Uploaded by User123926

REVIEW FILM THE FOUNDER AIB docx

advertisement
ANALISIS INFORMASI BISNIS
REVIEW FILM THE FOUNDER
“Proses Terbentuknya Kewirausahaan Berdasarkan Perspektif Fim The
Founder”
Dosen Pengajar :
Drs. Koko Sri Mulyo, M.Si
Ragil Tri Atmi, S.IIP., MA
Disusun Oleh:
Ayyun Naufal Fariqoini
071711633052
DEPARTEMEN ILMU INFORMASI DAN PERPUSTAKAAN
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS AIRLANGGA
2019
The Founder. Sebuah film yang membahas kisah dibalik berdirinya
restoran cepat saji ternama di dunia yakni McDonald. Jika melihat kesuksesannya
sekarang yang bahkan usaha frenchise ini hampir ada di setiap kota penjuru dunia,
tak terkecuali Surabaya. Kembali pada film The Founder ini mengungkapkan
awal mula Ray Kroc yang berusaha untuk menjual multi-mixer yang memiliki
lima adukan menjanjikan kecepatan dalam menyajikan minuman. Ia terus
berusaha untuk meyakinkan pemiliknya, namun ditolak. Beberapa kali mencoba
pada restoran berbeda namun hasilnya tetap saja, mereka menolaknya. Disamping
itu film ini juga menyorot pada lama waktu serving tiap restoran yang ramai
pengunjung, ditambah kesalahan penyajian pesanan yang membuat pelanggan –
yakni Ray Kroc– tak nyaman.
Suatu malam, Ray Kroc mendengarkan ceramah motivasi yang sangat
mempengaruhinya berisi tentang bagaimana ketekunan dapat mengubah hidup,
kecerdasaan tak kan dihargai jika tak ada kegigihan. Kutipan terakhir dari
motivasi tersebut yakni, “Penemuan terbesar dari generasiku adalah bahwa
manusia dapat mengubah hidup mereka dengan mengubah cara berpikir mereka.”
Kisah terus berjalan, hingga Ray mendapat kabar dari sekretarisnya bahwa
ada yang memesan 6 multi-mixer-nya, tak lain restoran tersebut adalah McDonald
restoran drive-in di San-Bernardino, California. Ray dengan ketidakpercayaannya
menelpon Dick dan Mac, dengan tergesa disela ramainya restoran –tersdengar
suara pesanan dari telepon– Mac memberikan alamatnya dan Ray pun berangkat.
Sesampainya di restoran, Ray kaget dengan sistem restoran yang dapat
menyajikan makanan dengan sangat cepat. Selama 30 detik bukan 30 menit,
dibungkus kertas dan dapat dibawa dengan nyaman kemanapun. Saat ia
menikmati burgernya, Mac tengah membersihkan sampah di sekitar restorannya.
Saling bertukar sapa lalu Mac mengajak Ray untuk berkeliling restorannya,
menjelaskan bagaimana sejarah, proses dan sistem dari restoran cepat saji dan
memuaskan itu berjalan. Berkenalan dengan Dick –adik Mac yang mengelola
restoran– dengan ketertarikan penuh mendengarkan cerita sambil makan malam.
Semalaman Ray berpikir, hingga paginya muncul di hadapan kakak beradik Dick
dan Mac dengan membawa ide waralaba bisnis dengan antusias. “Kami telah
mencobanya,” kata Dick setelah penjelasan panjang dari Ray, lalu menjelaskan
lima cabang restorannya yang tak berhasil –ada tiga di California Selatan, satu di
Sacramento dan Satu di Phoenix– karena satu masalah yakni, Quality Control.
Ray berpikir permasalahan yang dihadapi Mac dan Dick masih dapat
diatasi, namun mereka yang telah menjalani kegagalan berpikir bahwa tak lagi
ingin mengambil resiko. Ditengah diskusi tersebut, Ray melihat dan tertarik
dengan desain restoran McDonald buatan Dick yang dinamakan The Golden
Arches. Desain tersebut telah berhasil dibangun di salah satu cabang McDonald
yakni di Phoenix, maka keesokannya Ray berangkat untuk melihat restoran
tersebut. Dengan perasaan takjub, Ray pulang ke rumahnya dan menceritakan apa
yang dilihatnya pada istri tercinta. Sedikit cekcok terjadi, namun Ray tetap
memutuskan untuk terus meneruskan langkahnya. Ia kembali pada Mac dan Dick
dan mengajak mereka untuk mengembangkan waralaba untuk negaranya,
Amerika. Menjelaskan bahwa McDonald dapat menjadi seperti gereja yang
memberikan asupan bagi tubuh serta jiwa, dan buka seminggu penuh. Mac
meminta waktu untuk berdiskusi dengan Dick, diskusi yang alot namun akhirnya
mereka setuju untuk membuat kontrak dengan Ray.
Begitulah langkah awal dari Ray yang mengelola restoran waralaba
McDonald di berbagai daerah. Berbagai kesusahan dan rintangan yang
menghadang Ray, dari tak adanya investor yang membawa ia untuk
menggadaikan rumahnya. Pembangunan McDonald yang membawa sedikit
percikan dengan Dick terkait desain restoran dengan ruang bawah tanah, sponsor
dengan Coca-Cola yang juga tak disetujui Dick karena bertentangan dengan
ketidaktertariknya ia pada usaha komesial yang dianggapnya bodoh. Selang
beberapa lama, McDonald milik Ray berjalan lancar, dan singkat cerita ia mencari
dan terus mencari orang untuk ekspansi McDonald di berbagai daerah. Bertemu
dengan berbagi jenis orang, memperkerjakan dan membuka cabang baru dimanamana.
Meskipun
disaat-saat
tertentu
ia
menemukan
hambatan
karena
mempekerjakan orang yang salah –pada awalnya–, ialah mereka dikhawatirkan
dan yang pernah disebutkan Mac dengan Dick, orang yang tak mau bekerja keras,
tak memperhatikan kualitas dan terus menambah menu. Bahkan kebersihan
restorannya pun tidak diperhatikan. Akhirnya Ray memutuskan kontrak dengan
mereka dan mulai mencari orang-orang baru yang sesuai dengan kriteria
pengelola McDonald, dan berhasil.
Halangan tak berhenti disana, usaha Ray mulai menujukkan adanya defisit
pada pendapatannya. Kemudian ia ingin mendiskusikan ulang kontraknya dengan
Mac dan Dick, namun mereka menolaknya. Disisi lain, istri Ray marah besar
karena akhirnya tau kalau rumah mereka digadaikan untuk membiayai bisnis
McDonald-nya. Ray mencari solusi dari masa;ahnya tersebut dengan meminta
nasihat pada salah satu pemilik restoran yang ia kenal, istri kenalannya itu
menawarkan solusi bahwa ia harus menghemat biaya listrik dengan mengganti
milkshake manual dengan bubuk milkshake. Ray tertarik lalu mendiskusikannya
dengan Dick, dan tertolak.
Pertemuan dengan Harry Sonneborn-lah, yang akhirnya mengeluarkannya
dari masalah tersebut dengan memberikan saran berupa kontrak baru tentang
usaha waralabanya. Ray Kroc menyetujui saran tersebut dan mereka berdua mulai
menjalankan langkah-langkah bisnisnya, hingga Ray menjadi seorang CEO dari
usaha waralaba yang ia beri nama Franchise Realty Corporation. Mac dan Dick
mengetahuinya dan marah dengan penjelasan dari Ray yang menurut merek atelah
melanggar kontrak. Disisi lain, Ray terus mengupayakan pengembangan dan
akhirnya memutuskan untuk menggunakan milkshake bubuk yang pernah Dick
larang. Kakak beradik McDonald yang mendengarnya penuh emosi menelepon
Ray dan berbicara mengenai kontrak, namun Ray berkata kontrak itu ada untuk
dilanggar. Malam harinya, Ray juga meminta cerai pada istrinya. Segalanya
berjalan menuju klimaknya, dimana Ray terus memberontak pada Mac dan Dick.
Mac dengan penuh amarah berkata bahwa ide The Golden Arches dan sistem
cepat saji adalah milik mereka dan bukan Ray. Ray tak bisa menggunakan nama
McDonald seenaknya dengan membuat nama perusahaan sebagai McDonald’s
Corporation. Ia bertanya pada Ray apa yang telah disumbangkannya, ialah sebuah
konsep. Konsep bisnis yang membawa kemenangan. Dengan penjelasan rasional
menurut Ray dan tidak rasional menurut Mac menyebabkan Mac masuk rumah
sakit. Ray menjenguknya dan memberikan cek kosong untuk mereka, meminta
untuk mereka menjual McDonald. Ia mengeluarkan kontrak baru yang
menyatakan Ray membeli hak dagang McDonald dan lalu ia berhasil dengan
kesepakatan sebesar 2,7 miliar. Dengan kesepakatan tersebut, perusahaan telah
berpindah tangan dari Mac dan Dick kepada Ray serta mereka tak lagi bisa
menggunakan
nama
McDonald
meskipun
mereka
adalah
orang
yang
memebangun McDonald sejak awal.
Dari cerita film perjalanan Ray Kroc dengan McDonaldnya ini, dapat
dilihat bahwa proses terbentuknya sebuah usaha yakni dengan mulai dari bawah.
Rintangan apapun yang menghadang seorang pengusaha harus terus menghadapi
dan menyelesaikannya. Ketekunan, kegigihan serta kepercayaannya pada peluang
membuatnya tak gentar akan resiko. Dari yang awalnya tak dipercaya oleh
investor karena kegagalannya dalam usaha yang pernah dilakukannya dulu,
hingga akhirnya ia nekat untuk menggadaikan rumah guna memulai bisnisnya.
Bisnis waralaba. Kemampuan networking-nya juga salah satu faktor yang
menentukan keberhasilan seorang Ray dalam wirausaha. Ia pernah bekerja sama
dengan orang yang tak kompeten, namun berani untuk memutusnya dengan
pertimbangan masa depan usahanya –meskipun itu temannya–. Mencari dan terus
mencari orang yang tepat sesuai dengan standar yang menurutnya cocok. Dalam
penentuan standar inilah tidak semua orang bisa menentukan mana orang yang
cocok dan mana yang tidak. Serta keberuntungannya disertai kegigihannya-lah
yang akhirnya dapat mengeluarkannya dari masalah yang hampir saja bisa
meruntuhkannya, yakni tentang kerugian yang dialaminya.
Dengan bertemu Harry Sonneborn, ia membentuk strategi bisnis dan langkahlangkah yang tepat serta kontrak baru tentang waralaba. Sehingga membawanya
pada keuntungan dimuka, modal yang dapat digunakan untuk ekspansi, dan
keuntungan lainnya seperti yang disebutkan oleh Harry dalam film ini.
Perjalanan bisnis membawanya pada ide-ide baru untuk McDonald seperti
bubuk milkshake yang dapat menghemat biaya listrik. Berbeda dengan Dick dan
Mac yang mempunyai folosofis mendalam tenatng restoran ide keluarga
McDonald, Ray memiliki pikiran yang terbuka akan perubahan selama itu tak
menurunkan kualitas dan dapat membawa keuntungan. Di akhir cerita, Ray
berkata bahwa kunci dari seorang pebisnis adalah ketekunan.
Download