Oleh: M. Danusiri Assalamu ‘alaikum warahmatullahi wabarakatuh Bismilahirrahmanirrahim وبمحد رضيت با ل ربا وباللم ديتنا نبيا ورسولز ربى زدنى علما .وارزقنى فهما ,امين ,يا رب العالمين اشهد انل اله إل ا واشهد ان محمد رسول اللله Bismilahirrahma nirrahiim Asyhadu anlaa ilaaha illahllaah wa asyhadu anna Muhammadan Rasuulullaah SESUATU DIKATAKAN SEBAGAI PERSOALAN FISAFAT KARENA MENGANDUNG LIMA CIRI. 1.Tidak menyangkut masalah fakta, artinya pertanyaan-pertanyaan filsafat tidak berhubungan dengan peristiwa-peristiwa faktual. Apa benar benar Gayus itu aktor mafia pajak, adalah bukap pertanyaan dan persoalan filsafat. 2.Pertanyaan atau persoalan berhubungan dengan keputusan-keputusan tentang nilai. Dalam hal ini dinyatakan bahwa filsafat tidak memikirkan tentang fakta, melainkan memikirkan tentang kebijaksanaan (wisdom). • 3.Pertanyaan-pertanyaan filsafat bersifat kritis. Tugas filsafat meniai tentang asumsi-asumsi, menentukan asumsi dan batas-batas aplikasinya. 4.Pertanyaan fisafat bersifat spekulatif, yakni melampaui batas-batas pengetahuan yang telah mapan. ‘apa yang disebut hakikat manusia? Pertanyan itu diajukan orang per orang. Jawaban yang telah mapan adalah “aku ya aku. Aku lahir taggal sekian, sekarang telah berumur sekian tahun, Aku mahasiswa. Aku anak si fulan dan si fulanah. Aku sebagai perawat dst. Jawaban filosofis yang dikehendaki bersifat metafisis. 5. Persoalan fisafat bersifat sinoptik atau holistik, maksudnya adalah cara berpikir filsafat bersifat menyeluruh (integral), menyatupadukan, menggeneralisasikan aspek benda-benda atau ha-hal tertentu – yang sedang dipertanyakan. Contoh pertanyaan filsafat yang menuntut jawaban cara berpikir menyeluruh ‘apa hakikat benda itu’? Jawabannya: ‘hakikat benda adalah partikel’. Maksud jawaban ini adalah semua yang dikatakan oleh manusia tentang benda, sesuatu yang dapat ditangkap oleh pancaindra, adalah partikel, tidak menunjuk sesuatu yang kongkrit seperti batu, gedung, rumah, gunung, dan seterusnya. • Sebenarnya apa saja bisa menjadi persoalan filsafat ketika sesuatu hendak dicari kebenarannya yang hakiki, hubungannya dengan alam semesta, hubungannya dengan manusia, hubungannya dengan Tuhan, tetapi sesuatu itu bisa kurang relevan kalau hendak dipecahkan dengan filsafat. • Pertanyaan ‘apa yang disebut rumah’ adalah bukan pertanyaan fisafat. Rumah adalah sesuatu yang faktual. Menjawab apa itu rumah cukup dijawab melalui ilmu, umpama ilmu antropologi budaya, bahwa rumah adalah tempat hunian manusia. Beberapa filsuf mengajukan 6 hal yang dianggap menjadi persoalan abadi di dunia fisafat, dan ke 6-nya senantiasa aktual untuk dipecahkan. Setiap pemecahan yang diajukan oleh manusia selalu menyisakan persoaan baru. Sebenarnya, persoalan fisafat lebih dari 6 hal tersebut di atas. Ke enam persoalan filsafat dan lebihnya dibahas sebagai berikut: 2. Persoalan tentang pengetahuan (knowledge). Pertanyaan yang mendasar antara lain ‘mungkinkah pengetahuan itu? Phyro menjawab pengetahuan itu tidak mungkin. Pancaindra menipu, akal menipu, kepercayaan juga menipu, jadi manusia itu sebenarnya tidak mengetahui sesuatu. Paham ini disebut nihilisme pengetahuan (unknowing/agnostisism). Jawaban kedua ‘ragu apakah manusia itu mengetahui atau tidak mengetahui. Pancaindra kita dapat menangkap objek-objek. Ketika kita beraksi ternyata mendapat reaksi dari orang lain dan reaksi itu dapat kita tangkap dengan indra, tetapi tangkapan itu sering atau selalu keliru dengan persepsi kita. Apa yang disebut miskomunikasi terjadi di mana-mana dan mengenai siapa saja, baik hubungannya antara manusia satu dengan lainnya, dengan alam semesta, maupun dengan “yang disebut Tuhan. . Filosof Yunani purba dari kaum ionia menyatakan bahwa Archiles si jago lari itu sebenarnya tidak pernah bisa mendahului siput. Karena kenyataan itu adalah diam. Ketika Archiles melangkah, sebut saja satu meter, pada posisi setengahnya adalah berhenti. Dari yang setengahnya (1) itu, setengah darinya adalah berhenti. Dari setengahnya yang (2) itu sebenarnya adalah berhenti. Dari setengahnya yang (3) adalah berhenti dst hakikatnya Archiles itu tidak pernah bergerak sama sebagaimana siput. Kalau tampak ada perubahan posisi pada archiles, itu sebenarnya hanyalah tipuan indra. Kita sudah terbangun kekeliruan awal sedemikian rupa. Pesawat terbang yang tampaknya terbang dengan kecepatan 500 Km perjam itu, sebenarnya tidak pernah bergerak. Karena setiap bergerak pasti berhenti di tengah-tengahnya. Setengah dari ia bergerak itu, ia berhenti di tengah-tengahnya. Dst dst. Sebenarnya pesawat tidak bergerak. Buktinya, peswat itu dapat di photo di udara. Kalau dikatakan pesawat itu terbang bergerak, sebenarnya hanya tipuan indra belaka. Atas dasar kasus-kasus seperti itu, kita menjadi ragu-ragu. Paham semacam ini disebut Imam Ghazali pernah menderita keraguan ketika menjadi guru besar yang paling tersohor di universitas Nidhamiyyah. Kayu yang lurus dimasukkan ke dalam air terilah bengkok. Bayang-bayang yang tampaknya diam itu ternyata bergerak. Dari kasus itu ia menjadi ragu terhadap prestasi semua cabang ilmu (hukum/fikih, teologi/ilmu kalam, dan filsafat) melalui tasawuf, ia menemukan ilmu yang terang benderang. Senior Ima a-Ghazali, Abu Hasan a-Asy’ari menjadi ragu dalam ilmu kaam. Tuhan itu bersifat atau tidak bersifat. Semula mengikuti paham Tuhan itu tidak bersifat, setelah bertafakkur selama 40 hari ia merasa menemukan kebenaran (pengetahuan) bahwa Tuhan itu bersifat. Sifat berbeda dari dzat, tetapi sifat bukan sesuatu yang lain dari dzat. Filosof Barat, Rene Descartes, meragukan dirinya ada atau tiada. Ketika meragukan segala sesuatu tentang diri dan ia merasa ragu, atau benar-benar meragukannya, yang paling tidak meragukan adalah ia berpikir bahwa dirinya ragu. Dari sini berkesimpulan bahwa dirinya ada karena dipirkan. Untuk itu ia mengatakan bahwa aku ada karena aku berpikir (cogito ergo zum) Jauh sebeum Descartes, Imam Abu Hasal alAsy’ari, dan Imam a-Ghazali, al-Farabi telah menyusun teori orang terbang atau teori orang menggantung. Orang tanpa busana, tidak ada anggota tubuh yang saling bersentuhan, dan tak ada anggota tubuh yang bersentuhan dengan sesuatu di luar tubuh. Pada saat demikian ini, pasti sadar bahwa dirinya ada. Ini membuktikan bahwa jiwa itu ada. Dari segi teori pengetahuan, ia menjadi tahu bahwa dirinya ada, artinya pengetahuan itu mungkin. Jawaban ketiga datang dari kaum gonstisisme, bahwa pengetahuan itu mungkin. Apa yang sekarang ini tidak atau belum diketahui, atau masih menjadi keraguan, atas dasar pencarian yang terus menerus pada akhirnya pengetahuan itu menjadi nyata. Kita harus menganut paham bahwa “pengetahuan itu mungkin”. Argumen yang kita bangun adalah ilmu pengetahuan yang melahirkan teknologi, lahir dari induk kandung fisafat, telah berkembang demikian pesat dan telah mendatangkan kemudahan-kemudahan hidup manusia. Teknologi komunikasi, teknologi otomotif, teknologi robot benar-benar merubah perilaku manusia dibanding 50 tahun yang lalu, apalagi abat-abat sebelumnya. 3.Persoalan tentang metode. Membahas tentang metode (metodhos) akan menghasilkan filsafat metodologi, yaitu telaah sistematis dari beberapa proses dan asas-asas logis atau percobaanpercobaan sistematis yang menuntun suatu penelitian dan kajian ilmiah, atau sebagai penyusun ilmuilmu khusus. 4. persoalan tentang penyimpulan Pembahasan tentang masalah ini akan menghasilkan logika. Secara literal, logika berasal dari kata logos yang berarti nalar [daam bahasa Arab nadlar]. Secara umum, logika diartikan telaah mengenai aturan-aturan penalaran yang benar. Logika adalah imu pengetahuan dan kecakapan untuk berpikir secara tepat dan benar. Logika merupakan suatu metode untuk menyelidiki kemungkinan kekeliruan pendapat, apakah yang dimaksud pendapat yang benar, alasan yang benar dan yang salah. 5. Persoalan tentang moralitas. Pembahasan masalah ini akan menghasilkan filsafat etika (fisafat tingkahlaku). Filsafat menghendaki adanya ukuran yang berlaku secara universal. pokok persoalannya adalah apa yang disebut baik, apa yang disebut buruk, apa yang seharusnya dilakukan. Terdapat banyak jawaban apa yang disebut baik. Kaum hedonisme memberikan jawaban bahwa yang baik adalah yang membahagiakan(yang menyenangkan). Hedonis berarti tujuan. Apa yang baik adalah ketercapaian tujuan, yaitu kebahagiaan. Kesenangan yang dimaksud bersifat materialjasmaniah-sekularis. Hubungan seksual di uar nikah dan kepada siapa dan apa pun adalah baik karena mendatangkan kebahagiaan. Kebahagiaan ada dua macam individualisme dan utilitarianisme. Utilitarianisme menghendaki kebahagiaan adalah bagi sebanyak-banyak manusia. Memproduksi film porno adalah baik karena mendatangkan kebahagiaan banyak orang. Dalam 1 tahun AS mampu memproduk 2000 film porno dan pengekspor (secara lega ?) terbanyak adalah Indonesia. Lawan dari kaum hedonisme adaah stoikisme. Aliran ini menyatakan bahwa kebahagiaan yang dimaksud bersifat ruhani. Dalam hal tertentu sama dengan kaum idealisme. Catatan Secara praktis paham keagamaan seiring dengan kaum stoikisme. Isam tetap berbeda dengan kaum stoikisme. Ukuran baik-buruk, dan apa yang seharusnya dilakukan adalah syariah. Dasar ukuran adalah tauhid. Tujuannya adalah mardlatillah. 6. Persoalan keindahan, apa yang disebut indah itu. Jawaban terhadap pertanyaan ini akan menghasilkan fisafat aestetika (fisafat keindahan). Aestetika berasal dari kata aestetikos yang berarti berhubungan dengan serapan indra. Filsafat aestetika membahas tentang indah dan ketidakindahan, khususnya daam masaah seni, rasa, dan norma-norma nilai dalam seni. Ada dua aliran seni yang menghasilkan keindahan. Seni untuk seni (the art for the art), bebas nilai apapun kecuai seni itu sendiri. Melukis wanita telanjang dengan berbagai pose dan gaya adalah hasil karya seni yang indah, bukan porno. Di Indonesia terdapat seniman yang berpendapat bahwa goyang ngebor dari Inul dan goyang patah-patah dari Anisa Bahar adalah indah. Untuk itulah mereka menentang keras undangundang pornografi. Aliran kedua menyatakan bahwa seni untuk yang lain. Jadi ‘indah’ memiliki misi. Islam berpaham seni dan indah untuk misi sesuatu, puncak sesuatu adalah beribadah kepada Allah. Karena itu dasar seni dan aestetika adalah iman tauhid. Tujuan akhirnya adalah mardatillah. Implikasinya, melukis atau secara umum karya seni yang menghasilkan pornografi dikatakan tidak indah dan mendatangkan kemaksiatan (fahsya’ wa mungkar), dalam bahasa hukum adalah haram. Problim abadi Sebenarnya tentang Tuhan, manusia, dan alam semesta itu menjadi problem abadi di dunia filsafat . Untuk itulah di dalam Islam ada benarnya supaya kita tidak memikirkan tentang Tuhan “Tafakkaru fi khalqillah wala tafakkaru fillah” (berpikirlah tentang ciptaan Allah, dan janganlah berpikir tentang Allah). Untuk mengetahui hakikat uhan melalui disiplin filsafat tidak mungkin. Iqbal mengatakan tidak mungkin bagian bisa menangkap keseuruhan. Jalan satu-satunya mengetahui Tuhan adalah dengan iman. Rasio sekedar rasionalisasi tentang iman kepada Tuhan. Hasil rasionalisasi yang menghasilkan pengetahuan tentang Tuhan selalu bersifat profil-profil, sepotong-sepotong, fragmentaris. Jadi, God is percept and the world is koncept Penutup Semoga ada manfaatnya Miri ditutup dengan doa kafaratul majlis: Subhaanakallahumma Wabihamdika Asyhadu anlla ilaaha illa Anta Astaghfiruka Wa atuubu ilaik Alhadulillah Rabbil ‘aalamiin. Wasalamu ‘alaikum warahmatullaahi wabarakaatuh.