It : . ;.'.-l Tungau Fitofag dan Kelimpahan Populasinya Pada Pertanaman Kopi Di , Kebun Bangelan-PTPN Xll '.' .! Retno Dyah Puspitarinidan Riyanti Nareswari Fakultas Pertanian, Universitas Brawijaya, Jl. Veteran Malang 65145 Tilp. (03a1) 575843 email: [email protected] Abstrak Di lndonesia penelitian tentang tungau fitofag dan musuh alaminya pada tanaman kopi belum banyak dilaporkan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui jenis tungau fitofag dan tungau predator, kelimpahan populasi, persentase daun kopi yang dihuni, preferensi bagian permukaan daun yang disukai dan struktur populasi tungau. Penelitian dilaksanakan di dua afdeling pada bulan Agustus sampai Oktober 20A7.Pada setiap afdeling ditetapkan 80 tanaman contoh secara acak. Setiap tanaman contoh ditentukan empat lembar daun kopi sebagai contoh secara acak.Pengambilan daun contoh dilakukan setiap minggu dan penghitungan populasi dan identifikasi setiap spesies tungau dilakukan di laboratorium Entomologi FP-UB. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ditemukan tiga spesies tungau fitofag yaitu Brevipalpus phoenicis Geijskes (Tenuipalpidae), Oligonychus coffeae (Neitn.) (Tetranychidae), Panonychus citi iMc.Gregor) (Tetranychidae) serta tungau predator Amblyseius sp. (Phytoseiidae). Rerata kelimpahan populasi tertinggi adalah B. phoenicis (7,48 ekor per daun) disusul oleh O. caffeae (5,33 ekor per daun) dan P. citri (2,37 ekor per daun), sedangkan Amblyseius sp. adalah 0, 68 ekor per daun. Hampir semua daun contoh dihuni oleh tungau fitofag (95%). Sebanyak 18 % daun dihuni hanya oleh B. phoenicis,l6 % daun oleh B.phoenicis dan O. coffeae, 19 % oleh B. phoenicis dan P. citri serla 41 % daun dihuni oleh ketiga spesies tungau itu. Sekitar 80% populasitungau fitofag menempati permukaan atas daun, sedangkan Ambtyseius sp.hanya 1To/o menyenangi permukaan atas daun. Struktur populasi tungau fitofag didominasi oleh fase telur, Sebaliknya populasi Amblyseius sp. didominasi fase imago. Tungau B. pboenicis merupakan tungau yang dominan di pertanaman kopi Kata kunci: Kelimpahan, kopi, tungau fitofag, tungau predator PENDAHULUAN Kopi merupakan salah satu komoditi pertanian yang menunjang perekonomian masyarakat dan sumber devisa negara. Salah satu masalah yang dihadapi dalam peningkatan kualitas dan kuantitas produksi kopi adalah adanya organisme pengganggu tumbuhan (Anonymous, 2000). Kopi termasuk tanaman yang disenangi banyak hama. Kerugian akibat serangan hama dan penyakit tumbuhan selalu dihadapi oleh para petani dan produsen pertanian lainnya. Kalshoven (1981) menyebutkan Oligoycus coffeae (Nietn.) (Tetranychidae) sebagai hama kopi dari golongan tungau. Hama ini merupakan hama minor di lndonesia. , Sekitar tahun 1992, tungau merah jeruk Panonychus citri (Mc.Gregor) (Tetranychidae) diperkirakan masuk ke lndonesia dan menimbulkan masalah pada tanaman jeruk di daerah Malang (Sosromarsono 1997). Tungau ini menghisap cairan daun, buah dan kadang-kadang ranting yang masih hijau menyebabkan timbulnya bercak-bercak pucat atau keperakan pada daun dan buah. Kerusakan daun yang parah dapat menghambat proses fotosintesis menyebabkan daun gugur, menurunkan vigor tanaman dan menurunkan kualitas dan kuantitas buah sehingga tidak laku bila dipasarka (Davidson dan Peairs 1975). Hama ini tampaknya merupakan hama eksotik karena Kalshoven (1979) tidak menyebutnya sebagai hama tanaman pertanian lndonesia. Pada tahun 2002 penulis pertama menemukan P. citri menyerang tanaman apel di daerah Malang. Di belahan dunia lain, tidak pernah diberitakan bahwa P. ct'fn menyerang tanaman apel. Sedangkan spesies yang menyerang tanaman apel di negeri lain adalah P' utmi.Dengan demikian P. citi di lndonesia menemukan inang baru yaitu tanaman apel dan populasinya adalah paling tinggi diantara populasi tungau fitofag lainnya (Widyana 2008). Tampaknya P. citi yang menyerang tanaman apel berasal dari P.citri yang ada pada tanaman jeruk. Adanya pertanaman kopi yang cukup luas di daerah Malang bisa menjadi inang P.citri, meskipun di berbagai pustaka belum pernah dilaporkan P. citri merupakan hama pada tanaman kopi. Karena itu penelitian tungau fitofag dan musuh alaminya pada tanaman kopi diperlukan selain untuk mengetahui tingkat populasi P. citri juga untuk mengamati jenis dan tingkat populasi tungau fitofag lainnya dan musuh alaminya. Diharapkan penelitian ini bisa menjadi dasar pengembangan pengendalian hama-hama dari golongan tungau pada tanaman kopi. METODE PENELITIAN di perkebunan kopi milik PTPN Xll di Kebun Bangelan, Kabupaten Malang dan di Laboratorium Entomologi Jurusan Hama dan Penyakit Penelitian dilakukan Tumbuhan Universitas Brawijaya. Penelitian lapangan dilakukan pada bulan Agustus sampai dengan bulan Oktober 2AQT dan penelitian di laboratorium berlangsung selama dua bulan setelah penelitian lapangan. Kebun Bangelan terletak diwilayah Desa Bangelan, Kecamatan Wonosari, Kabupaten Malang. Kebun Bangelan terdiri dari 2 afdeling yaitu Afdeling Besaran dan Afdeling Kampung Baru. Ketinggian Kebun Bangelan dari permukaan laut adalah 450-680 meter. Hanya terdapat satu jenis tanaman kopi yaitu kopi Robusta dengan beragam klon. Klon yang diamati yaitu BGN 371 dan BP 358. Luas kebun Bangelan adalah 883.20 Ha. Luas lahan yang ditanami tanaman kopi adalah 415.96 Ha dengan populasi pohon kopi 2 sebanyak 5A4J40 pohon atau rata-rata populasi 1.213 pohon/Ha. Penanaman kopi di Afdeling Besaran dilakukan secara monokultur. Sedangkan penanaman kopi di Afdeling Kampung Baru dilakukan secara tumpang sari yaitu seluas 11.30 Ha ditanamanijagung. Pada blok tersebut penanaman jagung dilakukan untuk memutuskan siklus hidup nematoda dan juga untuk memanfaatkan lahan yang tidak produktif sebagai hasil samping bagi Kebun Bangelan. Sebelum nematoda menyerang tanaman penanaman kopidilakukan se€ra monokultur seperti pada Afdeling Besaran. kopi, Tanaman kopi di Kebun Bangelan dibudidayakan secara intensif untuk tujuan komersil. Penyiangan gulma, pemupukan, pemangkasan dilakukan secara terjadwal Aplikasi pestisida tidak dilakukan karena serangan hama dan penyakit tidak menurunkan produksi dan tidak menyebabkan kerugian. Penyiangan gulma dilakukan secara manual maupun kimiawi, Pemangkasan halus dan kasar dilakukan secara terjadwal. Pemupukan pada tanaman kopi di Kebun Bangelan pada tahun 2AA7 dilakukan dua kali dalam waktu satu tahun. Pemupukan dilakukan pada awal tahun dan akhir tahun atau awal musim hujan. Namun pemupukan yang terealisasi hanya satu kali yaitu pada bulan Maret dan April 2OOV. Sedangkan pemupukan yang kedua sampai akhir penelitian tidak dilakukan, karena masih musim kemarau. Di Kebun Bangelan selain tanaman kopijuga di tanam tanaman lamtoro, yang berfungsi sebagai penaung tanaman kopi. Tanaman lamtoro termasuk ke dalam golongan Leguminocae yang dapat mengikat nitrogen dari dalam tanah, dan berfungsi menurunkan suhu tanah. Dari fungsi tersebut tanaman lamtoro dapat membantu memperbaiki mikroklimat yang sesuai untuk pertumbuhan dan perkembangan tanaman kopi. Perlakuan budidaya pada tanaman kopi di Kebun Bangelan, disajikan pada Tabel 1 dibawah ini. Tabel 1. Perlakuan Budidaya pada Tanaman Kopi Afdeling Perlakuan Besaran Urea KCL Rock Phospat Aplikasi Pestisida Herbisida Pemangkasan Penyiangan Pengairan Perompesan Pola tanam Penauno : - Keterangan Kampung Baru 1x 1x 1x 1x 1x 1x 12x ierjadwal terjadwal 12x terjadwal terjadwal terjadwal monokultur terjadwal tumpang sari lamtoro lamtoro = tidak mendapat perlakuan Pengambilan daun contoh dilakukan pada ke 2 afdeling. Setiap afdeling terdiri dari 12 blok kemudian ditentukan 4 blok contoh secara acak. Pada blok yang terpilih ditentukan 20 tanaman contoh secara acak diagonal. Dengan demikian terdapat 80 tanaman contoh pada setiap afdeling. Lokasi tanaman yang dipilih berada ditengah kebun untuk mendapatkan kondisi yang relatif homogen dan dengan lahan yang tidak curam. Studi kelimpahan populasi hama tungau dan musuh alaminya dilakukan pada kedua afdeling. Dari setiap pohon diambil empat daun contoh. Daun contoh diambil secara acak dengan menggunakan gunting. Setiap daun contoh ditempatkan dalam satu kantung plastik yang telah diberi label penanda. Kemudian kantung plastik dimasukkan dalam kotak pendingin (cool box) untuk menjaga tungau tidak berpindah tempat atau hilang. Sebelum dilakukan pengamatan tungau pada daun contoh, daun contoh disimpan dalam lemari pendingin di Laboratorium Entomologi. Pengambilan daun contoh dilakukan 1 minggu sekali dari bulan Agustus sampai dengan bulan Oktober 2A07. Penghitungan populasi tungau dilakukan pada permukaan atas daun dan permukaan bawah daun. Pengamatan tungau pada daun contoh dilakukan di bawah mikroskop binokuler dan dihitung kelimpahan populasi telur, larva, nimfa dan imago jantan dan betina. Persentase daun contoh yang dihuni oleh tungau hama dan tungau predator juga dicatat dan dihitung. Data kelimpahan populasi tungau pada tanaman kopi pada Afdeling Besaran dan Afdeling Kampung Baru yang diperoleh diuji dengan ujit 5%. Untuk keperluan identifikasi, tungau yang ditemukan pada daun contoh diambil dengan menggunakan kuas dan dibuat preparat dengan media larutan Hoyer. Preparat tungau kemudian diamati di bawah mikroskop stereo untuk ditentukan spesiesnya dengan panduan buku identifikasitungau Zhang (2003). Jenis Tungau Yang Terdapat Di Kebun Bangelan dan Karakteristik Populasinya Jenis Tungau. Tungau fitifag yang ditemukan pada tanaman kopi yaitu Brevipatpus phoenicis Geijskes (Tenuipalpidae), Panonychus crtri (Mc.GregoQ (Tetranychidae), dan Oligonychus coffeae (Nietn.) iTetranychidae). Selain ditemukan tungau fitofag juga ditemukan tungau predator Phytoseiidae yaitu Amblyseius sp.. serangannya itu sampai saat ini bukan merupakan hama utama karena tidak menimbulkan kerusakan secara ekonomi pada tanaman kopi. B. B. phoenicis. dan O. coffeae merupakan tungau hama yang ditemukan pada Tungau-tungau fitofag obovatus, tanaman kopi di lndia, tetapi keberadaan tungau tersebut bukan merupakan hama yang serius (Nair, 1970). Karakteristik Populasi Tungau Kelimpahan populasi. Rata-rata populasi tungau fitofag dan tungau predator yang ditemukan pada Afdeling Besaran dan Afdeling Kampung Baru disajikan pada Tabel 2. Tabel2. Rata-Rata Kelimpahan PopulasiTungau Fitofag dan Tungau Predator per Daun Kopi Spesies Brevipalpus phoenicis Oligonychus coffeae Panonychus citi Amblyseius sp. (Predator) Afdeling Besaran 10,92 3,91 1,93 0,81 Afdeling Kampung Baru 4.04 6,75 2,82 0,53 Secara statistik kelimpahan populasi tungau fitofag pada kedua afdeling adalah sama (Tabbel 2). Namun rata-rata kelimpahan populasi tungau predator Amblyseius sp. pada tanaman kopi lebih tinggi (0.81 ekor per daun) secara nyata pada Afdeling Besaran dibandingkan kelimpahan populasi di Afdeling Kampung Baru (0.53 ekor per daun). B. phoenicis merupakan tungau yang paling tinggi populasinya dibandingkan tungau fitofag lainnya. Tingkat populasi P. citri adalah yang terendah. Dengan demikian P. citri yang merupakan hama eksotik, bukan merupakan hama utama pada kopi. Bahkan A. coffeae yang di negeri lain merupakan hama utama, namun tidak demikian pada penelitian ini. Persentase Daun Kopi yang Dihuni oleh Tungau Fitofag. Kelimpahan populasi tungau B. phaenicis selain mendominasi populasi tungau fitofag lainnya juga sebagian daun kopi hanya diserang oleh tungau itu (Tabel 3). Tampaknya hal ini merupakan kemampuan B. phoenlcis untuk menggeser populasi O. coffeae dan P. citri karena sebagian daun kopi lainnya dihuni secara bersama oleh ketiga tungau itu. Iabel 3. Persentase Daun Kopi pada Afdeling Besaran dan Afdeling Kampung Baru yang Dihunioleh Tungau Fitofag Afdeling Besaran Spesies 2. B. phoenicis B. phoenicis + O. coffeae 3. B. phoenicis + P. citri 4. B. phoenicis +O. coffeae + P. citri 1. 25.31 13.75 : 04,69 b) a8.12 (05,62a: 02.50c) (09,60a Keterangan : a'. B. phoenicis 42.81 (24.69a : 16.56b: 1 1.56c) b : O. coffeae c: Afdeling Kampung BarL 10.94 18.44 (13.44a: 05.00b) 31.25 {21.56a: 09.69b) 39.37 (2A.62a : 11.87b: 06.88c) P. citri o/o dihuni oleh ketiga spesies tungau fitofag Sebagian besar daun kopi yaitu sebanyak 96 dan setiap daun selalu terdapat populasi B. phoenicis. Pada daun yang dihuni oleh ke tiga spesies itu, populasi B. phoenicis adalah tertinggi. Hal ini perlu diwaspadai, khususnya bila kondisi lingkungan mendukung perkembangn populasi B. phoenicis, tidak menutup kemungkinan populasi tungau itu bisa meningkat dan bahkan mungkin bisa a. coffeae dan P. citri. Di tanaman jeruk dan tanaman apel juga populasi B. phoenicis yang hidup bersama spesies tungau yang lain namun menggeser populasi ditemukan dengan populasi yang tidak dominan (Puspitarini, 2005 dan Widyana 2008). Preferensi pada permukaan daun. Karena larva, nimfa, dan imago aktif bergerak, maka preferensi tungau fitofag B. phoenicis, a. coffeae, P. citri dan tungau predator Arnblyseius sp. pada permukaan daun hanya didasarkan pada banyaknya telur yang diletakkan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa telur tungau dapat dijumpai di kedua bagian permukaan daun. (Gambar 1). Pada tungau fitofag, telur tungau lebih banyak terdapat di permukaan daun bagian atas. van de Vrie et al. (1972) menyatakan P. cifn menempati kedua permukaan daun daritanaman yang diserangnya. Di lsrael hampir 80 % populasi P. clfn terdapat di permukaan atas daun. Tetranychid berperilaku fototaksis posistif terhadap cahaya, karena permukaan atas daun tanaman mendapatkan cahaya lebih banyak daripada permukaan bawah daun, karena itu populasinya lebih banyak di atas permukaan daun. Perilaku demikian sangat menunjang pemencaran TMJ, karena mereka lebih mudah terbawa angin, sehingga memungkinkan berpindah tempat secara pasif namun menguntungkan, karena memberi peluang mendapatkan sumber pakan baru. E Permukaan Atas G 100 d 6 J1 5 ^o ar. F o o 81.93 83 80 70 li [..,....rl'.. [,:''lll.ll 60 lr 50 40 30 -d) 91 .43 89. 90 A El Permukaan Baraah t 6.46 2A to.7 iTlTl 10 ;itii:;il o B. phoenicis l I O. coffeae Jenis Gambar 1. li lr 8.07 t?'?I * rrli iiri,iiil l-,--=11 P. citri Amblyseius sp. Tunpu Preferensi Tungau pada Permukaan daun di Afdeling Besaran dan Afdeling Kampung Baru khususnya bila kondisi tanaman tidak sesuai lagi sebagai sumber pakan (Swirski ef al. 19SG). Puspitarini (2005), yang meneliti P. cifn di tiga lokasi pertanaman jeruk (Perkebunan Jeruk di Cibeureum dan Situ Tengah, Bogor, serta Kebun Pala, Cianjur) menemukan bahwa P.citri lebih menyukai permukaan atas dibandingkan permukaan bawah. Demikian juga hasil penelitian Widyana (2008) pada tanaman apel. Pada penelitian ini telur predator Ambtyseius sp. lebih banyak diletakkan di permukaan daun bagian bawah. Widyana (2008), menemukan telur tungau predator Amblyseius sp. lebih banyak pada bagian bawah permukaan daun apel. Struktur populasi. Stadia tungau yang ditemukan di tanaman kopi pada Afdeling Besaran dan Afdeling Kampung Baru terdiri dari telur, larva, nimfa, imago jantan dan imago betina. Struktur populasi tungau Tenuipalpidae dan Tetranychidae di Afdeling Besaran dan Kampung Baru disajikan pada Gambar 2. Dari Gambar 2 terlihat bahwa fase telur adalah yang paling banyak jumlahnya, disusul oleh fase nimfa, betina dan jantan. Secara umum fase tungau tenuipalpid dan tetranychid yang paling banyak ditemukan adalah telur. Demikian juga penelitian Widyana (2008), bahwa stadia tungau tetranychid di tanaman apel didominasi oleh fase telur. Lebih banyaknya fase telur yang ditetakkan karena telur merupakan stadia yang tahan terhadap kondisi lingkungan yang tidak mendukung bagi perkembangan hidupnya. Jeppson {1963), menyatakan bahwa fase telur adalah fase yang paling tahan terhadap kondisi cuaca yang panas dan kering. Tingginya jumlah telur yang diletakkan E Telur [] Nimfa tr Jantan tr Betina 80 ,^7A 61.38 \o =60 b0 cS J F -- 9+o E 63 L =30 o?n 13.8312 6314.79 H o- 10 0 Brevipalpus phoenicis Oligonychus coffeae citri Panon Panonychus Jenis Tungau Gambar 2. Struktur PopulasiTungau Fitofag diAfdeling Besaran dan AfdelingKampung Baru kemungkinan juga untuk menghadapi banyaknya telur yang dimangsa predator (Huffaker et at. 1969).Hasil penelitian Puspitarini (2005) di laboratorium menunjukkan bahwa predator Amblyseius tongispinosus Evans (Phytoseiidae) lebih menyukai memangsa telur P. crtri bila dibandingkan fase lainnya. Fase Amblyselus sp. yang ditemukan yaitu telur, larva, nimfa, jantan dan betina. Dari Gambar 2. terlihat bahwa fase yang paling tinggi adalah dewasa betina. Demikian juga pada tanaman jeruk dan apel (Puspitarini 2005 dan Widiyana 2008)^ Banyaknya fase dewasa betina, karena siklus hidup tungau itu relatif singkat yaitu sekitar 4 hari dan lama hidup imago dewasa betina yang relatih panjang, dengan demikian dalam waktu yang singkat telur telah menjadi dewasa. Lebih lagi populasi genus Amblyseius lebih bias betina sehingga poputasinya lebih banyak betina (McMurtry dan Croft 1997, Puspitarini 2005). KESIMPULAN i. Tungau fitofag yang ditemukan pada Kebun Kopi Bangelan yaitu Brevipalpus phoenicis (Tenuipalpldae), Otigonychus coffeae dan Panonychus cifn (Tetranychidae). Sedangkan musuh alaminya adalah tungau predator Amblyseius sp. (Phytoseiidae). Tingkat populasi B. phoenicis adalah yang terTinggi disusul O. coffeae dan yang terendah adalah P. citri. 2. Sekitar 95 % daun kopi dihuni oleh tungau fitofag. Pada sebagian daun kopi hanya dihuni oleh B. phoenicis, sedangkan sebagian daun kopi lainnya dihuni secara bersama antara B. phoenicis. O. eoffeae, dan P.citri ^ 3. Tungau tetranychid dan tenuipalpid lebih menyukai permukaan daun bagian atas, sedangkan tungau predator phytoseiid lebih memilih permukaan daun bagian bawah. Fase tenuipalpid dan tetranychid yang paling banyak adalah telur, sedangkan phytoseiid adalah dewasa betina. DAFTAR PUSTAKA Anonymous. 2000. Hama Penyakit Kopi Dan Musuh Alaminya. Bagian Proyek IPM -SEC. Jawa timur. Hal l-2. Davidson RH, Peairs LM. 1975. lnsect pests of farm, garden, and orchad. Sixth edition. John Willey dan Sons lnc. Huffaker, C.B, M. van de Vrie, J.A McMrtry. 1969. The Ecology of Tetranychid Mites and Their Natural Control. Ann Rev Entomol 14: 125-174. Jeppson, L.R. 1963. lnterrelationships of Weather and Acaricides with Citrus Mite lnfestations. Di dalam Naegele J A, editor. Advances in Acarology. Vol l^ lthaca New York: Comstock Publishing Associates. Hlm 9-13.. Kalshoven, L.G.E. 1981. The Pests of Crops in lndonesia. Rev. by PA van der Laan. PT. lchtiar Baru-Van Hoeve, Jakarta. McMurtry JA, Crofi BA. 1997. Life-style of phytoseiid mites and their roles in biological control. Ann Rev Entomol 42:291-321. Nair, M.R.G.K. 197A. lnsects and Mites of Crops ln lndia. lndian Council of Agricultrure Research. New Delhi. Hal 304-331. Puspitarini, R.D. 2005. Biologi dan Ekologi Tungau Merah Jeruk, Panonychus citi (McGregor) (Acari: Tetranychidae). Disertasi. Sekolah Pasca Sarjana. lPB. Bogor. Sosromarsono, S. 1997. Komunikasi Singkat : Tungau Merah Jeruk, Panonychus citri (McGregor) : pendatang baru di Indonesia. Swirski E, Gokkes M, Amitai S. 1986. Phenology and natural enemies of citrus red mite Panonychus citri(McGrego$ in lsrael. lsrael J Entomol20:37-44. Widiyana, A. 2008. Kelimpahan Populasi Tungau Hama Dan Musuh Alaminya pada Tanaman Apel di Poncokusumo Malang. Skripsi. Jur HPT, Fakultas Pertanian, Universitas Brawijaya. Malang. Zhang, Z.Q. 2003. Mites of greenhouses . Identification, Biology and Control. CAB lnternational Publishing Wallingford Oxon. United States of America.