Laporan Studi Pustaka (KPM 403) ANALISIS HUBUNGAN GENDER DENGAN STRATEGI NAFKAH RUMAH TANGGA Oleh DESI ROSITA DEPARTEMEN SAINS KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2014 ii PERNYATAAN Dengan ini saya menyatakan bahwa Studi Pustaka yang berjudul “ANALISIS HUBUNGAN GENDER DENGAN STRATEGI NAFKAH RUMAH TANGGA” merupakan hasil karya ilmiah saya sendiri dan belum pernah diajukan sebagai karya ilmiah pada suatu perguruan tinggi ataupun lembaga, serta tidak mengandung bahan-bahan yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh pihak lain, kecuali sebagai rujukan yang dinyatakan dalam naskah. Demikian, pernyataan ini saya tulis dengan sesungguh-sungguhnya dan saya bersedia bertanggungjawab atas pernyataan ini. Bogor, Desember 2014 Desi Rosita NIM. I34110139 iii ABSTRAK DESI ROSITA, Analisis Hubungan Gender dengan Strategi Nafkah Rumah Tangga. Di bawah bimbingan IVANOVICH AGUSTA. Gender merupakan perbedaan peran, fungsi, status dan tanggung jawab pada lakilaki dan perempuan sebagai hasil dari bentukan konstruksi sosial budaya. Peran tersebut dipengaruhi oleh karakteristik individu antara lain: umur, pendidikan, pekerjaan dan pendapatan. Umur seseorang berhubungan dengan tingkat angkatan kerja, sedangkan tingkat pendidikan seseorang berhubungan dengan pekerjaan apa yang mereka peroleh, sehingga akan menentukan seberapa besar pendapatan yang didapat untuk mencukupi kebutuhan hidup rumah tangganya. Peran yang dimiliki oleh perempuan maupun laki-laki dapat menentukan seseorang dalam profil aktivitas, profil akses dan kontrol terhadap sumberdaya dalam rumah tangga. Suatu rumah tangga memerlukan strategi nafkah sebagai upaya untuk dapat mempertahankan hidupnya. Strategi nafkah tersebut dapat berupa rekayasa sumber nafkah pertanian, pola nafkah ganda, serta rekayasa spasial. Kata Kunci: gender, strategi nafkah, rumah tangga. ABSTRACT DESI ROSITA, Analysis of Gender Relations with Household Livelihoods Strategy. Supervised by IVANOVICH AGUSTA. Gender is a difference in the role, function, status and responsibility in men and women as a result of the formation of socio-cultural construction. That role is influenced by individual characteristics such as: age, education, occupation and income. Age of a person related to the level of the labor force , that will determine how much earned income to make ends meet household. Roles are owned by women and men can define a person in the activity profiles, access and control profiles to resources within the household. A household livelihood strategies require an effort to be able to survive. The livelihood strategies may include: engineering agricultural livelihoods, double living patterns, and spatial engineering. Keywords: gender, livelihood strategies,household. iv ANALISIS HUBUNGAN GENDER DENGAN STRATEGI NAFKAH RUMAH TANGGA Oleh DESI ROSITA I34110139 Laporan Studi Pustaka sebagai syarat kelulusan KPM 403 pada Mayor Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat Departemen Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat Fakultas Ekologi Manusia Institut Pertanianan Bogor DEPARTEMEN SAINS KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2014 v LEMBAR PENGESAHAN Dengan ini saya menyatakan bahwa Studi Pustaka yang disusun oleh: Nama Mahasiswa : Desi Rosita Nomor Pokok : I34110139 Judul : Analisis Hubungan Tangga Gender dengan Strategi Nafkah Rumah dapat diterima dengan syarat kelulusan mata kuliah Studi Pustaka (KPM 403) pada Mayor Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat, Fakultas Ekologi Manusia, Institut Pertanian Bogor. Menyetujui, Dr Ivanovich Agusta SP. MSi Dosen Pembimbing Diketahui Dr Ir Siti Amanah. Msc Ketua Departemen Tanggal Pengesahan: vi PRAKATA Puji dan syukur penulis panjatkan atas rakhmat Allah SWT, yang masih memberikan kesehatan baik jasmani maupun rohani serta waktu yang bermanfaat sehingga penulis dapat menyelesaikan Studi Pustaka yang berjudul “Analisis Hubungan Gender dengan Strategi Nafkah Rumah Tangga” dengan tepat waktu. Laporan Studi Pustaka ini ditujukan untuk memenuhi syarat kelulusan MK. Studi Pustaka (KPM 403) pada Departemen Sains Komunikasi dan PengembanganMasyarakat, Fakultas Ekologi Manusia, Institut Pertanian Bogor. Ucapan terimakasih penulis sampaikan kepada Dr Ivanovich Agusta SP. MSi sebagai pembimbing yang telah memberikan saran dan masukan selama proses penulisan hingga penyelesaian laporan Studi Pustaka. Penulis juga menyampaikan hormat kepada orang tua tercinta, serta kaka tersayang Yanti Aprianti, S.Pi, Udi Kusdinar, S.Hut, dan Roni Wardani yang telah memberikan dukungan baik moril maupun materil. Tidak lupa terimakasih juga penulis ucapkan kepada teman-teman, terutama Andika Rachman, Tiffany Diahnisa, Yunizar Sri Wulandari, Iradhatie Wurinanda, Gina Sutanti, Annisa Amalia Ikhsania, yang telah memberikan semangat dan menemani penulis dalam proses penyelesaian laporan ini. Semoga laporan Studi Pustaka ini dapat memberikan manfaat bagi semua pihak. Bogor, Desember 2014 Desi Rosita NIM. I34110139 vii DAFTAR ISI DAFTAR ISI......................................................................................................... vii DAFTAR TABEL................................................................................................. xi DAFTAR GAMBAR ............................................................................................ ix PENDAHULUAN ................................................................................................ 1 Latar Belakang ...................................................................................................... 1 Tujuan Penulisan................................................................................................... 2 Kegunaan Penulisan .............................................................................................. 2 Metode Penulisan .................................................................................................. 2 RINGKASAN PUSTAKA 1. Judul: Strategi Pengarusutamaan Gender Sebagai Upaya untuk Mencapai Tujuan Pembangunan Millenium di Kabupaten Banjarnegara (Endang Swastuti 2012) ............................................................................................. 3 2. Judul: Analisis Gender dalam Program Desa Mandiri Pangan: Studi Kasus Desa Jambakan, Kecamatan Bayat, Klaten-Jawa Tengah (Siti Nurul Qoriah dan Titik Sumarti 2008) .............................................................................. 6 3. Judul: Dari Pengurangan Emisi ke Menjawet: Strategi Penerimaan REDD+ di Desa Buntoi (Yetty Oktayanty 2013........................................................ 8 4. Judul: Analisis Gender pada Keluarga Petani Padi dan Holtikultura di Daerah Pinggiran Perkotaan (Rani Andriani & Euis Sunarti 2008) ............ 9 5. Judul: Peran Aktif Wanita dalam Peningkatan Pendapatan Rumahtangga Miskin: Studi Kasus pada Wanita Pemecah Batu di Pucanganak Kecamatan Tugu Trenggalek (Sugeng Haryanto 2008) ................................................12 6. Judul: Struktur Nafkah Rumahtangga Petani Transmigran: Studi Sosioekonomi di Tiga Kampung di Distrik Masni Kabupaten Manokwari (Paulina P, Tulak, Arya Hadi Dharmawan, dan Bambang Juanda 2009) ...13 7. Judul: Strategi Nafkah Rumahtangga Petani Tembakau di Lereng Gunung Simbing: Studi Kasus di Desa Wonotirto dan Desa Campursari, Kecamatan Bulu, Kabupaten Temanggung (Widiyanto, Arya Hadi Dharmawan, dan Nuraini W. Prasodjo 2010) .........................................................................16 8. Judul: Pemberdayaan Wanita Mendukung Strategi Gender Mainstreaming dalam Kebijakan Pembangunan Pertanian di Pedesaan (Roosganda Elizabeth 2007) ...........................................................................................18 9. Judul: Analisis Gender terhadap Tingkat Keberhasilan Pelaksanaan CSR Bidang Pemberdayaan Ekonomi Lokal PT Holcim Indonesia Tbk (Debbie Luciani Prastiwi dan Titik Sumarti 2012)...................................................20 10. Judul: Analisis Gender Terhadap Strategi Koping dan Kesejahteraan Keluarga (Herien Puspitawati, Tin Herawati, Ma’mun Sarma 2010) .......23 viii RANGKUMAN DAN PEMBAHASAN ..........................................................25 Konsep Gender .................................................................................................25 Konsep Peran ....................................................................................................25 Konsep Kesetaraan dan Keadilan Gender ........................................................27 Teknik Analisis Harvard ...................................................................................27 Konsep Strategi Nafkah ....................................................................................28 Konsep Rumah Tangga .....................................................................................30 SIMPULAN ......................................................................................................31 Kerangka Analisis .............................................................................................32 Pertanyaan Penelitian ........................................................................................34 DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................35 RIWAYAT HIDUP ..........................................................................................37 ix DAFTAR TABEL Tabel 1. Matriks Variabel dan Fakta Pendukung dalam Pustaka 1 ..................5 Tabel 2. Matriks Variabel dan Fakta Pendukung dalam Pustaka 2 ..................7 Tabel 3. Matriks Variabel dan Fakta Pendukung dalam Pustaka 3 ..................9 Tabel 4. Matriks Variabel dan Fakta Pendukung dalam Pustaka 4 ..................11 Tabel 5. Matriks Variabel dan Fakta Pendukung dalam Pustaka 5 ..................13 Tabel 6. Matriks Variabel dan Fakta Pendukung dalam Pustaka 6 ..................15 Tabel 7. Matriks Variabel dan Fakta Pendukung dalam Pustaka 7 ..................17 Tabel 8. Matriks Variabel dan Fakta Pendukung dalam Pustaka 8 ..................19 Tabel 9. Matriks Variabel dan Fakta Pendukung dalam Pustaka 9 ..................22 Tabel 10. Matriks Variabel dan Fakta Pendukung dalam Pustaka 10 ..............24 Tabel 11. Perbandingan untuk Menentukan Konsep Gender ...........................26 Tabel 12. Perbandingan untuk Menentukan Konsep Strategi Nafkah ..............29 x DAFTAR GAMBAR Gambar 1.Kerangka Berfikir Pustaka 1 .................................................................. 5 Gambar 2. Kerangka Berfikir Pustaka 2 ................................................................. 7 Gambar 3. Kerangka Berfikir Pustaka 3 .................................................................9 Gambar 4. Kerangka Berfikir Pustaka 4 .................................................................11 Gambar 5. Kerangka Berfikir Pustaka 5 .................................................................13 Gambar 6. Kerangka Berfikir Pustaka 6 .................................................................15 Gambar 7. Kerangka Berfikir Pustaka 7 .................................................................17 Gambar 8. Kerangka Berfikir Pustaka 8 .................................................................19 Gambar 9. Kerangka Berfikir Pustaka 9 .................................................................23 Gambar 10. Kerangka Berfikir Pustaka 10 .............................................................24 Gambar 11.Peta Teori Gender ................................................................................27 Gambar 12. Peta Teori Strategi Nafkah ..................................................................29 Gambar 13. Kerangka Pemikiran............................................................................33 PENDAHULUAN Latar Belakang Indonesia merupakan negara agraris di mana sebagian besar penduduknya mengandalkan sektor pertanian sebagai mata pencaharian. Namun, saat ini jumlah lahan pertanian semakin berkurang. Sementara kebutuhan hidup semakin hari semakin meningkat. Hal ini merupakan salah satu penyebab berpindahnya mata pencaharian dari sektor pertanian ke sektor non pertanian. Gender merupakan perbedaan peran, fungsi, status dan tanggung jawab pada lakilaki dan perempuan sebagai hasil dari bentukan konstruksi sosial budaya yang tertanam lewat proses sosialisasi dari satu generasi ke generasi berikutnya (Puspitawati 2012). Rumah tangga adalah seseorang atau sekelompok orang yang biasanya tinggal bersama dalam satu bangunan serta pengelolaan makan dari satu dapur (BPS 2014). Sebuah rumah tangga memiliki kepala rumah tangga yang bertanggung jawab atas rumah tangga yang dipimpinnya. Kepala rumah tangga umumnya dipimpin oleh pria, namun di dalam masyarakat juga terdapat wanita sebagai pemimpinnya. Wanita kepala rumah tangga menurut (Biro Pusat Statistik) yaitu wanita yang memang hidup berumah tangga sendiri dalam arti tidak menikah, atau bercerai, baik cerai hidup maupun cerai mati. Sementara itu secara de facto, wanita yang menjadi kepala rumah tangga karena wanita itu merantau tanpa suami atau wanita itu ditinggal merantau oleh suaminya dan berumah tangga sendiri, dan wanita yang suaminya tidak mampu secara fisik maupun mental sebagai pengelola rumah tangga. Dharmawan (2007) mengatakan bahwa strategi nafkah adalah taktik dan aksi yang dibangun oleh individu ataupun kelompok untuk mempertahankan kehidupan mereka dengan tetap memperhatikan eksistensi, infrastruktur sosial, struktur sosial, dan sistem nilai budaya yang berlaku. Berdasarkan Instruksi Presiden RI No.9 Tahun 2000 tentang Pengarusutamaan gender adalah kesamaan kondisi bagi laki-laki dan perempuan untuk memperoleh kesempatan dan hak-haknya sebagai manusia agar mampu berperan dan berpartisipasi dalam kegiatan politik, ekonomi, sosial budaya, pertahanan dan keamanan nasional, dan kesamaan dalam menikmati hasil pembangunan tersebut. Pelaksanaan Pengurusutamaan Gender (PUG) penting dilakukan dalam sebuah rumah tangga, agar antara perempuan dan laki-laki mendapatkan kesetaraan gender. Menurut Andriani dan Euis Sunarti (2008), secara tradisional perempuan memegang peran pada sektor domestik rumah tangga dan pria bertugas mencari nafkah. Namun, tak jarang perempuan terlibat dalam mencari nafkah. Akibatnya perempuan memikul beban ganda.Peran perempuan dalam rumah tangga adalah mengelola sumberdaya keluarga yang dimilikinya diharapkan dapat mewujudkan kesejahteraan keluarga. Di bidang pertanian, pola nafkah ganda merupakan strategi survival di mana hasil pertanian belum mencukupi kebutuhan pangan keluarga, sehingga anggota keluarga terpaksa memasuki usaha luar pertanian. Pada penelitian ini, peran suami lebih mendominasi dalam pengambilan keputusan dan istri menempati posisi rendah. Istri boleh membantu suami mencari nafkah, perempuan berhak mendapatkan akses dan kontrol sumberdaya yang ada. Pada pengambilan keputusan untuk urusan pangan didominasi oleh istri.Pengambilan keputusan pada bidang pendidikan, kesehatan, keuangan, pemeliharaan rumah diambil bersama-sama. Pembagian kerja dalam keluarga 2 dalam sektor domestik dilakukan oleh istri. Pada aktivitas publik lebih banyak dilakukan oleh suami, namun istri terkadang membantu mencari nafkah. Tujuan Penulisan Tujuan penulisan studi pustaka ini adalah: 1. Menganalisis peran gender dalam pemenuhan kebutuhan rumah tangga. 2. Menganalisis hubungan gender dengan strategi nafkah rumah tangga. Kegunaan Penulisan Penulisan studi pustaka ini diharapkan mampu memberikan informasi. Selain itu, studi pustaka ini diharapkan membantu penulis dalam menyusun kerangka pemikiran dan juga pertanyaan penelitian yang akan digunakan sebagai acuan untuk penelitian berikutnya. Metode Penulisan Penulisan laporan studi pustaka ini dilakukan melalui pengkajian beberapa Kepustakaan. Kepustakaan yang dimaksud adalah jurnal ilmiah, laporan hasil penelitian, hasil seminar yang diterbitkan dalam prosiding, tesis, disertasi, dan dokumentasi resume, serta tulisan atau artikel dalam media dan buku yang membahas atau mempublikasikan masalah-masalah terkait. Pengkajian pustaka dilakukan melalui proses membaca, meringkas, dan mengkritisi setiap judul pustaka yang relevan dengan topic kajian untuk kemudian dianalisis dengan teori-teori yang relevan dan disusun menjadi sebuah tulisan. RINGKASAN DAN ANALISIS PUSTAKA 1. Jurnal Ekonomi dan Manajemen Judul : Strategi Pengarusutamaan Gender Sebagai Upaya untuk Mencapai Tujuan Pembangunan Millenium di Kabupaten Banjarnegara. : 2012 Tahun : Artikel Jurnal Jenis Pustaka : Elektronik Bentuk Pustaka : Endang Swastuti Nama Penulis : Jurnal Ekonomi dan Manajemen Nama Jurnal : Fakultas Ekonomi Universitas 17 Agustus1945 Penerbit Semarang : Vol. 25, No.1, 1 Januari 2012 Volume : www.ejournal.ekonomiuntagsmg.ac.id Alamat URL Tanggal diunduh : 15 September 2014 Ketimpangan gender merupakan kendala dalam pencapaian kedudukan perempuan sebagai mitra sejajar laki-laki dalam proses pembangunan. Ketimpangan gender bisa terjadi disemua bidang baik kesehatan, pendidikan, ketenagakerjaan, perekonomian, politik, Hak Asasi Manusia (HAM). Permasalahan lain yaitu ketertinggalan perempuan dari laki-laki terkait pendidikan, kesehatan, jumlah angkatan kerja perempuan yang bekerja di sektor public dan sumbangan dalam ekonomi rumahtangga. Indikator dalam mengukur kesejahteraan dalam kesetaraan dan keadilan gender yaitu Index Pembangunan Manusia (IPM), Index Pembanguan Gender (IPG), dan Index Pemberdayaan Gender (IDG). Dampak dari ketidakadilan gender terjadinya subordinasi, marjinalisasi, stereotype, beban kerja ganda, Kekerasan. Semua ketidakadilan mengakibatkan terjadinya kesenjangan dan ketidakadilan di antara perempuan dan laki-laki dalam hal akses, kontrol, partisipasi, dan manfaat. Kesenjangan gender tersebut dipengaruhi oleh nilai sosial budaya yang patriarkhi, pemahaman agama yang tidak komperhensif dan cenderung parsial, serta rendahnya tekad perempuan. Untuk itu perlu membangun strategi yang responsive gender. Menurut hasil penelitian di Kabupaten Banjar dinyatakan bahwa angka harapan hidup penduduk laki-laki lebih rendah dibandingankan perempuan, kemudian tingginya angka kematian ibu hamil dipengaruhi oleh keadaan sosial ekonomi yang rendah dan fasilitas pelayanan yang rendah pula. Selain itu tingginya angka kematian bayi dikarenakan rendahnya kesehatan si ibu dan posisi perempuan yang tersubordinasi oleh laki-laki, laki-laki sebagai kepala rumah tangga mempunyai kontrol yang kuat terhadap sumberdaya dan menjadi pengambil keputusan keluarga. Kondisi ini diperkuat oleh beban kerja ganda untuk membantu mencari nafkah. Peserta KB masih di dominasi oleh kaum perempuan. Motivasi penduduk Banjar dalam pendidikan 9 tahun masih tinggi, namun untuk melanjutkan ke pendidikan menengah masih rendah. Anak perempuan lebih baik dalam 4 mengikuti pendidikan dibandingkan anak laki-laki.Tingkat pendidikan masih tergolong rendah. Di bidang perekonomian ketenagakerjaan, perempuan lebih banyak dibandingkan laki-laki. Di bidang kesejahteraan sosial ternyata jumlah perempuan miskin lebih banyak dibandingkan laki-laki. Di bidang kelembagaan, laki-laki masih terlihat mendominasi dibandingkan perempuan sebagai anggota badan perwakilan desa. Bidang hukum dan HAM masih menunjukan kesenjangan gender karena laki-laki masih mendominasi. Kemudian, dengan adanya pembangunan melalui strategi pengarusutamaan gender, nampak bahwa akses, kontrol, manfaat dan partisipasi perempuan dalam pembangunan meningkat. Analisis: Tingkat pendidikan, kesehatan, pekerjaan, kelembagaan, hukum dan HAM berpengaruh terhadap profil akses dan kontrol perempuan. Di mana jumlah tenaga kerja pada sektor pertanian didominasi oleh laki-laki daripada perempuan hal ini juga disebabkan karena budaya atau pandangan masyarakat yang memandang lakilaki memiliki kuasa yang lebih dibandingkan perempuan sehingga lak-laki banyak mendominasi di setiap sektor pekerjaan. 5 Tabel 1.Matriks Variabel dan Fakta Pendukung Pustaka 1. Variabel Fakta Pendukung Pendidikan Tingkat pendidikan penduduk di Kabupaten Banjarnegara masih tergolong rendah. Sebagian besar pendidikan SD sebannyak 332.691 orang (39,58%). Kesehatan Jumlah penduduk yang meninggal dunia pada tahun 2009 sebanyak 2818 jiwa, terdiri dari 1.465 jiwa laki-laki dan 1.353 jiwa perempuan hal ini menunjukan bahwa angka harapan hidup laki-laki lebih rendah dibandingkan perempuan. Pekerjaan Jumlah pencari kerja dan transmigrasi Kabupaten Banjarnegara, tahun 2009, adalah sebanyak 3.028 orang (47,23%). Jumlah pencari kerja wanita lebih banyak dibandingkan laki-laki. Kelembagaan Kesenjangan gender masih terjadi dimana laki-laki masih mendominasi sebagai Anggota Badan Pewakilan Desa pada tahun 2009 sebanyak 3.056 orang laki-laki sementara perempuan hanya sebanyak 163 orang. Hukum dan HAM Masih terjadi kesenjangan gender dengan adanya dominasi personil penegak hukum yang diduduki oleh laki-laki. Jumlah pengacaraterdiri dari 27 orang laki-laki dan 3 orang perempuan. Budaya Adanya budaya patriarkhi yang memandang bahwa laki-laki lebih berkuasa dibandingkan perempuan. Profil akses dan kontrol Jumlah tenaga kerja sektor pertanian masih banyak didominasi laki-laki sehingga akses dan kontrol perempuan masih rendah. - Pendidikan Kesehatan Pekerjaan Hukum dan HAM - Kelembagaan - Budaya Strategi Pengurusutamaan Gender Profil Akses dan Kontrol Gambar 1. Kerangka Berfikir Pustaka 1 6 2. Jurnal Sodality Judul : Tahun Jenis Pustaka Bentuk Pustaka Nama Penulis Nama Jurnal : : : : : Penerbit : : Volume : Alamat URL Tanggal diunduh : Analisis Gender dalam Program Desa Mandiri Pangan: Studi Kasus Desa Jambakan, Kecamatan Bayat, Klaten-Jawa Tengah 2008 Artikel Jurnal Cetak Siti Nurul Qoriah dan Titik Sumarti Sodality: Jurnal Transdisiplin Sosiologi, Komunikasi, dan Ekologi Manusia. Departemen Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat Vol. 02, No. 02, Agustus 2008 - Masalah ketahanan pangan erat hubungannya dengan masalah kemiskinan. Berdasarkan survey sosial ekonomi nasional (SUSENAS) tahun 2006 yang dilakukan oleh Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukan bahwa jumlah penduduk miskin di Indonesia pada bulan maret 2006 sebesar 39,05 juta atau 17.75 persen. Untuk memperbaiki kondisi tersebut dibuatlah suatu kebijakan, namun dalam implementasinya sering terjadi bias gender dalam program pembangunan dan seringkali perempuan yang menjadi korban. Menurut hasil penelitian yang dilakukan oleh Sumarti dkk menunjukan bahwa perempuan memiliki peran yang cukup besar. Perempuan tidak hanya melakukan pekerjaan reproduktif, tetapi juga melakukan pekerjaan produktif. Penelitian ini menggunakan dua teknik analisis gender yaitu teknik analisis Harvard yang terdiri atas 3 komponen yaitu profil aktivitas, profil akses dan profil kontrol. Teknik analisis Moser mempertimbangkan kebutuhan praktis dan strategis. Berdasarkan hasil penelitian di Desa Jambakan diketahui bahwa tingkat pendidikan antara laki-laki dan perempuan adalah 1461 jiwa (55 persen) tidak ada perbedaan akses antara laki-laki dan perempuan dalam memperoleh pendidikan.Pembagian kerja antara laki-laki dan perempuan cenderung merata. Dalam hal akses dan kontrol masih terjadi bias gender yaitu stereotipe dan subordinasi pada perempuan di mana laki-laki yang melakukan ternak kambing sehingga perempuan kehilangan akses terhadap program desa mandiri pangan dengan usaha ternak kambing. Secara umum Program Desa Mandiri Pangan telah memenuhi kebutuhan praktis baik lakilaki maupun perempuan, namun belum mencapai kebutuhan strategis. Kemudian faktor yang mempengaruhi ketimpangan gender yaitu budaya. Analisis: Dalam jurnal ini menyatakan bahwa pembagian kerja antara laki-laki dan perempuan cenderung adil dan merata. Hal tersebut berpengaruh terhadap akses dan kontrol atas perempuan dan laki-laki, di mana perempuan memilki kesempatan mengakses sumberdaya pada bidang tertentu dan laki-laki juga memiliki 7 pekerjaannya masing-masing. Dengan pekerjaan yang sesuai dengan kebutuhan laki-laki dan perempuan dapat memenuhi kebutuhan praktis yaitu (kebutuhan jangka pendek) namun belum bisa mencapai kebutuhan strategis (jangka panjang). Namun masih terjadi ketimpangan gender akibat budaya patriarkhi yang memandang bahwa laki-laki sebagai bapak memiliki kuasa atas istri dan anaknya. Tabel 2.Matriks Variabel dan Fakta Pendukung Pustaka 2. Variabel Fakta Pendukung Pembagian Kerja Pembagian kerja antara laki-laki dan perempuan cenderung adil dan merata Akses dan Kontrol Untuk kelompok tenun, semua anggota yang berjumlah 25 adalah perempuan hal ini karena yang melakukan pekerjaan tersebut adalah perempuan. Kelompok ternak kambing beranggotakan laki-laki 15 karena pandangan yang melakukan ternak kambing adalah laki-laki sehingga perempuan kehilangan akses dan kontrol dalam hal ternak kambing Kebutuhan Praktis Secara umum telah memenuhi kebutuhan praktis baik laki-laki maupun perempuan, tidak hanya dijadikan sebagai modal untuk pengembangan usaha namun banyak peserta memanfaatkan untuk keperluan sehari-hari. Budaya Ketimpangan gender tersebut terjadi karena akibat adanya hegemoni patriarki. Budaya ini menganggap bahwa laki-laki sebagai bapak berkuasa atas perempuan dan anak-anak Budaya Akses dan Kontrol Pembagian Kerja Gambar 2. Kerangka Berfikir Pustaka 2 Kebutuhan Praktis 8 3. Jurnal Transformasi Sosial Judul : Dari Pengurangan Emisi ke Menjawet: Strategi Penerimaan REDD+ di Desa Buntoi. : 2013 Tahun : Artikel Jurnal Jenis Pustaka : Elektronik Bentuk Pustaka : Yetty Oktayanty Nama Penulis : Jurnal Transformasi Sosial Nama Jurnal : Jurusan Antropologi, Universitas Gadjah Mada, Penerbit Yogyakarta : Nomor 30, Tahun XV, 2013 Volume : http://www.insist.or.id | Alamat URL http://insist.or.id/insistpress/ | http://jurnalwacana.com/ Tanggal diunduh : 15 September 2014 REDD+ hadir sebagai akibat dari perdebatan mengenai tanggung jawab atas emisi di dunia. Salah satu provinsi yang menerima program REDD+ yaitu Desa Buntoi, Kalimantan Tengah.Buntoi menerima program REDD+ melalui Pusat Informasi Lestari (PIL). Penelitian ini menggunakan pendekatan analisis antropologi ekonomi dari Guderman (2001).Ada dua kriteria dalam membentuk ekonomi yaitu Community (masyarakat) dan Market (pasar). Praktik ekonomi dibangun melalui domain nilai, yaitu base (basis), social relationship (relasi sosial), trade (perdagangan) dan accumulation (akumulasi). Selain itu penulis menggunakan kerangka kerja Harvard untuk menganalisis profil aktivitas serta akses dan kontrol pada laki-laki maupun perempuan. Masyarakat pada umumnya mengandalkan hutan sebagai sumber mencari makanan, namun dengan adanya Hak Pengusahaan Hutan (HPH) negara tidak memberikan akses pada masyarakat. Masyarakat pada umumnya menjawet dan memanta gita.Berdasarkan hasil penelitian, dalam hal akses dan kontrol, posisi perempuan lebih banyak menghabiskan waktu dan tenaga dalam bekerja, hasilnya sedikit, curahan waktu banyak. Perempuan tidak memiliki kontrol sepenuhnya atas pendapatan dalam rumah tangga. Basis ekonomi inilah yang dihubungkan dengan penerimaan masyarakat melalui proyek livelihood (mata pencaharian). Tidak hanya laki-laki, perempuan dipekerjakan sebagai buruh. Masyarakat diberikan kesempatan berpartisipasi dalam penyediaan bahan bangunan. Basis ekonomi merupakan salah satu alasan REDD+ diterima di Buntoi. Program ini menjadi arena akumulasi masyarakat dan terbentuknya market society melalui logika keuntungan. Analisis: Jurnal ini menyatakan bahwa program REDD+ dapat membentuk suatu market society. Market society terbentuk atas dimensi basis, relasi sosial, perdagangan, dan akumulasi. Program ini juga memberikan pekerjaan tambahan bagi perempuan dan 9 laki-laki. Tidak hanya laki-laki, perempuan juga memperoleh akses dan kontrol yang sama terhadap sumberdaya. Mereka ikut serta berpartisipasi dalam proyek. Tabel 3.Matriks Variabel dan Fakta Pendukung Pustaka 3. Variabel Fakta Pendukung Base (Basis) Basis ekonomi merupakan salah satu alasan REDD+ diterima di Buntoi. Social relationship (relasi sosial) PIL menjadi arena akumulasi masyarakat. Trade (perdagangan) PIL sebagai peluang-peluang ekonomi yang mampu memberikan tambahan pendapatan keluarga. Accumulation (akumulasi) Terbentuknya market society. Basis Relasi Sosial Perdagangan Akumulasi Gambar 3. Kerangka Berfikir Pustaka 3 4. Jurnal Kependudukan Padjajaran Judul : Analisis Gender pada Keluarga Petani Padi dan Holtikultura di Daerah Pinggiran Perkotaan : 2008 Tahun : Artikel Jurnal Jenis Pustaka : Elektronik Bentuk Pustaka : Rani Andriani & Euis Sunarti Nama Penulis : Jurnal Kependudukan Padjajaran Nama Jurnal : Jurusan Sosial Ekonomi Pertanian, Fakultas Penerbit Pertanian Universitas Padjajaran dan Depatemen Ilmu Keluarga dan Konnsumen, Fakultas Ekologi Manusia, Institut Pertanian Bogor : Vol. 10, No. 1, Januari 2008 Volume : http://jurnal.unpad.ac.id/kependudukan/article/view/ Alamat URL Tanggal diunduh : 15 September 2014 Secara tradisional perempuan memegang peran pada sektor domestik rumah tangga dan pria bertugas mencari nafkah. Namun, tak jarang perempuan terlibat dalam mencari nafkah. Akibatnya perempuan memikul beban ganda. Peran perempuan dalam sektor domestik adalah mengelola sumberdaya keluarga yang dimilikinya diharapkan dapat mewujudkan kesejahteraan keluarga. Pengambilan 10 keputusan merupakan hal yang penting dalam mengelola sumberdaya keluarga. Di bidang pertanian, pola nafkah ganda merupakan strategi survival dimana hasil pertanian belum mencukupi kebutuhan pangan keluarga, sehingga anggota keluarga terpaksa memasuki usaha luar pertanian. Penelitian ini bertujuan mengkaji peran antara suami dan istri dalam pengambilan keputusan dan pembagian kerja di sektor domestik dan publik. Penelitian ini menggunakan data primer dan data sekunder dengan analisis deskriptif untuk menganalisis persepsi tentang gender, serta pengambilan keputusan dan pembagian kerja. Uji beda t untuk melihat perbedaan persepsi gender, kemudian analisis korelasi rank spearman untuk menganalisis hubungan antar variable. Berdasarkan hasil penelitian, sebagian besar responden berada pada usia kerja dapat dikatakan bahwa keluarga memiliki sumberdaya yang cukup untuk mencari nafkah. Tingkat pendidikan masih tergolong rendah. Pada keluarga petani lebih dari separuh istri (64%) dan (50%) suami menempuh pendidikan sampai sekolah dasar (SD). Tingkat pendidikan yang rendah mengakibatkan sulit memperoleh pekerjaan.Sektor pertanian masih merupakan andalan petani dalam mencari nafkah. Rata-rata pendapatan perkapita petani berada diatas garis kemiskinan yaitu Rp 260.469,00/bulan. Peran suami lebih mendominasi dalam pengambilan keputusan dan istri menempati posisi rendah. Istri boleh membantu suami mencari nafkah, perempuan berhak mendapatkan akses dan kontrol sumberdaya yang ada. Pengambilan keputusan untuk urusan pangan didominasi oleh istri. Pengambilan keputusan pada bidang pendidikan, kesehatan, keuangan, pemeliharaan rumah diambil bersama-sama.Pembagian kerja dalam keluarga dalam sektor domestik dilakukan oleh istri. Pada aktivitas publik lebih banyak dilakukan oleh suami, namun istri terkadang membantu mencari nafkah. Analisis: Dalam jurnal ini menyatakan bahwa umur responden sesuai dengan usia kerja. Kemudian tingkat pendidikan petani yang relatif rendah dan mengakibatkan sulitnya mencari pekerjaan. Peran suami masih mendominasi dalam proses pengambilan keputusan dalam keluarga. Namun istri boleh membantu suami dalam mencari nafkah tambahan.Sehingga dengan bekerjanya seorang istri dapat menambah pendapatan keluarga untuk memenuhi kebutuhan keluarganya. 11 Tabel 4.Matriks Variabel dan Fakta Pendukung Pustaka 4. Fakta Pendukung Variabel Umur Usia kerja 16-64 tahun. Sebagian besar responden berada pada usia kerja. Pada keluarga petani padi, 94 persen istri dan 92 persen suami merupakan penduduk usia kerja. Tingkat Pendidikan Pada keluarga petani padi, lebih dari separuh istri (64%) dan (50%) suami menempuh pendidikan hingga tamat Sekolah Dasar (SD). Pengambilan Keputusan Secara keseluruhan, perspektif gender dalam pengambilan keputusan mengenai aktivitas di sektor domestic lebih dari separuh keluarga petani padi (56%) termasuk dalam kategori sedang. Pembagian Kerja (40%) istri dan sebagian besar suami (94%) memiliki mata pencaharian utama sebagai petani. Pendapatan Rata-rata pendapatan/kapita keluarga petani padi adalah Rp 260.469,00/bulan dan sebagian besar keluarga (76%) memiliki pendapatan perkapita diatas garis kemiskinanyang ditetapkan oleh BPS. Karakteristik Individu Pembagian Kerja Pendapatan - Pendidikan - Umur Pengambilan Keputusan Gambar 4. Kerangka Berfikir Pustaka 4 12 5. Jurnal Ekonomi Pembangunan Judul : Peran Aktif Wanita dalam Peningkatan Pendapatan Rumahtangga Miskin: Studi Kasus pada Wanita Pemecah Batu di Pucanganak Kecamatan Tugu Trenggalek : 2008 Tahun : Artikel Jurnal Jenis Pustaka : Elektronik Bentuk Pustaka : Sugeng Haryanto Nama Penulis : Jurnal Ekonomi Pembangunan Nama Jurnal : Universitas Merdeka Malang Penerbit : Volume : Alamat URL Tanggal diunduh : Vol. 9, No. 02, Desember 2008 http://publikasiilmiah.ums.ac.id 20 September 2014 Fenomena yang menarik dalam rumah tangga miskin dalam mempertahankan hidup yaitu penghematan pengeluaran rumah tangga, pengoptimalan pendapatan rumah tangga. Hal ini menuntut istri untuk dapat mengerahkan sumberdaya ekonomi rumah tangga. Kondisi tersebut mendorong wanita untuk bekerja di luar rumah. Wanita pada rumah tangga miskin umumnya mempunyai tingkat pendidikan yang rendah dan keterampilan rendah. Penelitian ini dilakukan di Pucanganak Tugu Trenggalek yang ditemukan banyak pekerja sebagai pemecah batu. Pekerjaan ini tidak membutuhkan pendidikan dan keterampilan yang tinggi. Penelitian ini menganalisis mengenai pendapatan rumah tangga, pekerja wanita, peran aktif wanita, rumah tangga miskin data tersebut diambil menggunakan metode Purposive Random Sampling, metode kuisioner, wawancara mendalam dan observasi langsung. Berdasarkan hasil penelitian pendidikan wanita pemecah batu relatif rendah dan tidak memerlukan keterampilan tertentu. Pekerjaan suami sebagai petani, buruh tani, dan kuli bangunan. Tingkat pendapatan yang diperoleh istri sebagai pemecah batu relatif tinggi dan digunakan untuk memenuhi kebutuhan rumah tangga. Umumya para wanita bekerja sehari selama 5 jam sampai dengan 8 jam (73,33 persen) mereka biasanya bekerja sejak pagi hari. Analisis: Tingkat pendidikan wanita yang relatif rendah ternyata tidak berpengaruh terhadap pekerjaannya sebagai pemecah batu karena pekerjaan ini tidak memerlukan pendidikan yang tinggi dan keterampilan. Pekerjaan sebagai pemecah batu memerlukan waktu sehari selama 5-8 jam saja dan tidak menggangu kegiatan kelurga lainnya, dengan bekerja sebagai pemecah batu dapat menambah pendapatan keluarga. 13 Tabel 5.Matriks Variabel dan Fakta Pendukung Pustaka 5. Variabel Fakta Pendukung Pendidikan Pendidikan para wanita relative rendah hampir 97% hanya berpendidikan sampai Sekolah Dasar (SD), dimana 33,3% tidak pernah sekolah dan 30% pernah sekolah di SD dan 33,33 lulus SD. Pekerjaan Pekerjaan suami para pemecah batu cukup bervariasi yaitu sebagai buruh tani 33,3 persen . Curahan Waktu Para wanita pemecah batu rata-rata bekerja sehari selama 5 jam sampai 8 jam (73,33 persen). Peran Wanita Pekerjaan sebagai pemecah batu tidak mengganggu kegiatan keluarga seperti mengasuh anak, karena lokasi pekerjaan yang dekat dari rumah. Pendapatan Pendapatan suami rata-ratanya Rp 61.000, sedangkan istri hanya sebesar Rp 40.000 Pendidikan Pekerjaan Curahan Waktu Pendapatan Peran Wanita Gambar 5.Kerangka Berfikir Pustaka 5 6. Jurnal Sodality Judul : Tahun Jenis Pustaka Bentuk Pustaka Nama Penulis : : : : Nama Jurnal : Penerbit : : Volume : Alamat URL Tanggal diunduh : Struktur Nafkah Rumah Tangga Petani Transmigran: Studi Sosio-ekonomi di Tiga Kampung di Distrik Masni Kabupaten Manokwari 2009 Artikel Jurnal Elektronik Paulina P, Tulak, Arya Hadi Dharmawan, dan Bambang Juanda Sodality: Jurnal Transdisiplin, Komunikasi, dan Ekologi Manusia Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat Vol. 03, No. 02, Agustus 2009 http://journal.ipb.ac.id/index.php/sodality/article/ 20 September 2014 14 Pembangunan pedesaan didorong untuk lebih memanfaatkan inisiatif dan kekuatan-kekuatan lokal dalam upaya meningkatkan produksi dan taraf hidup ekonomi yang lebih baik. Program transmigrasi merupakan salah satu program yang bertujuan meningkatkan taraf hidup ekonomi rumah tangga lapisan bawah yang menghadapi persoalan kemiskinan karena kelangkaan lahan dan tekanan ekonomi di daerah asal juga untuk mengentaskan kemiskinan. Strategi nafkah dalam hal ini yaitu cara kegiatan ekonomi untuk bertahan hidup. Strategi nafkah digolongkan menjadi 3 golongan yaitu rekayasa sumber nafkah pertanian, pola nafkah ganda, dan rekayasa spasial.Strategi rumah tangga yang dibangun oleh transmigran berbeda tergantung daya adaptasi terhadap sistem ekologi mereka. Penelitian ini menggunakan metode Purposive dan menggunakan pendekatan kualitatif, kuantitatif dan desktriptif. Berdasarkan hasil penelitian rumah tangga petani tidak lagi mengandalkan pada single of income (farm) namun menggunakan sektor non pertanian (non farm). Rumah tangga petani transmigran etnis Jawa mengalami transformasi struktur nafkah yang lebih cepat dari pada etnis lokal. Terdapat pula berbagai strategi nafkah yaitu pola strategi nafkah berserak, pola nafkah ganda, dan pola nafkah berbasis bantuan. Desa dengan rumah tangga nafkah ganda lebih makmur secara ekonomi. Penelitian ini menemukan bahwa semakin tinggi lapisan ekonomi rumah tangga petani maka akan semakin intensif bersentuhan dengan sektor non farm. Selain itu penguatan sektor non farm membuat ketimpangan pendapatan antar lapisan rumahtangga petani yang cukup tinggi. Analisis: Dalam jurnal ini terlihat bahwa struktur nafkah yang pada awalnya pada singlesource of income (farm) mulai beralih mengandalkan non farm. Kemudian, munculah berbagai strategi nafkah yang terdiri atas strategi nafkah berserak, pola nafkah ganda, serta nafkah berbasis bantuan. Transmigran dengan etnis Jawa ternyata lebih cepat mengalami transformasi struktur nafkah dibandingkan penduduk lokal. Semakin tingginya lapisan ekonomi seseorang maka akan semakin intensif bersentuhan dengan sektor non farm. Hal ini menyebabkan terjadinya ketimpangan pendapatan pada setiap lapisan. 15 Tabel 6.Matriks Variabel dan Fakta Pendukung Pustaka 6. Variabel Fakta Pendukung Struktur Nafkah Struktur nafkah rumah tangga petani kini tidak lagi mengandalkan pada single-source of income (Farm) namun juga pada sektor non-farm. Strategi Nafkah Strategi nafkah yang dapat diinventarisasikan yaitu: strategi nafkah berserak, pola nafkah ganda, pola nafkah berbasis bantuan. Etnis Rumah tangga petani transmigran etnis jawa mengalami transformasi struktur nafkah yang lebih cepat dan luas dibandingkan dengan rumahtangga petani lokal. Ekonomi semakin tinggi lapisan ekonomi rumah tangga petani maka akan semakin intensif bersentuhan dengan sektor non farm. Ketimpangan Pendapatan Terjadinya ketimpangan pendapatan pada sektor farm dan non farm. Pendapatan petani Rp 7 .000.000/tahun untuk lapisan atas dan Rp 24.031.000/tahun pada sektor non farm. Ekonomi Struktur Nafkah Strategi Nafkah Etnis Ketimpangan Pendapatan Gambar 6. Kerangka Berfikir Pustaka 6 16 7. Jurnal Sodality Judul : Tahun Jenis Pustaka Bentuk Pustaka Nama Penulis : : : : Nama Jurnal : Penerbit : : Volume : Alamat URL Tanggal diunduh : Strategi Nafkah Rumah Tangga Petani Tembakau di Lereng Gunung Simbing: Studi Kasus di Desa Wonotirto dan Desa Campursari, Kecamatan Bulu, Kabupaten Temanggung 2010 Artikel Jurnal Elektronik Widiyanto, Arya Hadi Dharmawan, dan Nuraini W. Prasodjo Sodality: Jurnal Transdisiplin, Komunikasi, dan Ekologi Manusia Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat Vol. 4, No. 1, April 2010 http://journal.ipb.ac.id/index.php/sodality/article/ 20 September 2014 Indonesia merupakan salah satu produsen tembakau terbesar di Dunia. Sementara pengusahaan tembakau di Indonesia 98% adalah perkebunan rakyat. Sebagai komoditas ekspor tembakau menjadi tanaman yang komersial dan berbasis pasar. Pada mulanya petani membudidayakan tembakau dengan sistem garang. Pada saat panen petani menjualnya ke tengkulak dan dari hasil penjualan tersebut digunakan untuk membeli barang apapun untuk memenuhi kekebutuhan hidupnya. Penelitian ini menggunakan pendekatanan sustainable livelihood, pendekatan ini tidak hanya berbicara mengenai pendapatan (income poverty) dan pekerjaan (jobs). Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini yaitu menggunakan paradigm konstrutivisme dan pendekatan kualitatif.Hasil penelitian menunjukan bahwa petani sangat dinamis, beragam dalam merespon perubahan baik kebijakan maupun sosial ekologi. Respon tersebut akan menggerakan modal alam, modal fisik, modal SDM, modal financial, dan modal sosial dan ang berupa tangible dan intangible assets. Petani tembakau sangat rentan terhadap fluktuasi harga dan perubahan musim dan cuaca.Untuk itu, petani harus bisa mengahadapi resiko dengan mengelola struktur nafkah.Sistem nafkah yang dibangun sangat dipengaruhi oleh moral. Berdasarkan hasil penelitian, petani sawah mulai terdorong untuk merambah sektor non farm (sistem nafkah ganda). Secara faktual strategi nafkah petani merupakan cerminan dari sikap moral yang dilandaskan oleh etika sosial kolektif, strateginya yaitu: strategi solidaritas sosial vertical, strategi solidaritas horizontal, strategi berhutang dan strategi patronase. Selain itu strategi nafkah berasaskan pada etika maksimalisasi keuntungan: strategi akumulasi, dan strategi manipulasi. Selain itu strategi nafkah berbasis pada pemenuhan kebutuhan yaitu strategi serabutan, strategi migrasi kontemporer, dan strategi produksi.pada situasi normal strategi nafkah yang melekat pada petani yaitu solidaritas vertical dan manipulasi komoditas. Pada saat kritis rumahtangga petani akan menggunakan strategi berhutang. Modal sosial merupakan komponen penting dalam kehidupan. Modal sosial terdiri atas claim dan asset. 17 Analisis: Dalam strategi nafkah dipengaruhi oleh moral baik etika moral, etika materialism, etika sosial-kolektif. Etika tersebut mempengaruhi strategi nafkah petani tembakau. Selain moral, modal sosial juga sangat penting dalam kehidupan petani tembakau. Tabel 7.Matriks Variabel dan Fakta Pendukung Pustaka 7. Variabel Fakta Pendukung Moral (etika) Secara historis, tembakau adalah komoditas yang diperkenalkan penjajah yang berorientasi pasar. Dengan kata lain komersialisme telah tumbuh semenjak tembakau dikenal petani. etika komersialisme tercrmin dari beberapa aktivitas marketsphere. Strategi Nafkah Strategi nafkah yang dimiliki petani tembakau antara lain: : strategi solidaritas sosial vertical, strategi solidaritas horizontal, strategi berhutang dan strategi patronase. Selain itu strategi nafkah berasaskan pada etika maksimalisasi keuntungan: strategi akumulasi, dan strategi manipulasi. Modal Sosial Trust menjadi penghubung. Pemilik tanah percaya bahwa petani mampu mengemban tanggung jawab sebagai pengelola lahan yang jujur dan memiliki itikad baik. Moral (Etika) Strategi Nafkah Modal Sosial Gambar 7. Kerangka Berfikir Pustaka 7 18 8. Jurnal Penelitian Judul : Pemberdayaan Wanita Mendukung Strategi Gender Mainstreaming dalam Kebijakan Pembangunan Pertanian di Pedesaan : 2007 Tahun Jenis Pustaka : Artikel Jurnal : Elektronik Bentuk Pustaka Nama Penulis : Roosganda Elizabeth Nama Jurnal : Jurnal Penelitian Agroekonomi : Pusat Analisis Sosial Ekonomi dan Kebijakan Penerbit Pertanian : Vol. 25, No.2, Agustus 2007 Volume Alamat URL : http://pse.litbang.deptan.go.id/ind/index.php./publikas i/forum-agro-ekonomi/310-forum-agro-ekonomivol25-no02-2007/2072-pemberdayaan-wanitamendukung-strategi-gender-mainstreaming-dalamkebijakan-pembangunan-pertanian-di-pedesaan : 20 September 2014 Tanggal diunduh Paradigma modernisasi telah membawa beberapa perubahan sosial pada masyarakat petani, baik struktur sosial, budaya, politik dan ekonomi. Namun, pertumbuhan tersebut belum sepenuhnya mengimbangi peningkatan ekonomi rumah tangga petani. Keberhasilan pembangunan pertanian yang belum optimal diakibatkan belum optimalnya kualitas Sumberdaya Manusia (SDM).Perbaikan dan peningkatan kualitas SDM bersifat multi dimensi, baik pendidikan, keterampilan, kesempatan kerja, maupun kesehatan.Keseluruhan berkaitan dengan peran, tugas, dan fungsi serta kedudukan wanita dalam strategi pembangunan pertanian.Peran dan kedudukan penting dalam hubungan sosial masyarakat. Peran merupakan perilaku individu dalam struktur sosial dan kedudukan yang akhirnya akan memberikan fasilitas sesuai dengan peranan. Perubahan peran dan status wanita dipacu oleh ekonomi sehingga menyebabkan disintegrasi pembagian kerja gender. Timbulah marjinalisasi dimana kaum wanita selalu tertinggal dibandingkan kaum pria. Penelitian ini menemukan bahwa wanita memiliki potensi dan peluang sebagai tenaga kerja, namun keterbatasan kesempatan kerja menunjukan bahwa wanita perlu diberdayakan. Pemberdayaan merupakan serangkaian upaya untuk meningkatkan kemampuan dan memperluas akses terhadap kondisi untuk mendorong kemandirian. Potensi individu berkaitan dengan kemampuan mengakses dan memanfaatkan peluang yang ada.Wanita terindikasi memiliki peran ganda dalam rumah tangga karena semakin sulitnya ekonomi. Pemberdayaan merupakan strategi untuk meningkatkan peran dan peluang wanita tani. Kesadaran gender artinya pria dan wanita bekerja sama dalam suatu hubungan keharmonisan cara, memiliki kesamaan hak, tugas, posisi, peran dan peluang (kesempatan) dan 19 menaruh perhatian terhadap kebutuhan-kebutuhan spesifik yang melengkapinya dan memperkuatnya (Vitalaya, 1995). Pola nafkah ganda yang pernah dipopulerkan oleh Sayogyo telah membuktikan manfaat positif peran ganda wanita, bukan hanya marjinalisasi wanita. Analisis: Peran ganda perempuan dalam keluarga menjadikan terjadinya marjinalisasi kaum perempuan. Perempuan memiliki pola nafkah ganda untuk mencukupi kebutuhan ekonomi rumah tangganya. Semakin rendah tingkat ekonomi suatu rumah tangga petani, makin besar curahan tenaga dan waktu wanita tani dalam upaya memperoleh pendapatan keluarga.Pemberdayaan merupakan upaya untuk meningkatkan akses wanita terhadap sumberdaya. Dengan adanya peningkatan akses maka akan meningkatkan taraf ekonomi sehingga menigkat pula pendapatan dalam keluarga. Tabel 8.Matriks Variabel dan Fakta Pendukung Pustaka 8. Variabel Fakta Pendukung Peran Perubahan peran dan status wanita dipacu oleh ekonomi sehingga menyebabkan disintegrasi pembagian kerja gender. Marjinalisasi Marjinalisasi kaum wanita tercermin pada tertindasnya dan perlakuan diskriminatif “Pembagian kerja”, yang wanita terima dari berbagai kalangan/ lingkungan. Pola Nafkah Ganda Wanita terindikasi memiliki peran ganda dalam rumah tangga karena semakin sulitnya ekonomi. Pemberdayaan Pemberdayaan merupakan serangkaian upaya untuk meningkatkan kemampuan dan memperluas akses terhadap kondisi untuk mendorong kemandirian. Ekonomi Perubahan peran dan status wanita dipacu oleh ekonomi. Pendapatan Sumbangan pendapatan wanita tani dari pola nafkah ganda terbukti cukup besar dalam penghasilan keluarga. Peran Pola Nafkah Ganda Marjinalisasi Ekonomi Pendapatan Gambar 8. Kerangka Berfikir Pustaka 8 Pemberdayaan Akses 20 9. Jurnal Sodality: Jurnal Sosiologi Pedesaan Judul : Analisis Gender terhadap Tingkat Keberhasilan Pelaksanaan CSR Bidang Pemberdayaan Ekonomi Lokal PT Holcim Indonesia Tbk : 2012 Tahun Jenis Pustaka : Artikel Jurnal : Cetak Bentuk Pustaka Nama Penulis : Debbie Luciani Prastiwi dan Titik Sumarti Nama Jurnal : Jurnal Sodality: Jurnal Sosiologi Pedesaan : Departemen Sains Komunikasi dan Pengembangan Penerbit Masyaratak Bekerjasama dengan Ikatan Sosiologi Indonesia : Vol. 06, No. 01, April 2012 Volume Alamat URL : Tanggal diunduh : - Menurut Hubeis (2010) kualitas hidup manusia dapat diukur berdasarkan pengukuran Human Development Index (HDI), Gender Development Index (GDI) dan Gender Empowerment Measure (GEM) yang digunakan untuk mengevaluasi kualitas hidup dan pembangunan manusia serta mengukur kesetaraan dan keadilan gender. Indonesia masih tergolong lebih rendah dibandingkan Negara ASEAN. HDI, GDI, dan GEM Indonesia menunjukan bahwa terdapat kesenjangan gender (gap) antara laki-laki dan perempuan dalam berbagai kehidupan. Ketidaksetaraan dan ketidakadilan gender terdapat pada peran (pembagian kerja), akses, kontrol, partisipasi, dan manfaat dalam pembangunan nasional. Salah satu program yang gencar dilaksanakan adalah CSR yang berorientasi pada aspek ekonomi (profit), aspek sosial (bottom lines), dan aspek lingkungan (planes). Pembiayaan usaha mikro melalui Baitul Maal wa Tamwil (BMT) merupakan salah satu program CSR yang memberdayakan ekonomi lokal. Penelitian ini menggunakan teknik analisis Harvard untuk menganalisis profil kegiatan, profil akses dan kontrol dan faktor yang mempengaruhi akses dan kontrol. Selain itu menggunakann teknik analisis Moser dengan komponen kebutuhan praktis dan kebutuhan strategis gender. Penelitian ini ditemukan bahwa peserta laki-laki pembiayaan BMT Swadaya Pribumi berumur lebih muda dibandingkan perempuan. Tingkat pendidikan laki-laki lebih tinggi dibandingkan perempuan. Tingkat pendapatan tergolong rendah baik laki-laki maupun perempuan. Sehingga laki-laki memiliki akses kontrol, serta manfaat yang lebih tinggi terhadap sumberdaya dibandingkan dengan perempuan. Tingkat keberhasilan BMT ditinjau pula dari kebutuhan praktis dan kebutuhan strategis baik laki-laki maupun perempuan. 21 Analisis: Karakteristik individu yaitu umur, tingkat pendidikan, tingkat pendapatan, serta pembagian kerja berpengaruh terhadap akses, kontrol serta manfaat yang diterima laki-laki maupun perempuan. Dengan perbedaan akses, kontrol dan manfaat yang diterima oleh laki-laki maupun perempuan berpengaruh terhadap tingkat kesetaraan dimana laki-laki memiliki akses, kontrol serta manfaat yang lebih besar dibandingkan perempuan. 22 Tabel 9. Matriks Variabel dan Fakta Pendukung Pustaka 10 Variabel Fakta Pendukung Umur Sebagian besar responden laki-laki berumur 45 tahun kebawah yakni sebesar 66,7 % dan hanya sebesar 33,3% yang berumur 45 tahun keatas. Sedangkan perempuan berumur 45 tahun keatas sebanyak 66,7% dan umur 45 tahun kebawah 33,7%. Hal ini menunjukan bahwa peserta laki-laki berumur lebih muda dibandingkan dengan peserta perempuan. Tingkat Pendidikan Responden laki-laki 40% tamat SMA sedangkan perempuan 80% tidak tamat SD. Tingkat Pendapatan Sebagian besar laki-laki dan perempuan berada pada tingkat pendapatan Rp 400.000,sampai Rp 4.500.000,- Pembagian Kerja Kegiatan produktif melalui kegiatan mencari nafkah dikerjakan secara bersama (50%), kedua dikerjakan oleh laki-laki saja (30%), dan ketiga dikejakan oleh perempuan saja (20%). Kegiatan reproduktif 100% dikerjakan perempuan. Hal ini menunjukan bahwa perempuan memiliki beban kerja yang lebih banyak dibandingkan dengan laki-laki. Akses Laki-laki memiliki akses leih tinggi dibandingkan dengan persempuan yaitu sekitar 6,7%. Kontrol Laki-laki memiliki kontrol yang besar terhadap sumberdaya yaitu sebesar (93,3%) sedangkan perempuan (66,7%). Manfaat Perempuan merasa memperoleh manfaat tinggi sebesar (60%) sedangkan laki-laki sebesar (53,3%). Tingkat Kesetaraan Terdapat (26,7%) perempuan menyatakan tidak setara gender. Kebutuhan Praktis Responden laki-laki berada pada posisi rendah dalam pemenuhan kebutuhan praktis (53,3%) sedangkan perempuan sebesar (66,7%). Hal ini `menunjukan bahwa perempuan tingginya tingkat pemenuhan kebutuhan praktis oleh perempuan. Kebutuhan Startegis Sebesar (60%) perempuan berada pada posisi pemenuhan strategis rendah sedangakan lakilaki berada pada pemenuhan kebutuhan strategis tinggi yaitu sebesar (86,7%). Hal ini menjunjukan bahwa laki-laki merasa kebutuhan strategisnya terpenuhi. 23 Karakteristik Individu - Umur Tingkat Pendidikan Tingkat Pendapatan Pembagian Kerja - Akses - Kontrol - Manfaat Kebutuhan Praktis Kebutuhan Strategis Gambar 9. Kerangka Berfikir Pustaka 9 10. Jurnal Penelitian dan Pengembangan Kesejahteraan Sosial Judul : Analisis Gender Terhadap Strategi Koping dan Kesejahteraan Keluarga : 2010 Tahun Jenis Pustaka : Artikel Jurnal : Elektronik Bentuk Pustaka Nama Penulis : Herien Puspitawati, Tin Herawati, Ma’mun Sarma Nama Jurnal : Jurnal Penelitian dan Pengembangan Kesejahteraan Sosial. : Pusat Penelitian dan Pengembangan Kesejahteraan Penerbit Sosial, Badan Pendidikandan Penelitian Kesejahteraan Sosial, Kementeriaan Sosial Republik Indonesia. : Vol. 15, No. 02, Mei- Agustus 2010 Volume Alamat URL : Tanggal diunduh : 15 September 2014 Salah satu tujuan pembangunan nasional yaitu menciptakan keadilan gender bagi peningkatan peran perempuan. Gender adalah perbedaan peran, fungsi, kedudukan, tanggungjawab baik perempuan maupun laki-laki. Berdasarkan data statistic, tingkat partisipasi angkatan kerja perempuan lebih rendah dibandingkan laki-laki.Penelitian ini menggunakan metode survey untuk melihan peran gender, kemitraan peran gender. Berdasarkan hasil dari penelitian tersebut ditemukan bahwa tingkat pendidikan perempuan masih tergolong rendah. Menurut selang usianya, termasuk kedalam golongan produktif. Pekerjaan yang dimiliki suami lebih beragam.Namun tingkat pendapatan keluarga masih tergolong rendah yaitu berada dibawah garis kemiskinan Kabupaten Bogor. Terdapat pembagian peran antara laki-laki dan perempuan dalam hal pengambilan keputusan dan strategi koping yang menunjukan bahwa dalam pengambilan keputusan dan pelaksanaan strategi koping didasari oleh kemitraan antara suami dan istri. Namun, terdapat masalah dalam hal kecukupan 24 ekonomi yang rendah, dengan tingkat ekonomi yang rendah dapat berpengaruh pada rendahnya tingkat kesejahteraan. Analisis: Tingkat pendidikan perempuan yang rendah mengakibatkan sulitnya mencari pekerjaan sehingga pekerjaan suami lebih beragam dibandingkan pekerjaan istri walaupun termasuk pada kategori usia produktif. Pembagian kerja dalam keluarga berpengaruh terhadap proses pengambilan keputusan dan strategi koping, kemudian akan mempengaruhi tingkat kecukupan ekonomi yang juga akan mempengaruhi tingkat kesejahteraan keluarga. Tabel 10.Matriks Variabel dan Fakta Pendukung Pustaka 10 Fakta Pendukung Variabel Tingkat Pendidikan Pendidikan ibu sebanyak (47,1%) tidak tamat Sekolah Dasar. Umur Presentasi tertinggi umur ibu adalah pada selang 36-40 dengan rata-rata 39,7 tahun yang masih tergolong usia produktif. Jenis Pekerjaan Lebih dari (75%) suami bekerja sebagai petani. Tingkat Pendapatan Garis Kemiskinan Kabupaten Bogor sebesar Rp 183.067/Kap/Bln, sedangkan pendapatan per kapita per bulan sebesar Rp 133.778,82. Hal tersebut menunjukan bahwa pendapatan dibawah garis kemiskinan Kabupaten Bogor. Pembagian Peran (Pengambilan Keputusan dan Strategi Koping) Pembagian peran terhadap proses pengambilan keputusan Terdiri dari aspek manajemen aspek keuangan, pangan, pendidikan, kesehatan. Strategi koping berhemat, strategi koping penambahan pendapatan keluarga Kecukupan Ekonomi Tingkat kecukupan ekonomi (84,5%) yang tergolong pada golongan yang rendah. Tingkat Kesejaheraan Tingkat kesejahteraan subyektif dipengaruhi secara nyata dan tidak langsung oleh tingginya pendidikan suami dan istri dan rendahnya kecukupan ekonomi keluarga. Karakteristik Keluarga - Tingkat Pendidikan Umur Tingkat Pendapatan Pembagian Peran (Pengambilan Keputusan dan Strategi Koping) Kecukupan Ekonomi Tingkat Kesejahteraan Gambar 10. Kerangka Berfikir Pustaka 10 RANGKUMAN DAN PEMBAHASAN Konsep Gender Kata “gender” diartikan sebagai perbedaan peran, fungsi, status dan tanggung jawab pada laki-laki dan perempuan sebagai hasil dari bentukan konstruksi sosial budaya yang tertanam lewat proses sosialisasi dari satu generasi ke generasi berikutnya (Puspitawati 2012). Konsep gender adalah sifat yang melekat pada kaum laki-laki dan perempuan yang dibentuk oleh faktor-faktor sosial maupun budaya, sehingga lahir beberapa anggapan tentang peran sosial dan budaya laki-laki dan perempuan (Handayani T 2008). Menurut Andriani et al (2008), Gender sebagai suatu konsep hubungan sosial membedakan fungsi antara pria dan perempuan yang terjadi melalui proses sosialisasi, penguatan, dan konstruksi sosial, kultural dan keagamaan. Sedangkan, Puspitawati, Tin Hernawati, dan Ma’mun Sarma (2010) mengemukakan bahwa Gender adalah perbedaan peran, fungsi, persifatan, kedudukan, tanggungjawab, dan hak perilaku baik perempuan maupun laki-laki yang dibentuk, dibuat dan disosialisasikan oleh norma, adat, kebiasaan, dan kepercayaan masyarakat setempat. Gender berkaitan erat dengan perbedaan antara laki-laki dan perempuan dalam segala aspek kehidupan.pendapat dari Puspitawati (2012) melengkapi konsep gender yang mencakup perbedaan peran, fungsi, status dan tanggungjawab pada laki-laki dan perempuan sebagai konstruksi sosial budaya yang tertanam dari satu generasi ke generasi berikutnya. 1. 2. 3. 4. 5. Pengertian yang berkaitan dengan konsep gender: Marjinalisasi adalah proses pemiskinan yang merupakan proses, sikap, perilaku masyarakat, maupun kebijakan Negara yang berakibat pada penyisihan/pemiskinan bagi perempuan atau laki-laki. Subordinasi adalah suatu keyakinan bahwa salah satu jenis kelamin dianggap lebih penting atau lebih utama dibandingkan jenis kelamin lainnya, sehingga ada jenis kelamin yang merasa dinomorduakan atau kurang didengar suaranya, bahkan cenderung diekspoitasi suaranya. Stereotype adalah suatu pelabelan atau penandaan yang sering bersifat negatif secara umum terhadap salah satu jenis kelamin tertentu. Kekerasan adalah suatu serangan terhadap fisik maupun intgritas mental psikologi seseorang. Beban kerja adalah peran atau tanggung jawab seseorang dalam melakukan berbagai jenis kegiatan sehari-hari Konsep Peran dalam Gender Menurut Elizabeth (2007), peran merupakan perilaku individu dalam struktur sosial dan kedudukan yang akhirnya akan memberikan fasilitas sesuai dengan peranan. Sedangkan menurut Puspitawati (2012), peranadalah keikutsertaan atau partisipasi seseorang, kelompok dalam suatu kegiatan dan atau dalam pengambilan keputusan. 26 Tabel 11. Perbandingan Untuk Menentukan Konsep Gender No. Pengarang 1. Hadayani T (2008) 2. Menurut Andriani et al (2008) 3. Puspitawati, Tin Hernawati, dan Ma’mun Sarma (2010) 4. Puspitawati (2012) Definisi Konsep gender adalah sifat yang melekat pada kaum lakilaki dan perempuan yang dibentuk oleh faktor-faktor sosial maupun budaya, sehingga lahir beberapa anggapan tentang peran sosial dan budaya laki-laki dan perempuan Gender sebagai suatu konsep hubungan sosial membedakan fungsi antara pria dan perempuan yang terjadi melalui proses sosialisasi, penguatan, dan konstruksi sosial, kultural dan keagamaan. Gender adalah perbedaan peran, fungsi, persifatan, kedudukan, tanggungjawab, dan hak perilaku baik perempuan maupun laki-laki yang dibentuk, dibuat dan disosialisasikan oleh norma, adat, kebiasaan, dan kepercayaan masyarakat setempat “gender” diartikan sebagai perbedaan peran, fungsi, status dan tanggung jawab pada lakilaki dan perempuan sebagai hasil dari bentukan konstruksi sosial budaya yang tertanam lewat proses sosialisasi dari satu generasi ke generasi berikutnya. Kata Kunci Y= Gender X1= Faktor sosial X2= Faktor budaya Y= Gender X1= Proses sosialisasi X2= Penguatan X3= Konstruksi sosial X4= Kultural X5= Keagamaan Y= Gender X1= Norma X2= Adat X3= Kebiasaan X4= Kepercayaan Y= Gender X1= Konstruksi sosial budaya X2= Proses sosialisasi 27 Faktor Sosial (Handayani T, Andriani et al, dan Puspitawati) Faktor Budaya (Handayani T, Andriani et al, Puspitawati, Tin Hernawati, dan Ma’mun Sarma) ) Gender Penguatan (Andriani et al) Konstruksi Sosial (Andriani et al dan Puspitawati) Keagamaan (Andriani et al, Puspitawati, Tin Hernawati, dan Ma’mun Sarma) ( Handayani T, Andriani et al, puspitawati, Tin Hernawati, dan Ma’mun Sarma) Norma (Puspitawati, Tin Hernawati, dan Ma’mun Sarma) Kebiasaan (Puspitawati, Tin Hernawati, dan Ma’mun Sarma Gambar 11. Peta Teori Gender Konsep Kesetaraan dan Keadilan Gender Kesetaraan Gender adalah kondisi perempuan dan laki-laki menikmati status yang setara dan memiliki kondisi yang sama untuk mewujudkan secara penuh hak-hak asasi dan potensinya bagi pembangunan di segala bidang kehidupan. Keadilan Gender adalah suatu kondisi adil untuk perempuan dan laki-laki melalui proses budaya dan kebijakan yang menghilangkan hambatan-hambatan berperan bagi perempuan dan laki-laki. Teknik Analisis Gender Model Harvard: Teknik ini disebut sebagai Gender Framework Approach Analysis (GFA), yaitu suatu analisis yang digunakan untuk melihat suatu profil gender dari suatu kelompok sosial dan peran gender dalam proyek pembangunan, yang mengutarakan perlunya tiga komponen dan interelasi satu sama lainnya, yaitu: profil aktivitas, profil akses dan profil kontrol (Overholt et.al dalam Handayani T 2008): 1. Profil aktivitas dilihat dari pembagian kerja,produktif, reproduktif, sosialbudaya. Pembagian kerja dalam keluarga maupun komunitas (masyarakat) pada umumnya dapat dilihat dari profil kegiatannya. Profil kegiatan mencakup: siapa yang melakukan kegiatan, kapan dan dimana kegiatan dilaksanakan serta berapa frekuensi waktu dbutuhkan untuk melakukan kegiatan tersebut, dan berapa pendapat yang dihasilkan melalui kegiatan tersebut. 28 2. Profil akses adalah peluang atau kesempatan dalam memperoleh atau menggunakan sumberdaya tertentu ataupun hasilnya tanpa memiliki wewenang untuk mengambil keputusan terhadap cara penggunaan dan hasil sumberdaya tersebut. 3. Kontrol adalah penguasaan atau wewenang atau kekuatan untuk mengambil keputusan. Kontrol yang dimaksudkan disini adalah kewenangan penuh untuk mengambil keputusan atas penggunaan hasil dari sumberdaya. Strategi Nafkah Dharmawan (2007) mengatakan bahwa strategi nafkah adalah taktik dan aksi yang dibangun oleh individu ataupun kelompok untuk mempertahankan kehidupan mereka dengan tetap memperhatikan eksistensi infrastruktur sosial, struktur sosial, dan sistem nilai budaya yang berlaku. Ellis (2000) mengatakan bahwa nafkah mengarah pada perhatian hubungan antara asset dan pilihan orang untuk kegiatan alternative yang dapat menghasilkan tingkat pendapatan untuk bertahan hidup, dimana sebuah nafkah terdiri dari asset (alam, fisik, manusia, modal keuangan, dan sosial) kegiatan dan akses (dimediasi oleh lembaga dan modal keuangan, dan sosial) yang bersama-sama menentukan hidup individu atau rumah tangga. Menurut Paulina et al (2007) Strategi nafkah yaitu cara kegiatan ekonomi untuk bertahan hidup. Strategi nafkah muncul karena adanya persoalan kemiskinan yang kemudian menjelma ke dalam persoalan “derivate” seperti diversivikasi sumber nafkah, pekerjaan nafkah wanita dan pembagian kerja dalam rumah tangga, ataupun lapangan kerja/usaha dan kesempatan kerja di pedesaan. Alasan individu melakukan diversivikasi sebagai strategi nafkah adalah karena keterpaksaan (necessity) dan pilihan (choice). Istilah lain yang sering digunakan adalah antara bertahan hidup (survival) dan akumulasi (accumulation) (Ellis, 2000). Chambers (1992) membagi strategi nafkah rumah tangga ke dalam tiga tahap yaitu: desperation, vulnerability, dan independence. Masing-masing tahap memiliki prioritas pemenuhan kebutuhan yang berbeda pula. Tahap pertama yaitu Desperation, tujuannya adalah bertahan hidup (survival), cara yang ditempuh adalah dengan menjadi buruh lepas, memanfaatkan common proverty, migrasi musiman, dan meminjam dari patron. Tahap kedua yaitu vulnerability, jaminan keamanan adalah tujuan utamanya, diperoleh dengan mengembangkan asset, menggadaikan asset, dan berhutang. Tahap ketiga yaitu independace, misalnya membebaskan diri dari status klien dalam hubungan patron-klien, melunasi hutang, menabung, dan membeli atau mengembangkan asset yang mereka miliki. 29 Tabel 12. Perbandingan Untuk Menentukan Konsep Strategi Nafkah No. Pengarang Definisi Kata Kunci 1. Ellis (2000) Nafkah mengarah pada perhatian hubungan antara asset dan pilihan orang untuk kegiatan alternative yang dapat menghasilkan tingkat pendapatan untuk bertahan hidup, dimana sebuah nafkah terdiri dari asset (alam, fisik, manusia, modal keuangan, dan sosial) kegiatan dan akses (dimediasi oleh lembaga dan modal keuangan, dan sosial) yang bersama-sama menentukan hidup individu atau rumah tangga Y= Nafkah X1= Asset X2= Pendapatan X3= Akses 2. Paulina et al (2007) Strategi nafkah yaitu cara kegiatan ekonomi untuk bertahan hidup. Y= Strategi nafkah X1= Kegiatan ekonomi 3. Dharmawan (2007) Strategi nafkah adalah taktik dan aksi yang dibangun oleh individu ataupun kelompok untuk mempertahankan kehidupan mereka dengan tetap memperhatikan eksistensi infrastruktur sosial, struktur sosial, dan sistem nilai budaya yang berlaku Y= Strategi nafkah X1= Aksi mempertahankan hidup X2= Infrastruktur sosial X2= Struktur sosial X3= Sistem nilai Asset (Ellis) Pendapatan (Ellis) Akses (Ellis) Kegiatan Ekonomi ( Paulina et al) Aksi (Dharmawan) Strategi Nafkah (Ellis, Paulina et al, Dharmawan) Infrastuktur Sosial (Dharmawan) Struktur Sosial (Dharmawan ) Sistem Nilai (Dharmawan) Gambar 12. Peta Teori Strategi Nafkah 30 Sumber-sumber Strategi Nafkah Scoones (1998), mengemukakan bahwa dalam penerapan strategi nafkah, rumah tangga petani memanfaatkan berbagai sumberdaya yang dimiliki dalam upaya untuk dapat mempertahankan hidup. Strategi nafkah (livelihood strategy) diklasifikasikan berdasarkan tiga kategori, yaitu: rekayasa sumber nafkah pertanian, yang dilakukan dengan memanfaatkan sektor pertanian secara efektif dan efisien melalui penambahan input eksternal seperti teknologi dan tenaga kerja (intensifikasi), maupun dengan memperluas lahan garapan (ekstensifikasi); pola nafkah ganda (diversifikasi), yang dilakukan dengan cara mencari pekerjaan lain selain pertanian untuk meningkatkan pendapatan atau dengan mengerahkan tenaga kerja keluarga (ayah, ibu dan anak) untuk ikut bekerja, selain pertanian dan memperoleh pendapatan; rekayasa spasial (migrasi), merupakan usaha yang dilakukan dengan melakukan mobilitas ke daerah lain di luar desanya, baik secara permanen maupun sirkuler untuk memperoleh pendapatan tambahan Jenis-jenis Strategi Nafkah Ellis (2000) mengemukakan tiga klasifikasi sumber nafkah (income source) yaitu: a. Sektor farm income : sektor ini mengacu pada pendapatan yang berasal dari tanah pertanian milik sendiri, baik yang diusahakan oleh pemilik tanah maupun diakses melalui sewa menyewa atau bagi hasil. Strategi on farm merujuk pada nafkah yang berasal dari pertanian dalam arti luas. b. Sektor off farm income : sektor ini mengacu pada pendapatan di luar pertanian, yang dapat berarti penghasilan yang diperoleh berasal dari upah tenaga kerja, sistem bagi hasil, kontrak upah kerja non upah, dan lain-lain namun masih dalam lingkup pertanian. c. Sektor non-farm income : sektor ini mengacu pada pendapatan yang bukan berasal dari pertanian, seperti pendapatan atau gaji pensiun, pendapatan dari usaha pribadi, dan sebagiannya. Konsep Rumah Tangga Menurut BPS, rumah tangga adalah seseorang atau sekelompok orang yang mendiami sebagian atau seluruh bangunan fisik atau sensus, dan biasanya tinggal bersama serta makan satu dapur. Prasodjo (1993) dikutip Effendi (2004) mengemukakan beberapa karakteristik rumah tangga pedesaan terutama di pulau Jawa. Karakteristik tersebut antara lain adalah: 1. Rumah tangga memiliki fungsi rangkap sebagai unit produksi, konsumsi,reproduksi, dan unit interaksi sosial ekonomi dan politik. 2. Rumah tangga mempunyai tujuan untuk mencukupi kebutuhan-kebutuhan anggotanya. Konsekuensi dari tujuan untuk mendorong rumah tangga untuk mengambil keputusan dan berperilaku ekonomi secara rasional, terutama dalam usaha produksi. 3. Di daerah padat seperti pulau Jawa, banyak rumah tangga yang menghadapi masalah keuangan tanah dan modal. SIMPULAN Hasil Rangkuman dan Pembahasan Gender menjadi pembeda antara laki-laki dengan perempuan atas peran, tanggung jawab, kedudukan dalam masyarakat.Peran tersebut merupakan partisipasi seseorang dalam suatu kegiatan ataupun dalam pengambilan keputusan dalam rumah tangga. Dalam menganalisis gender dapat menggunakan kerangka analisis Harvard yang terdiri atas profil aktivitas, profil akses, serta kontrol terhadap sumberdaya yang dimilikinya. Peran dapat ditentukan dengan melihat karakteristik individu yaitu umur, pendidikan, pekerjaan, pendapatan. Pendidikan dapat menentukan pekerjaan apa yang didapatkan. Pekerjaan yang mereka miliki dapat menentukan seberapa besar pendapatan yang didapat untuk memenuhi kebutuhan hidup. Profil aktivitas, profil akses dan kontrol dapat menjadikan seseorang memiliki kekuatan terhadap sumberdaya untuk dapat memenuhi keberlangsungan hidup mereka. Strategi nafkah merupakan salah satu upaya individu atau kelompok untuk mempertahankan kehidupan mereka. Penerapan strategi nafkah rumah tangga tersebut dapat diklasifikasikan berdasarkan tiga kategori yaitu rekayasa sumber nafkah pertanian, pola nafkah ganda dan rekayasa spasial. Strategi nafkah tersebut dapat menentukan keberlangsungan hidup suatu rumahtangga. 32 Kerangka Analisis Kerangka pemikiran ini merupakan suatu kerangka usulan analisis baru yang dibuat dengan menggabungkan beberapa variable dari studi pustaka.Kerangka ini menunjukan keterkaitan antar variabel yang dijelaskan penulis dalam studi pustakanya. Berdasarkan kerangka analisis gender dapat dianalisis dengan menggunakan kerangka Harvard yaitu profil aktivitas, profil akses, dan kontrol terhadap sumberdaya. Adanya perbedaan gender antara laki-laki dan perempuan di masyarakat berhubungan dengan peran apa yang diterima dan mereka jalankan dalam kehidupan bermasyarakat. Peran tersebut dapat dihubungkan oleh karakteristik individu. Karakteristik individu antara lain yaitu umur, tingkat pendidikan, dan tingkat pendapatan. Umur merupakan faktor yang berhubungan dengan reit partisipasi angkatan kerja. Penduduk usia kerja didefinisikan sebagai penduduk usia 15-64 tahun. Pendidikan seseorang berhubungan dengan kesempatan pekerjaan apa yang akan diperoleh. Semakin tinggi pendidikan yang dicapai seseorang maka akan semakin tinggi pula kesempatan orang tersebut untuk memperoleh pekerjaan yang diinginkan. Kemudian, dengan pekerjaan yang didapatkan maka akan berdampak terhadap seberapa besar pendapatan yang diperoleh. Peran dapat dilihat dari tingkat partisipasi baik laki-laki maupun perempuan dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Peran tersebut berhubungan dengan asset yang dimiliki rumah tangga. Asset yang dimiliki oleh rumah tangga akan mempengaruhi terhadap strategi rumah tangga apa yang akan dipilih oleh suatu rumah tangga. Strategi nafkah rumah tangga merupakan caraatau aksi bagaimana seseorang untuk mempertahankan hidupnya. Strategi nafkah tersebut dibedakan atas sumber nafkah pertanian, pola nafkah ganda dan rekayasa spasial. Strategi nafkah dengan sumber nafkah pertanian, yang dilakukan dengan memanfaatkan sektor pertanian secara efektif dan efisien melalui penambahan input eksternal seperti teknologi dan tenaga kerja (intensifikasi), maupun dengan memperluas lahan garapan (ekstensifikasi); pola nafkah ganda (diversifikasi), yang dilakukan dengan cara mencari pekerjaan lain selain pertanian untuk meningkatkan pendapatan atau dengan mengerahkan tenaga kerja keluarga (ayah, ibu dan anak) untuk ikut bekerja, selain pertanian dan memperoleh pendapatan; kemudian, strategi nafkah rekayasa spasial (migrasi), merupakan usaha yang dilakukan dengan melakukan mobilitas ke daerah lain di luar desanya. Setiap rumah tangga memilki strategi nafkah yang berbeda untuk memenuhi kebutuhan hidup mereka. 33 Peran Gender Asset Tingkat Partisipasi Strategi Nafkah Karakteristik Individu - Ket: Umur Tingkat pendidikan Pekerjaan Tingkat pendapatan Berhubungan Alat Analisis Gambar 13. Kerangka Pemikiran - sumber nafkah pertanian, - pola nafkah ganda, dan - rekayasa spasial 34 Pertanyaan Penelitian Gender dapat dianalisis dengan menggunakan kerangka Harvard yang terdiri dari pembagian kerja, profil akses dan kontrol terhadap sumberdaya. Gender merupakan pembeda antara laki-laki maupun perempuan dalam menjalankan peran, kedudukan dalam kehidupan berumah tangga. Perbedaan peran tersebut ditentukan oleh karakteristik individu itu sendiri. Umur, pendidikan, pekerjaan dan pendapatan. Peran tersebut akan berdampak pada asset apa yang dimiliki oleh rumah tangga tersebut. Asset yang dimiliki berhubungan dengan strategi nafkah rumah tangga dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Oleh karena itu, berdasarkan kerangka pemikiran diatas dapat diambil beberapa pertanyaan analisis antara lain: 1. Sejauh mana karakteristik individu (umur, pendidikan, pekerjaan, dan pendapatan) berhubungan dengan peran gender ? 2. Sejauh mana peran gender berhubungan dengan asset rumah tangga? 3. Sejauh mana asset berhubungan dengan strategi nafkah rumah tangga? DAFTAR PUSTAKA Andriani R, Euis Sunarti. 2008. Analisis Gender pada Keluarga Petani Padi dan Holtikultura di Daerah Pinggiran Perkotaan. [internet]. [diunduh 20 September 2014. Bogor (ID). Dapat diunduh dari: http://jurnal.unpad.ac.id/kependudukan/article/view/doc6/0 [BPS] Biro Pusat Statistik. 2014. Konsep Gender. [diunduh tanggal 12 November 2014]. Dapat diunduh dari: http://www.bps.go.id/menutab.php?tabel=1&kat=1&id_subyek=40 [BPS] Biro Pusat Statistik. 2014. Konsep Rumah Tangga. [diunduh tanggal 12 November 2014]. Dapat diunduh dari: http://www.bps.go.id Chamber R. 1992. Rural Apparsial: Rapid, Relaxed, and Participatoriy. Sussex, UK: Dharmawan AH. 1994. Farm Income and Financing in Rural Indonesia ( A Case Study From West Kalimantan). [Disertasi]. Gottingen: Allano.129 Dharmawan AH. 2007. Sistem penghidupan dan nafkah pedesaan: pandangan sosiologi nafkah (livelihood sociology) mahzab Barat dan mahzab Bogor. [internet]. [diunduh 20 September 2014]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. ISSN: 1987-4333, Vol. 02. Dapat diunduh dari: http://jurnalsodality.ipb.ac.id/jurnalpdf/edisi-1.pdf Ellis F.2000. Rural Livelihood and diversity in Developing Countries.New York: Oxford University Press. Elizabeth R. 2007. Pemberdayaan Wanita Mendukung Strategi Gender Mainstreaming dalam Kebijakan Pembangunan Pertanian di Pedesaan. [internet]. [diunduh 15 September 2014]. Bogor (ID). Vol. 25, No.2. Dapat diunduh dari: http://pse.litbang.deptan.go.id/ind/index.php/publikasi/forum-agroekonomi/310-forum-agro-ekonomi-vol25-no02-2007/2072pemberdayaan-wanita-mendukung--strategi-gender-mainstreamingdalam-kebijakan-pembangunan-pertanian-di-pedesaan Effendi. Egken Parid. 2004. Analisis Sumber Daya Nafkah (Livelihood Resources) dan Strategi Nafkah (Livelihood Strategis) pada Dua Komunitas [Skripsi]. Bogor (ID): Departemen Sosial Ekonomi Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor. Handayani T. Sugiarti. 2008. Konsep dan Teknik Penelitian Gender. Malang (ID): UMM. Instruksi Presiden RI No.9 Tahun 2000 tentang Pengarusutamaan gender. Paulina P. 2009. Struktur Nafkah Rumahtangga Petani Transmigran: Studi Sosioekonomi di Tiga Kampung di Distrik Masni Kabupaten Manokwari. [internet]. [diunduh 20 September 2014]. Bogor [ID]. Vol. 03, No. 02. Dapat diunduh dari: http://journal.ipb.ac.id/index.php/sodality/article/viewFile/5866/4531 Puspita H. 2012. Gender dan Keluarga. Bogor [ID]: IPB Press Puspitawati H, Tin Herawati, Maemuun Sarma. 2010. Analisis Gender Terhadap Strategi Koping dan Kesejahteraan Keluarga. [internet]. [diunduh 15 36 September 2014]. Bogor [ID]. Vol. 15, No. Dapat diunduh dari: http://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/64899 Scoones I. 1998.Sustainable Rural Livelihood a Framework for Analysis. IDS Working Paper 72. Brigton [UK]: Institute for Development Studies. Riwayat Hidup Penulis bernama lengkap Desi Rosita dilahirkan di Bogor, 22 Desember 1992 dari pasangan Machpud dan Ida Rosjida. Penulis merupakan anak kelima dari lima bersaudara. Pendidikan formal mulai dijalani penulis mulai dari TK. Tunas Adi Sanggoro (1998-1999), SDN Babakan Dramaga IV (1999-2005), SMPN 7 Bogor (2005-2008), SMAN 4 Bogor (2008-2011). Pada tahun 2011 penulis diterima menjadi mahasiswi Departemen Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat, Fakultas Ekologi Manusia, Institut Pertanian Bogor melalui jalur SNMPTN tertulis.Selain itu penulis merupakan penerima beasiswa BUMN 2012-2014, dan sekarang menerima beasiswa BBM. Selain aktif dalam kegiatan akademik, sejak pertama masuk perkuliahan penulis sudah aktif dalam berorganisasi, penulis merupakan pengurus Himpunan Mahasiswa Peminat Ilmu Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat (HIMASIERA) divisi Broadcasting. Selain itu, penulis aktif dalam beberapa kepanitiaan antara lain: Himasiera Olah Talenta (HOT) dan Indonesian Ecology Expo (INDEX).