RELAKSASI OTOT PROGRESIF TERHADAP PENURUNAN INTENSITAS MUAL MUNTAH PASIEN KANKER DENGAN KEMOTERAPI Lasih Octaviani*, Maulidta KW** *Mahasiswa Akademi Keperawatan Widya Husada Semarang **Dosen Akademi Keperawatan Widya Husada Semarang Email: [email protected] ABSTRAK Kanker adalah penyakit yang menyerang proses dasar kehidupan sel, mengubah genom sel dan menyebabkan penyebaran liar dan pertumbuhan sel-sel. Salah satu penatalaksanaan kanker adalah kemoterapi. Kemoterapi merupakan obat anti kanker yang menyebabkan sejumlah sel-sel normal dapat rusak. Efek kemoterapi ini salah satunya adalah mual dan muntah. Mual, muntah, dan ansietas akibat kemoterapi pada pasien kanker dapat dikurangi dengan efektifitas PMR (Progressive Muscle Relaxation). Relaksasi progresif adalah salah satu cara dari teknik relaksasi yang mengkombinasikan latihan nafas dalam dan serangkaian seri kontraksi dan relaksasi otot tertentu. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui manfaat relaksasi otot progresif terhadap penurunan intensitas mual muntah pada pasien kanker dengan kemoterapi. Metode pada penelitian ini menggunakan jenis studi kasus dengan metode pendekatan deskriptif dengan bentuk rancangan one group pretes-postest. Adapun jumlah respondennya adalah 2 pasien. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa sebelum dilakukan PMR skala mual awal 3 dan 5 dan setelah dilakukan PMR turun menjadi 0 dan 3. Ada pengaruh PMR terhadap penurunan intensitas mual muntah pasien kanker dengan kemoterapi, sehingga dengan adanya hasil penelitian ini diharapkan tenaga kesehatan khususnya perawat dapat mengaplikasikan PMR ini untuk mengurangi intensitas mual muntah pasien kanker dengan kemoterapi. Kata kunci: kanker, mual muntah, relaksasi otot progresif PENDAHULUAN Kanker atau tumor ganas atau nama dapat menjalar ke tempat yang jauh dari asalnya/metastasis. Beberapa faktor yang lainnya neoplasma adalah penyakit yang mempengaruhi perkembangan kanker menyerang proses dasar kehidupan sel, adalah faktor genetik, faktor hormonal, lesi mengubah genom sel (komplemen genetik prakanker, faktor imunologis, faktor obat- total sel) dan menyebabkan penyebaran obatan, radiasi pengion, polusi udara dan liar dan pertumbuhan sel-sel (Padila, kimia, gaya hidup, virus, dan faktor 2013). Menurut Depkes RI (2009) kanker psikologis (Baradero et al., 2007). merupakan pertumbuhan sel yang tidak Penyakit kanker merupakan salah normal/terus-menerus dan tak terkendali, satu penyebab kematian utama di seluruh dapat merusak jaringan sekitarnya serta dunia. Pada tahun 2012, kanker menjadi 14 penyebab kematian sekitar 8,2 juta orang. Prevalensi penyakit kanker pada Provinsi Kanker paru, hati, perut, kolorektal, dan Jawa Tengah tahun 2013 yaitu sebesar kanker payudara adalah penyebab terbesar 2,1% menduduki urutan tertinggi setelah kematian akibat kanker setiap tahunnya. D.I. Yogyakarta (Kemenkes RI, 2015). Berdasarkan data International Agency for Estimasi jumlah penderita penyakit kanker Research on Cancer (IARC), diketahui serviks dan payudara pada perempuan bahwa tahun 2013 adalah 1,2% dan 0,7% atau pada tahun 2012 terdapat dan diperkirakan sekitar 19.734 dan 11.511 8.201.575 kematian akibat kanker di orang. Sedangkan, kanker prostat pada seluruh dunia. Kanker payudara, kanker laki-laki 0,2% yaitu sekitar 3.248 orang. prostat, dan kanker paru merupakan jenis Penatalaksanaan kanker bergantung pada kanker dengan persentase kasus baru jenis atau tipe kanker yang diderita, asal (setelah dikontrol dengan umur) tertinggi, kanker tersebut atau pola penyebarannya, yaitu sebesar 43,3%, 30,7%, dan 23,1%. umur Sementara itu, kanker paru dan kanker (Kemenkes RI, 2015). 14.067.894 kasus baru kanker dan kondisi kesehatan umum kanker dapat pembedahan atau Penatalaksanaan payudara merupakan penyebab kematian (setelah dikontrol dengan umur) tertinggi diberikan akibat kanker. Kanker paru ditemukan operasi, kemoterapi (dengan obat-obatan), pada penduduk laki-laki, yaitu sebesar radioterapi (menggunakan sinar radiasi), 34,2%, sedangkan kematian akibat kanker bioterapi (manipulasi/pergerakan sistem paru pada penduduk laki-laki sebesar imun dengan menggunakan zat biologis 30,0%. Pada penduduk perempuan, kanker alamiah. Kemoterapi merupakan obat anti payudara masih menempati urutan pertama kanker (sitotoksik) yang menyebabkan kasus baru dan kematian akibat kanker, sejumlah sel-sel normal dapat rusak. Efek yaitu sebesar 43,3% dan 12,9% (Kemenkes kemoterapi ini salah satunya merusak sel RI, 2015). pada gastrointestinal yang menyebabkan Secara nasional prevalensi penyakit melalui mual dan muntah (Baradero et al., 2007). kanker pada penduduk semua umur di Mual, Indonesia tahun 2013 sebesar 1,4% atau kemoterapi pada pasien kanker dapat diperkirakan dikurangi sekitar 347.792 orang. muntah, dan dengan ansietas efektifitas akibat PMR memiliki (Progressive Muscle Relaxation) yang prevalensi tertinggi untuk penyakit kanker, merupakan hasil penelitian dari Haryati & yaitu sebesar 4,1% jauh lebih tinggi Sitorus (2015). Hasil penelitian yang dibandingkan dilakukan oleh Kristiyawati dan Supriyadi Provinsi D.I. Yogyakarta dengan angka nasional. 15 (2003) menyatakan bahwa ada pengaruh frekuensi jantung, dan laju metabolik relaksasi otot progresif terhadap penurunan (Setyoadi & Kushariyadi, 2011). Berdasarkan pengalaman penulis skala intensitas mual muntah setelah kemoterapi pada pasien kanker payudara. Latihan PMR (Progressive Muscle Relaxation) menurut Herodes (2010) pada saat praktek Keperawatan Medikah Bedah I di RSUD Dr. Adhyatma, MPH Semarang tahun 2016 bahwa untuk dalam Setyoadi & Kushariyadi (2011), menurunkan mual muntah dengan cara teknik relaksasi otot progresif adalah farmakologi. teknik relaksasi otot dalam yang tidak tersebut peneliti tertarik mengambil studi memerlukan imajinasi, ketekunan, atau kasus tentang “Relaksasi Otot Progresif sugesti. Berdasarkan keyakinan bahwa Terhadap Penurunan tubuh manusia berespons pada kecemasan Muntah Pasien dan kejadian yang merangsang pikiran Kemoterapi”. dengan ketegangan otot (Davis, 1995 METODE relaksasi otot progresif penelitian Intensitas Kanker Mual Dengan Studi kasus ini menggunakan studi dalam Setyoadi & Kushariyadi, 2011). Teknik Berdasarkan kasus deskriptif dengan bentuk rancangan memusatkan perhatian pada suatu aktivitas one otot dengan mengidentifikasi otot yang rancangan tegang kemudian menurunkan ketegangan pembanding (kontrol) tetapi paling tidak dengan melakukan teknik relaksasi untuk sudah mendapatkan perasaan relaks (Herodes, (pretest) yang memungkinkan peneliti 2010 dalam Setyoadi & Kushariyadi, dapat menguji perubahan yang terjadi 2011). Teknik relaksasi otot progresif setelah adanya eksperimen (Setiadi, 2007). merupakan suatu terapi relaksasi yang Adapun jumlah respondennya adalah 2 diberikan pasien. menegangkan kepada pasien otot-otot dengan tertentu dan group ini pretes-postest. tidak dilakukan Hasil ada Dalam kelompok observasi penelitian pertama ini untuk memaparkan tentang penerapan relaksasi kemudian relaksasi. Relaksasi progresif otot progresif terhadap adalah salah satu cara dari teknik relaksasi intensitas mual muntah pasien kanker yang mengkombinasikan latihan nafas dengan dalam dan serangkaian seri kontraksi dan dilakukan di RSUD Dr. Adhyatma, MPH relaksasi otot tertentu. Tujuan terapi Semarang relaksasi otot progresif yaitu menurunkan November 2017 ketegangan otot, kecemasan, nyeri leher HASIL kemoterapi. selama Studi periode penurunan kasus 13– ini 24 dan punggung, tekanan darah tinggi, 16 Tabel Perbedaan Penurunan Intensitas faktor neuropatofisiologi saja, tetapi dapat Skala Mual Muntah Sebelum Dan dipengaruhi oleh faktor psikologis dan Setelah Dilakukan Relaksasi Otot gejala Progresif di RSUD Dr. Adhyatma, perkembangan penyakit, pengobatan yang MPH Semarang pada bulan November sedang dijalani atau non-spesifik lain yang dapat 2017 (n=2) penyerta lainnya, menyebabkan keluhan seperti semakin parah. Penanganan efek kemoterapi yang Variabel Skala Mual Responden I Responden (Ny. K) II (Ny. U) Pada hari I Sebelum intervensi Setelah intervensi Pada hari II Sebelum intervensi Setelah intervensi 3 5 2 4 tidak optimal pada siklus awal dapat menyebabkan rasa ketidaknyamanan bagi pasien terhadap program kemoterapi yang dijalaninya. Hal ini berpengaruh pada respon emosional pasien (kecemasan) yang 2 4 dapat memperburuk kejadian mual, 0 3 retching, dan muntah. Untuk menurunkan intensitas mual muntah diberikan relaksasi Berdasarkan hasil data pada tabel 4.1 otot progresif. didapatkan bahwa Ny.K pada hari I skala Relaksasi otot progresif adalah salah mual awal 3 turun menjadi 2, pada hari ke satu cara dari teknik relaksasi yang II skala mual awal 2 turun menjadi 0. mengkombinasikan latihan napas dalam Sedangkan pada pasien Ny. U pada hari I dan memiliki skala mual awal 5 turun menjadi relaksasi otot tertentu (Kustanti & Widodo, 4, dan pada hari ke II skala mual awal 4 2008 dalam Setyoadi & Kushariyadi, turun menjadi 3 terdapat selisih perbedaan 2011). Relaksasi otot progresif dengan hari ke I dan II pada Ny. K dan Ny. U. mengencangkan dan merelaksasikan setiap Terdapat perbedaan penurunan pada Ny. K kelompok otot didalam tubuh, secara hari ke I yaitu1 dan hari ke II yaitu 2, bergantian sedangkan pada Ny. U hari ke I yaitu 1 dan 2003). Hasil penelitian yang dilakukan hari ke II yaitu tetap 1. Kristiyawati serangkaian seri (National dan kontraksi Safety Supriyadi dan Council, (2003) menyatakan bahwa ada pengaruh relaksasi PEMBAHASAN otot progresif terhadap penurunan skala Menurut Rhodes dan Mc Daniel intensitas mual muntah setelah kemoterapi (2007) dalam Firmana (2017) mengatakan pada pasien kanker payudara dan selain bahwa gejala mual muntah pada pasien itu, menurut hasil penelitian Haryati & kemoterapi bukan hanya dipengaruhi oleh Sitorus (2015) juga menunjukkan bahwa 17 pasien kanker yang menjalani kemoterapi dan anaknya yang sibuk kuliah. Menurut yang diberikan latihan PMR (Progressive Sarafino (2006) dalam Firmana (2017) Muscle Relaxation) memperlihatkan dukungan sosial keluarga merupakan suatu adanya peningkatan rata-rata status dorongan yang diterima dan dirasakan oleh PMR dapat individu fungsional. Efektifitas berupa pemberian bantuan, mengurangi mual, muntah, dan ansietas pertolongan, dan semangat (motivasi). akibat kemoterapi pada pasien kanker. Dukungan sosial keluarga berperan sebagai Penelitian tersebut didukung oleh Setyoadi sumber & menyebutkan menghadapi penyakit dan menjalani proses manfaat dari relaksasi otot progresif pengobatan. Dengan memiliki koping yang diantaranya adalah untuk menurunkan efektif, pasien dapat menghadapi dan tegangan otot, kecemasan, nyeri leher dan mengelola punggung, tekanan darah tinggi, frekuensi dihadapinya. jantung, laju bahwa disritmia jantung, Kushariyadi (2011) metabolik; mengurangi kebutuhan oksigen; koping bagi masalah pada dalam psikologis Sebagaimana pasein dihadapkan pasien yang diketahui kemoterapi sering kecemasan terhadap meningkatkan gelombang alfa otak yang program dan efek samping kemoterapi dan terjadi ketika klien sadar dan tidak dukungan keluarga merupakan salah satu memfokuskan faktor yang berpengaruh terhadap rasa perhatian serta relaks; meningkatkan rasa kebugaran, konsentrasi; kecemasan memperbaiki kemampuan untuk mengatasi menjalani kemoterapi (Rehwaldt, 2009 stress; dalam Firmana, 2017). mengatasi insomnia, depresi, pada diri pasien dalam Stress dalam kelelahan, iritabilitas, spasme otot, fobia bentuk kecemasan memiliki efek fisik ringan, gagap ringan; membangun emosi salah satunya yaitu masalah lambung positif dan negatif. ditandai dengan serangan nyeri atau nyeri Perbedaan penurunan skala mual tekan pada daerah perut, kram, diare, mual, pada Ny.K dan Ny. U dipengaruhi oleh konstipasi, dan buang angin yang berulang beberapa faktor antara lain yang pertama kali (National Safety Council, 2003). Faktor lainnya yaitu suasana dan bau dukungan keluarga, pada responden I dari ruang perawatan. Pada ruang perawatan keluarganya. Setiap hari responden I responden I lebih luas, cahayanya lebih ditunggui oleh anak dan suaminya secara terang, dan tidak ada bau yang menyengat/ bergantian. bau yang tidak sedap. Sedangkan pada mendapat dukungan sepenuhnya Sedangkan responden II kesehariannya dirumah sakit ditemani oleh ruang responden adiknya, karena suami yang sibuk bekerja pencahayaannya II lebih sempit, kurang, dan terdapat 18 baunya tidak sedap sehingga dapat &Kushariyadi (2011) relaksasi otot menstimulus terjadinya mual muntah. Hal progresif adalah salah satu cara dari teknik ini (2017) relaksasi yang mengkombinasikan latihan mengatakan bahwa mual muntah pada napas dalam dan serangkaian seri kontraksi kemoterapi dapat disebabkan oleh adanya dan relaksasi otot tertentu. Cara terbaik stimulus seperti suasana, bau, dan suara untuk melakukan relaksasi otot progresif dari ruang perawatan, serta perawat yang adalah memberikan kemoterapi. merelaksasikan sesuai dengan Firmana dengan mengencangkan setiap dan kelompok otot ketidakmampuan didalam tubuh, secara bergantian. Fase relaksasi otot ketegangan sangat singkat, hanya sekitar 5- progresif dengan benar sebelumnya tidak 10 detik. Jika dibandingkan, fase relaksasi diberikan latihan relaksasi otot progresif ternyata berlangsung lebih lama, sekitar 45 sebelum penelitian, karena jika responden detik. Perlu diingat bahwa hanya satu tidak mampu memusatkan pikiran dalam kelompok otot yang harus dikontraksikan melaksanakan relaksasi otot progresif juga pada satu waktu, biarkan kelompok otot kurang memberikan hasil yang maksimal. yang lain rileks. Dengan relaksasi otot Setiap orang memberikan respon yang progresif berbeda-beda mengatasi kontraksi otot maka akan mengetahui masalahnya. Tampak pada penelitian ini tingkat ketegangan otot dan dapat dapat dengan perlakuan yang sama yaitu terapi merelaksasikannya relaksasi otot progresif dimana penurunan pelepasan ketegangan (National Safety skala mual muntah antara responden I dan Council, 2003). II selama 2 hari berbeda. Responden I Dapat Selain responden itu melakukan untuk dapat merasakan derajat melalui disimpulkan bahwa teknik hasil dalam penelitian ini melaporkan bahwa penelitian ini telah menunjukkan, bahwa pada saat melakukan relasasi otot progresif relaksasi otot progresif bagi pasien kanker terdapat 2 sensasi yang berbeda yaitu dengan kemoterapi ada perbedaan skala merasakan rileks pada otot-otot yang mual muntah hasil pengukuran sebelum dikendurkan yang dan ditegangkan, sedangkan sebelumnya otot setelah dilakukan relaksasi otot II progresif. Responden I dilakukan relaksasi mengatakan kurang bisa membedakan otot progresif selama 2 hari mengalami kedua sensasi tersebut dikarenakan kurang penurunan skala mual muntah lebih besar konsentrasi dalam melakukan relaksasi dari pada responden II dipengaruhi oleh otot progresif. Hal ini sesuai dengan beberapa faktor yaitu dukungan keluarga, responden Kustanti & Widodo (2008) dalam Setyoadi 19 efikasi diri, dan masih kurangnya intensitas latihan. KESIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan pada Ny. K dan Ny. U selama 13-24 November 2017 dapat disimpulkan bahwa terdapat manfaat dan pengaruh dari relaksasi otot progresif terhadap penurunan intensitas mual muntah pasien kanker dengan kemoterapi di RSUD Dr. Adhyatma MPH, Semarang. DAFTAR PUSTAKA Baradero et al. (2007). Klien Kanker: Seri Asuhan Keperawatan. Jakarta: EGC Dempsey, Patricia Ann. (2002). Riset keperawatan : buku ajar dan latihan. Ed. 4. Jakarta: EGC Depkes RI. (2009). Buku Saku Pencegahan Leher Rahim & Kanker Payudara,(Online),(https://www.go ogle.com/search?q=kemenkes+ 205+tentang+kanker&ie=utf8&oe= utf-8&client=firefoxb., diakses pada tanggal 18 September 2017, jam 17.00 WIB) Doenges et al. (2000). Rencana Asuhan Keperawatan. Jakarta: EGC Terhadap Status Fungsional Dalam Konteks Asuhan Keperawatan Pasien Kanker dengan Kemoterapi di RS Dr Wahidin Sudirohusodo Makassar. Medula.Vol. 2 No. 2. April 2015 Herdman, T. Heather. (2015). Nanda International Inc. diagnosis keperawatan: definisi & klasifikasi 2015-2017. Ed.10. Jakarta: EGC Kemenkes RI. (2015). Buletin Jendela Data dan Informasi Kesehatan, (Online),(https://www.google.com/ search?q=kemenkes+ri+2015+t entang+kanker&ie=utf8&oe=utf8&client=firefox-b., diakses pada tanggal 18 September 2017, jam 17.00 WIB) Kristiyawati dan Supriyadi. (2014). Pengaruh Aromaterapi Lemon Dan Relaksasi Otot Progresif Terhadap Penurunan Intensitas Mual Muntah Setelah Kemoterapi Pada Pasien Kanker Payudara Di Rumah Sakit Telogorejo Semarang.Jurnal Ilmu Keperawatan dan Kebidanan. Vol. II No.I, hlm. 2433. Desember 2014 National Safety Council. Manajemen Stres. Jakarta: EGC (2003). Padila. (2013). Asuhan Keperawatan Penyakit Dalam. Yogyakarta: Nuha Medika Putri, Kenya Nisita Damay. (2010). Perbandingan Efektifitas Ondansentron dan Firmana, Dicky. (2017). Keperawatan Metoklopramid dalam Menekan Mual Kemoterapi. Jararta: Salemba Muntah Paska Laparotomi. Skripsi tidak Medika dipublikasikan. Universitas Sebelas Maret Hariyanto et al. (2015). Kejadian Muntah Rahmawati, Zahara Nur. (2009). Evaluasi Pada Penderita Kanker Yang Menjalani Penggunaan Antiemetik Dalam Pengobatan Kemoterapi Di RSUP Prof. Penatalaksanaan Mual Muntah Dr. R. D. Kandou Manado. Jurnal eKarena Kemoterapi Pada Pasien Clinic (eCl). Vol 3 No. 3. September Kanker Payudara di RSUD Dr. Desember 2015 Moewardi Surakarta Tahun 2008. Skripsi tidak dipublikasikan. Haryati dan Sitorus. (2015). Pengaruh Universitas Muhammadiyah Surakarta Latihan Progressive Muscle Relaxation 20 Setiadi. (2007). Konsep & Penulisan Riset Keperawatan. Yogyakarta: Graha Ilmu Sukardja, I Dewa Gede. (2000). Onkologi Klinik. Ed. 2. Surabaya: Airlangga University Press Setyoadi dan Kushariyadi. (2011). Terapi Modalitas Keperawatan pada Klien Psikogeriatrik. Jakarta: Salemba Medika Tjay & Rahardja. (2015). Obat-Obat Penting Khasiat, Penggunaan, dan Efekefek Sampingnya. Jakarta: PT Gramedia Sodikin. (2011). Asuhan Keperawatan Anak: Gangguan Sistem Gastrointestinal dan Hepatobilier. Jakarta: Salemba Medika Tucker et al. (1998). Standar Perawatan Pasien: Proses Keperawatan, Diagnosis, dan Evaluasi. Jakarta: EGC 21