Tujuh Cara Penyebaran Agama Islam

advertisement
MODUL PERKULIAHAN
PENDIDIKAN AGAMA
ISLAM UMB
ISLAM DI INDONESIA
Fakultas
Program Studi
Ilmu Komputer
Sistem Informatika
Tatap Muka
04
Kode MK
Disusun Oleh
90004
Inggar Saputra, S.Pd
Abstract
Kompetensi
Penyebaran agama Islam di Indonesia
Memahami penyebaran agama Islam di
harus dipahami dengan baik.
Indonesia dengan baik dan benar.
Pendahuluan
Latar Belakang
Menurut catatan sejarah, kerajaan Perlak yang berdiri tahun 840 M adalah kerajaan
Islam pertama di Indonesia, bahkan di Asia Tenggara. Tentang fakta itu dapat dipastikan
bahwa masuknya agama Islam terjadi jauh sebelum tahun berdirinya kerajaan itu, karena
kerajaan itu didirikan ketika sebagian besar penduduknya telah cukup lama memeluk agama
Islam. Pada abad IX Dinasti Abbasiyah yang berpusat di Baghdad konon mengirimkan
delegasi dakwah yang terdiri dari orang-orang Arab yang berakidah Ahlussunnah wal
Jama’ah, bermazhab Syafi’i dan bertashawuf mu’tabar ke wilayah Sumatera Utara. Pada
tahun 1042, berdiri kerajaan Islam Samudra Pasai. Menurut Ibnu Bathutah, kerajaan ini,
dengan raja pertamanya Al-Malikus Shaleh, menganut paham Ahlussunnah wal Jama’ah
dan memilih mazhab Syafi’i.
Meski tidak ada catatan yang pasti, diperkirakan kalau Islam masuk ke Pulau Jawa
pada akhir abad XIV atau awal abad XV. Ini antara lain dapat dibuktikan dengan tulisan di
batu nisan Maulana Malik Ibrahim tentang tahun wafatnya, yakni tahun 1419 M, setelah
runtuhnya kerajaan Majapahit, yang beragama Hindu. Di awal abad XV, dengan dukungan
Walisongo, Raden Fatah mendirikan Kerajaan Islam Demak. Dalam penyebaran agama
Islam, cara berdakwah para wali yang jumlahnya sembilan orang itu, dirasa sesuai dengan
sifat dan pembawaan masyarakat Jawa, sehingga dalam waktu yang relatif singkat hampir
seluruh masyarakat Jawa memeluk agama Islam. Setelah Demak, berdiri beberapa
Kerajaan Islam di Ternate, Sumatera, Kalimantan, Sulawesi dan Nusa Tenggara pada abad
XVI, sehingga agama Islam menjadi agama yang dianut mayoritas penduduk nusantara.
2014
2
PENDIDIKAN AGAMA ISLAM UMB
Inggar Saputra, S.Pd
PusatBahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
Teori Masuknya Islam ke Indonesia
A. Teori Masuknya Islam ke Indonesia
Menurut para sejarawan, pada abad ke-13 Masehi, Islam sudah masuk ke nusantara
yang dibawa oleh para pedagang muslim. Namun untuk lebih pastinya para ahli masih
terdapat perbedaan pendapat dari para sejarawan. Namun setidaknya 3 tiga teori tentang
masuknya Islam ke Indonesia
1. Teori Gujarat
Teori berpendapat bahwa agama Islam masuk ke Indonesia pada abad 13 dan
pembawanya berasal dari Gujarat (Cambay), India. Dasar dari teori ini adalah kurangnya
fakta yang menjelaskan peranan bangsa Arab dalam penyebaran Islam di Indonesia.
Hubungan dagang Indonesia dengan India telah lama melalui jalur Indonesia – Cambay –
Timur Tengah – Eropa. Adanya batu nisan Sultan Samudra Pasai yaitu Malik Al Saleh tahun
1297 yang bercorak khas Gujarat.
Pendukung teori Gujarat adalah Snouck Hurgronye, WF Stutterheim dan Bernard
H.M. Vlekke. Para ahli yang mendukung teori Gujarat, lebih memusatkan perhatiannya pada
saat timbulnya kekuasaan politik Islam yaitu adanya kerajaan Samudra Pasai. Hal ini juga
bersumber dari keterangan Marcopolo dari Venesia (Italia) yang pernah singgah di Perlak (
Perureula) tahun 1292. Ia menceritakan bahwa di Perlak sudah banyak penduduk yang
memeluk Islam dan banyak pedagang Islam dari India yang menyebarkan ajaran Islam.
2. Teori Makkah
Teori ini merupakan teori baru yang muncul sebagai sanggahan terhadap teori lama
yaitu teori Gujarat. Teori Makkah berpendapat bahwa Islam masuk ke Indonesia pada abad
ke 7 dan pembawanya berasal dari Arab (Mesir). Dasar teori ini adalah pada abad ke 7 yaitu
tahun 674 di pantai barat Sumatera sudah terdapat perkampungan Islam (Arab); dengan
pertimbangan bahwa pedagang Arab sudah mendirikan perkampungan di Kanton sejak
abad ke-4. Hal ini juga sesuai dengan berita Cina.
Kerajaan Samudra Pasai menganut aliran mazhab Syafi’i, dimana pengaruh mazhab
Syafi’i terbesar pada waktu itu adalah Mesir dan Mekkah. SedangkanGujarat/India adalah
penganut mazhab Hanafi. Raja-raja Samudra Pasai menggunakan gelar Al malik, yaitu gelar
tersebut berasal dari Mesir. Pendukung teori Makkah ini adalah Hamka, Van Leur dan T.W.
Arnold. Para ahli yang mendukung teori ini menyatakan bahwa abad 13 sudah berdiri
kekuasaan politik Islam, jadi masuknya ke Indonesia terjadi jauh sebelumnya yaitu abad ke 7
dan yang berperan besar terhadap proses penyebarannya adalah bangsa Arab sendiri.
2014
3
PENDIDIKAN AGAMA ISLAM UMB
Inggar Saputra, S.Pd
PusatBahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
3. Teori Persia
Teori ini berpendapat bahwa Islam masuk ke Indonesia abad 13 dan pembawanya
berasal dari Persia (Iran). Dasar teori ini adalah kesamaan budaya Persia dengan budaya
masyarakat Islam Indonesia seperti peringatan 10 Muharram atau Asyura atas
meninggalnya Hasan dan Husein cucu Nabi Muhammad, yang sangat di junjung oleh orang
Syiah/Islam Iran. Di Sumatra Barat peringatan tersebut disebut dengan upacara
Tabuik/Tabut. Sedangkan di pulau Jawa ditandai dengan pembuatan bubur Syuro.
Kesamaan ajaran Sufi yang dianut Syaikh Siti Jennar dengan sufi dari Iran yaitu Al –
Hallaj. Penggunaan istilah bahasa Iran dalam sistem mengeja huruf Arab untuk tanda- tanda
bunyi Harakat. Ditemukannya makam Maulana Malik Ibrahim tahun 1419 di Gresik. Adanya
perkampungan Leren/Leran di Giri daerah Gresik. Pendukung teori ini yaitu Umar Amir
Husen dan P.A. Hussein Jayadiningrat.
2014
4
PENDIDIKAN AGAMA ISLAM UMB
Inggar Saputra, S.Pd
PusatBahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
Tujuh Cara Penyebaran Agama Islam
B. Tujuh Cara Penyebaran Agama Islam
Agama Islam masuk ke Indonesia dibawa pedagang Gujarat, Persia dan Bangsa
Arab. Agama Islam menjadi Agama yang paling banyak pemeluknya di Indonesia karena
penyebaran dilakukan dengan berbagai cara.
1. Perdagangan
Pada abad ke-7 M, bangsa Indonesia kedatangan para pedagang Islam
dari Gujarat/India, Persia, dan Bangsa Arab. Mereka telah ambil bagian dalam kegiatan
perdagangan di Indonesia. Hal ini konsekuensi logisnya menimbulkan jalinan hubungan
dagang antara masyarakat Indonesia dan para pedagang Islam. Di samping berdagang,
sebagai seorang muslim juga mempunyai kewajiban berdakwah maka para pedagang Islam
juga menyampaikan dan mengajarkan agama dan kebudayaan Islam kepada orang lain.
Dengan cara tersebut, banyak pedagang Indonesia memeluk agama Islam dan
merekapun menyebarkan agama Islam dan budaya Islam yang baru dianutnya kepada
orang lain. Dengan demikian, secara bertahap agama dan budaya Islam tersebar dari
pedagang Gujarat/India, Persia, dan Bangsa Arab kepada bangsa Indonesia. Proses
penyebaran Islam melalui perdagangan sangat menguntungkan dan lebih efektif dibanding
cara lainnya.
2. Perkawinan
Di antara para pedagang Islam ada yang menetap di Indonesia. Hingga sekarang di
beberapa kota di Indonesia terdapat kampungPekojan. Kampung tersebut dahulu
merupakan tempat tinggal para pedagang Gujarat. Koja artinya pedagang Gujarat. Sebagian
dari para pedagang ini menikah dengan wanita Indonesia. Terutama putri raja atau
bangsawan. Karena pernikahan itulah, maka banyak keluarga raja atau bangsawan masuk
Islam. Kemudian diikuti oleh rakyatnya. Dengan demikian Islam cepat berkembang.
3. Pendidikan
Perkembangan Islam yang cepat menyebabkan muncul tokoh ulama atau mubalig
yang menyebarkan Islam melalui pendidikan dengan mendirikan pondok-pondok pesantren.
Dan di dalam pesantren itulah tempat pemuda pemudi menuntut ilmu yang berhubungan
dengan agama Islam. Yang jika para pelajar tersebut selesai dalam menuntut ilmu mengenai
agama Islam, mereka mempunyai kewajiban untuk mengajarkan kembali ilmu yang
diperolehnya kepada masyarakat sekitar. Yang akhirnya masyarakat sekitar menjadi
pemeluk agama Islam. Pesantren yang telah berdiri pada masa pertumbuhan Islam di Jawa,
2014
5
PENDIDIKAN AGAMA ISLAM UMB
Inggar Saputra, S.Pd
PusatBahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
antara lain Pesantren Sunan Ampel Surabaya yang didirikan oleh Raden Rahmat ( Sunan
Ampel ) dan Pesantren Sunan Giri yang santrinya banyak berasal dari Maluku ( daerah Hitu)
4. Politik
Seorang raja mempunyai kekuasaan dan pengaruh yang besar dan memegang
peranan penting dalam proses Islamisasi. Jika raja sebuah kerajaan memeluk agama Islam,
otomatis rakyatnya akan berbondong - bondong memeluk agama Islam. Karena,
masyarakat Indonesia memiliki kepatuhan yang tinggi dan raja selalu menjadi panutan
rakyatnya. Jika raja dan rakyat memeluk agama Islam, pastinya demi kepentingan politik
maka akan diadakannya perluasan wilayah kerajaan, yang diikuti dengan penyebaran
agama Islam.
5. Melalui Dakwah di Kalangan Masyarakat
Di kalangan masyarakat Indonesia sendiri terdapat juru-juru dakwah yang
menyebarkan Islam di lingkungannya, antara lain :Dato'ri Bandang menyebarkan agama
Islam di daerah Gowa (Sulawesi Selatan), Tua Tanggang Parang menyebarkan Islam di
daerah Kutai (Kalimantan Timur), Seorang penghulu dari Demak menyebarkan agama Islam
di kalangan para bangsawan Banjar (Kalimantan Selatan), Para Wali menyebarkan agama
Islam di Jawa. Wali yang terkenal ada 9 wali, yaitu :
1. Sunan Gresik (Maulana Malik Ibrahim)
2. Sunan Ampel (Raden Rahmat)
3. Sunan Bonang (Makdum Ibrahim)
4. Sunan Giri (Raden Paku)
5. Sunan Derajat (Syarifuddin)
6. Sunan Kalijaga (Jaka Sahid)
7. Sunan Kudus (Jafar Sodiq)
8. Sunan Muria (Raden Umar Said)
9. Sunan Gunung Jati (Faletehan)
Para wali tersebut adalah orang Indonesia asli, kecuali Sunan Gresik. Mereka
memegang beberapa peran di kalangan masyarakat sebagai :
1. Penyebar agama Islam
2. Pendukung kerajaan-kerajaan Islam
3. Penasihat raja-raja Islam
4. Pengembang kebudayaan daerah yang telah disesuaikan dengan budaya Islam.
2014
6
PENDIDIKAN AGAMA ISLAM UMB
Inggar Saputra, S.Pd
PusatBahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
6. Seni Budaya
Perkembangan Islam dapat melalui seni budaya, seperti bangunan (masjid), seni
pahat, seni tari, seni musik, dan seni sastra. Cara seperti ini banyak dijumpai di Jogjakarta,
Solo, Cirebon, dls. Seni budaya Islam dibuat dengan cara mengakrabkan budaya daerah
setempat dengan ajaran Islam yang disusupkan ajaran tauhid yang dibuat sederhana,
sehalus dan sedapat mungkin memanfaatkan tradisi lokal, misalnya : Membumikan ajaran
Islam melalui syair – syair. Contohnya : Gending Dharma, Suluk Sunan Bonang, Hikayat
Sunan Kudus, dan lain – lain. Mengkultulrasikan wayang yang sarat dokrin.
Contohnya tokoh-tokoh simbolis dalam wayang diadopsi atau mencipta nama lainnya
yang bisa mendekatkan dengan ajaran Islam, Mencipta tokoh baru dan narasi baru yang
sarat pengajaran. Membunyikan bedug sebagai ajakan sholat lima waktu sekaligus alarm
pengingat, Sebab insting masyarakat telah akrab dengan gema bedug sebai pemanggil
untuk acara keramaian. Menggeser tradisi klenik dengan doa-doa pengusir jin sekalugus
doa ngirim leluhur Contohnya Diantaranya yang disebut Tahlil.
7. Tasawuf
Seorang Sufi biasa dikenal dengan hidup dalam kesederhanaan, mereka selalu
menghayati
kehidupan
masyarakatnya
yang
hidup
bersama
di
tengah–tengah
masyarakatnya. Para Sufi biasanya memiliki keahlian yang membantu masyarakat dan
menyebarkan agama Islam. Para Sufi pada masa itu diantaranya Hamzah Fansuri di Aceh
dan Sunan Panggung Jawa. Dengan melalui saluran diatas, agama Islam dapat
berkembang pesat dan diterima masyarakat dengan baik pada abad ke-13. Dan adapun
faktor-faktor yang menyebabkan Islam cepat berkembang di Indonesia antara lain : Syarat
masuk Islam hanya dilakukan dengan mengucapkan dua kelimat syahadat; Tata cara
beribadahnya Islam sangat sederhana; Agama yang menyebar ke Indonesia disesuaikan
dengan kebudayaan Indonesia; Penyebaran Islam dilakuakn secara damai.
2014
7
PENDIDIKAN AGAMA ISLAM UMB
Inggar Saputra, S.Pd
PusatBahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
Faktor Pendukung Penyebaran Agama Islam
C. Faktor Pendukung Penyebaran Agama Islam
Ada beberapa faktor pendukung bagi cepatnya penyebaran Islam di bumi
nusantara. Pertama,sebagai agama tauhid (tawhîd), Islam menampilkan manusia dalam
kedudukan yang sama (musâwah) dan bebas dari penghambatan sesama makhluk
(hurriyyah). Prinsip tauhid ini merupakan ajaran yang sama sekali baru yang menarik dan
membebaskan manusia dari belenggu lama yang membagi manusia ke dalam kelas-kelas.
Kedua, watak Ahlussunnah wal Jama’ah yang moderat telah membentuk perilaku
dan sikap para penyebar Islam. Seperti diketahui, para wali dan penyebar Islam di nusantara
adalah penganut Ahlussunnah wal Jama’ah yang teguh. Dengan penuh kearifan, dakwah
mereka lakukan secara tadrîj (evolusi) dan sejauh mungkin memperkecil beban yang bisa
dirasakan masyarakat (taqlîl al-takâlif).
Ketiga, Islam dapat menjadi agama rakyat karena disampaikan dengan penuh
kedamaian dan menghormati tradisi dan nilai secara arif berdasarkan prinsip-prinsip:
1. Nilai lama yang secara diametral bertentangan dengan akidah disikapi dengan cara
menolaknya secara argumentatif.
2. Nilai
lama
yang
tidak
sesuai
dengan
syari’at
diluruskan
secara
bertahap.
3. Nilai lama yang tidak bertentangan dengan ajaran Islam dibiarkan terus keberadaannya
dan diberikan nafas Islam.
Perkembangan Islam yang berhaluan Ahlussunnah wal Jama’ah bertambah pesat
ketika generasi penerus Walisongo dan penyebar Islam lainnya mengembangkan strategi
dan pendekatan penyebaran Islam melalui lembaga pesantren. Pada tahap-tahap awal,
lembaga pesantren memang lebih memfokuskan perhatiannya pada upaya pemantapan
tauhid dan pembinaan tashawuf. Pesantren kurang memperhatikan pendalaman keilmuan
Islam. Ini antara lain disebabkan literatur ke-Islaman, karya ulama-ulama terkemuka masih
sangat terbatas.
Pada pertengahan abad XIX kontak langsung antara umat Islam di nusantara dan
dunia Islam lainnya, termasuk umat Islam di negara-negara Arab, mulai terbuka. Kontak
dengan dunia Islam terjadi melalui sejumlah pemuda nusantara yang belajar di negaranegara Arab. Banyaknya literatur di pusat studi Islam di Timur Tengah, telah memungkinkan
para pelajar dari Indonesia mencapai tingkat pengetahuan yang lebih luas dan pandangan
yang lebih terbuka.Di antara pelajar itu antara lain KH. M. Hasyim Asy’ari, KH. A. Wahab
Hasbullah dan KH. M. Bisri Sansuri.
2014
8
PENDIDIKAN AGAMA ISLAM UMB
Inggar Saputra, S.Pd
PusatBahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
Kesimpulan
Setelah Islam datang ke Indonesia banyak perubahan-perubahan yang terjadi
terutama bagi rakyat yang menengah ke bawah. Mereka lebih di hargai dan tidak tertindas
lagi karena Islam tidak mengenal sistem kasta, karena semua masyarakat memiliki derajat
yang sama. Islam juga membawa perubahan-perubahan baik di bidang politik, ekonomi dan
agama. Islam juga bisa mempersatukan seluruh masyarakat Indonesia untuk melawan dan
memgusir para penjajah.
Penyebaran Islam di Nusantara, termasuk di pulau Jawa, biasanya digambarkan
sebagai penyebaran yang bersifat damai. Dengan kata lain, Islam tersebar di wilayah ini
tanpa melalui peperangan sebagaimana yang terjadi di Timur Tengah, Afrika Utara, Eropa,
dan Asia Tengah. Penyebaran yang damai ini dilihat oleh sebagian orang sebagai hal yang
positif, karena membantu terbentuknya karakteristik Islam yang cenderung damai dan
toleran. Tapi ada juga yang melihatnya sebagai kelemahan. Pola dakwahnya yang
cenderung kurang tegas dalam aspek aqidah dianggap telah menyebabkan banyaknya
percampuran nilai-nilai lokal yang tidak Islami dengan nilai-nilai dan praktek agama Islam.
Penyebaran Islam di Nusantara pada awalnya memang dilakukan oleh para
pedagang Muslim yang melakukan aktivitas perdagangan hingga ke wilayah ini. Karena
mereka bukan merupakan ulama atau dai yang mengkhususkan diri untuk menyebarkan
Islam, maka perkembangan Islam di Nusantara pada awalnya juga berlangsung relatif
lambat. Walaupun para pedagang dari Timur Tengah telah melalui Selat Melaka sejak
sebelum munculnya Islam di Jazirah Arab, Islam tersebar di Nusantara dalam waktu yang
relatif lambat. Hal ini disebabkan faktor jarak yang jauh antara pusat pertumbuhan Islam di
Jazirah Arab dengan wilayah Nusantara. Sebagaimana Geoffrey Blainey menggambarkan
betapa tirani jarak (tyranny of distance) telah membentuk sejarah negerinya, Australia, tirani
jarak juga sebetulnya ikut membentuk sejarah perkembangan Islam di Nusantara.
Terlepas dari jarak yang jauh dan lambatnya perkembangan Islam di Nusantara,
secara bertahap dan pasti pengaruh agama ini semakin kuat dan meluas di Nusantara.
Keberadaan para pedagang Muslim diterima dengan baik oleh para penguasa dan
masyarakat kerajaan Hindu-Budha di Nusantara. Sejak abad ke-7 pesisir Sumatera telah
memiliki sebuah pemukiman Arab Muslim, dan sebagian dari pedagang ini melakukan
pernikahan dengan perempuan-perempuan setempat (Azra, 1994: 29).
2014
9
PENDIDIKAN AGAMA ISLAM UMB
Inggar Saputra, S.Pd
PusatBahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
Daftar Pustaka
Suryandari. 2007. Sejarah untuk SMA/MA Kelas XI. Jakarta : Pusat Perbukuan
Departemen Pendidikan Nasional.
http://sajadahmuslimku.blogspot.co.id/2014/03/cara-penyebaran-agama-islam-diindonesia.html
http://jagosejarah.blogspot.co.id/2015/02/sejarah-masuknya-islam-ke-indonesia.html
https://abraham4544.wordpress.com/islamic/penyebaran-islam-di-indonesia/
http://puguhprasetyo8.blogspot.co.id/2012/04/makalah-agama-islam-penyebaranagama.htm
http://www.pusatmakalah.com/2014/12/makalah-sejarah-penyebaran-islam-di.html
2014
10
PENDIDIKAN AGAMA ISLAM UMB
Inggar Saputra, S.Pd
PusatBahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
Download