Uploaded by mac281005

PPKN PRINT

advertisement
Penculikan aktivis 1997/1998 adalah peristiwa penghilangan orang secara paksa atau
penculikan terhadap para aktivis pro-demokrasi yang terjadi menjelang pelaksanaan
Pemilihan Umum (Pemilu) tahun 1997 dan Sidang Umum Majelis Permusyawaratan
Rakyat (MPR) tahun 1998.
Peristiwa penculikan ini dipastikan berlangsung dalam tiga tahap: Menjelang Pemilu
Mei 1997, dalam waktu dua bulan menjelang sidang MPR bulan Maret, sembilan di
antara mereka yang diculik selama periode kedua dilepas dari kurungan dan muncul
kembali. Beberapa di antara mereka berbicara secara terbuka mengenai pengalaman
mereka. Tapi tak satu pun dari mereka yang diculik pada periode pertama dan ketiga
muncul.
Kasus ini diselidiki oleh Komisi Nasional Hak Asasi Manusia berdasar UU No.
26/2000 Tentang Pengadilan HAM dan hasilnya telah diserahkan ke Jaksa Agung pada
2006. Tim penyelidik Komnas HAM untuk kasus penghilangan orang secara paksa ini
bekerja sejak 1 Oktober 2005 hingga 30 Oktober 2006.
Adapun jumlah korban atas penghilangan orang tersebut adalah 1 orang terbunuh, 11
orang disiksa, 12 orang dianiaya, 23 orang dihilangkan secara paksa, dan 19 orang
dirampas kemerdekaan fisiknya secara sewenang-wenang.
Abdul Hakim Garuda Nusantara (Ketua Komnas HAM pada 2006) meminta agar hasil
penyelidikan yang didapat dapat dilanjutkan oleh Kejaksaan Agung untuk membentuk
tim penyidik, karena telah didapat bukti permulaan yang cukup untuk menyimpulkan
terjadinya kejahatan terhadap kemanusiaan. Sementara itu, asisten tim ad hoc penyidik
peristiwa penghilangan orang secara paksa pada 1997-1998, Lamria, menyatakan ada
beberapa orang dari 13 aktivis yang masih dinyatakan hilang tersebut diketahui pernah
berada di Pos Komando Taktis (Poskotis) Kopassus yang terletak di Cijantung,
Jakarta.[17]
Komnas HAM menyimpulkan ada bukti permulaan pelanggaran HAM berat dalam
kasus penghilangan orang secara paksa selama 1997-1998. Kesimpulan ini didasarkan
penyelidikan dan kesaksian 58 korban dan warga masyarakat, 18 anggota dan
purnawirawan Polri, serta seorang purnawirawan TNI.
Pada 22 Desember 2006 Komnas HAM meminta DPR agar mendesak Presiden
mengerahkan dan memobilisasi semua aparat penegak hukum untuk menuntaskan
persoalan. Ketua DPR Agung Laksono pada 7 Februari 2007 juga meminta Presiden
Yudhoyono memerintahkan Jaksa Agung Abdul Rahman Saleh melakukan
penyelidikan dan penyidikan berdasarkan temuan Komnas HAM untuk menuntaskan
kasus penculikan 13 aktivis.
Download