sekitarnya.
Pengetahuan mengenai aturan tidaklah
berkonstribusi
secara
signifikan
terhadap prediksi putusan. Hakim tuh
paham sama aturan, sama presenden,
tapi itu kontribusinya ya minimal sama
putusan yang mau diterbitkan.
Kenapa? Soalnya apa yang dimakan
hakim saat sarapan, mempengaruhi
putusan pada siang hari. Untuk
memprediksi putusan, perlu prifiling
hakim, masa keclnya gimana, ideologi,
kehidupan, dan lain sebagainya.
REALISME SKANDINAVIAN
Persamaannya sama-sama menolak
formalitas hukum dan menolak
penyatuan moralitas dengan hukum.
Perbedaannya, legal realism Amerika
berbasis pada kenyataan. Namun,
kalau
Skandinavian
pemahaman
manusia mengenai kenyataan.
Hal ini menyebabkan aliran di
Skandinavian sangat dipengaruhi oleh
disiplin psikologi karena disiplin
psikologi ini yang sangat dapat
menjelaskan pemahaman manusia
terhadap kenyataan. Ada tujuh ciri:
a. Hukum harus dapat diverifikasi
berdasrkan pengalaman
b. Moralitas dibentuk oleh hukum,
bukan sebaliknya
c. Perintah mencerminkan ilusi
untuk memastikan kepatusan
atas kewjaiban si pemberi
perintah.
Kritik:
Formalisme itu sifatnya kaku sehingga
sulit
diimplementasikan.
Hakim
menjadi
corong
undang-undang
semata (civil law)
Realisme, dia skeptis, dia ragu terhadap
teks hukum. Ketika dia ragu, dia enggak
punya pegangan. Konsekuensinya,
kepastian menjadi terancam.
Di dunia ini, enggak ada hakim atau
legalism yang realisme sepenuhnya
atau formalism sepenuhnya. Jadi,
memperdebatkan
formalism
atau
realism itu sia-sia saja. Keduanya
sama-sama diperlukan tetapi dalam
porsi yang berimbang.
Berimbang? Apa itu berimbang? Kapan
sesuatu dapat kita kualifikasikan
sebagai sesuatu yang berimbang?
UTILITARIANISME
Ada dua tokoh di sini, yaitu Bentham
dan Mill.
Bentham bilang
bahwa hukum
haruslah memberikan kebahagian
sebesar-besarnya
bagi
sebanyakbanyaknya orang. Di sini, hukum
dilihat sebagai nilai guna atau
manfaatnya.
Tidak ada orang yang ingin menderita.
Secara naluriah, individu selalu
menghindari penderitaan dan meraih
kebahagiaan. Maka, hukum haruslah
bertujuan
untuk
membahagiakan
sebesar-besarnya
bagi
sebanyakbanyaknya manusia atau individu.
Inilah yang disebut dengan teori
kemanfaatan.
Redbruch bilang bahwa tujuan hukum
adalah keadilan (hukum kodrat atau
teoru
etis),
kemanfaatan
(teori
kemanfaatan), dan kepastian hukum.
Ada kritik untuk teori ini. Kalau
manusia cuma mengejar kebahagiaan,
apa bedanya dengan babi?
Pendapat ini dibantah oleh Mill. Ada
perbedaan jelas antara utilitarianisme
dan hedonism. Hedonisme itu manusia
cuma memuaskan nafsu binatangnya
saja, tapi kalau utilitarianisme itu sifat
asli
manusia
yang
pengin
memaksimalkan kebahagiaanya.
Mill mengabaikan cara memperoleh
kebahagiaan,
tapi
Bentham
mempertimbangkan
hal
tersebut.
Namanya Kalkulus. Mill hanya fokus
pada hukum yang baik. Dia berfokus
pada konsekuensi, sedangkan Bentham
pada kebahagiaan dan penderitaan
saja.
Hukum dan Ekonomika
Satu aliran yang berkembang di
Amerika
Serikat.
Hukum
dan
ekonomika posisinya aposterori. Ilmu
pengetahuan
lahir
setelah
ada
pengalaman, hukum lahir karena
pengalaman.
Aliran ini tidak semata-mata lahir
sebagai “cucunya” utilitarianisme. Dia
campuran atas berbagai mahzab filsafat
hukum.
Pertama, positivisme hukum. Ada
tiga pondasi dari legal positivism.
Pertama, hukum adalah fakta sosial.
Karena dia merupakan sebuah fakta
sosial, harus diidentifikasi mana yang
hukum, mana yang bukan hukum.
Identifikasi ini tergatung, kalaua pakai
Kelsen, sesuatu dikatakan sebagai
hukum kalau dia dikenali oleh hukum
juga. Intinya, hukum yang menentukan
itu adalah hukum atau enggak.
Makanya ada yang namanya hierarki
hukum. Kalau kita bicara mengenai
Austin, hukum semata-mata adalah
perintah penguasa. Pendapat Austin
dibantah oleh “santrinya” yaitu Hart,
kalau cuma didasarkan perintah, apa
yang membedakan penguasa dengan
perampok. Hukum bukan hanya
perintah, tetapi juga penerimaan oleh
masyarakat (aturan penerimaan).
Hukum adalah perintah penguasa yang
dikonfirmasi oleh masyarakat.
Positivisme
hukum
yang
mempengaruhi hukum dan ekonomi
adalah
versinya
Hart
(aturan
penerimaan)
Kedua, realisme hukum. Di antara
ketiga fokus legal realism, yang dipakai
adalah hukum sebagai pengalaman dan
hukum sebagai implikasi sosial.
Ketiga, utilitarianisme
susah dan konsekuensi)
(Bahagia-
Tiga aliran inilah yang mempengaruhi
utilitarianisme.
Bukan
hanya
monodisiplin, tetapi juga multidisiplin
sehingga ada pengaruh ekonomika
atau ilmu ekonomi.
Ekonomika tidak bicara soal uang. Ia
mengimani bahwa setiap individu akan
mengalami
kelaparan.
Untuk
memenuhi kebutuhannya maka dia
harus melakukan yang namanya
pertukaran. Pertukaran ini adalah
pertemuan supply and demand yang
dikenal sebagai pasar.
Ekonomika mengimani ada yang
namanya “tangan yang tak terlihat.”
Misalnya, satu ruangan ini ada 55
orang,
kemudian
Pak
Arvhie
mensupply air mineral 70. Maka air
mineral itu akan berharga rendah
karena oversupply, tapi kalu cuma
nyuplai 5, maka harganya akan tinggi.
Nah, salah satu dari 55 orsang ini akan
melihat adanya peluang. “Wah, masih
ada 50 orang lagi yang harus dipenuhi.”
Nah inilah yang
invisible hand.
disebut
sebagai
Barangsiapa yang melawan tangan tak
terlihat, dia akan mengalami yang
namanya koreksi.
Jadi, hukum dan ekonomika, dia
dipengaruhi oleh tiga aliran hukum dan
satu ilmu ekonomi.
Apa yang menjadi premis hukum
dan ekonomika?
Yang
pertama
adalah
MIRA,
metodologica
individualism
and
rasionalitas Actin? Apa itu MIRA? Mira
adalah keyakinan atau cara pandang
yang melihat manusia itu pada
dasarnya adalah makhluk individualis
dan
bertindak
secara
rasional.
Individualism, apa pun yang dilakukan
oleh manusia, pada dasarnya ingin
memuaskan kepentingan pribadi.
Ketika kita melihat kelompok marginal
di tepi jalan, saya keluarkan uang dari
saku, aku kasih ke dia, dalam ilmu
ekonomika, sebenarnya aku tidak
tahan melihat penderitaan orang lain.
Aku memberi ya supaya kebahagiaanku
terpenuhi.
Contoh rasional action
Contoh yang lain, dalam Islam, salat
jamaah itu pahalanya 27 derajat lebih
tinggi. Maka orang Islam akan
berbondong-bondong
untuk
salat
berjamaah. Pas salat, dia enggak akan
nanya sebelahnya udah wudu atau
belum. Semata-mata dia cuma pengin
nyari pahal 27 derajat lebih tinggi.
Manusia
selalu
mengambil
satukeputusan yang dia pikir paling
menguntungkan daripada opsi yang
lain.
Yang paling penting, jangan menguji
Tindakan rasional satu pribadi dengan
pribadi yang lain. karena
Yang namanya informasi itu ‘kan
asimetris.
Setiap individu memiliki preferensi
yang berbeda. Contohya perokok, Buat
tenaga medis, ini Tindakan yang
enggak rasional, tapi buat perokok y
aini rasional karena dia siap mengganti
SD kesehatannya yang terbatas dengan
menghisap rokok.
MIRA selalu melekat pada setiap
manusia, entah manusia “swasta” atau
sebagai penyelenggara pemerintah.
Pokoknya selama da manusia, dia
melekat dengan MIRA. MIRA berpikir
bahwa begitulah cara dunia yang
bekerja. Kita enggak perlu repot-repot
mencari nabi karena semua manusia
selalu pengin mengambil hal paling
rasional dan menguntungkan.
Kedua, HUKUM Sebagai HARGA
Dari zaman Yunani klasik sampai tahun
2024, masih belum ada definisi yang
clear terkait hukum itu apa, belum ada
kesepahaman antar para sarjana
hukum. Akan tetapi, eksistensi hukum
berarti suatu Tindakan itu sifatnya
wajib atau harus dilakukan. Inilah
pendapat HLA HART. Eksistensi
hukum membuat suatu Tindakan jadi
wajib, bukan pilihan.
Di sini, hukum dipahami membentuk
harga.
Harga
itu
‘kan
suatu
pengorbanan yang harus dilakukan
untuk memperoleh suatu keuntungan.
Ketika
harganya
rendah,
suatu
larangan itu akan terus terulang. Ketika
harganya tinggi, maka satu larangan itu
dapat berjalan secara efisien atau
maksimal. Contohnya aja, pelecahan
seksual oleh dosen terhadap mahasiswa
selalu terulang. Hal ini karena bagi
pelaku, harganya murah jadi dia
konsumsi terus itu satu hal (sulit
dibuktikan, tidak ada pengawasan,
untuk patriarki). Ilustrasi lain, A
memiliki asset tanah dan bangunan.
Dia sewakan seharga 120 juta per
tahun, datang B yang siap menyewa
asset milik A selama setahun, dibayar
120 juta. B pun mulai menempati asset
yang dia sewa. Tbtb datang C pada A,
pengin bangun usaha dan mau
menyewa asset tsb dengan harga sewa
170 juta. Berarti 50 juta lebih tinggi dari
harga sewa yang diterima oleh B. Kalau
aku jadi A, apa yang akan aku lakukan?
Kompromi sama B, dikasih 20 juta
misalnya.
Terakhir, EFISIENSI. Ini merupakan
tujuan paripurna dari sebuah hukum.
Efisiensi, dari definisi, mengambil
pendapat dari pak Reto, yaitu suatu
situasi ketika terjadi pertukaran,
pertukaran
tersebut
menaikkan
kesejahteraan tanpa menimbulkan
penderitaan.
Efisiensi memiliki arti kesejateraan
atau kemashlahatan.
Pendapat Pak Reto dianggap mustahil.
Maka muncul … efisiensi. Dia
mengatakan jika pertukaran itu
memberikan penderitaan, berikan saja
ganti rugi.
Logika ekonomi memberikan analisis
untuk menyelesaiakn ini:
a. Positif atau deskriptif: analisis
ini melihat produk hukum dan
mengkaitkannya
dengan
implikasi produk tersebut dalam
masyarakat.
Contoh
pengaplikasiannya,
ketika
adopsi ada dua hal yang harus
diperhatikan, pertama tidak
boleh ada kompensasi berupa
uang. Kedua, calon ortu dan
calon anak harus memiliki iman
yang sah. Pertanyaan kemudian
timbul. Apakah norma ini
memberikan kesejahteraan atau
tidak? Mari kita cek pakai
pendekatan
pasar.
Yang
dibutuhkan seorang anak untuk
memaksimalkan potensinya itu
ada dua, yaitu finansial dan
emosional.
Dua
hal
ini
menimbulkan biaya, baik biaya
finansial dan biaya emosional.
Biaya erosional misalnya adalah
mengajarkan
anak
untuk
konsisten, mendorong anak
untuk menjadi berani, etc. Biaya
finansial adalah uang yang harus
dikeluarkan oleh orang tua
untuk mendapatkan dua hal,
minimal
kesehatan
dan
Pendidikan. Dua-duanya harus
ditutup ini, Maka kalau ditutup,
potensinya anak akan maksimal.
Bagi pasangan yang tidak dapat
memproduksi anak, barangkali
mereka dapat menutup dua
biaya terssebut, tetapi dia tidak
dapat
memproduksi
anak.
Sehingga di sini muncul yang
namanya demand. Di tempat
lain, ada keluarga yang dapt
memproduksi anak, tapi enggak
bisa menutup biaya finansial,
ekonomi, ataupun keduanya.
Kalau orang tua dapat menutup
dua
biaya
tersebut,
kemungkinan besar dia enggak
akan melepas anaknya ke orang
yng butuh anak. Larangan untuk
tidak ada jual beli atau jasa dan
harus seiman, secara ekonomi
ini
memberikan
hambatan
untuk pertukaran yang lebih
baik, pertama: larangan untuk
kompensasi (ini enggak relevan
sama kebutuhan anak dan
faktualnya kitab isa cek uang
santunan yang diberikan calon
ortu angkat ke ortu kandung.
Toh, kalau kita cek esensi yang
enggak boleh itu larangan
eksploitasi bukan “jual belinya”.
Kedua,
harus
seiman.
Keharusan ini enggak relevan
untuk kepentingan anak karena
anak bukan hanya butuh biaya
emosional, tetapi juga biaya
finansial supaya potensinya
maksimal. Nah, dari analisis ini
maka dua larangan tadi dapat
dikatakan menghambat potensi
anak.
Contoh yang lain, Richard
Postner, di mana dia jadi hakim.
Ada
permohonan
untuk
mengesahkan
perkawinan
sesame
jenis.
Dalam
argumennya Postner, apakah
perkawinan sesame jenis itu
efisien? Kemudian dia mulai
membangun sebuah argument.
Esensi
perkawinan
itu
sebenarnya apa, sih? Esensi
perkawinan adalah reproduksi
untuk mencegah kepunahan
populasi manusia, bukan cinta.
Pernikahan sesame jenis tidak
dapat
reproduksi.
Maka
permohonan tersebut harus
ditolak.
b. Normatif: normative ini intinya
bagaimana hukum yang baik
supaya dia dapat mencapai
efisiensi.
Contoh analisis
normative, bagaimana pungutan
pajak yang baik? Pajak ini ‘kan
“menyebalkan”
karena
menimbulkan nestapa. Mau
setebal-tebalnya iman individu
kalau dapat pajak, pasti dia akan
merasakan
ketidakikhlasan.
Padahal, pajak adalah dana
negara. Tubuh kalau enggak ada
darahnya, enggak bisa hidup.
Demikian juga dengan negara
kalau enggak ada pajak. Pajak
satu
sisi
menimbulkan
penderitaan, sisi lainnya dia
harus tetap dipungut. Isunya
bukan pajak itu harus tidak ada,
tetapi pajak yang baik adalah
pajak yang mengakibatkan
penderitaan minimal.
REFLEKSI FILSAFAT HUKUM
Pengaplikasian
Hukum
dan
Ekonomika dalam pemahaman
Pajak dengan Hukum Islam:
Dari semua mahzab yang ada pada
zaman dahulu, mereka semua
sepakat bahwa negara boleh
memungut pajak kepada selain
Islam. Syaratnya ada dua, yaitu
keuangan negara enggak cukup
untuk membayar kebutuhan negara
dan pungutan tersebut enggak akan
menimbulkan nestapa berlebihan.
Dua syarat ini dapat kita temukan
dalam
filsafat
hukum
dan
ekonomika tentang efisien.
Pajak yang efisien adalah pajak yang
meminimalisasi nestapa. Mengapa
perlu diminimalisasi? Supaya tidak
ada perubahan perilaku dari pre-tax
dan post-tax. Kita tetap mau belanja
di minimarket meskipun harus
bayar 2200 dan lawyer tetap mau
memproduksi legop meskipun
dipotong 15%. Ada empat syarat
supaya tidak mengubah perilaku
masyarakat ini:
1) Objek pajak seluas mungkin.
Secara teori, negara hanya dapat
memungut pajak dari tiga hal,
yaitu pendapatan, kepemilikan,
transaksi atau konsumsi.
2) Sekalipun objek pajak seluas
mungkin, harus memperhatikan
elastisitas permintaan silang.
Perlu ada pemeriksaan terkait
karakteristik objek yang akan
dipungut. Objek tersebut punya
subtitusi enggak? Subtitusinya
dekat atau jauh? Misal, kita
masuk ke kafe, di situ ada menu,
kopi jahe, tea. Antar objek ini
punya subtitusi yang dekat, oleh
karena itu kenakan pajak yang
rendah
dan
semuanya
dikenakan. Kalau barang itu
enggak ada subtitusinya atau
subtitusinya jauh, kenakan saja
pajak yang tinggi karena itu
tetap saja efisien. Contoh saja
tembakau. Itu menjelaskan
mengapa cukai tembakau setiap
tahun naik karena mau enggak
mau, orang tetap akan mengejar
sekalipun muncul isu lain yaitu
black market akibat unculnya
hambatan suplai oleh regulasi.
3) Pajak yang baik harus mampu
mengurangi kesenjangan antar
individu. Kesenjangan itu pasti
ada dan memang harus ada
untuk menunjukkan individu
mana
yang
dapat
mengalokasikan SD-nya yang
terbatas secara efisien. Contoh
paling sederhana, gaji sarjana
dan alumni SMP pasti beda, gaji
direksi dan OB pasti beda. Kalau
misal disamakan, ngapain orang
mau kuliah orang gajinya sama?
Ngapain jadi direksi kalau jadi
OB aja gajinya udah sama? Nah,
misal kesenjangan itu enggak
ada, nanti individu enggak akan
merasa
terikat
dengan
masyarakat.
Cara
supaya
kesenjangan itu dapat minimal,
kenakanlah pajak progresif.
Hukum dan ekonomika menolak
proposal
tarif
progresif,
Alasannya:
a. Tarif
progresif
tidak
menguntungkan OKB. OKB
yang udah menghabiskan
energinya sedemikian rupa
supaya naik kelas, tetap aja
itu diperas buat bayar pajak
5%, begitu terus. Padahal
orang mau lepas dari lumpur
kemiskinan itu bertahuntahun lama, giliran lepas,
dikasih nestapa sama negara.
b. Setiap
individu
tidak
mungkin tidak mengadakan
pertukaran dengn individu
lain karena tiap individu
selalu
dihadapkan
oleh
kelangkaan sumber daya.
Misal,
bos
dengan
kesejahteraannya yang tinggi
maka ada peran-peran yang
tidak dapat dia jalankan,
misal, peran dia sebagai
orang tua untuk mengganti
diapers anak, itu akan
dialihkan ke babysitter.
Kemudian, dia enggak bisa
menjalankan
peran
membersihkan rumah, maka
akan dialihkan ke PRT,
demikian semiripnya. Nah,
orang-orang
ini,
para
pekerjanya,
kesejahteraannya tergantung
dari kesejahteraan bosnya.
Tarif progresif menahan
kesejahteraan si bos. Kalau
kesejahteraan si bos enggak
naik, maka kesejahteraan
yang bawahnya enggak akan
naik. Maka yang lebih
direkomendasikan
adalah
tarif proporsional. Berapa
pun penghasilannya, tarifnya
tetap sama (ini rekomendasi
hukum dan ekonomika)
4) Administrasi pajak sesederhana
mungkin.
Pajak
itu
‘kan
dasarnya adalah sesuatu yang
tidak enak dan menimbulkan
nestapa, menjadi ganjal kalau
kita mau memenuhi kewajiban
yang enggak enak itu, kita masih
kesulitan. Aneh sekali dunia ini,
beban ganda untuk pembayar
pajak.
masa Umar, dikembangkan juga ke
golongan lain. Pertanyaannya,
mungkin
enggak
jizyah
menimbulkan kesejahteraan?
Kalau dari sisi keadilan, keempat
hal ini enggak akan ketemu, all.
Margareth,
PM
Inggris,
menawarkan tarif pajak yang tetap.
Itu jadi factor dia harus turun dari
kursi PM karena bikin dia dianggap
mencederai keadilan.
FILSAFAT HUKUM ISLAM
Administrasi sesederhana mungkin,
kalau dari perspektif keadilan,
orang
yang
secara
ekonomi
berbeda,
harus
diperlakukan
berbeda juga. UNtuk tahu tiap
kelas, butuh asesmen. Assesmen ini
menghasilkan pengadministrasian
yang ribet juga. Kalau sederhana,
enggak mungkin bisa cermat dalam
mengenali mana yang Sejahtera
mana yang enggak.
Nah, analisis ini adalah analisis
yang normative. Dia sudah bicara
bagaimana pajak bisa menghasilkan
kemashlahatan
dan
efisiensi.
Efisiensi menjadi penuntut
untuk
menilai
hukum,
kebijakan, dan keputusan yang
baik.
Aplikasi lain, dalam islam ada
Jizyah. Jizyah merupakan pajak
kepala yang hanya dipungut kepada
orang non-muslim ahli kitab. Dalam
Kalau ini diperlakukan, muncul
orang-orang Islam yang membuat
kesepakatan kepada orang nonMuslim untuk menjaga Perusahaan
mereka biar enggak kena jizyah?
Atau apa sih ya ampun.
Soalnya analisis kasus.
Sistem hukum Islam merupakan
system hukum terbesar di dunia, di
samping common law dan civil law.
Di luar, memilih hakim butuh
representasi, baik gender sampai
agama. Nah, hukum Islam tuh ada.
1. Konsep dan posisi hukum di
dalam Islam
2. Maslahat apa ya, Mas?
APA ITU HUKUM?


Fakta Bahasa:
a. Manifestasi dari sebuah
peradaban dengan segala
konteks sosio kultural
historis politknya.
b. Kita tidak selalu bisa
mengalihbahasakan
sebuah istilah khusus.
Beberapa istilah kunci:
a. Syariat: semua ajaran
yang diwahyukan melalui
Al Quran dan Sunnah.
Semua ajaran Islam,
masuk syariat. Kalau
menurut UU, definisi
syariah
menyimpangi
kamus-kamus
dalam
Bahasa Arab.
b. Fiqh:
rincian
ulama
terhaap aturan terhadap
amalan manysia dalam
bentuk hukum taklifiki.
Hukum Islam, itu Fiqh.
c. Ushul Al Fiqh: ini PIHnya. Campuran hukum
dan teorinya. Ini yang
akan kita pelahari. Nah,
ini ilmu untuk mengelola
Al Quran dan Hadits
supaya bisa jadi hukum.
d. Qonun:
perintah
penguasa
e. Fatwa: pendapat yang
menerapkan syariat pada
kasus tertentu
f. Hikmah: kepahaman atas
suatu masalah.
Untuk
memahami
hakikatnya hukum di dalam
Islam, kita harus memahami
cakupan realita di dalam
Islam itu bukan hanya apa
yang dapat dinalar secara
inderawi, tapi juga sesuatu
yang sifatnya gaib. Seperti
tentang Tuhan, malaikat,
dan lain sebagainya.
Tujuan penciptaan manusia
itu beribadah kepada Allah.
Apa itu ibadah?
Ibadah merupakan berbuat
amalan dzahir maupun batin
yang diridhai Allah. Maknaya
akhirnya hukum fiqh itu
dapat
mengkalsifikasikan
hukum
seberapa
dia
diperintahkannya sih sama
Allah?
Orang
menaatin
hukum ya intinya mirip kita
mentaati perintah Allah.
Oleh karena itu, sumber
hukum itu ya dari Allah (Al
Quran dan hadits)
Cakupan hukum Islam itu
wudhu, shalat, puasa, zakat,
pidana, jual beli, tata negara,
perang,
nikah,
waris,
pengurusan jenazah, etc.
Tiga unsur penting dalam
bahasan filsafat Islam:
a. Hakim, yang menetapkan
hukum, yaitu Allah;
b. Mahkum ‘alaih, subjek
hukum, yaitu manusia.
c. Mahkum
fih,
yaitu
amalan
yang
diatur
hukum.
Hukum itu fokusnya lebih ke
amalan. Makanya kalau kita
membicarakan fiqh, ulama
bilang bahwa hukum itu
amalan-amalan
yang
diturunkan dari dalil-dalil
yang khusus. Apa yang boleh
kita lakukan, apa yang yidak
boleh kita lakukan. Filsafat
hukumnya, gimana car akita
mencapai hukum tersebut.
Maslhat dalam Islam
Agama
dibangun
maslahat.
atas
Tujuan
hukum
dalam
perspektif Islam adalah
untuk beribadah kepada
Allah. Berdasarkan dalil
agama tadi itu, tanpa saling
menegasikan,
tujuan
hukum
tuh
selain
beribadah pada Tuhan
juga
menghindari
kerugian
memaksimalkan
keuntungan.
Apabila suatu hukum tidak
sesai dengan tujuannya,
hukum tidak aka nada
gunanya. Kalau gitu, dalam
perspektif agama, apa sih
tujuan agama itu?
Tujuan hukum Islam ada tiga
level:
a) Maqasid Al Ammah itu
melindungi agama, jiwa,
akal, keturunan, harta,
dan kehormatan.
b) Maqasid al Khassah:
manfaat di tingkat bab
fiqh
c) Maqasid
Juz’iyyah:
manfaat di tingkat aturan
spesifik.
Misalnya,
kenapa di dalam hukum
pidana
untuk
menetapkan
orang
bersalah haurus ada
saksi?
Dari sini udah dapat kita
Tarik kesimpulan bahwa
hukum tuh udah pasti harus
bermanfaat.
Kalau
dia
enggak bermanfaat, dia ya
enggak
bisa
dikatakan
hukum.
Habis tahu kalau dia
bermanfaat,
kita
identifikasikan apa manfaat
hukum tersebut.
Hierarki
mashlahat
berdasarkan
kegentingan hierarki
ini enggak menentukan
makin ke bawah makin
wajib. Ini cuma relevan
kalau
misal
ada
pertentangan
antar
keduanya, mana yang
harus diutamakan.
a) Daruriyat,
berkaitan
dengan
Maqasid
Al
Ammah, kalau enggak
terpenuhi
kita
akan
binasa kalau terpenuhi
hidup kita makin baik
b) Hajiyat,
berkaitan
dengan kebutuhan tanpa
risiko kebinasaan. Misal,
menajiskan
diri
itu
haram, enggak boleh, tapi
misal ada kebutuhan gak
apa-apa (nyebokin anak)
c) Tahsiniyat,
memperindah saja. Misal,
menutup
aurat
bagi
wanita itu wajib, tapi
kalau apay a tadi?
PERSPEKTIF MARXIS DALAM
HUKUM
1. Sebagai tokoh ekonomi, Marx
juga
memiliki
pemikiranpemikiran di bidang hukum dan
kenegaraan. Pemikiran Marx
berpengaruh pda kehidupan
berbangsa negara di Indonesia.
Apa pengaruhnya? Simak saja
sampai akhir.
2. Marxisme merupakan cara
berpikir dari Karl Marx. Cara
berpikir Karl Marx mengambil
ide dari ahli sebelumnya yang
bernama Hegel. Hegel memiliki
ajaran atau pendapat tentang
dialektika. Konsep dialektika ini
yang dipakai oleh Karl Marx.
Dialektika
ini
saling
berhubungan, bahkan terkait
satu sama lain.
3. Asas,
yang
scara
bertahap
mewujudkan ke dalam berbagai
bentuk. Artinya apa? Kita anak
hukum, berarti asas-asasnya adalah
asas hukum. Ada berbagai asas yang
dikenal di dalam ilmu hukum,
dalam konteks ini, asas-asas yang
kita pahami misalnya dalam konsep
liberalisme atau kapitalisme, asas
hukum yang mengatakan, “Tidak
boleh ada diskriminasi.” Semua
manusia harus mendapatkan hak
yang sama di dalam negara, enggak
boleh ada perbedaan-perbedaan
perlakuan. Hak milik diakui, itu
yang utama dan kepentingan
individu merupakan kepentingan
yang diutakaman. Ini dalam
konteks negara individualisme atau
kapitalisme. Kalau yang sosialisme
gimana? Dia ‘kan lekat dengan
Marxisme. Berarti, kita butuh
membandingkan
hukum
yang
berlaku di negara sosialis dengan
yang liberalis. Sama ‘kah atau beda
‘kah? Jelas, berbanding terbalik.
Dalam
konsep
sosialisme,
Kepentingan individu dihilangkan.
Fokus
utamanya
adalah
kepentingan bersama. Hukumnya
pun tujuannya ya untuk tujuan
bersama masyarakat. Jadi, sifatnya
bukan individualistic, tapi kolektif.
Artinya, kepentingan bersama yang
diutamakan. Bahkan kepentingan
individu dihilangkan atau bisa jadi
diingkari. Timbul pertanyaan, yang
baik yang mana? Ya enggak bisa
dipertentangkan.
Tujuan
kita
belajar adalah untuk memahami
bahwa di muka bumi ini ada banyak
paham-paham yang enggak bisa
dipaksanakan selaras antar negara.
Di Indonesia gimana? Cenderung
kapitalisme atau sosialisme? Lah,
Indonesia mah gado-gado (hybrid),
kocak. Dia ambil kapitalisme, dia
ambil juga itu sosialisme. Semua
yang baik, dia ambil. Mari kita
identifikasikan. Dalam hukum kita
‘kan ada istilahnya hak milik yang
terkait dengan tanah. Apakah
konsep tanah hak milik yang ada di
dalam
UU
PA
tersebut
menggunakan
konsep
hukum
kapitalisme atau sosialisme? Duaduanya dia ambil sebagian. Di Pasal
6 UU PA, itu dia pakai system
hukum sosialis dan individualis.
Buktinya apa? Hak milik diakui,
negara mengakui banget bahwa
setiap warga negara boleh memiliki
tanah dengan status hak milik. Ini
menunjukkan bahwa dia menyerap
konsep kapitalis. Dalam Pasal 6 juga
ada fungsi sosial yang menunjukkan
konsep sosialis. Artinya gimana sih?
Ya hak milik itu diakui, tapi
pemanfaatannya enggak boleh
semaunya sendiri. Namun, harus
memperhatikan
kepentingan
bersama.
Kalau
negara
menghendaki,
negara
boleh
menggunakan hak milik itu melalui
proses pencabutan hak milik.
Tentu, proses ini enggak boleh
seenaknya. Pencabutannya harus
lewat proses ganti kerugiaan.
4. Dialektikanya Karl Marx berasal
dari kenyataan.
5. Berdasarkan analisis Marx tentang
kenyataan, manusia berada dalam
suatu hubungan praktikan terhadap
alam yang di dalamnya ala mini
diubah bentknya dan dibuat
berguna
untuk
memenuhi
kebutuhan manusia. Ini bukan ilmu
hukum ngapain diajarin? Ya
berkaitan sama poin 6.
6. Pikiran Marx itu ‘kan erat kaitannya
sama
konsep
produksi
dan
pemenuhan kebutuhan. Menurut
Marx, ala mini jadi produsen yang
memenuhi kebutuhan manusia
secara
bersama-sama.
Apa
kaitannya dengan hukum dan
negara?
7. Marx bilang bahwa hukum dan
negara itu dipandang sebagai cara
pengorganisasian produksi dan
konsumsi. Produksi itu apa, sih? Ya
segala kegiatan yang menghasilkan
sumber daya. Kalau konsumsi
pemanfaatannya.
8. Yang lebih penting di konsep Marx
itu, dia membedakan secara tajam
antara pemilik alat produksi yang
disebut kaum kapitalis atau borjuis
(orang-orang
berkuasa
dan
penguasa) dan orang-orang yang
Cuma bekerja pada mereka atau
proletarian.
9. Orang yang menguasai prokdusi ini
hanya sedikit, jadi yang menguasai
sumber daya tuh dikit, sedangkan
yang proletarian tuh banyak, karena
dia buruh.
10. Marx bilnag bahwa hubunganhubungan tentang pengasingan
atau alienasi bahwa terhdapat
hubungan tidak mansiawi dengan
alam.
11. Kaitannyas ama hukum, system
hukum yang ada, tidak lain
merupakan manifestasi hubunganhubungan produksi yang berlaku.
12. Dalam konteks ini, kaum pemodal
itu memiliki kemampuan untuk
mengatakan
segala-galanya
sehingga mewujudkannya sebagai
kelas yang berkuasa. Penguasa
dalam konteks pemikiran Marx
adalah borjuis atau kapitalis atau
pemilik modal. Sedangkan pekerja
itu sebagai pihak kelas yang
dikuasai atau rakyat jelata.
13. Hukum menjadi sekadar ungkapan
dari
kepentingan-kepentingan
kapitalis.
14. Kemudian dalam konsep Marx,
dalam situasi perubahan hanya
akan terjadi dengan menimbulkan
suatu penjungkirbalikan. Faktanya
dibolak-balik.
Penjungkirbalikan
itu apa?
15. Ternyata secara mendasar ada
pengalihan hak milik atas alat2
produksi dari kaum borjuis kepada
kaum proletarian. Itulah yang
disebut penjungkirbalikan. Jadi,
semula alat produksi dikuasai
borjuis, dijungkirbalikan supaya
alat produksi menjadi milik negara
atau masyarat. Akhirnya, terwujud
suatu masyarakat tanpa kelas yang
bebas dari segala pengisapan yang
ada.
16. Atas hal tersebut, hukumnya pun
menjadi terbalik. Tidak ad aitu hak
milik, tidak ad aitu kelas.
17. Lenyapnya kapitalisme karena
pertentangan-pertentangan
internal.
Marx
mikir
kalau
kapitalisme akan lenyap dan hilang
karena
hal
tersebut
serta
perkembangan
sosialisasi
masyarakat. Pertanyaanya, apakah
betul di semua negara di dunia ini
kapitalisme
lenyap?
Tidak.
Kapitalisme justru semakin kuat
sampai ke dunia internasional.
Buktinya apa? Kaitannya dalam
dunia bisnis, ada WTO yang
menggunakan
pemikiran
liberalisme.
18. Reich der Freheit, bentuk negara
Marxistik. Yaitu suatu negara
sentralisme demokratik.
19. Partai komunis mewujudkan pusat
dan motor dari organisasi negara
marxistic. Oleh karena itu, partai
komunis jadi satu-satunya partai
yang mewakili di dalam parlemen.
20. Pengetahuan dan kemauan tertentu
dimutlakkan. Semua diurusi oleh
negara.
21. Tentang hukum dan masyarakat
dianut
secara
dogmatical.
Dogmatikal itu berarti diterima apa
adanya, wis ngonowi ancen saka
kanane.
22. Mereka yang tidak sependapan
dengan Marxisme, tidak akan
ditoleransi. Jadi, dalam system
hukum sosialis, maka hukum itu
harus dogamtis. Tidak boleh ada
toleransi. Dipahami sesuai apa yang
tertulis saja.
23. Marxisme enggak laku di Eropa
Barat
CRITICAL LEGALISM atau Teori
Hukum Kristis
Sebeleum sampai sana, kita perlu
belajar soal liberalisme dan teori
hukum liberal karena keduanya
merupakan
bagian
yang
tak
terpisahkan.
1. Liberalisme merupakan tradisi
dalam teori politik dan hukum
yang meletakkan kebebasan
individual sebagai yang utama
dalam susuanan politik dan
hukum di masyarakat. Yang
namanya
liberalisme
pasti
menekankan diri pada teori
pada kebebasan individu.
2. Tipe-tiper liberalisme
a. Classical liberalism
- The
pleasure
model
(Jeremy Bentham)
- The
property
rights
model (John Locke)
b. Modern liberalism
Kombinasi dari kebebasan
individual dengan dukungan
atas kesetaraan dan ekonomi
kesejahteraan.
Ini
merupakan
liberalism
modern yang populer di
Amerika Utara (AS, Meksiko,
dan Kanada)
PROPOSISI
DASAR
HUKUMLOBERAR
TEORI
1. Hukum sebagai saranan umum
Hukum melayani kepentingan
umumdengan
memberikan
kerangka
aturan
yang
mendorong
individu
untk
mengkoordinasikan
dan
mengharmonisasikan
tindakannya.
Jadi,
yang
didorong adalah individu.
Bukan masyarakat. Hukum pun
diciptakan untuk memberikan
kesempatan
pada
setiap
individu.
Setiap
individu
diberikan kebebasan untuk
mengembangkan
dirinya
sehingga
yang
dimaksud
liberalisme intinya ialah tidak
ada diskriminasi. Penerapan
hukum kepada setiap warga
negara adalah sama. Ada positif
dan negative, tentunya. Kalau
hukum
itiu
tidak
ada
diskrimniasi, setiap individu
dikasih
kebebasan
seluasluasnya
untuk
melakukan
tindakan. Yang penting, tidak
ada tindakan yang mengganggu
individu lain. Kelemahannya
adalah tidak cocok untuk
diterapkan di masyarakat atau
negara
yang
sedang
berkembang. Alasannya karena?
Kalau di negara maju, semua
orang sudah selevel, baik dari
segi ekonomi, kesajahteraan,
dan pola pikirnya. Udah
seimbang mereka, tapi buat
negara yang masih berkembang,
kondisinya berbeda-beda. Masih
ada pluralistic, baik dari segi
budaya,
Pendidikan,
ilmu
pengetahuan,
kesejahteraan
ekonomi, dan lain sebagainya.
Sehingga kalau diberikan itu
sama, malah enggak adil karena
golongan rakyat kecil akan
menjadi korban atas tindakan
tersebut. Yang berkembang
hanya golongan yang memiliki
modal dan Pendidikan tinggi.
Jadi, liberalisme itu baik kalau
diterapkan di negara yang sudah
maju, tapi kurang baik kalau
diterapkan di negara yang
sedang
berkembang.
Kontekstualnya, bagaimana
kalau
diterapkan
di
Indonesia? Ya sama, di kit aitu
jurang perbedaannya masih
terbuka
lebar.
Tingkat
Pendidikan kita belum sama,
ada yang individu sudah
berpendidikan tinggi, tapia da
jugayang enggak mengenal
tulisan. Sehingga kalau dikasih
kesempatan yang sama oleh
negara, yang enggak punya ini
akan
kesulitan
mengakses
semua hal. Makanya ‘kan di
Indonesia juga ada diskriminasi,
tapi dalam konteks positif.
Namun,
apakah
kita
menerapkan liberalism? Ya,
arahnya. Namun, belum sampai
sana soalnya kita belum sejajar
itu tadi kaya yang udah tak tulis.
Di kota-kota besar, yang tingkat
pendidikannya sudah relative
tinggi, tetapi di pelosok tanah
air, SD pun susah. Kalau
diterapkan liberalism, banyak
negatifnya. Walau begitu, kita
tapi bisa merasakan liberalism
di Indonesia. Di usaha, misal,
susah juga kalau diterapkan
liberalism, tapia da juga.
Contohnya ada yang namanya
usaha-usaha yang disponsori
atau dimiliki oleh Perusahaan
multinasional,
contohnya
indomaret, alfamart, dan lainlain itu wujud kebebasan atau
liberalism dalam berusaha.
Namun, apakah itu kemudian
mendapatkan atau memberikan
aspek positif? Ya pasti ada,
setiap warga negara atau orang
yang mau berbelanja itu jadi
dimudahkan, tempatnya bersih,
terang, tetapi itu menyebabkan
usaha kecil atau kelompok
mikrimenjadi tertinggal. Oh,
makanya ada suntikan buat
UMKM itu yh? Di bidang
Pendidikan, sekarang sekolah
internasional dibuka. Aspek
positifnya,
kitab
isa
menyekolahkan anak-anak kita
di sekolah internasional kalau
enggak mampu ya enggak bisa
mengakses hal tersebut. Bidang
politik gimana?
2. The Rule of Law dibutuhkan
demi sebuah kebebasan.
Rule of law ada untuk melayani
kebebasan individual dengan
mencegah tindakan negara yang
melanggar
kebebasan
dan
membuat hukum lebih pasti
dalan predictable.
3. The Rule of Law adalah mungkin
a. Hukum harus diketahui dan
stabil; Dalam konteks ini
mereka ya harus bisa
berpendidikan tinggi supaya
bisa mengetahui hukum.
b. Fakta-fakta harus ditegakkan
dengan aturan atau standar
umum. Fakta apa aja?Fakta
yang
berkaitan
dengan
kebebasan individu.
c. Pembuatan huum harus
terpisah dengan penegakan
hukum. Harus dipahami
bahwa dalam berhukum itu
ada
proses
pembuatan,
pelaksanan, dan penegakan.
Dalam konteks rule of law,
pembuatannya
harus
terpisah dari penegakannya.
Lembaganya harus sendirisendiri, enggak boleh satu
instansi.
4. Institusi politik bertujuan untuk
melindungi kebebasan
Apa yang disebut sebagai
institusi politik? Kalau dalam
politik
bernegara,
negara
memberikan kebebasan dalam
mendirikan partai politik. Partai
politik ini yang disebut sebagai
instansi politik. Jadi, partai
politik ada untuk melindungi
kebebasan. Kalau kita kaitkan
dengan
negara
liberalism,
berapa partai politiknya? Misal,
Amerika Serikat, itu ‘kan justru
cuma dua. Terus gimana itu? Di
Indonesia,
partainya
‘kan
banyak, apakah itu sudah
membawa angin segar atau
angin buruk?
FILSAFAT
HUKUM
POSTMODERN
Postmodern = anti modern.
Kita masih bisa merasakan
hukum warisan penjajahan
hukum yang bersifat sekuler,
contohnya di KUH Pidana yang
merupakan hukum sekuler.
Mengapa demikian? Dalam
konteks ini, misal perzinahan,
dia hanya bisa menghukum
orang yang menikah terus HS
sama
orang
yang
bukan
pasangan sahnya. Hukum kita
juga enggak menjerat hukuman
pidana bagi mereka yang lajang
dan menjalin hubungan badan
atas dasar consent. Nah, konsep
hukum ini dikritik sama aliran
postmodern
karena
aliran
modern
dianggap
enggak
sempurna. Merupakan ajaran
ini, perbedaan merupakan inti
dari segala kebenaran tidak
percaya pada hal-hal universal,
harmonis,
konsisten,
dan
transedental. Empat hal ini
dianggap sebagai inti kebaikan.
ALiran postmo merasuk pada
ajaran hukum, aliran post
modern ini membuat muncul
studi hukum realis dan studi
hukum kritis. Tokohnya adala
Roberto Mangabeire Unger
CLS
1. CLS mengakar pada herakan
pemberontakan intelektual antikapitalisme dan anti liberal pada
1960 sampai 1970an di AS dan
Inggris.
2. CLS menentang asumsi bahwa
hukum itu ajeg, otonom, dan
mendorong untuk mengkaji
ulang hukum liberal.
3. Hukum yang berkembang dalam
masyarakat
liberal
adalah
hukum
yang
menindas,
demikian menurut kaum CLS.
Kenapa menindas? Lha wong
mengutamakan kebebasan yang
sebebas-bebasnya.
4. Hukum menutupi kontradiksi
dan konflik dalam masyarakat
yang ia ciptakan sendiri (ia
merujuk
pada
penganus
liberalism)
5. Hukum
liberalisme
memformalkan
penindasan,
membuatnya
dihorati,
dan
mengindoktrinasi masyarakat
untuk menerimanya. Terhadap
paradigma tersebut, ditentang
oleh studi hukum kritis. Kalau
yang namanya hukum liberal itu
memformalkan
penindasan
sehingga membuat hukum itu
dihormati, studi hukum kritis
menentang hal tersebut. Hukum
itu bukan untuk menindas. Oleh
sebab itu, dalam teori hukum
liberal,
hukum
merupakan
system dominasi.
6. Jadi, hukum merupakan system
dominasi. Dominasi dari siapa?
Dar orang yang punya akses,
yaitu orang kaya dan terpelajar.
Buset, ini mah terjadi di
Indonesia. Kocak banget iki
belajar filhum sama dengan
menelanjangi negara sendiri gak
seeh?
7. CLS merupakan aliran yang
beriskap
antiliberal,
anti
objektivisme, antiformalisme,
dan anti kemapanan dalam teori
hukum dan filhum yang
dipengaruhi oleh pola pikir post
mo, neomarxisme, dan realisme
hukum. Mereka anti liberal soale
hukum mereka terlalu formal.
8. ALIRAS CLS menolak unsur
kebenaran objektif dari IP
Hukum dan menolak pula
kepercayaan terhadadap unsur
keadilan,
ketertiban,
dan
kepastian hukum yang objektif.
9. Gerakan CLS melahirkan aliran
legal studies movement.
KARAKTERISTIK CLS
1. Antiliberal,
formalisme,
objektivisme, kemapanan dan
filhum.
2. Lihat aja bagian atas
ASPEK LAIN DARI CLS
1. Bahwa kontradiksi mendasar
dalam masyarakat mengikuti
teori sosial konflik.
Bahwa masyarakat memiliki
kontradiksi mendasar bahwa
individu memutuhkan individu
lain namun juga butuh untuk
bebas dari yang lain. Hukum
liberal telah mengembangkan
mekanisme untuk menyangkal
kontradiksi ini.
Bahasa hukum tersusun atas
kategori-kategori
yang
merupakan bentuk abstraksi
atas realitas. Namun, hukum
liberal
melakukan
reifikasi
(membuatnya
seolah-olah
nyata) dan membuat manusia
terpisah berdasarkan kategori
tsb. Inilah yang melahirkan
alienasi (terasing, sesuatu yang
aneh)
Ketika hukum liberal percaya
bahwa
hukum
merupakan
saranan yang netral, CLS
menagnggap hukum tak pernah
netral.
Soalnya
ada
keberpihakan inheren dalam
hukum. Berpihak kepada siapa?
Tergantung. Ada yang ke
pemilik modal, ada ke yang
penguasa, atau ada juga yang
berpihak kepada masyarakat
kecil atau kepentingan bersama.
Contoh?????
Apakah benar bahwa yang
namanya hukum itu netral?
Tidak tentu. Tergantung kita
mengambil contoh undangundang yang mana, kalau kita
pakai hukum ketenagakerjaan
atau cipta kerja ya udah pasti dia
memiliki kecenderungan untuk
berpihak pada pemilik modal.
Kalau yang netral, UndangUndang
Pokok
Agraria.
Menurutku dia memihak kepada
masyarakat karena di sana
Konsep-konsep Kunci CLS
1. Menentang pandangan bahwa
hukum
merupakan
sbuah
system dan dokter yng tersusun
secara ajeg dan sistematis
(ketidakpastian)
2. Anti formalisme
Menolak pandangan bahwa
terdapat
bentuk
penalaran
hukum yang spesifik dari mana
jawaban atas permasalahan
hukum yang diperoleh.
3. Contradiction
(pertentangan)
CLS
menentang
anggapan
bahwa doktrin merupakan cara
pandang Tunggal dan koheren
atas
relasi
manusia.
Ia
berpendapat bahwa doktrin
merepresentasikan
berbagai
pandangan yang berbeda dan
bertentangan, dan tidak ada satu
pun doktrin tersebut data
disebut koheren.
4. Marginality
CLS ragu
bahwa hukum
merupakan factor penting dalam
menentukan
perilaku
masyarakat.
Menurut aliran CLS, hukum bukan
satu-satunya penentu tapia da factor
penentu yang lain, yaitu akal pikiran
dan hati Nurani. Itu yang terkait
dengan studi hukum kritis. Kritik dari
CLS terhadap studi hukum modern:
“Hukum pada abad ke-20 adalah
proses
pembuaran
tehadap
ketidakadilan, ketidaknyataan, dan
ketidaktertiban.” Kok bisa? Dalam
hukum modern, itu ‘kan lberal. Alam
konsep hukum yang liberal, ada
kebebasan kepada individu. Ketika
semua diberi kebebasan, pasti ada yang
tidak mendapatkan keadilan. Wong
diberikan sama saja belum tentu adil,
apalagi kalau kebebasan indiidu
diverikan hak yang sama, Yang merasa
gak adil itu siapa? Golongan bawah,
golongan tidak mampu.
Hukum telah ditaruh di suatu keadaan
awang-awang.
Pencari
keadilan
diharuskan menengadah tanpa dapat
menjangkaunya.
FEMINIST LEGAL THEORY
Download