hubungan asupan vitamin b6 dan kalsium dengan kejadian sindrom

advertisement
THE 5TH URECOL PROCEEDING
18 February 2017
UAD, Yogyakarta
HUBUNGAN ASUPAN VITAMIN B6 DAN KALSIUM DENGAN KEJADIAN
SINDROM PREMENSTRUASI PADA SISWI DI SMA N COLOMADU
Elida Soviana1, Aprina Ria Putri2
Fakultas Ilmu Kesehatan, Universitas Muhammadiyah Surakarta
email: [email protected]
2
Rumah Sakit Kasih Ibu Surakarta
email: [email protected]
1
Abstrak
Premenstruasi sindrom merupakan kumpulan gejala fisik, psikologis dan emosi yang biasanya
terjadi selama 6-10 hari sebelum menstruasi. Gejala yang ditimbulkan seperti nyeri pada
payudara,depresi dan kram perut. Sindrom premesntruasi terjadi karena ketidakseimbangan
antara hormone estrogen dan progesterone, dimana hormone estrogen mengalami peningkatan.
Premestruasi pada remaja purei dapat mengganggu aktivitas dan konsentrasi belajar. Survey
pendahuluan di SMA N Colomadu sebanyak 39 (72,3%) siswi mengelami PMS, 46.7% supan
vitamin B6 tergolong kurang dan 42% asupan kalsium tergolong kurang. Tujuan pnelitian ini
adalah untuk mengetahui hubungan antara asupan vitamin B6 dan kalsium dengan kejadian
sindrom premestruasi pada siswi di SMA N Colomadu. Metode penelitian menggunakan
rancangan penelitian crossectional dengan jumlah sampel 52 siswi diperoleh secara propotional
random sampling. Data asupan vitamin B6 dan kalsium diperoleh dengan metode food
frequency semi quantitative, data PMS dengan menggunakan buku harian. Data dianalisis
dengan menggunakan uji Rank Spearman dan Pearson Product Moment. Hasil penelitian
menunjukkan sebanyak 34.6% siswi mengalami PMS tingkat sedang. Asupan vitamin B6 sudah
lebih dari AKG yaitu 67.3% dengan rata-rata yaitu 1.26g dan sebanyak 71.2% asupan kalsium
masih kurang dari AKG dengan rata-rata 1012g. Terdapat hubungan antara asupan vitamin B6
dengan kejadian sindrom premestruasi (p=0.002) dan kalsium dengan sindrom premestruasi
(p=0.004).
Kata Kunci: Asupan vitamin B6, kalsium, sindrom premestruasi.
1. PENDAHULUAN
Pada fase remaja ditandai dengan
perkembangan fisik, mental dan emosional.
Selain itu, pada periode ini terjadi pematangan
reproduksi yang ditandai dengan terjadinya
menstruasi (menarche). Gejala yang dapat
timbul pada saat menjelang mesntruasi adalah
rasa yang tidak nyaman pada daerah perut
sampai ketidakstabilan emosi. Hal ini terjadi
selama 6-10 hari sebelum menstruasi dan akan
hilang ketika menstruasi telah dimulai,
Kondisi ini dikenal dengan premenstrual
syndrome (PMS) atau sindrom premenstruasi
(Ramadhani, 2012).
Sindrom premenstruasi ini pertama kali
diperkenalkan oleh Frank pada tahun 1931,
dimana Frank mengatakan bahwa terdapat
lebih dari 150 gejala yang menyertai sindrom
ini (Tenkir, 2002). Diperkirakan sebanyak
85% sampai 90 % wanita usia subur
mengalami gejala fisik sebelum menstruasi
untuk gejala ringan yang dialami sebagian
perempuan yaitu 8% sampai 20%.
Remaja putri yang sering mengalami
sindrom premenstrusi dapat menyebabkan
terganggunya aktivitas sehari-hari dan
konsentrasi belajar. Karena gejala yang terjadi
pada PMS antaralain nyeri pada payudara,
depresi dan kram perut (Tambing, 2012).
Sindrom premenstruasi terjadi akibat
perubahan hormonal yang terjadi sebelum
menstruasi berlangsung, selain itu faktor gaya
hidup seperti asupan gizi mikronutrien juga
dapat mempengaruhi (Ramadani, 2012), zat
gizi
yang
banyak
diteliti
karena
keterkaitannya dengan sindrom premenstruasi
adalah vitamin B6 dan kalsium. Wanita yang
mengalami sindrom pramenstruasi terjadi
1588
THE 5TH URECOL PROCEEDING
18 February 2017
ketidakseimbangan antara hormon estrogen
dan progesteron, dimana hormon estrogen
mengalami peningkatan (Khomsan, 2007).
Kadar esterogen yang meningkat akan
menganggu proses kimia tubuh termasuk
vitamin B6. Vitamin B6 dikenal sebagai
vitamin antidepresan karena berfungsi
mengontrol produksi serotonin yang penting
dalam mengendalikan perasaan seseorang.
Kadar serotonin berhubungan dengan kadar
estrogen, terjadinya fluktuasi estrogen saat
mengalami sindrom premenstruasi akan
menurunkan kadar serotonin (Khomsan,
2007). Hal ini sejalan dengan pendapat
Arisman (2008) yang mengemukakan bahwa
perbaikan kadar vitamin B6 terbukti
meringankan gejala sindrom pre menstruasi.
Kebutuhan yang dianjurkan untuk Vitamin B6
untuk remaja sesuai dengan AKG 2013
sebanyak 1,2 mg. Sumber vitamin B6 paling
banyak terdapat dalam hati, kacang-kacangan,
kentang dan pisang (Almatsier, 2004).
Berdasarkan
hasil
penelitian
yang
dilakukan oleh Jacobs (2002) dan Bedoya
(2011), Zat Gizi Mikro seperti kalsium
mempunyai peran yaitu meringankan gejala
sindrom premenstruasi, penelitian klinis
membuktikan bahwa suplementasi kalsium
dapat membantu mengurangi gangguan psikis
dan fisik yang diakibatkan oleh sindrom
premenstruasi. Pemberian kalsium murni
terbukti secara signifikan menghasilkan 50%
pengurangan gejala sindrom premenstruasi.
Asupan tinggi kalsium dengan jumlah 1336
mg/hari dapat memperbaiki gejala sindrom
premenstruasi yaitu gangguan mood, perilaku
dan nyeri selama menstruasi.
Menurut Linder dalam Devi, dkk (2010)
apabila terjadi defisiensi mineral kalsium pada
fase luteal akan mengakibatkan iritabilitas
neuromuskuler sehingga dapat meningkatkan
keluhan sindrom premenstruasi. Menurut
Arisman (2008) kebutuhan kalsium yang
dianjurkan sebesar 800 mg (praremaja)1200mg (remaja) dan untuk sumber kalsium
yang baik meliputi susu dan hasil olahan susu
seperti keju, serealia, kacang-kacangan, tahu,
tempe, sayuran hijau dan ikan yang dimakan
dengan tulang seperti ikan kering.
Faktor yang mempengaruhi kejadian
sindrom premestruasi selain zat gizi mikro
UAD, Yogyakarta
yaitu aktifitas fisik juga dapat mempengaruhi
kejadian sindrom premenstruasi. Penelitian
yang dilakukan Tambing (2012) menyebutkan
bahwa defisiensi endorfin dalam tubuh dapat
mengakibatkan
sindrom
premenstruasi,
namun dengan aktivitas fisik yang tinggi
dapat merangsang hormon endorfin keluar
dan menimbulkan perasaan tenang saat
sindrom premenstruasi terjadi. Hal ini
membuktikan bahwa aktifitas fisik yang tinggi
dapat menurunkan resiko terjadinya sindrom
premenstruasi.
Hasil survey pendahuluan yang dilakukan
di SMA N Colomadu terhadap 54 siswi,
peneliti mendapatkan hasil bahwa sebanyak
39 (72,3%) siswi mengalami gejala sindrom
premenstruasi. Gejala yang dirasakan meliputi
nyeri payudara, nyeri punggang dan sakit
perut. Terdapat 46.7% Asupan vitamin B6
tergolong kurang dan 42% asupan kalsium
tergolong kurang.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk
mengetahui hubungan antara asupan vitamin
B6, kalsium dan aktifitas fisik terhadap
kejadian sindrom premenstruasi pada siswi di
SMA N Colomadu.
2. KAJIAN LITERATUR DAN
PENGEMBANGAN HIPOTESIS
Sindrom premenstruasi terjadi pada saat
fase luteal, pada fase ini akan terjadi
keketidakseimbangan
antara
hormon
esterogen dan pogesteron, dimana esterogen
akan
menekan
progesterone
yang
menyebabkan gejala-gejala fisik. Vitamin B6
atau Piridoksin mempunyai peran dalam
biosintesis neurotransmitter dan steroid. Salah
satu contohnya biosintesis steroid adalah
serotonin. Serotonin berperan penting pada
kejadian sindrom pramenstruasi. Saat kadar
piridoksin rendah dalam darah, maka
biosinteis serotonin akan terganggu, sehingga
memicu timbulnya ovulasi terlalu awal dan
terjadi pergantian pola estrogen dan
progesterone (Saryono, 2009).
Menurut khomsan (2007) serotonin
memiliki pengaruh dalam mempengaruhi
perasaan seseorang dimana vitamin B6 ini
berperan sebagai koenzim dan metabolisme
protein termasuk didalamnya asam amino
triptofan yang berkaitan dengan serotonin
1589
THE 5TH URECOL PROCEEDING
18 February 2017
selanjutnya serotonin disintesis dari asam
amino triptofan dengan bantuan vitamin B6,
berdasarkan hal ini maka diperlukan asupan
vitamin B6 yang cukup untuk mengurangi
perasaan emosional yang merupakan gejala
terjadinya sindrom premenstruasi.
Hasil
penelitian yang dilakukan oleh Anityo (2009)
Pemberian vitamin B6 menunjukkan pengaruh
yang signifikan terhadap turunnya gejala
psikologis sindrom premenstruasi.
Kalsium merupakan salah satu mineral
yang berperan dalam meringankan PMS.
Menurut Linder dalam Devi, dkk (2010)
apabila terjadi defisiensi mineral kalsium pada
fase luteal akan mengakibatkan iritabilitas
neuromuskuler (kekejangan dan kontraksiurat
daging yang tak terkendali) sehingga dapat
meningkatkan
keluhan
sindrom
premenstruasi. Hal lain yang perlu
diperhatikan, defisiensi kalsium dapat
menyebabkan rendahnya sekresi esterogen
dari tubuh. Tingginya hormon esterogen akan
menyebabkan retensi cairan dalam tubuh yang
menyebabkan pembengkaan. Menurut laporan
archives of internal medicine, diet kaya
kalsium dapat menekan resiko terkena PMS
sampai 40%. Peningkatan asupan kalsium
mempengaruhi kadar hormone esterogen
selama menstruasi (Soekantri dan Harahap,
2008).
Berdasarkan penelitian yang dilakukan
oleh Jacobs (2002) dan Bedoya (2011) bahwa
dengan pemberian kalsium murni terbukti
secara
signifikan
menghasilkan
50%
pengurangan gejala sindrom premenstruasi.
Asupan tinggi kalsium dengan jumlah 1336
mg/hari dapat memperbaiki gejala sindrom
premenstruasi
yaitu
gangguan
mood,
perilaku,dan nyeri selama menstruasi.
Penelitian klinis membuktikan bahwa
suplementasi kalsium dapat membantu
mengurangi gangguan psikis dan fisik yang
diakibatkan oleh sindrom premenstruasi
3. METODE PENELITIAN
Jenis penelitian ini bersifat observasional
dengan rancangan crossectional. Tempat
penelitian di SMA N Colomadu pada bulan
November 2015. Jumlah sampel penelitan
sebanyak 52 siswi dengan pengambilan
sampel secara propotional random sampling.
UAD, Yogyakarta
Definisi operasional varibel untuk
variable asupan vitamin B6 dan kalsium yaitu
Banyaknya asupan bahan makanan yang
mengandung zat Vitamin B6 dan kalsium
yang dikonsumsi oleh subjek penelitian.
Dinilai dengan menghitung asupan vitamin
B6 dan kalsium yang diperoleh dari metode
food frequency semiquantitative yang
kemudian dibandingkan dengan AKG yang
dibutuhkan per individu, dihitung dengan
satuan milligram (mg). Pengisian kuesioner
ini dilakukan dalam waktu 2 bulan.
Kejadian sindrom premenstruasi adalah
keluhan yang dirasakan siswi berupa gejala
fisik, psikis dan tingkah laku sebelum
terjadinya menstruasi dan akan berhenti
setelah menstruasi terjadi. Pengkategorian
menjadi 4 yaitu kategori sangat ringan,
ringan, sedang dan berat. Pengukuran
kejadian
sindrom
premenstruasi
ini
menggunakan form harian gejala sindrom
premestruasi yang diisi selama 2 siklus
menstruasi dan dimulai dari 2 minggu setelah
hari terakhir menstruasi berakhir.
Data asupan vitamin B6 dengan kejadian
PMS dianalisis dengan menggunakan uji Rank
Spearman sedangkan data asupan kalsium
dengan kejadian PMS diuji dengan
menggunakan Pearson Product Moment.
4. HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Karakteristik Subjek Penelitian
Subjek penelitian yang terlibat dalam
penelitian ini adalah siswi SMA N
Colomadu
kelas
XI.
Karakteristik
berdasarkan umur menarche merupakan
umur pada saat pertama kali seseorang
tersebut mengalami menstruasi (Prince,
2006). Distribusi subjek berdasarkan umur
menarche dapat dilihat pada Tabel 1.
Tabel 1. Distribusi Frekunesi Subjek
berdasarkanUmur Menarche
1590
Umur
Menarche
10 tahun
11 tahun
12 tahun
13 tahun
14 tahun
Frekuensi
5
13
13
15
6
Persentase
(%)
9,6
25,0
25,0
28,8
11,5
Berdasarkan Tabel 1 sebanyak
sepertiga subjek penelitian mengalami
THE 5TH URECOL PROCEEDING
18 February 2017
menstruasi pertama kali (Menarche) pada
umur 13 tahun. Rata-rata umur menarche
subjek adalah 12.08±1.18 dengan umur
menarche minimal subjek 10 tahun dan
maksimal 14 tahun.
B. Distribusi Asupan Vitamin B6, Kalsium
dan Kejadian Sindrom Menstruasi.
1) Asupan Vitamin B6
Asupan B6 kurang apabila rata-rata
asupan < 2.1 mg dan asupan B6 cukup
apabila rata-rata asupan ≥ 2.1 mg.
Distribusi subjek berdasarkan Asupan
Vitamin B6 dari hasil penelitian dapat
dilihat pada Tabel 2.
Tabel 2. Distribusi Frekuensi Subjek
Berdasarkan Asuan Vitamin B6
Asupan B6
Kurang
Cukup
Total
Frekuensi
(n)
17
35
52
Presentase (%)
32.7
67.3
100.0
Berdasarkan hasil penelitian asupan
Vitamin B6 subyek penelitian masuk
pada kategori cukup yaitu 36 siswi
(67.3%). Rata-rata asupan Vitamin B6
pada subyek penelitian adalah 1.26 ±
0.23 mg, dimana asupan terendah pada
subyek penelitian yaitu 0.80 mg dan
asupan Vitamin B6 tertinggi yaitu 2.0
mg.
Vitamin B6 mempunyai fungsi
menyeimbangkan zat anti depresan pada
tubuh yang mana pada saat premenstruasi
kadar hormon esterogen pada wanita
akan meningkat dimana membawa zat
depresan. Peran Vitamin B6 ini dapat
membantu wanita menjalani haid nya
dengan lebih santai (Adriyani, 2013).
Hasil
wawancara
melalui
FFQ
Semiquantitative bahwa untuk asupan
yang termasuk dalam kategori kurang
subjek penelitian rata-rata jarang
mengkonsumsi
makanan
yang
mengandung Vitamin B6 yaitu hati,
kacang-kacangan dan ikan dengan
frekuensi 1-2 x minggu dan untuk subjek
yang masuk dalam kategori cukup ratarata sering mengkonsumsi sumber
makanan dari serealia, kacang-kacangan
dan pisang.
1591
UAD, Yogyakarta
2) Asupan Kalsium
Asupan kalsium kurang apabila
asupan <1200 mg dan asupan kalsium
lebih apabila asupan ≥1200 mg.
Distribusi subjek berdasarkan asupan
kalsium dari hasil penelitian dapat dilihat
pada Tabel 3.
Tabel 3. Distribusi Frekuensi Subjek
Berdasarkan Asupan Kalsium.
Asupan
Kalsium
Kurang
Cukup
Total
Frekuensi
(n)
37
15
52
Presentase (%)
71.2
28.8
100.0
Berdasarkan hasil penelitian asupan
kalsium sebagian besar subyek masuk
pada kategori kurang yaitu 37 siswi
(71.2%). Rata-rata asupan kalsium pada
subjek penelitian adalah 1012 ± 213.6
mg, dimana asupan terendah pada subjek
penelitian yaitu 526.6 mg dan asupan
kalsium tertinggi yaitu 1362.2 mg.
Kalsium
berfungsi
dalam
pembentukan tulang dan berperan dalam
proses pembentukan hormone, enzim
yang
mengatur
pencernaan
dan
metabolisme (Djunaedi, 2000). Kalsium
merupakan salah satu mineral yang
berfungsi sebagai anti stress, stress ini
merupakan salah satu gejala dari sindrom
premenstruasi maka dengan asupan
kalsium yang terpenuhi akan mengurangi
gejala sindrom premenstruasi (Khomsan,
2003). Dari hasil wawancara melalui
kuesoiner FFQ semi kuantitatif bahwa
subjek penelitian rata-rata sering
mengkonsumsi sumber dari susu, sarden,
dan sayuran seperti bayam. Sebagian
besar subjek penelitian yang termasuk
pada kategori kurang karena jarang
mengkonsumsi susu dan ikan yaitu
dengan frekuensi 2-3 per minggu.
3) Sindrom Premenstruasi
Gejala
Sindrom
Premenstruasi
dikategorikan meliputi gejala sangat
ringan, ringan, sedang dan berat. Subyek
penelitian dikategorikan gejala PMS
sangat ringan apabila skor rata-rata ≤10,
gejala PMS ringan 11-18, gejala PMS
sedang 19-30 dan gejala PMS berat ≥31.
Distribusi subjek berdasarkan Gejala
THE 5TH URECOL PROCEEDING
18 February 2017
Sindrom Premenstruasi dari hasil
penelitian dapat dilihat pada Tabel 4.
Tabel 4. Distribusi Frekuensi Subjek
Berdasarkan
Gejala
Sindrom
Premenstruasi.
Gejala PMS
Frekuensi(n)
PMS Sangat ringan
PMS Ringan
PMS Sedang
PMS Berat
Total
7
10
18
17
52
Presentase
(%)
13.5
19.2
34.6
32.7
100.0
Berdasarkan Tabel 4, gejala sindrom
premenstruasi subjek penelitian sebagian
besar masuk pada kategori gejala PMS
sedang yaitu 18 siswi (34.6%). rata-rata
gejala PMS pada subyek penelitian
adalah 24.23 ± 11.1. Skor gejala PMS
terendah subyek penelitian yaitu 6 dan
skor gejala PMS tertinggi yaitu 52.
Sebagian besar subjek penelitian
mengalami gejala fisik berupa nyeri perut
dan payudara.
Dampak dari kejadian sindrom
premenstruasi
tersebut
dapat
mengganggu
kualitas
kesehatan,
konsentrasi siswi dikelas, dan keaktifan
saat proses belajar yang akan berdampak
pada prestasi belajar siswi.
C. Hubungan Asupan Vitamin B6 dengan
Kejadian Sidrom Premenstruasi.
Tabel 5. Hasil Analisis Asupan
Vitamin
B6
dengan
Sindrom
Premenstruasi
Max
1.2±0.2
1.2
0.8
2
24.2±11.
1
24.5
6
52
p-value*
Min
Median
Mean±SD
Variabel
Asupan
Vitamin
B6
Sindrom
PMS
0.002
UAD, Yogyakarta
bahwa ada hubungan antara asupan
Vitamin B6 dengan kejadian sindrom
premenstruasi pada siswi SMA N
Colomadu. Nilai r menunjukan hubungan
yang berlawanan yaitu semakin tinggi
konsumsi Vitamin B6 maka kejadian
sindrom premenstruasi semakin rendah.
Vitamin B6 Berkaitan dengan kofaktor
sintesis neurotransmitter seperti serotonin,
Ketika kadar serotonin rendah dalam darah
maka akan timbul gejala somatic dan afektif
sindrom premenstruasi. Serotonin mempunyai
peran penting dalam kejadian sindrom
premenstruasi, saat kadar piridoksin dalam
darah menurun maka biosintesis serotonin
terganggu, sehingga memicu terjadinya pola
pergantian esterogen dan progresteron.
Menurunnya kadar serotonin akibat terjadinya
fluktuasi esterogen dan dapat dikatakan
sebagai salah satu penyebab sindrom
premenstruasi (Suryono, 2009).
Harkinson (2005) menyatakan bahwa
Salah satu zat gizi mikro yaitu Vitamin B6
dapat memperbaiki salah satu gejala sindrom
premenstruasi berupa suasana hati yaitu
triptofan (suatu asam amino esensial) dimana
Vitamin B6 atau Piridoksin yang mempunyai
peran sebagai koenzim dan metabolisme
protein yang termasuk didalamnya berupa
asam amino triptofan yang berkaitan dengan
serotonin, karena serotonin disintesis dari
asam amino triptofan dengan bantuan Vitamin
B6.
Impi (2004) terhadap mahasiswi fakultas
kesehatan masyarakat UNDIP bahwa terdapat
hubungan antara rata-rata konsumsi vitamin
B6 dengan kejadian sindrom premenstruasi
dengan r =-0,323, semakin tinggi konsumsi
Vitamin B6 maka kejadian sindrom
premenstruasi semakin rendah. Penelitian lain
yang dilakukan oleh Anityo, dkk (2009)
menunjukkan bahwa vitamin B6 secara
signifikan berpengaruh terhadap turunnya
gejala psikologi sindrom premenstruasi.
Tabel 5 menunjukkan bahwa rata-rata
asupan Vitamin B6 subjek penelitian
adalah 1,2±0,2 mg per hari dan rata-rata
skor gejala sindrom premenstruasi
24,2±11,1. Berdasarkan hasil uji Rank
Spearman diperoleh nilai p = 0.002
(p<0.05) dengan nilai r= -4,425. Berarti
1592
THE 5TH URECOL PROCEEDING
18 February 2017
anti stress, dimana stress merupakan
salah satu gejala psikis yang terjadi
selama pra menstruasi. Menurut Linder
dalam Devi, dkk (2010) apabila terjadi
defisiensi kalsium pada fase luteal maka
akan meningkatkan kekejangan hal ini
dapat meningkatkan keluhan sindrom
premenstruasi pada wanita.
Sindrom premenstruasi terjadi akibat
defisiensi kadar kalsium. Kalsium
merupakan salah satu mineral yang
terbukti dapat menggurangi secara
signifikan manifestasi gejala sindrom
premenstruasi yang meliputi gangguan
mood, depresi dan mual.
Kusumatutik (2013), menyatakan
bahwa terdapat hubungan antar asupan
kalsium terhdap kejadian sindrom
premenstruasi pada siswi SMA Bhineka
Karya 2 Boyolali. Penelitian lain yang
dilakukan Nurmalasari (2013) pada siswi
di SMA N Tasikmalaya menyatakan
bahwa terdapat
hubungan
antara
kebiasaan konsumsi kalsium dengan
kejadian sindrom premenstruasi.
D. Hubungan Asupan Kalsium dengan
Kejadian Sidrom Premenstruasi.
Tabel 6. Hasil Analisis Asupan Kalsium
dengan Sindrom Premenstruasi
1012±
213.6
1044
526
1362
Sindrom
PMS
24.2±11.
1
24.5
6
52
p-value*
Max
Min
Median
Mean±SD
Variabel
Asupan
Kalsium
0.004
*uji pearson product moment
Tabel 6 menunjukkan bahwa rata-rata
asupan kalsium subjek penelitian adalah
1012±213 mg per hari dan rata-rata skor
gejala sindrom premenstruasi 24,2±11,1.
Berdasarkan hasil uji Pearson Product
Moment diperoleh nilai p = 0.004
(p<0.05) nilai r = -0,397, berarti bahwa
ada hubungan antara asupan kalsium
dengan kejadian sindrom premenstruasi
pada remaja putri SMA N Colomadu.
Nilai r menunjukan hubungan yang
berlawanan yaitu semakin tinggi
konsumsi kalsium maka kejadian
sindrom premenstruasi semakin rendah.
Pada beberapa studi menyatakan
bahwa sindrom premenstruasi terjadi
karena hipokalsemia, wanita yang
menderita PMS memiliki pasokan
kalsium yang rendah pada tubuhnya,
apabila terjadi pada fase luteal maka
kadar kalsium serum akan turun
ketingkat yang abnormal. Hal ini
menyebabkan peningkatkan Parathyroid
hormone
(PTH)
sehingga
akan
menyebabkan kadar esterogen meningkat
(Nancy, 2001). Menurut Brunner dan
Suddarth (2001) kadar esterogen yang
meningkat
dalam
darah
dapat
menyebabkan gejala depresi dan
beberapa gangguan mental, dimana
gejala ini merupakan salah satu penyebab
dari sindrom premenstruasi.
Kalsium merupakan salah satu
mineral yang mempunyai peran sebagai
UAD, Yogyakarta
5. KESIMPULAN
Hasil analisis rata-rata asupan vitamin B6
1,26±0,23 mg per hari. Sebanyak 32,7%.
Hasil analisis rata-rata asupan kalsium
1012±213,6 mg per hari. Sebanyak 71,2%
masuk kategori kurang. Konsumsi asupan
Vitamin B6 dan kalsium sesuai dengan
kebutuhan dapat menurunkan gejala sindrom
premenstruasi.
6. REFERENSI
Adriyani, A. 2013. Panduan Kesehatan
Wanita. Solo: As-Salam Group
Anintyo., Nikmawati, N., Warsono, T. 2009.
Pengaruh Vitamin B Kompleks (B1, B2
B3, Kalsium Pentotenat, Asam
Nikotinat) terhadap kejadian sidrom
premenstruasi pada Mahasiswi Prodi
Kebidanan Magelang tahun 2009.
Skripsi. Politeknik Kesehatan Depkes
Semarang.
Arisman, MB. 2008. Gizi dalam Daur
Kehidupan. Jakarta: ECG
1593
THE 5TH URECOL PROCEEDING
18 February 2017
Bedoya, P., Joann, E., Susan ,EH., Walter,
CW., Susan RJ., Lisa CT., Alayne G ,
Carol B., and Elizabeth R. 2011.
Dietary B vitamin intake and incident
premenstrual syndrome. The American
Journal Of Clinical Nutritional.
93:1080–6.
Berthone-Johnson ER, Hakirson ES, Bendich
A. Johnson RS, Willet CW, Manson E.
2005. Calcium and Vitamin D Intake
And Risk Of Incident Premenstrual
Syndrome. Arch Intern Med. 165
(11):1246-52
Devi, M.,Syarier,H., Damanik, R.,Sulaeman,
A., Setiawan, B., Dewi, R. 2010.
Hubungan Kebiasaan Makan Dengan
Kejadian Sindrom Pramesntruasi Pada
Remaja Putri. PGM . 32(2): 197-208
Djunaedi, H. 2000. Kalsium. Majalah
Kedokteran Indonesia. 12:565-589
Harkinson, ES. 2011. Dietary B Vitamin
Intake and Incident Premenstrual
Syndrome. The American Journal of
Clinical Nutritional. 93:1080-60
Impi, M. 2004. Hubungsn Tingkat Konsumsi
Vitamin B6 dengan Kejadian Sindrome
Premenstruasi pada Mahasiswi Regular
Semester II-IV Fakutas Kesehatan
Masyarakat Universitas Diponegoro.
Skripsi. Universitas dipomegoro
UAD, Yogyakarta
Nancy, F. 2001. Calcium and PMS. A New
Theory on the Relationship between
Nutrition
Bytes
Journal.
7(1).
University of California
Nurmalasari, Y. 2013 Kebiasaan KOnsumsi
Pangan Sumber Kalsium dan Kejadian
Sindrom Premenstruasi (PMS) pada
Remaja Putri di SMA N 5 Tasikmalaya
tahun 2013. Skripsi. Universitas
Siliwangi
Nurlaela, E., Widyawati., Prabowo, T. 2008.
Hubungan aktifitas Olahraga dengan
Kejadian
Sindrom
Premenstruasi.
Jurnal Ilmu Keperawatan. 3 (1): 15
Prince. 2006. Gangguan Sistem Reproduksi
Perempuan. Jakarta: ECG
Ramadani, M. Premenstrual Syndrome. 2012.
Jurnal kesehatan masyarakat. l(1)
Saryono. 2009. Sindrom Premenstruasi.
Yogyakarta: Nuha Medika
Tambing, Y. Aktifitas Fisik dan Sindrom
Pramenstruasi Pada Remaja. Tesis.
UGM. Yogyakarta: 2012
Tenkir, A., Fisseha, N., dan Ayele, B. 2002.
Premenstrual Syndrome Prevalence and
Effect on Academic and Social
Performances of Stidents in Jimma
University. Ethiopia. Ethiop Jpurnal
Helath. 17(3):181-188
Jacobs T, Susan. 2002. Mikronutrients and the
premenstrual Syndrome: Case For
Calcium 2000. J Am Coll Nutr. 19 (2):
220-7
Khomsan, A. 2003. Pangan dan Gizi untuk
Kesehatan. Jakarta: PT. Rajagrafindo.
Persada
Khomsan, A. 2007. Pangan dan Gizi untuk
Kesehatan. Jakarta: PT. Kompas Media
Nusantara
Kumatutik, W. 2013. Hubungan antara
Asupan Gizi Vitamin B6 dan Kalsium
terhadap Kejadian Pra Menstruasi
Sindrom pada Siswi kelas X SMA
bhineka Karya 2 Boyolali. Skripsi.
UMS
1594
Download