BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Mengenai Manajemen Menurut Robbins & Coulter (2012) menyatakan bahwa manajemen merupakan suatu kegiatan yang melibatkan koordinasi dan pengawasan suatu aktifitas kerja yang bertujuan agar pekerjaan tersebut tidak hanya selesai melainkan juga berjalan secara efektif dan efisien. Robbin dan M.Coulter membedakan antara efisien dengan efektif. Efisien adalah mendapatkan hasil yang paling banyak dengan jumlah input yang minimal. Sedangkan Efektif adalah melakukan sesuatu dengan benar untuk pencapaian tujuan yang baik. Menurut Robbins & Coulter (2012), fungsi manajemen meliputi: merencanakan (planning), mengorganisasikan (organizing),memimpin (leading), dan mengendalikan (controlling). • Planning atau perencanaan adalah sebuah proses yang dimulai dari penetapan tujuan organisasi, menentukan strategi untuk pencapaian tujuan organisasi tersebut secara menyeluruh untuk mengintegrasikan dan mengoordinasikan seluruh pekerjaan organisasi hingga tercapainya tujuan organisasi. • Organizing atau koordinasi adalah memastikan bahwa tugas-tugas yang telah diberikan terlaksana dengan baik sesuai dengan struktur organisasi untuk mencapai tujuan organisasi. • Leading atau memimpin adalah fungsi manajemen leading berarti tentang interpersonal skill yang dimiliki oleh seorang manajer/ leader karena dalam fungsi manajemen dalam kepemimpinan berfungsi untuk mengambil sebuah keputusan dan membuat batasan batasan otoritas pengambilan keputusan sehingga pekerjaan mereka menghasilkan sebuah pencapaian yang jelas dan terkait dengan pencapaian tujuan organisasi, agar terarah. • Controlling atau pengendalian berfungsi sebagai pengawasan atau memastikan keterlibatan anggota organisasi sesuai dan konsisten dengan nilai-nilai dan standart organisasi. Salah satu hal yang dapat di kontrol adalah waktu. Dan hal-hal yang 9 10 berkaitan dengan standart perusahaan antara lain ialah budaya perusahaan dan nilai-nilai atau norma perusahaan. Menurut Robbins dan Coulter perencanaan tersebut ada 2 macam bentuk, yaitu : 1. Rencana formal : rencana tertulis yang telah ditetapkan dan harus dilaksanakan suatu perusahaan atau organisasi dalam jangka waktu tertentu dan merupakan rencana bersama anggota korporasi. Rencana ini dibuat untuk mengurangi ambiguitas dan menciptakan kepahaman tentang apa yang harus dilakukan untuk tujuan bersama sebuah organisasi atau perusahaan. 2. Rencana informal : rencana yang tidak tertulis dan bukan merupakan tujuan bersama anggota suatu organisasi. Rencana ini mencangkup pada kemampuan anggota dalam hubungannya dengan seorang manager. Sedangkan Fayol merumuskan fungsi-fungsi manajemen menjadi 5 poin yang disingkat sebagai POCCC (Planning, Organizing, Commanding, Coordinating, dan Controlling). 1. Planning = Perencanaan tujuan perusahaan dan bagaimana strategi untuk mencapai tujuan tersebut dengan sumber daya yang tersedia. Perencanaan terbagi menjadi perencanaan strategi dan perencanaan operasional. a. Perencanaan Strategi terdiri dari: Strategi korporasi: pengalokasian sumber daya untuk perusahaan secara total. Strategi bisnis: strategi bisnis pada salah satu lini di dalam perusahaan. Strategi fungsional: strategi bisnis yang mengarah pada satu bidang produksi saja. b. Perencanaan operasional terdiri dari: Perencanaan produksi: metode yang digunakan dalam proses produksi. Perencanaan keuangan: dana yang dibutuhkan dalam operasional perusahaan. Perencanaan fasilitias: fasilitas yang dibutuhkan untuk mendukung pekerjaan. Perencanaan pemasaran: penjualan dan distribusi barang atau jasa. 11 Untuk merumuskan suatu perencanaan, dapat digunakan 5W+1H, yaitu: - Tindakan apa yang harus dikerjakan? - Mengapa tindakan itu harus dikerjakan? - Dimanakah tindakan itu harus dikerjakan? - Kapankah tindakan itu harus dikerjakan? - Siapakah yang akan mengerjakan tindakan itu? - Bagaimanakah cara melaksanakan tindakan itu? 2. Organizing = Pengorganisasian atau sinkronisasi sumber daya manusia, sumber daya alam, sumber daya fisik, dan sumber daya modal dalam rangka mencapai tujuan perusahaan. Hal-hal yang perlu dilakukan dalam proses pengorganisasian: a. Mengidentifikasi kegiatan b. Mengelompokkan kegiatan c. Mengklasifikasikan otoritas d. Koordinasi antara wewenang dan tanggung jawab 3.Commanding = fungsi commanding sama dengan mengarahkan (actuating). Commanding dilakukan dengan memberikan arahan kepada karyawan agar dapat menunaikan tugas mereka masing-masing. Selain itu, commanding dilakukan agar tugas dapat dilaksanakan dengan baik dan sesuai pada tujuan yang telah ditetapkan semula. 4.Coordinating = coordinating adalah salah satu fungsi manajemen untuk melakukan berbagai kegiatan agar tidak terjadi kekacauan, percekcokan, kekosongan kegiatan, dengan jalan menghubung-hubungkan, menyatupadukan dan menyelaraskan pekerjaan-pekerjaan bawahan sehingga terdapat kerjasama yang terarah dalam usaha mencapai tujuan bersama atau tujuan organisasi. 5.Controlling = controlling atau pengendalian atau pengawasan adalah suatu kegiatan untuk memantau, membuktikan, dan memastikan seluruh kegiatan yang telah direncanakan, diorganisasikan, diperintahkan, dan dikondisikan sebelumnya 12 dapat berjalan sesuai target atau tujuan tertentu.Pada dasarnya kedua sumber tersebut memiliki maksud yang sama dalam menjelaskan fungs manajemen. 2.2 Pengertian Manajemen Operasional Menurut Heizer & Render (2011), manajemen operasional adalah serangkaian kegiatan yang membuat barang dan jasa melalui perubahan dari masukan menjadi keluaran (input – output). Bidang manajemen operasional ini tergolong muda, walaupun pengembangannya tergolong tua. Pada tahun 1800, Whitney mengemukakan bahwa tentang bongkar – pasang yang dicapai melalui standarisasi. Adapun Taylor (1881) yang kemudian dikenal sebagai bapak ilmu manajemen, menyumbangkan seleksi personel, perencanaan dan penjadwalan, studi gerakan, dan bidang faktor-faktor manusia yang sekarang populer. Ada 3 fungsi dalam manajemen operasional yang perlu diperhatikan: Pemasaran, adanya orang yang membutuhkan barang/jasa Produksi, yang menghasilkan produk Keuangan, yang memantau apakah perusahaan tersebut berjalan dengan baik, membayar seluruh tagihannya, dan mengumpulkan uang Ada 4 alasan mempelajari Manajemen operasional: Manajemen operasional adalah satu dari tiga fungsi utama dalam sebuah organisasi dan sangat berhubungan dengan fungsi-fungsi utama dalam suatu organisasi. Mengetahui cara memproduksi barang atau jasa. Manajemen operasi merupakan bagian termahal dari suatu organisasi karena perlunya perbaikan sistem pelayanan jasa dan produksi barang Agar kita mengerti apa yang harus dilakukan oleh manajer operasi 13 2.3 Mengenai Mutu dan Manajemen Mutu Terpadu (Total Quality Management) 2.3.1 Mengenai Mutu Manajemen mutu terpadu yang benar harus didukung dengan mengidentifikasi dan pemenuhan kebutuhan konsumen, sebagai konsekuensinya kita menerima definisi mutu yang diadopsi oleh American Society of Quality Control yaitu mutu adalah totalitas bentuk dan karakteristik barang atau jasa yang menunjukan kemampuan untuk memuaskan kebutuhan yang tampak jelas maupun tersembunyi. Mutu menjadi penting karena pada hakikatnya mutu dapat mempengaruhi perusahaan dalam 4 cara yaitu dari segi biaya dan pangsa pasar, karena dengan adanya perbaikan mutu maka adanya peningkatan profit, reputasi perusahaan, dimana jika perusahaan memberikan mutu barang yang baik maka akan mengurangi biaya promosi; pertanggungjawaban produk, dimana adanya peraturan tentang keamanan produk bagi konsumen sehingga dapat menurunkan kepercayaan masyarakat dalam perusahaan tersebut; dan Implikasi internasional, dimana di era teknologi seperti sekarang, persaingan bukan hanya di satu daerah tetapi di seluruh dunia. 2.3.2 Mengenai Manajemen Mutu Terpadu (Total Quality Management) Konsep total quality management berasal dari tiga kata yaitu total, quality, dan management. Fokus utama dari total quality management adalah kualitas/mutu. Terkait dengan mutu sebagai fokus utama, ada beberapa definisi mengenai mutu. Berikut adalah beberapa definisi mutu menurut para ahli dalam (Ismanto,2009), Crosby mendefinisikan mutu sebagai “tercukupinya kebutuhan” (conformance to requirement). Juran dan Gray mendefinisikan mutu sebagai “baik untuk digunakan” (fitness for use). Fred Smith, CEO General Express mengartikan kualitas sebagai kinerja standar yang diharapkan oleh pemakai produk atau jasa (customer). Sedangkan General Servise Administration (GSA) mendefinisikan kualitas adalah pertemuan kebutuhan customer pada awal mula dan setiap saat. Menurut Goetsch dan Davis dalam (Siswanto, 2007), mutu (quality) merupakan suatu kondisi 28 dinamis yang berhubungan dengan produk, jasa, manusia, proses, dan lingkungan yang memenuhi atau melebihi harapan. Kata selanjutnya adalah 14 total, yang dalam bahasa Indonesia sering dipakai kata menyeluruh atau terpadu. Kata total (terpadu) dalam total quality management menegaskan bahwa setiap orang yang berada dalam organisasi harus terlibat dalam upaya peningkatan secara terus menerus (Sallis, 2011) . Dengan demikian Manajemen Mutu Terpadu berkaitan dengan: Fokus pada pelanggan, baik pelanggan internal maupun eksternal. Memiliki obsesi yang tinggi terhadap kualitas. Menggunakan pendekatan ilmiah dalam pengambilan keputusan dan pemecahan massalah. Memiliki komitmen jangka panjang. Membutuhkan kerjasama tim. Memperbaiki proses secara berkesinambungan. Menyelenggarakan pendidikan dan pelatihan. Memberikan kebebasan yang terkendali. Memiliki kesatuan tujuan. Adanya keterlibatan dan pemberdayaan karyawan Konsep Manajemen Mutu Terpadu pada dasarnya adalah menekankan pada kepuasan pelanggan dan pelayanan yang bermutu. Dalam dunia pendidikan, manfaat penerapan Manajemen Mutu Terpadu adalah perbaikan, pelayanan, penguragan biaya, dan kepuasan pelanggan. Perbaikan progresif dalam system manajemen dan kualitas pelayanan menghasilkan peningkatan kepuasan pelanggan. Sebagai tambahan, manfaat lain yang bisa dilihat adalah peningkatan keahlian, semangat dan rasa percaya diri di kalangan staf pelayanan public, perbaikan hubungan antara pemerintah dan masyarakatnya, peningkatan akuntabilitas dan transparansi pemerintah serrta peningkatan produktivitas dan efisiensi pelayanan publik. 15 2.3.3 Konsep dari Program Manajemen Mutu Terpadu Kelima konsep dari program Total Quality Management (Manajemen Mutu Terpadu) yang efektif adalah sebagai berikut: 1. Perbaikan yang terus-menerus (continous improvement) 2. Pemberdayaan karyawan 3. Pembandingan kinerja (Bencmarking). 4. Penyediaan kebutuhan yang tepat pada waktunya (Just-In-Time). 5. Pengetahuan mengenai peralatan. 2.3.3.1 Perbaikan yang terus-menerus (Continous Improvement) Total Quility Management (Manajemen Mutu Terpadu) membutuhkan proses tanpa akhir yang disebut perbaikan yang terus-menerus, di mana kesempurnaan tidak pernah diperoleh tetapi selalu dicari. Masyarkat jepang menggunakan kata Kaizen untuk menggambarkan proses perbaikan yang berkelanjutan ini. Masyarakat Amerika menggunakan kata TQM, zero defects (tanpa kerusakan produk) yang menggambarkan perbaikan yang berkelanjutan yang mereka lakukan. Kalimat khusus atau apa pun yang dipakai, manager operasi merupakan kunci dalam menciptakan budaya kerja yang mendorong perbaikan yang berkelanjutan ini. Pencarian mutu yang lebih tinggi merupakan kegiatan tanpa akhir. 2.3.3.2 Pemberdayaan Karyawan Pemberdayaan karyawan berarti manajemen perusahaan melibatkan karyawan dalam setiap tahap proses produksi. Karena itu, ada suatu literatur yang mengemukakan bahwa 85% masalah mutu itu berkaitan dengan bahan pembentuk produk dan proses, dan bukan kinerja karyawan. Dengan demikian, tugas yang harus diselesaikan adalah merancang peralatan dan proses yang dapat menghasilkan mutu yang diinginkan. 16 Teknik untuk membangun pemberdayaan karyawan mencakup tindakan yaitu sebagai berikut: 1. Membentuk jaringan komunikasi yang melibatkan karyawan. 2. Mendorong penyelia untuk bersifat terbuka dan sebagai motivator. 3. Memindahkan tanggung jawab manajerial dan staff kepada para karyawan proses produksi. 4. Membangun organiasasi dengan sikap mental tinggi. 5. Menggunakan teknik-teknik formal seperti pembentukan team (team building) dan gugus kendali mutu(quality circles). Suatu tim dapat dibangun untuk memecahkan berbagai masalah. Pendekatan yang populer adalah gugus kendali mutu. Gugus kendali mutu telah terbukti merupakan cara yang efektif dalam hal biaya untuk meningkatkan produktivitas dan mutu. Gugus kendali mutu adalah kelompok yang terdiri dari 6 sampai 12 karyawan, mereka secara sukarela mengadakan pertemuan untuk memecahkan masalah-masalah yang berkaitan dengan pekerjaan. Anggotanya, yang berasal dari kelompok kerja yang sama, mendapatkan pelatihan mengenai perencanaan kelompok, pemecahan masalah, dan pengendalian mutu secara statistik. Mereka secara bersama bertemu sekitar 4 jam per bulan (biasanya setelah jam kerja, tetapi terkadang pada saat jam kerja). Walaupun anggota gugus kendali mutu tidak diberi kompensasi berupa uang, mereka memperoleh perhatian dari perusahaan. Seorang manajer yang secara khusus dilatih, disebut juga fasilitator, biasanya membantu pelatihan anggota gugus kendali mutu dan menjaga agar pertemuan berjalan lancar. 17 2.3.3.3 Pembandingan Kinerja (Benchmarking) Perbandingan kinerja merupakan elemen lain dari program total quality management suatu perusahaan. Perbandingan kinerja ini mencakup seleksi standar kinerja yang ada, yang mewakili kinerja proses. Inti dari pembandingan kinerja adalah pengembangan target yang akan dicapai, untuk kemudian mengembangkan suatu standar atau tolak ukur tertentu agar kita dapat mengukur kinerja sendiri. Langkah-Langkah untuk pengembangan tolak ukur adalah sebagai berikut: Tentukan apa yang akan dibandingkan. Bentuk kelompok Penentu tolak ukur. Lakukan identifikasi atas kinerja pihak lain. Kumpulkan dan analisis informasi mengenai kinerja tersebut. Ambil tindakan unutk menyesuaikan atau melebihi kinerja pihak lain tersebut. Dalam situasi yang ideal, akan ditemukan satu atau lebih organisasi yang operasinya serupa dengan organisasi kita. Lalu perusahaan membandingkan kinerja (benchmark) perusahaan lain dengan kinerja mereka. Perusahaan yang kita jadikan tolak ukur tidak perlu berkecimpung di industri yang sama dengan perusahaan kita; bahkan untuk membentuk standar kelas dunia, yang terbaik dilakukan adalah mencari perusahaan di luar industri yang perusahaan geluti. Melalui cara ini berarti mencari industri yang paling hebat dalam bidang tertentu untuk dibandingkan. Bila satu industri tertentu telah mengetahui bagaimana bersaing melalui pengembangan produk yang cepat, sedangkan industri kita belum, maka pihak lain tidak ada gunanya memepelajari industry yang akan dijalani. 18 2.3.3.4 Penyediaan kebuuhan yang cukup pada waktunya (Just-In-Time) Filsafat yang mendasari hal tersebut adalah pemikiran mengenai perbaikan yang terus-menerus dan pemecahan masalah yang cepat. Dengan cara tersebut memaksa terciptanya mutu, baik pada pemasok maupun pada setiap tahap proses manufaktur, karena tidak ada persediaan yang dapat mneyerap variasinya. Sebagai konsekuensinya, sistem tersebut harus memproduksi mutu yang tinggi. Karena teknik tersebut menghilangkan kemungkinan adanya variasi, tidak ada lagi sisa material, pengerjaan ulang, Investasi persediaan, dan kegiatan yang tidak perlu dalam proses produksi. 2.4 Mengenai Quality Control Menurut Steveson & Choung (2014) pengendalian kualitas didefinisikan sebagai, “Kontrol kualitas adalah proses yang mengevaluasi output relatif terhadap standar, dan mengambil tindakan korektif ketika keluaran tidak memenuhi standar.” Sehingga pengendalian kualitas harus dilakukan pada setiap tahap proses produksi dan pemberian jasa, agar produk dan jasa yang diberikan sesuai dengan standard yang diterapkan perusahaan, dan dapat dilakukan pengambilan tindakan secara cepat dalam memperbaiki produk cacat yang dihasilkan perusahaan dan mencegah produk perusahaan yang cacat sampai ketangan konsumen, serta menjamin penyampaian pelayanan perusahaan dapat sesuai dengan standard perusahaan. Sehingga berdampak baik pada reputasi dan penekanan biaya perusahaan yang akan berujung pada peningkatan profit. 2.5 Alat Quality Control Menurut Reid & Sanders (2010), teknik yang dapat digunakan untuk mengetahui gejala dan masalah yang dilakukan dengan menggunakan alat bantu yang biasa digunakan dalam QC yaitu cause and effect diagrams, flowcharts, checklists, scatter diagrams, pareto charts, histograms, dan control charts. "Dalam bagian ini kita melihat tujuh alat kualitas yang berbeda, sering disebut tujuh alat kontrol kualitas. Mereka mudah dimengerti, namun sangat bermanfaat dalam mengidentifikasi dan menganalisa masalah kualitas."Setiap cara memiliki kelebihan dan kekurangannya masing-masing. Namun cara-cara tersebut dapat mengidentifikasi dan menganalisa masalah kualitas. Dan diharapkan dengan 19 mengetahui masalah kualitas yang ada, penulis dapat memberi solusi untuk penyelesaian masalah kualitas diperusahaan. 1. Cause and effect diagrams Cause and effect diagrams adalah sebuah skema yang mengidentifikasi penyebab potensial khususnya dalam masalah kualitas. Sering disebut fishbone diagrams. Dimana kepala ikan dari diagram ini menunjukan masalah kualitas. Diagram ini digambar sehingga tulang belakang ikan menyambung dengan kepala ikan untuk menunjukan masalah yang dapat terjadi. Masalah yang terjadi dapat berhubungan dengan mesin, pekerja, pemasok, bahan baku, dan aspek-aspek lain dari proses produksi. Masing-masing masalah yang mungkin terjadi memiliki tulang kecil yang menunjukan sebab yang spesifik atas masalah tersebut. 2. Flowcharts Flowcharts adalah diagram bagan atas urutan langkah yang termasuk dalam sebuah operasi atau proses. Flowcharts menyediakan alat visual yang mudah untuk digunakan dan dimengerti. Dengan melihat langkah-langkah yang termasuk dalam sebuah operasi atau proses, semua orang dapat mengembangkan gambaran yang jelas tentang bagaimana operasi bekerja dan dimana masalah dapat muncul. 3. Checklists Checklist adalah list dari kecacatan pada umumnya dan jumlah dari kejadian kecacatan tersebut yang diobservasi. Sebuah Checklist juga dapat digunakan untuk memiliki focus dimensi yang lainnya, seperti waktu dan tempat. Misalnya, yang diobservasi adalah kecacatan dalam shift, mesin atau operator tertentu. 4. Control charts Control charts berfungsi untuk mengevaluasi apakah sebuah proses beroperasi dalam ekspektasi yang dinyatakan dalam sebuah nilai ukuran, misalnya berat, panjang, dan volume. 20 5. Scatter diagrams Scatter diagrams adalah grafik yang menunjukan dua variabel yang berelasi satu dengan lainnya. Mereka secara khusus berguna dalam mendeteksi jumlah dari korelasi, atau derajat hubungan linear antar dua variabel. 6. Pareto charts Pareto charts adalah sebuah tehnik yang digunakan untuk mengidentifikasi masalah kualitas berdasarkan pada derajat kepentingan. 7. Histograms Histograms adalah sebuah bagan yang menunjukan frekuensi distribusi atas nilai yang diobservasi dari sebuah variabel. 2.6 Manajemen Mutu Terpadu Dalam Industri Jasa Mutu jasa lebih sulit diukur dibandingkan barang, salah satu penyebabnya adalah karena jasa tidak dapat dilihat tetapi dapat dirasakan. Menurut Fitzsimmons (2011), adapun lima dimensi kualitas jasa dan setiap dimensi memiliki beberapa pertanyaan dan dijawab dalam rentang nilai 1 (satu) sampai 7 (tujuh), di mana angka 1 (satu) mewakili perasaan sangat tidak setuju (strongly disagree) dan angka 7 mewakili perasaan sangat setuju (strongly agree), dengan total pertanyaan sebanyak 20-30 pertanyaan. Berikut ini penjelasan mengenai ke5 dimensi di atas, yaitu: 1. Tangibles (bukti terukur), menggambarkan fasilitas fisik, perlengkapan, dan tampilan dari personalia serta kehadiran para pengguna. 2. Reliability (keandalan), merujuk kepada kemampuan untuk memberikan pelayanan yang dijanjikan secara akurat dan handal. 3. Responsiveness (daya tanggap), yaitu kesediaan untuk membantu pelanggan serta memberikan perhatian yang tepat. 4. Assurance (jaminan), merupakan karyawan yang sopan dan berpengetahuan luas yang memberikan rasa percaya serta keyakinan. 5. Empathy (empati), mencakup kepedulian serta perhatian individual kepada para pengguna. 21 2.7 Pengertian Servqual Servqual merupakan suatu instrument untuk melakukan pengukuran kualitas jasa yang dikembangkan oleh Parasuraman, Zeithaml dan Berry dalam serangkaian penelitian mereka terhadap sektor-sektor jasa, model ini juga dikenal dengan istilah Gap. Model ini berkaitan erat dengan model kepuasan. Dalam model Servqual, kualitas jasa didefinisikan sebagai ― penilaian atau sikap global berkenaan dengan superioritas suatu jasa menurut Parasuraman dalam Schroeder (2006). Definisi pada tiga landasan konseptual utama, yakni: Kualitas jasa lebih sukar dievaluasi konsumen daripada kualitas barang. Persepsi terhadap kualitas jasa merupakan hasil dari perbandingan antara harapan pelanggan dengan kinerja aktual jasa. Evaluasi kualitas tidak hanya dilakukan atas hasil jasa, tetapi juga mencakup evaluasi terhadap proses penyampaian jasa. Harapan/ekspektasi dalam pelayanan ditentukan berdasarkan beberapa faktor diantaranya adalah strategi wom yang dibentuk oleh marketer terhadap imej dari pelayanan, kebutuhan personal terkait dengan pelayanan yang dibutuhkan, dan juga pengalaman di masa lalu baik dengan perusahaan kompetitor maupun pelayanan pada umumnya. 22 Terdapat 5 gap dalam SERVQUAL: Gap 1 adalah gap antara Harapan Pelanggan – Persepsi Manajemen. Sehubungan gap 1 ini, ketiganya mengajukan Proposisi 1: “Gap antara harapan pelanggan dan persepsi (kinerja) manajemen atas harapan tersebut akan punya dampak pada penilaian pelanggan atas kualitas pelayanan.” Gap 2 adalah gap antara Persepsi Manajemen – Spesifikasi Kualitas Pelayanan. Sehubungan dengan gap 2 ini, ketiganya mengajukan Prosposisi 2: “Gap antara persepsi manajemen seputar harapan pelanggan dan spesifikasi kualitan pelayanan akan berdampak pada kualitas pelayanan dari sudut pandang pelanggan.” Gap 3 adalah gap antara Spesifikasi Kualitas Pelayanan – Penyelenggaraan Pelayanan. Sehubungan dengan gap 3 ini, ketiganya mengajukan Prosisi 3: “Gap antara spesifikasi kualitas pelayanan dan penyelenggaraan pelayanan aktual akan berdampak pada kualitas pelayanan dari sudut pandang pelanggan.” Gap 4 adalah gap antara Penyelenggaraan Pelayanan – Komunikasi Eksternal. Sehubungan dengan gap 4 ini, ketiganya mengajukan Proposisi 4: “Gap antara penyelenggaraan pelayanan aktual dan komunikasi eksternal tentang pelayanan akan berdampak pada kualitas pelayanan dari sudut pandang pelanggan.” Gap 5 adalah gap antara Pelayanan Diharapkan (Expected Service) – Pelayanan Diterima (Perceived Service). Sehubungan dengan gap 5 ini, ketiganya mengajukan Proposisi 5: “Kualitas yang pelanggan teriman dalam pelayanan adalah fungsi magnitude dan arah gap antara pelayanan yang diharapkan dan pelayanan yang diterima.” Berdasarkan gap 1 hingga gap 5, ketiganya mengajukan Proposisi 6 bahwa “Gap 5 = F(Gap1,Gap2,Gap3,Gap4). 23 2.8 Pengukuran SERVQUAL Pengukuran kualitas jasa dalam model Servqual ini didasarkan pada skala multiitem yang dirancang untuk mengukur harapan dan persepsi pelanggan. Serta Gapdiantara keduanya pada lima dimensi kualitas jasa yaitu (reliabitity, responsiveness, assurance, empaty dan tangible), kelima dimensi kualitas tersebut dijabarkan dalam beberapa butir pertanyaan untuk atribut harapan dan variabel presepsi berdasarkan skala likert. Skor Servqual untuk tiap pasang pertanyaan bagi masing-masing pelanggan dapat dihitung berdasarkan rumus berikut Zeithalm dalam Schroeder (2006): Skor SERVQUAL = Skor PERSEPSI — Skor HARAPAN Skor gap kualitas jasa pada berbagai level secara rinci dapat dihitung berdasarkan: Item-by-item analisis, misal P1 – H1, P2 – H2, dst. Dimana P = Persepsi dan H = Harapan Dimensi-by-dimensi analysis, contoh: (P1 + P2 + P3 + P4 / 4) – (H1 + H2 + H3+ H4 / 4) dimana P1 sampai P4 dan H1 sampai H4 mencerminkan 4 pernyataan persepsi dan harapan berkaitan dengan dimensi tertentu. Perhitungan ukuran tunggal kualitas jasa/gap servqual yaitu (P! + P2 +P3…..+ P22 / 22) – ( H1 + H2 + H3 +…..+ H22 / 22) Untuk menganalisis kualitas akan jasa pelayanan yang telah diberikan, maka digunakan rumus (Bester field dalam Teguh, 2005) Jika ES > PS, maka kualitas yang diterima lebih kecil dibanding yang dharapkan dan akan membawa pada kualitas tidak bisa diterima, dengan meningkatkan kesenjangan antara ES dan PS. Jika ES = PS, kualitas pelayanan yang diterima sesuai/saa dengan apa yang diharapkan dalam pelayanan tersebut. Jika ES < PS, maka kualitas pelayanan yang diterima lebih dari yang diharapkan. Dengan kata lain bisa disebut over expectation. 24 2.9 Mengenai Kualitas Setiap perusahaan harus memperhatikan kualitas dari produk dan pelayanan yang diberikan kepada konsumen. Seperti yang dikatakan Heizer dalam Barry & Render (2011), pengertian kualitas adalah “Kemampuan suatu produk atau jasa untuk memenuhi kebutuhan pelanggan “. Menurut Reid & Sanders (2010), “Quality is defined as meeting or exceeding customer expectation.”, sehingga sebaiknya perusahaan menjalankan program pengendalian kualitas dengan standard yang berdasar pada ekspektasi konsumen bahkan melebihi ekspektasi konsumen. Dan definisi kualitas lainnya menurut Reid & Sanders (2010), salah satu definisi kualitas adalah “Conformance to specification” yaitu “how well a product or service meets the targets and tolerances determined by its designer” , pemenuhan target dan toleransi yang ditentukan oleh designer disini adalah pemenuhan produk atau pelayanan perusahaan terhadap standar yang telah ditetapkan oleh perusahaan. Pengendalian kualitas juga penting dilakukan untuk meningkatkan kualitas produk. Dalam proses produksi barang maupun jasa, kualitas menjadi suatu hal yang sangat diperhatikan. Selain itu, kualitas juga berpengaruh terhadap profit. Menurut Evans & Lindsay (2007), “Considerable evidence exists that quality initiatives positively impact bottom-line results”. Kualitas yang baik berdampak baik dalam peningkatan keuntungan perusahaan. Peningkatan kualitas dapat terjadi dengan cara peningkatan nilai produk. Nilai sebuah produk di pasar dipengaruhi oleh kualitas desain. Perbaikan dalam desain akan membedakan produk dari para pesaingnya, meningkatkan reputasi kualitas perusahaan, dan meningkatkan nilai yang dirasakan atau dihasilkan dari pemberian atau penggunaan produk. Faktor-faktor ini memungkinkan perusahaan untuk memberi harga yang lebih tinggi serta untuk mencapai pangsa pasar yang lebih besar, yang pada akhirnya menyebabkan peningkatan pendapatan yang mengimbangi biaya memperbaiki desain. Peningkatan kesesuaian dalam pemberian produksi atau pelayanan menyebabkan biaya yang lebih rendah melalui penghematan dalam pengerjaan ulang, scrap, perubahan atas kesalahan, dan biaya garansi. 25 2.10 Kerangka Pemikiran MENGUKUR PENERAPAN MANAJEMEN MUTU TERPADU PADA PT KARYA CIPTA SUARA (DE’TONES BY AFGAN) DENGAN SERVQUAL METHOD LATAR BELAKANG MASALAH MENGETAHUI PENERAPAN ASPEK SERVQUAL (TANGIBLE, REABILITY, ASSURANCE, EMPHATY, RESPONSIBILITY) DARI KARAOKE DE’TONES BY AFGAN MENCARI GAP ANTARA PELAYANAN PERUSAHAAN DENGAN HARAPAN KONSUMEN DI DE’TONES BY AFGAN MEMBERIKAN SARAN UNTUK MEMPERTEMUKAN APA YANG DI HARAPKAN KONSUMEN DENGAN PELAYANAN DE’TONES BY AFGAN MENURUT PENDEKATAN SERVQUAL YANG BAIK KESIMPULAN 26