analisis hubungan gender dengan strategi nafkah

advertisement
Laporan Studi Pustaka (KPM 403)
ANALISIS HUBUNGAN GENDER DENGAN
STRATEGI NAFKAH RUMAH TANGGA
Oleh
DESI ROSITA
DEPARTEMEN SAINS KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT
FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2014
ii
PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa Studi Pustaka yang berjudul “ANALISIS
HUBUNGAN GENDER DENGAN STRATEGI NAFKAH RUMAH TANGGA”
merupakan hasil karya ilmiah saya sendiri dan belum pernah diajukan sebagai karya ilmiah
pada suatu perguruan tinggi ataupun lembaga, serta tidak mengandung bahan-bahan yang
pernah ditulis atau diterbitkan oleh pihak lain, kecuali sebagai rujukan yang dinyatakan
dalam naskah. Demikian, pernyataan ini saya tulis dengan sesungguh-sungguhnya dan saya
bersedia bertanggungjawab atas pernyataan ini.
Bogor, Desember 2014
Desi Rosita
NIM. I34110139
iii
ABSTRAK
DESI ROSITA, Analisis Hubungan Gender dengan Strategi Nafkah Rumah Tangga. Di
bawah bimbingan IVANOVICH AGUSTA.
Gender merupakan perbedaan peran, fungsi, status dan tanggung jawab pada lakilaki dan perempuan sebagai hasil dari bentukan konstruksi sosial budaya. Peran tersebut
dipengaruhi oleh karakteristik individu antara lain: umur, pendidikan, pekerjaan dan
pendapatan. Umur seseorang berhubungan dengan tingkat angkatan kerja, sedangkan
tingkat pendidikan seseorang berhubungan dengan pekerjaan apa yang mereka peroleh,
sehingga akan menentukan seberapa besar pendapatan yang didapat untuk mencukupi
kebutuhan hidup rumah tangganya. Peran yang dimiliki oleh perempuan maupun laki-laki
dapat menentukan seseorang dalam profil aktivitas, profil akses dan kontrol terhadap
sumberdaya dalam rumah tangga. Suatu rumah tangga memerlukan strategi nafkah sebagai
upaya untuk dapat mempertahankan hidupnya. Strategi nafkah tersebut dapat berupa
rekayasa sumber nafkah pertanian, pola nafkah ganda, serta rekayasa spasial.
Kata Kunci: gender, strategi nafkah, rumah tangga.
ABSTRACT
DESI ROSITA, Analysis of Gender Relations with Household Livelihoods Strategy.
Supervised by IVANOVICH AGUSTA.
Gender is a difference in the role, function, status and responsibility in men and
women as a result of the formation of socio-cultural construction. That role is influenced by
individual characteristics such as: age, education, occupation and income. Age of a person
related to the level of the labor force , that will determine how much earned income to
make ends meet household. Roles are owned by women and men can define a person in the
activity profiles, access and control profiles to resources within the household. A household
livelihood strategies require an effort to be able to survive. The livelihood strategies may
include: engineering agricultural livelihoods, double living patterns, and spatial
engineering.
Keywords: gender, livelihood strategies,household.
iv
ANALISIS HUBUNGAN GENDER DENGAN
STRATEGI NAFKAH RUMAH TANGGA
Oleh
DESI ROSITA
I34110139
Laporan Studi Pustaka
sebagai syarat kelulusan KPM 403
pada
Mayor Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat
Departemen Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat
Fakultas Ekologi Manusia
Institut Pertanianan Bogor
DEPARTEMEN SAINS KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT
FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2014
v
LEMBAR PENGESAHAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa Studi Pustaka yang disusun oleh:
Nama Mahasiswa
: Desi Rosita
Nomor Pokok
: I34110139
Judul
: Analisis Hubungan
Tangga
Gender dengan Strategi Nafkah Rumah
dapat diterima dengan syarat kelulusan mata kuliah Studi Pustaka (KPM 403) pada Mayor
Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat, Fakultas Ekologi Manusia, Institut
Pertanian Bogor.
Menyetujui,
Dr Ivanovich Agusta SP. MSi
Dosen Pembimbing
Diketahui
Dr Ir Siti Amanah. Msc
Ketua Departemen
Tanggal Pengesahan:
vi
PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan atas rakhmat Allah SWT, yang masih
memberikan kesehatan baik jasmani maupun rohani serta waktu yang bermanfaat sehingga
penulis dapat menyelesaikan Studi Pustaka yang berjudul “Analisis Hubungan Gender
dengan Strategi Nafkah Rumah Tangga” dengan tepat waktu. Laporan Studi Pustaka ini
ditujukan untuk memenuhi syarat kelulusan MK. Studi Pustaka (KPM 403) pada
Departemen Sains Komunikasi dan PengembanganMasyarakat, Fakultas Ekologi Manusia,
Institut Pertanian Bogor.
Ucapan terimakasih penulis sampaikan kepada Dr Ivanovich Agusta SP. MSi
sebagai pembimbing yang telah memberikan saran dan masukan selama proses penulisan
hingga penyelesaian laporan Studi Pustaka. Penulis juga menyampaikan hormat kepada
orang tua tercinta, serta kaka tersayang Yanti Aprianti, S.Pi, Udi Kusdinar, S.Hut, dan Roni
Wardani yang telah memberikan dukungan baik moril maupun materil. Tidak lupa
terimakasih juga penulis ucapkan kepada teman-teman, terutama Andika Rachman, Tiffany
Diahnisa, Yunizar Sri Wulandari, Iradhatie Wurinanda, Gina Sutanti, Annisa Amalia
Ikhsania, yang telah memberikan semangat dan menemani penulis dalam proses
penyelesaian laporan ini.
Semoga laporan Studi Pustaka ini dapat memberikan manfaat bagi semua pihak.
Bogor, Desember 2014
Desi Rosita
NIM. I34110139
vii
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI......................................................................................................... vii
DAFTAR TABEL................................................................................................. xi
DAFTAR GAMBAR ............................................................................................ ix
PENDAHULUAN ................................................................................................ 1
Latar Belakang ...................................................................................................... 1
Tujuan Penulisan................................................................................................... 2
Kegunaan Penulisan .............................................................................................. 2
Metode Penulisan .................................................................................................. 2
RINGKASAN PUSTAKA
1. Judul: Strategi Pengarusutamaan Gender Sebagai Upaya untuk Mencapai
Tujuan Pembangunan Millenium di Kabupaten Banjarnegara (Endang
Swastuti 2012) ............................................................................................. 3
2. Judul: Analisis Gender dalam Program Desa Mandiri Pangan: Studi Kasus
Desa Jambakan, Kecamatan Bayat, Klaten-Jawa Tengah (Siti Nurul Qoriah
dan Titik Sumarti 2008) .............................................................................. 6
3. Judul: Dari Pengurangan Emisi ke Menjawet: Strategi Penerimaan REDD+
di Desa Buntoi (Yetty Oktayanty 2013........................................................ 8
4. Judul: Analisis Gender pada Keluarga Petani Padi dan Holtikultura di
Daerah Pinggiran Perkotaan (Rani Andriani & Euis Sunarti 2008) ............ 9
5. Judul: Peran Aktif Wanita dalam Peningkatan Pendapatan Rumahtangga
Miskin: Studi Kasus pada Wanita Pemecah Batu di Pucanganak Kecamatan
Tugu Trenggalek (Sugeng Haryanto 2008) ................................................12
6. Judul: Struktur Nafkah Rumahtangga Petani Transmigran: Studi Sosioekonomi di Tiga Kampung di Distrik Masni Kabupaten Manokwari
(Paulina P, Tulak, Arya Hadi Dharmawan, dan Bambang Juanda 2009) ...13
7. Judul: Strategi Nafkah Rumahtangga Petani Tembakau di Lereng Gunung
Simbing: Studi Kasus di Desa Wonotirto dan Desa Campursari, Kecamatan
Bulu, Kabupaten Temanggung (Widiyanto, Arya Hadi Dharmawan, dan
Nuraini W. Prasodjo 2010) .........................................................................16
8. Judul: Pemberdayaan Wanita Mendukung Strategi Gender Mainstreaming
dalam Kebijakan Pembangunan Pertanian di Pedesaan (Roosganda
Elizabeth 2007) ...........................................................................................18
9. Judul: Analisis Gender terhadap Tingkat Keberhasilan Pelaksanaan CSR
Bidang Pemberdayaan Ekonomi Lokal PT Holcim Indonesia Tbk (Debbie
Luciani Prastiwi dan Titik Sumarti 2012)...................................................20
10. Judul: Analisis Gender Terhadap Strategi Koping dan Kesejahteraan
Keluarga (Herien Puspitawati, Tin Herawati, Ma’mun Sarma 2010) .......23
viii
RANGKUMAN DAN PEMBAHASAN ..........................................................25
Konsep Gender .................................................................................................25
Konsep Peran ....................................................................................................25
Konsep Kesetaraan dan Keadilan Gender ........................................................27
Teknik Analisis Harvard ...................................................................................27
Konsep Strategi Nafkah ....................................................................................28
Konsep Rumah Tangga .....................................................................................30
SIMPULAN ......................................................................................................31
Kerangka Analisis .............................................................................................32
Pertanyaan Penelitian ........................................................................................34
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................35
RIWAYAT HIDUP ..........................................................................................37
ix
DAFTAR TABEL
Tabel 1. Matriks Variabel dan Fakta Pendukung dalam Pustaka 1 ..................5
Tabel 2. Matriks Variabel dan Fakta Pendukung dalam Pustaka 2 ..................7
Tabel 3. Matriks Variabel dan Fakta Pendukung dalam Pustaka 3 ..................9
Tabel 4. Matriks Variabel dan Fakta Pendukung dalam Pustaka 4 ..................11
Tabel 5. Matriks Variabel dan Fakta Pendukung dalam Pustaka 5 ..................13
Tabel 6. Matriks Variabel dan Fakta Pendukung dalam Pustaka 6 ..................15
Tabel 7. Matriks Variabel dan Fakta Pendukung dalam Pustaka 7 ..................17
Tabel 8. Matriks Variabel dan Fakta Pendukung dalam Pustaka 8 ..................19
Tabel 9. Matriks Variabel dan Fakta Pendukung dalam Pustaka 9 ..................22
Tabel 10. Matriks Variabel dan Fakta Pendukung dalam Pustaka 10 ..............24
Tabel 11. Perbandingan untuk Menentukan Konsep Gender ...........................26
Tabel 12. Perbandingan untuk Menentukan Konsep Strategi Nafkah ..............29
x
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1.Kerangka Berfikir Pustaka 1 .................................................................. 5
Gambar 2. Kerangka Berfikir Pustaka 2 ................................................................. 7
Gambar 3. Kerangka Berfikir Pustaka 3 .................................................................9
Gambar 4. Kerangka Berfikir Pustaka 4 .................................................................11
Gambar 5. Kerangka Berfikir Pustaka 5 .................................................................13
Gambar 6. Kerangka Berfikir Pustaka 6 .................................................................15
Gambar 7. Kerangka Berfikir Pustaka 7 .................................................................17
Gambar 8. Kerangka Berfikir Pustaka 8 .................................................................19
Gambar 9. Kerangka Berfikir Pustaka 9 .................................................................23
Gambar 10. Kerangka Berfikir Pustaka 10 .............................................................24
Gambar 11.Peta Teori Gender ................................................................................27
Gambar 12. Peta Teori Strategi Nafkah ..................................................................29
Gambar 13. Kerangka Pemikiran............................................................................33
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Indonesia merupakan negara agraris di mana sebagian besar penduduknya
mengandalkan sektor pertanian sebagai mata pencaharian. Namun, saat ini jumlah lahan
pertanian semakin berkurang. Sementara kebutuhan hidup semakin hari semakin
meningkat. Hal ini merupakan salah satu penyebab berpindahnya mata pencaharian dari
sektor pertanian ke sektor non pertanian.
Gender merupakan perbedaan peran, fungsi, status dan tanggung jawab pada lakilaki dan perempuan sebagai hasil dari bentukan konstruksi sosial budaya yang tertanam
lewat proses sosialisasi dari satu generasi ke generasi berikutnya (Puspitawati 2012).
Rumah tangga adalah seseorang atau sekelompok orang yang biasanya tinggal bersama
dalam satu bangunan serta pengelolaan makan dari satu dapur (BPS 2014). Sebuah
rumah tangga memiliki kepala rumah tangga yang bertanggung jawab atas rumah tangga
yang dipimpinnya. Kepala rumah tangga umumnya dipimpin oleh pria, namun di dalam
masyarakat juga terdapat wanita sebagai pemimpinnya. Wanita kepala rumah tangga
menurut (Biro Pusat Statistik) yaitu wanita yang memang hidup berumah tangga sendiri
dalam arti tidak menikah, atau bercerai, baik cerai hidup maupun cerai mati. Sementara
itu secara de facto, wanita yang menjadi kepala rumah tangga karena wanita itu
merantau tanpa suami atau wanita itu ditinggal merantau oleh suaminya dan berumah
tangga sendiri, dan wanita yang suaminya tidak mampu secara fisik maupun mental
sebagai pengelola rumah tangga. Dharmawan (2007) mengatakan bahwa strategi nafkah
adalah taktik dan aksi yang dibangun oleh individu ataupun kelompok untuk
mempertahankan kehidupan mereka dengan tetap memperhatikan eksistensi,
infrastruktur sosial, struktur sosial, dan sistem nilai budaya yang berlaku.
Berdasarkan Instruksi Presiden RI No.9 Tahun 2000 tentang Pengarusutamaan
gender adalah kesamaan kondisi bagi laki-laki dan perempuan untuk memperoleh
kesempatan dan hak-haknya sebagai manusia agar mampu berperan dan berpartisipasi
dalam kegiatan politik, ekonomi, sosial budaya, pertahanan dan keamanan nasional, dan
kesamaan dalam menikmati hasil pembangunan tersebut. Pelaksanaan Pengurusutamaan
Gender (PUG) penting dilakukan dalam sebuah rumah tangga, agar antara perempuan
dan laki-laki mendapatkan kesetaraan gender.
Menurut Andriani dan Euis Sunarti (2008), secara tradisional perempuan
memegang peran pada sektor domestik rumah tangga dan pria bertugas mencari nafkah.
Namun, tak jarang perempuan terlibat dalam mencari nafkah. Akibatnya perempuan
memikul beban ganda.Peran perempuan dalam rumah tangga adalah mengelola
sumberdaya keluarga yang dimilikinya diharapkan dapat mewujudkan kesejahteraan
keluarga. Di bidang pertanian, pola nafkah ganda merupakan strategi survival di mana
hasil pertanian belum mencukupi kebutuhan pangan keluarga, sehingga anggota
keluarga terpaksa memasuki usaha luar pertanian. Pada penelitian ini, peran suami lebih
mendominasi dalam pengambilan keputusan dan istri menempati posisi rendah. Istri
boleh membantu suami mencari nafkah, perempuan berhak mendapatkan akses dan
kontrol sumberdaya yang ada. Pada pengambilan keputusan untuk urusan pangan
didominasi oleh istri.Pengambilan keputusan pada bidang pendidikan, kesehatan,
keuangan, pemeliharaan rumah diambil bersama-sama. Pembagian kerja dalam keluarga
2
dalam sektor domestik dilakukan oleh istri. Pada aktivitas publik lebih banyak dilakukan
oleh suami, namun istri terkadang membantu mencari nafkah.
Tujuan Penulisan
Tujuan penulisan studi pustaka ini adalah:
1. Menganalisis peran gender dalam pemenuhan kebutuhan rumah tangga.
2. Menganalisis hubungan gender dengan strategi nafkah rumah tangga.
Kegunaan Penulisan
Penulisan studi pustaka ini diharapkan mampu memberikan informasi. Selain itu,
studi pustaka ini diharapkan membantu penulis dalam menyusun kerangka pemikiran
dan juga pertanyaan penelitian yang akan digunakan sebagai acuan untuk penelitian
berikutnya.
Metode Penulisan
Penulisan laporan studi pustaka ini dilakukan melalui pengkajian beberapa
Kepustakaan. Kepustakaan yang dimaksud adalah jurnal ilmiah, laporan hasil
penelitian, hasil seminar yang diterbitkan dalam prosiding, tesis, disertasi, dan
dokumentasi resume, serta tulisan atau artikel dalam media dan buku yang membahas
atau mempublikasikan masalah-masalah terkait. Pengkajian pustaka dilakukan melalui
proses membaca, meringkas, dan mengkritisi setiap judul pustaka yang relevan dengan
topic kajian untuk kemudian dianalisis dengan teori-teori yang relevan dan disusun
menjadi sebuah tulisan.
RINGKASAN DAN ANALISIS PUSTAKA
1. Jurnal Ekonomi dan Manajemen
Judul
: Strategi Pengarusutamaan Gender Sebagai Upaya
untuk Mencapai Tujuan Pembangunan Millenium
di Kabupaten Banjarnegara.
: 2012
Tahun
: Artikel Jurnal
Jenis Pustaka
: Elektronik
Bentuk Pustaka
: Endang Swastuti
Nama Penulis
: Jurnal Ekonomi dan Manajemen
Nama Jurnal
: Fakultas Ekonomi Universitas 17 Agustus1945
Penerbit
Semarang
: Vol. 25, No.1, 1 Januari 2012
Volume
: www.ejournal.ekonomiuntagsmg.ac.id
Alamat URL
Tanggal diunduh : 15 September 2014
Ketimpangan gender merupakan kendala dalam pencapaian kedudukan
perempuan sebagai mitra sejajar laki-laki dalam proses pembangunan. Ketimpangan
gender bisa terjadi disemua bidang baik kesehatan, pendidikan, ketenagakerjaan,
perekonomian, politik, Hak Asasi Manusia (HAM). Permasalahan lain yaitu
ketertinggalan perempuan dari laki-laki terkait pendidikan, kesehatan, jumlah
angkatan kerja perempuan yang bekerja di sektor public dan sumbangan dalam
ekonomi rumahtangga. Indikator dalam mengukur kesejahteraan dalam kesetaraan
dan keadilan gender yaitu Index Pembangunan Manusia (IPM), Index Pembanguan
Gender (IPG), dan Index Pemberdayaan Gender (IDG). Dampak dari ketidakadilan
gender terjadinya subordinasi, marjinalisasi, stereotype, beban kerja ganda,
Kekerasan. Semua ketidakadilan mengakibatkan terjadinya kesenjangan dan
ketidakadilan di antara perempuan dan laki-laki dalam hal akses, kontrol,
partisipasi, dan manfaat. Kesenjangan gender tersebut dipengaruhi oleh nilai sosial
budaya yang patriarkhi, pemahaman agama yang tidak komperhensif dan cenderung
parsial, serta rendahnya tekad perempuan. Untuk itu perlu membangun strategi yang
responsive gender.
Menurut hasil penelitian di Kabupaten Banjar dinyatakan bahwa angka
harapan hidup penduduk laki-laki lebih rendah dibandingankan perempuan,
kemudian tingginya angka kematian ibu hamil dipengaruhi oleh keadaan sosial
ekonomi yang rendah dan fasilitas pelayanan yang rendah pula. Selain itu tingginya
angka kematian bayi dikarenakan rendahnya kesehatan si ibu dan posisi perempuan
yang tersubordinasi oleh laki-laki, laki-laki sebagai kepala rumah tangga
mempunyai kontrol yang kuat terhadap sumberdaya dan menjadi pengambil
keputusan keluarga. Kondisi ini diperkuat oleh beban kerja ganda untuk membantu
mencari nafkah. Peserta KB masih di dominasi oleh kaum perempuan. Motivasi
penduduk Banjar dalam pendidikan 9 tahun masih tinggi, namun untuk melanjutkan
ke pendidikan menengah masih rendah. Anak perempuan lebih baik dalam
4
mengikuti pendidikan dibandingkan anak laki-laki.Tingkat pendidikan masih
tergolong rendah. Di bidang perekonomian ketenagakerjaan, perempuan lebih
banyak dibandingkan laki-laki. Di bidang kesejahteraan sosial ternyata jumlah
perempuan miskin lebih banyak dibandingkan laki-laki. Di bidang kelembagaan,
laki-laki masih terlihat mendominasi dibandingkan perempuan sebagai anggota
badan perwakilan desa. Bidang hukum dan HAM masih menunjukan kesenjangan
gender karena laki-laki masih mendominasi. Kemudian, dengan adanya
pembangunan melalui strategi pengarusutamaan gender, nampak bahwa akses,
kontrol, manfaat dan partisipasi perempuan dalam pembangunan meningkat.
Analisis:
Tingkat pendidikan, kesehatan, pekerjaan, kelembagaan, hukum dan HAM
berpengaruh terhadap profil akses dan kontrol perempuan. Di mana jumlah tenaga
kerja pada sektor pertanian didominasi oleh laki-laki daripada perempuan hal ini
juga disebabkan karena budaya atau pandangan masyarakat yang memandang lakilaki memiliki kuasa yang lebih dibandingkan perempuan sehingga lak-laki banyak
mendominasi di setiap sektor pekerjaan.
5
Tabel 1.Matriks Variabel dan Fakta Pendukung Pustaka 1.
Variabel
Fakta Pendukung
Pendidikan
Tingkat pendidikan penduduk di Kabupaten
Banjarnegara masih tergolong rendah.
Sebagian besar pendidikan SD sebannyak
332.691 orang (39,58%).
Kesehatan
Jumlah penduduk yang meninggal dunia pada
tahun 2009 sebanyak 2818 jiwa, terdiri dari
1.465 jiwa laki-laki dan 1.353 jiwa
perempuan hal ini menunjukan bahwa angka
harapan hidup laki-laki lebih rendah
dibandingkan perempuan.
Pekerjaan
Jumlah pencari kerja dan transmigrasi
Kabupaten Banjarnegara, tahun 2009, adalah
sebanyak 3.028 orang (47,23%). Jumlah
pencari kerja wanita lebih banyak
dibandingkan laki-laki.
Kelembagaan
Kesenjangan gender masih terjadi dimana
laki-laki masih mendominasi sebagai
Anggota Badan Pewakilan Desa pada tahun
2009 sebanyak 3.056 orang laki-laki
sementara perempuan hanya sebanyak 163
orang.
Hukum dan HAM
Masih terjadi kesenjangan gender dengan
adanya dominasi personil penegak hukum
yang diduduki oleh laki-laki. Jumlah
pengacaraterdiri dari 27 orang laki-laki dan 3
orang perempuan.
Budaya
Adanya budaya patriarkhi yang memandang
bahwa laki-laki lebih berkuasa dibandingkan
perempuan.
Profil akses dan kontrol
Jumlah tenaga kerja sektor pertanian masih
banyak didominasi laki-laki sehingga akses
dan kontrol perempuan masih rendah.
-
Pendidikan
Kesehatan
Pekerjaan
Hukum dan
HAM
- Kelembagaan
- Budaya
Strategi Pengurusutamaan
Gender
Profil Akses dan Kontrol
Gambar 1. Kerangka Berfikir Pustaka 1
6
2. Jurnal Sodality
Judul
:
Tahun
Jenis Pustaka
Bentuk Pustaka
Nama Penulis
Nama Jurnal
:
:
:
:
:
Penerbit
:
:
Volume
:
Alamat URL
Tanggal diunduh :
Analisis Gender dalam Program Desa Mandiri
Pangan: Studi Kasus Desa Jambakan, Kecamatan
Bayat, Klaten-Jawa Tengah
2008
Artikel Jurnal
Cetak
Siti Nurul Qoriah dan Titik Sumarti
Sodality:
Jurnal
Transdisiplin
Sosiologi,
Komunikasi, dan Ekologi Manusia.
Departemen Sains Komunikasi dan Pengembangan
Masyarakat
Vol. 02, No. 02, Agustus 2008
-
Masalah ketahanan pangan erat hubungannya dengan masalah kemiskinan.
Berdasarkan survey sosial ekonomi nasional (SUSENAS) tahun 2006 yang
dilakukan oleh Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukan bahwa jumlah penduduk
miskin di Indonesia pada bulan maret 2006 sebesar 39,05 juta atau 17.75 persen.
Untuk memperbaiki kondisi tersebut dibuatlah suatu kebijakan, namun dalam
implementasinya sering terjadi bias gender dalam program pembangunan dan
seringkali perempuan yang menjadi korban. Menurut hasil penelitian yang
dilakukan oleh Sumarti dkk menunjukan bahwa perempuan memiliki peran yang
cukup besar. Perempuan tidak hanya melakukan pekerjaan reproduktif, tetapi juga
melakukan pekerjaan produktif.
Penelitian ini menggunakan dua teknik analisis gender yaitu teknik analisis
Harvard yang terdiri atas 3 komponen yaitu profil aktivitas, profil akses dan profil
kontrol. Teknik analisis Moser mempertimbangkan kebutuhan praktis dan strategis.
Berdasarkan hasil penelitian di Desa Jambakan diketahui bahwa tingkat pendidikan
antara laki-laki dan perempuan adalah 1461 jiwa (55 persen) tidak ada perbedaan
akses antara laki-laki dan perempuan dalam memperoleh pendidikan.Pembagian
kerja antara laki-laki dan perempuan cenderung merata. Dalam hal akses dan
kontrol masih terjadi bias gender yaitu stereotipe dan subordinasi pada perempuan
di mana laki-laki yang melakukan ternak kambing sehingga perempuan kehilangan
akses terhadap program desa mandiri pangan dengan usaha ternak kambing. Secara
umum Program Desa Mandiri Pangan telah memenuhi kebutuhan praktis baik lakilaki maupun perempuan, namun belum mencapai kebutuhan strategis. Kemudian
faktor yang mempengaruhi ketimpangan gender yaitu budaya.
Analisis:
Dalam jurnal ini menyatakan bahwa pembagian kerja antara laki-laki dan
perempuan cenderung adil dan merata. Hal tersebut berpengaruh terhadap akses dan
kontrol atas perempuan dan laki-laki, di mana perempuan memilki kesempatan
mengakses sumberdaya pada bidang tertentu dan laki-laki juga memiliki
7
pekerjaannya masing-masing. Dengan pekerjaan yang sesuai dengan kebutuhan
laki-laki dan perempuan dapat memenuhi kebutuhan praktis yaitu (kebutuhan
jangka pendek) namun belum bisa mencapai kebutuhan strategis (jangka panjang).
Namun masih terjadi ketimpangan gender akibat budaya patriarkhi yang
memandang bahwa laki-laki sebagai bapak memiliki kuasa atas istri dan anaknya.
Tabel 2.Matriks Variabel dan Fakta Pendukung Pustaka 2.
Variabel
Fakta Pendukung
Pembagian Kerja
Pembagian kerja antara laki-laki dan perempuan
cenderung adil dan merata
Akses dan Kontrol
Untuk kelompok tenun, semua anggota yang
berjumlah 25 adalah perempuan hal ini karena
yang melakukan pekerjaan tersebut adalah
perempuan.
Kelompok
ternak
kambing
beranggotakan laki-laki 15 karena pandangan
yang melakukan ternak kambing adalah laki-laki
sehingga perempuan kehilangan akses dan
kontrol dalam hal ternak kambing
Kebutuhan Praktis
Secara umum telah memenuhi kebutuhan praktis
baik laki-laki maupun perempuan, tidak hanya
dijadikan sebagai modal untuk pengembangan
usaha namun banyak peserta memanfaatkan
untuk keperluan sehari-hari.
Budaya
Ketimpangan gender tersebut terjadi karena
akibat adanya hegemoni patriarki. Budaya ini
menganggap bahwa laki-laki sebagai bapak
berkuasa atas perempuan dan anak-anak
Budaya
Akses dan
Kontrol
Pembagian Kerja
Gambar 2. Kerangka Berfikir Pustaka 2
Kebutuhan
Praktis
8
3. Jurnal Transformasi Sosial
Judul
: Dari Pengurangan Emisi ke Menjawet: Strategi
Penerimaan REDD+ di Desa Buntoi.
: 2013
Tahun
: Artikel Jurnal
Jenis Pustaka
: Elektronik
Bentuk Pustaka
: Yetty Oktayanty
Nama Penulis
: Jurnal Transformasi Sosial
Nama Jurnal
: Jurusan Antropologi, Universitas Gadjah Mada,
Penerbit
Yogyakarta
: Nomor 30, Tahun XV, 2013
Volume
: http://www.insist.or.id
|
Alamat URL
http://insist.or.id/insistpress/
|
http://jurnalwacana.com/
Tanggal diunduh : 15 September 2014
REDD+ hadir sebagai akibat dari perdebatan mengenai tanggung jawab atas
emisi di dunia. Salah satu provinsi yang menerima program REDD+ yaitu Desa
Buntoi, Kalimantan Tengah.Buntoi menerima program REDD+ melalui Pusat
Informasi Lestari (PIL). Penelitian ini menggunakan pendekatan analisis
antropologi ekonomi dari Guderman (2001).Ada dua kriteria dalam membentuk
ekonomi yaitu Community (masyarakat) dan Market (pasar). Praktik ekonomi
dibangun melalui domain nilai, yaitu base (basis), social relationship (relasi sosial),
trade (perdagangan) dan
accumulation (akumulasi). Selain itu penulis
menggunakan kerangka kerja Harvard untuk menganalisis profil aktivitas serta
akses dan kontrol pada laki-laki maupun perempuan.
Masyarakat pada umumnya mengandalkan hutan sebagai sumber mencari
makanan, namun dengan adanya Hak Pengusahaan Hutan (HPH) negara tidak
memberikan akses pada masyarakat. Masyarakat pada umumnya menjawet dan
memanta gita.Berdasarkan hasil penelitian, dalam hal akses dan kontrol, posisi
perempuan lebih banyak menghabiskan waktu dan tenaga dalam bekerja, hasilnya
sedikit, curahan waktu banyak. Perempuan tidak memiliki kontrol sepenuhnya atas
pendapatan dalam rumah tangga. Basis ekonomi inilah yang dihubungkan dengan
penerimaan masyarakat melalui proyek livelihood (mata pencaharian). Tidak hanya
laki-laki, perempuan dipekerjakan sebagai buruh. Masyarakat diberikan kesempatan
berpartisipasi dalam penyediaan bahan bangunan. Basis ekonomi merupakan salah
satu alasan REDD+ diterima di Buntoi. Program ini menjadi arena akumulasi
masyarakat dan terbentuknya market society melalui logika keuntungan.
Analisis:
Jurnal ini menyatakan bahwa program REDD+ dapat membentuk suatu market
society. Market society terbentuk atas dimensi basis, relasi sosial, perdagangan, dan
akumulasi. Program ini juga memberikan pekerjaan tambahan bagi perempuan dan
9
laki-laki. Tidak hanya laki-laki, perempuan juga memperoleh akses dan kontrol
yang sama terhadap sumberdaya. Mereka ikut serta berpartisipasi dalam proyek.
Tabel 3.Matriks Variabel dan Fakta Pendukung Pustaka 3.
Variabel
Fakta Pendukung
Base (Basis)
Basis ekonomi merupakan salah satu alasan
REDD+ diterima di Buntoi.
Social relationship (relasi sosial)
PIL menjadi arena akumulasi masyarakat.
Trade (perdagangan)
PIL sebagai peluang-peluang ekonomi yang mampu
memberikan tambahan pendapatan keluarga.
Accumulation (akumulasi)
Terbentuknya market society.
Basis
Relasi
Sosial
Perdagangan
Akumulasi
Gambar 3. Kerangka Berfikir Pustaka 3
4. Jurnal Kependudukan Padjajaran
Judul
: Analisis Gender pada Keluarga Petani Padi dan
Holtikultura di Daerah Pinggiran Perkotaan
: 2008
Tahun
: Artikel Jurnal
Jenis Pustaka
: Elektronik
Bentuk Pustaka
: Rani Andriani & Euis Sunarti
Nama Penulis
: Jurnal Kependudukan Padjajaran
Nama Jurnal
: Jurusan Sosial Ekonomi Pertanian, Fakultas
Penerbit
Pertanian Universitas Padjajaran dan Depatemen
Ilmu Keluarga dan Konnsumen, Fakultas Ekologi
Manusia, Institut Pertanian Bogor
: Vol. 10, No. 1, Januari 2008
Volume
: http://jurnal.unpad.ac.id/kependudukan/article/view/
Alamat URL
Tanggal diunduh :
15 September 2014
Secara tradisional perempuan memegang peran pada sektor domestik rumah
tangga dan pria bertugas mencari nafkah. Namun, tak jarang perempuan terlibat
dalam mencari nafkah. Akibatnya perempuan memikul beban ganda. Peran
perempuan dalam sektor domestik adalah mengelola sumberdaya keluarga yang
dimilikinya diharapkan dapat mewujudkan kesejahteraan keluarga. Pengambilan
10
keputusan merupakan hal yang penting dalam mengelola sumberdaya keluarga. Di
bidang pertanian, pola nafkah ganda merupakan strategi survival dimana hasil
pertanian belum mencukupi kebutuhan pangan keluarga, sehingga anggota keluarga
terpaksa memasuki usaha luar pertanian.
Penelitian ini bertujuan mengkaji peran antara suami dan istri dalam
pengambilan keputusan dan pembagian kerja di sektor domestik dan publik.
Penelitian ini menggunakan data primer dan data sekunder dengan analisis
deskriptif untuk menganalisis persepsi tentang gender, serta pengambilan keputusan
dan pembagian kerja. Uji beda t untuk melihat perbedaan persepsi gender,
kemudian analisis korelasi rank spearman untuk menganalisis hubungan antar
variable. Berdasarkan hasil penelitian, sebagian besar responden berada pada usia
kerja dapat dikatakan bahwa keluarga memiliki sumberdaya yang cukup untuk
mencari nafkah. Tingkat pendidikan masih tergolong rendah. Pada keluarga petani
lebih dari separuh istri (64%) dan (50%) suami menempuh pendidikan sampai
sekolah dasar (SD). Tingkat pendidikan yang rendah mengakibatkan sulit
memperoleh pekerjaan.Sektor pertanian masih merupakan andalan petani dalam
mencari nafkah. Rata-rata pendapatan perkapita petani berada diatas garis
kemiskinan yaitu Rp 260.469,00/bulan. Peran suami lebih mendominasi dalam
pengambilan keputusan dan istri menempati posisi rendah. Istri boleh membantu
suami mencari nafkah, perempuan berhak mendapatkan akses dan kontrol
sumberdaya yang ada. Pengambilan keputusan untuk urusan pangan didominasi
oleh istri. Pengambilan keputusan pada bidang pendidikan, kesehatan, keuangan,
pemeliharaan rumah diambil bersama-sama.Pembagian kerja dalam keluarga dalam
sektor domestik dilakukan oleh istri. Pada aktivitas publik lebih banyak dilakukan
oleh suami, namun istri terkadang membantu mencari nafkah.
Analisis:
Dalam jurnal ini menyatakan bahwa umur responden sesuai dengan usia kerja.
Kemudian tingkat pendidikan petani yang relatif rendah dan mengakibatkan
sulitnya mencari pekerjaan. Peran suami masih mendominasi dalam proses
pengambilan keputusan dalam keluarga. Namun istri boleh membantu suami dalam
mencari nafkah tambahan.Sehingga dengan bekerjanya seorang istri dapat
menambah pendapatan keluarga untuk memenuhi kebutuhan keluarganya.
11
Tabel 4.Matriks Variabel dan Fakta Pendukung Pustaka 4.
Fakta Pendukung
Variabel
Umur
Usia kerja 16-64 tahun. Sebagian besar
responden berada pada usia kerja. Pada
keluarga petani padi, 94 persen istri dan 92
persen suami merupakan penduduk usia kerja.
Tingkat Pendidikan
Pada keluarga petani padi, lebih dari separuh
istri (64%) dan (50%) suami menempuh
pendidikan hingga tamat Sekolah Dasar (SD).
Pengambilan Keputusan
Secara keseluruhan, perspektif gender dalam
pengambilan keputusan mengenai aktivitas di
sektor domestic lebih dari separuh keluarga
petani padi (56%) termasuk dalam kategori
sedang.
Pembagian Kerja
(40%) istri dan sebagian besar suami (94%)
memiliki mata pencaharian utama sebagai
petani.
Pendapatan
Rata-rata pendapatan/kapita keluarga petani
padi adalah Rp 260.469,00/bulan dan
sebagian besar keluarga (76%) memiliki
pendapatan
perkapita
diatas
garis
kemiskinanyang ditetapkan oleh BPS.
Karakteristik
Individu
Pembagian
Kerja
Pendapatan
- Pendidikan
- Umur
Pengambilan
Keputusan
Gambar 4. Kerangka Berfikir Pustaka 4
12
5. Jurnal Ekonomi Pembangunan
Judul
: Peran Aktif Wanita dalam Peningkatan
Pendapatan Rumahtangga Miskin: Studi Kasus
pada Wanita Pemecah Batu di Pucanganak
Kecamatan Tugu Trenggalek
: 2008
Tahun
: Artikel Jurnal
Jenis Pustaka
: Elektronik
Bentuk Pustaka
: Sugeng Haryanto
Nama Penulis
: Jurnal Ekonomi Pembangunan
Nama Jurnal
: Universitas Merdeka Malang
Penerbit
:
Volume
:
Alamat URL
Tanggal diunduh :
Vol. 9, No. 02, Desember 2008
http://publikasiilmiah.ums.ac.id
20 September 2014
Fenomena yang menarik dalam rumah tangga miskin dalam
mempertahankan hidup yaitu penghematan pengeluaran rumah tangga,
pengoptimalan pendapatan rumah tangga. Hal ini menuntut istri untuk dapat
mengerahkan sumberdaya ekonomi rumah tangga. Kondisi tersebut mendorong
wanita untuk bekerja di luar rumah. Wanita pada rumah tangga miskin umumnya
mempunyai tingkat pendidikan yang rendah dan keterampilan rendah. Penelitian ini
dilakukan di Pucanganak Tugu Trenggalek yang ditemukan banyak pekerja sebagai
pemecah batu. Pekerjaan ini tidak membutuhkan pendidikan dan keterampilan yang
tinggi. Penelitian ini menganalisis mengenai pendapatan rumah tangga, pekerja
wanita, peran aktif wanita, rumah tangga miskin data tersebut diambil
menggunakan metode Purposive Random Sampling, metode kuisioner, wawancara
mendalam dan observasi langsung.
Berdasarkan hasil penelitian pendidikan wanita pemecah batu relatif rendah
dan tidak memerlukan keterampilan tertentu. Pekerjaan suami sebagai petani, buruh
tani, dan kuli bangunan. Tingkat pendapatan yang diperoleh istri sebagai pemecah
batu relatif tinggi dan digunakan untuk memenuhi kebutuhan rumah tangga.
Umumya para wanita bekerja sehari selama 5 jam sampai dengan 8 jam (73,33
persen) mereka biasanya bekerja sejak pagi hari.
Analisis:
Tingkat pendidikan wanita yang relatif rendah ternyata tidak berpengaruh
terhadap pekerjaannya sebagai pemecah batu karena pekerjaan ini tidak
memerlukan pendidikan yang tinggi dan keterampilan. Pekerjaan sebagai pemecah
batu memerlukan waktu sehari selama 5-8 jam saja dan tidak menggangu kegiatan
kelurga lainnya, dengan bekerja sebagai pemecah batu dapat menambah pendapatan
keluarga.
13
Tabel 5.Matriks Variabel dan Fakta Pendukung Pustaka 5.
Variabel
Fakta Pendukung
Pendidikan
Pendidikan para wanita relative rendah
hampir 97% hanya berpendidikan sampai
Sekolah Dasar (SD), dimana 33,3% tidak
pernah sekolah dan 30% pernah sekolah di
SD dan 33,33 lulus SD.
Pekerjaan
Pekerjaan suami para pemecah batu cukup
bervariasi yaitu sebagai buruh tani 33,3
persen .
Curahan Waktu
Para wanita pemecah batu rata-rata bekerja
sehari selama 5 jam sampai 8 jam (73,33
persen).
Peran Wanita
Pekerjaan sebagai pemecah batu tidak
mengganggu kegiatan keluarga seperti
mengasuh anak, karena lokasi pekerjaan
yang dekat dari rumah.
Pendapatan
Pendapatan suami rata-ratanya Rp 61.000,
sedangkan istri hanya sebesar Rp 40.000
Pendidikan
Pekerjaan
Curahan Waktu
Pendapatan
Peran Wanita
Gambar 5.Kerangka Berfikir Pustaka 5
6. Jurnal Sodality
Judul
:
Tahun
Jenis Pustaka
Bentuk Pustaka
Nama Penulis
:
:
:
:
Nama Jurnal
:
Penerbit
:
:
Volume
:
Alamat URL
Tanggal diunduh :
Struktur Nafkah Rumah Tangga Petani
Transmigran: Studi Sosio-ekonomi di Tiga
Kampung di Distrik Masni Kabupaten Manokwari
2009
Artikel Jurnal
Elektronik
Paulina P, Tulak, Arya Hadi Dharmawan, dan
Bambang Juanda
Sodality: Jurnal Transdisiplin, Komunikasi, dan
Ekologi Manusia
Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat
Vol. 03, No. 02, Agustus 2009
http://journal.ipb.ac.id/index.php/sodality/article/
20 September 2014
14
Pembangunan pedesaan didorong untuk lebih memanfaatkan inisiatif dan
kekuatan-kekuatan lokal dalam upaya meningkatkan produksi dan taraf hidup
ekonomi yang lebih baik. Program transmigrasi merupakan salah satu program yang
bertujuan meningkatkan taraf hidup ekonomi rumah tangga lapisan bawah yang
menghadapi persoalan kemiskinan karena kelangkaan lahan dan tekanan ekonomi di
daerah asal juga untuk mengentaskan kemiskinan. Strategi nafkah dalam hal ini
yaitu cara kegiatan ekonomi untuk bertahan hidup. Strategi nafkah digolongkan
menjadi 3 golongan yaitu rekayasa sumber nafkah pertanian, pola nafkah ganda,
dan rekayasa spasial.Strategi rumah tangga yang dibangun oleh transmigran
berbeda tergantung daya adaptasi terhadap sistem ekologi mereka.
Penelitian ini menggunakan metode Purposive dan menggunakan
pendekatan kualitatif, kuantitatif dan desktriptif. Berdasarkan hasil penelitian
rumah tangga petani tidak lagi mengandalkan pada single of income (farm) namun
menggunakan sektor non pertanian (non farm). Rumah tangga petani transmigran
etnis Jawa mengalami transformasi struktur nafkah yang lebih cepat dari pada etnis
lokal. Terdapat pula berbagai strategi nafkah yaitu pola strategi nafkah berserak,
pola nafkah ganda, dan pola nafkah berbasis bantuan. Desa dengan rumah tangga
nafkah ganda lebih makmur secara ekonomi. Penelitian ini menemukan bahwa
semakin tinggi lapisan ekonomi rumah tangga petani maka akan semakin intensif
bersentuhan dengan sektor non farm. Selain itu penguatan sektor non farm membuat
ketimpangan pendapatan antar lapisan rumahtangga petani yang cukup tinggi.
Analisis:
Dalam jurnal ini terlihat bahwa struktur nafkah yang pada awalnya pada singlesource of income (farm) mulai beralih mengandalkan non farm. Kemudian,
munculah berbagai strategi nafkah yang terdiri atas strategi nafkah berserak, pola
nafkah ganda, serta nafkah berbasis bantuan. Transmigran dengan etnis Jawa
ternyata lebih cepat mengalami transformasi struktur nafkah dibandingkan
penduduk lokal. Semakin tingginya lapisan ekonomi seseorang maka akan semakin
intensif bersentuhan dengan sektor non farm. Hal ini menyebabkan terjadinya
ketimpangan pendapatan pada setiap lapisan.
15
Tabel 6.Matriks Variabel dan Fakta Pendukung Pustaka 6.
Variabel
Fakta Pendukung
Struktur Nafkah
Struktur nafkah rumah tangga petani kini
tidak lagi mengandalkan pada single-source
of income (Farm) namun juga pada sektor
non-farm.
Strategi Nafkah
Strategi nafkah yang dapat diinventarisasikan
yaitu: strategi nafkah berserak, pola nafkah
ganda, pola nafkah berbasis bantuan.
Etnis
Rumah tangga petani transmigran etnis jawa
mengalami transformasi struktur nafkah yang
lebih cepat dan luas dibandingkan dengan
rumahtangga petani lokal.
Ekonomi
semakin tinggi lapisan ekonomi rumah
tangga petani maka akan semakin intensif
bersentuhan dengan sektor non farm.
Ketimpangan Pendapatan
Terjadinya ketimpangan pendapatan pada
sektor farm dan non farm. Pendapatan petani
Rp 7 .000.000/tahun untuk lapisan atas dan
Rp 24.031.000/tahun pada sektor non farm.
Ekonomi
Struktur Nafkah
Strategi Nafkah
Etnis
Ketimpangan
Pendapatan
Gambar 6. Kerangka Berfikir Pustaka 6
16
7. Jurnal Sodality
Judul
:
Tahun
Jenis Pustaka
Bentuk Pustaka
Nama Penulis
:
:
:
:
Nama Jurnal
:
Penerbit
:
:
Volume
:
Alamat URL
Tanggal diunduh :
Strategi Nafkah Rumah Tangga Petani Tembakau
di Lereng Gunung Simbing: Studi Kasus di Desa
Wonotirto dan Desa Campursari, Kecamatan
Bulu, Kabupaten Temanggung
2010
Artikel Jurnal
Elektronik
Widiyanto, Arya Hadi Dharmawan, dan Nuraini
W. Prasodjo
Sodality: Jurnal Transdisiplin, Komunikasi, dan
Ekologi Manusia
Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat
Vol. 4, No. 1, April 2010
http://journal.ipb.ac.id/index.php/sodality/article/
20 September 2014
Indonesia merupakan salah satu produsen tembakau terbesar di Dunia.
Sementara pengusahaan tembakau di Indonesia 98% adalah perkebunan rakyat.
Sebagai komoditas ekspor tembakau menjadi tanaman yang komersial dan berbasis
pasar. Pada mulanya petani membudidayakan tembakau dengan sistem garang. Pada
saat panen petani menjualnya ke tengkulak dan dari hasil penjualan tersebut
digunakan untuk membeli barang apapun untuk memenuhi kekebutuhan hidupnya.
Penelitian ini menggunakan pendekatanan sustainable livelihood, pendekatan ini
tidak hanya berbicara mengenai pendapatan (income poverty) dan pekerjaan (jobs).
Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini yaitu menggunakan
paradigm konstrutivisme dan pendekatan kualitatif.Hasil penelitian menunjukan
bahwa petani sangat dinamis, beragam dalam merespon perubahan baik kebijakan
maupun sosial ekologi. Respon tersebut akan menggerakan modal alam, modal
fisik, modal SDM, modal financial, dan modal sosial dan ang berupa tangible dan
intangible assets. Petani tembakau sangat rentan terhadap fluktuasi harga dan
perubahan musim dan cuaca.Untuk itu, petani harus bisa mengahadapi resiko
dengan mengelola struktur nafkah.Sistem nafkah yang dibangun sangat dipengaruhi
oleh moral.
Berdasarkan hasil penelitian, petani sawah mulai terdorong untuk merambah
sektor non farm (sistem nafkah ganda). Secara faktual strategi nafkah petani
merupakan cerminan dari sikap moral yang dilandaskan oleh etika sosial kolektif,
strateginya yaitu: strategi solidaritas sosial vertical, strategi solidaritas horizontal,
strategi berhutang dan strategi patronase. Selain itu strategi nafkah berasaskan pada
etika maksimalisasi keuntungan: strategi akumulasi, dan strategi manipulasi. Selain
itu strategi nafkah berbasis pada pemenuhan kebutuhan yaitu strategi serabutan,
strategi migrasi kontemporer, dan strategi produksi.pada situasi normal strategi
nafkah yang melekat pada petani yaitu solidaritas vertical dan manipulasi
komoditas. Pada saat kritis rumahtangga petani akan menggunakan strategi
berhutang. Modal sosial merupakan komponen penting dalam kehidupan. Modal
sosial terdiri atas claim dan asset.
17
Analisis:
Dalam strategi nafkah dipengaruhi oleh moral baik etika moral, etika materialism,
etika sosial-kolektif. Etika tersebut mempengaruhi strategi nafkah petani tembakau.
Selain moral, modal sosial juga sangat penting dalam kehidupan petani tembakau.
Tabel 7.Matriks Variabel dan Fakta Pendukung Pustaka 7.
Variabel
Fakta Pendukung
Moral (etika)
Secara historis, tembakau adalah komoditas
yang
diperkenalkan
penjajah
yang
berorientasi pasar. Dengan kata lain
komersialisme telah tumbuh semenjak
tembakau dikenal petani. etika komersialisme
tercrmin dari beberapa aktivitas marketsphere.
Strategi Nafkah
Strategi nafkah yang dimiliki petani
tembakau antara lain: : strategi solidaritas
sosial vertical, strategi solidaritas horizontal,
strategi berhutang dan strategi patronase.
Selain itu strategi nafkah berasaskan pada
etika maksimalisasi keuntungan: strategi
akumulasi, dan strategi manipulasi.
Modal Sosial
Trust menjadi penghubung. Pemilik tanah
percaya bahwa petani mampu mengemban
tanggung jawab sebagai pengelola lahan yang
jujur dan memiliki itikad baik.
Moral (Etika)
Strategi Nafkah
Modal Sosial
Gambar 7. Kerangka Berfikir Pustaka 7
18
8. Jurnal Penelitian
Judul
: Pemberdayaan Wanita Mendukung Strategi Gender
Mainstreaming dalam Kebijakan Pembangunan
Pertanian di Pedesaan
: 2007
Tahun
Jenis Pustaka : Artikel Jurnal
: Elektronik
Bentuk
Pustaka
Nama Penulis : Roosganda Elizabeth
Nama Jurnal : Jurnal Penelitian Agroekonomi
: Pusat Analisis Sosial Ekonomi dan Kebijakan
Penerbit
Pertanian
: Vol. 25, No.2, Agustus 2007
Volume
Alamat URL : http://pse.litbang.deptan.go.id/ind/index.php./publikas
i/forum-agro-ekonomi/310-forum-agro-ekonomivol25-no02-2007/2072-pemberdayaan-wanitamendukung-strategi-gender-mainstreaming-dalamkebijakan-pembangunan-pertanian-di-pedesaan
: 20 September 2014
Tanggal
diunduh
Paradigma modernisasi telah membawa beberapa perubahan sosial pada
masyarakat petani, baik struktur sosial, budaya, politik dan ekonomi. Namun,
pertumbuhan tersebut belum sepenuhnya mengimbangi peningkatan ekonomi
rumah tangga petani. Keberhasilan pembangunan pertanian yang belum optimal
diakibatkan belum optimalnya kualitas Sumberdaya Manusia (SDM).Perbaikan dan
peningkatan kualitas SDM bersifat multi dimensi, baik pendidikan, keterampilan,
kesempatan kerja, maupun kesehatan.Keseluruhan berkaitan dengan peran, tugas,
dan fungsi serta kedudukan wanita dalam strategi pembangunan pertanian.Peran
dan kedudukan penting dalam hubungan sosial masyarakat. Peran merupakan
perilaku individu dalam struktur sosial dan kedudukan yang akhirnya akan
memberikan fasilitas sesuai dengan peranan. Perubahan peran dan status wanita
dipacu oleh ekonomi sehingga menyebabkan disintegrasi pembagian kerja gender.
Timbulah marjinalisasi dimana kaum wanita selalu tertinggal dibandingkan kaum
pria.
Penelitian ini menemukan bahwa wanita memiliki potensi dan peluang
sebagai tenaga kerja, namun keterbatasan kesempatan kerja menunjukan bahwa
wanita perlu diberdayakan. Pemberdayaan merupakan serangkaian upaya untuk
meningkatkan kemampuan dan memperluas akses terhadap kondisi untuk
mendorong kemandirian. Potensi individu berkaitan dengan kemampuan mengakses
dan memanfaatkan peluang yang ada.Wanita terindikasi memiliki peran ganda
dalam rumah tangga karena semakin sulitnya ekonomi. Pemberdayaan merupakan
strategi untuk meningkatkan peran dan peluang wanita tani. Kesadaran gender
artinya pria dan wanita bekerja sama dalam suatu hubungan keharmonisan cara,
memiliki kesamaan hak, tugas, posisi, peran dan peluang (kesempatan) dan
19
menaruh perhatian terhadap kebutuhan-kebutuhan spesifik yang melengkapinya dan
memperkuatnya (Vitalaya, 1995). Pola nafkah ganda yang pernah dipopulerkan oleh
Sayogyo telah membuktikan manfaat positif peran ganda wanita, bukan hanya
marjinalisasi wanita.
Analisis:
Peran ganda perempuan dalam keluarga menjadikan terjadinya marjinalisasi kaum
perempuan. Perempuan memiliki pola nafkah ganda untuk mencukupi kebutuhan
ekonomi rumah tangganya. Semakin rendah tingkat ekonomi suatu rumah tangga
petani, makin besar curahan tenaga dan waktu wanita tani dalam upaya memperoleh
pendapatan keluarga.Pemberdayaan merupakan upaya untuk meningkatkan akses
wanita terhadap sumberdaya. Dengan adanya peningkatan akses maka akan
meningkatkan taraf ekonomi sehingga menigkat pula pendapatan dalam keluarga.
Tabel 8.Matriks Variabel dan Fakta Pendukung Pustaka 8.
Variabel
Fakta Pendukung
Peran
Perubahan peran dan status wanita dipacu oleh
ekonomi sehingga menyebabkan disintegrasi
pembagian kerja gender.
Marjinalisasi
Marjinalisasi kaum wanita tercermin pada
tertindasnya dan perlakuan diskriminatif
“Pembagian kerja”, yang wanita terima dari
berbagai kalangan/ lingkungan.
Pola Nafkah Ganda
Wanita terindikasi memiliki peran ganda dalam
rumah tangga karena semakin sulitnya ekonomi.
Pemberdayaan
Pemberdayaan merupakan serangkaian upaya
untuk
meningkatkan
kemampuan
dan
memperluas akses terhadap kondisi untuk
mendorong kemandirian.
Ekonomi
Perubahan peran dan status wanita dipacu oleh
ekonomi.
Pendapatan
Sumbangan pendapatan wanita tani dari pola
nafkah ganda terbukti cukup besar dalam
penghasilan keluarga.
Peran
Pola Nafkah
Ganda
Marjinalisasi
Ekonomi
Pendapatan
Gambar 8. Kerangka Berfikir Pustaka 8
Pemberdayaan
Akses
20
9. Jurnal Sodality: Jurnal Sosiologi Pedesaan
Judul
: Analisis Gender terhadap Tingkat Keberhasilan
Pelaksanaan CSR Bidang Pemberdayaan Ekonomi
Lokal PT Holcim Indonesia Tbk
: 2012
Tahun
Jenis Pustaka : Artikel Jurnal
: Cetak
Bentuk
Pustaka
Nama Penulis : Debbie Luciani Prastiwi dan Titik Sumarti
Nama Jurnal : Jurnal Sodality: Jurnal Sosiologi Pedesaan
: Departemen Sains Komunikasi dan Pengembangan
Penerbit
Masyaratak Bekerjasama dengan Ikatan Sosiologi
Indonesia
: Vol. 06, No. 01, April 2012
Volume
Alamat URL
:
Tanggal
diunduh
:
-
Menurut Hubeis (2010) kualitas hidup manusia dapat diukur berdasarkan
pengukuran Human Development Index (HDI), Gender Development Index (GDI)
dan Gender Empowerment Measure (GEM) yang digunakan untuk mengevaluasi
kualitas hidup dan pembangunan manusia serta mengukur kesetaraan dan keadilan
gender. Indonesia masih tergolong lebih rendah dibandingkan Negara ASEAN.
HDI, GDI, dan GEM Indonesia menunjukan bahwa terdapat kesenjangan gender
(gap) antara laki-laki dan perempuan dalam berbagai kehidupan. Ketidaksetaraan
dan ketidakadilan gender terdapat pada peran (pembagian kerja), akses, kontrol,
partisipasi, dan manfaat dalam pembangunan nasional. Salah satu program yang
gencar dilaksanakan adalah CSR yang berorientasi pada aspek ekonomi (profit),
aspek sosial (bottom lines), dan aspek lingkungan (planes). Pembiayaan usaha
mikro melalui Baitul Maal wa Tamwil (BMT) merupakan salah satu program CSR
yang memberdayakan ekonomi lokal.
Penelitian ini menggunakan teknik analisis Harvard untuk menganalisis
profil kegiatan, profil akses dan kontrol dan faktor yang mempengaruhi akses dan
kontrol. Selain itu menggunakann teknik analisis Moser dengan komponen
kebutuhan praktis dan kebutuhan strategis gender. Penelitian ini ditemukan bahwa
peserta laki-laki pembiayaan BMT Swadaya Pribumi berumur lebih muda
dibandingkan perempuan. Tingkat pendidikan laki-laki lebih tinggi dibandingkan
perempuan. Tingkat pendapatan tergolong rendah baik laki-laki maupun
perempuan. Sehingga laki-laki memiliki akses kontrol, serta manfaat yang lebih
tinggi terhadap sumberdaya dibandingkan dengan perempuan. Tingkat keberhasilan
BMT ditinjau pula dari kebutuhan praktis dan kebutuhan strategis baik laki-laki
maupun perempuan.
21
Analisis:
Karakteristik individu yaitu umur, tingkat pendidikan, tingkat pendapatan, serta
pembagian kerja berpengaruh terhadap akses, kontrol serta manfaat yang diterima
laki-laki maupun perempuan. Dengan perbedaan akses, kontrol dan manfaat yang
diterima oleh laki-laki maupun perempuan berpengaruh terhadap tingkat kesetaraan
dimana laki-laki memiliki akses, kontrol serta manfaat yang lebih besar
dibandingkan perempuan.
22
Tabel 9. Matriks Variabel dan Fakta Pendukung Pustaka 10
Variabel
Fakta Pendukung
Umur
Sebagian besar responden laki-laki berumur
45 tahun kebawah yakni sebesar 66,7 % dan
hanya sebesar 33,3% yang berumur 45 tahun
keatas. Sedangkan perempuan berumur 45
tahun keatas sebanyak 66,7% dan umur 45
tahun kebawah 33,7%. Hal ini menunjukan
bahwa peserta laki-laki berumur lebih muda
dibandingkan dengan peserta perempuan.
Tingkat Pendidikan
Responden laki-laki 40% tamat SMA
sedangkan perempuan 80% tidak tamat SD.
Tingkat Pendapatan
Sebagian besar laki-laki dan perempuan
berada pada tingkat pendapatan Rp 400.000,sampai Rp 4.500.000,-
Pembagian Kerja
Kegiatan produktif melalui kegiatan mencari
nafkah dikerjakan secara bersama (50%),
kedua dikerjakan oleh laki-laki saja (30%),
dan ketiga dikejakan oleh perempuan saja
(20%).
Kegiatan
reproduktif
100%
dikerjakan perempuan. Hal ini menunjukan
bahwa perempuan memiliki beban kerja yang
lebih banyak dibandingkan dengan laki-laki.
Akses
Laki-laki memiliki akses leih tinggi
dibandingkan dengan persempuan yaitu
sekitar 6,7%.
Kontrol
Laki-laki memiliki kontrol yang besar
terhadap sumberdaya yaitu sebesar (93,3%)
sedangkan perempuan (66,7%).
Manfaat
Perempuan merasa memperoleh manfaat
tinggi sebesar (60%) sedangkan laki-laki
sebesar (53,3%).
Tingkat Kesetaraan
Terdapat (26,7%) perempuan menyatakan
tidak setara gender.
Kebutuhan Praktis
Responden laki-laki berada pada posisi
rendah dalam pemenuhan kebutuhan praktis
(53,3%) sedangkan perempuan sebesar
(66,7%). Hal ini `menunjukan bahwa
perempuan tingginya tingkat pemenuhan
kebutuhan praktis oleh perempuan.
Kebutuhan Startegis
Sebesar (60%) perempuan berada pada posisi
pemenuhan strategis rendah sedangakan lakilaki berada pada pemenuhan kebutuhan
strategis tinggi yaitu sebesar (86,7%). Hal ini
menjunjukan bahwa laki-laki merasa
kebutuhan strategisnya terpenuhi.
23
Karakteristik Individu
-
Umur
Tingkat Pendidikan
Tingkat Pendapatan
Pembagian Kerja
- Akses
- Kontrol
- Manfaat
Kebutuhan
Praktis
Kebutuhan
Strategis
Gambar 9. Kerangka Berfikir Pustaka 9
10. Jurnal Penelitian dan Pengembangan Kesejahteraan Sosial
Judul
: Analisis Gender Terhadap Strategi Koping dan
Kesejahteraan Keluarga
: 2010
Tahun
Jenis Pustaka : Artikel Jurnal
: Elektronik
Bentuk
Pustaka
Nama Penulis : Herien Puspitawati, Tin Herawati, Ma’mun Sarma
Nama Jurnal : Jurnal Penelitian dan Pengembangan Kesejahteraan
Sosial.
: Pusat Penelitian dan Pengembangan Kesejahteraan
Penerbit
Sosial,
Badan
Pendidikandan
Penelitian
Kesejahteraan Sosial, Kementeriaan Sosial Republik
Indonesia.
: Vol. 15, No. 02, Mei- Agustus 2010
Volume
Alamat URL
:
Tanggal
diunduh
:
15 September 2014
Salah satu tujuan pembangunan nasional yaitu menciptakan keadilan gender
bagi peningkatan peran perempuan. Gender adalah perbedaan peran, fungsi,
kedudukan, tanggungjawab baik perempuan maupun laki-laki. Berdasarkan data
statistic, tingkat partisipasi angkatan kerja perempuan lebih rendah dibandingkan
laki-laki.Penelitian ini menggunakan metode survey untuk melihan peran gender,
kemitraan peran gender.
Berdasarkan hasil dari penelitian tersebut ditemukan bahwa tingkat
pendidikan perempuan masih tergolong rendah. Menurut selang usianya, termasuk
kedalam golongan produktif. Pekerjaan yang dimiliki suami lebih beragam.Namun
tingkat pendapatan keluarga masih tergolong rendah yaitu berada dibawah garis
kemiskinan Kabupaten Bogor. Terdapat pembagian peran antara laki-laki dan
perempuan dalam hal pengambilan keputusan dan strategi koping yang menunjukan
bahwa dalam pengambilan keputusan dan pelaksanaan strategi koping didasari oleh
kemitraan antara suami dan istri. Namun, terdapat masalah dalam hal kecukupan
24
ekonomi yang rendah, dengan tingkat ekonomi yang rendah dapat berpengaruh pada
rendahnya tingkat kesejahteraan.
Analisis:
Tingkat pendidikan perempuan yang rendah mengakibatkan sulitnya mencari
pekerjaan sehingga pekerjaan suami lebih beragam dibandingkan pekerjaan istri
walaupun termasuk pada kategori usia produktif. Pembagian kerja dalam keluarga
berpengaruh terhadap proses pengambilan keputusan dan strategi koping, kemudian
akan mempengaruhi tingkat kecukupan ekonomi yang juga akan mempengaruhi
tingkat kesejahteraan keluarga.
Tabel 10.Matriks Variabel dan Fakta Pendukung Pustaka 10
Fakta Pendukung
Variabel
Tingkat Pendidikan
Pendidikan ibu sebanyak (47,1%) tidak tamat
Sekolah Dasar.
Umur
Presentasi tertinggi umur ibu adalah pada selang
36-40 dengan rata-rata 39,7 tahun yang masih
tergolong usia produktif.
Jenis Pekerjaan
Lebih dari (75%) suami bekerja sebagai petani.
Tingkat Pendapatan
Garis Kemiskinan Kabupaten Bogor sebesar Rp
183.067/Kap/Bln, sedangkan pendapatan per
kapita per bulan sebesar Rp 133.778,82. Hal
tersebut menunjukan bahwa pendapatan dibawah
garis kemiskinan Kabupaten Bogor.
Pembagian Peran (Pengambilan Keputusan dan
Strategi Koping)
Pembagian peran terhadap proses pengambilan
keputusan Terdiri dari aspek manajemen aspek
keuangan, pangan, pendidikan, kesehatan.
Strategi koping berhemat, strategi koping
penambahan pendapatan keluarga
Kecukupan Ekonomi
Tingkat kecukupan ekonomi (84,5%) yang
tergolong pada golongan yang rendah.
Tingkat Kesejaheraan
Tingkat kesejahteraan subyektif dipengaruhi
secara nyata dan tidak langsung oleh tingginya
pendidikan suami dan istri dan rendahnya
kecukupan ekonomi keluarga.
Karakteristik Keluarga
-
Tingkat
Pendidikan
Umur
Tingkat
Pendapatan
Pembagian Peran
(Pengambilan Keputusan
dan Strategi Koping)
Kecukupan
Ekonomi
Tingkat
Kesejahteraan
Gambar 10. Kerangka Berfikir Pustaka 10
RANGKUMAN DAN PEMBAHASAN
Konsep Gender
Kata “gender” diartikan sebagai perbedaan peran, fungsi, status dan
tanggung jawab pada laki-laki dan perempuan sebagai hasil dari bentukan
konstruksi sosial budaya yang tertanam lewat proses sosialisasi dari satu generasi
ke generasi berikutnya (Puspitawati 2012). Konsep gender adalah sifat yang
melekat pada kaum laki-laki dan perempuan yang dibentuk oleh faktor-faktor sosial
maupun budaya, sehingga lahir beberapa anggapan tentang peran sosial dan budaya
laki-laki dan perempuan (Handayani T 2008). Menurut Andriani et al (2008),
Gender sebagai suatu konsep hubungan sosial membedakan fungsi antara pria dan
perempuan yang terjadi melalui proses sosialisasi, penguatan, dan konstruksi sosial,
kultural dan keagamaan. Sedangkan, Puspitawati, Tin Hernawati, dan Ma’mun
Sarma (2010) mengemukakan bahwa Gender adalah perbedaan peran, fungsi,
persifatan, kedudukan, tanggungjawab, dan hak perilaku baik perempuan maupun
laki-laki yang dibentuk, dibuat dan disosialisasikan oleh norma, adat, kebiasaan,
dan kepercayaan masyarakat setempat.
Gender berkaitan erat dengan perbedaan antara laki-laki dan perempuan
dalam segala aspek kehidupan.pendapat dari Puspitawati (2012) melengkapi konsep
gender yang mencakup perbedaan peran, fungsi, status dan tanggungjawab pada
laki-laki dan perempuan sebagai konstruksi sosial budaya yang tertanam dari satu
generasi ke generasi berikutnya.
1.
2.
3.
4.
5.
Pengertian yang berkaitan dengan konsep gender:
Marjinalisasi adalah proses pemiskinan yang merupakan proses, sikap, perilaku
masyarakat,
maupun
kebijakan
Negara
yang
berakibat
pada
penyisihan/pemiskinan bagi perempuan atau laki-laki.
Subordinasi adalah suatu keyakinan bahwa salah satu jenis kelamin dianggap
lebih penting atau lebih utama dibandingkan jenis kelamin lainnya, sehingga ada
jenis kelamin yang merasa dinomorduakan atau kurang didengar suaranya,
bahkan cenderung diekspoitasi suaranya.
Stereotype adalah suatu pelabelan atau penandaan yang sering bersifat negatif
secara umum terhadap salah satu jenis kelamin tertentu.
Kekerasan adalah suatu serangan terhadap fisik maupun intgritas mental
psikologi seseorang.
Beban kerja adalah peran atau tanggung jawab seseorang dalam melakukan
berbagai jenis kegiatan sehari-hari
Konsep Peran dalam Gender
Menurut Elizabeth (2007), peran merupakan perilaku individu dalam
struktur sosial dan kedudukan yang akhirnya akan memberikan fasilitas sesuai
dengan peranan. Sedangkan menurut Puspitawati (2012), peranadalah keikutsertaan
atau partisipasi seseorang, kelompok dalam suatu kegiatan dan atau dalam
pengambilan keputusan.
26
Tabel 11. Perbandingan Untuk Menentukan Konsep Gender
No.
Pengarang
1.
Hadayani T (2008)
2.
Menurut Andriani et al
(2008)
3.
Puspitawati,
Tin
Hernawati,
dan
Ma’mun Sarma (2010)
4.
Puspitawati (2012)
Definisi
Konsep gender adalah sifat
yang melekat pada kaum lakilaki dan perempuan yang
dibentuk oleh faktor-faktor
sosial
maupun
budaya,
sehingga
lahir
beberapa
anggapan tentang peran sosial
dan budaya laki-laki dan
perempuan
Gender sebagai suatu konsep
hubungan sosial membedakan
fungsi
antara
pria
dan
perempuan yang terjadi melalui
proses sosialisasi, penguatan,
dan konstruksi sosial, kultural
dan keagamaan.
Gender
adalah
perbedaan
peran,
fungsi,
persifatan,
kedudukan,
tanggungjawab,
dan
hak
perilaku
baik
perempuan maupun laki-laki
yang dibentuk, dibuat dan
disosialisasikan oleh norma,
adat,
kebiasaan,
dan
kepercayaan
masyarakat
setempat
“gender” diartikan sebagai
perbedaan peran, fungsi, status
dan tanggung jawab pada lakilaki dan perempuan sebagai
hasil dari bentukan konstruksi
sosial budaya yang tertanam
lewat proses sosialisasi dari
satu generasi ke generasi
berikutnya.
Kata Kunci
Y= Gender
X1= Faktor sosial
X2= Faktor budaya
Y= Gender
X1= Proses sosialisasi
X2= Penguatan
X3= Konstruksi sosial
X4= Kultural
X5= Keagamaan
Y= Gender
X1= Norma
X2= Adat
X3= Kebiasaan
X4= Kepercayaan
Y= Gender
X1= Konstruksi sosial budaya
X2= Proses sosialisasi
27
Faktor Sosial (Handayani T, Andriani et al, dan Puspitawati)
Faktor Budaya (Handayani T, Andriani et al, Puspitawati, Tin
Hernawati, dan Ma’mun Sarma) )
Gender
Penguatan (Andriani et al)
Konstruksi Sosial (Andriani et al dan Puspitawati)
Keagamaan (Andriani et al, Puspitawati, Tin Hernawati, dan
Ma’mun Sarma)
( Handayani T,
Andriani et al,
puspitawati, Tin
Hernawati, dan
Ma’mun Sarma)
Norma (Puspitawati, Tin Hernawati, dan Ma’mun Sarma)
Kebiasaan (Puspitawati, Tin Hernawati, dan Ma’mun Sarma
Gambar 11. Peta Teori Gender
Konsep Kesetaraan dan Keadilan Gender
Kesetaraan Gender adalah kondisi perempuan dan laki-laki menikmati status yang
setara dan memiliki kondisi yang sama untuk mewujudkan secara penuh hak-hak
asasi dan potensinya bagi pembangunan di segala bidang kehidupan.
Keadilan Gender adalah suatu kondisi adil untuk perempuan dan laki-laki melalui
proses budaya dan kebijakan yang menghilangkan hambatan-hambatan berperan
bagi perempuan dan laki-laki.
Teknik Analisis Gender
Model Harvard:
Teknik ini disebut sebagai Gender Framework Approach Analysis (GFA), yaitu
suatu analisis yang digunakan untuk melihat suatu profil gender dari suatu
kelompok sosial dan peran gender dalam proyek pembangunan, yang mengutarakan
perlunya tiga komponen dan interelasi satu sama lainnya, yaitu: profil aktivitas,
profil akses dan profil kontrol (Overholt et.al dalam Handayani T 2008):
1. Profil aktivitas dilihat dari pembagian kerja,produktif, reproduktif, sosialbudaya. Pembagian kerja dalam keluarga maupun komunitas (masyarakat) pada
umumnya dapat dilihat dari profil kegiatannya. Profil kegiatan mencakup: siapa
yang melakukan kegiatan, kapan dan dimana kegiatan dilaksanakan serta berapa
frekuensi waktu dbutuhkan untuk melakukan kegiatan tersebut, dan berapa
pendapat yang dihasilkan melalui kegiatan tersebut.
28
2. Profil akses adalah peluang atau kesempatan dalam memperoleh atau
menggunakan sumberdaya tertentu ataupun hasilnya tanpa memiliki wewenang
untuk mengambil keputusan terhadap cara penggunaan dan hasil sumberdaya
tersebut.
3. Kontrol adalah penguasaan atau wewenang atau kekuatan untuk mengambil
keputusan. Kontrol yang dimaksudkan disini adalah kewenangan penuh untuk
mengambil keputusan atas penggunaan hasil dari sumberdaya.
Strategi Nafkah
Dharmawan (2007) mengatakan bahwa strategi nafkah adalah taktik dan
aksi yang dibangun oleh individu ataupun kelompok untuk mempertahankan
kehidupan mereka dengan tetap memperhatikan eksistensi infrastruktur sosial,
struktur sosial, dan sistem nilai budaya yang berlaku. Ellis (2000) mengatakan
bahwa nafkah mengarah pada perhatian hubungan antara asset dan pilihan orang
untuk kegiatan alternative yang dapat menghasilkan tingkat pendapatan untuk
bertahan hidup, dimana sebuah nafkah terdiri dari asset (alam, fisik, manusia, modal
keuangan, dan sosial) kegiatan dan akses (dimediasi oleh lembaga dan modal
keuangan, dan sosial) yang bersama-sama menentukan hidup individu atau rumah
tangga. Menurut Paulina et al (2007) Strategi nafkah yaitu cara kegiatan ekonomi
untuk bertahan hidup.
Strategi nafkah muncul karena adanya persoalan kemiskinan yang kemudian
menjelma ke dalam persoalan “derivate” seperti diversivikasi sumber nafkah,
pekerjaan nafkah wanita dan pembagian kerja dalam rumah tangga, ataupun
lapangan kerja/usaha dan kesempatan kerja di pedesaan. Alasan individu melakukan
diversivikasi sebagai strategi nafkah adalah karena keterpaksaan (necessity) dan
pilihan (choice). Istilah lain yang sering digunakan adalah antara bertahan hidup
(survival) dan akumulasi (accumulation) (Ellis, 2000). Chambers (1992) membagi
strategi nafkah rumah tangga ke dalam tiga tahap yaitu: desperation, vulnerability,
dan independence. Masing-masing tahap memiliki prioritas pemenuhan kebutuhan
yang berbeda pula. Tahap pertama yaitu Desperation, tujuannya adalah bertahan
hidup (survival), cara yang ditempuh adalah dengan menjadi buruh lepas,
memanfaatkan common proverty, migrasi musiman, dan meminjam dari patron.
Tahap kedua yaitu vulnerability, jaminan keamanan adalah tujuan utamanya,
diperoleh dengan mengembangkan asset, menggadaikan asset, dan berhutang.
Tahap ketiga yaitu independace, misalnya membebaskan diri dari status klien dalam
hubungan patron-klien, melunasi hutang, menabung, dan membeli atau
mengembangkan asset yang mereka miliki.
29
Tabel 12. Perbandingan Untuk Menentukan Konsep Strategi Nafkah
No.
Pengarang
Definisi
Kata Kunci
1.
Ellis (2000)
Nafkah mengarah pada perhatian
hubungan antara asset dan pilihan
orang untuk kegiatan alternative
yang dapat menghasilkan tingkat
pendapatan untuk bertahan hidup,
dimana sebuah nafkah terdiri dari
asset (alam, fisik, manusia, modal
keuangan, dan sosial) kegiatan dan
akses (dimediasi oleh lembaga dan
modal keuangan, dan sosial) yang
bersama-sama menentukan hidup
individu atau rumah tangga
Y= Nafkah
X1= Asset
X2= Pendapatan
X3= Akses
2.
Paulina et al (2007)
Strategi nafkah yaitu cara kegiatan
ekonomi untuk bertahan hidup.
Y= Strategi nafkah
X1=
Kegiatan
ekonomi
3.
Dharmawan (2007)
Strategi nafkah adalah taktik dan
aksi yang dibangun oleh individu
ataupun
kelompok
untuk
mempertahankan kehidupan mereka
dengan
tetap
memperhatikan
eksistensi
infrastruktur
sosial,
struktur sosial, dan sistem nilai
budaya yang berlaku
Y= Strategi nafkah
X1=
Aksi
mempertahankan
hidup
X2=
Infrastruktur
sosial
X2= Struktur sosial
X3= Sistem nilai
Asset (Ellis)
Pendapatan (Ellis)
Akses (Ellis)
Kegiatan Ekonomi ( Paulina et al)
Aksi (Dharmawan)
Strategi Nafkah (Ellis,
Paulina et al,
Dharmawan)
Infrastuktur Sosial (Dharmawan)
Struktur Sosial (Dharmawan )
Sistem Nilai (Dharmawan)
Gambar 12. Peta Teori Strategi Nafkah
30
Sumber-sumber Strategi Nafkah
Scoones (1998), mengemukakan bahwa dalam penerapan strategi nafkah,
rumah tangga petani memanfaatkan berbagai sumberdaya yang dimiliki dalam
upaya untuk dapat mempertahankan hidup. Strategi nafkah (livelihood strategy)
diklasifikasikan berdasarkan tiga kategori, yaitu: rekayasa sumber nafkah pertanian,
yang dilakukan dengan memanfaatkan sektor pertanian secara efektif dan efisien
melalui penambahan input eksternal seperti teknologi dan tenaga kerja
(intensifikasi), maupun dengan memperluas lahan garapan (ekstensifikasi); pola
nafkah ganda (diversifikasi), yang dilakukan dengan cara mencari pekerjaan lain
selain pertanian untuk meningkatkan pendapatan atau dengan mengerahkan tenaga
kerja keluarga (ayah, ibu dan anak) untuk ikut bekerja, selain pertanian dan
memperoleh pendapatan; rekayasa spasial (migrasi), merupakan usaha yang
dilakukan dengan melakukan mobilitas ke daerah lain di luar desanya, baik secara
permanen maupun sirkuler untuk memperoleh pendapatan tambahan
Jenis-jenis Strategi Nafkah
Ellis (2000) mengemukakan tiga klasifikasi sumber nafkah (income source)
yaitu:
a.
Sektor farm income : sektor ini mengacu pada pendapatan yang berasal dari
tanah pertanian milik sendiri, baik yang diusahakan oleh pemilik tanah maupun
diakses melalui sewa menyewa atau bagi hasil. Strategi on farm merujuk pada
nafkah yang berasal dari pertanian dalam arti luas.
b.
Sektor off farm income : sektor ini mengacu pada pendapatan di luar
pertanian, yang dapat berarti penghasilan yang diperoleh berasal dari upah tenaga
kerja, sistem bagi hasil, kontrak upah kerja non upah, dan lain-lain namun masih
dalam lingkup pertanian.
c.
Sektor non-farm income : sektor ini mengacu pada pendapatan yang bukan
berasal dari pertanian, seperti pendapatan atau gaji pensiun, pendapatan dari usaha
pribadi, dan sebagiannya.
Konsep Rumah Tangga
Menurut BPS, rumah tangga adalah seseorang atau sekelompok orang yang
mendiami sebagian atau seluruh bangunan fisik atau sensus, dan biasanya tinggal
bersama serta makan satu dapur. Prasodjo (1993) dikutip Effendi (2004)
mengemukakan beberapa karakteristik rumah tangga pedesaan terutama di pulau
Jawa. Karakteristik tersebut antara lain adalah:
1. Rumah tangga memiliki fungsi rangkap sebagai unit produksi,
konsumsi,reproduksi, dan unit interaksi sosial ekonomi dan politik.
2. Rumah tangga mempunyai tujuan untuk mencukupi kebutuhan-kebutuhan
anggotanya. Konsekuensi dari tujuan untuk mendorong rumah tangga untuk
mengambil keputusan dan berperilaku ekonomi secara rasional, terutama dalam
usaha produksi.
3. Di daerah padat seperti pulau Jawa, banyak rumah tangga yang menghadapi
masalah keuangan tanah dan modal.
SIMPULAN
Hasil Rangkuman dan Pembahasan
Gender menjadi pembeda antara laki-laki dengan perempuan atas peran,
tanggung jawab, kedudukan dalam masyarakat.Peran tersebut merupakan partisipasi
seseorang dalam suatu kegiatan ataupun dalam pengambilan keputusan dalam
rumah tangga. Dalam menganalisis gender dapat menggunakan kerangka analisis
Harvard yang terdiri atas profil aktivitas, profil akses, serta kontrol terhadap
sumberdaya yang dimilikinya. Peran dapat ditentukan dengan melihat karakteristik
individu yaitu umur, pendidikan, pekerjaan, pendapatan. Pendidikan dapat
menentukan pekerjaan apa yang didapatkan. Pekerjaan yang mereka miliki dapat
menentukan seberapa besar pendapatan yang didapat untuk memenuhi kebutuhan
hidup.
Profil aktivitas, profil akses dan kontrol dapat menjadikan seseorang memiliki
kekuatan terhadap sumberdaya untuk dapat memenuhi keberlangsungan hidup
mereka. Strategi nafkah merupakan salah satu upaya individu atau kelompok untuk
mempertahankan kehidupan mereka. Penerapan strategi nafkah rumah tangga
tersebut dapat diklasifikasikan berdasarkan tiga kategori yaitu rekayasa sumber
nafkah pertanian, pola nafkah ganda dan rekayasa spasial. Strategi nafkah tersebut
dapat menentukan keberlangsungan hidup suatu rumahtangga.
32
Kerangka Analisis
Kerangka pemikiran ini merupakan suatu kerangka usulan analisis baru yang
dibuat dengan menggabungkan beberapa variable dari studi pustaka.Kerangka ini
menunjukan keterkaitan antar variabel yang dijelaskan penulis dalam studi
pustakanya.
Berdasarkan kerangka analisis gender dapat dianalisis dengan menggunakan
kerangka Harvard yaitu profil aktivitas, profil akses, dan kontrol terhadap
sumberdaya. Adanya perbedaan gender antara laki-laki dan perempuan di
masyarakat berhubungan dengan peran apa yang diterima dan mereka jalankan
dalam kehidupan bermasyarakat. Peran tersebut dapat dihubungkan oleh
karakteristik individu.
Karakteristik individu antara lain yaitu umur, tingkat pendidikan, dan tingkat
pendapatan. Umur merupakan faktor yang berhubungan dengan reit partisipasi
angkatan kerja. Penduduk usia kerja didefinisikan sebagai penduduk usia 15-64
tahun. Pendidikan seseorang berhubungan dengan kesempatan pekerjaan apa yang
akan diperoleh. Semakin tinggi pendidikan yang dicapai seseorang maka akan
semakin tinggi pula kesempatan orang tersebut untuk memperoleh pekerjaan yang
diinginkan. Kemudian, dengan pekerjaan yang didapatkan maka akan berdampak
terhadap seberapa besar pendapatan yang diperoleh.
Peran dapat dilihat dari tingkat partisipasi baik laki-laki maupun perempuan
dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Peran tersebut berhubungan dengan asset
yang dimiliki rumah tangga. Asset yang dimiliki oleh rumah tangga akan
mempengaruhi terhadap strategi rumah tangga apa yang akan dipilih oleh suatu
rumah tangga. Strategi nafkah rumah tangga merupakan caraatau aksi bagaimana
seseorang untuk mempertahankan hidupnya. Strategi nafkah tersebut dibedakan atas
sumber nafkah pertanian, pola nafkah ganda dan rekayasa spasial.
Strategi nafkah dengan sumber nafkah pertanian, yang dilakukan dengan
memanfaatkan sektor pertanian secara efektif dan efisien melalui penambahan input
eksternal seperti teknologi dan tenaga kerja (intensifikasi), maupun dengan
memperluas lahan garapan (ekstensifikasi); pola nafkah ganda (diversifikasi), yang
dilakukan dengan cara mencari pekerjaan lain selain pertanian untuk meningkatkan
pendapatan atau dengan mengerahkan tenaga kerja keluarga (ayah, ibu dan anak)
untuk ikut bekerja, selain pertanian dan memperoleh pendapatan; kemudian, strategi
nafkah rekayasa spasial (migrasi), merupakan usaha yang dilakukan dengan
melakukan mobilitas ke daerah lain di luar desanya. Setiap rumah tangga memilki
strategi nafkah yang berbeda untuk memenuhi kebutuhan hidup mereka.
33
Peran Gender
Asset
Tingkat
Partisipasi
Strategi Nafkah
Karakteristik Individu
-
Ket:
Umur
Tingkat pendidikan
Pekerjaan
Tingkat pendapatan
Berhubungan
Alat Analisis
Gambar 13. Kerangka Pemikiran
- sumber nafkah
pertanian,
- pola
nafkah
ganda, dan
- rekayasa spasial
34
Pertanyaan Penelitian
Gender dapat dianalisis dengan menggunakan kerangka Harvard yang terdiri
dari pembagian kerja, profil akses dan kontrol terhadap sumberdaya. Gender
merupakan pembeda antara laki-laki maupun perempuan dalam menjalankan peran,
kedudukan dalam kehidupan berumah tangga. Perbedaan peran tersebut ditentukan
oleh karakteristik individu itu sendiri. Umur, pendidikan, pekerjaan dan pendapatan.
Peran tersebut akan berdampak pada asset apa yang dimiliki oleh rumah tangga
tersebut. Asset yang dimiliki berhubungan dengan strategi nafkah rumah tangga
dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Oleh karena itu, berdasarkan kerangka
pemikiran diatas dapat diambil beberapa pertanyaan analisis antara lain:
1. Sejauh mana karakteristik individu (umur, pendidikan, pekerjaan, dan
pendapatan) berhubungan dengan peran gender ?
2. Sejauh mana peran gender berhubungan dengan asset rumah tangga?
3. Sejauh mana asset berhubungan dengan strategi nafkah rumah tangga?
DAFTAR PUSTAKA
Andriani R, Euis Sunarti. 2008. Analisis Gender pada Keluarga Petani Padi dan
Holtikultura di Daerah Pinggiran Perkotaan. [internet]. [diunduh 20
September
2014.
Bogor
(ID).
Dapat
diunduh
dari:
http://jurnal.unpad.ac.id/kependudukan/article/view/doc6/0
[BPS] Biro Pusat Statistik. 2014. Konsep Gender. [diunduh tanggal 12 November
2014].
Dapat
diunduh
dari:
http://www.bps.go.id/menutab.php?tabel=1&kat=1&id_subyek=40
[BPS] Biro Pusat Statistik. 2014. Konsep Rumah Tangga. [diunduh tanggal 12
November 2014]. Dapat diunduh dari: http://www.bps.go.id
Chamber R. 1992. Rural Apparsial: Rapid, Relaxed, and Participatoriy. Sussex, UK:
Dharmawan AH. 1994. Farm Income and Financing in Rural Indonesia ( A
Case Study From West Kalimantan). [Disertasi]. Gottingen: Allano.129
Dharmawan AH. 2007. Sistem penghidupan dan nafkah pedesaan: pandangan
sosiologi nafkah (livelihood sociology) mahzab Barat dan mahzab Bogor.
[internet]. [diunduh 20 September 2014]. Bogor (ID): Institut Pertanian
Bogor.
ISSN:
1987-4333,
Vol.
02.
Dapat
diunduh
dari:
http://jurnalsodality.ipb.ac.id/jurnalpdf/edisi-1.pdf
Ellis F.2000. Rural Livelihood and diversity in Developing Countries.New York:
Oxford University Press.
Elizabeth R. 2007. Pemberdayaan Wanita Mendukung Strategi Gender
Mainstreaming dalam Kebijakan Pembangunan Pertanian di Pedesaan.
[internet]. [diunduh 15 September 2014]. Bogor (ID). Vol. 25, No.2. Dapat
diunduh
dari:
http://pse.litbang.deptan.go.id/ind/index.php/publikasi/forum-agroekonomi/310-forum-agro-ekonomi-vol25-no02-2007/2072pemberdayaan-wanita-mendukung--strategi-gender-mainstreamingdalam-kebijakan-pembangunan-pertanian-di-pedesaan
Effendi. Egken Parid. 2004. Analisis Sumber Daya Nafkah (Livelihood Resources)
dan Strategi Nafkah (Livelihood Strategis) pada Dua Komunitas [Skripsi].
Bogor (ID): Departemen Sosial Ekonomi Fakultas Pertanian. Institut
Pertanian Bogor.
Handayani T. Sugiarti. 2008. Konsep dan Teknik Penelitian Gender. Malang (ID):
UMM.
Instruksi Presiden RI No.9 Tahun 2000 tentang Pengarusutamaan gender.
Paulina P. 2009. Struktur Nafkah Rumahtangga Petani Transmigran: Studi Sosioekonomi di Tiga Kampung di Distrik Masni Kabupaten Manokwari.
[internet]. [diunduh 20 September 2014]. Bogor [ID]. Vol. 03, No. 02. Dapat
diunduh
dari:
http://journal.ipb.ac.id/index.php/sodality/article/viewFile/5866/4531
Puspita H. 2012. Gender dan Keluarga. Bogor [ID]: IPB Press
Puspitawati H, Tin Herawati, Maemuun Sarma. 2010. Analisis Gender Terhadap
Strategi Koping dan Kesejahteraan Keluarga. [internet]. [diunduh 15
36
September 2014]. Bogor [ID]. Vol. 15, No. Dapat diunduh dari:
http://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/64899
Scoones I. 1998.Sustainable Rural Livelihood a Framework for Analysis. IDS
Working Paper 72. Brigton [UK]: Institute for Development Studies.
Riwayat Hidup
Penulis bernama lengkap Desi Rosita dilahirkan di Bogor, 22 Desember 1992 dari
pasangan Machpud dan Ida Rosjida. Penulis merupakan anak kelima dari lima
bersaudara. Pendidikan formal mulai dijalani penulis mulai dari TK. Tunas Adi
Sanggoro (1998-1999), SDN Babakan Dramaga IV (1999-2005), SMPN 7 Bogor
(2005-2008), SMAN 4 Bogor (2008-2011). Pada tahun 2011 penulis diterima menjadi
mahasiswi Departemen Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat, Fakultas
Ekologi Manusia, Institut Pertanian Bogor melalui jalur SNMPTN tertulis.Selain itu
penulis merupakan penerima beasiswa BUMN 2012-2014, dan sekarang menerima
beasiswa BBM.
Selain aktif dalam kegiatan akademik, sejak pertama masuk perkuliahan penulis
sudah aktif dalam berorganisasi, penulis merupakan pengurus Himpunan Mahasiswa
Peminat Ilmu Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat (HIMASIERA) divisi
Broadcasting. Selain itu, penulis aktif dalam beberapa kepanitiaan antara lain:
Himasiera Olah Talenta (HOT) dan Indonesian Ecology Expo (INDEX).
Download