TUGAS UJIAN AKHIR SEMESTER MATA KULIAH FILSAFAT HUKUM Dosen Pengampu : Dr. Ufran, S.H., M.H. Disusun Oleh : Nama NIM Kelas : Rizky Maulida : D1A017274 : D2 PROGRAM STUDI ILMU HUKUM FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS MATARAM 2020 Relasi Hukum dan Kekuasaan Hukum dan kekuasaan adalah dua hal yang saling mempengaruhi satu sama lain. Hukum merupakan seperangkat peraturan baik tertulis maupun tidak tertulis yang disertai sanksi untuk menjaga ketertiban masyarakat. Sedangkan, kekuasaan adalah kemampuan seseorang atau sekelompok orang untuk mempengaruhi perilaku seseorang atau kelompok lain agar bertindak sesuai dengan apa yang mereka perintahkan. Dalam menerapkan hukum diperlukan kekuasaan untuk mendorong masyarakat agar menaati hukum yang ada. Sebab, membuat masyarakat untuk taat kepada hukum bukanlah pekerjaan mudah. Diperlukan pihak yang berkuasa untuk menegakkan hukum agar sifat memaksa dari hukum dapat terlaksana dan ketertiban masyarakat dapat terwujud. Namun, tentunya kekuasaan juga dibatasi oleh hukum agar tidak terjadi kesewenang-wenangan dalam pelaksanaannya. Jadi, baik buruknya kekuasaan sangat bergantung dari pemegang kuasa. Ibaratnya di suatu negara, dibentuk beberapa peraturan perundang-undangan sebagai dasar hukum masyarakat untuk bertingkah laku. Namun, peraturan tersebut tidak mungkin begitu saja langsung ditaati oleh seluruh masyarakat. Oleh karena itu, diperlukanlah orangorang untuk memegang suatu kekuasaan untuk menegakkan dan menjamin tegaknya hukum yang ada. Mengingat kekuasaan dapat merangsang seseorang untuk memiliki sesuatu melebihi apa yang sepatutnya dimiliki, maka aturan juga menjadi pembatas atau alarm bagi pihak yang memiliki kekuasaan dalam menjalankan kekuasaannya. Relasi Hukum dan Moral Menurut Kelsen, Hart, dan Austin Kelsen dengan Teori Hukum Murninya berpendapat bahwa hukum lebih dari sekedar moral karena hukum bersifat koersif sedangkan moral merupakan norma sosial yang tidak demikian. Selain itu, hukum mengatur perilaku internal dan eksternal manusia sebagaimana moral. Namun, validitas hukum tidak dapat diukur hanya dari kesesuaiannya dengan moral dan keadilan karena moral bersifat relatif. Oleh karena itu, pendapat yang menyatakan bahwa hukum harus selaras dengan moral dianggap memiliki kekuatan yang sangat lemah. Hart dalam Teori Positivisme Hukumnya menyatakan bahwa kodrat manusia adalah bertahan hidup untuk mencapai tujuan. Pada akhirnya, hukum dan moral diperlukan untuk mengatur manusia demi mewujudkan terpeliharanya kehidupan bersama di masyarakat. Namun, hal ini bukan hubungan hukum dan moralitas yang mutlak tetapi didasarkan pada kondisi alamiah manusia sehingga disebut kemutlakan alamiah. Hukum dan moralitas memiliki hubungan yang mutlak selama kehidupan masyarakat tidak berubah. Austin pada Teori Perintah memisahkan secara tegas antara moral dan hukum. Ia menganggap hukum adalah aturan yang ditentukan oleh petinggi politik sebagai perintah dari penguasa yang diperuntukkan untuk golongan rendah. Sedangkan, moral berada di luar bidang hukum. Tujuan Austin adalah untuk memisahkan secara kejam hukum positif dari aturanaturan sosial seperti kebiasaan dan moralitas.