pengaruh pendapatan perempuan bekerja terhadap

advertisement
Laporan Studi Pustaka (KPM 403)
PENGARUH PENDAPATAN PEREMPUAN BEKERJA TERHADAP
POSISINYA DALAM RUMAH TANGGA
Oleh
ADE MIRZA ROSLINAWATI
I34110056
Dosen Pembimbing
Ir. Melani Abdulkadir-sunito, MSc.
DEPARTEMEN SAINS KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN
MASYARAKAT
FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2015
ii
PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa Studi Pustaka yang berjudul “Pengaruh
Pendapatan Perempuan Bekerja terhadap Posisinya dalam Rumah Tangga” benarbenar hasil karya saya sendiri yang belum pernah diajukan sebagai karya ilmiah pada
perguruan tinggi atau lembaga manapun dan tidak mengandung bahan-bahan yang
pernah ditulis atau diterbitkan oleh pihak lain kecuali sebagai bahan rujukan yang
dinyatakan dalam naskah. Demikian pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya dan
saya bersedia mempertanggungjawabkan pernyataan ini.
Bogor, Januari 2015
Ade Mirza Roslinawati
NIM. I34110056
iii
ABSTRAK
ADE MIRZA ROSLINAWATI. Pengaruh Pendapatan Perempuan Bekerja terhadap
Posisinya dalam Rumah Tangga. Di bawah bimbingan MELANI ABDULKADIRSUNITO.
Pembagian kerja dalam rumah tangga di Indonesia umumnya menempatkan
perempuan sebagai pengelola rumah tangga, sedangkan laki-laki sebagai pencari
nafkah. Namun seiring dengan perkembangan jaman dan semakin beragamnya
kebutuhan yang dirasakan oleh rumah tangga, perempuan sedikit demi sedikit mulai
ikut mengambil alih tanggung jawab dalam kegiatan produktif. Peran kerja yang
diambil oleh perempuan secara langsung berhubungan dengan kontribusi perempuan
dalam ekonomi rumah tangga. Selain itu upaya perempuan untuk meningkatkan
ekonomi rumah tangga juga dilakukan sebagai sebuah upaya untuk mendapatkan nilai
egalitarianismenya baik dalam keluarga maupun dalam masyarakat karena terdapat
hubungan antara pengambilan keputusan dalam keluarga dengan pendapatan anggota
keluarga di bidang finansial, dengan kata lain otoritas yang tinggi dalam rumah tangga
umumnya dipegang oleh individu yang memiliki persentase penyumbang pendapatan
ekonomi rumah tangga yang besar.
Kata Kunci: Perempuan Bekerja, Pendapatan Rumah Tangga, Posisi Perempuan dalam
Rumah Tangga
ABSTRACT
ADE MIRZA ROSLINAWATI. Effect of Women Working Income against Her
Position in Household. Supervised by MELANI ABDULKADIR-SUNITO.
Division of labor within households in Indonesia are generally put women as
managers of the household, while men as breadwinners. But along with the times and
the increasingly diverse needs perceived by households, women gradually come to take
over responsibility in productive activities. Job roles taken by women is directly related
to the contribution of women in the household economy. Besides the efforts of women to
increase domestic economy is also done as an attempt to get the value of egalitarianism
both in the family and in society because there is a relationship between decisionmaking in families with incomes of family members in the financial field, in other
words, a high authority in the household generally held by individuals who have a
percentage of revenue contributed large household economy.
Key words: Women's Work, Household Income, Position of Women in the Household
iv
PENGARUH PENDAPATAN PEREMPUAN BEKERJA TERHADAP
POSISINYA DALAM RUMAH TANGGA
Oleh
ADE MIRZA ROSLINAWATI
I34110056
Laporan Studi Pustaka
sebagai syarat kelulusan KPM 403
pada
Mayor Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat
Departemen Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat
Fakultas Ekologi Manusia
Institut Pertanian Bogor
DEPARTEMEN SAINS KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN
MASYARAKAT
FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2015
v
LEMBAR PENGESAHAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa Laporan Studi Pustaka yang disusun oleh:
Nama Mahasiswa
: Ade Mirza Roslinawati
Nomor Pokok
: I34110056
Judul
: Pengaruh Pendapatan Perempuan Bekerja terhadap Posisinya
dalam Rumah Tangga
dapat diterima sebagai syarat kelulusan mata kuliah Studi Pustaka (KPM 403) pada
Mayor Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat, Departemen Sains
Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat, Fakultas Ekologi Manusia, Institut
Pertanian Bogor.
Menyetujui,
Dosen Pembimbing
Ir. Melani Abdulkadir-sunito, MSc.
NIP. 19630805 198903 2 003
Mengetahui
Ketua Departemen Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat
Fakultas Ekologi Manusia, Institut Pertanian Bogor
Dr. Ir. Siti Amanah, MSc.
NIP: 19670903 199212 2 001
Tanggal Pengesahan: _______________
vi
PRAKATA
Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT yang telah melimpahkan
rahmat dan hidayah-Nya sehingga laporan Studi Pustaka yang berjudul “Pengaruh
Pendapatan Perempuan Bekerja terhadap Posisinya dalam Rumah Tangga” dapat
terselesaikan dengan baik. Laporan Studi Pustaka ini ditujukan untuk memenuhi syarat
kelulusan MK Studi Pustaka (KPM 403) pada Departemen Sains Komunikasi dan
Pengembangan Masyarakat, Fakultas Ekologi Manusia, Institut Pertanian Bogor.
Penulis menyadari bahwa Studi Pustaka ini dapat terselesaikan dengan baik
karena dukungan dan bantuan dari berbagai pihak. Pada kesempatan ini, penulis
mengucapkan terima kasih kepada Ir. Melani Abdulkadir-sunito, MSc., selaku dosen
pembimbing yang senantiasa memberikan saran, kritik, dan motivasi selama proses
penulisan Studi Pustaka ini. Orang tua tercinta, Ayahanda Rusli Efendi, dan Ibunda
Mardiati yang dengan segenap jiwa dan raganya selalu memberikan semangat, doa,
dukungan, dan kasih sayang kepada penulis. Sahabat-sahabatku atas persahabatan luar
biasa yang kalian berikan. Sahabat seperjuanganku Dyah Utari, Fatimah Azzahra, Gita
Riyana, Nidya Cahyana Wulan, dan Sri Anindya Destira Damayanti, atas bantuan dan
motivasinya selama ini. Keluarga Besar Mahasiswa Departemen Sains Komunikasi dan
Pengembangan Masyarakat (SKPM) angkatan 48, BEM FEMA 2013/2014, khususnya
Departemen KASTRAT, dan tim Majalah Komunitas FEMA yang dengan segala
kemurahan hatinya selalu bisa menerima penulis apa adanya menjadi bagian dari
mereka. Semua pihak yang telah memberikan dorongan, doa, semangat, bantuan, dan
kerjasamanya selama ini.
Penulis berharap studi pustaka ini dapat bermanfaat bagi semua pihak. Penulis
menyadari bahwa dalam karya ini masih terdapat banyak kesalahan, untuk itu saran dan
kritik yang membangun sangat penulis harapkan.
Bogor, Januari 2015
Ade Mirza Roslinawati
NIM. I34110056
vii
DAFTAR ISI
PRAKATA .............................................................................................................. vi
DAFTAR ISI ........................................................................................................... vii
DAFTAR TABEL ...................................................................................................viii
DAFTAR GAMBAR ..............................................................................................viii
PENDAHULUAN ................................................................................................... 1
Latar Belakang ............................................................................................ 1
Rumusan Masalah ....................................................................................... 2
Tujuan Penulisan ......................................................................................... 3
Metode Penulisan ........................................................................................ 4
RINGKASAN PUSTAKA ..................................................................................... 5
1. Pengaruh Kontribusi Ekonomi Wanita Bekerja terhadap Pola Pengambilan
Keputusan dan Tingkat Kesejahteraan dalam Rumah Tangga Nelayan (Kasus:
Dusun Petoran, Desa Gebang Mekar, Kecamatan Babakan, Kabupaten Cirebon,
Jawa Barat) (Adriyani 2000) ....................................................................... 5
2. Peran Wanita Nelayan di dalam Keluarga, Rumah Tangga dan Masyarakat di
Madura-Jawa Timur (Suhartini 2001) ........................................................ 7
3. Pola Pengambilan Keputusan dalam Keluarga, Status Kerja Ibu serta Kaitannya
dengan Konsep Peran Gender pada Suku Jawa dan Suku Minahasa (Tombokan
2001) ........................................................................................................... 8
4. Kajian Jender terhadap Kontribusi Perantau Perempuan Suku Minangkabau bagi
Keluarga di Kampung Asal (Srudi Kasus Tenaga Kerja Perempuan Kepala
Rumah Tangga Asal Sumatera Barat) (Ekaputra dan Hanandini 2007) ..... 11
5. Buruh Migran Perempuan Melawan Negara dan Pasar dengan Remitansi Sosial
(Wulan et.al 2010) ...................................................................................... 13
6. Pengetahuan & Kekuasaan: Penguatan Remiten Sosial sebagai Strategi
Pemberdayaan Buruh Migran Perempuan (Wulan 2010) ............................ 14
7. Pengaruh Kontribusi Ekonomi dan Sumberdaya Pribadi Perempuan terhadap
pengambilan Keputusan dalam Rumah Tangga (Dusun Jatisari, Desa Sawahan,
Kecamatan Ponjong, Kabupaten Gunungkidul, Propinsi Daerah Istimewa
Yogyakarta) (Meylasari 2010) .................................................................... 15
8. Kontribusi Ekonomi, Peran Ganda perempuan dan Kesejahteraan Rumah
Tangga Buruh Pabrik (Kasus di Kecamatan Dramaga, Kabupaten Bogor)
(Hayati 2011) ............................................................................................... 17
9. Dampak Remitan Ekonomi terhadap Posisi Sosial Perempuan dalam Rumah
Tangga (Sulistyo dan Wahyuni 2012) ........................................................ 20
10. Peran Gender, Kontribusi Ekonomi Perempuan dan Kesejahteraan Petani
Hortikultura (Kasus di Dusun Padajaya, Desa Sindangjaya, Kecamatan Cipanas,
Kabupaten Cianjur) (Puspitasari 2012)........................................................ 21
viii
11. Pengaruh Ketimpangan Gender terhadap Strategi Bertahan Hidup Rumah
Tangga Buruh Tani Miskin di Desa Cikarawang (Septiadi 2013) .............. 23
12. Peran Gender dalam Pengambilan Keputusan dan Kesejahteraan Subjektif pada
Keluarga Usia Pensiun (Muhsin 2014) ....................................................... 25
13. Tingkat Otonomi Perempuan Pekerja dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya
(Kasus Desa Sumber Jaya, Kabupaten Bekasi, Propinsi Jawa Barat) (Oktaviani
2014) ........................................................................................................... 27
RANGKUMAN DAN PEMBAHASAN ................................................................ 29
SIMPULAN ............................................................................................................ 37
Hasil Rangkuman dan Pembahasan ............................................................ 37
Pertanyaan Penelitian .................................................................................. 39
Kerangka Analisis ....................................................................................... 40
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................. 41
RIWAYAT HIDUP ................................................................................................ 44
DAFTAR TABEL
Tabel 1. Perbandingan Karakteristik Individu dan Keluarga berdasarkan Literatur pada
Tahun 2000-2014 ....................................................................................... 29
Tabel 2. Perbandingan Posisi dalam Rumah Tangga berdasarkan Literatur pada Tahun
2000-2014 ................................................................................................... 34
Tabel 3. Perbandingan Pengambilan Keputusan dalam Rumah Tangga berdasarkan
Literatur pada Tahun 2000-2014 ................................................................. 35
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Usulan Kerangka Analisis Baru ............................................................ 40
1
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Fenomena lebih besarnya proporsi penduduk perempuan yang miskin
dibandingkan penduduk laki-laki bukanlah sesuatu yang sama sekali baru. Kenaikan
persentase kemiskinan selalu berkorelasi positif dengan kenaikan persentase perempuan
miskin. Dalam kondisi demikian, perempuan justru mampu tampil sebagai figur
penyelamat bagi kelangsungan perekonomian keluarga. Berbagai hasil kajian terdahulu
menunjukkan bahwa perempuan mengalokasikan sebagian atau bahkan seluruh
penghasila yang diperolehnya untuk memenuhi kebutuhan gizi bagi anggota
keluarganya (Cahyono 2005). Tjaja (2000) menyatakan bahwa selain sebagai upaya
yang bersifat ekonomis, upaya perempuan untuk meningkatkan ekonomi rumah tangga
juga dilakukan sebagai sebuah upaya untuk mendapatkan nilai egalitarianismenya baik
dalam keluarga maupun dalam masyarakat. Dalam suatu budaya masyarakat
berkembang konsep peran gender. Menurut Megawangi dkk (1994), konsep peran
gender yang ada dalam sebuah keluarga umumnya berbeda satu dengan lainnya dan
dapat dikategorikan menjadi tiga, yakni (1) peran gender tradisional yang menganggap
istri hanya diperbolehkan untuk mengambil peran dalam keluarga tanpa dibantu oleh
suami; (2) semi egaliter yang menganggap suami dan istri sama-sama memiliki peran
dan tanggungjawab dalam keluarga dan kegiatan kemasyarakatan tetapi yang lebih
berperan adalah istri; dan (3) egaliter yang mengedepankan kesetaraan peran dan
tanggungjawab antara laki-laki dan perempuan baik dalam keluarga maupun kegiatan
kemasyarakatan.
Ketidaksetaraan yang paling awal terjadi tercermin dalam pola pembagian kerja
yang terjalin dalam rumah tangga. Perspektif Marxist menggambarkan terjadinya
sebuah pola hubungan yang tidak seimbang (asimetris) dalam pembagian kerja yang
berdasarkan gender dan siklus kehidupan keluarga (Ellis 2000 dalam Wulan 2010).
Dalam kajian livelihood strategies kontribusi perempuan dalam sektor ekonomi
merupakan sebuah bentuk keterpaksaan yang diakibatkan oleh ketidakmampuan kepala
keluarga dalam melaksanakan perannya sebagai pencari nafkah bagi keluarga. Ketika
kepala keluarga tidak lagi mampu menjalani perannya sebagai pencari nafkah bagi
keluarga, maka strategi bertahan hidup yang dinilai paling efektif ialah ikut meyertakan
istri sebagai pencari nafkah (Ellis 2000 dalam Wulan 2010). Lebih jauh, Ellis juga
menjelaskan bahwa tampak sekali telah terjadi ketimpangan gender dalam praktik
strategi nafkah yang diterapkan di pedesaan. Perempuan umumnya tidak memiliki hak
dan akses yang sama dengan laki-laki terhadap lahan, sumber-sumber produksi serta
tidak memiliki bargaining position dalam proses pengambilan keputusan yang berkaitan
dengan sektor produktif. Penempatan perempuan sebagai pencari nafkah tambahan
tidak serta merta dapat memperbaiki posisi perempuan dalam keluarga atau masyarakat.
Otoritas yang terdapat dalam keluarga umumnya berhubungan erat dengan siapa
individu yang mendapatkan uang lebih banyak (Maynard 1985 dalam Daulay 2001).
Demikian pula hasil studi Ahern dan Knowles (1997) yang dikutip oleh Daulay (2001)
menyatakan bahwa manakala pendapatan istri meningkat sebanding dengan pendapatan
suami, maka ada kecenderungan pengaruh istri juga meningkat. Ahern dan Knowles
(1997) juga mengemukakan bahwa pendapatan ekonomi merupakan indikator terbaik
2
untuk melakukan kajian terhadap pola relasi dalam rumah tangga. Hasil penelitiannya
menunjukkan bahwa pengaruh (kuasa) istri sebagian besar terletak pada kontribusi
relatif perempuan terhadap pendapatan rumah tangga. Peran kerja perempuan
berhubungan langsung dengan kontribusi ekonomi perempuan dalam rumah tangga.
Pahl (1991) dalam Tombokan (2001) menyatakan bahwa jika istri bekerja, maka ia
cenderung akan lebih dominan dalam pengambilan keputusan. Perempuan yang
berpendapatan tinggi mempunyai peran yang lebih dominan dalam pengambilan
keputusan rumah tangga. Pendapat Deacon dan Firebaugh (1998) dalam Tombokan
(2001) menambahkan bahwa pada keluarga yang baik suami maupun istri sama-sama
bekerja, secara ekonomi istri tidak selalu bergantung pada suami sehingga ia akan
memperoleh kesempatan yang lebih besar dalam pengambilan keputusan. Dengan
demikian, dapat diketahui bagaimana peran dan posisi perempuan dalam relasi
hubungan antara suami dan istri terkait dengan hak pemanfaatan sumberdaya dan
keikutsertaan istri dalam pengambilan keputusan dalam rumah tangga.
Pengambilan keputusan oleh perempuan menjadi penting karena menurut hasil
penelitian yang dilakukan oleh Andriyani (2000) menyatakan bahwa kesejahteraan
rumah tangga dipengaruhi oleh pengambilan keputusan oleh perempuan, baik pada
strata sosial atas maupun pada strata sosial bawah. Kesejahteraan yang dimaksud ialah
karakteristik kesejahteraan seperti yang tertera dalam kriteria Badan Koordinasi
Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) maupun kriteria Sajogyo. Menurut Daulay
(2001) relasi gender yang seimbang dalam rumah tangga pada dasarnya ialah apabila
perempuan turut memegang tanggungjawab rumah tangga secara bersama, yaitu
tanggungjawab dalam bidang reproduktif, tanggungjawab dalam bidang produktif, dan
tanggungjawab dalam bidang pengelolaan komunitas.
Merujuk pada deskripsi di atas, pekerjaan yang dilakukan oleh perempuan
anggota rumah tangga akan berkaitan dengan jumlah dan jenis kontribusi yang diterima
oleh perempuan selama bekerja di luar rumah. Kontribusi ekonomi tersebut tentunya
memiliki persentase tersendiri yang turut berpengaruh terhadap pendapatan total rumah
tangga. Fenomena kemunculan perempuan sebagai pihak yang ikut mengambil alih
tugas produktif rumah tangga dengan memberikan kontribusi ekonomi terhadap
pendapatan total rumah tangga memungkinkan perempuan untuk mengubah posisinya
dalam pola relasi suami-istri menjadi menarik dan relevan untuk dikaji.
Rumusan Masalah
Ketika kepala keluarga dinilai tidak lagi mampu menjalani perannya sebagai
pencari nafkah tunggal bagi keluarga, maka strategi bertahan hidup yang dinilai paling
efektif ialah ikut meyertakan perempuan (istri) sebagai pencari nafkah. Kegiatan
produktif yang dilakukan oleh perempuan umumnya merupakan sebuah bentuk
keterpaksaan untuk ikut mengambil tanggungjawab dalam pemenuhan kebutuhan
keluarga dengan membantu suami bekerja mencari nafkah. Kenyataan bahwa mayoritas
perempuan memiliki tingkat pendidikan dan tingkat mobilitas yang lebih rendah
dibandingkan dengan laki-laki membuat perempuan hanya mampu berpartisipasi dalam
pekerjaan-pekerjaan yang relatif tidak mengikat dan memberikan upah yang rendah.
Faktor-faktor yang mempengaruhi kemampuan perempuan untuk akses terhadap
pekerjaan dapat berasal dari individu perempuan itu sendiri ataupun disebabkan oleh
3
lingkungan terdekatnya misalnya keluarga. Peran kerja perempuan berhubungan
langsung dengan kontribusi ekonomi perempuan dalam rumah tangga. Dengan kata
lain, seberapa-pun kecilnya pendapatan yang diperoleh oleh perempuan akan
berpengaruh terhadap peningkatan pendapatan rumah tangga.
Posisi perempuan dalam rumah tangga dapat dilihat dari pola relasi yang terjalin
antara suami dan istri dalam rumah tangga. Menurut Daulay (2001) relasi gender yang
seimbang dalam rumah tangga pada dasarnya ialah apabila perempuan turut memegang
tanggungjawab rumah tangga secara bersama, yaitu tanggungjawab dalam bidang
reproduktif, tanggungjawab dalam bidang produktif, dan tanggungjawab dalam bidang
pengelolaan komunitas. Relasi yang terbentuk dapat dilihat dari bagaimana akses dan
kontrol suami dan istri terhadap sumberdaya; pola pengambilan keputusan; serta
pembagian kerja produktif, reproduktif, dan sosial kemasyarakatan. Apabila kontribusi
ekonomi perempuan meningkatkan pendapatan rumah tangga, maka posisi perempuan
menjadi penting dalam pola relasi suami-istri dalam rumah tangga.
Berdasarkan uraian di atas, maka hal-hal yang akan dipelajari dalam studi
pustaka ini adalah:
1. Apa saja karakteristik individu dan karakteristik keluarga pekerja perempuan?
2. Bagaimana kontribusi pendapatan ekonomi perempuan terhadap rumah tangga?
3. Bagaimana kontribusi ekonomi perempuan dalam rumah tangga berpengaruh
terhadap pembagian kerja?
4. Bagaimana kontribusi ekonomi perempuan dalam rumah tangga berpengaruh
terhadap akses dan kontrol atas sumberdaya dalam rumah tangga?
Tujuan Penulisan
Tujuan dari penulisan Studi Pustaka berjudul “Pengaruh Pendapatan Perempuan
Bekerja terhadap Posisinya dalam Rumah Tangga” ini adalah untuk:
1. Mengidentifikasi karakteristik individu dan karakteristik keluarga pekerja
perempuan.
2. Menganalisis persentase kontribusi pendapatan ekonomi perempuan terhadap
pendapatan total rumah tangga.
3. Menganalisis pengaruh kontribusi ekonomi perempuan dalam rumah tangga
terhadap tingkat pembagian kerja dalam rumah tangga.
4. Menganalisis pengaruh kontribusi ekonomi perempuan dalam rumah tangga
terhadap tingkat akses dan kontrol dalam rumah tangga.
4
Metode Penulisan
Metode penulisan Studi Pustaka ini adalah dengan menggunakan studi literatur
yaitu dengan mengumpulkan berbagai data sekunder terkait dengan tenaga kerja
perempuan dan berbagai permasalahannya. Data yang digunakan dalam penulisan Studi
Pustaka ini diperoleh dari berbagai sumber rujukan seperti buku, jurnal, laporan
penelitian, skripsi, thesis, serta disertasi yang dinilai memiliki kesesuaian dengan topik
yang akan diangkat. Pengajian pustaka dilakukan melalui proses membaca, meringkas,
serta mengkritisi setiap judul pustaka yang dinilai memiliki relevansi dengan topik
kajian untuk kemudian dianalisis menggunakan teori-teori yang relevan kemudian
disusun menjadi sebuah tulisan ilmiah yang utuh.
5
RINGKASAN PUSTAKA
Judul
: Pengaruh Kontribusi Ekonomi Wanita Bekerja
terhadap Pola Pengambilan Keputusan dan Tingkat
Kesejahteraan dalam Rumah Tangga Nelayan
(Kasus Dusun Petoran, Desa Gebang Mekar,
Kecamatan Babakan, Kabupaten Cirebon, Jawa
Barat)
Tahun
: 2000
Jenis Pustaka
: Jurnal
Bentuk Pustaka
: Elektronik
Nama Penulis
: Yeni Adriyani
Kota
dan
Nama : Bogor, Jurusan Ilmu-ilmu Sosial Ekonomi
Penerbit
Pertanian Institut Pertanian Bogor
Nama Jurnal
: Volume (edisi) Hal
: Alamat URL
: http://repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/1234567
89/23408/A00YAD.pdf?sequence=2
Tanggal Unduh
: 29 Desember 2014 pukul 20.48 WIB
Ringkasan:
Krisis ekonomi menyebabkan jumlah keluarga pra-sejahtera di Kabupaten
Cirebon meningkat tajam dari 127 000 KK menjadi 219 000 KK. Hal ini menyebabkan
terjadinya perubahan tren pada masyarakat terutama pada masyarakat nelayan
tradisional di Kabupaten Cirebon yang membuat perempuan ikut melakukan kerja
produktif dengan bekerja untuk membantu rumahtangganya agar tetap dapat survive.
Tujuan dari penelitian ini adalah (1) menganalisis pola kerja anggota rumah
tangga nelayan meliputi pria dan wanita dewasa dalam memberikan kontribusi ekonomi
pada rumahtangganya; (2) menganalisis sejauh mana wanita berperan terhadap
pendapatan rumah tangga dan dalam usaha meningkatkan kesejahteraan
rumahtangganya; (3) menganalisis pola pengambilan keputusan mengenai kegiatan di
dalam maupun di luar rumahtangganya; dan (4) menganalisis hubungan kontribusi
ekonomi wanita dan kedudukan wanita dalam pengambilan keputusan di dalam maupun
di luar rumah tangga terhadap tingkat kesejahteraan rumah tangga.
Penelitian ini dilakukan di Dusun Petoran, Desa Gebang Mekar, Kecamatan
Babakan, Kabupaten Cirebon, Propinsi Jawa barat. Pemilihan desa dilakukan secara
sengaja (purposive) dengan mempertimbangkan bahwa lokasi tersebut memenuhi
kriteria sebagai daerah pantai, mata pencaharian penduduknya sebagian besar adalah
sebagai nelayan dan kegiatan produktif wanitanya sangat nyata. Metode penelitian yang
digunakan adalah survei. Sampel dalam penelitian ini adalah rumah tangga nelayan
kaya dan miskin dipilih secara acak unproportional. Kerangka sampel dalam penelitian
ini adalah rumah tangga nelayan dimana terdapat pasangan suami dan istri lengkap
dengan usia istri berada pada usia produktif yakni 15-55 tahun. Pemilihan sampel
dilakukan secara acak unproportional sebanyak 60 rumah tangga nelayan yang terdiri
dari 30 rumah tangga nelayan kaya, dan 30 rumah tangga nelayan miskin.
6
Hasil penelitian menyatakan bahwa kegiatan rumah tangga pada kedua strata
lebih sering dilakukan oleh wanita daripada pria yakni 60.5% pada strata rumah tangga
kaya dan 56.0% pada strata rumah tangga miskin. Kegiatan rumah tangga tidak pernah
dikerjakan oleh pria pada kedua strata terutama untuk jenis kegiatan memasak dan
belanja. Kegiatan mencari nafkah lebih sering dilakukan oleh pria yaitu 54.8% pada
strata kaya dan 67.1% pada strata miskin. Hal ini karena pria dianggap sebagai kepala
keluarga yang bertanggungjawab untuk mencari nafkah dan banyak anak laki-laki yang
telah dewasa dan putus sekolah ikut mencari nafkah bagi rumahtangganya. Kegiatan
sosial yang ada yakni pengajian, arisan, PKK, dan sebagainya umumnya hanya istri-istri
aparat desa saja yang mempunyai akses terhadap kegiatan tersebut. Pada kelompok pria
dan wanita kedua strata, pendapatan yang diperoleh pria dan wanita dipengaruhi oleh
frekuensi kegiatan nafkah mereka. Pendapatan pria/wanita yang tinggi belum tentu
dapat memberikan kontribusi ekonomi yang tinggi terhadap pendapatan rumah tangga,
namun ada kecenderungan semakin tinggi pendapatan pria/wanita maka akan semakin
besar pula kontribusinya terhadap pendapatan rumah tangga. Meskipun demikian,
kontribusi ekonomi yang diberikan wanita pada pendapatan rumah tangga berkorelasi
dengan pendapatan rumah tangga yakni mempengaruhi peningkatan pendapatan rumah
tangga. Pengambilan keputusan adalah siapa yang lebih dominan (suami atau istri)
dalam mempengaruhi tindakan seseorang untuk melakukan atau tidak melakukan suatu
kegiatan. Pengambilan keputusan dalam kegiatan rumah tangga didominasi oleh
perempuan. Pengambilan keputusan pada kegiatan nafkah sudah mulai adanya
keterlibatan wanita untuk berkeputusan pada kegiatan nafkah meskipun secara absolut
masih rendah yang semula pengambilan keputusan kegiatan nafkah ini didominasi oleh
pria. Pengambilan keputusan pada kegiatan sosial untuk kedua strata tergolong tinggi
karena memang kegiatan sosial yang ada adalah dominan seperti arisan dan pengajian.
Untuk keterkaitan antar variabel, menunjukkan bahwa kontribusi ekonomi yang
diberikan wanita tidak mempengaruhi pengambilan keputusan pada kegiatan rumah
tangga karena pria menganggap bahwa perempuan-lah yang bertanggungjawab
mengurus kegiatan rumah tangga. dalam bidang nafkah, kontribusi ekonomi perempuan
hanya berpengaruh sedikit terhadap pengambilan keputusan karena kewenangan masih
berada di tangan suami. Sedangkan dalam kegiatan sosial, pengambilan keputusan
wanita pada bidang kegiatan sosial tinggi pada wanita yang memberikan kontribusi
ekonomi yang tinggi pula. Pada strata kaya ataupun strata miskin, kesejahteraan rumah
tangga dipengaruhi oleh pengambilan keputusan wanita baik pada kegiatan rumah
tangga, nafkah, maupun keanggotaan sosial.
Analisis Pustaka:
Penelitian ini sudah menjelaskan dengan cukup baik mengenai hubungan antar
variabel yang diteliti maupun metode yang digunakan dalam penelitian. Namun yang
menjadi kekurangan ialah pada aspek kegiatan sosial kemasyarakatan, kegiatan yang
digunakan sebagai indikator lebih banyak yang merupakan kegiatan yang memang
ditujukan untuk perempuan, misalnya arisan dan PKK sedangkan kegiatan yang
menyasar kaum laki-laki hanya sedikit porsinya dalam pertanyaan penelitian yang
diajukan kepada responden. Selain itu, peneliti hanya memberikan penjelasan mengenai
hubungan/pengaruh antar variabel pada bagian pembahasan sedangkan pada bagian
hasil/kesimpulan peneliti memberikan penjelasan yang kurang mewakili rumusan
masalah dan tujuan penelitian. Hasil penelitian yang di tuliskan dalam ringkasan
merupakan penjelasan yang ada pada bagian pembahasan, bukan pada bagian
hasil/kesimpulan.
7
Judul
: Peran Wanita Nelayan di dalam Keluarga, Rumah
Tangga dan Masyarakat di Madura – Jawa Timur
Tahun
: 2001
Jenis Pustaka
: Jurnal
Bentuk Pustaka
: Elektronik
Nama Penulis
: Elly Suhartini
Kota
dan
Nama : Jember, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik,
Penerbit
Universitas Jember
Nama Jurnal
: Inspirat
Volume (edisi) Hal
: Alamat URL
: http://jurnalinspirat.com/Download/JI5_9.pdf
Tanggal Unduh
: 10 Desember 2014 pukul 20.55 WIB
Ringkasan:
Sebagaimana telah diketahui bahwa sebagian besar wanita cenderung lebih
banyak berkutat di sektor domestik yaitu melaksanakan tugas rumah tangga yang pada
kenyataannya tidak mengahasilkan uang. Dalam mengenal, merinci, dan menelaah
masalah yang dihadapi wanita pedesaan, khususnya di Jawa, kiranya perlu menegaskan
beberapa asumsi pokok yang menganalisa peranan wanita di dalam keluarga, rumah
tangga, dan masyarakat yang lebih luas, seperti yang dikemukakan oleh Sajogyo (2011)
yakni (1) “keluarga inti atau keluarga batih” sebagai kesatuan kerabat yang paling kecil
dianggap kesatuan sosial paling relevan untuk menganalisa peranan wanita; (2) secara
operasional, kesatuan “rumah tanggalah” yang tepat untuk kesatuan analisa itu; (3)
kedua dasar tersebut menunjukkan menelaah posisi atas status dalam “hubungan pria
dan wanita”; dan (4) adanya pelapisan dalam masyarakat pedesaan atau petani Jawa
termasuk sektor lainnya, berarti pula bahwa wanita pedesaan tidak dapat dianggap
sebagai golongan yang seragam, dalam arti mempunyai ciri-ciri, kebutuhan dan
persoalan yang sama.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui (1) bagaimana peran wanita
dalam kehidupan sosial budaya dan ekonomi keluarga/Pamengkang dan persepsi
keluarga; (2) bagaimana peran wanita dalam kehidupan sosial budaya dan ekonomi
rumah tangga/Koren dan persepsi suami; dan (3) bagaimanakah peran wanita dalam
kehidupan sosial budaya dan ekonomi masyarakat serta persepsi masyarakat.
Penelitian ini bersifat deskriptif riset untuk menjelaskan proses terjadinya
pembedaan peran antara pria dan wanita. Responden dalam penelitian ini adalah wanita
di kalangan masyarakat nelayan yang berstatus sebagai istri. Suaminya berstatus sebagai
nelayan juragan, memiliki anak dan salah satu diantaranya (anak perempuan) telah
berkeluarga, memiliki usaha ekonomi produktif serta memiliki aktifitas di dalam
masyarakat. Berdasarkan ketenttuan tersebut, maka sampel penelitian yang terjaring
untuk dijadikan responden berdasarkan metode Purposive Sampling ini berjumlah 60
orang responden dengan rincian (1) Desa Kwanyar Barat sebanyak 17 orang; (2) Desa
Junganyar sebanyak 34 orang; dan (3) Desa Prancak sebanyak 14 orang. Analisis data
yang dipergunakan adalah analisis data deskriptif kualitatif. Semua data yang terkumpul
akan diproses melalui beberapa tahap penelitian yang kemudian akan diproses melalui
bebarapa tahap pentabulasian, pengkategorian yang relevan melalui proses interpretasi
serta analisis kritis.
Hasil yang diperoleh dari penelitian ini menyatakan bahwa peran responden
dalam kehidupan sosial budaya keluarga/Pamengkang mayoritas lebih menekankan
8
penanaman nama baik keluarga dan hubungan individual dengan sang pencipta. Hal ini
terlihat dari mayoritas responden yang mengharuskan pada anggota keluarganya untuk
dapat menjaga kehormatan diri dan keluarga serta menjalankan syari’at islam (100%).
Di bidang ekonomi keluarga, peranan yang menonjol terletak pada pemenuhan
keperluan-keperluan yang bersifat individual dan ringan (90%) misalnya kesehatan,
sandang, dan lain sebagainya sedangkan persepsi keluarga terhadap hal tersebut
menunjukkan hal yang positif (80%). Peranan responden dalam kehidupan sosial
budaya rumah tangga/Koren menunjukkan hal yang sama dengan peranan sosial budaya
dalam keluarga yaitu menjaga kehormatan diri dan keluarga (86.7%) serta menjalankan
syari’at islam (95%). Di bidang ekonomi banyak yang berperan dalam pengaturan
keuangan rumah tangga (96.7%) sebagai bentuk partisipasi mereka di bidang ekonomi.
Persepsi suami terhadap hal ini menunjukkan hal yang bersifat negatif (48.3%) karena
peran itu cukup dilakukan suami sehingga kehormatan suami akan jatuh bila istri
terlampau berat melaksanakan peran tersebut. Peran responden dalam kehidupan sosial
budaya masyarakat menunjukkan mayoritas responden aktif di kegiatan pengajian
muslimat (98.3%) dan arisan antar istri nelayan juragan (80%). Dalam kehidupan
perekonomian masyarakat mayoritas responden bergerak dalam bidang usaha ekonomi
produktif yang bersifat mandiri (95%) misalnya makanan ringan dengan bahan baku
hasil laut, jamu, dan Batik Madura serta distribusi barang-barang perlengkapan rumah
tangga. Persepsi masyarakat sebagian besar adalah positif (45%) dan sebagian lagi
negatif (38.3%).
Analisis Pustaka:
Berdasarkan hasil penelitian masih belum dijelaskan secara eksplisit mengenai
seberapa besar ketimpangan gender yang terjadi dalam rumah tangga nelayan tersebut
padahal di metode penelitian dituliskan bahwa penelitian ini bersifat deskriptif riset
untuk menjelaskan proses terjadinya pembedaan peran antara pria dan wanita
sedangkan hal tersebut belum terlihat baik dalam pembahasan ataupun dalam hasil
penelitian.
Judul
: Pola pengambilan Keputusan dalam Keluarga,
Status Kerja Ibu serta Kaitannya dengan Konsep
Peran gender pada Suku Jawa dan Suku Minahasa
Tahun
: 2001
Jenis Pustaka
: Thesis
Bentuk Pustaka
: Elektronik
Nama Penulis
: Margaretha Tombokan
Kota
dan
Nama : Bogor, Program Pascasarjana Institut Pertanian
Penerbit
Bogor
Nama Jurnal
: Volume (edisi) Hal
: Alamat URL
: http://repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/1234567
89/4802/2001mto.pdf?sequence=4
Tanggal Unduh
: 10 Desember 2014 pukul 12.02 WIB
9
Ringkasan:
Pujiwati Sajogyo (1983) mengatakan bahwa wanita di satu sisi dianggap sebagai
ibu rumah tangga dalam keluarga masing-masing yang berperan sebagai pekerja di
sektor domestik yang tidak mendatangkan hasil secara langsung, namun demikian kaum
wanita di dalam kedudukannya tersebut memberikan dukungan bagi anggota keluarga
yang lain untuk mencari nafkah. Tetapi di sisi lain sesuai dengan perkembangan
masyarakat telah nampak dengan nyata peran serta wanita sebagai tenaga kerja di sektor
publik yang mendatangkan hasil secara langsung.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis (1) perbedaan pola
pengambilan keputusan dalam keluarga antara ibu pekerja suku Jawa dengan suku
Minahasa, antara ibu bukan pekerja suku jawa dengan suku Minahasa, antara ibu suku
Jawa dengan ibu suku Minahasa; (2) perbedaan konsep peran gender antara ibu pekerja
suku Jawa dengan suku Minahasa, antara ibu bukan pekerja suku Jawa dengan suku
Minahasa, antara ibu suku Jawa dengan suku Minahasa; dan (3) faktor-faktor yang
mempengaruhi pola pengambilan keputusan dalam keluarga.
Desain penelitian ini adalah cross sectional study yaitu dengan mengumpulkan
variabel bebas dan variabel tidak bebas secara bersamaan dan hanya sekali selama
penelitian berlangsung. Penelitian ini dilaksanakan di Kelurahan Jampiroso dan
Banyuurip, Kecamatan Temanggung, Kabupaten Temanggung, Propinsi Jawa Tengah
(untuk suku Jawa), dan di Kelurahan Tuutu dan Rinegetan, Kecamatan Tondano,
Kabupaten Minahasa, Propinsi Sulawesi Utara (untuk suku Minahasa). Data primer
diperoleh melalui kuisioner. Unit contoh dari penelitian ini adalah ibu rumah tangga
suku Jawa dan suku Minahasa yang berasal dari kedua daerah penelitian. Kriteria
keluarga contoh adalah suami dan istri berasal dari suku yang sama dan merupakan
keluarga inti. Keluarga contoh diperoleh dari daftar keluarga di kelurahan pada kedua
daerah penelitian. Contoh dikelompokkan menjadi keluarga dengan ibu pekerja dan
keluarga dengan ibu bukan pekerja suku Jawa dan suku Minahasa. Kemudian
pengambilan contoh dilakukan secara acak sederhana dari masing-masing kelompok.
Untuk contoh suku Jawa masing-masing kelompok diambil 30 orang ibu pekerja dan 30
orang ibu bukan pekerja, sedangkan untuk suku Minahasa masing-masing kelompok
diambil 40 orang ibu pekerja dan 40 orang ibu bukan pekerja. Data primer dalam
penelitian ini ialah identitas keluarga, partisipasi istri dalam organisasi, pendidikan
formal istri, kepemilikan dalam keluarga, pengambilan keputusan dalam keluarga serta
konsep gender. Pengambilan keputusan dalam rumah tangga meliputi pengambilan
keputusan dalam bidang makanan, pendidikan, kesehatan, perumahan, pakaian, perabot
rumah tangga, rekreasi, keuangan, reproduksi dan pendidikan moral anak. Konsep peran
gender meliputi persepsi suami terhadap peran tradisional istri dan keterlibatan ayah
dalam tugas pengasuhan anak. Variabel yang akan diukur dalam penelitian ini meliputi
pendapatan keluarga per kapita per bulan, pendapatan ibu pekerja per bulan, tingkat
pendidikan istri, partisipasi istri dalam organisasi kemasyarakatan, dan kepemilikan aset
dalam keluarga.
Hasil dari penelitian ini menyatakan bahwa terdapat perbedaan pola
pengambilan keputusan antara ibu pekerja suku Jawa dengan ibu pekerja suku
Minahasa. Perbedaan itu terlihat pada pengambilan keputusan bidang makanan,
pendidikan, kesehatan, pakaian dimana ibu pekerja suku Minahasa lebih dominan dalam
pengambilan keputusan dibandingkan dengan ibu pekerja suku Jawa. Perbedaan juga
terlihat pada ibu bukan pekerja suku Jawa dan ibu bukan pekerja suku Minahasa pada
bidang makanan, pendidikan, kesehatan, perumahan, perabot rumah tangga, pakaian,
dan keuangan dimana ibu bukan pekerja suku Minahasa lebih dominan dibandingkan
10
dengan ibu bukan pekerja suku Jawa. Terdapat perbedaan antara responden suku Jawa
dengan responden suku Minahasa pada bidang makanan, pendidikan, kesehatan,
perumahan, perabot rumah tangga, pakaian, dan keuangan dimana pengambilan
keputusan responden suku Jawa lebih dominan dibandingkan dengan pengambilan
keputusan responden suku Minahasa. Perbedaan persepsi suami mengenai peran
tradisional istri juga terlihat diantara ibu pekerja suku Jawa dengan ibu pekerja suku
Minahasa, dimana suami dari ibu pekerja suku Jawa memiliki jawaban lebih ragu-ragu
dibandingkan dengan suami ibu pekerja suku Minahasa. Sedangkan pada kelompok ibu
bukan pekerja, suami ibu bukan pekerja suku Jawa cenderung memberikan jawaban
tidak setujua yang artinya mendukung perempuan untuk bekerja produktif sedangkan
suami ibu bukan pekerja suku Minahasa memberikan jawaban setujua yang artinya
mendukung peran domestik perempuan sebagai peran tunggalnya. Perbedaan juga
terlihat pada responden suku Jawa dan responden suku Minahasa, suami responden
suku Jawa suami memiliki jawaban lebih ragu-ragu dibandingkan dengan suami
responden suku Minahasa. Faktor-faktor yang berpengaruh terhadap pengambilan
keputusan dalam rumah tangga pada masing-masing bidang antara lain:
1. Kesehatan
: umur (+), suku (-)
2. Perabot rumah tangga
: umur (+), besar keluarga (-), lama pendidikan
suami (-), pendapatan rumah tangga perkapita perbulan (-)
3. Makanan
: besar keluarga (+), partisipasi istri dalam
organisasi (-), suku (-)
4. Pendidikan moral anak : lama pendidikan istri (+), pendidikan formal istri
(-), kepemilikan istri (+), suku (-)
5. Keuangan
: pendapatan rumah tangga perkapita perbulan (+),
kepemilikan istri (+), keterlibatan ayah dalam pengasuhan anak (-)
6. Rekreasi
: pendapatan rumah tangga perkapita perbulan (-),
persepsi suami terhadap peran tradisional istri (+), status kerja ibu (+)
7. Pendidikan
: partisipasi istri dalam organisasi (-), suku (-)
8. Perumahan
: partisipasi istri dalam organisasi (-), persepsi
suami terhadap peran tradisional istri (-), suku (+), status kerja ibu (+)
9. Reproduksi
: persepsi suami terhadap peran tradisional istri (-),
suku (-)
10. Pakaian
: suku (-)
Analisis Pustaka:
Penulis mengungkapkan tiga kelompok sasaran penelitian dalam rumusan
masalah dan tujuan penelitian yakni ibu pekerja suku Jawa dan suku Minahasa, ibu
bukan pekerja suku Jawa dan suku Minahasa, dan ibu suku Jawa dan ibu suku
Minahasa. Disini terdapat kesulitan untuk mengidentifikasi perbedaan
karakteristik/indikator kedua kelompok sasaran (ibu pekerja dan ibu bukan pekerja)
dengan kelompok ketiga (ibu). Selain itu, dalam pembahasan mengenai variabel pola
pengambilan keputusan antara suku Jawa dengan suku Minahasa, penjelasan untuk
responden kelompok “ibu” memiliki kesamaan dengan penjelasan untuk kelompok ibu
bukan pekerja, sedangkan untuk variabel persepsi suami terhadap peran tradisional istri,
jawaban responden kelompok “ibu” justru sama persis dengan jawaban responden
kelompok ibu pekerja dimana suami sama-sama menjawab ragu-ragu. Bila melihat
jawaban untuk variabel pola pengambilan keputusan, maka dapat diasumsikan bahwa
kelompok responden “ibu” merupakan kelompok yang memiliki karakteristik sama
dengan kelompok ibu bukan pekerja. Tetapi jika melihat jawaban untuk variabel
persepsi suami mengenai peran tradisional istri, maka diasumsikan bahwa kelompok
responden “ibu” merupakan kelompok yang memiliki karakteristik sama dengan
11
kelompok ibu pekerja. Peneliti tidak memberikan penjelasan lebih lanjut mengenai hal
tersebut.
Judul
: Kajian Jender terhadap Kontribusi Perantau
Perempuan Suku Minangkabau bagi Keluarga di
Kampung Asal (Studi Kasus Tenaga Kerja
Perempuan Kepala Rumah Tangga Asal Sumatera
Barat)
Tahun
: 2007
Jenis Pustaka
: Artikel Ilmiah
Bentuk Pustaka
: Elektronik
Nama Penulis
: Rinaldy Ekaputra dan Dwiyanti Hanandini
Kota
dan
Nama : Jurusan Sosiologi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu
Penerbit
Politik, Universitas Andalas, Sumatera Barat
Nama Jurnal
: Volume (edisi) Hal
: Alamat URL
: http://repository.unand.ac.id/3975/1/Rinaldi_eka_pu
tra.pdf
Tanggal Unduh
: 10 Desember 2014 pukul 20.48 WIB
Ringkasan:
Akibat krisis ekonomi di Indonesia sejak tahun 1997, lebih banyak berpengaruh
terhadap kehidupan rumah tangga yang dikepalai perempuan. Hal ini karena berbagai
tekanan yang muncul akibat krisis ekonomi berdampak langsung pada kenaikan harga
kebutuhan pokok, pendidikan, kesehatan, dan keamanan. Usaha untuk mengatasi krisis
ekonomi dalam rumah tangga bagi perempuan adalah dengan mencari peluang bekerja
di luar negeri dengan harapan untuk memperoleh upah atau pendapatan yang lebih
tinggi sehingga dapat memberikan harapan bagi kelangsungan hidupnya dan
keluarganya.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk (1) mendeskripsikan aktor-aktor yang
membantu dalam mengurus keluarga yang ditinggalkan ketika perempuan harus bekerja
ke luar negeri; (2) mengidentifikasi dan mendeskripsikan pandangan masyarakat
terhadap wanita yang bekerja di luar negeri; (3) mendeskripsikan penghargaan sosial
yang diberikan oleh masyarakat terhadap perempuan yang bekerja di luar negeri; dan
(4) mendeskripsikan dan menjelaskan nilai-nilai sosial budaya yang mendukung
perempuan bekerja ke luar negeri.
Data diperoleh dengan menggunakan teknik observasi dan wawancara
mendalam terhadap para pekerja perempuan yang telah kembali ke daerah asalnya.
Wawancara mendalam juga dilakukan terhadap aparat nagari, keluarga pekerja
perempuan (anak, ibu, adik-adik), dan masyarakat dimana pekerja perempuan tersebut
tinggal. Jenis data yang didapat yakni (1) data primer berupa pekerjaan di daerah asal
dan daerah tujuan, upah baik di daerah asal dan daerah tujuan, proses
keberangkatannya, jenis pekerjaan, informasi apa saja yang diperoleh untuk dapat
bekerja di luar negeri serta pandangan pekerja perempuan mengenai status keluarganya
di mata masyarakat setelah bekerja di luar negeri; (2) data sekunder yang diperoleh dari
penelusuran berbagai literatur terkait. Penelitian dilaksanakan di daerah Kecamatan
12
Maur, Kabupaten Lima Puluh Koto di Kanagarian Talang Maur dan Situjuh Bandar
Alam serta Kelurahan Parit Rantang, Kecamatan Payakumbuh, Kota Payakumbuh.
Daerah tersebut dipilih karena memiliki jumlah perempuan yang bekerja di luar negeri
khususnya Malaysia relatif lebih banyak bila dibandingkan dengan daerah lainnya.
Hasil dari penelitian ini menyatakan bahwa keberanian para perempuan kepala
rumah tangga untuk bekerja ke luar negeri muncul karena didukung oleh struktur
keluarga luas Minangkabau yang menjadi jaminan bagi para perempuan untuk
membantu mengasuh anak-anak yang menjadi tanggungannya. Kebanyakan perempuan
tidak membawa anak-anaknya ikut bekerja di luar negeri. Mereka dititipkan kepada
nenek, saudara-saudara perempuan atau mamaknya sehingga keluarga luas memiliki
peranan yang penting dalam menjaga anak-anak yang ditinggalkan tersebut. Bagi
masyarakat Minangkabau nampaknya bekerja memiliki nilai sosial yang tinggi.
Masyarakat akan lebih menghargai laki-laki atau perempuan yang bekerja dibandingkan
dengan yang tidak bekerja, meskipun dalam batas-batas tertentu perempuan mempunyai
keterbatasan dalam memilih jenis pekerjaan dan tempat bekerja.
Pandangan masyarakat terhadap perempuan bekerja ke luar negeri nampaknya
berbeda di antara para tokoh masyarakat Minangkabau laki-laki dan perempuan. Tokoh
masyarakat perempuan yang diwakili oleh bundo kanduang dan para tetangga TKW
nampaknya lebih moderat dan memandang positif terhadap perempuan yang bekerja di
luar negeri sedangkan tokoh masyarakat dan alim ulama laki-laki terpecah dalam
memandang perempuan bekerja di luar negeri antara pandangan yang konservatif dan
moderat.
Perempuan khususnya yang menjadi kepala rumah tangga tidak lagi ditabukan
untuk pergi ke luar rumah, apalagi kalau untuk tujuan menghidupi keluarganya. Hal ini
dimungkinkan oleh adat apabila terdapat ai gadang maka tapian berubah atau peraturan
adat dapat melunak jika memang ada kebutuhan yang mendesak. Tanggungjawab
perempuan khususnya yang menjadi kepala rumah tangga dimungkinkan untuk bekerja
ke luar rumah dalam rangka mengambilalih tanggungjawab keluarganya. Kebutuhan
ekonomi yang sangat mendesak menjadi alasan yang sangat dimaklumi oleh para tokoh
adat dan agama untuk membolehkan perempuan ke luar rumah atau bekerja ke luar
negeri.
Analisis Pustaka:
Berdasarkan judul penelitian yaitu kajian gender, seharusnya peneliti
mengikutsertakan pihak suami ataupun anggota keluarga lain yang laki-laki. Dari
metode terlihat bahwa kuisioner yang berisi pertanyaan diberikan pada responden, ibu,
anak, dan keluarga dari responden dan pada hasil, diketahui bahwa yang berperan dalam
membantu mengurus keluarga yang ditinggalkan ialah anggota keluarga yang berjenis
kelamin perempuan, dan yang menjadi kekurangan ialah tidak dijelaskan mengenai
bagaimana peran laki-laki (suami) dan mengapa suami tidak berperan besar dalam
kegiatan tersebut. Selain itu, yang menjadi kekurangan dari penelitian ini ialah peneliti
memaparkan hasil penelitian tidak secara runut berdasarkan urutan yang terdapat dalam
rumusan masalah dan tujuan penelitian. Jika dilihat rumusan masalah dan tujuan
penelitian, maka diketahui bahwa peneliti hendak mengetahui bagaimana pandangan
masyarakat mengenai perempuan yang bekerja baru kemudian membahas mengenai
penghargaan sosial yang akan didapatkan oleh perempuan yang bekerja. Namun pada
bagian hasil penelitian, peneliti justru membuat pembahasan mengenai dua hal ini
secara bersamaan dalam satu sub judul dengan meletakkan pemaparan mengenai
penghargaan sosial terlebih dahulu baru kemudian memberikan pemaparan mengenai
13
pandangan masyarakat mengenai perempuan yang bekerja. Hal demikian dapat
menyulitkan pembaca untuk menemukan pemaparan hasil yang sesuai dengan urutan
tujuan dan rumusan masalah yang telah dibuat.
Judul
: Buruh Migran Perempuan Melawan Negara dan
Pasar dengan Remitansi Sosial
Tahun
: 2010
Jenis Pustaka
: Jurnal
Bentuk Pustaka
: Elektronik
Nama Penulis
: Tyas Retno Wulan, Dalhar Shodiq, Soetji Lestari,
dan Rili Windiasih
Kota
dan
Nama : Bandung, Yayasan Akatiga Indonesia
Penerbit
Nama Jurnal
: Jurnal Analisis Sosial (Migrasi Internasional:
Realita dan Perubahan Kesejahteraan)
Volume (edisi) Hal
: Vol 15 (02): 106-132
Alamat URL
: http://www.akatiga.org/index.php/acara/item/390volume-15-no-2
Tanggal Unduh
: 2 Oktober 2014 pukul 21.00 WIB
Ringkasan:
Lebih dari separuh penduduk miskin di negara berkembang adalah perempuan.
Faktanya jumlah perempuan selalu lebih besar dalam kelompok miskin, dan kenaikan
persentase kemiskinan senantiasa berkorelasi positif dengan persentase perempuan
miskin. Ini menguatkan terjadinya feminisasi kemiskinan, yakni sebuah kenyataan
bahwa sebagian besar angka kemiskinan diisi oleh kaum perempuan.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk (1) mengungkap bagaimana pola
pemanfaatan remitansi sosial yang diperoleh BMP selama bekerja di luar negeri serta
(2) menganalisis bagaimana implikasi remitan sosial untuk melawan kekuatan negara
dan pasar.
Hasil dari penelitian ini menyatakan bahwa para BMP telah menggunakan
remitansi sosial yang mereka miliki untuk melakukan aktivitas perlindungan,
pemberdayaan, dan perlawanan, untuk mereka; bahkan menjadi agen pembangunan
bagi lingkungannya. Remitan sosial adalah sebuah proses, yang artinya bahwa remitansi
sosial bukan sesuatu barang yang langsung jadi, namun bisa dikondisikan melalui
proses. Remitansi sosial membuat BMP menjadi perempuan yang mandiri, otonom, dan
berdaulat yang artinya bisa menjadi sarana untuk melindungi hak-hak mereka,
memberdayakan lingkungannya sekaligus sebagai perlawanan terhadap kekuatan pasar
yang memposisikan mereka sebagai komoditas.
Analisis Pustaka:
Dari beberapa contoh kasus yang dipaparkan, hampir semuanya membahas
bagaimana perempuan berdaya secara ekonomi dan sosial di tengah masyarakat
desanya, namun belum dibahas apakah remitan (ekonomi dan sosial) mampu membuat
perempuan tersebut juga berdaya dan bagaimana prosesnya dalam lingkungan
14
keluarganya yang umumnya masih bersifat patriarkhi. Selain itu dalam tulisan tersebut
juga belum mencantumkan metode penelitian seperti variabel, indikator serta proses
penarikan kerangka samplingnya sehingga menyulitkan pembaca atau peneliti lain yang
hendak melakukan penelitian serupa.
Judul
: Pengetahuan dan Kekuasaan: Penguatan Remiten
Sosial Sebagai Strategi Pemberdayaan Buruh
Migran Perempuan
Tahun
: 2010
Jenis Pustaka
: Disertasi
Bentuk Pustaka
: Cetak
Nama Penulis
: Tyas Retno Wulan
Kota
dan
Nama : Bogor, Program Sosiologi Pedesaan, Sekolah
Penerbit
Pascasarjana Institut Pertanian Bogor
Nama Jurnal
: Volume (edisi) Hal
: Alamat URL
: Tanggal Unduh
: Ringkasan:
Hubungan gender yang selama ini terjadi di dalam keluarga BMP masih
didominasi oleh sistem patriarkhi, suami mendominasi sebagai pemegang kekuasaan
pada berbagai aspek. Nilai patriarkhi yang sarat dengan nilai-nilai pemingitan dalam
konteks BMP ternyata telah mengalami perubahan. Kajian Daulay (2001) ini juga
menegaskan bahwa aset ekonomi tidak akan memberikan dampak yang signifikan jika
tidak dibarengi dengan peningkatan pengetahuan yang memadai.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis (1) bagaimanakah posisi
BMP dalam penempatan BMI di luar negeri yang mendudukkan mereka sebagai
komoditas; (2) bagaimana BMP melihat, memaknai dan mengidentifikasikan diri
mereka terhadap rendahnya status sosial mereka dalam struktur masyarakat dan apakah
migrasi dalam rangka pencarian nafkah yang dilakukan oleh BMP tersebut akan dapat
mengubah posisi mereka dalam hal bargaining position menjadi lebih baik; dan (3)
bagaimana BMP mampu memperoleh remiten sosial dari kepergiannya dan sejauh mana
BMP mampu memanfaatkan remiten sosial yang dimiliki serta kendala-kendala
struktural yang dihadapi dalam memanfaatkan remiten sosial yang dimiliki.
Metode penelitian ini adalah metode kuantitatif yang didukung dengan metode
kualitatif. Tineliti utama dalam penelitian ini adalah para BMP, baik yang sudah
kembali ke Indonesia maupun yang masih tinggal di negara tujuan (Hong Kong).
Sementara sebagai tineliti pendukung adalah keluarga buruh migran, organisasi buruh
migran, PJTKI, birokrat (Disnakertrans, BNP2TKI, KJRI Hong Kong, BLKLN),
jaringan peneliti buruh migran, LSM buruh migran, dan pihak lain yang terkait. Pada
tahap pertama, untuk memudahkan memperoleh informasi, tineliti dipilih dengan teknik
convenience sampling artinya para BMP yang kebetulan ditemui di lokasi penelitian
dapat dijadikan tineliti dengan menggunakan kuisioner ataupun interview guide. Pada
tahap selanjutnya untuk memperoleh informasi yang lebih mendalam tineliti yang telah
15
dipilih pada tahap pertama dapat dipilih secara purposive untuk ditampilkan life historynya.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa BMP masih mengalami proses
komodifikasi sejak awal keberangkatan dari daerah asal, hingga mereka kembali ke
tanah air. PJTKI adalah pelaku utama proses tersebut, hal ini termanifestasikan dalam
beberapa bentuk yakni mengirimkan BMP tanpa bekal latihan baik aspek keterampilan,
budaya maupun bahasa membuat BMP rentan terhadap persoalan di negara tujuan.
Dilihat dari aspek ekonomi, mengirim BMP tanpa pelatihan adalah dalam rangka
menghemat biaya penyelenggaraan pelatihan padahal biaya tersebut dipungut dari uang
milik para BMP sendiri. Motif PJTKI memberangkatkan BMP secepat-cepatnya adalah
mengedepankan motif keuntungan dan menjadikan BMP sebagai komoditas, selain itu
negara juga dianggap kurang memberikan perlindungan dan tidak mengawasi kinerja
para PJTKI serta aparat-aparat yang bekerja di titik layanan BMI. Sejauh ini, BMP
mempermasalahkan paradigma dan pandangan orang yang mempertanyakan status
mereka sebagai seorang BMP. Beberapa responden juga mengungkapkan bahwa banyak
orang yang merendahkan statusnya yang merupakan mantan BMP, padahal menurutnya
menjadi BMP adalah pekerjaan yang baik dan halal sehingga tidak perlu ditutupi. BMP
yang telah kembali ke daerah asalnya umumnya akan memanfaatkan remitan sosial
yang dimiliki dengan melakukan berbagai kegiatan produktif dan sosial
kemasyarakatan. Dengan demikian, banyak BMP yang memanfaatkan remitan sosial
yang diperolehnya untuk meningkatkan posisinya baik dalam keluarga maupun dalam
masyarakat misalnya dengan menjadi kepala desa, menjadi guru, membuat taman
bacaan dan sebagainya. Remitan sosial digunakan oleh BMP untuk melindungi,
memberdayakan diri dan lingkungan mereka sekaligus menjadi perlawanan terhadap
ketidakadilan yang mereka alami. Kendala-kendala yang umumnya dialami oleh BMP
dalam mengaplikasikan remitan sosial yang dimilikinya di daerah asalnya ialah belum
adanya kebijakan yang memberi ruang untuk memberdayakan BMP, masih sulitnya
menembus stigma masyarakat mengenai status pekerjaan sebagai BMP dan sebagainya.
Analisis Pustaka:
Berdasarkan hasil penelitian, telah dikemukakan bagaimana remitan sosial
berpengaruh terhadap upaya pemberdayaan dan perbaikan posisi BMP terhadap
lingkungannya melalui berbagai kegiatan yang dilakukan oleh BMP sepulang dari luar
negeri tetapi belum dipaparkan jawaban untuk rumusan masalah ketiga yakni mengenai
bagaimana proses yang harus dildlui oleh BMP hingga ia memperoleh berbagai remitan
sosial tersebut dan memiliki keberanian untuk menerapkannya dalam masyarakat di
daerah asalnya.
Judul
Tahun
Jenis Pustaka
Bentuk Pustaka
Nama Penulis
: Pengaruh Kontribusi Ekonomi dan Sumberdaya
Pribadi
Perempuan
terhadap
Pengambilan
Keputusan dalam Rumah Tangga (Dusun Jatisari,
Desa Sawahan, Kecamatan Ponjong, Kabupaten
Gunungkidul,
Propinsi
Daerah
Istimewa
Yogyakarta)
: 2010
: Jurnal
: Elektronik
: Ika Meylasari
16
Kota
dan
Penerbit
Nama : Bogor, Departemen Sains Komunikasi dan
Pengembangan Masyarakat, Fakultas Ekologi
Manusia, Institut Pertanian Bogor
Nama Jurnal
: Volume (edisi) Hal
: Vol 10 (2012): 001-142
Alamat URL
: http://skpm.ipb.ac.id/karyailmiah/index.php/skripsi/
article/view/188
Tanggal Unduh
:
Ringkasan:
Angka pengangguran perempuan lebih tinggi dibandingkan laki-laki. Pada satu
sisi, hal ini menunjukkan kemajuan karena semakin banyak perempuan yang aktif
secara ekonomi dengan mencari pekerjaan. Tetapi pada sisi lain, kondisi ini
menunjukkan bahwa lowongan pekerjaan umumnya lebih terbuka lebar bagi laki-laki
karena sifat pekerjaan yang sesuai untuk perempuan umumnya lebih spesifik dan
tingkat pendidikan perempuan umumnya lebih rendah dibandingkan laki-laki.
Tujuan dari penelitian ini adalah (1) memaparkan pola pembagian kerja dalam
rumah tangga; (2) menganalisis pengaruh kontribusi ekonomi perempuan terhadap
pengambilan keputusan dalam rumah tangga; dan (3) menganalisis pengaruh
sumberdaya pribadi perempuan terhadap pengambilan keputusan dalam rumah tangga.
Penelitian ini bersifat eksplanatori. Peneliti menggunakan dua metode, metode
penelitian kualitatif digunakan untuk menjawab rumusan masalah pertama dan metode
kuantitatif digunakan untuk menjawab rumusan malasah kedua dan ketiga. Strategi
penelitian kuantitatif yang digunakan ialah penelitian survei. Penelitian dilaksanakan di
Dusun Jatisari, Desa Sawahan, Kecamatan Ponjong, Kabupaten Gunungkidul, Propinsi
DI Yogyakarta. Lokasi penelitian dipilih secara sengaja karena sebagian besar
penduduk bersuku Jawa, bermatapencaharian sebagai petani, dan banyak perempuan
yang ikut serta dalam kegiatan produktif. Subyek penelitian terdiri atas informan
(Kepala Desa Sawahan, Kepala Dusun Jatisari, tokoh masyarakat, dan keluarga
responden) dan responden (perempuan yang termasuk ke dalam contoh). Cara
pengambilan contoh dengan terlebih dahulu membuat kerangka sampling, yaitu seluruh
perempuan usia produktif (15-55 tahun) yang tinggal satu atap dengan suaminya di
daerah kasus. Kerangka sampling terbagi menjadi dua strata yakni strata rumah tangga
pra-sejahtera dan strata rumah tangga sejahtera. Dari kerangka sampling, peneliti
menentukan jumlah contoh sebanyak 28 orang dari masing-masing strata. Peneliti
menentukan contoh dengan cara acak terstratifikasi. Kuisioner yang digunakan akan
mengumpulkan data primer tentang karakteristik responden, pendapatan rumah tangga,
sumberdaya pribadi (pendidikan, rumah, tanah, lahan, dan pengalaman kerja), serta pola
pengambilan keputusan dalam rumah tangga (terkait dengan produksi, pengeluaran
dalam kebutuhan pokok, pembentukan keluarga, dan kegiatan sosial).
Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat sekat yang jelas untuk
jenis-jenis pekerjaan yang harus dilakukan oleh istri dan jenis-jenis pekerjaan yang
harus dilakukan oleh suami. Pembagian kerja tersebut meliputi pekerjaan suami yang
terdiri atas mencangkul, membeli benih, memupuk, membeli pakan ternak,
membersihkan kandang, menjadi buruh baik di dalam ataupun di luar desa,
memperbaiki rumah jika rusak, memperbaiki peralatan listrik, menghadiri rapat RT, dan
mengikuti Siskamling. Pekerjaan yang dilakukan oleh istri mencakup menanam benih,
menyiram tanaman, menyiangi tanaman, menjual hasil pertanian, memasak, mengasuh
17
anak, mengantar anak sekolah, mendampingi anak belajar, mencuci pakaian, menyetrika
pakaian, menyapu, mengepel, merapikan rumah, mencuci piring, belanja kebutuhan di
pasar, pengelolaan keuangan, dan PKK. Sedangkan kegiatan yang dilakukan bersama
mencakup kerja bakti, menghadiri hajatan, menjenguk orang sakit, pengajian, arisan,
memanen, mencari rumput, memberi pakan ternak, dan memberi minum ternak.
Pembagian kerja dalam rumah tangga menempatkan tanggungjawab laki-laki pada
sektor publik sedangkan tanggungjawab perempuan pada sektor domestik. Walaupun
demikian, kegiatan nafkah yang dilakukan perempuan juga berkontribusi positif
terhadap ekonomi rumah tangga. Kontribusi ekonomi perempuan pada rumah tangga
pra-sejahtera berhubungan positif dengan pengambilan keputusan dalam bidang
produksi, pembentukan keluarga, dan kegiatan sosial kemasyarakatan sedangkan pada
rumah tangga sejahtera kontribusi ekonomi perempuan berhubungan positif dengan
pengambilan keputusan dalam bidang keputusan rumah tangga, produksi, pengeluaran
kebutuhan rumah tangga, pembentukan keluarga, dan kegiatan sosial kemasyarakatan.
meskipun demikian, hubungan yang dihasilkan tidak nyata sehingga tidak dapat
dikategorikan sebagai variabel yang berpengaruh kecuali pada bidang produksi. Dari
kelima sumberdaya pribadi yakni pendidikan, kepemilikan rumah, kepemilikan tanah,
kepemilikan lahan garapan, dan pengalaman kerja, berhubungan tetapi tidak semuanya
berpengaruh terhadap pengambilan keputusan. Sumberdaya pribadi yang berpengaruh
terhadap pengambilan keputusan rumah tangga dalam rumah tangga sejahtera ialah
kepemilikan tanah, sedangkan pada rumah tangga pra-sejahtera tidak ada. Sumberdaya
pribadi yang berpengaruh terhadap pengambilan keputusan bidang produksi dalam
rumah tangga pra-sejahtera yakni kepemilikan lahan garapan sedangkan dalam rumah
tangga sejahtera yakni pendidikan, kepemilikan tanah, dan kepemilikan lahan garapan.
Sumberdaya pribadi yang berpengaruh terhadap pengambilan keputusan bidang
pengeluaran kebutuhan rumah tangga dalam rumah tangga pra-sejahtera tidak ada
begitupun pada rumah tangga sejahtera. Sumberdaya pribadi yang berpengaruh terhadap
pengambilan keputusan bidang pembentukan keluarga dalam rumah tangga prasejahtera yakni kepemilikan rumah, kepemilikan tanah, dan kepemilikan lahan garapan
sedangkan dalam rumah tangga sejahtera yakni kepemilikan tanah dan kepemilikan
lahan garapan. Sumberdaya pribadi yang berpengaruh terhadap pengambilan keputusan
bidang kegiatan sosial kemasyarakatan dalam rumah tangga pra-sejahtera yakni
pendidikan, kepemilikan tanah, dan pengalaman kerja sedangkan dalam rumah tangga
sejahtera yakni kepemilikan tanah.
Analisis Pustaka:
Penelitian ini sudah menjelaskan hubungan-hubungan antar variabel yang diteliti
dengan cukup baik serta mengikutsertakan indikator, cara penarikan kerangkan
sampling, sampling dan metode pengukurannya.
Judul
: Kontribusi Ekonomi, Peran Ganda Perempuan dan
Kesejahteraan Keluarga Buruh Pabrik (Kasus di
Kecamatan Dramaga-Kabupaten Bogor)
Tahun
: 2011
Jenis Pustaka
: Jurnal
Bentuk Pustaka
: Elektronik
Nama Penulis
: Latifatul Hayati
Kota
dan
Nama : Bogor, Departemen Ilmu Keluarga dan Konsumen,
18
Penerbit
Nama Jurnal
Volume (edisi) Hal
Alamat URL
Tanggal Unduh
Fakultas Ekologi Manusia, Institut Pertanian Bogor
: Sodality
: : http://download.portalgaruda.org/article.php?articl
e=86054&val=239
: 12 Desember 2014 pukul 08.17 WIB
Ringkasan:
Perempuan yang memutuskan untuk bekerja di luar rumah, maka secara
otomatis akan berkontribusi secara ekonomi bagi Anggaran Pendapatan dan Belanja
Daerah (APBD) dan keluarga. Perempuan yang bekerja juga berarti memiliki peran
ganda dan beban ganda, karena perempuan berperan sekaligus dalam peran domestik
dan peran publik.
Tujuan dari penelitian ini adalah (1) mengidentifikasi riwayat contoh sebagai
pekerja buruh, karakteristik contoh dan keluarga contoh; (2) menghitung rata-rata
kontribusi ekonomi contoh terhadap pendapatan keluarga; (3) mengidentifikasi peran
ganda serta strategi menyeimbangkan antara pekerjaan dan keluarga contoh; (4)
mengidentifikasi kesejahteraan objektif dan subjektif contoh dan keluarga; (5)
menganalisis hubungan antar variabel penelitian; serta (6) menganalisis pengaruh
karakteristik keluarga dan contoh, kontribusi ekonomi, peran ganda dan strategi
menyeimbangkan antara pekerjaan dan keluarga contoh terhadap kesejahteraan objektif
dan subjektif.
Penelitian ini menggunakan desain cross sectional study, yaitu suatu penelitian
dengan teknik pengambilan data melalui survei lapang dalam satu titik dan waktu
tertentu. Penelitian ini dilakukan di Desa Ciherang dan Babakan, Kecamatan Dramaga,
Kabupaten Bogor yang dilakukan secara purposive sampling karena di kedua lokasi
tersebut banyak perempuan yang bekerja sebagai buruh pabrik. Populasi dari penelitian
ini adalah buruh pabrik perempuan yang tinggal di Kecamatan Dramaga. Responden
dan contoh penelitian adalah ibu/istri yang bekerja sebagai buruh pabrik dan bertempat
tinggal di Desa Ciherang dan Desa Babakan, Kecamatan Dramaga, Kabupaten Bogor.
Teknik penarikan contoh dilakukan secara purposive dengan kriteria bekerja sebagai
buruh pabrik dan berasal dari keluarga lengkap (memiliki suami). Jumlah contoh adalah
60 orang, dengan alasan memenuhi batas minimal statistika. Alasan penggunaan teknik
purposive adalah karena data yang ada di kecamatan hanya berupa data agregat jumlah
buruh, tidak ada data secara personal yang rinci by name by address sehingga tidak
dapat dilakukan pengacakan contoh. Kontribusi ekonomi perempuan diukur sebagai
rasio antara upah istri dan pendapatan keluarga.
𝑈𝑝𝑎ℎ 𝑖𝑠𝑡𝑟𝑖 (𝑅𝑝/𝑏𝑢𝑙𝑎𝑛)
𝑋 100%
𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑝𝑒𝑛𝑑𝑎𝑝𝑎𝑡𝑎𝑛 𝑘𝑒𝑙𝑢𝑎𝑟𝑔𝑎 (𝑅𝑝/𝑏𝑢𝑙𝑎𝑛)
Data primer yang diperoleh dengan bantuan kuisioner meliputi riwayat contoh
(lama bekerja, pekerjaan sebelumnya, lama bekerja setiap hari, kendaraan yang
digunakan, posisi pekerjaan, bagian jam kerja, waktu libur, tempat bekerja),
karakteristik contoh (umur, lama pendidikan, pekerjaan, pendapatan), karakteristik
keluarga contoh (umur suami, lama pendidikan suami, pekerjaan suami, besar keluarga,
pendapatan suami, pengeluaran keluarga, dan kepemilikan aset), serta rata-rata
kontribusi ekonomi contoh terhadap pendapatan keluarga, kesejahteraan objektif, dan
kesejahteraan subjektif.
19
Hasil dari penelitian ini menyatakan bahwa 48.4% contoh sebelumnya tidak
bekerja dan 45.0% contoh bekerja sebagai buruh pabrik di tempat bekerjanya saat ini
kemudian sisanya umumnya bekerja sebagai penjaga counter dan buruh cuci. 56.7%
contoh memiliki lama bekerja antara 9.0-10.6 jam per hari dengan rata-rata 10.4 jam per
hari. Menurut UU no 13 lama kerja normal yakni 6 hari dalam seminggu dan 7 jam per
hari. Dengan demikian berarti bahwa pekerja memiliki jam kerja yang lebih lama
dibandingkan dengan yang telah ditetapkan oleh Undang-undang. Rata-rata lama
pendidikan contoh adalah 9.1 tahun yaitu pada tingkat SMP. Lebih dari separuh (60%)
contoh memiliki posisi kerja sebagai penjahit. Lebih dari separuh (58.1%) contoh
mendapatkan upah di bawah UMR Kabupaten Bogor yakni Rp1 172 060,-. Kurang dari
separuh (45.0%) contoh dan 38.3% suami contoh memiliki umur yang berada pada
rentang 31-40 tahun, dengan demikian contoh dan suami contoh berada pada kategori
dewasa awal. Sekitar 31.7% suami contoh bekerja sebagai kuli/buruh dan sebanyak
5.0% suami contoh tidak bekerja. Lebih dari separuh (71.7%) contoh memiliki ukuran
keluarga yang kecil yakni memiliki rata-rata 3.9 orang anggota keluarga. Kontribusi
ekonomi perempuan dalam pendapatan total rumah tangga masuk dalam kategori
sedang yakni 41.0%-50.0% terhadap pendapatan total rumah tangga. Angka tersebut
cukup signifikan bagi pendapatan keluarga. Lebih dari tiga per empat (86.7%) contoh
memiliki peran sebagai anak, 96.7% contoh berperan sebagai istri dan seluruh (100%)
berperan sebagai pekerja buruh. Kurang dari tiga per empat (70.0%) contoh memiliki
peran ganda dengan kategori sedang dengan rata-rata skor 60.6. Semakin tinggi peran
ganda berarti semakin banyak jumlah peran yang sedang dijalani oleh contoh dan
semakin sering contoh berinteraksi menjalani peran-peran tersebut. Contoh melakukan
berbagai kegiatan untuk menyeimbangkan antara aktivitas pekerjaan dan keluarga.
Kegiatan-kegiatan tersebut antara lain tidak masuk kerja karena anak atau suami sakit,
menunda pekerjaan untk kepentingan anak, membersihkan rumah terlebih dahulu
sebelum berangkat kerja, pulang dari tempat kerja lebih awal karena urusan keluarga,
dan bersepakat dengan suami untuk menjaga keseimbangan antara pekerjaan dan
keluarga. Sebagian besar contoh memiliki pendapatan di atas garis kemiskinan yakni
98.3% sehingga dapat disimpulkan bahwa sebagian besar contoh berkategori sejahtera.
Sebagian besar contoh menjawab cukup puas pada indikator kesejahteraan fisik dan
hanya sebagian kecil yang menjawan sangat puas untuk setiap indikator. Untuk
kesejahteraan subjektif, pada indikator kesejahteraan sosial 75.0% contoh mengaku
tidak puas dengan keterlibatan dalam perkumpulan desa. Berdasarkan indikator
psikologis 75.0% contoh cukup puas dengan keadaan spiritual/mental dan perasaan
terhadap pendapatan suaminya, 76.7% contoh cukup puas dengan kebersihan rumahnya.
Dengan demikian sebagian besar contoh memiliki kesejahteraan subjektif yang
tergolong dalam kategori sedang karena menjawab puas. Terdapat hubungan yang
positif antara lama pendidikan dan kontribusi ekonomi perempuan dengan kesejahteraan
objektif serta terdapat hubungan yang positif antara lama pendidikan dan kegiatan
penyeimbangan antara pekerjaan dan keluarga dengan kesejahteraan subjektif. Variabel
yang berpengaruh terhadap kesejahteraan objektif yakni lama pendidikan contoh dan
kontribusi ekonomi perempuan terhadap pendapatan total rumah tangga, sedangkan
variabel yang berpengaruh terhadap kesejahteraan subjektif yakni lama pendidikan dan
kegiatan penyeimbangan antara pekerjaan dan keluarga. Peran ganda yang dijalani oleh
perempuan ternyata tidak berhubungan dengan kesejahteraan objektif maupun
kesejahteraan subjektif contoh.
Analisis Pustaka:
Penelitian selanjutnya diharapkan menggunakan indikator kesejahteraan objektif
yang lebih rinci misalnya berdasarkan Undang-Undang No 52 tahun 2009, serta untuk
20
melihat peran ganda perempuan secara lebih rinci, dapat digunakan variabel alokasi
waktu dan umur anak terkecil sehingga lebih terlihat frekuesi yang dilakukan untuk
setiap peran. Selain itu, pada pertanyaan mengenai strategi penyeimbangan antara
pekerjaan dan keluarga hanya terdapat pertanyaan-pertanyaan terkait peran domestik
dan pekerja saja, belum dikembangkan dan dikombinasikan dengan peran sebagai
anggota organisasi atau aktivitas sosial lainnya.
Judul
: Dampak Remitan Ekonomi terhadap Posisi Sosial
Buruh Migran Perempuan dalam Rumah Tangga
Tahun
: 2012
Jenis Pustaka
: Jurnal Sodality
Bentuk Pustaka
: Elektronik
Nama Penulis
: Putri Asih Sulistyo dan Ekawati Sri Wahyuni
Kota
dan
Nama : Bogor, Fakultas Ekologi Manusia
Penerbit
Nama Jurnal
: Sodality: Jurnal Sosiologi Pedesaan
Volume (edisi) Hal
: Vol 06 (03): 252-258
Alamat URL
: http://journal.ipb.ac.id/index.php/sodality/article/vie
w/8020
Tanggal Unduh
: 25 September 2014 pukul 12.05 WIB
Ringkasan:
Berbagai faktor melatarbelakangi migrasi Buruh Migran Perempuan (BMP) ke
luar negeri. Perempuan bermigrasi memiliki semangat hidup yang lebih baik. Kajian
livelihood strategies menunjukkan, salah satu alasan perempuan bermigrasi adalah
upaya untuk bertahan karena ketidakmampuan kepala keluarga berperan sebagai pencari
nafkah. Penggunaan remitan sebagai investasi BMP serta upaya menyetarakan posisi
sosial perempuan atas kontribusinya dalam ekonomi rumah tangga menjadi menarik
seiring dengan tingginya jumlah remita yang mengalir di Kabupaten Indramayu.
Penelitian ini bertujuan untuk (1) menganalisis apakah kebutuhan ekonomi
menjadi faktor pendorong utama dalam keberangkatan buruh migran perempuan ke luar
negeri; (2) menganalisis apakah upah yang tinggi menjadi menjadi faktor penarik utama
buruh migran perempuan untuk bekerja ke luar negeri; dan (3) menganalisis seberapa
besar kontribusi ekonomi BMP dalam rumah tangga dapat meningkatkan posisi sosial
BMP dalam rumahtangganya.
Penelitian ini berlokasi di Desa Kedungwungu, Kecamatan Anjatan, Kabupaten
Indramayu, Provinsi Jawa Barat. Indramayu sebagai salah satu daerah utama pengirim
tenaga kerja ke luar negeri memiliki 60-70 persen buruh migran yang bekerja di Timur
Tengah, dan sisanya di daerah tujuan migrasi lainnya. Data Dinas Sosial Tenaga Kerja
Kabupaten Indramayu menunjukkan bahwa jumlah remitan BMI dari Indramayu dapat
mencapai 1 milyar rupiah setiap harinya dari total 2.985 orang BMI asal Indramayu
yang bekerja di luar negeri (indramayukab.bps.go.id2012). Penelitian ini merupakan
penelitian survei dengan metode explanatory atau confirmatory research. Populasi
sampling dalam penelitian ini adalah BMP kembali yang pernah bekerja di luar negeri
(purna BMP atau BMP yang sedang cuti dari usahanya bekerja di luar negeri) dan
21
menikah, karena penelitian ini melihat bagaimana perempuan melihat posisi dirinya
dalam relasi hubungan suami-istri.
Hasil penelitian ini menyatakan bahwa keterdesakan ekonomi menjadi faktor
pendorong yang utama pada keberangkatan pertama BMP baik di Desa Kedungwungu
maupun Desa Sukra Wetan yakni 28 responden (75.68%), namun tidak pada
keberangkatan selanjutnya. Upah yang tinggi menjadi faktor penarik yang relatif kurang
dominan khususnya bagi BMP Timur Tengah, keberangkatan yang relatif lebih cepat
justru menjadi alasan utama pemilihan negara tujuan. Motif ekonomi menjadi faktor
kedua dalam pemilihan negara tujuan di dua desa penelitian. Buruh migran perempuan
melalui remitan ekonomi mampu berkontribusi positif terhadap perekonomian rumah
tangga. Kontribusi ini berpengaruh nyata terhadap pengambilan keputusan produktif,
namun tidak berpengaruh nyata terhadap pengambilan keputusan reproduktif.
Pembagian kerja dalam rumah tangga menempatkan perempuan pada posisi dwiperan.
Otonomi perempuan dalam distribusi kekuasaan (pengambilan keputusan) khususnya
dalam bidang produktif semakin meningkat. Hal ini menunjukkan bahwa BMP semakin
berkembang dan dihargai dalam rumah tangga dan posisi BMP mulai bergeser relatif
setara dengan laki-laki dalam rumah tangga.
Analisis Pustaka:
Dalam kasus ini, perempuan yang bekerja sebagai BMP memegang status ganda
dalam rumah tangga, yakni sebagai seorang pencari nafkah dan sebagai pengurus sektor
domestik rumah tangga. Namun, ini merupakan pendapat dari pihak perempuan saja
sedangkan pihak suami sepertinya belum dilibatkan untuk mengecek apakah memang
benar tidak terjadi perubahan dalam pembagian kerja rumah tangga antara suami dan
istri sebelum dan sesudah sang istri menjadi BMP di luar negeri. Alangkah baiknya jika
yang menjadi responden adalah sepasang suami-istri yang keduanya dimintai pendapat
mengenai hal yang sama sehingga akan dapat diperoleh informasi yang lebih relevan
dan berimbang karena menurut beberapa literatur unit analisis yang paling baik untuk
menganalisis pembagian peran antara laki-laki dan perempuan ialah melalui unit
analisis rumah tangga yaitu dengan bertanya pada laki-laki dan perempuan mengenai
pertanyaan yang sama.
Judul
: Peran Gender, Kontribusi Ekonomi Perempuan dan
Kesejahteraan Keluarga Petani Hortikultura (Kasus
di Dusun Padajaya, Desa Sindangjaya, Kecamatan
Cipanas, Kabupaten Cianjur)
Tahun
: 2012
Jenis Pustaka
: Jurnal
Bentuk Pustaka
: Elektronik
Nama Penulis
: Novita Puspitasari
Kota
dan
Nama : Bogor, Departemen Ilmu Keluarga dan Konsumen,
Penerbit
Fakultas Ekologi Manusia, Institut Pertanian Bogor
Nama Jurnal
: Sodality
Volume (edisi) Hal
: Alamat URL
: http://download.portalgaruda.org/article.php?articl
e=155143&val=239&title=PERANpersen20GENDE
R,persen20KONTRIBUSIpersen20EKONOMIperse
n20PEREMPUAN,persen20DANpersen20KESEJA
22
Tanggal Unduh
HTERAANpersen20KELUARGApersen20PETANI
persen20HORTIKULTURA
: 10 Desember 2014 pukul 08.03 WIB
Ringkasan:
Tekanan ekonomi dan semakin meningkatnya kebutuhan rumah tangga,
menyebabkan banyak perempuan yang ikut bekerja untuk menambah penghasilan
keluarga. Dalam keluarga miskin, peran perempuan di sektor publik diharapkan dapat
membantu mengatasi masalah ekonomi keluarga, dan peran perempuan atau istri di
sektor domestik diharapkan dapat mewujudkan kesejahteraan keluarga.
Tujuan dari penelitian ini adalah (1) mengidentifikasi pembagian peran gender
dalam keluarga; (2) mengidentifikasi kontribusi ekonomi perempuan terhadap
pendapatan total keluarga; (3) mengidentifikasi tingkat kesejahteraan objektif dan
subjektif keluarga contoh; dan (4) menganalisis hubungan antara karakteristik contoh
dan keluarga, peran gender, kontribusi ekonomi perempuan dan kesejahteraan keluarga
contoh secara objektif dan subjektif.
Penelitian ini menggunakan desain cross sectional study, yaitu suatu penelitian
dengan teknik pengambilan data dalam satu titik dan waktu tertentu. Penelitian ini
dilakukan di Kampung Padajaya, Desa Sindangjaya, Kecamatan Cipanas, Kabupaten
Cianjur, Jawa Barat. Pemilihan lokasi dilakukan secara purposive sampling dengan
kriteria suami contoh bekerja sebagai petani sayuran dan istri bekerja di sektor informal
yaitu petani tanaman bunga potong. Populasi dari penelitian ini adalah keluarga yang
suami dan istrinya bekerja sebagai petani sayuran dan tanaman bunga potong. Jumlah
contoh adalah 30 orang yang tinggal dan menetap di wilayah yang sama. Data primer
yang diperoleh dengan bantuan kuisioner meliputi karakteristik contoh (umur contoh,
pendidikan contoh, pendapatan contoh), karakteristik keluarga contoh (umur suami,
pendidikan suami, besar keluarga, pendapatan keluarga, dan kepemilikan aset),
pembagian peran gender keluarga contoh, kontribusi ekonomi contoh terhadap
pendapatan total keluarga, dan kesejahteraan objektif & subjektif keluarga contoh.
Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa pembagian peran gender dalam
sektor domestik masih terdapat kerjasama atau kompromi antara suami dan istri dalam
semua kegiatan tugas rumah tangga atau kegiatan domestik, meskipun masih ada salah
satu pihak yang lebih dominan. Pembagian peran domestik keluarga contoh cukup
seimbang meskipun cenderung dilakukan oleh istri misalnya memasak, mencuci
pakaian, menyiapkan meja makan, mengurus rumah, mencuci piring dan sebagainya.
Pembagian peran gender dalam keluarga pada kegiatan publik menunjukkan sudah
adanya kerjasama antara suami dan istri meskipun masih ada salah satu yang dominan.
Dalam aktivitas publik di pekarangan lebih banyak dilakukan oleh istri (menyiangi
tanaman, memasarkan hasil) sedangkan kegiatan di kebun lebih banyak dilakukan oleh
suami (mempersiapkan lahan, membuat saluran air, menggunakan alat-alat pertanian,
memberi pupuk dan sebagainya). Hampir separuh contoh (43.3%) sudah memiliki
kerjasama yang cukup baik antara suami dan istri dalam manajemen keuangan usaha
tani, artinya dalam melakukan manajemen keuangan usaha tani dilakukan secara
bersama-sama antara suami dan istri. Sebagian besar contoh (50.0%) memiliki
persentase kontribusi pendapatan terhadap keluarga berkisar pada angka 1%-10%
dengan rata-rata kontribusi sebesar 11.3% sehingga dapat dikatakan kontribusi ekonomi
perempuan terhadap pendapatan total rumah tangga masih tergolong kecil. Tingkat
kepuasan dalam aspek ekonomi ada yang sudah cukup baik dan ada yang masih merasa
23
belum puas. Tingkat kepuasan yang masih kurang terdapat pada keadaan keuangan
keluarga, keadaan pendapatan contoh, keadaan aset yang dimiliki oleh keluarga,
keadaan pakaian, kepemilikan lahan pertanian yang masih kurang dan hasil panen
sayuran, sedangkan tingkat kepuasan yang relatif sudah baik yaitu keadaan tempat
tinggal dan fasilitas pertanian yang dimiliki. Oleh karena itu, hal ini menunjukkan
bahwa kesejahteraan ekonomi contoh termasuk dalam kategori rendah yang berarti
keadaan ekonomi yang dimiliki oleh contoh masih kurang baik. Hasil penelitian
menyatakan bahwa lebih dari separuh contoh (60.0%) memiliki tingkat kesejahteraan
subjektif total yang termasuk dalam kategori sedang dengan rata-rata 54.8%, hal ini
berarti lebih dari separuh contoh merasa sudah cukup puas dalam hal kesejahteraan
psikologi. Variabel yang berhubungan dengan tingkat kesejahteraan objektif antara lain
usia contoh (+), usia suami contoh (+), pengeluaran total (+), kontribusi ekonomi
contoh (+), kontribusi ekonomi suami contoh (+), dan besar keluarga (-). Variabel yang
berhubungan dengan tingkat kesejahteraan subjektif antara lain pendapatan total
keluarga (+), kontribusi ekonomi contoh (+), kontribusi ekonomi suami contoh (+).
Sedangkan variabel peran gender tidak menunjukkan hubungan terhadap tingkat
kesejahteraan subjektif contoh.
Analisis Pustaka:
Penelitian ini sudah memberikan pemaparan yang baik karena telah
mencantumkan variabel yang akan diteliti, indikator, cara pengukuran serta bagian hasil
dan pembahasan sudah mampu menjawab rumusan masalah yang dimiliki serta
memberikan penjelasan mengenai hubungan antara peran gender, kontribusi ekonomi
dan keterkaitannya dengan kesejahteraan objektif dan subjektif keluarga. Namun yang
menjadi kekurangan ialah pada bagian hasil dan pembahasan, peneliti belum
mengungkapkan bagaimana hubungan antara variabel peran gender dengan tingkat
kesejahteraan ekonomi contoh karena yang dipaparkan hanya hubungan variabel peran
gender dengan tingkat kesejahteraan subjektif contoh.
Judul
: Pengaruh Ketimpangan Gender terhadap Strategi
Bertahan Hidup Rumah Tangga Buruh Tani Miskin
di Desa Cikarawang
Tahun
: 2013
Jenis Pustaka
: Skripsi
Bentuk Pustaka
: Cetak
Nama Penulis
: Muhammad Septiadi
Kota
dan
Nama : Bogor, Departemen Sains Komunikasi dan
Penerbit
Pengembangan Masyarakat, Fakultas Ekologi
Manusia, Institut Pertanian Bogor
Nama Jurnal
: Volume (edisi) Hal
: Alamat URL
: Tanggal Unduh
: Ringkasan:
Masalah kemiskinan di Indonesia merupakan persoalan yang hingga saat ini
menyita perhatian banyak pihak. Pertanian yang sedianya merupakan salah satu sektor
24
andalan perekonomian Indonesia ternyata tidak mampu mengatasi permasalahan
kemiskinan ini. Tantangan-tantangan yang dihadapi buruh tani mendorong mereka
untuk menerapkan perilaku strategis yang khusus dan dimaksudkan untuk menghadapi
krisis pada rumah tangga mereka.
Tujuan dari penelitian ini adalah (1) menganalisis pengaruh ketimpangan gender
terhadap tingkat kemiskinan pada rumah tangga buruh tani miskin di Desa Cikarawang;
(2) menganalisis pengaruh tingkat kemiskinan terhadap strategi bertahan hidup pada
rumah tangga buruh tani miskin di Desa Cikarawang; dan (3) menganalisis pengaruh
ketimpangan gender terhadap strategi bertahan hidup pada rumah tangga buruh tani
miskin di Desa Cikarawang.
Penelitian ini menggunakan metode penelitian kuantitatif yang didukung dengan
pendekatan kualitatif. Metode kuantitatif dilakukan dengan pendekatan survei.
Penelitian ini dilakukan di Desa Cikarawang, Kecamatan Dramaga, Kabupaten Bogor,
Provinsi Jawa Barat. Penentuan lokasi ditetapkan secara sengaja (purposive). Wilayah
ini dipilih karena merupakan salah satu desa yang memiliki area persawahan yang
cukup luas dan terdapat anggota rumah tangga yang bekerja sebagai buruh tani.
Pengmpulan data primer menggunakan kuisioner yang dikombinasikan dengan teknik
wawancara. Populasi sampling dari penelitian ini adalah seluruh masyarakat atau
penduduk di Desa Cikarawang yang minimal salah satu dari anggota rumah tangganya
baik laki-laki maupun perempuan bekerja sebagai buruh tani. Unit analisis ialah rumah
tangga dan individu. Pemilihan responden dilakukan dengan metode pengambilan
sampel acak sederhana (simple random sampling). Pemilihan sampel dilakukan dengan
memilih salah satu dari tujuh RW di Desa Cikarawang kemudian dari populasi sampling
(RW) dibuat kerangka sampling yang unsurnya adalah rumah tangga yang salah satu
anggotanya bekerja sebagai buruh tani. Jumlah kerangka sampling yang ada sebanyak
58 rumah tangga. Responden yang dipilih sebanyak 90 orang dengan proporsi 45 orang
laki-laki dan 45 orang perempuan.
Hasil dari penelitian ini menyatakan bahwa ketimpangan gender pada rumah
tangga buruh tani dapat diidentifikasi dari ketimpangan akses dan kontrol setiap anggota
rumah tangga terhadap berbagai sumberdaya nafkah (livelihood assets). Ketimpangan
gender juga berhubungan dan berpengaruh dengan tingkat kemiskinan rumah tangga
buruh tani, hal ini memperlihatkan bahwa pada rumah tangga buruh tani yang
mengalami ketimpangan gender terdapat kecenderungan rumah tangga buruh tani
tersebut lebih miskin daripada rumah tangga buruh tani yang tidak mengalami
ketimpangan gender. Sebagian besar rumah tangga buruh tani di Desa Cikarawang
mengalami ketimpangan gender sehingga mereka berada pada kelompok ekonomi
rumah tangga sangat miskin. Tingkat kemiskinan berhubungan dan berpengaruh dengan
strategi bertahan hidup rumah tangga buruh tani, hal ini memperlihatkan bahwa pada
rumah tangga buruh tani yang miskin terdapat kecenderungan untuk menerapkan
strategi bertahan hidup yang lebih banyak daripada rumah tangga buruh tani yang tidak
miskin. Sebagian besar rumah tangga buruh tani di Desa Cikarawang berada pada
kelompok ekonomi rumah tangga sangat miskin sehingga mereka menerapkan strategi
bertahan hidup dengan jumlah yang banyak. Ketimpangan gender berhubungan dan
berpengaruh dengan jumlah strategi bertahan hidup yang diterapkan rumah tangga
buruh tani, hal ini memperlihatkan bahwa pada rumah tangga buruh tani yang
mengalami ketimpangan gender terdapat kecenderungan untuk menerapkan strategi
bertahan hidup yang lebih banyak daripada rumah tangga buruh tani yang tidak
mengalami ketimpangan gender. Sebagian besar rumah tangga buruh tani di Desa
Cikarawang mengalami ketimpangan gender sehingga mereka menerapkan strategi
bertahan hidup dengan jumlah yang banyak.
25
Analisis Pustaka:
Peneliti tidak memberikan penjelasan mengenai alasan menggunakan istilah
berhubungan dan berpengaruh secara sekaligus. Penjelasan hanya berupa angka-angka
statistika yang menunjukkan hubungan dua variabel tetapi tidak menjelaskan apa
dampak dari penggunaan kedua istilah itu secara bersamaan padahal peneliti
menggunakan dua jenis uji statistika yakni rank spearman untuk menunjukkan
hubungan dan uji regresi linear untuk menunjukkan pengaruh. Selain itu, peneliti
mengatakan bahwa semakin miskin suatu rumah tangga maka kecenderungan untuk
menerapkan jumlah strategi bertahan hidup yang banyak akan semakin tinggi, namun
tidak mengikutsertakan kemungkinan akibat-akibat lain seperti apa saja jenis strategi
bertahan hidup yang akan diterapkan, jumlah anggota rumah tangga yang ikut
dilibatkan, dan bagaimana pembagian kerja yang terbentuk ketika rumah tangga
menerapkan strategi bertahan hidup yang beragam.
Judul
: Peran Gender dalam Pengambilan Keputusan dan
Kesejahteraan Subjektif pada Keluarga Usia
pensiun
Tahun
: 2014
Jenis Pustaka
: Skripsi
Bentuk Pustaka
: Cetak
Nama Penulis
: Sri Wahyuni Muhsin
Kota
dan
Nama : Bogor, Departemen Ilmu Keluarga dan Konsumen,
Penerbit
Fakultas Ekologi Manusia, Institut Pertanian Bogor
Nama Jurnal
: Volume (edisi) Hal
: Alamat URL
: Tanggal Unduh
: Ringkasan:
Indonesia mengalami kenaikan jumlah penduduk lanjut usia (lansia) yang
berusia 60 tahun ke atas karena usia harapan hidup yang semakin panjang yaitu bisa
mencapai usia 77 tahun. Selain perubahan fisik, masa pensiun memang salah satu
masalah yang dihadapi oleh lansia dimana masa pensiun merupakan akhir pola hidup
yang lama atau masa transisi ke pola hidup yang baru sehingga pensiun selalu
menyangkut perubahan peran, perubahan keinginan dan nilai, dan perubahan secara
keseluruhan terhadap pola hidup setiap individu.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk (1) mengidentifikasi karakteristik contoh
dan karakteristik keluarga PNS dan non-PNS; (2) menganalisis pembagian peran gender
dalam pengambilan keputusan dan kesejahteraan subjektif pada keluarga PNS dan nonPNS; serta (3) menganalisis hubungan karakteristik contoh, karakteristik keluarga,
peran gender dalam pengambilan keputusan dan kesejahteraan subjektif pada keluarga
PNS dan non-PNS.
Desain penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif cross sectional study
yaitu pengukuran variabel-variabel penelitian pada satu waktu bersamaan dengan objek
yang berbeda. Lokasi penelitian dilakukan di Kecamatan Bogor Utara, Kota Bogor
26
(perumahan Bantarjati dan Indraprasta) dan Kecamatan Ciomas, Kabupaten Bogor
(perumahan Ciomas Permai dan Taman Pagelaran). Pemilihan lokasi penelitian
dilakukan secara purposive dengan mempertimbangkan bahwa daerah tersebut terdapat
perumahan yang sudah lama ada sehingga diasumsikan akan terdapat penduduk usia
pensiun yang memiliki latar belakang usia dan riwayat pekerjaan sesuai dengan kriteria
penelitian. Populasi pada penelitian ini adalah keluarga yang telah memasuki usia
pensiun (≥56 tahun) dan tinggal di wilayah Kota dan Kabupaten Bogor yaitu di empat
perumahan yang telah ditentukan. Contoh pada penelitian ini adalah 160 orang suami
atau istri yang telah memasuki usia pensiun (≥56 tahun), memiliki riwayat pekerjaan
sebagai PNS dan non-PNS. Contoh terdiri atas 80 orang pensiunan PNS dan 80 orang
non-PNS. Teknik penarikan contoh dilakukan secara purposive sampling. Data primer
yang diperoleh dengan bantuan kuisioner meliputi karakteristik contoh (usia,
pendidikan, riwayat pekerjaan), karakteristik keluarga (jumlah tanggungan keluarga,
pendapatan, lama pernikahan), pembagian peran gender dalam pengambilan keputusan,
dan kesejahtaeraan subjektif keluarga. Instrumen untuk mengukur peran gender dalam
pengambilan keputusan terdiri dari empat dimensi yaitu aktivitas pengelolaan keuangan,
domestik, sosial, dan manajemen usaha. Sedangkan untuk mengukur kesejahteraan
subjektif terdapat empat dimensi pula yaitu ekonomi, fisik, psikologis, dan sosial.
Hasil dari penelitian ini menyatakan bahwa sebagian besar contoh PNS
(81.82%) maupun non-PNS (85.71%) berjenis kelamin laki-laki. Usia contoh
terkategori ke dalam dewasa akhor dengan total rata-rata usia contoh 60.91 tahun.
Berdasarkan lama pendidikan, rata-rata contoh PNS menempuh pendidikan selama
13.52 tahun sedangkan non-PNS menempuh pendidikan 12.74 tahun. Rata-rata lama
pernikahan contoh PNS adalah 33.96 tahun sedangkan non-PNS 32.75 tahun. Rata-rata
jumlah tanggungan keluarga contoh PNS sebanyak 2.92 orang sedangkan non-PNS
sebanyak 3.22 orang. Berdasarkan pendapatan keluarga contoh, PNS (Rp5 117 262.3)
rata-rata memperoleh pendapatan relatif lebih tinggi dibandingkan dengan non-PNS
(Rp4 663 235.9). Pada kegiatan pengelolaan keuangan keluarga terlihat bahwa keluarga
pensiunan PNS pengambilan keputusannya lebih banyak dilakukan secara bersamasama (83.1%) begitupun dengan keluarga non-PNS(76.6%). Pada kegiatan domestik,
keluarga pensiunan PNS pengambilan keputusannya lebih banyak dilakukan secara
bersama-sama (59.7%) begitu juga dengan keluarga non-PNS (58.4%). Persentase
pengambilan keputusan yang dilakukan istri pada aktivitas domestik juga masih tinggi
pada keluarga PNS dan non-PNS, suami juga ikut terlibat dalam kegiatan domestik
walaupun persentasenya lebih kecil. Pada kegiatan sosial, lebih banyak dilakukan secara
bersama-sama antara suami-istri baik pada keluarga contoh PNS (68.8%) dan keluarga
non-PNS (67.5%). Hasil penelitian juga menunjukkan bahwa variabel yang berpengaruh
terhadap pengambilan keputusan pengelolaan keuangan ialah lama pendidikan (+) dan
pendapatan keluarga (+). Variabel yang berpengaruh terhadap pengambilan keputusan
manajemen usaha ialah besar keluarga (+). Variabel yang berpengaruh terhadap
kesejahteraan subjektif ialah pendapatan (+) dan usia (-). Sedangkan variabel lama
pendidikan, lama pernikahan, dan jumlah tanggungan keluarga tidak terlalu
berpengaruh terhadap kesejahteraan subjektif keluarga.
Analisis Pustaka:
Penelitian ini sudah memaparkan semua aspek yang berkaitan dengan penelitian
dengan baik, mulai dari variabel, karakteristik contoh serta memberikan hasil dan
kesimpulan yang dapat menjawab rumusan masalah yang dimiliki.
27
Judul
: Tingkat Otonomi Perempuan Pekerja dan FaktorFaktor yang Mempengaruhinya (Kasus Desa
Sumberjaya, Kabupaten Bekasi, Propinsi Jawa
Barat)
Tahun
: 2014
Jenis Pustaka
: Jurnal
Bentuk Pustaka
: Elektronik
Nama Penulis
: Monalisa Tri Oktaviani
Kota
dan
Nama : Bogor,
Penerbit
Nama Jurnal
: Volume (edisi) Hal
: Alamat URL
: http://repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/1234567
89/68895/I14mto.pdf?sequence=1
Tanggal Unduh
: 29 Desember 2014 pukul 08.17 WIB
Ringkasan:
Industrialisasi sebagai akibat majunya ilmu pengetahuan yang berhubungan
langsung dengan berkembangnya inovasi, membuka peluang kepada perempuan untuk
ikut bekerja. Hal ini dapat membuat perempuan berperan serta secara ekonomi sehingga
menghasilkan pendapatan (uang) untuk dirinya sendiri maupun untuk membantu
perekonomian keluarganya.
Tujuan dari penelitian ini adalah (1) menganalisis pengaruh ideologi gender
perempuan terhadap beban kerja perempuan dalam rumahtangganya; (2) menganalisis
pengaruh ideologi gender perempuan terhadap kontribusi ekonomi perempuan dalam
rumahtangganya; (3) menganalisis pengaruh pendidikan perempuan terhadap kontribusi
ekonomi perempuan dalam rumahtangganya; (4) menganalisis pengaruh beban kerja
perempuan terhadap kontribusi ekonomi perempuan dalam rumahtangganya; dan (5)
menganalisis pengaruh kontribusi ekonomi perempuan terhadap otonomi perempuan
dalam rumahtangganya.
Penelitian ini dilakukan dengan pendekatan kuantitatif (angket dan interview)
yang didukung dengan pendekatan kuantitatif (metode studi kasus). Lokasi penelitian
dilakukan di Desa Sumber Jaya, Kabupaten Bekasi, Provinsi Jawa Barat. Pemilihan
lokasi dilakukan secara sengaja (purposive) berdasarkan pertimbangan bahwa di
wilayah tersebut terdapat perempuan menikah yang bekerja mencari nafkah. Populasi
sasaran dalam penelitian ini adalah seluruh perempuan menikah yang berjumlah 188
orang di perumahan Griya Asri 2 RW 40, Desa Sumber Jaya, Kabupaten Bekasi.
Kerangka sampling dalam penelitian ini adalah seluruh perempuan menikah yang
bekerja mencari nafkah berjumlah 89 orang. Pengambilan sampel/responden dalam
penelitian ini dilakukan secara acak sederhana yang diambil dari kerangka sampling
sebanyak 60 orang.
Hasil penelitian ini menyatakan bahwa sebagian besar responden sebanyak
83.3% menganut ideologi gender yang lemah dan hanya sebagian kecil atau 16.7% yang
menganut ideologi gender yang kuat. Ideologi gender dimaknai sebagai suatu pemikiran
yang dianut masyarakat bahwa perempuan mempunyai peran yang berbeda dengan lakilaki khususnya dalam hal kerja. Ideologi gender diukur oleh seberapa kuat wawasan
gender yang dipunyai perempuan dibanding dengan laki-laki. Ideologi gender dalam
penelitian ini dibagi menjadi dua kategori, yakni ideologi gender kuat yaitu apabila
28
terdapat pemikiran bahwa perempuan memiliki peran yang berbeda dengan laki-laki,
sedangkan ideologi gender lemah yaitu apabila terdapat pemikiran bahwa relatif tidak
ada perbedaan antara peran laki-laki dan perempuan. Ideologi gender dapat berpengaruh
pada beban kerja responden, semakin lemah ideologi gender yang dianut responden
maka beban kerja yang ditanggung responden menjadi semakin ringan. Hal ini
disebabkan karena semakin tidak kuatnya ideologi gender yang dianut responden, maka
responden menganggap kerja produktif bukan hanya tanggungjawab laki-laki,
melainkan tanggungjawab bersama antara perempuan dan laki-laki, maka beban kerja
yang ditanggung perempuan akan semakin ringan. Terdapat hubungan antara ideologi
gender yang dianut oleh pekerja perempuan dengan kontribusi ekonomi perempuan
yakni semakin tidak kuat ideologi gender yang dianut responden maka semakin tinggi
kontribusi ekonomi perempuan. Pendidikan memiliki hubungan dengan kontribusi
ekonomi karena pendidikan merupakan satu-satunya hal yang menjadi urgensi dalam
meningkatkan status perempuan, karena pendidikan akan mempermudah perempuan
dalam mencari pekerjaan sehingga mereka dapat mandiri dalam hal ekonomi. Semakin
banyak waktu kerja produksi dan reproduksi yang dilakukan responden perempuan
makin tinggi beban kerja yang ditanggungnya maka semakin sedikit kontribusi ekonomi
yang disumbangkan ke dalam rumah tangga. Hal ini disebabkan karena waktu kerja
produksi perempuan terambil banyak oleh waktu kerja reproduksinya dalam rumah
tangga. Dengan kata lain, kesempatan kerja produktif perempuan kecil karena
perempuan dituntut pula melakukan kerja reproduktif dalam rumah tangga. Terdapat
hubungan antara kontribusi ekonomi dengan otonomi yang dimiliki perempuan dalam
rumah tangga. Kontribusi ekonomi responden yang tinggi berakibat pada tingginya
otonomi perempuan tersebut dalam rumahtangganya. Otonomi diukur dengan
bagaimana kekuasaan perempuan dalam pengambilan keputusan dalam
rumahtangganya.
Analisis Pustaka:
Penelitian ini sudah memberikan penjelasan yang cukup baik mengenai variabel,
metode, dan sebagainya. Namun yang menjadi kekurangan dari penelitian ini adalah
peneliti memberikan penjelasan mengenai keterkaitan antar variabel hanya pada bagian
pembahasan sedangkan pada bagian hasil/kesimpulan peneliti justru mengemukakan
kesimpulan yang kurang menjawab rumusan masalah dan tujuan penelitian. Hal ini
menyulitkan pembaca jika hendak mengetahui bagaimana hasil dari penelitian
mengenai hubungan/pengaruh antar variabel yang diteliti. Hasil penelitian yang di
tuliskan dalam ringkasan merupakan penjelasan yang ada pada bagian pembahasan,
bukan pada bagian hasil/kesimpulan.
29
RANGKUMAN DAN PEMBAHASAN
Karakteristik Individu dan Karakteristik Keluarga
Karakteristik contoh dan keluarga adalah segala informasi yang berkaitan
dengan identitas diri contoh dan keluarganya, seperti usia, pekerjaan, lama pendidikan,
jumlah anggota keluarga, pendapatan, dan lama pernikahan (Muhsin 2014). Berbagai
penelitian yang telah diadakan sebelumnya menyatakan bahwa terdapat beragam
indikator berbeda dari masing-masing peneliti yang dapat dikategorikan sebagai
karakteristik individu dan karakteristik keluarga dari responden.
Tabel 1. Perbandingan Karakteristik Individu dan Keluarga berdasarkan Literatur pada Tahun 2000-2014
Indikator
1
Karakteristik Individu
Usia
Tingkat pendidikan
Status perkawinan
Status kerja
√
Pengalaman kerja
Jabatan dalam
pekerjaan
Karakteristik Keluarga
Besar keluarga
√
Jumlah tanggungan
√
Usia suami
Tingkat pendidikan
suami
Pekerjaan suami
Pendapatan rumah
√
tangga
Pengeluaran rumah
tangga
Kepemilikan asset
Agama
2
3
4
5
6
√
√
√
√
Penulis
7
8
9
10
11
12
13
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
Ket: 1.Yeni Adriyani (2000); 2.Elly Suhartini (2001); 3.Margaretha Tombokan (2001); 4.Rinaldi
Ekaputra (2007); 5. Tyas Retno Wulan, Dalhar Shodiq, Soetji Lestari dan Rili Windiasih (2010); 6.Tyas
Retno Wulan (2010); 7.Ika Meylasari (2010); 8.Latifatul Hayati (2011); 9.Putri Asih Sulistyo dan
Ekawati Sri Wahyuni (2012); 10.Novita Puspitasari (2012); 11.Muhammad Septiadi (2013); 12.Sri
Wahyuni Muhsin (2014); 13. Monalisa Tri Oktaviani (2014).
Karakteristik individu dan karakteristik keluarga menjadi penting untuk dikaji
karena masing-masing karakteristik baik individu maupun keluarga akan berpengaruh
terhadap berlangsungnya kegiatan dalam keluarga. Pengaruh antara karakteristik
30
individu dan keluarga dengan variabel-variabel lain yang terdapat dalam analisis rumah
tangga telah diungkapkan oleh beberapa hasil penelitian terdahulu.
Usia memiliki hubungan yang signifikan dengan kesejahteraan keluarga, hal ini
disebabkan oleh semakin tinggi usia responden dan suami responden maka semakin
tinggi pendapatan rumah tangga yang mereka miliki karena jumlah tanggungan dalam
keluarga umumnya sudah semakin berkurang (Wulan 2010; Meylasari 2010; Hayati
2011; Sulistyo dan Wahyuni 2012; Septiadi 2013; Muhsin 2014; Oktaviani 2014).
Semakin tinggi usia contoh dan suami contoh, maka semakin tinggi pula tingkat
kesejahteraan objektif keluarga contoh. Semakin tua usia seorang petani, maka
cenderung memiliki lahan kebun dan pekarangan yang lebih luas, sehingga pendapatan
keluarga yang dimiliki pun akan semakin besar. Semakin tua usia petani maka anggota
keluarga yang menjadi tanggungan pun akan semakin berkurang (Puspitasari 2012).
Lama pendidikan dan pendapatan keluarga berhubungan positif signifikan
dengan pengambilan keputusan pada peran pengelolaan keuangan, dimana semakin
lama menempuh pendidikan dan memiliki pendapatan yang tinggi maka pengambilan
keputusan dalam pengelolaan keuangan cenderung lebih dilakukan secara bersamasama agar keuangan di dalam keluarga dapat terkontrol dengan baik. Semakin lama
pendidikan yang ditempuh memberikan kesempatan untuk mendapatkan pekerjaan dan
pendapatan yang lebih tinggi sehingga dapat meningkatkan status ekonomi keluarga
(Wulan 2010; Meylasari 2010; Hayati 2011; Sulistyo dan Wahyuni 2012; Puspitasari
2012; Septiadi 2013; Muhsin 2014; Oktaviani 2014). Pendapat yang senada juga
diungkapkan oleh Tombokan (2001) yang menyatakan bahwa pendidikan akan
berpengaruh pada bekerja atau tidaknya ibu. Dengan kata lain variabel pendidikan akan
mempengaruhi kemampuan perempuan untuk lebih akses terhadap sumberdaya, dalam
hal ini sumberdaya keuangan.
Variabel status perkawinan hanya muncul pada penelitian Wulan (2010) yang
menyatakan bahwa buruh migran yang berstatus sudah menikah umumnya akan
mengirimkan remitan yang lebih besar daripada yang berstatus belum menikah karena
rasa tanggungjawab mereka terhadap keluarganya. Namun, di semua penelitian
terdahulu sebenarnya status perkawinan merupakan syarat utama pemilihan responden
karena ingin mengetahui kontribusi ekonomi perempuan terhadap pendapatan rumah
tangga. Jabatan perempuan dalam pekerjaannya berhubungan langsung dengan tingkat
pendapatan yang diperoleh oleh perempuan (Hayati 2011).
Jumlah anggota keluarga berhubungan positif dengan peran gender dalam
pengambilan keputusan manajemen usaha, dimana semakin banyak anggota keluarga
maka pembagian peran gender dalam keputusan aktivitas manajemen usaha
memungkinkan dilakukan secara bersama-sama. Jumlah anggota keluarga sangat
berkaitan dengan pengambilan keputusan dalam keluarga, dimana semakin banyak
anggota keluarga akan memudahkan keluarga dalam mengerjakan pekerjaan usaha yang
sedang dijalankan. Jumlah anggota keluarga juga berhubungan positif signifikan dengan
peran gender dalam pengambilan keputusan manajemen usaha, dimana semakin banyak
anggota keluarga maka pembagian peran gender dalam keputusan aktivitas manajemen
usaha memungkinkan dilakukan secara bersama-sama (Adriyani 2000; Tombokan
2001; Meylasari 2010; Hayati 2011; Sulistyo dan Wahyuni 2012; Muhsin 2014). Besar
keluarga memiliki hubungan yang negatif dengan kesejahteraan keluarga. Semakin
sedikit jumlah anggota keluarga maka beban keluarga dalam memenuhi kebutuhan
keluarga akan semakin berkurang sehingga tingkat kesejahteraan keluarga akan semakin
meningkat. Artinya semakin sedikit jumlah anggota keluarga maka kesejahteraan akan
semakin tinggi. Semakin banyak jumlah anggota keluarga maka pendapatan per kapita
31
yang diperoleh akan lebih sedikit dan konsumsi keluarga akan semakin tinggi sehingga
beban untuk kepala keluarga akan semakin berat (Puspitasari 2012).
Kontribusi Ekonomi Perempuan terhadap Pendapatan Total Rumah Tangga
Ideologi gender dapat berpengaruh pada beban kerja perempuan, semakin lemah
ideologi gender yang dianut rumah tangga maka beban kerja yang ditanggung oleh
perempuan menjadi semakin ringan (Oktaviani 2014). Rumah tangga yang mengalami
ketimpangan gender akan cenderung melakukan lebih banyak aktivitas produktif untuk
bertahan hidup. Strategi yang diterapkan antara lain ialah melakukan strategi alokasi
sumberdaya manusia dengan mengikutsertakan anggota rumah tangga untuk membantu
bekerja dan melakukan pekerjaan lain (Septiadi 2013). Berkurangnya beban kerja
perempuan mengakibatkan perempuan dapat berpenghasilan secara materi karena
terbukanya kesempatan bekerja (produktif) bagi perempuan. Dengan bekerjanya
perempuan, maka perempuan dapat memberikan kontribusi ekonomi dalam
rumahtangganya (Oktaviani 2014).
Pendapatan perempuan adalah hasil yang diperoleh responden dari kerja
produktif yang dilakukan oleh perempuan (Puspitasari 2012). Pendapatan ekonomi ini
umumnya akan digunakan untuk membantu perekonomian keluarga sehingga akan
dikombinasikan dengan pendapatan suami atau anggota rumah tangga lain baru
kemudian digunakan untuk memenuhi kebutuhan rumah tangga tersebut. Sumbangan
pendapatan yang diberikan oleh perempuan ini kemudian oleh banyak peneliti disebut
sebagai kontribusi ekonomi perempuan. Kontribusi ekonomi perempuan yaitu proporsi
pendapatan perempuan terhadap pendapatan rumah tangga. Kontribusi ini dihitung
dengan cara pendapatan perempuan dibagi dengan pendapatan rumah tangga kemudian
dikali seratus persen (Sulistyo dan Wahyuni 2012). Sedangkan pendapat lain
menyatakan bahwa kontribusi ekonomi perempuan adalah proporsi pendapatan
perempuan terhadap pendapatan total rumah tangga (Puspitasari 2012).
Akumulasi dari sumberdaya keuangan yang diperoleh oleh masing-masing
anggota keluarga disebut sebagai pendapatan rumah tangga. Pendapatan rumah tangga
diketahui dengan menjumlahkan pendapatan kepala keluarga per-bulan, pendapatan istri
per-bulan, hasil pemberian, hasil pinjaman, dan hasil usaha sampingan (Tombokan
2001). Dengan demikian pendapatan rumah tangga diartikan sebagai akumulasi
sumberdaya keuangan yang didapatkan dalam satuan per-bulan. Penelitian lain
menyatakan bahwa pendapatan rumah tangga adalah jumlah pendapatan yang
didapatkan oleh seluruh anggota keluarga, baik dari hasil usaha tani maupun dari
pendapatan lainnya (Puspitasari 2012).
Melakukan pengukuran terhadap pendapatan rumah tangga dengan
menggunakan definisi di atas akan mudah dilakukan jika rumah tangga responden
memiliki penghasilan yang tetap sehingga akan mudah melakukan penghitungan.
Namun jika rumah tangga responden tidak memiliki penghasilan yang tetap, maka akan
sulit untuk menentukan angka yang akurat dari pendapatan yang diperoleh rumah
tangga. oleh karena itu, untuk menghitung pendapatan pada rumah tangga yang tidak
memiliki pendapatan yang tetap dapat menggunakan perhitungan dari pengeluaran
rumah tangga. Pengeluaran rumah tangga adalah rata-rata biaya yang dikeluarkan
32
rumah tangga dalam kurun waktu selama enam bulan terakhir untuk pengeluaran
pangan maupun non-pangan. Semakin tinggi pengeluaran total keluarga petani, semakin
tinggi pula kesejahteraan objektif keluarga petani tersebut. Hal ini berarti keluarga
petani yang memiliki pendapatan total yang tinggi maka akan memiliki pengeluaran
total yang tinggi pula (Puspitasari 2012).
Pendapatan yang tinggi belum tentu dapat memberikan kontribusi ekonomi yang
tinggi terhadap pendapatan rumah tangga, namun ada kecenderungan semakin tinggi
pendapatan maka akan semakin besar pula kontribusinya terhadap pendapatan rumah
tangga. Meskipun demikian, kontribusi ekonomi yang diberikan wanita pada
pendapatan rumah tangga berkorelasi dengan pendapatan rumah tangga yakni
mempengaruhi peningkatan pendapatan rumah tangga (Adriyani 2000). Penghasilan
yang diperoleh perempuan nelayan akan menambah keuangan rumah tangga karena
tingkat pendapatan yang diperoleh suami belum mencukupi untuk pemenuhan
kebutuhan hidup sehari-hari. Dalam rumah tangga nelayan miskin, kontribusi ekonomi
perempuan yang bekerja mencari nafkah sangat berarti dalam membantu perekonomian
rumahtangganya (Adriyani 2000). Kontribusi pendapatan istri terhadap pendapatan
keluarga berkorelasi positif signifikan dengan kesejahteraan keluarga (Puspitasari
2012).
Pendapatan perempuan atau laki-laki dipengaruhi oleh frekuensi kerja nafkah
atau pekerjaan mencari nafkah. Seberapa sering laki-laki atau perempuan mencari
nafkah menentukan seberapa besar pendapatan yang diperolehnya. Meskipun demikian,
pada strata rumah tangga nelayan miskin, seberapa banyak dan sering perempuan
bekerja mencari nafkah, pendapatan yang dihasilkan masih tergolong kecil. Hal ini
terjadi karena kegiatan nafkah yang dilakukan oleh perempuan pada strata miskin ini
masih dalam skala kecil karena keterbatasan modal yang dimiliki sehingga meskipun
frekuensinya sering namun tetap saja pendapatan yang diperolehnya masih rendah
secara nominal (Adriyani 2000). Tinggi atau rendahnya kontribusi ekonomi perempuan
ditentukan oleh jumlah anggota rumah tangga yang bekerja mencari nafkah dan
memperoleh pendapatan berupa uang (Puspitasari 2012).
Analisis Gender
Gender adalah perbedaan peranan sosial antara laki-laki dan perempuan,
pembagian kegiatan domestik, publik yang didalamnya termasuk manajemen keuangan
usaha tani (Puspitasari 2012). Perbedaan peran gender antara laki-laki dan perempuan
dalam masyarakat yang mengarah pada praktik ketimpangan gender dapat diidentifikasi
dengan melihat keterlibatan peran antara laki-laki dan perempuan dalam aktivitas, serta
akses dan kontrol dalam rumah tangga (Septiadi 2013). Ketimpangan gender adalah
perbedaan peran dan posisi antara laki-laki dan perempuan yang dapat diukur dari akses
dan kontrol mereka dalam rumah tangga (Septiadi 2013).
Analisis gender tidak hanya melihat peran dan aktivitas, akan tetapi mencakup
hubungan dalam hal “siapa mengerjakan apa, siapa yang membuat keputusan, siapa
yang membuat keuntungan dan siapa yang menggunakan sumberdaya”. Gender
framework analysis technic atau yang lebih dikenal dengan analisis Harvard merupakan
33
salah satu teknik analisis gender dengan melihat profil gender suatu kelompok sosial
melalui interrelasi antara tiga komponen yaitu profil aktivitas, profil akses dan kontrol.
Pembagian Kerja dalam Rumah Tangga
Pembagian kerja dalam rumah tangga ialah kebijakan di dalam masing-masing
keluarga responden terhadap tindakan pembagian tugas dalam rumah tangga
(Puspitasari 2012). Pembagian kerja menjadi penting untuk dikaji karena melalui
pembagian kerja dalam rumah tangga dapat terlihat bagaimana relasi yang terbentuk
antara suami dan istri dalam melaksanakan kegiatan rumahtangganya. Pembagian kerja
antara laki-laki dan perempuan dalam rumah tangga mencakup kegiatan dalam bidang
produktif, reproduktif, dan sosial kemasyarakatan yang dialokasikan di antara anggota
keluarga (Meylasari 2010). Peran domestik adalah peran yang dilakukan oleh
seseorang, laki-laki atau perempuan untuk kegiatan yang berkaitan dengan
pemeliharaan sumberdaya manusia dan pekerjaan rumah tangga. Sedangkan peran
sosial adalah peran yang dilakukan oleh seseorang, laki-laki atau perempuan untuk
berpartisipasi dalam kegiatan masyarakat (Muhsin 2014). Pembagian kerja umumnya
menyangkut kegiatan dalam bidang produktif, reproduktif, dan sosial kemasyarakatan.
Pembagian kerja dalam rumah tangga menempatkan perempuan pada posisi
dwiperan (Sulistyo dan Wahyuni 2012). Selain perempuan berperan dalam kegiatan
rumah tangga, perempuan pun berperan dalam kegiatan mencari nafkah terutama bagi
rumah tangga nelayan miskin yang menuntut perempuan untuk membantu mencari
nafkah. Hal ini disebabkan karena jika musim “paila” atau sepi, suami mereka jarang
melaut dan banyak yang menganggur karena hasil tangkapan yang diperolehnya sedikit
(Adriyani 2000). Ideologi gender dapat berpengaruh pada beban kerja responden,
semakin lemah ideologi gender yang dianut responden maka beban kerja yang
ditanggung responden menjadi semakin ringan. Hal ini disebabkan karena semakin
tidak kuatnya ideologi gender yang dianut responden, maka responden menganggap
kerja produktif bukan hanya tanggungjawab laki-laki, melainkan tanggungjawab
bersama antara perempuan dan laki-laki, maka beban kerja yang ditanggung perempuan
akan semakin ringan. Berkurangnya beban kerja perempuan mengakibatkan perempuan
dapat berpenghasilan secara materi karena terbukanya kesempatan bekerja (produktif)
bagi perempuan. Dengan bekerjanya perempuan, maka perempuan dapat memberikan
kontribusi ekonomi dalam rumahtangganya (Oktaviani 2014). Dengan demikian,
pembagian kerja dalam rumah tangga tergantung pada bagaimana anggota rumah
tangga memaknai tugas dan kewajiban mereka masing-masing dalam keluarga.
Selain itu pengalaman bekerja di luar negeri misalnya, membuat perempuan
memiliki wawasan tentang hubungan suami istri yang cenderung lebih setara sehingga
mendorong mereka untuk menuntut adanya perubahan relasi antara suami dan istri
menjadi lebih saling menghormati dan bekerjasama dalam mengerjakan berbagai
kegiatan rumah tangga baik produktif, reproduktif, maupun sosial kemasyarakatan
(Wulan et al. 2010).
34
Posisi dalam Rumah Tangga
Akses adalah keterlibatan responden dalam mengakses berbagai sumberdaya
produktif yang dapat diukur dari kepemilikan dan penggunaanberbagai sumberdaya
produktif dalam rumah tangga. Sedangkan kontrol adalah kemampuan responden untuk
mengambil keputusan terkait kendali terhadap sumberdaya dan manfaat dapat diukur
dari penentuan alokasi terhadap berbagai sumberdaya produktif dalam rumah tangga.
Hasil penelitian Septiadi (2013) menyatakan bahwa ketimpangan gender pada rumah
tangga buruh tani dapat diidentifikasi dari ketimpangan akses dan kontrol setiap anggota
rumah tangga terhadap berbagai sumberdaya nafkah (livelihood assets).
Posisi perempuan dalam rumah tangga diartikan menjadi hak bicara, hak suara,
dan hak berpartisipasi dalam pengambilan keputusan dalam rumah tangga. Posisi dapat
menggambarkan garis subordinasi peran dan tanggungjawab antara laki-laki dan
perempuan (Sulistyo dan Wahyuni 2012). Pengambilan keputusan antara laki-laki dan
perempuan tidak hanya terjadi dalam lingkungan formal, tetapi juga dalam rumah
tangga. Dominasi antara laki-laki dan perempuan akan menggambarkan peta kekuasaan,
peran, dan tanggungjawab dalam rumah tangga tersebut, semua itu dapat menunjukkan
posisi seseorang dalam rumahtangganya (Sulistyo dan Wahyuni 2012). Oleh karena itu
pengambilan keputusan dalam rumah tangga menjadi penting untuk dikaji karena dapat
memperlihatkan posisi tiap individu dalam rumah tangga.
Tabel 2. Perbandingan Posisi dalam Rumah Tangga berdasarkan Literatur pada Tahun 2000-2014
Posisi dalam Rumah
Tangga
Pembagian kerja
Akses dan kontrol
Pengambilan keputusan
Kontribusi ekonomi
Pengalaman
Kepemilikan asset
Partisipasi dalam organisasi
1
2
3
√
√
√
√
√
√
√
4
5
6
√
√
√
Penulis
7 8 9 10
√
√ √
√ √
√
√ √
√ √ √
11
12
√
13
√
√
√
√
Ket: 1.Yeni Adriyani (2000); 2.Elly Suhartini (2001); 3.Margaretha Tombokan (2001); 4.Rinaldi
Ekaputra (2007); 5. Tyas Retno Wulan, Dalhar Shodiq, Soetji Lestari dan Rili Windiasih (2010); 6.Tyas
Retno Wulan (2010); 7.Ika Meylasari (2010); 8.Latifatul Hayati (2011); 9.Putri Asih Sulistyo dan
Ekawati Sri Wahyuni (2012); 10.Novita Puspitasari (2012); 11.Muhammad Septiadi (2013); 12.Sri
Wahyuni Muhsin (2014); 13. Monalisa Tri Oktaviani (2014).
Pengambilan keputusan umumnya akan didominasi oleh pihak yang dianggap
lebih memiliki wewenang atau kekuasaan dalam rumah tangga. Otonomi perempuan
dalam distribusi kekuasaan (pengambilan keputusan) khususnya dalam bidang produktif
semakin meningkat. Hal ini menunjukkan bahwa BMP semakin berkembang dan
dihargai dalam rumah tangga dan posisi BMP semakin setara dengan laki-laki dalam
rumah tangga (Sulistyo dan Wahyuni 2012).
Kekuasaan dinyatakan sebagai kemampuan untuk mengambil keputusan yang
mempengaruhi kehidupan keluarga itu bisa tersebar dengan sama nilainya atau tidak
sama nilainya, khususnya antara suami dan istri, sedangkan pembagian kerja menunjuk
pada pola peranan yang ada dalam keluarga dimana khususnya suami dan istri
35
melakukan pekerjaan-pekerjaan tertentu. Kombinasi dari kekuasaan dan pembagian
kerja adalah hal yang paling mendasar dalam keluarga (Tombokan 2001).
Tabel 3. Perbandingan Pengambilan Keputusan dalam Rumah Tangga berdasarkan Literatur pada Tahun
2000-2014
Pengambilan Keputusan
1
Kegiatan Reproduktif
Makanan
√
Perbaikan rumah
√
Pembelian pakaian
√
Pembelian perabot rumah
√
tangga
Pengelolaan keuangan
√
Transportasi
√
Kesehatan
√
Pendidikan
√
Reproduksi
Kegiatan Produktif
Nafkah
√
Kegiatan sosial Kemasyarakatan
Arisan
Kerja Bakti
Rapat Desa
Pengajian
Menghadiri
Hajatan/Kematian
2
3
√
√
√
4
5
6
Penulis
7 8 9
√
10
11
12
13
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
Ket: 1.Yeni Adriyani (2000); 2.Elly Suhartini (2001); 3.Margaretha Tombokan (2001); 4.Rinaldi
Ekaputra (2007); 5. Tyas Retno Wulan, Dalhar Shodiq, Soetji Lestari dan Rili Windiasih (2010); 6.Tyas
Retno Wulan (2010); 7.Ika Meylasari (2010); 8.Latifatul Hayati (2011); 9.Putri Asih Sulistyo dan
Ekawati Sri Wahyuni (2012); 10.Novita Puspitasari (2012); 11.Muhammad Septiadi (2013); 12.Sri
Wahyuni Muhsin (2014); 13. Monalisa Tri Oktaviani (2014).
Faktor yang berpengaruh terhadap pengambilan keputusan dalam rumah tangga
yakni umur istri, besar keluarga, lama pendidikan suami, lama pendidikan istri,
pendapatan keluarga perkapita, partisipasi istri dalam organisasi, pendidikan informal
istri, kepemilikan istri dalam keluarga, persepdi suami terhadap peran tradisional istri,
keterlibatan ayah dalam pengasuhan anak, suku, dan status kerja ibu. Pola pengambilan
keputusan dalam keluarga juga dipengaruhi oleh status sosial ekonomi yang antara lain
meliputi aspek pendidikan, pendapatan, kepemilikan dalam keluarga, dan partisipasi
dalam organisasi. Pola pengambilan keputusan dalam keluarga dipengaruhi oleh status
sosial ekonomi yang antara lain meliputi aspek pendidikan, pendapatan, kepemilikan
dalam keluarga, dan partisipasi dalam organisasi. Pola pengambilan keputusan dilihat
pada bidang makanan, pendidikan, kesehatan, perumahan, perabot rumah tangga,
pakaian, rekreasi, reproduksi, keuangan, dan pendidikan moral anak (Tombokan 2001).
Kegiatan pengaturan penyediaan makanan keluarga masih dominan dilakukan oleh istri
karena suami masih menganut sistem patriarki yang mengatur bahwa peran pencari
nafkah utama dilakukan oleh suami sedangkan peran pengatur penyediaan pangan
dilakukan oleh istri (Muhsin 2014). Hampir semua kegiatan reproduktif seperti
menyiapkan makanan, pembelian pakaian, pembelian perabot rumah tangga masih
36
didominasi oleh istri karena keluarga masih menganggap bahwa kegiatan domestik
merupakan tanggungjawab istri sedangkan untuk perbaikan rumah dan kesehatan masih
didominasi oleh suami (Adriyani 2000; Tombokan 2001; Meylasari 2010; Puspitasari
2012). Kegiatan produktif mencari nafkah masih didominasi oleh laki-laki karena
menganggap bahwa sudah menjadi kewajiban dari kepala keluarga untuk memenuhi
kebutuhan rumah tangga (Adriyani 2000; Tombokan 2001; Meylasari 2010; Puspitasari
2012).
Sedangkan menurut Meylasari (2010) pengambilan keputusan dipengaruhi oleh
kontribusi ekonomi dan sumberdaya pribadi yang dimiliki individu dalam rumah
tangga. Sumberdaya pribadi yang dimaksud terdiri atas pendidikan, rumah, tanah,
lahan, pengalaman kerja, dan sebagainya. Lama pendidikan dan pendapatan keluarga
berhubungan positif signifikan dengan pengambilan keputusan pada peran pengelolaan
keuangan, dimana semakin lama menempuh pendidikan dan memiliki pendapatan yang
tinggi maka pengambilan keputusan dalam pengelolaan keuangan cenderung lebih
dilakukan secara bersama-sama agar keuangan di dalam keluarga dapat terkontrol
dengan baik (Muhsin 2014). Sedangkan peran gender dalam pengambilan keputusan
adalah pembagian peran antara suami istri baik yang terdiri dari pembagian peran dalam
aktivitas pengelolaan keuangan, domestik, sosial dan manajemen usaha (Muhsin 2014).
Pada kegiatan pengelolaan keuangan keluarga terlihat bahwa pengambilan
keputusannya lebih banyak dilakukan secara bersama-sama (Adriyani 2000; Tombokan
2001; Puspitasari 2012). Jika dilihat dari data untuk kategori pengambilan keputusan
yang dilakukan suami dominan terlihat bahwa persentase pada keluarga non-PNS dua
kali lebih besar dibandingkan dengan keluarga pensiunan PNS, hal ini dikarenakan pada
keluarga non-PNS masih ada yang melakukan aktivitas mencari nafkah untuk
memenuhi kebutuhan keluarga (Muhsin 2014).
37
SIMPULAN
Hasil Rangkuman dan Pembahasan
Ideologi gender yang dianut dalam rumah tangga di Indonesia umumnya
memposisikan perempuan sebagai pengelola kegiatan domestik rumah tangga
sedangkan laki-laki sebagai pengelola kegiatan produktif yakni pencari nafkah bagi
keluarga. Sebagai individu, perempuan memiliki berbagai potensi yang dapat digunakan
untuk mengembangkan dirinya serta keluarganya. Sumberdaya pribadi yang dimiliki
oleh perempuan meliputi usia, tingkat pendidikan, tingkat pendapatan, jenis pekerjaan,
lama bekerja. Sedangkan sumberdaya keluarga meliputi usia suami, tingkat pendidikan
suami, jenis pekerjaan suami, tingkat pendapatan suami, besar keluarga, jumlah anak,
usia anak terkecil, pendapatan total rumah tangga, dan kepemilikan aset.
Pendapatan perempuan yang tinggi belum tentu dapat memberikan kontribusi
ekonomi yang tinggi terhadap pendapatan rumah tangga, namun ada kecenderungan
semakin tinggi pendapatan yang diperoleh perempuan maka akan semakin besar pula
kontribusinya terhadap pendapatan rumah tangga. Meskipun demikian, kontribusi
ekonomi yang diberikan perempuan pada pendapatan rumah tangga berkorelasi dengan
pendapatan rumah tangga yakni berpengaruh terhadap peningkatan pendapatan rumah
tangga.
Menurut beberapa definisi yang ada, pembagian kerja dikelompokkan ke dalam
tiga kategori kegiatan yakni kegiatan produktif, kegiatan reproduktif, dan kegiatan
sosial kemasyarakatan. Pembagian kerja reproduktif meliputi mengurus rumah,
mengurus anak, memasak, mencuci dan kegiatan lain yang umumnya bersifat rutin
harian dan tidak mendatangkan keuntungan secara ekonomi; kegiatan produktif meliputi
bekerja atau mencari nafkah bagi keluarga; dan kegiatan sosial kemasyarakatan meliputi
kegiatan-kegiatan yang mengharuskan individu anggota rumah tangga untuk
bersosialisasi dengan orang di luar rumah tangganya misalnya gotong royong,
mengikuti acara adat, menghadiri pernikahan, dan sebagainya. Berdasarkan pembagian
tersebut, perempuan umumnya diidentikkan dengan kegiatan-kegiatan reproduktif
rumah tangga. Namun, seiring dengan perkembangan jaman dan semakin beragamnya
kebutuhan yang dirasakan oleh rumah tangga, sedikit demi sedikit perempuan mulai
memasuki pasar tenaga kerja dan mulai mengambil alih tanggung jawab kegiatan
produktif sebagai pencari nafkah.
Selain dari pembagian kerja, ketimpangan gender pada rumah tangga buruh tani
juga dapat diidentifikasi dari ketimpangan akses dan kontrol setiap anggota rumah
tangga terhadap berbagai sumberdaya nafkah (livelihood assets). Dalam hal ini akses
dimaknai sebagai keterlibatan responden dalam mengakses berbagai sumberdaya
produktif yang dapat diukur dari kepemilikan dan penggunaanberbagai sumberdaya
produktif dalam rumah tangga. Sedangkan kontrol adalah kemampuan responden untuk
mengambil keputusan terkait kendali terhadap sumberdaya dan manfaat dapat diukur
dari penentuan alokasi terhadap berbagai sumberdaya produktif dalam rumah tangga.
Pengambilan keputusan antara laki-laki dan perempuan tidak hanya terjadi
dalam lingkungan formal, tetapi juga dalam rumah tangga. Dominasi antara laki-laki
dan perempuan akan menggambarkan peta kekuasaan, peran, dan tanggungjawab dalam
rumah tangga tersebut, semua itu dapat menunjukkan posisi seseorang dalam
rumahtangganya. Pengambilan keputusan dipengaruhi oleh kontribusi ekonomi dan
sumberdaya pribadi yang dimiliki individu dalam rumah tangga. Pengambilan
38
keputusan dilihat dari siapa yang membuat keputusan pada bidang makanan,
pendidikan, kesehatan, perumahan, perabot rumah tangga, pakaian, rekreasi, reproduksi,
keuangan, dan pendidikan moral anak.
39
Perumusan Masalah dan Pertanyaan Penelitian Skripsi
Ketika kepala keluarga dinilai tidak lagi mampu menjalani perannya sebagai
pencari nafkah tunggal bagi keluarga, maka strategi bertahan hidup yang dinilai paling
efektif ialah ikut meyertakan perempuan (istri) sebagai pencari nafkah. Kegiatan
produktif yang dilakukan oleh perempuan umumnya merupakan sebuah bentuk
keterpaksaan untuk ikut mengambil tanggungjawab dalam pemenuhan kebutuhan
keluarga dengan membantu suami bekerja mencari nafkah. Kenyataan bahwa mayoritas
perempuan memiliki tingkat pendidikan dan tingkat mobilitas yang lebih rendah
dibandingkan dengan laki-laki membuat perempuan hanya mampu berpartisipasi dalam
pekerjaan-pekerjaan yang relatif tidak mengikat dan memberikan upah yang rendah.
Faktor-faktor yang mempengaruhi kemampuan perempuan untuk akses terhadap
pekerjaan dapat berasal dari individu perempuan itu sendiri ataupun disebabkan oleh
lingkungan terdekatnya misalnya keluarga. Peran kerja perempuan berhubungan
langsung dengan kontribusi ekonomi perempuan dalam rumah tangga. Dengan kata
lain, seberapa-pun kecilnya pendapatan yang diperoleh oleh perempuan akan
berpengaruh terhadap peningkatan pendapatan rumah tangga. Maka apabila pendapatan
ekonomi perempuan ikut berkontribusi terhadap peningkatan pendapatan rumah tangga,
maka sudah selayaknya posisi perempuan menjadi penting dan dipertimbangkan dalam
pola-pola relasi yang terjalin antara laki-laki dan perempuan dalam rumah tangga.
Berdasarkan uraian di atas, maka rumusan masalah yang akan diangkat dalam
penelitian skripsi adalah:
1. Apa saja karakteristik individu dan karakteristik keluarga pekerja perempuan?
2. Bagaimana kontribusi ekonomi perempuan terhadap rumah tangga?
3. Bagaimana kontribusi ekonomi perempuan dalam rumah tangga berpengaruh
terhadap pembagian kerja?
4. Bagaimana kontribusi ekonomi perempuan dalam rumah tangga berpengaruh
terhadap akses dan kontrol atas sumberdaya dalam rumah tangga?
40
Usulan Kerangka Analisis Baru
Gambar 1. Usulan Kerangka Analisis Baru
Ket:
: Mempengaruhi
Kerangka analisis yang dibuat merupakan gabungan kerangka analisis semua
pustaka yang dikaji. Kerangka ini menunjukkan adanya keterkaitan antar variabel yang
dijelaskan oleh para penulis dalam pustakanya. Berdasarkan kerangka analisis dikatahui
bahwa perempuan sebagai seorang individu memiliki beragam karakteristik yang
kemudian disebut sebagai sumberdaya pribadi. Karakteristik individu tersebut antara
lain usia, tingkat pendidikan, tingkat pendapatan, jenis pekerjaan, posisi, lama bekerja
dan sebagainya. Selain itu, perempuan sebagai anggota dalam rumah tangga juga
berkaitan erat dengan beberapa karakteristik khas yang dimiliki oleh rumah tangga,
antara lain usia suami, tingkat pendidikan suami, jenis pekerjaan suami, tingkat
pendapatan suami, besar keluarga, usia anak terkecil, pendapatan total rumah tangga,
dan kepimilikan aset. Dari penelitian terdahulu diketahui bahwa kontribusi ekonomi
yang diberikan oleh perempuan memiliki pengaruh yang positif terhadap peningkatan
pendapatan ekonomi rumah tangga. Selain itu, diketahui pula bahwa kontribusi
ekonomi individu berpengaruh terhadap kegiatan-kegiatan yang berjalan dalam rumah
tangga. Kegiatan tersebut antara lain ialah pembagian kerja produktif, reproduktif, dan
sosial kemasyarakatan dalam rumah tangga; kemampuan individu anggota rumah
tangga untuk akses dan/atau kontrol terhadap sumberdaya; serta pola pengambilan
keputusan yang terjadi dalam rumah tangga.
Ini membuktikan bahwa kontribusi ekonomi perempuan dalam rumah tangga
berkaitan dengan posisi perempuan dalam rumah tangga yang diukur melalui
pembagian kerja antara laki-laki dan perempuan, kemampuan akses dan kontrol atas
sumberdaya, serta pola pengambilan keputusan. Terbukti dalam kerangka analisis yang
memperlihatkan bahwa ada hubungan yang erat diantara variabel-variabel tersebut.
41
DAFTAR PUSTAKA
Adriyani Y. 2000. Pengaruh Kontribusi Ekonomi Wanita Bekerja terhadap Pola
Pengambilan Keputusan dan Tingkat Kesejahteraan dalam Rumah Tangga
Nelayan (Kasus Dusun Petoran, Desa Gebang Mekar, Kecamatan Babakan,
Kabupaten Cirebon, Jawa Barat) [Internet]. [diunduh 29 Desember 2014]. Dapat
diunduh
dari:
http://repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/23408/A00YAD.pdf?seq
uence=2
Anzwar, Welhendri. 2001. Matrilokal dan Status Perempuan dalam Tradisi Bajapuik.
Yogyakarta (ID): Galang Pr.
Anzwar. 2005. Implikasi Perubahan Struktur Pemilikan Tanah dalam Relasi Sosial
Komunitas Lokal di Wilayah Pinggiran Kota Padang, Studi Kasus di Kecamatan
koto Tangah [disertasi]. Bandung (ID): Program Pascasarjana, Universitas
Padjajaran, Bandung.
Astuti TMP. 2005. Redefinisi Eksistensi Perempuan Migran: Kasus Migran Kembali di
Godong, Grobogan Jawa Tengah. [disertasi]. Yogyakarta (ID): Jurusan
Antropologi Universitas Gadjah Mada Yogyakarta.
Budiman A. 2010. Pembagian Kerja Secara Seksual: Sebuah Pemahaman Sosiologis
tentang Peran Wanita dalam Masyarakat. Jakarta (ID): Gramedia Pr.
Daulay H. 2001. Pergeseran Pola Relasi Gender di Keluarga Migran: Studi Kasus
TKIW di Kecamatan Rawamerta, Kabupaten Karawang, Jawa Barat.
Yogyakarta (ID): Galang Pr.
Ekaputra R, Handini D. 2007. Kajian Jender terhadap Kontribusi Perantau Perempuan
Suku Minangkabau bagi Keluarga di Kampung Asal (Srudi Kasus Tenaga Kerja
Perempuan Kepala Rumah Tangga Asal Sumatera Barat) [Internet]. [diunduh 10
Desember
2014].
Dapat
diunduh
dari:
http://repository.unand.ac.id/3975/1/Rinaldi_eka_putra.pdf.
Fahmi SH. 2008. Analisis Nilai Ekonomi Pekerjaan Ibu Rumah Tangga dan Peran
Gender serta Pengaruhnya terhadap Kesejahteraan Keluarga Petani [skripsi].
Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.
Hasibuan M. 1992. Manajemen Dasar: Pengertian dan Masalah. Jakarta (ID): CV Haji
Masagung.
Hasyim. 1999. Menakar Harga Perempuan: Eksploitasi Lanjut atas Hak-Hak
Reproduksi Perempuan dalam Islam. Syafiq, editor. Bandung (ID): Mizan.
Hayati L. 2011. Kontribusi Ekonomi, Peran Ganda Perempuan dan Kesejahteraan
Keluarga Buruh Pabrik (Kasus di Kecamatan Dramaga-Kabupaten Bogor)
[skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.
Hugo G. 1995. International Labor Migration and the Family: Some Observations from
Indonesia. Asian and Pacific Migration Journal. Vol.4 (1995): hal 2-3.
42
Hugo G. 1997. Migration and Female Empowerment. Working Paper. Lund (SE).
Ihromi TO. 1990.Para Ibu yang berperan Tunggal dan yang Berperan Ganda [laporan
penelitian]. Depok (ID): Kelompok Studi Wanita FISIP UI Fakultas Ekonomi
Universitas Indonesia.
Ihromi TO. 2008. Bunga Rampai Sosiologi keluarga. Jakarta (ID): Yayasan Obor.
Mansyur F. 1996. Analisis Gender dan Transformasi Sosial. Yogyakarta (ID): Pustaka
Pelajar.
Meylasari I. 2010. Pengaruh Kontribusi Ekonomi dan Sumberdaya Pribadi Perempuan
terhadap pengambilan Keputusan dalam Rumah Tangga (Dusun Jatisari, Desa
Sawahan, Kecamatan Ponjong, Kabupaten Gunungkidul, Propinsi Daerah
Istimewa Yogyakarta) [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.
Mosse JC. 2002. Gender dan Pembangunan. Diterjemahkan oleh Hartian Silawati.
Yogyakarta (ID): Pustaka Pelajar.
Muhsin SW. 2014. Peran Gender dalam Pengambilan Keputusan dan Kesejahteraan
Subjektif pada Keluarga Usia pensiun [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian
Bogor.
Nieva V. 1985. Work and Family Linkages. Larwood L, AH Stromberg & BA Gutek,
editor. California (US): Sage Publication.
Oktaviani MT. 2014. Tingkat Otonomi Perempuan Pekerja dan Faktor-Faktor yang
Mempengaruhinya (Kasus Desa Sumberjaya, Kabupaten Bekasi, Propinsi Jawa
Barat) [Internet]. [diunduh 29 Desember 2014]. Dapat diunduh dari:
http://repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/68895/I14mto.pdf?seque
nce=1
Puspitasari N. 2012. Peran Gender, Kontribusi Ekonomi Perempuan dan Kesejahteraan
Keluarga Petani Hortikultura (Kasus di Dusun Padajaya, Desa Sindangjaya,
Kecamatan Cipanas, Kabupaten Cianjur). Sodality [Internet]. [diunduh 10
Desember
2014].
Dapat
diunduh
dari:
http://download.portalgaruda.org/article.php?article=155143&val=239&title=PE
RANpersen20GENDER,persen20KONTRIBUSIpersen20EKONOMIpersen20P
EREMPUAN,persen20DANpersen20KESEJAHTERAANpersen20KELUARG
Apersen20PETANIpersen20HORTIKULTURA
Rahman A. 2003. Negotiating Power: A Case Study of Indonesian Foreign Domestic
Workers in Singapore [disertasi]. Perth (AU): Curtin University of Technology,
Department of Social Sciences, Perth Western Australia.
Rosalina Y. 2004. Otonomi Perempuan dalam Keluarga (Kasus Desa Bojong Rangkas,
Kecamatan Ciampea, Kabupaten Bogor, Propinsi Jawa Barat) [skripsi]. Bogor
(ID): Institut Pertanian Bogor.
Sajogyo, EL Hastuti, W Wigna, S Surkati, B White, K Suryanti. 1983. Peranan Wanita
dalam Perkembangan Masyarakat Desa. Jakarta (ID): CV Rajawali.
Saptari R, Brigitte H. 1997. Perempuan Kerja dan Perubahan Sosial: Sebuah
Pengantar Studi Perempuan. Jakarta (ID): Pustaka Utama Grafiti.
43
Septiadi M. 2013. Pengaruh Ketimpangan Gender terhadap Strategi Bertahan Hidup
Rumah Tangga Buruh Tani Miskin di Desa Cikarawang [skripsi]. Bogor (ID):
Institut Pertanian Bogor.
Setiadi. 2001. Permasalahan Reintegrasi Sosial Budaya dan Ekonomi Migran Kembali:
Kasus Kecamatan Taman. Jurnal Populasi Vol. 12 (1) PPK UGM.
Suhartini E. 2001. Peran Wanita Nelayan di dalam Keluarga, Rumah Tangga dan
Masyarakat di Madura – Jawa Timur. Inspirat [Internet]. [diunduh 10 Desember
2014]. Dapat diunduh dari: http://jurnalinspirat.com/Download/JI5_9.pdf.
Sulistyo PA, Wahyuni ES. 2012. Dampak Remitan Ekonomi terhadap Posisi Sosial
Buruh Migran Perempuan dalam Rumah Tangga. Sodality: Jurnal Sosiologi
Pedesaan. Vol 06 (03): 252-258 [Internet]. [diunduh 25 September 2014]. Dapat
diunduh dari: http://journal.ipb.ac.id/index.php/sodality/article/view/8020.
Suratiyah K, dkk. 2008. Wanita, Kerja dan Rumah Tangga, Pengaruh pembangunan
Pertanian terhadap Peranan Wanita Pedesaan di DI Yogyakarta [laporan
penelitian]. Yogyakarta (ID): PPK Universitas Gadjah Mada.
Syakti FF. 1997. Pengaruh Kontribusi Ekonomi terhadap Keterlibatan Wanita pada
Pengambilan Keputusan dalam Keluarga (Kasus Desa Cijujung, Kecamatan
Sukaraja, Kabupaten Bogor) [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.
Tombokan M. 2001. Pola Pengambilan Keputusan dalam Keluarga, Status Kerja Ibu
serta Kaitannya dengan Konsep Peran Gender pada Suku Jawa dan Suku
Minahasa [thesis]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.
Whitehead A. 2003. Failing Women, Sustaining Poverty, Report for the UK Gender and
Development Network. London (GB). UK Gender and Development Network
Pr.
Wulan TR, Shodiq D, Lestari S, dan Windiasih R. 2010. Buruh Migran Perempuan
Melawan Negara dan Pasar dengan Remitansi Sosial. Jurnal Analisis Sosial
(Migrasi Internasional: Realita dan Perubahan Kesejahteraan). Vol 15 (02): 106132 [Internet]. [diunduh 2 Oktober 2014]. Dapat diunduh dari:
http://www.akatiga.org/index.php/acara/item/390-volume-15-no-2
Wulan TR. 2010. Pengetahuan dan Kekuasaan: Penguatan Remiten Sosial sebagai
Strategi Pemberdayaan Buruh Migran Perempuan [disertasi]. Bogor (ID):
Institut Pertanian Bogor.
Yayasan Srikandi. 1991. Kisah Kehidupan Wanita untuk Mempertahankan Kelestarian
Ekonomi Rumah Tangga. TO Ihromi, Suryochondro, Soeyatni, editor. Jakarta
(ID): Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia.
44
RIWAYAT HIDUP
Ade Mirza Roslinawati dilahirkan di Menggala pada 24 Agustus 1993. Penulis
merupakan anak tunggal dari pasangan suami istri Rusli Effendi dan Mardiati. Penulis
memulai pendidikan formalnya di Taman Kanak-kanak Al-Muslimun Way Jepara pada
tahun 1998-2000, kemudian melanjutkan di Sekolah Dasar Negeri 1 Way Jepara pada
tahun 2000-2006, Sekolah Menengah Pertama Negeri 1 Way Jepara pada tahun 20062009, Sekolah Menengah Atas Negeri 1 Way Jepara pada tahun 2009-2011. Pada tahun
2011, penulis melanjutkan studinya di Institut Pertanian Bogor melalui jalur Undangan
Seleksi Masuk IPB (USMI) di Fakultas Ekologi Manusia, Departemen Sains
Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat (SKPM) dan penulis juga mengambil
minor Departemen Agronomi dan Hortikultura (AGH) dari Fakultas Pertanian.
Selama penulis menimba ilmu di Institut Pertanian Bogor, penulis aktif di
berbagai organisasi dan kepanitiaan. Penulis sempat menjadi anggota Club Ilmiah
Asrama (CIA) dan Korean Dormitory Club (KDC) pada Tingkat Persiapan Bersama
(TPB). Menginjak ranah fakultas, penulis menjadi pengurus Badan Eksekutif
Mahasiswa Fakultas Ekologi Manusia selama dua periode, periode pertama penulis
menjabat sebagai Bendahara Departemen Kajian Strategis dan Advokasi Kesejahteraan
Mahasiswa (KASKEMAH) pada tahun 2012-2013, dan periode kedua penulis menjabat
sebagai Bendahara Departemen Kajian Strategis (KASTRAT) pada tahun 2013-2014.
Selain itu, penulis juga aktif sebagai Sekretaris Umum Majalah Komunitas Fakultas
Ekologi Manusia selama dua periode. Penulis juga aktif mengikuti kepanitiaan di
beberapa acara yang diselenggarakan oleh IPB, diantaranya Divisi Acara Try Out
Beastudi Etos IPB pada tahun 2012, Divisi Acara Festival Anak Soleh (FAS VI) yang
diadakan oleh Beastudi Etos IPB pada tahun 2012, Penanggungjawab Stand pada
Dormitory Fair pada tahun 2012, Divisi Acara Gebyar Indonesia Berkarya yang
diselenggarakan oleh Badan Eksekutif Keluarga Mahasiswa IPB (BEM KM IPB) pada
tahun 2012, dan Divisi Acara Gebyar Nusantara (GENUS) yang diselenggarakan oleh
Badan Eksekutif Keluarga Mahasiswa IPB (BEM KM IPB) pada tahun 2013.
Download