Mau Bagus Atau Jelek, Tergantung Kita APA pun yang kita pikir tentang diri kita, itulah yang mungkin akan terjadi. Bisa seram, bisa seru. Coba saja. Pernah enggak sih kita menilai diri sendiri, keluarga, teman, dan kehidupan di sekitar kita? Pasti pernah, kan? Setelah proses menilai, kita lalu punya harapan, impian. Tapi, sering kali aspirasi dan impian kita itu terlalu muluk-muluk sehingga kita merasa kecewa, marah atau bahkan putus asa karena apa yang kita impikan tidak tercapai. Sesungguhnya dengan pengalaman pribadi dan sosial yang makin luas, peningkatan kemampuan berpikir rasional, kita diharapkan lebih mampu melihat diri kita, keluarga, teman-teman, bahkan kehidupan secara umum dengan cara yang lebih realistis. Misalnya, kita menyadari bahwa kita tidak secantik Tamara, tapi kita bisa menerima diri kita sebagaimana adanya atau tidak harus pintar bicara seperti Nirina tapi bisa lancar berkomunikasi dengan teman-teman. Perkembangan konsep diri Konsep diri merupakan semua perasaan dan pemikiran seseorang mengenai dirinya sendiri. Hal ini meliputi kemampuan, karakter diri, sikap, tujuan hidup, kebutuhan dan penampilan diri. Gambaran pribadi remaja terhadap dirinya meliputi penilaian diri dan penilaian sosial. Konsep diri merupakan bagian yang penting dari kepribadian seseorang, yaitu sebagai penentu bagaimana seseorang bersikap dan bertingkah laku. Dengan kata lain jika kita memandang diri kita tidak mampu, tidak berdaya dan hal-hal negatif lainnya, ini akan mempengaruhi kita dalam berusaha. Misalnya, jadi malas mengerjakan PR karena merasa pasti gagal, malas belajar menjelang ujian karena merasa yakin akan dapat nilai jelek. Hal itu juga berlaku sebaliknya jika kita merasa diri kita baik, bersahabat maka perilaku yang kita tunjukkan juga akan menunjukkan sifat itu, misalnya dengan rajin menyapa teman atau menolong orang lain. Remaja dengan konsep diri positif lebih akan mengembangkan alternatif yang menguntungkannya yang bukan efek sejenak saja sehingga ia lebih berpeluang menampilkan tingkah laku yang lebih produktif. Remaja dengan konsep diri negatif biasanya takut untuk mencoba. Kondisi ini tentu saja menghambat pengembangan diri. Dalam konsep diri ini terdapat beberapa unsur antara lain: 1. Penilaian diri merupakan pandangan diri kita terhadap: • Pengendalian keinginan dan dorongan-dorongan dalam diri. Bagaimana kita mengetahui dan mengendalikan dorongan, kebutuhan dan perasaan-perasaan dalam diri kita. • Suasana hati yang sedang kita hayati seperti bahagia, sedih atau cemas. Keadaan ini akan mempengaruhi konsep diri kita positif atau negatif. 1 • Bayangan subyektif terhadap kondisi tubuh kita. Konsep diri yang positif akan kita miliki kalau kita merasa puas (menerima) keadaan fisik kita. Sebaliknya, kalau kita merasa tidak puas dan menilai buruk keadaan fisik kita maka konsep diri kita juga negatif atau kita jadi memiliki perasaan rendah diri. 2. Penilaian sosial merupakan evaluasi terhadap bagaimana kita menerima penilaian lingkungan sosial pada diri kita. Penilaian sosial terhadap diri kita yang cerdas, supel akan mampu meningkatkan konsep diri dan kepercayaan diri kita. Adapun pandangan lingkungan pada kita seperti si gendut, si bodoh atau si nakal akan menyebabkan kita memiliki konsep diri yang buruk terhadap diri kita. 3. Konsep lain yang terdapat dalam pengertian konsep diri adalah self image atau citra diri, yaitu merupakan gambaran: • Siapa saya, yaitu bagaimana kita menilai keadaan pribadi seperti tingkat kecerdasan, status sosial ekonomi keluarga atau peran lingkungan sosial kita. • Saya ingin jadi apa, kita memiliki harapan-harapan dan cita-cita ideal yang ingin dicapai yang cenderung tidak realistis. Bayang-bayang kita mengenai ingin jadi apa nantinya, tanpa disadari sangat dipengaruhi oleh tokoh-tokoh ideal yang yang menjadi idola, baik itu ada di lingkungan kita atau tokoh fantasi kita. • Bagaimana orang lain memandang saya, pertanyaan ini menunjukkan pada perasaan keberartian diri kita bagi lingkungan sosial maupun bagi diri kita sendiri. Ketiga hal ini akan membentuk bagaimana kita menerima diri kita. Jika kita tidak menerima keberadaan kita, menjadi hal yang sulit untuk berharap orang lain dapat menerima keberadaan kita. Menerima keadaan diri memang bukan hal yang mudah. Tapi, biarpun enggak puas, keadaan diri yang berupa anugerah Tuhan toh enggak bisa diubah, kan? Daripada pusing-pusing, mendingan kita jujur pada diri sendiri. Apa sih kelebihan dan kekurangan kita? Bagian mana dari kekurangan kita yang bisa dihilangkan atau dikurangi? Bagian mana dari kelebihan kita yang bisa dikembangkan dan dibuat lebih hebat lagi? Nah, konsep diri yang terbentuk pada diri kita juga akan menentukan penghargaan yang kita berikan pada diri. Penghargaan terhadap diri atau yang lebih dikenal dengan self esteem ini meliputi penghargaan terhadap diri kita sebagai manusia yang memiliki tempat di lingkungan sosial kita. Penghargaan ini akan mempengaruhi kita dalam berinteraksi dengan orang lain. Jika kita menilai diri kita asyik-asyik saja, pantas-pantas saja bergaul dengan lingkungan yang paling hebat sekalipun, kita akan nyantai dan enggak bermasalah nongkrong bareng dengan orang-orang di lingkungan hebat itu. Dan karena kita nyantai, mereka pun akan menanggapi kita dengan nyantai. Selain kita mengenal konsep diri ada yang disebut dengan body image, yaitu bagaimana kita memandang tampilan fisik diri. Karena itu, penting banget membangun feeling good dalam diri kita. Memang, tidak bisa mengubah apa yang sudah diberikan Tuhan seperti warna kulit, mata, bentuk tubuh, golongan darah, tapi kita bisa me-make up-nya misalnya kalau memang kita gemuk mungkin kita bisa menggunakan baju yang 2 berwarna gelap yang dapat menimbulkan kesan lebih kurus atau menggunakan motif garis-garis lurus ke bawah jangan melintang. Harapan lingkungan, keluarga, dan teman sangat mempengaruhi perasaan kita akan body image. Adakalanya opini lingkungan ini sangat penting dan kita cenderung ingin memperoleh body image berdasarkan pada opini tersebut. Padahal, jangan lupa, nyaman atau tidak nyamannya kita sama fisik kita, sangat dipengaruhi oleh pikiran kita sendiri. Chatarina Wahyurini dan Yahya Mashum PKBI Pusat (Sumber : Modul PKBI) Sumber : http://www.kompas.com/kompas-cetak/0311/07/muda/673004.htm 3