Laporan Studi Pustaka (KPM 403) PENGARUH PENDAPATAN PEREMPUAN BEKERJA TERHADAP POSISINYA DALAM RUMAH TANGGA Oleh ADE MIRZA ROSLINAWATI I34110056 Dosen Pembimbing Ir. Melani Abdulkadir-sunito, MSc. DEPARTEMEN SAINS KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2015 ii PERNYATAAN Dengan ini saya menyatakan bahwa Studi Pustaka yang berjudul “Pengaruh Pendapatan Perempuan Bekerja terhadap Posisinya dalam Rumah Tangga” benarbenar hasil karya saya sendiri yang belum pernah diajukan sebagai karya ilmiah pada perguruan tinggi atau lembaga manapun dan tidak mengandung bahan-bahan yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh pihak lain kecuali sebagai bahan rujukan yang dinyatakan dalam naskah. Demikian pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya dan saya bersedia mempertanggungjawabkan pernyataan ini. Bogor, Januari 2015 Ade Mirza Roslinawati NIM. I34110056 iii ABSTRAK ADE MIRZA ROSLINAWATI. Pengaruh Pendapatan Perempuan Bekerja terhadap Posisinya dalam Rumah Tangga. Di bawah bimbingan MELANI ABDULKADIRSUNITO. Pembagian kerja dalam rumah tangga di Indonesia umumnya menempatkan perempuan sebagai pengelola rumah tangga, sedangkan laki-laki sebagai pencari nafkah. Namun seiring dengan perkembangan jaman dan semakin beragamnya kebutuhan yang dirasakan oleh rumah tangga, perempuan sedikit demi sedikit mulai ikut mengambil alih tanggung jawab dalam kegiatan produktif. Peran kerja yang diambil oleh perempuan secara langsung berhubungan dengan kontribusi perempuan dalam ekonomi rumah tangga. Selain itu upaya perempuan untuk meningkatkan ekonomi rumah tangga juga dilakukan sebagai sebuah upaya untuk mendapatkan nilai egalitarianismenya baik dalam keluarga maupun dalam masyarakat karena terdapat hubungan antara pengambilan keputusan dalam keluarga dengan pendapatan anggota keluarga di bidang finansial, dengan kata lain otoritas yang tinggi dalam rumah tangga umumnya dipegang oleh individu yang memiliki persentase penyumbang pendapatan ekonomi rumah tangga yang besar. Kata Kunci: Perempuan Bekerja, Pendapatan Rumah Tangga, Posisi Perempuan dalam Rumah Tangga ABSTRACT ADE MIRZA ROSLINAWATI. Effect of Women Working Income against Her Position in Household. Supervised by MELANI ABDULKADIR-SUNITO. Division of labor within households in Indonesia are generally put women as managers of the household, while men as breadwinners. But along with the times and the increasingly diverse needs perceived by households, women gradually come to take over responsibility in productive activities. Job roles taken by women is directly related to the contribution of women in the household economy. Besides the efforts of women to increase domestic economy is also done as an attempt to get the value of egalitarianism both in the family and in society because there is a relationship between decisionmaking in families with incomes of family members in the financial field, in other words, a high authority in the household generally held by individuals who have a percentage of revenue contributed large household economy. Key words: Women's Work, Household Income, Position of Women in the Household iv PENGARUH PENDAPATAN PEREMPUAN BEKERJA TERHADAP POSISINYA DALAM RUMAH TANGGA Oleh ADE MIRZA ROSLINAWATI I34110056 Laporan Studi Pustaka sebagai syarat kelulusan KPM 403 pada Mayor Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat Departemen Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat Fakultas Ekologi Manusia Institut Pertanian Bogor DEPARTEMEN SAINS KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2015 v LEMBAR PENGESAHAN Dengan ini saya menyatakan bahwa Laporan Studi Pustaka yang disusun oleh: Nama Mahasiswa : Ade Mirza Roslinawati Nomor Pokok : I34110056 Judul : Pengaruh Pendapatan Perempuan Bekerja terhadap Posisinya dalam Rumah Tangga dapat diterima sebagai syarat kelulusan mata kuliah Studi Pustaka (KPM 403) pada Mayor Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat, Departemen Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat, Fakultas Ekologi Manusia, Institut Pertanian Bogor. Menyetujui, Dosen Pembimbing Ir. Melani Abdulkadir-sunito, MSc. NIP. 19630805 198903 2 003 Mengetahui Ketua Departemen Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat Fakultas Ekologi Manusia, Institut Pertanian Bogor Dr. Ir. Siti Amanah, MSc. NIP: 19670903 199212 2 001 Tanggal Pengesahan: _______________ vi PRAKATA Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga laporan Studi Pustaka yang berjudul “Pengaruh Pendapatan Perempuan Bekerja terhadap Posisinya dalam Rumah Tangga” dapat terselesaikan dengan baik. Laporan Studi Pustaka ini ditujukan untuk memenuhi syarat kelulusan MK Studi Pustaka (KPM 403) pada Departemen Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat, Fakultas Ekologi Manusia, Institut Pertanian Bogor. Penulis menyadari bahwa Studi Pustaka ini dapat terselesaikan dengan baik karena dukungan dan bantuan dari berbagai pihak. Pada kesempatan ini, penulis mengucapkan terima kasih kepada Ir. Melani Abdulkadir-sunito, MSc., selaku dosen pembimbing yang senantiasa memberikan saran, kritik, dan motivasi selama proses penulisan Studi Pustaka ini. Orang tua tercinta, Ayahanda Rusli Efendi, dan Ibunda Mardiati yang dengan segenap jiwa dan raganya selalu memberikan semangat, doa, dukungan, dan kasih sayang kepada penulis. Sahabat-sahabatku atas persahabatan luar biasa yang kalian berikan. Sahabat seperjuanganku Dyah Utari, Fatimah Azzahra, Gita Riyana, Nidya Cahyana Wulan, dan Sri Anindya Destira Damayanti, atas bantuan dan motivasinya selama ini. Keluarga Besar Mahasiswa Departemen Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat (SKPM) angkatan 48, BEM FEMA 2013/2014, khususnya Departemen KASTRAT, dan tim Majalah Komunitas FEMA yang dengan segala kemurahan hatinya selalu bisa menerima penulis apa adanya menjadi bagian dari mereka. Semua pihak yang telah memberikan dorongan, doa, semangat, bantuan, dan kerjasamanya selama ini. Penulis berharap studi pustaka ini dapat bermanfaat bagi semua pihak. Penulis menyadari bahwa dalam karya ini masih terdapat banyak kesalahan, untuk itu saran dan kritik yang membangun sangat penulis harapkan. Bogor, Januari 2015 Ade Mirza Roslinawati NIM. I34110056 vii DAFTAR ISI PRAKATA .............................................................................................................. vi DAFTAR ISI ........................................................................................................... vii DAFTAR TABEL ...................................................................................................viii DAFTAR GAMBAR ..............................................................................................viii PENDAHULUAN ................................................................................................... 1 Latar Belakang ............................................................................................ 1 Rumusan Masalah ....................................................................................... 2 Tujuan Penulisan ......................................................................................... 3 Metode Penulisan ........................................................................................ 4 RINGKASAN PUSTAKA ..................................................................................... 5 1. Pengaruh Kontribusi Ekonomi Wanita Bekerja terhadap Pola Pengambilan Keputusan dan Tingkat Kesejahteraan dalam Rumah Tangga Nelayan (Kasus: Dusun Petoran, Desa Gebang Mekar, Kecamatan Babakan, Kabupaten Cirebon, Jawa Barat) (Adriyani 2000) ....................................................................... 5 2. Peran Wanita Nelayan di dalam Keluarga, Rumah Tangga dan Masyarakat di Madura-Jawa Timur (Suhartini 2001) ........................................................ 7 3. Pola Pengambilan Keputusan dalam Keluarga, Status Kerja Ibu serta Kaitannya dengan Konsep Peran Gender pada Suku Jawa dan Suku Minahasa (Tombokan 2001) ........................................................................................................... 8 4. Kajian Jender terhadap Kontribusi Perantau Perempuan Suku Minangkabau bagi Keluarga di Kampung Asal (Srudi Kasus Tenaga Kerja Perempuan Kepala Rumah Tangga Asal Sumatera Barat) (Ekaputra dan Hanandini 2007) ..... 11 5. Buruh Migran Perempuan Melawan Negara dan Pasar dengan Remitansi Sosial (Wulan et.al 2010) ...................................................................................... 13 6. Pengetahuan & Kekuasaan: Penguatan Remiten Sosial sebagai Strategi Pemberdayaan Buruh Migran Perempuan (Wulan 2010) ............................ 14 7. Pengaruh Kontribusi Ekonomi dan Sumberdaya Pribadi Perempuan terhadap pengambilan Keputusan dalam Rumah Tangga (Dusun Jatisari, Desa Sawahan, Kecamatan Ponjong, Kabupaten Gunungkidul, Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta) (Meylasari 2010) .................................................................... 15 8. Kontribusi Ekonomi, Peran Ganda perempuan dan Kesejahteraan Rumah Tangga Buruh Pabrik (Kasus di Kecamatan Dramaga, Kabupaten Bogor) (Hayati 2011) ............................................................................................... 17 9. Dampak Remitan Ekonomi terhadap Posisi Sosial Perempuan dalam Rumah Tangga (Sulistyo dan Wahyuni 2012) ........................................................ 20 10. Peran Gender, Kontribusi Ekonomi Perempuan dan Kesejahteraan Petani Hortikultura (Kasus di Dusun Padajaya, Desa Sindangjaya, Kecamatan Cipanas, Kabupaten Cianjur) (Puspitasari 2012)........................................................ 21 viii 11. Pengaruh Ketimpangan Gender terhadap Strategi Bertahan Hidup Rumah Tangga Buruh Tani Miskin di Desa Cikarawang (Septiadi 2013) .............. 23 12. Peran Gender dalam Pengambilan Keputusan dan Kesejahteraan Subjektif pada Keluarga Usia Pensiun (Muhsin 2014) ....................................................... 25 13. Tingkat Otonomi Perempuan Pekerja dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya (Kasus Desa Sumber Jaya, Kabupaten Bekasi, Propinsi Jawa Barat) (Oktaviani 2014) ........................................................................................................... 27 RANGKUMAN DAN PEMBAHASAN ................................................................ 29 SIMPULAN ............................................................................................................ 37 Hasil Rangkuman dan Pembahasan ............................................................ 37 Pertanyaan Penelitian .................................................................................. 39 Kerangka Analisis ....................................................................................... 40 DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................. 41 RIWAYAT HIDUP ................................................................................................ 44 DAFTAR TABEL Tabel 1. Perbandingan Karakteristik Individu dan Keluarga berdasarkan Literatur pada Tahun 2000-2014 ....................................................................................... 29 Tabel 2. Perbandingan Posisi dalam Rumah Tangga berdasarkan Literatur pada Tahun 2000-2014 ................................................................................................... 34 Tabel 3. Perbandingan Pengambilan Keputusan dalam Rumah Tangga berdasarkan Literatur pada Tahun 2000-2014 ................................................................. 35 DAFTAR GAMBAR Gambar 1. Usulan Kerangka Analisis Baru ............................................................ 40 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Fenomena lebih besarnya proporsi penduduk perempuan yang miskin dibandingkan penduduk laki-laki bukanlah sesuatu yang sama sekali baru. Kenaikan persentase kemiskinan selalu berkorelasi positif dengan kenaikan persentase perempuan miskin. Dalam kondisi demikian, perempuan justru mampu tampil sebagai figur penyelamat bagi kelangsungan perekonomian keluarga. Berbagai hasil kajian terdahulu menunjukkan bahwa perempuan mengalokasikan sebagian atau bahkan seluruh penghasila yang diperolehnya untuk memenuhi kebutuhan gizi bagi anggota keluarganya (Cahyono 2005). Tjaja (2000) menyatakan bahwa selain sebagai upaya yang bersifat ekonomis, upaya perempuan untuk meningkatkan ekonomi rumah tangga juga dilakukan sebagai sebuah upaya untuk mendapatkan nilai egalitarianismenya baik dalam keluarga maupun dalam masyarakat. Dalam suatu budaya masyarakat berkembang konsep peran gender. Menurut Megawangi dkk (1994), konsep peran gender yang ada dalam sebuah keluarga umumnya berbeda satu dengan lainnya dan dapat dikategorikan menjadi tiga, yakni (1) peran gender tradisional yang menganggap istri hanya diperbolehkan untuk mengambil peran dalam keluarga tanpa dibantu oleh suami; (2) semi egaliter yang menganggap suami dan istri sama-sama memiliki peran dan tanggungjawab dalam keluarga dan kegiatan kemasyarakatan tetapi yang lebih berperan adalah istri; dan (3) egaliter yang mengedepankan kesetaraan peran dan tanggungjawab antara laki-laki dan perempuan baik dalam keluarga maupun kegiatan kemasyarakatan. Ketidaksetaraan yang paling awal terjadi tercermin dalam pola pembagian kerja yang terjalin dalam rumah tangga. Perspektif Marxist menggambarkan terjadinya sebuah pola hubungan yang tidak seimbang (asimetris) dalam pembagian kerja yang berdasarkan gender dan siklus kehidupan keluarga (Ellis 2000 dalam Wulan 2010). Dalam kajian livelihood strategies kontribusi perempuan dalam sektor ekonomi merupakan sebuah bentuk keterpaksaan yang diakibatkan oleh ketidakmampuan kepala keluarga dalam melaksanakan perannya sebagai pencari nafkah bagi keluarga. Ketika kepala keluarga tidak lagi mampu menjalani perannya sebagai pencari nafkah bagi keluarga, maka strategi bertahan hidup yang dinilai paling efektif ialah ikut meyertakan istri sebagai pencari nafkah (Ellis 2000 dalam Wulan 2010). Lebih jauh, Ellis juga menjelaskan bahwa tampak sekali telah terjadi ketimpangan gender dalam praktik strategi nafkah yang diterapkan di pedesaan. Perempuan umumnya tidak memiliki hak dan akses yang sama dengan laki-laki terhadap lahan, sumber-sumber produksi serta tidak memiliki bargaining position dalam proses pengambilan keputusan yang berkaitan dengan sektor produktif. Penempatan perempuan sebagai pencari nafkah tambahan tidak serta merta dapat memperbaiki posisi perempuan dalam keluarga atau masyarakat. Otoritas yang terdapat dalam keluarga umumnya berhubungan erat dengan siapa individu yang mendapatkan uang lebih banyak (Maynard 1985 dalam Daulay 2001). Demikian pula hasil studi Ahern dan Knowles (1997) yang dikutip oleh Daulay (2001) menyatakan bahwa manakala pendapatan istri meningkat sebanding dengan pendapatan suami, maka ada kecenderungan pengaruh istri juga meningkat. Ahern dan Knowles (1997) juga mengemukakan bahwa pendapatan ekonomi merupakan indikator terbaik 2 untuk melakukan kajian terhadap pola relasi dalam rumah tangga. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa pengaruh (kuasa) istri sebagian besar terletak pada kontribusi relatif perempuan terhadap pendapatan rumah tangga. Peran kerja perempuan berhubungan langsung dengan kontribusi ekonomi perempuan dalam rumah tangga. Pahl (1991) dalam Tombokan (2001) menyatakan bahwa jika istri bekerja, maka ia cenderung akan lebih dominan dalam pengambilan keputusan. Perempuan yang berpendapatan tinggi mempunyai peran yang lebih dominan dalam pengambilan keputusan rumah tangga. Pendapat Deacon dan Firebaugh (1998) dalam Tombokan (2001) menambahkan bahwa pada keluarga yang baik suami maupun istri sama-sama bekerja, secara ekonomi istri tidak selalu bergantung pada suami sehingga ia akan memperoleh kesempatan yang lebih besar dalam pengambilan keputusan. Dengan demikian, dapat diketahui bagaimana peran dan posisi perempuan dalam relasi hubungan antara suami dan istri terkait dengan hak pemanfaatan sumberdaya dan keikutsertaan istri dalam pengambilan keputusan dalam rumah tangga. Pengambilan keputusan oleh perempuan menjadi penting karena menurut hasil penelitian yang dilakukan oleh Andriyani (2000) menyatakan bahwa kesejahteraan rumah tangga dipengaruhi oleh pengambilan keputusan oleh perempuan, baik pada strata sosial atas maupun pada strata sosial bawah. Kesejahteraan yang dimaksud ialah karakteristik kesejahteraan seperti yang tertera dalam kriteria Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) maupun kriteria Sajogyo. Menurut Daulay (2001) relasi gender yang seimbang dalam rumah tangga pada dasarnya ialah apabila perempuan turut memegang tanggungjawab rumah tangga secara bersama, yaitu tanggungjawab dalam bidang reproduktif, tanggungjawab dalam bidang produktif, dan tanggungjawab dalam bidang pengelolaan komunitas. Merujuk pada deskripsi di atas, pekerjaan yang dilakukan oleh perempuan anggota rumah tangga akan berkaitan dengan jumlah dan jenis kontribusi yang diterima oleh perempuan selama bekerja di luar rumah. Kontribusi ekonomi tersebut tentunya memiliki persentase tersendiri yang turut berpengaruh terhadap pendapatan total rumah tangga. Fenomena kemunculan perempuan sebagai pihak yang ikut mengambil alih tugas produktif rumah tangga dengan memberikan kontribusi ekonomi terhadap pendapatan total rumah tangga memungkinkan perempuan untuk mengubah posisinya dalam pola relasi suami-istri menjadi menarik dan relevan untuk dikaji. Rumusan Masalah Ketika kepala keluarga dinilai tidak lagi mampu menjalani perannya sebagai pencari nafkah tunggal bagi keluarga, maka strategi bertahan hidup yang dinilai paling efektif ialah ikut meyertakan perempuan (istri) sebagai pencari nafkah. Kegiatan produktif yang dilakukan oleh perempuan umumnya merupakan sebuah bentuk keterpaksaan untuk ikut mengambil tanggungjawab dalam pemenuhan kebutuhan keluarga dengan membantu suami bekerja mencari nafkah. Kenyataan bahwa mayoritas perempuan memiliki tingkat pendidikan dan tingkat mobilitas yang lebih rendah dibandingkan dengan laki-laki membuat perempuan hanya mampu berpartisipasi dalam pekerjaan-pekerjaan yang relatif tidak mengikat dan memberikan upah yang rendah. Faktor-faktor yang mempengaruhi kemampuan perempuan untuk akses terhadap pekerjaan dapat berasal dari individu perempuan itu sendiri ataupun disebabkan oleh 3 lingkungan terdekatnya misalnya keluarga. Peran kerja perempuan berhubungan langsung dengan kontribusi ekonomi perempuan dalam rumah tangga. Dengan kata lain, seberapa-pun kecilnya pendapatan yang diperoleh oleh perempuan akan berpengaruh terhadap peningkatan pendapatan rumah tangga. Posisi perempuan dalam rumah tangga dapat dilihat dari pola relasi yang terjalin antara suami dan istri dalam rumah tangga. Menurut Daulay (2001) relasi gender yang seimbang dalam rumah tangga pada dasarnya ialah apabila perempuan turut memegang tanggungjawab rumah tangga secara bersama, yaitu tanggungjawab dalam bidang reproduktif, tanggungjawab dalam bidang produktif, dan tanggungjawab dalam bidang pengelolaan komunitas. Relasi yang terbentuk dapat dilihat dari bagaimana akses dan kontrol suami dan istri terhadap sumberdaya; pola pengambilan keputusan; serta pembagian kerja produktif, reproduktif, dan sosial kemasyarakatan. Apabila kontribusi ekonomi perempuan meningkatkan pendapatan rumah tangga, maka posisi perempuan menjadi penting dalam pola relasi suami-istri dalam rumah tangga. Berdasarkan uraian di atas, maka hal-hal yang akan dipelajari dalam studi pustaka ini adalah: 1. Apa saja karakteristik individu dan karakteristik keluarga pekerja perempuan? 2. Bagaimana kontribusi pendapatan ekonomi perempuan terhadap rumah tangga? 3. Bagaimana kontribusi ekonomi perempuan dalam rumah tangga berpengaruh terhadap pembagian kerja? 4. Bagaimana kontribusi ekonomi perempuan dalam rumah tangga berpengaruh terhadap akses dan kontrol atas sumberdaya dalam rumah tangga? Tujuan Penulisan Tujuan dari penulisan Studi Pustaka berjudul “Pengaruh Pendapatan Perempuan Bekerja terhadap Posisinya dalam Rumah Tangga” ini adalah untuk: 1. Mengidentifikasi karakteristik individu dan karakteristik keluarga pekerja perempuan. 2. Menganalisis persentase kontribusi pendapatan ekonomi perempuan terhadap pendapatan total rumah tangga. 3. Menganalisis pengaruh kontribusi ekonomi perempuan dalam rumah tangga terhadap tingkat pembagian kerja dalam rumah tangga. 4. Menganalisis pengaruh kontribusi ekonomi perempuan dalam rumah tangga terhadap tingkat akses dan kontrol dalam rumah tangga. 4 Metode Penulisan Metode penulisan Studi Pustaka ini adalah dengan menggunakan studi literatur yaitu dengan mengumpulkan berbagai data sekunder terkait dengan tenaga kerja perempuan dan berbagai permasalahannya. Data yang digunakan dalam penulisan Studi Pustaka ini diperoleh dari berbagai sumber rujukan seperti buku, jurnal, laporan penelitian, skripsi, thesis, serta disertasi yang dinilai memiliki kesesuaian dengan topik yang akan diangkat. Pengajian pustaka dilakukan melalui proses membaca, meringkas, serta mengkritisi setiap judul pustaka yang dinilai memiliki relevansi dengan topik kajian untuk kemudian dianalisis menggunakan teori-teori yang relevan kemudian disusun menjadi sebuah tulisan ilmiah yang utuh. 5 RINGKASAN PUSTAKA Judul : Pengaruh Kontribusi Ekonomi Wanita Bekerja terhadap Pola Pengambilan Keputusan dan Tingkat Kesejahteraan dalam Rumah Tangga Nelayan (Kasus Dusun Petoran, Desa Gebang Mekar, Kecamatan Babakan, Kabupaten Cirebon, Jawa Barat) Tahun : 2000 Jenis Pustaka : Jurnal Bentuk Pustaka : Elektronik Nama Penulis : Yeni Adriyani Kota dan Nama : Bogor, Jurusan Ilmu-ilmu Sosial Ekonomi Penerbit Pertanian Institut Pertanian Bogor Nama Jurnal : Volume (edisi) Hal : Alamat URL : http://repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/1234567 89/23408/A00YAD.pdf?sequence=2 Tanggal Unduh : 29 Desember 2014 pukul 20.48 WIB Ringkasan: Krisis ekonomi menyebabkan jumlah keluarga pra-sejahtera di Kabupaten Cirebon meningkat tajam dari 127 000 KK menjadi 219 000 KK. Hal ini menyebabkan terjadinya perubahan tren pada masyarakat terutama pada masyarakat nelayan tradisional di Kabupaten Cirebon yang membuat perempuan ikut melakukan kerja produktif dengan bekerja untuk membantu rumahtangganya agar tetap dapat survive. Tujuan dari penelitian ini adalah (1) menganalisis pola kerja anggota rumah tangga nelayan meliputi pria dan wanita dewasa dalam memberikan kontribusi ekonomi pada rumahtangganya; (2) menganalisis sejauh mana wanita berperan terhadap pendapatan rumah tangga dan dalam usaha meningkatkan kesejahteraan rumahtangganya; (3) menganalisis pola pengambilan keputusan mengenai kegiatan di dalam maupun di luar rumahtangganya; dan (4) menganalisis hubungan kontribusi ekonomi wanita dan kedudukan wanita dalam pengambilan keputusan di dalam maupun di luar rumah tangga terhadap tingkat kesejahteraan rumah tangga. Penelitian ini dilakukan di Dusun Petoran, Desa Gebang Mekar, Kecamatan Babakan, Kabupaten Cirebon, Propinsi Jawa barat. Pemilihan desa dilakukan secara sengaja (purposive) dengan mempertimbangkan bahwa lokasi tersebut memenuhi kriteria sebagai daerah pantai, mata pencaharian penduduknya sebagian besar adalah sebagai nelayan dan kegiatan produktif wanitanya sangat nyata. Metode penelitian yang digunakan adalah survei. Sampel dalam penelitian ini adalah rumah tangga nelayan kaya dan miskin dipilih secara acak unproportional. Kerangka sampel dalam penelitian ini adalah rumah tangga nelayan dimana terdapat pasangan suami dan istri lengkap dengan usia istri berada pada usia produktif yakni 15-55 tahun. Pemilihan sampel dilakukan secara acak unproportional sebanyak 60 rumah tangga nelayan yang terdiri dari 30 rumah tangga nelayan kaya, dan 30 rumah tangga nelayan miskin. 6 Hasil penelitian menyatakan bahwa kegiatan rumah tangga pada kedua strata lebih sering dilakukan oleh wanita daripada pria yakni 60.5% pada strata rumah tangga kaya dan 56.0% pada strata rumah tangga miskin. Kegiatan rumah tangga tidak pernah dikerjakan oleh pria pada kedua strata terutama untuk jenis kegiatan memasak dan belanja. Kegiatan mencari nafkah lebih sering dilakukan oleh pria yaitu 54.8% pada strata kaya dan 67.1% pada strata miskin. Hal ini karena pria dianggap sebagai kepala keluarga yang bertanggungjawab untuk mencari nafkah dan banyak anak laki-laki yang telah dewasa dan putus sekolah ikut mencari nafkah bagi rumahtangganya. Kegiatan sosial yang ada yakni pengajian, arisan, PKK, dan sebagainya umumnya hanya istri-istri aparat desa saja yang mempunyai akses terhadap kegiatan tersebut. Pada kelompok pria dan wanita kedua strata, pendapatan yang diperoleh pria dan wanita dipengaruhi oleh frekuensi kegiatan nafkah mereka. Pendapatan pria/wanita yang tinggi belum tentu dapat memberikan kontribusi ekonomi yang tinggi terhadap pendapatan rumah tangga, namun ada kecenderungan semakin tinggi pendapatan pria/wanita maka akan semakin besar pula kontribusinya terhadap pendapatan rumah tangga. Meskipun demikian, kontribusi ekonomi yang diberikan wanita pada pendapatan rumah tangga berkorelasi dengan pendapatan rumah tangga yakni mempengaruhi peningkatan pendapatan rumah tangga. Pengambilan keputusan adalah siapa yang lebih dominan (suami atau istri) dalam mempengaruhi tindakan seseorang untuk melakukan atau tidak melakukan suatu kegiatan. Pengambilan keputusan dalam kegiatan rumah tangga didominasi oleh perempuan. Pengambilan keputusan pada kegiatan nafkah sudah mulai adanya keterlibatan wanita untuk berkeputusan pada kegiatan nafkah meskipun secara absolut masih rendah yang semula pengambilan keputusan kegiatan nafkah ini didominasi oleh pria. Pengambilan keputusan pada kegiatan sosial untuk kedua strata tergolong tinggi karena memang kegiatan sosial yang ada adalah dominan seperti arisan dan pengajian. Untuk keterkaitan antar variabel, menunjukkan bahwa kontribusi ekonomi yang diberikan wanita tidak mempengaruhi pengambilan keputusan pada kegiatan rumah tangga karena pria menganggap bahwa perempuan-lah yang bertanggungjawab mengurus kegiatan rumah tangga. dalam bidang nafkah, kontribusi ekonomi perempuan hanya berpengaruh sedikit terhadap pengambilan keputusan karena kewenangan masih berada di tangan suami. Sedangkan dalam kegiatan sosial, pengambilan keputusan wanita pada bidang kegiatan sosial tinggi pada wanita yang memberikan kontribusi ekonomi yang tinggi pula. Pada strata kaya ataupun strata miskin, kesejahteraan rumah tangga dipengaruhi oleh pengambilan keputusan wanita baik pada kegiatan rumah tangga, nafkah, maupun keanggotaan sosial. Analisis Pustaka: Penelitian ini sudah menjelaskan dengan cukup baik mengenai hubungan antar variabel yang diteliti maupun metode yang digunakan dalam penelitian. Namun yang menjadi kekurangan ialah pada aspek kegiatan sosial kemasyarakatan, kegiatan yang digunakan sebagai indikator lebih banyak yang merupakan kegiatan yang memang ditujukan untuk perempuan, misalnya arisan dan PKK sedangkan kegiatan yang menyasar kaum laki-laki hanya sedikit porsinya dalam pertanyaan penelitian yang diajukan kepada responden. Selain itu, peneliti hanya memberikan penjelasan mengenai hubungan/pengaruh antar variabel pada bagian pembahasan sedangkan pada bagian hasil/kesimpulan peneliti memberikan penjelasan yang kurang mewakili rumusan masalah dan tujuan penelitian. Hasil penelitian yang di tuliskan dalam ringkasan merupakan penjelasan yang ada pada bagian pembahasan, bukan pada bagian hasil/kesimpulan. 7 Judul : Peran Wanita Nelayan di dalam Keluarga, Rumah Tangga dan Masyarakat di Madura – Jawa Timur Tahun : 2001 Jenis Pustaka : Jurnal Bentuk Pustaka : Elektronik Nama Penulis : Elly Suhartini Kota dan Nama : Jember, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Penerbit Universitas Jember Nama Jurnal : Inspirat Volume (edisi) Hal : Alamat URL : http://jurnalinspirat.com/Download/JI5_9.pdf Tanggal Unduh : 10 Desember 2014 pukul 20.55 WIB Ringkasan: Sebagaimana telah diketahui bahwa sebagian besar wanita cenderung lebih banyak berkutat di sektor domestik yaitu melaksanakan tugas rumah tangga yang pada kenyataannya tidak mengahasilkan uang. Dalam mengenal, merinci, dan menelaah masalah yang dihadapi wanita pedesaan, khususnya di Jawa, kiranya perlu menegaskan beberapa asumsi pokok yang menganalisa peranan wanita di dalam keluarga, rumah tangga, dan masyarakat yang lebih luas, seperti yang dikemukakan oleh Sajogyo (2011) yakni (1) “keluarga inti atau keluarga batih” sebagai kesatuan kerabat yang paling kecil dianggap kesatuan sosial paling relevan untuk menganalisa peranan wanita; (2) secara operasional, kesatuan “rumah tanggalah” yang tepat untuk kesatuan analisa itu; (3) kedua dasar tersebut menunjukkan menelaah posisi atas status dalam “hubungan pria dan wanita”; dan (4) adanya pelapisan dalam masyarakat pedesaan atau petani Jawa termasuk sektor lainnya, berarti pula bahwa wanita pedesaan tidak dapat dianggap sebagai golongan yang seragam, dalam arti mempunyai ciri-ciri, kebutuhan dan persoalan yang sama. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui (1) bagaimana peran wanita dalam kehidupan sosial budaya dan ekonomi keluarga/Pamengkang dan persepsi keluarga; (2) bagaimana peran wanita dalam kehidupan sosial budaya dan ekonomi rumah tangga/Koren dan persepsi suami; dan (3) bagaimanakah peran wanita dalam kehidupan sosial budaya dan ekonomi masyarakat serta persepsi masyarakat. Penelitian ini bersifat deskriptif riset untuk menjelaskan proses terjadinya pembedaan peran antara pria dan wanita. Responden dalam penelitian ini adalah wanita di kalangan masyarakat nelayan yang berstatus sebagai istri. Suaminya berstatus sebagai nelayan juragan, memiliki anak dan salah satu diantaranya (anak perempuan) telah berkeluarga, memiliki usaha ekonomi produktif serta memiliki aktifitas di dalam masyarakat. Berdasarkan ketenttuan tersebut, maka sampel penelitian yang terjaring untuk dijadikan responden berdasarkan metode Purposive Sampling ini berjumlah 60 orang responden dengan rincian (1) Desa Kwanyar Barat sebanyak 17 orang; (2) Desa Junganyar sebanyak 34 orang; dan (3) Desa Prancak sebanyak 14 orang. Analisis data yang dipergunakan adalah analisis data deskriptif kualitatif. Semua data yang terkumpul akan diproses melalui beberapa tahap penelitian yang kemudian akan diproses melalui bebarapa tahap pentabulasian, pengkategorian yang relevan melalui proses interpretasi serta analisis kritis. Hasil yang diperoleh dari penelitian ini menyatakan bahwa peran responden dalam kehidupan sosial budaya keluarga/Pamengkang mayoritas lebih menekankan 8 penanaman nama baik keluarga dan hubungan individual dengan sang pencipta. Hal ini terlihat dari mayoritas responden yang mengharuskan pada anggota keluarganya untuk dapat menjaga kehormatan diri dan keluarga serta menjalankan syari’at islam (100%). Di bidang ekonomi keluarga, peranan yang menonjol terletak pada pemenuhan keperluan-keperluan yang bersifat individual dan ringan (90%) misalnya kesehatan, sandang, dan lain sebagainya sedangkan persepsi keluarga terhadap hal tersebut menunjukkan hal yang positif (80%). Peranan responden dalam kehidupan sosial budaya rumah tangga/Koren menunjukkan hal yang sama dengan peranan sosial budaya dalam keluarga yaitu menjaga kehormatan diri dan keluarga (86.7%) serta menjalankan syari’at islam (95%). Di bidang ekonomi banyak yang berperan dalam pengaturan keuangan rumah tangga (96.7%) sebagai bentuk partisipasi mereka di bidang ekonomi. Persepsi suami terhadap hal ini menunjukkan hal yang bersifat negatif (48.3%) karena peran itu cukup dilakukan suami sehingga kehormatan suami akan jatuh bila istri terlampau berat melaksanakan peran tersebut. Peran responden dalam kehidupan sosial budaya masyarakat menunjukkan mayoritas responden aktif di kegiatan pengajian muslimat (98.3%) dan arisan antar istri nelayan juragan (80%). Dalam kehidupan perekonomian masyarakat mayoritas responden bergerak dalam bidang usaha ekonomi produktif yang bersifat mandiri (95%) misalnya makanan ringan dengan bahan baku hasil laut, jamu, dan Batik Madura serta distribusi barang-barang perlengkapan rumah tangga. Persepsi masyarakat sebagian besar adalah positif (45%) dan sebagian lagi negatif (38.3%). Analisis Pustaka: Berdasarkan hasil penelitian masih belum dijelaskan secara eksplisit mengenai seberapa besar ketimpangan gender yang terjadi dalam rumah tangga nelayan tersebut padahal di metode penelitian dituliskan bahwa penelitian ini bersifat deskriptif riset untuk menjelaskan proses terjadinya pembedaan peran antara pria dan wanita sedangkan hal tersebut belum terlihat baik dalam pembahasan ataupun dalam hasil penelitian. Judul : Pola pengambilan Keputusan dalam Keluarga, Status Kerja Ibu serta Kaitannya dengan Konsep Peran gender pada Suku Jawa dan Suku Minahasa Tahun : 2001 Jenis Pustaka : Thesis Bentuk Pustaka : Elektronik Nama Penulis : Margaretha Tombokan Kota dan Nama : Bogor, Program Pascasarjana Institut Pertanian Penerbit Bogor Nama Jurnal : Volume (edisi) Hal : Alamat URL : http://repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/1234567 89/4802/2001mto.pdf?sequence=4 Tanggal Unduh : 10 Desember 2014 pukul 12.02 WIB 9 Ringkasan: Pujiwati Sajogyo (1983) mengatakan bahwa wanita di satu sisi dianggap sebagai ibu rumah tangga dalam keluarga masing-masing yang berperan sebagai pekerja di sektor domestik yang tidak mendatangkan hasil secara langsung, namun demikian kaum wanita di dalam kedudukannya tersebut memberikan dukungan bagi anggota keluarga yang lain untuk mencari nafkah. Tetapi di sisi lain sesuai dengan perkembangan masyarakat telah nampak dengan nyata peran serta wanita sebagai tenaga kerja di sektor publik yang mendatangkan hasil secara langsung. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis (1) perbedaan pola pengambilan keputusan dalam keluarga antara ibu pekerja suku Jawa dengan suku Minahasa, antara ibu bukan pekerja suku jawa dengan suku Minahasa, antara ibu suku Jawa dengan ibu suku Minahasa; (2) perbedaan konsep peran gender antara ibu pekerja suku Jawa dengan suku Minahasa, antara ibu bukan pekerja suku Jawa dengan suku Minahasa, antara ibu suku Jawa dengan suku Minahasa; dan (3) faktor-faktor yang mempengaruhi pola pengambilan keputusan dalam keluarga. Desain penelitian ini adalah cross sectional study yaitu dengan mengumpulkan variabel bebas dan variabel tidak bebas secara bersamaan dan hanya sekali selama penelitian berlangsung. Penelitian ini dilaksanakan di Kelurahan Jampiroso dan Banyuurip, Kecamatan Temanggung, Kabupaten Temanggung, Propinsi Jawa Tengah (untuk suku Jawa), dan di Kelurahan Tuutu dan Rinegetan, Kecamatan Tondano, Kabupaten Minahasa, Propinsi Sulawesi Utara (untuk suku Minahasa). Data primer diperoleh melalui kuisioner. Unit contoh dari penelitian ini adalah ibu rumah tangga suku Jawa dan suku Minahasa yang berasal dari kedua daerah penelitian. Kriteria keluarga contoh adalah suami dan istri berasal dari suku yang sama dan merupakan keluarga inti. Keluarga contoh diperoleh dari daftar keluarga di kelurahan pada kedua daerah penelitian. Contoh dikelompokkan menjadi keluarga dengan ibu pekerja dan keluarga dengan ibu bukan pekerja suku Jawa dan suku Minahasa. Kemudian pengambilan contoh dilakukan secara acak sederhana dari masing-masing kelompok. Untuk contoh suku Jawa masing-masing kelompok diambil 30 orang ibu pekerja dan 30 orang ibu bukan pekerja, sedangkan untuk suku Minahasa masing-masing kelompok diambil 40 orang ibu pekerja dan 40 orang ibu bukan pekerja. Data primer dalam penelitian ini ialah identitas keluarga, partisipasi istri dalam organisasi, pendidikan formal istri, kepemilikan dalam keluarga, pengambilan keputusan dalam keluarga serta konsep gender. Pengambilan keputusan dalam rumah tangga meliputi pengambilan keputusan dalam bidang makanan, pendidikan, kesehatan, perumahan, pakaian, perabot rumah tangga, rekreasi, keuangan, reproduksi dan pendidikan moral anak. Konsep peran gender meliputi persepsi suami terhadap peran tradisional istri dan keterlibatan ayah dalam tugas pengasuhan anak. Variabel yang akan diukur dalam penelitian ini meliputi pendapatan keluarga per kapita per bulan, pendapatan ibu pekerja per bulan, tingkat pendidikan istri, partisipasi istri dalam organisasi kemasyarakatan, dan kepemilikan aset dalam keluarga. Hasil dari penelitian ini menyatakan bahwa terdapat perbedaan pola pengambilan keputusan antara ibu pekerja suku Jawa dengan ibu pekerja suku Minahasa. Perbedaan itu terlihat pada pengambilan keputusan bidang makanan, pendidikan, kesehatan, pakaian dimana ibu pekerja suku Minahasa lebih dominan dalam pengambilan keputusan dibandingkan dengan ibu pekerja suku Jawa. Perbedaan juga terlihat pada ibu bukan pekerja suku Jawa dan ibu bukan pekerja suku Minahasa pada bidang makanan, pendidikan, kesehatan, perumahan, perabot rumah tangga, pakaian, dan keuangan dimana ibu bukan pekerja suku Minahasa lebih dominan dibandingkan 10 dengan ibu bukan pekerja suku Jawa. Terdapat perbedaan antara responden suku Jawa dengan responden suku Minahasa pada bidang makanan, pendidikan, kesehatan, perumahan, perabot rumah tangga, pakaian, dan keuangan dimana pengambilan keputusan responden suku Jawa lebih dominan dibandingkan dengan pengambilan keputusan responden suku Minahasa. Perbedaan persepsi suami mengenai peran tradisional istri juga terlihat diantara ibu pekerja suku Jawa dengan ibu pekerja suku Minahasa, dimana suami dari ibu pekerja suku Jawa memiliki jawaban lebih ragu-ragu dibandingkan dengan suami ibu pekerja suku Minahasa. Sedangkan pada kelompok ibu bukan pekerja, suami ibu bukan pekerja suku Jawa cenderung memberikan jawaban tidak setujua yang artinya mendukung perempuan untuk bekerja produktif sedangkan suami ibu bukan pekerja suku Minahasa memberikan jawaban setujua yang artinya mendukung peran domestik perempuan sebagai peran tunggalnya. Perbedaan juga terlihat pada responden suku Jawa dan responden suku Minahasa, suami responden suku Jawa suami memiliki jawaban lebih ragu-ragu dibandingkan dengan suami responden suku Minahasa. Faktor-faktor yang berpengaruh terhadap pengambilan keputusan dalam rumah tangga pada masing-masing bidang antara lain: 1. Kesehatan : umur (+), suku (-) 2. Perabot rumah tangga : umur (+), besar keluarga (-), lama pendidikan suami (-), pendapatan rumah tangga perkapita perbulan (-) 3. Makanan : besar keluarga (+), partisipasi istri dalam organisasi (-), suku (-) 4. Pendidikan moral anak : lama pendidikan istri (+), pendidikan formal istri (-), kepemilikan istri (+), suku (-) 5. Keuangan : pendapatan rumah tangga perkapita perbulan (+), kepemilikan istri (+), keterlibatan ayah dalam pengasuhan anak (-) 6. Rekreasi : pendapatan rumah tangga perkapita perbulan (-), persepsi suami terhadap peran tradisional istri (+), status kerja ibu (+) 7. Pendidikan : partisipasi istri dalam organisasi (-), suku (-) 8. Perumahan : partisipasi istri dalam organisasi (-), persepsi suami terhadap peran tradisional istri (-), suku (+), status kerja ibu (+) 9. Reproduksi : persepsi suami terhadap peran tradisional istri (-), suku (-) 10. Pakaian : suku (-) Analisis Pustaka: Penulis mengungkapkan tiga kelompok sasaran penelitian dalam rumusan masalah dan tujuan penelitian yakni ibu pekerja suku Jawa dan suku Minahasa, ibu bukan pekerja suku Jawa dan suku Minahasa, dan ibu suku Jawa dan ibu suku Minahasa. Disini terdapat kesulitan untuk mengidentifikasi perbedaan karakteristik/indikator kedua kelompok sasaran (ibu pekerja dan ibu bukan pekerja) dengan kelompok ketiga (ibu). Selain itu, dalam pembahasan mengenai variabel pola pengambilan keputusan antara suku Jawa dengan suku Minahasa, penjelasan untuk responden kelompok “ibu” memiliki kesamaan dengan penjelasan untuk kelompok ibu bukan pekerja, sedangkan untuk variabel persepsi suami terhadap peran tradisional istri, jawaban responden kelompok “ibu” justru sama persis dengan jawaban responden kelompok ibu pekerja dimana suami sama-sama menjawab ragu-ragu. Bila melihat jawaban untuk variabel pola pengambilan keputusan, maka dapat diasumsikan bahwa kelompok responden “ibu” merupakan kelompok yang memiliki karakteristik sama dengan kelompok ibu bukan pekerja. Tetapi jika melihat jawaban untuk variabel persepsi suami mengenai peran tradisional istri, maka diasumsikan bahwa kelompok responden “ibu” merupakan kelompok yang memiliki karakteristik sama dengan 11 kelompok ibu pekerja. Peneliti tidak memberikan penjelasan lebih lanjut mengenai hal tersebut. Judul : Kajian Jender terhadap Kontribusi Perantau Perempuan Suku Minangkabau bagi Keluarga di Kampung Asal (Studi Kasus Tenaga Kerja Perempuan Kepala Rumah Tangga Asal Sumatera Barat) Tahun : 2007 Jenis Pustaka : Artikel Ilmiah Bentuk Pustaka : Elektronik Nama Penulis : Rinaldy Ekaputra dan Dwiyanti Hanandini Kota dan Nama : Jurusan Sosiologi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Penerbit Politik, Universitas Andalas, Sumatera Barat Nama Jurnal : Volume (edisi) Hal : Alamat URL : http://repository.unand.ac.id/3975/1/Rinaldi_eka_pu tra.pdf Tanggal Unduh : 10 Desember 2014 pukul 20.48 WIB Ringkasan: Akibat krisis ekonomi di Indonesia sejak tahun 1997, lebih banyak berpengaruh terhadap kehidupan rumah tangga yang dikepalai perempuan. Hal ini karena berbagai tekanan yang muncul akibat krisis ekonomi berdampak langsung pada kenaikan harga kebutuhan pokok, pendidikan, kesehatan, dan keamanan. Usaha untuk mengatasi krisis ekonomi dalam rumah tangga bagi perempuan adalah dengan mencari peluang bekerja di luar negeri dengan harapan untuk memperoleh upah atau pendapatan yang lebih tinggi sehingga dapat memberikan harapan bagi kelangsungan hidupnya dan keluarganya. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk (1) mendeskripsikan aktor-aktor yang membantu dalam mengurus keluarga yang ditinggalkan ketika perempuan harus bekerja ke luar negeri; (2) mengidentifikasi dan mendeskripsikan pandangan masyarakat terhadap wanita yang bekerja di luar negeri; (3) mendeskripsikan penghargaan sosial yang diberikan oleh masyarakat terhadap perempuan yang bekerja di luar negeri; dan (4) mendeskripsikan dan menjelaskan nilai-nilai sosial budaya yang mendukung perempuan bekerja ke luar negeri. Data diperoleh dengan menggunakan teknik observasi dan wawancara mendalam terhadap para pekerja perempuan yang telah kembali ke daerah asalnya. Wawancara mendalam juga dilakukan terhadap aparat nagari, keluarga pekerja perempuan (anak, ibu, adik-adik), dan masyarakat dimana pekerja perempuan tersebut tinggal. Jenis data yang didapat yakni (1) data primer berupa pekerjaan di daerah asal dan daerah tujuan, upah baik di daerah asal dan daerah tujuan, proses keberangkatannya, jenis pekerjaan, informasi apa saja yang diperoleh untuk dapat bekerja di luar negeri serta pandangan pekerja perempuan mengenai status keluarganya di mata masyarakat setelah bekerja di luar negeri; (2) data sekunder yang diperoleh dari penelusuran berbagai literatur terkait. Penelitian dilaksanakan di daerah Kecamatan 12 Maur, Kabupaten Lima Puluh Koto di Kanagarian Talang Maur dan Situjuh Bandar Alam serta Kelurahan Parit Rantang, Kecamatan Payakumbuh, Kota Payakumbuh. Daerah tersebut dipilih karena memiliki jumlah perempuan yang bekerja di luar negeri khususnya Malaysia relatif lebih banyak bila dibandingkan dengan daerah lainnya. Hasil dari penelitian ini menyatakan bahwa keberanian para perempuan kepala rumah tangga untuk bekerja ke luar negeri muncul karena didukung oleh struktur keluarga luas Minangkabau yang menjadi jaminan bagi para perempuan untuk membantu mengasuh anak-anak yang menjadi tanggungannya. Kebanyakan perempuan tidak membawa anak-anaknya ikut bekerja di luar negeri. Mereka dititipkan kepada nenek, saudara-saudara perempuan atau mamaknya sehingga keluarga luas memiliki peranan yang penting dalam menjaga anak-anak yang ditinggalkan tersebut. Bagi masyarakat Minangkabau nampaknya bekerja memiliki nilai sosial yang tinggi. Masyarakat akan lebih menghargai laki-laki atau perempuan yang bekerja dibandingkan dengan yang tidak bekerja, meskipun dalam batas-batas tertentu perempuan mempunyai keterbatasan dalam memilih jenis pekerjaan dan tempat bekerja. Pandangan masyarakat terhadap perempuan bekerja ke luar negeri nampaknya berbeda di antara para tokoh masyarakat Minangkabau laki-laki dan perempuan. Tokoh masyarakat perempuan yang diwakili oleh bundo kanduang dan para tetangga TKW nampaknya lebih moderat dan memandang positif terhadap perempuan yang bekerja di luar negeri sedangkan tokoh masyarakat dan alim ulama laki-laki terpecah dalam memandang perempuan bekerja di luar negeri antara pandangan yang konservatif dan moderat. Perempuan khususnya yang menjadi kepala rumah tangga tidak lagi ditabukan untuk pergi ke luar rumah, apalagi kalau untuk tujuan menghidupi keluarganya. Hal ini dimungkinkan oleh adat apabila terdapat ai gadang maka tapian berubah atau peraturan adat dapat melunak jika memang ada kebutuhan yang mendesak. Tanggungjawab perempuan khususnya yang menjadi kepala rumah tangga dimungkinkan untuk bekerja ke luar rumah dalam rangka mengambilalih tanggungjawab keluarganya. Kebutuhan ekonomi yang sangat mendesak menjadi alasan yang sangat dimaklumi oleh para tokoh adat dan agama untuk membolehkan perempuan ke luar rumah atau bekerja ke luar negeri. Analisis Pustaka: Berdasarkan judul penelitian yaitu kajian gender, seharusnya peneliti mengikutsertakan pihak suami ataupun anggota keluarga lain yang laki-laki. Dari metode terlihat bahwa kuisioner yang berisi pertanyaan diberikan pada responden, ibu, anak, dan keluarga dari responden dan pada hasil, diketahui bahwa yang berperan dalam membantu mengurus keluarga yang ditinggalkan ialah anggota keluarga yang berjenis kelamin perempuan, dan yang menjadi kekurangan ialah tidak dijelaskan mengenai bagaimana peran laki-laki (suami) dan mengapa suami tidak berperan besar dalam kegiatan tersebut. Selain itu, yang menjadi kekurangan dari penelitian ini ialah peneliti memaparkan hasil penelitian tidak secara runut berdasarkan urutan yang terdapat dalam rumusan masalah dan tujuan penelitian. Jika dilihat rumusan masalah dan tujuan penelitian, maka diketahui bahwa peneliti hendak mengetahui bagaimana pandangan masyarakat mengenai perempuan yang bekerja baru kemudian membahas mengenai penghargaan sosial yang akan didapatkan oleh perempuan yang bekerja. Namun pada bagian hasil penelitian, peneliti justru membuat pembahasan mengenai dua hal ini secara bersamaan dalam satu sub judul dengan meletakkan pemaparan mengenai penghargaan sosial terlebih dahulu baru kemudian memberikan pemaparan mengenai 13 pandangan masyarakat mengenai perempuan yang bekerja. Hal demikian dapat menyulitkan pembaca untuk menemukan pemaparan hasil yang sesuai dengan urutan tujuan dan rumusan masalah yang telah dibuat. Judul : Buruh Migran Perempuan Melawan Negara dan Pasar dengan Remitansi Sosial Tahun : 2010 Jenis Pustaka : Jurnal Bentuk Pustaka : Elektronik Nama Penulis : Tyas Retno Wulan, Dalhar Shodiq, Soetji Lestari, dan Rili Windiasih Kota dan Nama : Bandung, Yayasan Akatiga Indonesia Penerbit Nama Jurnal : Jurnal Analisis Sosial (Migrasi Internasional: Realita dan Perubahan Kesejahteraan) Volume (edisi) Hal : Vol 15 (02): 106-132 Alamat URL : http://www.akatiga.org/index.php/acara/item/390volume-15-no-2 Tanggal Unduh : 2 Oktober 2014 pukul 21.00 WIB Ringkasan: Lebih dari separuh penduduk miskin di negara berkembang adalah perempuan. Faktanya jumlah perempuan selalu lebih besar dalam kelompok miskin, dan kenaikan persentase kemiskinan senantiasa berkorelasi positif dengan persentase perempuan miskin. Ini menguatkan terjadinya feminisasi kemiskinan, yakni sebuah kenyataan bahwa sebagian besar angka kemiskinan diisi oleh kaum perempuan. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk (1) mengungkap bagaimana pola pemanfaatan remitansi sosial yang diperoleh BMP selama bekerja di luar negeri serta (2) menganalisis bagaimana implikasi remitan sosial untuk melawan kekuatan negara dan pasar. Hasil dari penelitian ini menyatakan bahwa para BMP telah menggunakan remitansi sosial yang mereka miliki untuk melakukan aktivitas perlindungan, pemberdayaan, dan perlawanan, untuk mereka; bahkan menjadi agen pembangunan bagi lingkungannya. Remitan sosial adalah sebuah proses, yang artinya bahwa remitansi sosial bukan sesuatu barang yang langsung jadi, namun bisa dikondisikan melalui proses. Remitansi sosial membuat BMP menjadi perempuan yang mandiri, otonom, dan berdaulat yang artinya bisa menjadi sarana untuk melindungi hak-hak mereka, memberdayakan lingkungannya sekaligus sebagai perlawanan terhadap kekuatan pasar yang memposisikan mereka sebagai komoditas. Analisis Pustaka: Dari beberapa contoh kasus yang dipaparkan, hampir semuanya membahas bagaimana perempuan berdaya secara ekonomi dan sosial di tengah masyarakat desanya, namun belum dibahas apakah remitan (ekonomi dan sosial) mampu membuat perempuan tersebut juga berdaya dan bagaimana prosesnya dalam lingkungan 14 keluarganya yang umumnya masih bersifat patriarkhi. Selain itu dalam tulisan tersebut juga belum mencantumkan metode penelitian seperti variabel, indikator serta proses penarikan kerangka samplingnya sehingga menyulitkan pembaca atau peneliti lain yang hendak melakukan penelitian serupa. Judul : Pengetahuan dan Kekuasaan: Penguatan Remiten Sosial Sebagai Strategi Pemberdayaan Buruh Migran Perempuan Tahun : 2010 Jenis Pustaka : Disertasi Bentuk Pustaka : Cetak Nama Penulis : Tyas Retno Wulan Kota dan Nama : Bogor, Program Sosiologi Pedesaan, Sekolah Penerbit Pascasarjana Institut Pertanian Bogor Nama Jurnal : Volume (edisi) Hal : Alamat URL : Tanggal Unduh : Ringkasan: Hubungan gender yang selama ini terjadi di dalam keluarga BMP masih didominasi oleh sistem patriarkhi, suami mendominasi sebagai pemegang kekuasaan pada berbagai aspek. Nilai patriarkhi yang sarat dengan nilai-nilai pemingitan dalam konteks BMP ternyata telah mengalami perubahan. Kajian Daulay (2001) ini juga menegaskan bahwa aset ekonomi tidak akan memberikan dampak yang signifikan jika tidak dibarengi dengan peningkatan pengetahuan yang memadai. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis (1) bagaimanakah posisi BMP dalam penempatan BMI di luar negeri yang mendudukkan mereka sebagai komoditas; (2) bagaimana BMP melihat, memaknai dan mengidentifikasikan diri mereka terhadap rendahnya status sosial mereka dalam struktur masyarakat dan apakah migrasi dalam rangka pencarian nafkah yang dilakukan oleh BMP tersebut akan dapat mengubah posisi mereka dalam hal bargaining position menjadi lebih baik; dan (3) bagaimana BMP mampu memperoleh remiten sosial dari kepergiannya dan sejauh mana BMP mampu memanfaatkan remiten sosial yang dimiliki serta kendala-kendala struktural yang dihadapi dalam memanfaatkan remiten sosial yang dimiliki. Metode penelitian ini adalah metode kuantitatif yang didukung dengan metode kualitatif. Tineliti utama dalam penelitian ini adalah para BMP, baik yang sudah kembali ke Indonesia maupun yang masih tinggal di negara tujuan (Hong Kong). Sementara sebagai tineliti pendukung adalah keluarga buruh migran, organisasi buruh migran, PJTKI, birokrat (Disnakertrans, BNP2TKI, KJRI Hong Kong, BLKLN), jaringan peneliti buruh migran, LSM buruh migran, dan pihak lain yang terkait. Pada tahap pertama, untuk memudahkan memperoleh informasi, tineliti dipilih dengan teknik convenience sampling artinya para BMP yang kebetulan ditemui di lokasi penelitian dapat dijadikan tineliti dengan menggunakan kuisioner ataupun interview guide. Pada tahap selanjutnya untuk memperoleh informasi yang lebih mendalam tineliti yang telah 15 dipilih pada tahap pertama dapat dipilih secara purposive untuk ditampilkan life historynya. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa BMP masih mengalami proses komodifikasi sejak awal keberangkatan dari daerah asal, hingga mereka kembali ke tanah air. PJTKI adalah pelaku utama proses tersebut, hal ini termanifestasikan dalam beberapa bentuk yakni mengirimkan BMP tanpa bekal latihan baik aspek keterampilan, budaya maupun bahasa membuat BMP rentan terhadap persoalan di negara tujuan. Dilihat dari aspek ekonomi, mengirim BMP tanpa pelatihan adalah dalam rangka menghemat biaya penyelenggaraan pelatihan padahal biaya tersebut dipungut dari uang milik para BMP sendiri. Motif PJTKI memberangkatkan BMP secepat-cepatnya adalah mengedepankan motif keuntungan dan menjadikan BMP sebagai komoditas, selain itu negara juga dianggap kurang memberikan perlindungan dan tidak mengawasi kinerja para PJTKI serta aparat-aparat yang bekerja di titik layanan BMI. Sejauh ini, BMP mempermasalahkan paradigma dan pandangan orang yang mempertanyakan status mereka sebagai seorang BMP. Beberapa responden juga mengungkapkan bahwa banyak orang yang merendahkan statusnya yang merupakan mantan BMP, padahal menurutnya menjadi BMP adalah pekerjaan yang baik dan halal sehingga tidak perlu ditutupi. BMP yang telah kembali ke daerah asalnya umumnya akan memanfaatkan remitan sosial yang dimiliki dengan melakukan berbagai kegiatan produktif dan sosial kemasyarakatan. Dengan demikian, banyak BMP yang memanfaatkan remitan sosial yang diperolehnya untuk meningkatkan posisinya baik dalam keluarga maupun dalam masyarakat misalnya dengan menjadi kepala desa, menjadi guru, membuat taman bacaan dan sebagainya. Remitan sosial digunakan oleh BMP untuk melindungi, memberdayakan diri dan lingkungan mereka sekaligus menjadi perlawanan terhadap ketidakadilan yang mereka alami. Kendala-kendala yang umumnya dialami oleh BMP dalam mengaplikasikan remitan sosial yang dimilikinya di daerah asalnya ialah belum adanya kebijakan yang memberi ruang untuk memberdayakan BMP, masih sulitnya menembus stigma masyarakat mengenai status pekerjaan sebagai BMP dan sebagainya. Analisis Pustaka: Berdasarkan hasil penelitian, telah dikemukakan bagaimana remitan sosial berpengaruh terhadap upaya pemberdayaan dan perbaikan posisi BMP terhadap lingkungannya melalui berbagai kegiatan yang dilakukan oleh BMP sepulang dari luar negeri tetapi belum dipaparkan jawaban untuk rumusan masalah ketiga yakni mengenai bagaimana proses yang harus dildlui oleh BMP hingga ia memperoleh berbagai remitan sosial tersebut dan memiliki keberanian untuk menerapkannya dalam masyarakat di daerah asalnya. Judul Tahun Jenis Pustaka Bentuk Pustaka Nama Penulis : Pengaruh Kontribusi Ekonomi dan Sumberdaya Pribadi Perempuan terhadap Pengambilan Keputusan dalam Rumah Tangga (Dusun Jatisari, Desa Sawahan, Kecamatan Ponjong, Kabupaten Gunungkidul, Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta) : 2010 : Jurnal : Elektronik : Ika Meylasari 16 Kota dan Penerbit Nama : Bogor, Departemen Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat, Fakultas Ekologi Manusia, Institut Pertanian Bogor Nama Jurnal : Volume (edisi) Hal : Vol 10 (2012): 001-142 Alamat URL : http://skpm.ipb.ac.id/karyailmiah/index.php/skripsi/ article/view/188 Tanggal Unduh : Ringkasan: Angka pengangguran perempuan lebih tinggi dibandingkan laki-laki. Pada satu sisi, hal ini menunjukkan kemajuan karena semakin banyak perempuan yang aktif secara ekonomi dengan mencari pekerjaan. Tetapi pada sisi lain, kondisi ini menunjukkan bahwa lowongan pekerjaan umumnya lebih terbuka lebar bagi laki-laki karena sifat pekerjaan yang sesuai untuk perempuan umumnya lebih spesifik dan tingkat pendidikan perempuan umumnya lebih rendah dibandingkan laki-laki. Tujuan dari penelitian ini adalah (1) memaparkan pola pembagian kerja dalam rumah tangga; (2) menganalisis pengaruh kontribusi ekonomi perempuan terhadap pengambilan keputusan dalam rumah tangga; dan (3) menganalisis pengaruh sumberdaya pribadi perempuan terhadap pengambilan keputusan dalam rumah tangga. Penelitian ini bersifat eksplanatori. Peneliti menggunakan dua metode, metode penelitian kualitatif digunakan untuk menjawab rumusan masalah pertama dan metode kuantitatif digunakan untuk menjawab rumusan malasah kedua dan ketiga. Strategi penelitian kuantitatif yang digunakan ialah penelitian survei. Penelitian dilaksanakan di Dusun Jatisari, Desa Sawahan, Kecamatan Ponjong, Kabupaten Gunungkidul, Propinsi DI Yogyakarta. Lokasi penelitian dipilih secara sengaja karena sebagian besar penduduk bersuku Jawa, bermatapencaharian sebagai petani, dan banyak perempuan yang ikut serta dalam kegiatan produktif. Subyek penelitian terdiri atas informan (Kepala Desa Sawahan, Kepala Dusun Jatisari, tokoh masyarakat, dan keluarga responden) dan responden (perempuan yang termasuk ke dalam contoh). Cara pengambilan contoh dengan terlebih dahulu membuat kerangka sampling, yaitu seluruh perempuan usia produktif (15-55 tahun) yang tinggal satu atap dengan suaminya di daerah kasus. Kerangka sampling terbagi menjadi dua strata yakni strata rumah tangga pra-sejahtera dan strata rumah tangga sejahtera. Dari kerangka sampling, peneliti menentukan jumlah contoh sebanyak 28 orang dari masing-masing strata. Peneliti menentukan contoh dengan cara acak terstratifikasi. Kuisioner yang digunakan akan mengumpulkan data primer tentang karakteristik responden, pendapatan rumah tangga, sumberdaya pribadi (pendidikan, rumah, tanah, lahan, dan pengalaman kerja), serta pola pengambilan keputusan dalam rumah tangga (terkait dengan produksi, pengeluaran dalam kebutuhan pokok, pembentukan keluarga, dan kegiatan sosial). Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat sekat yang jelas untuk jenis-jenis pekerjaan yang harus dilakukan oleh istri dan jenis-jenis pekerjaan yang harus dilakukan oleh suami. Pembagian kerja tersebut meliputi pekerjaan suami yang terdiri atas mencangkul, membeli benih, memupuk, membeli pakan ternak, membersihkan kandang, menjadi buruh baik di dalam ataupun di luar desa, memperbaiki rumah jika rusak, memperbaiki peralatan listrik, menghadiri rapat RT, dan mengikuti Siskamling. Pekerjaan yang dilakukan oleh istri mencakup menanam benih, menyiram tanaman, menyiangi tanaman, menjual hasil pertanian, memasak, mengasuh 17 anak, mengantar anak sekolah, mendampingi anak belajar, mencuci pakaian, menyetrika pakaian, menyapu, mengepel, merapikan rumah, mencuci piring, belanja kebutuhan di pasar, pengelolaan keuangan, dan PKK. Sedangkan kegiatan yang dilakukan bersama mencakup kerja bakti, menghadiri hajatan, menjenguk orang sakit, pengajian, arisan, memanen, mencari rumput, memberi pakan ternak, dan memberi minum ternak. Pembagian kerja dalam rumah tangga menempatkan tanggungjawab laki-laki pada sektor publik sedangkan tanggungjawab perempuan pada sektor domestik. Walaupun demikian, kegiatan nafkah yang dilakukan perempuan juga berkontribusi positif terhadap ekonomi rumah tangga. Kontribusi ekonomi perempuan pada rumah tangga pra-sejahtera berhubungan positif dengan pengambilan keputusan dalam bidang produksi, pembentukan keluarga, dan kegiatan sosial kemasyarakatan sedangkan pada rumah tangga sejahtera kontribusi ekonomi perempuan berhubungan positif dengan pengambilan keputusan dalam bidang keputusan rumah tangga, produksi, pengeluaran kebutuhan rumah tangga, pembentukan keluarga, dan kegiatan sosial kemasyarakatan. meskipun demikian, hubungan yang dihasilkan tidak nyata sehingga tidak dapat dikategorikan sebagai variabel yang berpengaruh kecuali pada bidang produksi. Dari kelima sumberdaya pribadi yakni pendidikan, kepemilikan rumah, kepemilikan tanah, kepemilikan lahan garapan, dan pengalaman kerja, berhubungan tetapi tidak semuanya berpengaruh terhadap pengambilan keputusan. Sumberdaya pribadi yang berpengaruh terhadap pengambilan keputusan rumah tangga dalam rumah tangga sejahtera ialah kepemilikan tanah, sedangkan pada rumah tangga pra-sejahtera tidak ada. Sumberdaya pribadi yang berpengaruh terhadap pengambilan keputusan bidang produksi dalam rumah tangga pra-sejahtera yakni kepemilikan lahan garapan sedangkan dalam rumah tangga sejahtera yakni pendidikan, kepemilikan tanah, dan kepemilikan lahan garapan. Sumberdaya pribadi yang berpengaruh terhadap pengambilan keputusan bidang pengeluaran kebutuhan rumah tangga dalam rumah tangga pra-sejahtera tidak ada begitupun pada rumah tangga sejahtera. Sumberdaya pribadi yang berpengaruh terhadap pengambilan keputusan bidang pembentukan keluarga dalam rumah tangga prasejahtera yakni kepemilikan rumah, kepemilikan tanah, dan kepemilikan lahan garapan sedangkan dalam rumah tangga sejahtera yakni kepemilikan tanah dan kepemilikan lahan garapan. Sumberdaya pribadi yang berpengaruh terhadap pengambilan keputusan bidang kegiatan sosial kemasyarakatan dalam rumah tangga pra-sejahtera yakni pendidikan, kepemilikan tanah, dan pengalaman kerja sedangkan dalam rumah tangga sejahtera yakni kepemilikan tanah. Analisis Pustaka: Penelitian ini sudah menjelaskan hubungan-hubungan antar variabel yang diteliti dengan cukup baik serta mengikutsertakan indikator, cara penarikan kerangkan sampling, sampling dan metode pengukurannya. Judul : Kontribusi Ekonomi, Peran Ganda Perempuan dan Kesejahteraan Keluarga Buruh Pabrik (Kasus di Kecamatan Dramaga-Kabupaten Bogor) Tahun : 2011 Jenis Pustaka : Jurnal Bentuk Pustaka : Elektronik Nama Penulis : Latifatul Hayati Kota dan Nama : Bogor, Departemen Ilmu Keluarga dan Konsumen, 18 Penerbit Nama Jurnal Volume (edisi) Hal Alamat URL Tanggal Unduh Fakultas Ekologi Manusia, Institut Pertanian Bogor : Sodality : : http://download.portalgaruda.org/article.php?articl e=86054&val=239 : 12 Desember 2014 pukul 08.17 WIB Ringkasan: Perempuan yang memutuskan untuk bekerja di luar rumah, maka secara otomatis akan berkontribusi secara ekonomi bagi Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) dan keluarga. Perempuan yang bekerja juga berarti memiliki peran ganda dan beban ganda, karena perempuan berperan sekaligus dalam peran domestik dan peran publik. Tujuan dari penelitian ini adalah (1) mengidentifikasi riwayat contoh sebagai pekerja buruh, karakteristik contoh dan keluarga contoh; (2) menghitung rata-rata kontribusi ekonomi contoh terhadap pendapatan keluarga; (3) mengidentifikasi peran ganda serta strategi menyeimbangkan antara pekerjaan dan keluarga contoh; (4) mengidentifikasi kesejahteraan objektif dan subjektif contoh dan keluarga; (5) menganalisis hubungan antar variabel penelitian; serta (6) menganalisis pengaruh karakteristik keluarga dan contoh, kontribusi ekonomi, peran ganda dan strategi menyeimbangkan antara pekerjaan dan keluarga contoh terhadap kesejahteraan objektif dan subjektif. Penelitian ini menggunakan desain cross sectional study, yaitu suatu penelitian dengan teknik pengambilan data melalui survei lapang dalam satu titik dan waktu tertentu. Penelitian ini dilakukan di Desa Ciherang dan Babakan, Kecamatan Dramaga, Kabupaten Bogor yang dilakukan secara purposive sampling karena di kedua lokasi tersebut banyak perempuan yang bekerja sebagai buruh pabrik. Populasi dari penelitian ini adalah buruh pabrik perempuan yang tinggal di Kecamatan Dramaga. Responden dan contoh penelitian adalah ibu/istri yang bekerja sebagai buruh pabrik dan bertempat tinggal di Desa Ciherang dan Desa Babakan, Kecamatan Dramaga, Kabupaten Bogor. Teknik penarikan contoh dilakukan secara purposive dengan kriteria bekerja sebagai buruh pabrik dan berasal dari keluarga lengkap (memiliki suami). Jumlah contoh adalah 60 orang, dengan alasan memenuhi batas minimal statistika. Alasan penggunaan teknik purposive adalah karena data yang ada di kecamatan hanya berupa data agregat jumlah buruh, tidak ada data secara personal yang rinci by name by address sehingga tidak dapat dilakukan pengacakan contoh. Kontribusi ekonomi perempuan diukur sebagai rasio antara upah istri dan pendapatan keluarga. 𝑈𝑝𝑎ℎ 𝑖𝑠𝑡𝑟𝑖 (𝑅𝑝/𝑏𝑢𝑙𝑎𝑛) 𝑋 100% 𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑝𝑒𝑛𝑑𝑎𝑝𝑎𝑡𝑎𝑛 𝑘𝑒𝑙𝑢𝑎𝑟𝑔𝑎 (𝑅𝑝/𝑏𝑢𝑙𝑎𝑛) Data primer yang diperoleh dengan bantuan kuisioner meliputi riwayat contoh (lama bekerja, pekerjaan sebelumnya, lama bekerja setiap hari, kendaraan yang digunakan, posisi pekerjaan, bagian jam kerja, waktu libur, tempat bekerja), karakteristik contoh (umur, lama pendidikan, pekerjaan, pendapatan), karakteristik keluarga contoh (umur suami, lama pendidikan suami, pekerjaan suami, besar keluarga, pendapatan suami, pengeluaran keluarga, dan kepemilikan aset), serta rata-rata kontribusi ekonomi contoh terhadap pendapatan keluarga, kesejahteraan objektif, dan kesejahteraan subjektif. 19 Hasil dari penelitian ini menyatakan bahwa 48.4% contoh sebelumnya tidak bekerja dan 45.0% contoh bekerja sebagai buruh pabrik di tempat bekerjanya saat ini kemudian sisanya umumnya bekerja sebagai penjaga counter dan buruh cuci. 56.7% contoh memiliki lama bekerja antara 9.0-10.6 jam per hari dengan rata-rata 10.4 jam per hari. Menurut UU no 13 lama kerja normal yakni 6 hari dalam seminggu dan 7 jam per hari. Dengan demikian berarti bahwa pekerja memiliki jam kerja yang lebih lama dibandingkan dengan yang telah ditetapkan oleh Undang-undang. Rata-rata lama pendidikan contoh adalah 9.1 tahun yaitu pada tingkat SMP. Lebih dari separuh (60%) contoh memiliki posisi kerja sebagai penjahit. Lebih dari separuh (58.1%) contoh mendapatkan upah di bawah UMR Kabupaten Bogor yakni Rp1 172 060,-. Kurang dari separuh (45.0%) contoh dan 38.3% suami contoh memiliki umur yang berada pada rentang 31-40 tahun, dengan demikian contoh dan suami contoh berada pada kategori dewasa awal. Sekitar 31.7% suami contoh bekerja sebagai kuli/buruh dan sebanyak 5.0% suami contoh tidak bekerja. Lebih dari separuh (71.7%) contoh memiliki ukuran keluarga yang kecil yakni memiliki rata-rata 3.9 orang anggota keluarga. Kontribusi ekonomi perempuan dalam pendapatan total rumah tangga masuk dalam kategori sedang yakni 41.0%-50.0% terhadap pendapatan total rumah tangga. Angka tersebut cukup signifikan bagi pendapatan keluarga. Lebih dari tiga per empat (86.7%) contoh memiliki peran sebagai anak, 96.7% contoh berperan sebagai istri dan seluruh (100%) berperan sebagai pekerja buruh. Kurang dari tiga per empat (70.0%) contoh memiliki peran ganda dengan kategori sedang dengan rata-rata skor 60.6. Semakin tinggi peran ganda berarti semakin banyak jumlah peran yang sedang dijalani oleh contoh dan semakin sering contoh berinteraksi menjalani peran-peran tersebut. Contoh melakukan berbagai kegiatan untuk menyeimbangkan antara aktivitas pekerjaan dan keluarga. Kegiatan-kegiatan tersebut antara lain tidak masuk kerja karena anak atau suami sakit, menunda pekerjaan untk kepentingan anak, membersihkan rumah terlebih dahulu sebelum berangkat kerja, pulang dari tempat kerja lebih awal karena urusan keluarga, dan bersepakat dengan suami untuk menjaga keseimbangan antara pekerjaan dan keluarga. Sebagian besar contoh memiliki pendapatan di atas garis kemiskinan yakni 98.3% sehingga dapat disimpulkan bahwa sebagian besar contoh berkategori sejahtera. Sebagian besar contoh menjawab cukup puas pada indikator kesejahteraan fisik dan hanya sebagian kecil yang menjawan sangat puas untuk setiap indikator. Untuk kesejahteraan subjektif, pada indikator kesejahteraan sosial 75.0% contoh mengaku tidak puas dengan keterlibatan dalam perkumpulan desa. Berdasarkan indikator psikologis 75.0% contoh cukup puas dengan keadaan spiritual/mental dan perasaan terhadap pendapatan suaminya, 76.7% contoh cukup puas dengan kebersihan rumahnya. Dengan demikian sebagian besar contoh memiliki kesejahteraan subjektif yang tergolong dalam kategori sedang karena menjawab puas. Terdapat hubungan yang positif antara lama pendidikan dan kontribusi ekonomi perempuan dengan kesejahteraan objektif serta terdapat hubungan yang positif antara lama pendidikan dan kegiatan penyeimbangan antara pekerjaan dan keluarga dengan kesejahteraan subjektif. Variabel yang berpengaruh terhadap kesejahteraan objektif yakni lama pendidikan contoh dan kontribusi ekonomi perempuan terhadap pendapatan total rumah tangga, sedangkan variabel yang berpengaruh terhadap kesejahteraan subjektif yakni lama pendidikan dan kegiatan penyeimbangan antara pekerjaan dan keluarga. Peran ganda yang dijalani oleh perempuan ternyata tidak berhubungan dengan kesejahteraan objektif maupun kesejahteraan subjektif contoh. Analisis Pustaka: Penelitian selanjutnya diharapkan menggunakan indikator kesejahteraan objektif yang lebih rinci misalnya berdasarkan Undang-Undang No 52 tahun 2009, serta untuk 20 melihat peran ganda perempuan secara lebih rinci, dapat digunakan variabel alokasi waktu dan umur anak terkecil sehingga lebih terlihat frekuesi yang dilakukan untuk setiap peran. Selain itu, pada pertanyaan mengenai strategi penyeimbangan antara pekerjaan dan keluarga hanya terdapat pertanyaan-pertanyaan terkait peran domestik dan pekerja saja, belum dikembangkan dan dikombinasikan dengan peran sebagai anggota organisasi atau aktivitas sosial lainnya. Judul : Dampak Remitan Ekonomi terhadap Posisi Sosial Buruh Migran Perempuan dalam Rumah Tangga Tahun : 2012 Jenis Pustaka : Jurnal Sodality Bentuk Pustaka : Elektronik Nama Penulis : Putri Asih Sulistyo dan Ekawati Sri Wahyuni Kota dan Nama : Bogor, Fakultas Ekologi Manusia Penerbit Nama Jurnal : Sodality: Jurnal Sosiologi Pedesaan Volume (edisi) Hal : Vol 06 (03): 252-258 Alamat URL : http://journal.ipb.ac.id/index.php/sodality/article/vie w/8020 Tanggal Unduh : 25 September 2014 pukul 12.05 WIB Ringkasan: Berbagai faktor melatarbelakangi migrasi Buruh Migran Perempuan (BMP) ke luar negeri. Perempuan bermigrasi memiliki semangat hidup yang lebih baik. Kajian livelihood strategies menunjukkan, salah satu alasan perempuan bermigrasi adalah upaya untuk bertahan karena ketidakmampuan kepala keluarga berperan sebagai pencari nafkah. Penggunaan remitan sebagai investasi BMP serta upaya menyetarakan posisi sosial perempuan atas kontribusinya dalam ekonomi rumah tangga menjadi menarik seiring dengan tingginya jumlah remita yang mengalir di Kabupaten Indramayu. Penelitian ini bertujuan untuk (1) menganalisis apakah kebutuhan ekonomi menjadi faktor pendorong utama dalam keberangkatan buruh migran perempuan ke luar negeri; (2) menganalisis apakah upah yang tinggi menjadi menjadi faktor penarik utama buruh migran perempuan untuk bekerja ke luar negeri; dan (3) menganalisis seberapa besar kontribusi ekonomi BMP dalam rumah tangga dapat meningkatkan posisi sosial BMP dalam rumahtangganya. Penelitian ini berlokasi di Desa Kedungwungu, Kecamatan Anjatan, Kabupaten Indramayu, Provinsi Jawa Barat. Indramayu sebagai salah satu daerah utama pengirim tenaga kerja ke luar negeri memiliki 60-70 persen buruh migran yang bekerja di Timur Tengah, dan sisanya di daerah tujuan migrasi lainnya. Data Dinas Sosial Tenaga Kerja Kabupaten Indramayu menunjukkan bahwa jumlah remitan BMI dari Indramayu dapat mencapai 1 milyar rupiah setiap harinya dari total 2.985 orang BMI asal Indramayu yang bekerja di luar negeri (indramayukab.bps.go.id2012). Penelitian ini merupakan penelitian survei dengan metode explanatory atau confirmatory research. Populasi sampling dalam penelitian ini adalah BMP kembali yang pernah bekerja di luar negeri (purna BMP atau BMP yang sedang cuti dari usahanya bekerja di luar negeri) dan 21 menikah, karena penelitian ini melihat bagaimana perempuan melihat posisi dirinya dalam relasi hubungan suami-istri. Hasil penelitian ini menyatakan bahwa keterdesakan ekonomi menjadi faktor pendorong yang utama pada keberangkatan pertama BMP baik di Desa Kedungwungu maupun Desa Sukra Wetan yakni 28 responden (75.68%), namun tidak pada keberangkatan selanjutnya. Upah yang tinggi menjadi faktor penarik yang relatif kurang dominan khususnya bagi BMP Timur Tengah, keberangkatan yang relatif lebih cepat justru menjadi alasan utama pemilihan negara tujuan. Motif ekonomi menjadi faktor kedua dalam pemilihan negara tujuan di dua desa penelitian. Buruh migran perempuan melalui remitan ekonomi mampu berkontribusi positif terhadap perekonomian rumah tangga. Kontribusi ini berpengaruh nyata terhadap pengambilan keputusan produktif, namun tidak berpengaruh nyata terhadap pengambilan keputusan reproduktif. Pembagian kerja dalam rumah tangga menempatkan perempuan pada posisi dwiperan. Otonomi perempuan dalam distribusi kekuasaan (pengambilan keputusan) khususnya dalam bidang produktif semakin meningkat. Hal ini menunjukkan bahwa BMP semakin berkembang dan dihargai dalam rumah tangga dan posisi BMP mulai bergeser relatif setara dengan laki-laki dalam rumah tangga. Analisis Pustaka: Dalam kasus ini, perempuan yang bekerja sebagai BMP memegang status ganda dalam rumah tangga, yakni sebagai seorang pencari nafkah dan sebagai pengurus sektor domestik rumah tangga. Namun, ini merupakan pendapat dari pihak perempuan saja sedangkan pihak suami sepertinya belum dilibatkan untuk mengecek apakah memang benar tidak terjadi perubahan dalam pembagian kerja rumah tangga antara suami dan istri sebelum dan sesudah sang istri menjadi BMP di luar negeri. Alangkah baiknya jika yang menjadi responden adalah sepasang suami-istri yang keduanya dimintai pendapat mengenai hal yang sama sehingga akan dapat diperoleh informasi yang lebih relevan dan berimbang karena menurut beberapa literatur unit analisis yang paling baik untuk menganalisis pembagian peran antara laki-laki dan perempuan ialah melalui unit analisis rumah tangga yaitu dengan bertanya pada laki-laki dan perempuan mengenai pertanyaan yang sama. Judul : Peran Gender, Kontribusi Ekonomi Perempuan dan Kesejahteraan Keluarga Petani Hortikultura (Kasus di Dusun Padajaya, Desa Sindangjaya, Kecamatan Cipanas, Kabupaten Cianjur) Tahun : 2012 Jenis Pustaka : Jurnal Bentuk Pustaka : Elektronik Nama Penulis : Novita Puspitasari Kota dan Nama : Bogor, Departemen Ilmu Keluarga dan Konsumen, Penerbit Fakultas Ekologi Manusia, Institut Pertanian Bogor Nama Jurnal : Sodality Volume (edisi) Hal : Alamat URL : http://download.portalgaruda.org/article.php?articl e=155143&val=239&title=PERANpersen20GENDE R,persen20KONTRIBUSIpersen20EKONOMIperse n20PEREMPUAN,persen20DANpersen20KESEJA 22 Tanggal Unduh HTERAANpersen20KELUARGApersen20PETANI persen20HORTIKULTURA : 10 Desember 2014 pukul 08.03 WIB Ringkasan: Tekanan ekonomi dan semakin meningkatnya kebutuhan rumah tangga, menyebabkan banyak perempuan yang ikut bekerja untuk menambah penghasilan keluarga. Dalam keluarga miskin, peran perempuan di sektor publik diharapkan dapat membantu mengatasi masalah ekonomi keluarga, dan peran perempuan atau istri di sektor domestik diharapkan dapat mewujudkan kesejahteraan keluarga. Tujuan dari penelitian ini adalah (1) mengidentifikasi pembagian peran gender dalam keluarga; (2) mengidentifikasi kontribusi ekonomi perempuan terhadap pendapatan total keluarga; (3) mengidentifikasi tingkat kesejahteraan objektif dan subjektif keluarga contoh; dan (4) menganalisis hubungan antara karakteristik contoh dan keluarga, peran gender, kontribusi ekonomi perempuan dan kesejahteraan keluarga contoh secara objektif dan subjektif. Penelitian ini menggunakan desain cross sectional study, yaitu suatu penelitian dengan teknik pengambilan data dalam satu titik dan waktu tertentu. Penelitian ini dilakukan di Kampung Padajaya, Desa Sindangjaya, Kecamatan Cipanas, Kabupaten Cianjur, Jawa Barat. Pemilihan lokasi dilakukan secara purposive sampling dengan kriteria suami contoh bekerja sebagai petani sayuran dan istri bekerja di sektor informal yaitu petani tanaman bunga potong. Populasi dari penelitian ini adalah keluarga yang suami dan istrinya bekerja sebagai petani sayuran dan tanaman bunga potong. Jumlah contoh adalah 30 orang yang tinggal dan menetap di wilayah yang sama. Data primer yang diperoleh dengan bantuan kuisioner meliputi karakteristik contoh (umur contoh, pendidikan contoh, pendapatan contoh), karakteristik keluarga contoh (umur suami, pendidikan suami, besar keluarga, pendapatan keluarga, dan kepemilikan aset), pembagian peran gender keluarga contoh, kontribusi ekonomi contoh terhadap pendapatan total keluarga, dan kesejahteraan objektif & subjektif keluarga contoh. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa pembagian peran gender dalam sektor domestik masih terdapat kerjasama atau kompromi antara suami dan istri dalam semua kegiatan tugas rumah tangga atau kegiatan domestik, meskipun masih ada salah satu pihak yang lebih dominan. Pembagian peran domestik keluarga contoh cukup seimbang meskipun cenderung dilakukan oleh istri misalnya memasak, mencuci pakaian, menyiapkan meja makan, mengurus rumah, mencuci piring dan sebagainya. Pembagian peran gender dalam keluarga pada kegiatan publik menunjukkan sudah adanya kerjasama antara suami dan istri meskipun masih ada salah satu yang dominan. Dalam aktivitas publik di pekarangan lebih banyak dilakukan oleh istri (menyiangi tanaman, memasarkan hasil) sedangkan kegiatan di kebun lebih banyak dilakukan oleh suami (mempersiapkan lahan, membuat saluran air, menggunakan alat-alat pertanian, memberi pupuk dan sebagainya). Hampir separuh contoh (43.3%) sudah memiliki kerjasama yang cukup baik antara suami dan istri dalam manajemen keuangan usaha tani, artinya dalam melakukan manajemen keuangan usaha tani dilakukan secara bersama-sama antara suami dan istri. Sebagian besar contoh (50.0%) memiliki persentase kontribusi pendapatan terhadap keluarga berkisar pada angka 1%-10% dengan rata-rata kontribusi sebesar 11.3% sehingga dapat dikatakan kontribusi ekonomi perempuan terhadap pendapatan total rumah tangga masih tergolong kecil. Tingkat kepuasan dalam aspek ekonomi ada yang sudah cukup baik dan ada yang masih merasa 23 belum puas. Tingkat kepuasan yang masih kurang terdapat pada keadaan keuangan keluarga, keadaan pendapatan contoh, keadaan aset yang dimiliki oleh keluarga, keadaan pakaian, kepemilikan lahan pertanian yang masih kurang dan hasil panen sayuran, sedangkan tingkat kepuasan yang relatif sudah baik yaitu keadaan tempat tinggal dan fasilitas pertanian yang dimiliki. Oleh karena itu, hal ini menunjukkan bahwa kesejahteraan ekonomi contoh termasuk dalam kategori rendah yang berarti keadaan ekonomi yang dimiliki oleh contoh masih kurang baik. Hasil penelitian menyatakan bahwa lebih dari separuh contoh (60.0%) memiliki tingkat kesejahteraan subjektif total yang termasuk dalam kategori sedang dengan rata-rata 54.8%, hal ini berarti lebih dari separuh contoh merasa sudah cukup puas dalam hal kesejahteraan psikologi. Variabel yang berhubungan dengan tingkat kesejahteraan objektif antara lain usia contoh (+), usia suami contoh (+), pengeluaran total (+), kontribusi ekonomi contoh (+), kontribusi ekonomi suami contoh (+), dan besar keluarga (-). Variabel yang berhubungan dengan tingkat kesejahteraan subjektif antara lain pendapatan total keluarga (+), kontribusi ekonomi contoh (+), kontribusi ekonomi suami contoh (+). Sedangkan variabel peran gender tidak menunjukkan hubungan terhadap tingkat kesejahteraan subjektif contoh. Analisis Pustaka: Penelitian ini sudah memberikan pemaparan yang baik karena telah mencantumkan variabel yang akan diteliti, indikator, cara pengukuran serta bagian hasil dan pembahasan sudah mampu menjawab rumusan masalah yang dimiliki serta memberikan penjelasan mengenai hubungan antara peran gender, kontribusi ekonomi dan keterkaitannya dengan kesejahteraan objektif dan subjektif keluarga. Namun yang menjadi kekurangan ialah pada bagian hasil dan pembahasan, peneliti belum mengungkapkan bagaimana hubungan antara variabel peran gender dengan tingkat kesejahteraan ekonomi contoh karena yang dipaparkan hanya hubungan variabel peran gender dengan tingkat kesejahteraan subjektif contoh. Judul : Pengaruh Ketimpangan Gender terhadap Strategi Bertahan Hidup Rumah Tangga Buruh Tani Miskin di Desa Cikarawang Tahun : 2013 Jenis Pustaka : Skripsi Bentuk Pustaka : Cetak Nama Penulis : Muhammad Septiadi Kota dan Nama : Bogor, Departemen Sains Komunikasi dan Penerbit Pengembangan Masyarakat, Fakultas Ekologi Manusia, Institut Pertanian Bogor Nama Jurnal : Volume (edisi) Hal : Alamat URL : Tanggal Unduh : Ringkasan: Masalah kemiskinan di Indonesia merupakan persoalan yang hingga saat ini menyita perhatian banyak pihak. Pertanian yang sedianya merupakan salah satu sektor 24 andalan perekonomian Indonesia ternyata tidak mampu mengatasi permasalahan kemiskinan ini. Tantangan-tantangan yang dihadapi buruh tani mendorong mereka untuk menerapkan perilaku strategis yang khusus dan dimaksudkan untuk menghadapi krisis pada rumah tangga mereka. Tujuan dari penelitian ini adalah (1) menganalisis pengaruh ketimpangan gender terhadap tingkat kemiskinan pada rumah tangga buruh tani miskin di Desa Cikarawang; (2) menganalisis pengaruh tingkat kemiskinan terhadap strategi bertahan hidup pada rumah tangga buruh tani miskin di Desa Cikarawang; dan (3) menganalisis pengaruh ketimpangan gender terhadap strategi bertahan hidup pada rumah tangga buruh tani miskin di Desa Cikarawang. Penelitian ini menggunakan metode penelitian kuantitatif yang didukung dengan pendekatan kualitatif. Metode kuantitatif dilakukan dengan pendekatan survei. Penelitian ini dilakukan di Desa Cikarawang, Kecamatan Dramaga, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat. Penentuan lokasi ditetapkan secara sengaja (purposive). Wilayah ini dipilih karena merupakan salah satu desa yang memiliki area persawahan yang cukup luas dan terdapat anggota rumah tangga yang bekerja sebagai buruh tani. Pengmpulan data primer menggunakan kuisioner yang dikombinasikan dengan teknik wawancara. Populasi sampling dari penelitian ini adalah seluruh masyarakat atau penduduk di Desa Cikarawang yang minimal salah satu dari anggota rumah tangganya baik laki-laki maupun perempuan bekerja sebagai buruh tani. Unit analisis ialah rumah tangga dan individu. Pemilihan responden dilakukan dengan metode pengambilan sampel acak sederhana (simple random sampling). Pemilihan sampel dilakukan dengan memilih salah satu dari tujuh RW di Desa Cikarawang kemudian dari populasi sampling (RW) dibuat kerangka sampling yang unsurnya adalah rumah tangga yang salah satu anggotanya bekerja sebagai buruh tani. Jumlah kerangka sampling yang ada sebanyak 58 rumah tangga. Responden yang dipilih sebanyak 90 orang dengan proporsi 45 orang laki-laki dan 45 orang perempuan. Hasil dari penelitian ini menyatakan bahwa ketimpangan gender pada rumah tangga buruh tani dapat diidentifikasi dari ketimpangan akses dan kontrol setiap anggota rumah tangga terhadap berbagai sumberdaya nafkah (livelihood assets). Ketimpangan gender juga berhubungan dan berpengaruh dengan tingkat kemiskinan rumah tangga buruh tani, hal ini memperlihatkan bahwa pada rumah tangga buruh tani yang mengalami ketimpangan gender terdapat kecenderungan rumah tangga buruh tani tersebut lebih miskin daripada rumah tangga buruh tani yang tidak mengalami ketimpangan gender. Sebagian besar rumah tangga buruh tani di Desa Cikarawang mengalami ketimpangan gender sehingga mereka berada pada kelompok ekonomi rumah tangga sangat miskin. Tingkat kemiskinan berhubungan dan berpengaruh dengan strategi bertahan hidup rumah tangga buruh tani, hal ini memperlihatkan bahwa pada rumah tangga buruh tani yang miskin terdapat kecenderungan untuk menerapkan strategi bertahan hidup yang lebih banyak daripada rumah tangga buruh tani yang tidak miskin. Sebagian besar rumah tangga buruh tani di Desa Cikarawang berada pada kelompok ekonomi rumah tangga sangat miskin sehingga mereka menerapkan strategi bertahan hidup dengan jumlah yang banyak. Ketimpangan gender berhubungan dan berpengaruh dengan jumlah strategi bertahan hidup yang diterapkan rumah tangga buruh tani, hal ini memperlihatkan bahwa pada rumah tangga buruh tani yang mengalami ketimpangan gender terdapat kecenderungan untuk menerapkan strategi bertahan hidup yang lebih banyak daripada rumah tangga buruh tani yang tidak mengalami ketimpangan gender. Sebagian besar rumah tangga buruh tani di Desa Cikarawang mengalami ketimpangan gender sehingga mereka menerapkan strategi bertahan hidup dengan jumlah yang banyak. 25 Analisis Pustaka: Peneliti tidak memberikan penjelasan mengenai alasan menggunakan istilah berhubungan dan berpengaruh secara sekaligus. Penjelasan hanya berupa angka-angka statistika yang menunjukkan hubungan dua variabel tetapi tidak menjelaskan apa dampak dari penggunaan kedua istilah itu secara bersamaan padahal peneliti menggunakan dua jenis uji statistika yakni rank spearman untuk menunjukkan hubungan dan uji regresi linear untuk menunjukkan pengaruh. Selain itu, peneliti mengatakan bahwa semakin miskin suatu rumah tangga maka kecenderungan untuk menerapkan jumlah strategi bertahan hidup yang banyak akan semakin tinggi, namun tidak mengikutsertakan kemungkinan akibat-akibat lain seperti apa saja jenis strategi bertahan hidup yang akan diterapkan, jumlah anggota rumah tangga yang ikut dilibatkan, dan bagaimana pembagian kerja yang terbentuk ketika rumah tangga menerapkan strategi bertahan hidup yang beragam. Judul : Peran Gender dalam Pengambilan Keputusan dan Kesejahteraan Subjektif pada Keluarga Usia pensiun Tahun : 2014 Jenis Pustaka : Skripsi Bentuk Pustaka : Cetak Nama Penulis : Sri Wahyuni Muhsin Kota dan Nama : Bogor, Departemen Ilmu Keluarga dan Konsumen, Penerbit Fakultas Ekologi Manusia, Institut Pertanian Bogor Nama Jurnal : Volume (edisi) Hal : Alamat URL : Tanggal Unduh : Ringkasan: Indonesia mengalami kenaikan jumlah penduduk lanjut usia (lansia) yang berusia 60 tahun ke atas karena usia harapan hidup yang semakin panjang yaitu bisa mencapai usia 77 tahun. Selain perubahan fisik, masa pensiun memang salah satu masalah yang dihadapi oleh lansia dimana masa pensiun merupakan akhir pola hidup yang lama atau masa transisi ke pola hidup yang baru sehingga pensiun selalu menyangkut perubahan peran, perubahan keinginan dan nilai, dan perubahan secara keseluruhan terhadap pola hidup setiap individu. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk (1) mengidentifikasi karakteristik contoh dan karakteristik keluarga PNS dan non-PNS; (2) menganalisis pembagian peran gender dalam pengambilan keputusan dan kesejahteraan subjektif pada keluarga PNS dan nonPNS; serta (3) menganalisis hubungan karakteristik contoh, karakteristik keluarga, peran gender dalam pengambilan keputusan dan kesejahteraan subjektif pada keluarga PNS dan non-PNS. Desain penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif cross sectional study yaitu pengukuran variabel-variabel penelitian pada satu waktu bersamaan dengan objek yang berbeda. Lokasi penelitian dilakukan di Kecamatan Bogor Utara, Kota Bogor 26 (perumahan Bantarjati dan Indraprasta) dan Kecamatan Ciomas, Kabupaten Bogor (perumahan Ciomas Permai dan Taman Pagelaran). Pemilihan lokasi penelitian dilakukan secara purposive dengan mempertimbangkan bahwa daerah tersebut terdapat perumahan yang sudah lama ada sehingga diasumsikan akan terdapat penduduk usia pensiun yang memiliki latar belakang usia dan riwayat pekerjaan sesuai dengan kriteria penelitian. Populasi pada penelitian ini adalah keluarga yang telah memasuki usia pensiun (≥56 tahun) dan tinggal di wilayah Kota dan Kabupaten Bogor yaitu di empat perumahan yang telah ditentukan. Contoh pada penelitian ini adalah 160 orang suami atau istri yang telah memasuki usia pensiun (≥56 tahun), memiliki riwayat pekerjaan sebagai PNS dan non-PNS. Contoh terdiri atas 80 orang pensiunan PNS dan 80 orang non-PNS. Teknik penarikan contoh dilakukan secara purposive sampling. Data primer yang diperoleh dengan bantuan kuisioner meliputi karakteristik contoh (usia, pendidikan, riwayat pekerjaan), karakteristik keluarga (jumlah tanggungan keluarga, pendapatan, lama pernikahan), pembagian peran gender dalam pengambilan keputusan, dan kesejahtaeraan subjektif keluarga. Instrumen untuk mengukur peran gender dalam pengambilan keputusan terdiri dari empat dimensi yaitu aktivitas pengelolaan keuangan, domestik, sosial, dan manajemen usaha. Sedangkan untuk mengukur kesejahteraan subjektif terdapat empat dimensi pula yaitu ekonomi, fisik, psikologis, dan sosial. Hasil dari penelitian ini menyatakan bahwa sebagian besar contoh PNS (81.82%) maupun non-PNS (85.71%) berjenis kelamin laki-laki. Usia contoh terkategori ke dalam dewasa akhor dengan total rata-rata usia contoh 60.91 tahun. Berdasarkan lama pendidikan, rata-rata contoh PNS menempuh pendidikan selama 13.52 tahun sedangkan non-PNS menempuh pendidikan 12.74 tahun. Rata-rata lama pernikahan contoh PNS adalah 33.96 tahun sedangkan non-PNS 32.75 tahun. Rata-rata jumlah tanggungan keluarga contoh PNS sebanyak 2.92 orang sedangkan non-PNS sebanyak 3.22 orang. Berdasarkan pendapatan keluarga contoh, PNS (Rp5 117 262.3) rata-rata memperoleh pendapatan relatif lebih tinggi dibandingkan dengan non-PNS (Rp4 663 235.9). Pada kegiatan pengelolaan keuangan keluarga terlihat bahwa keluarga pensiunan PNS pengambilan keputusannya lebih banyak dilakukan secara bersamasama (83.1%) begitupun dengan keluarga non-PNS(76.6%). Pada kegiatan domestik, keluarga pensiunan PNS pengambilan keputusannya lebih banyak dilakukan secara bersama-sama (59.7%) begitu juga dengan keluarga non-PNS (58.4%). Persentase pengambilan keputusan yang dilakukan istri pada aktivitas domestik juga masih tinggi pada keluarga PNS dan non-PNS, suami juga ikut terlibat dalam kegiatan domestik walaupun persentasenya lebih kecil. Pada kegiatan sosial, lebih banyak dilakukan secara bersama-sama antara suami-istri baik pada keluarga contoh PNS (68.8%) dan keluarga non-PNS (67.5%). Hasil penelitian juga menunjukkan bahwa variabel yang berpengaruh terhadap pengambilan keputusan pengelolaan keuangan ialah lama pendidikan (+) dan pendapatan keluarga (+). Variabel yang berpengaruh terhadap pengambilan keputusan manajemen usaha ialah besar keluarga (+). Variabel yang berpengaruh terhadap kesejahteraan subjektif ialah pendapatan (+) dan usia (-). Sedangkan variabel lama pendidikan, lama pernikahan, dan jumlah tanggungan keluarga tidak terlalu berpengaruh terhadap kesejahteraan subjektif keluarga. Analisis Pustaka: Penelitian ini sudah memaparkan semua aspek yang berkaitan dengan penelitian dengan baik, mulai dari variabel, karakteristik contoh serta memberikan hasil dan kesimpulan yang dapat menjawab rumusan masalah yang dimiliki. 27 Judul : Tingkat Otonomi Perempuan Pekerja dan FaktorFaktor yang Mempengaruhinya (Kasus Desa Sumberjaya, Kabupaten Bekasi, Propinsi Jawa Barat) Tahun : 2014 Jenis Pustaka : Jurnal Bentuk Pustaka : Elektronik Nama Penulis : Monalisa Tri Oktaviani Kota dan Nama : Bogor, Penerbit Nama Jurnal : Volume (edisi) Hal : Alamat URL : http://repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/1234567 89/68895/I14mto.pdf?sequence=1 Tanggal Unduh : 29 Desember 2014 pukul 08.17 WIB Ringkasan: Industrialisasi sebagai akibat majunya ilmu pengetahuan yang berhubungan langsung dengan berkembangnya inovasi, membuka peluang kepada perempuan untuk ikut bekerja. Hal ini dapat membuat perempuan berperan serta secara ekonomi sehingga menghasilkan pendapatan (uang) untuk dirinya sendiri maupun untuk membantu perekonomian keluarganya. Tujuan dari penelitian ini adalah (1) menganalisis pengaruh ideologi gender perempuan terhadap beban kerja perempuan dalam rumahtangganya; (2) menganalisis pengaruh ideologi gender perempuan terhadap kontribusi ekonomi perempuan dalam rumahtangganya; (3) menganalisis pengaruh pendidikan perempuan terhadap kontribusi ekonomi perempuan dalam rumahtangganya; (4) menganalisis pengaruh beban kerja perempuan terhadap kontribusi ekonomi perempuan dalam rumahtangganya; dan (5) menganalisis pengaruh kontribusi ekonomi perempuan terhadap otonomi perempuan dalam rumahtangganya. Penelitian ini dilakukan dengan pendekatan kuantitatif (angket dan interview) yang didukung dengan pendekatan kuantitatif (metode studi kasus). Lokasi penelitian dilakukan di Desa Sumber Jaya, Kabupaten Bekasi, Provinsi Jawa Barat. Pemilihan lokasi dilakukan secara sengaja (purposive) berdasarkan pertimbangan bahwa di wilayah tersebut terdapat perempuan menikah yang bekerja mencari nafkah. Populasi sasaran dalam penelitian ini adalah seluruh perempuan menikah yang berjumlah 188 orang di perumahan Griya Asri 2 RW 40, Desa Sumber Jaya, Kabupaten Bekasi. Kerangka sampling dalam penelitian ini adalah seluruh perempuan menikah yang bekerja mencari nafkah berjumlah 89 orang. Pengambilan sampel/responden dalam penelitian ini dilakukan secara acak sederhana yang diambil dari kerangka sampling sebanyak 60 orang. Hasil penelitian ini menyatakan bahwa sebagian besar responden sebanyak 83.3% menganut ideologi gender yang lemah dan hanya sebagian kecil atau 16.7% yang menganut ideologi gender yang kuat. Ideologi gender dimaknai sebagai suatu pemikiran yang dianut masyarakat bahwa perempuan mempunyai peran yang berbeda dengan lakilaki khususnya dalam hal kerja. Ideologi gender diukur oleh seberapa kuat wawasan gender yang dipunyai perempuan dibanding dengan laki-laki. Ideologi gender dalam penelitian ini dibagi menjadi dua kategori, yakni ideologi gender kuat yaitu apabila 28 terdapat pemikiran bahwa perempuan memiliki peran yang berbeda dengan laki-laki, sedangkan ideologi gender lemah yaitu apabila terdapat pemikiran bahwa relatif tidak ada perbedaan antara peran laki-laki dan perempuan. Ideologi gender dapat berpengaruh pada beban kerja responden, semakin lemah ideologi gender yang dianut responden maka beban kerja yang ditanggung responden menjadi semakin ringan. Hal ini disebabkan karena semakin tidak kuatnya ideologi gender yang dianut responden, maka responden menganggap kerja produktif bukan hanya tanggungjawab laki-laki, melainkan tanggungjawab bersama antara perempuan dan laki-laki, maka beban kerja yang ditanggung perempuan akan semakin ringan. Terdapat hubungan antara ideologi gender yang dianut oleh pekerja perempuan dengan kontribusi ekonomi perempuan yakni semakin tidak kuat ideologi gender yang dianut responden maka semakin tinggi kontribusi ekonomi perempuan. Pendidikan memiliki hubungan dengan kontribusi ekonomi karena pendidikan merupakan satu-satunya hal yang menjadi urgensi dalam meningkatkan status perempuan, karena pendidikan akan mempermudah perempuan dalam mencari pekerjaan sehingga mereka dapat mandiri dalam hal ekonomi. Semakin banyak waktu kerja produksi dan reproduksi yang dilakukan responden perempuan makin tinggi beban kerja yang ditanggungnya maka semakin sedikit kontribusi ekonomi yang disumbangkan ke dalam rumah tangga. Hal ini disebabkan karena waktu kerja produksi perempuan terambil banyak oleh waktu kerja reproduksinya dalam rumah tangga. Dengan kata lain, kesempatan kerja produktif perempuan kecil karena perempuan dituntut pula melakukan kerja reproduktif dalam rumah tangga. Terdapat hubungan antara kontribusi ekonomi dengan otonomi yang dimiliki perempuan dalam rumah tangga. Kontribusi ekonomi responden yang tinggi berakibat pada tingginya otonomi perempuan tersebut dalam rumahtangganya. Otonomi diukur dengan bagaimana kekuasaan perempuan dalam pengambilan keputusan dalam rumahtangganya. Analisis Pustaka: Penelitian ini sudah memberikan penjelasan yang cukup baik mengenai variabel, metode, dan sebagainya. Namun yang menjadi kekurangan dari penelitian ini adalah peneliti memberikan penjelasan mengenai keterkaitan antar variabel hanya pada bagian pembahasan sedangkan pada bagian hasil/kesimpulan peneliti justru mengemukakan kesimpulan yang kurang menjawab rumusan masalah dan tujuan penelitian. Hal ini menyulitkan pembaca jika hendak mengetahui bagaimana hasil dari penelitian mengenai hubungan/pengaruh antar variabel yang diteliti. Hasil penelitian yang di tuliskan dalam ringkasan merupakan penjelasan yang ada pada bagian pembahasan, bukan pada bagian hasil/kesimpulan. 29 RANGKUMAN DAN PEMBAHASAN Karakteristik Individu dan Karakteristik Keluarga Karakteristik contoh dan keluarga adalah segala informasi yang berkaitan dengan identitas diri contoh dan keluarganya, seperti usia, pekerjaan, lama pendidikan, jumlah anggota keluarga, pendapatan, dan lama pernikahan (Muhsin 2014). Berbagai penelitian yang telah diadakan sebelumnya menyatakan bahwa terdapat beragam indikator berbeda dari masing-masing peneliti yang dapat dikategorikan sebagai karakteristik individu dan karakteristik keluarga dari responden. Tabel 1. Perbandingan Karakteristik Individu dan Keluarga berdasarkan Literatur pada Tahun 2000-2014 Indikator 1 Karakteristik Individu Usia Tingkat pendidikan Status perkawinan Status kerja √ Pengalaman kerja Jabatan dalam pekerjaan Karakteristik Keluarga Besar keluarga √ Jumlah tanggungan √ Usia suami Tingkat pendidikan suami Pekerjaan suami Pendapatan rumah √ tangga Pengeluaran rumah tangga Kepemilikan asset Agama 2 3 4 5 6 √ √ √ √ Penulis 7 8 9 10 11 12 13 √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ Ket: 1.Yeni Adriyani (2000); 2.Elly Suhartini (2001); 3.Margaretha Tombokan (2001); 4.Rinaldi Ekaputra (2007); 5. Tyas Retno Wulan, Dalhar Shodiq, Soetji Lestari dan Rili Windiasih (2010); 6.Tyas Retno Wulan (2010); 7.Ika Meylasari (2010); 8.Latifatul Hayati (2011); 9.Putri Asih Sulistyo dan Ekawati Sri Wahyuni (2012); 10.Novita Puspitasari (2012); 11.Muhammad Septiadi (2013); 12.Sri Wahyuni Muhsin (2014); 13. Monalisa Tri Oktaviani (2014). Karakteristik individu dan karakteristik keluarga menjadi penting untuk dikaji karena masing-masing karakteristik baik individu maupun keluarga akan berpengaruh terhadap berlangsungnya kegiatan dalam keluarga. Pengaruh antara karakteristik 30 individu dan keluarga dengan variabel-variabel lain yang terdapat dalam analisis rumah tangga telah diungkapkan oleh beberapa hasil penelitian terdahulu. Usia memiliki hubungan yang signifikan dengan kesejahteraan keluarga, hal ini disebabkan oleh semakin tinggi usia responden dan suami responden maka semakin tinggi pendapatan rumah tangga yang mereka miliki karena jumlah tanggungan dalam keluarga umumnya sudah semakin berkurang (Wulan 2010; Meylasari 2010; Hayati 2011; Sulistyo dan Wahyuni 2012; Septiadi 2013; Muhsin 2014; Oktaviani 2014). Semakin tinggi usia contoh dan suami contoh, maka semakin tinggi pula tingkat kesejahteraan objektif keluarga contoh. Semakin tua usia seorang petani, maka cenderung memiliki lahan kebun dan pekarangan yang lebih luas, sehingga pendapatan keluarga yang dimiliki pun akan semakin besar. Semakin tua usia petani maka anggota keluarga yang menjadi tanggungan pun akan semakin berkurang (Puspitasari 2012). Lama pendidikan dan pendapatan keluarga berhubungan positif signifikan dengan pengambilan keputusan pada peran pengelolaan keuangan, dimana semakin lama menempuh pendidikan dan memiliki pendapatan yang tinggi maka pengambilan keputusan dalam pengelolaan keuangan cenderung lebih dilakukan secara bersamasama agar keuangan di dalam keluarga dapat terkontrol dengan baik. Semakin lama pendidikan yang ditempuh memberikan kesempatan untuk mendapatkan pekerjaan dan pendapatan yang lebih tinggi sehingga dapat meningkatkan status ekonomi keluarga (Wulan 2010; Meylasari 2010; Hayati 2011; Sulistyo dan Wahyuni 2012; Puspitasari 2012; Septiadi 2013; Muhsin 2014; Oktaviani 2014). Pendapat yang senada juga diungkapkan oleh Tombokan (2001) yang menyatakan bahwa pendidikan akan berpengaruh pada bekerja atau tidaknya ibu. Dengan kata lain variabel pendidikan akan mempengaruhi kemampuan perempuan untuk lebih akses terhadap sumberdaya, dalam hal ini sumberdaya keuangan. Variabel status perkawinan hanya muncul pada penelitian Wulan (2010) yang menyatakan bahwa buruh migran yang berstatus sudah menikah umumnya akan mengirimkan remitan yang lebih besar daripada yang berstatus belum menikah karena rasa tanggungjawab mereka terhadap keluarganya. Namun, di semua penelitian terdahulu sebenarnya status perkawinan merupakan syarat utama pemilihan responden karena ingin mengetahui kontribusi ekonomi perempuan terhadap pendapatan rumah tangga. Jabatan perempuan dalam pekerjaannya berhubungan langsung dengan tingkat pendapatan yang diperoleh oleh perempuan (Hayati 2011). Jumlah anggota keluarga berhubungan positif dengan peran gender dalam pengambilan keputusan manajemen usaha, dimana semakin banyak anggota keluarga maka pembagian peran gender dalam keputusan aktivitas manajemen usaha memungkinkan dilakukan secara bersama-sama. Jumlah anggota keluarga sangat berkaitan dengan pengambilan keputusan dalam keluarga, dimana semakin banyak anggota keluarga akan memudahkan keluarga dalam mengerjakan pekerjaan usaha yang sedang dijalankan. Jumlah anggota keluarga juga berhubungan positif signifikan dengan peran gender dalam pengambilan keputusan manajemen usaha, dimana semakin banyak anggota keluarga maka pembagian peran gender dalam keputusan aktivitas manajemen usaha memungkinkan dilakukan secara bersama-sama (Adriyani 2000; Tombokan 2001; Meylasari 2010; Hayati 2011; Sulistyo dan Wahyuni 2012; Muhsin 2014). Besar keluarga memiliki hubungan yang negatif dengan kesejahteraan keluarga. Semakin sedikit jumlah anggota keluarga maka beban keluarga dalam memenuhi kebutuhan keluarga akan semakin berkurang sehingga tingkat kesejahteraan keluarga akan semakin meningkat. Artinya semakin sedikit jumlah anggota keluarga maka kesejahteraan akan semakin tinggi. Semakin banyak jumlah anggota keluarga maka pendapatan per kapita 31 yang diperoleh akan lebih sedikit dan konsumsi keluarga akan semakin tinggi sehingga beban untuk kepala keluarga akan semakin berat (Puspitasari 2012). Kontribusi Ekonomi Perempuan terhadap Pendapatan Total Rumah Tangga Ideologi gender dapat berpengaruh pada beban kerja perempuan, semakin lemah ideologi gender yang dianut rumah tangga maka beban kerja yang ditanggung oleh perempuan menjadi semakin ringan (Oktaviani 2014). Rumah tangga yang mengalami ketimpangan gender akan cenderung melakukan lebih banyak aktivitas produktif untuk bertahan hidup. Strategi yang diterapkan antara lain ialah melakukan strategi alokasi sumberdaya manusia dengan mengikutsertakan anggota rumah tangga untuk membantu bekerja dan melakukan pekerjaan lain (Septiadi 2013). Berkurangnya beban kerja perempuan mengakibatkan perempuan dapat berpenghasilan secara materi karena terbukanya kesempatan bekerja (produktif) bagi perempuan. Dengan bekerjanya perempuan, maka perempuan dapat memberikan kontribusi ekonomi dalam rumahtangganya (Oktaviani 2014). Pendapatan perempuan adalah hasil yang diperoleh responden dari kerja produktif yang dilakukan oleh perempuan (Puspitasari 2012). Pendapatan ekonomi ini umumnya akan digunakan untuk membantu perekonomian keluarga sehingga akan dikombinasikan dengan pendapatan suami atau anggota rumah tangga lain baru kemudian digunakan untuk memenuhi kebutuhan rumah tangga tersebut. Sumbangan pendapatan yang diberikan oleh perempuan ini kemudian oleh banyak peneliti disebut sebagai kontribusi ekonomi perempuan. Kontribusi ekonomi perempuan yaitu proporsi pendapatan perempuan terhadap pendapatan rumah tangga. Kontribusi ini dihitung dengan cara pendapatan perempuan dibagi dengan pendapatan rumah tangga kemudian dikali seratus persen (Sulistyo dan Wahyuni 2012). Sedangkan pendapat lain menyatakan bahwa kontribusi ekonomi perempuan adalah proporsi pendapatan perempuan terhadap pendapatan total rumah tangga (Puspitasari 2012). Akumulasi dari sumberdaya keuangan yang diperoleh oleh masing-masing anggota keluarga disebut sebagai pendapatan rumah tangga. Pendapatan rumah tangga diketahui dengan menjumlahkan pendapatan kepala keluarga per-bulan, pendapatan istri per-bulan, hasil pemberian, hasil pinjaman, dan hasil usaha sampingan (Tombokan 2001). Dengan demikian pendapatan rumah tangga diartikan sebagai akumulasi sumberdaya keuangan yang didapatkan dalam satuan per-bulan. Penelitian lain menyatakan bahwa pendapatan rumah tangga adalah jumlah pendapatan yang didapatkan oleh seluruh anggota keluarga, baik dari hasil usaha tani maupun dari pendapatan lainnya (Puspitasari 2012). Melakukan pengukuran terhadap pendapatan rumah tangga dengan menggunakan definisi di atas akan mudah dilakukan jika rumah tangga responden memiliki penghasilan yang tetap sehingga akan mudah melakukan penghitungan. Namun jika rumah tangga responden tidak memiliki penghasilan yang tetap, maka akan sulit untuk menentukan angka yang akurat dari pendapatan yang diperoleh rumah tangga. oleh karena itu, untuk menghitung pendapatan pada rumah tangga yang tidak memiliki pendapatan yang tetap dapat menggunakan perhitungan dari pengeluaran rumah tangga. Pengeluaran rumah tangga adalah rata-rata biaya yang dikeluarkan 32 rumah tangga dalam kurun waktu selama enam bulan terakhir untuk pengeluaran pangan maupun non-pangan. Semakin tinggi pengeluaran total keluarga petani, semakin tinggi pula kesejahteraan objektif keluarga petani tersebut. Hal ini berarti keluarga petani yang memiliki pendapatan total yang tinggi maka akan memiliki pengeluaran total yang tinggi pula (Puspitasari 2012). Pendapatan yang tinggi belum tentu dapat memberikan kontribusi ekonomi yang tinggi terhadap pendapatan rumah tangga, namun ada kecenderungan semakin tinggi pendapatan maka akan semakin besar pula kontribusinya terhadap pendapatan rumah tangga. Meskipun demikian, kontribusi ekonomi yang diberikan wanita pada pendapatan rumah tangga berkorelasi dengan pendapatan rumah tangga yakni mempengaruhi peningkatan pendapatan rumah tangga (Adriyani 2000). Penghasilan yang diperoleh perempuan nelayan akan menambah keuangan rumah tangga karena tingkat pendapatan yang diperoleh suami belum mencukupi untuk pemenuhan kebutuhan hidup sehari-hari. Dalam rumah tangga nelayan miskin, kontribusi ekonomi perempuan yang bekerja mencari nafkah sangat berarti dalam membantu perekonomian rumahtangganya (Adriyani 2000). Kontribusi pendapatan istri terhadap pendapatan keluarga berkorelasi positif signifikan dengan kesejahteraan keluarga (Puspitasari 2012). Pendapatan perempuan atau laki-laki dipengaruhi oleh frekuensi kerja nafkah atau pekerjaan mencari nafkah. Seberapa sering laki-laki atau perempuan mencari nafkah menentukan seberapa besar pendapatan yang diperolehnya. Meskipun demikian, pada strata rumah tangga nelayan miskin, seberapa banyak dan sering perempuan bekerja mencari nafkah, pendapatan yang dihasilkan masih tergolong kecil. Hal ini terjadi karena kegiatan nafkah yang dilakukan oleh perempuan pada strata miskin ini masih dalam skala kecil karena keterbatasan modal yang dimiliki sehingga meskipun frekuensinya sering namun tetap saja pendapatan yang diperolehnya masih rendah secara nominal (Adriyani 2000). Tinggi atau rendahnya kontribusi ekonomi perempuan ditentukan oleh jumlah anggota rumah tangga yang bekerja mencari nafkah dan memperoleh pendapatan berupa uang (Puspitasari 2012). Analisis Gender Gender adalah perbedaan peranan sosial antara laki-laki dan perempuan, pembagian kegiatan domestik, publik yang didalamnya termasuk manajemen keuangan usaha tani (Puspitasari 2012). Perbedaan peran gender antara laki-laki dan perempuan dalam masyarakat yang mengarah pada praktik ketimpangan gender dapat diidentifikasi dengan melihat keterlibatan peran antara laki-laki dan perempuan dalam aktivitas, serta akses dan kontrol dalam rumah tangga (Septiadi 2013). Ketimpangan gender adalah perbedaan peran dan posisi antara laki-laki dan perempuan yang dapat diukur dari akses dan kontrol mereka dalam rumah tangga (Septiadi 2013). Analisis gender tidak hanya melihat peran dan aktivitas, akan tetapi mencakup hubungan dalam hal “siapa mengerjakan apa, siapa yang membuat keputusan, siapa yang membuat keuntungan dan siapa yang menggunakan sumberdaya”. Gender framework analysis technic atau yang lebih dikenal dengan analisis Harvard merupakan 33 salah satu teknik analisis gender dengan melihat profil gender suatu kelompok sosial melalui interrelasi antara tiga komponen yaitu profil aktivitas, profil akses dan kontrol. Pembagian Kerja dalam Rumah Tangga Pembagian kerja dalam rumah tangga ialah kebijakan di dalam masing-masing keluarga responden terhadap tindakan pembagian tugas dalam rumah tangga (Puspitasari 2012). Pembagian kerja menjadi penting untuk dikaji karena melalui pembagian kerja dalam rumah tangga dapat terlihat bagaimana relasi yang terbentuk antara suami dan istri dalam melaksanakan kegiatan rumahtangganya. Pembagian kerja antara laki-laki dan perempuan dalam rumah tangga mencakup kegiatan dalam bidang produktif, reproduktif, dan sosial kemasyarakatan yang dialokasikan di antara anggota keluarga (Meylasari 2010). Peran domestik adalah peran yang dilakukan oleh seseorang, laki-laki atau perempuan untuk kegiatan yang berkaitan dengan pemeliharaan sumberdaya manusia dan pekerjaan rumah tangga. Sedangkan peran sosial adalah peran yang dilakukan oleh seseorang, laki-laki atau perempuan untuk berpartisipasi dalam kegiatan masyarakat (Muhsin 2014). Pembagian kerja umumnya menyangkut kegiatan dalam bidang produktif, reproduktif, dan sosial kemasyarakatan. Pembagian kerja dalam rumah tangga menempatkan perempuan pada posisi dwiperan (Sulistyo dan Wahyuni 2012). Selain perempuan berperan dalam kegiatan rumah tangga, perempuan pun berperan dalam kegiatan mencari nafkah terutama bagi rumah tangga nelayan miskin yang menuntut perempuan untuk membantu mencari nafkah. Hal ini disebabkan karena jika musim “paila” atau sepi, suami mereka jarang melaut dan banyak yang menganggur karena hasil tangkapan yang diperolehnya sedikit (Adriyani 2000). Ideologi gender dapat berpengaruh pada beban kerja responden, semakin lemah ideologi gender yang dianut responden maka beban kerja yang ditanggung responden menjadi semakin ringan. Hal ini disebabkan karena semakin tidak kuatnya ideologi gender yang dianut responden, maka responden menganggap kerja produktif bukan hanya tanggungjawab laki-laki, melainkan tanggungjawab bersama antara perempuan dan laki-laki, maka beban kerja yang ditanggung perempuan akan semakin ringan. Berkurangnya beban kerja perempuan mengakibatkan perempuan dapat berpenghasilan secara materi karena terbukanya kesempatan bekerja (produktif) bagi perempuan. Dengan bekerjanya perempuan, maka perempuan dapat memberikan kontribusi ekonomi dalam rumahtangganya (Oktaviani 2014). Dengan demikian, pembagian kerja dalam rumah tangga tergantung pada bagaimana anggota rumah tangga memaknai tugas dan kewajiban mereka masing-masing dalam keluarga. Selain itu pengalaman bekerja di luar negeri misalnya, membuat perempuan memiliki wawasan tentang hubungan suami istri yang cenderung lebih setara sehingga mendorong mereka untuk menuntut adanya perubahan relasi antara suami dan istri menjadi lebih saling menghormati dan bekerjasama dalam mengerjakan berbagai kegiatan rumah tangga baik produktif, reproduktif, maupun sosial kemasyarakatan (Wulan et al. 2010). 34 Posisi dalam Rumah Tangga Akses adalah keterlibatan responden dalam mengakses berbagai sumberdaya produktif yang dapat diukur dari kepemilikan dan penggunaanberbagai sumberdaya produktif dalam rumah tangga. Sedangkan kontrol adalah kemampuan responden untuk mengambil keputusan terkait kendali terhadap sumberdaya dan manfaat dapat diukur dari penentuan alokasi terhadap berbagai sumberdaya produktif dalam rumah tangga. Hasil penelitian Septiadi (2013) menyatakan bahwa ketimpangan gender pada rumah tangga buruh tani dapat diidentifikasi dari ketimpangan akses dan kontrol setiap anggota rumah tangga terhadap berbagai sumberdaya nafkah (livelihood assets). Posisi perempuan dalam rumah tangga diartikan menjadi hak bicara, hak suara, dan hak berpartisipasi dalam pengambilan keputusan dalam rumah tangga. Posisi dapat menggambarkan garis subordinasi peran dan tanggungjawab antara laki-laki dan perempuan (Sulistyo dan Wahyuni 2012). Pengambilan keputusan antara laki-laki dan perempuan tidak hanya terjadi dalam lingkungan formal, tetapi juga dalam rumah tangga. Dominasi antara laki-laki dan perempuan akan menggambarkan peta kekuasaan, peran, dan tanggungjawab dalam rumah tangga tersebut, semua itu dapat menunjukkan posisi seseorang dalam rumahtangganya (Sulistyo dan Wahyuni 2012). Oleh karena itu pengambilan keputusan dalam rumah tangga menjadi penting untuk dikaji karena dapat memperlihatkan posisi tiap individu dalam rumah tangga. Tabel 2. Perbandingan Posisi dalam Rumah Tangga berdasarkan Literatur pada Tahun 2000-2014 Posisi dalam Rumah Tangga Pembagian kerja Akses dan kontrol Pengambilan keputusan Kontribusi ekonomi Pengalaman Kepemilikan asset Partisipasi dalam organisasi 1 2 3 √ √ √ √ √ √ √ 4 5 6 √ √ √ Penulis 7 8 9 10 √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ 11 12 √ 13 √ √ √ √ Ket: 1.Yeni Adriyani (2000); 2.Elly Suhartini (2001); 3.Margaretha Tombokan (2001); 4.Rinaldi Ekaputra (2007); 5. Tyas Retno Wulan, Dalhar Shodiq, Soetji Lestari dan Rili Windiasih (2010); 6.Tyas Retno Wulan (2010); 7.Ika Meylasari (2010); 8.Latifatul Hayati (2011); 9.Putri Asih Sulistyo dan Ekawati Sri Wahyuni (2012); 10.Novita Puspitasari (2012); 11.Muhammad Septiadi (2013); 12.Sri Wahyuni Muhsin (2014); 13. Monalisa Tri Oktaviani (2014). Pengambilan keputusan umumnya akan didominasi oleh pihak yang dianggap lebih memiliki wewenang atau kekuasaan dalam rumah tangga. Otonomi perempuan dalam distribusi kekuasaan (pengambilan keputusan) khususnya dalam bidang produktif semakin meningkat. Hal ini menunjukkan bahwa BMP semakin berkembang dan dihargai dalam rumah tangga dan posisi BMP semakin setara dengan laki-laki dalam rumah tangga (Sulistyo dan Wahyuni 2012). Kekuasaan dinyatakan sebagai kemampuan untuk mengambil keputusan yang mempengaruhi kehidupan keluarga itu bisa tersebar dengan sama nilainya atau tidak sama nilainya, khususnya antara suami dan istri, sedangkan pembagian kerja menunjuk pada pola peranan yang ada dalam keluarga dimana khususnya suami dan istri 35 melakukan pekerjaan-pekerjaan tertentu. Kombinasi dari kekuasaan dan pembagian kerja adalah hal yang paling mendasar dalam keluarga (Tombokan 2001). Tabel 3. Perbandingan Pengambilan Keputusan dalam Rumah Tangga berdasarkan Literatur pada Tahun 2000-2014 Pengambilan Keputusan 1 Kegiatan Reproduktif Makanan √ Perbaikan rumah √ Pembelian pakaian √ Pembelian perabot rumah √ tangga Pengelolaan keuangan √ Transportasi √ Kesehatan √ Pendidikan √ Reproduksi Kegiatan Produktif Nafkah √ Kegiatan sosial Kemasyarakatan Arisan Kerja Bakti Rapat Desa Pengajian Menghadiri Hajatan/Kematian 2 3 √ √ √ 4 5 6 Penulis 7 8 9 √ 10 11 12 13 √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ Ket: 1.Yeni Adriyani (2000); 2.Elly Suhartini (2001); 3.Margaretha Tombokan (2001); 4.Rinaldi Ekaputra (2007); 5. Tyas Retno Wulan, Dalhar Shodiq, Soetji Lestari dan Rili Windiasih (2010); 6.Tyas Retno Wulan (2010); 7.Ika Meylasari (2010); 8.Latifatul Hayati (2011); 9.Putri Asih Sulistyo dan Ekawati Sri Wahyuni (2012); 10.Novita Puspitasari (2012); 11.Muhammad Septiadi (2013); 12.Sri Wahyuni Muhsin (2014); 13. Monalisa Tri Oktaviani (2014). Faktor yang berpengaruh terhadap pengambilan keputusan dalam rumah tangga yakni umur istri, besar keluarga, lama pendidikan suami, lama pendidikan istri, pendapatan keluarga perkapita, partisipasi istri dalam organisasi, pendidikan informal istri, kepemilikan istri dalam keluarga, persepdi suami terhadap peran tradisional istri, keterlibatan ayah dalam pengasuhan anak, suku, dan status kerja ibu. Pola pengambilan keputusan dalam keluarga juga dipengaruhi oleh status sosial ekonomi yang antara lain meliputi aspek pendidikan, pendapatan, kepemilikan dalam keluarga, dan partisipasi dalam organisasi. Pola pengambilan keputusan dalam keluarga dipengaruhi oleh status sosial ekonomi yang antara lain meliputi aspek pendidikan, pendapatan, kepemilikan dalam keluarga, dan partisipasi dalam organisasi. Pola pengambilan keputusan dilihat pada bidang makanan, pendidikan, kesehatan, perumahan, perabot rumah tangga, pakaian, rekreasi, reproduksi, keuangan, dan pendidikan moral anak (Tombokan 2001). Kegiatan pengaturan penyediaan makanan keluarga masih dominan dilakukan oleh istri karena suami masih menganut sistem patriarki yang mengatur bahwa peran pencari nafkah utama dilakukan oleh suami sedangkan peran pengatur penyediaan pangan dilakukan oleh istri (Muhsin 2014). Hampir semua kegiatan reproduktif seperti menyiapkan makanan, pembelian pakaian, pembelian perabot rumah tangga masih 36 didominasi oleh istri karena keluarga masih menganggap bahwa kegiatan domestik merupakan tanggungjawab istri sedangkan untuk perbaikan rumah dan kesehatan masih didominasi oleh suami (Adriyani 2000; Tombokan 2001; Meylasari 2010; Puspitasari 2012). Kegiatan produktif mencari nafkah masih didominasi oleh laki-laki karena menganggap bahwa sudah menjadi kewajiban dari kepala keluarga untuk memenuhi kebutuhan rumah tangga (Adriyani 2000; Tombokan 2001; Meylasari 2010; Puspitasari 2012). Sedangkan menurut Meylasari (2010) pengambilan keputusan dipengaruhi oleh kontribusi ekonomi dan sumberdaya pribadi yang dimiliki individu dalam rumah tangga. Sumberdaya pribadi yang dimaksud terdiri atas pendidikan, rumah, tanah, lahan, pengalaman kerja, dan sebagainya. Lama pendidikan dan pendapatan keluarga berhubungan positif signifikan dengan pengambilan keputusan pada peran pengelolaan keuangan, dimana semakin lama menempuh pendidikan dan memiliki pendapatan yang tinggi maka pengambilan keputusan dalam pengelolaan keuangan cenderung lebih dilakukan secara bersama-sama agar keuangan di dalam keluarga dapat terkontrol dengan baik (Muhsin 2014). Sedangkan peran gender dalam pengambilan keputusan adalah pembagian peran antara suami istri baik yang terdiri dari pembagian peran dalam aktivitas pengelolaan keuangan, domestik, sosial dan manajemen usaha (Muhsin 2014). Pada kegiatan pengelolaan keuangan keluarga terlihat bahwa pengambilan keputusannya lebih banyak dilakukan secara bersama-sama (Adriyani 2000; Tombokan 2001; Puspitasari 2012). Jika dilihat dari data untuk kategori pengambilan keputusan yang dilakukan suami dominan terlihat bahwa persentase pada keluarga non-PNS dua kali lebih besar dibandingkan dengan keluarga pensiunan PNS, hal ini dikarenakan pada keluarga non-PNS masih ada yang melakukan aktivitas mencari nafkah untuk memenuhi kebutuhan keluarga (Muhsin 2014). 37 SIMPULAN Hasil Rangkuman dan Pembahasan Ideologi gender yang dianut dalam rumah tangga di Indonesia umumnya memposisikan perempuan sebagai pengelola kegiatan domestik rumah tangga sedangkan laki-laki sebagai pengelola kegiatan produktif yakni pencari nafkah bagi keluarga. Sebagai individu, perempuan memiliki berbagai potensi yang dapat digunakan untuk mengembangkan dirinya serta keluarganya. Sumberdaya pribadi yang dimiliki oleh perempuan meliputi usia, tingkat pendidikan, tingkat pendapatan, jenis pekerjaan, lama bekerja. Sedangkan sumberdaya keluarga meliputi usia suami, tingkat pendidikan suami, jenis pekerjaan suami, tingkat pendapatan suami, besar keluarga, jumlah anak, usia anak terkecil, pendapatan total rumah tangga, dan kepemilikan aset. Pendapatan perempuan yang tinggi belum tentu dapat memberikan kontribusi ekonomi yang tinggi terhadap pendapatan rumah tangga, namun ada kecenderungan semakin tinggi pendapatan yang diperoleh perempuan maka akan semakin besar pula kontribusinya terhadap pendapatan rumah tangga. Meskipun demikian, kontribusi ekonomi yang diberikan perempuan pada pendapatan rumah tangga berkorelasi dengan pendapatan rumah tangga yakni berpengaruh terhadap peningkatan pendapatan rumah tangga. Menurut beberapa definisi yang ada, pembagian kerja dikelompokkan ke dalam tiga kategori kegiatan yakni kegiatan produktif, kegiatan reproduktif, dan kegiatan sosial kemasyarakatan. Pembagian kerja reproduktif meliputi mengurus rumah, mengurus anak, memasak, mencuci dan kegiatan lain yang umumnya bersifat rutin harian dan tidak mendatangkan keuntungan secara ekonomi; kegiatan produktif meliputi bekerja atau mencari nafkah bagi keluarga; dan kegiatan sosial kemasyarakatan meliputi kegiatan-kegiatan yang mengharuskan individu anggota rumah tangga untuk bersosialisasi dengan orang di luar rumah tangganya misalnya gotong royong, mengikuti acara adat, menghadiri pernikahan, dan sebagainya. Berdasarkan pembagian tersebut, perempuan umumnya diidentikkan dengan kegiatan-kegiatan reproduktif rumah tangga. Namun, seiring dengan perkembangan jaman dan semakin beragamnya kebutuhan yang dirasakan oleh rumah tangga, sedikit demi sedikit perempuan mulai memasuki pasar tenaga kerja dan mulai mengambil alih tanggung jawab kegiatan produktif sebagai pencari nafkah. Selain dari pembagian kerja, ketimpangan gender pada rumah tangga buruh tani juga dapat diidentifikasi dari ketimpangan akses dan kontrol setiap anggota rumah tangga terhadap berbagai sumberdaya nafkah (livelihood assets). Dalam hal ini akses dimaknai sebagai keterlibatan responden dalam mengakses berbagai sumberdaya produktif yang dapat diukur dari kepemilikan dan penggunaanberbagai sumberdaya produktif dalam rumah tangga. Sedangkan kontrol adalah kemampuan responden untuk mengambil keputusan terkait kendali terhadap sumberdaya dan manfaat dapat diukur dari penentuan alokasi terhadap berbagai sumberdaya produktif dalam rumah tangga. Pengambilan keputusan antara laki-laki dan perempuan tidak hanya terjadi dalam lingkungan formal, tetapi juga dalam rumah tangga. Dominasi antara laki-laki dan perempuan akan menggambarkan peta kekuasaan, peran, dan tanggungjawab dalam rumah tangga tersebut, semua itu dapat menunjukkan posisi seseorang dalam rumahtangganya. Pengambilan keputusan dipengaruhi oleh kontribusi ekonomi dan sumberdaya pribadi yang dimiliki individu dalam rumah tangga. Pengambilan 38 keputusan dilihat dari siapa yang membuat keputusan pada bidang makanan, pendidikan, kesehatan, perumahan, perabot rumah tangga, pakaian, rekreasi, reproduksi, keuangan, dan pendidikan moral anak. 39 Perumusan Masalah dan Pertanyaan Penelitian Skripsi Ketika kepala keluarga dinilai tidak lagi mampu menjalani perannya sebagai pencari nafkah tunggal bagi keluarga, maka strategi bertahan hidup yang dinilai paling efektif ialah ikut meyertakan perempuan (istri) sebagai pencari nafkah. Kegiatan produktif yang dilakukan oleh perempuan umumnya merupakan sebuah bentuk keterpaksaan untuk ikut mengambil tanggungjawab dalam pemenuhan kebutuhan keluarga dengan membantu suami bekerja mencari nafkah. Kenyataan bahwa mayoritas perempuan memiliki tingkat pendidikan dan tingkat mobilitas yang lebih rendah dibandingkan dengan laki-laki membuat perempuan hanya mampu berpartisipasi dalam pekerjaan-pekerjaan yang relatif tidak mengikat dan memberikan upah yang rendah. Faktor-faktor yang mempengaruhi kemampuan perempuan untuk akses terhadap pekerjaan dapat berasal dari individu perempuan itu sendiri ataupun disebabkan oleh lingkungan terdekatnya misalnya keluarga. Peran kerja perempuan berhubungan langsung dengan kontribusi ekonomi perempuan dalam rumah tangga. Dengan kata lain, seberapa-pun kecilnya pendapatan yang diperoleh oleh perempuan akan berpengaruh terhadap peningkatan pendapatan rumah tangga. Maka apabila pendapatan ekonomi perempuan ikut berkontribusi terhadap peningkatan pendapatan rumah tangga, maka sudah selayaknya posisi perempuan menjadi penting dan dipertimbangkan dalam pola-pola relasi yang terjalin antara laki-laki dan perempuan dalam rumah tangga. Berdasarkan uraian di atas, maka rumusan masalah yang akan diangkat dalam penelitian skripsi adalah: 1. Apa saja karakteristik individu dan karakteristik keluarga pekerja perempuan? 2. Bagaimana kontribusi ekonomi perempuan terhadap rumah tangga? 3. Bagaimana kontribusi ekonomi perempuan dalam rumah tangga berpengaruh terhadap pembagian kerja? 4. Bagaimana kontribusi ekonomi perempuan dalam rumah tangga berpengaruh terhadap akses dan kontrol atas sumberdaya dalam rumah tangga? 40 Usulan Kerangka Analisis Baru Gambar 1. Usulan Kerangka Analisis Baru Ket: : Mempengaruhi Kerangka analisis yang dibuat merupakan gabungan kerangka analisis semua pustaka yang dikaji. Kerangka ini menunjukkan adanya keterkaitan antar variabel yang dijelaskan oleh para penulis dalam pustakanya. Berdasarkan kerangka analisis dikatahui bahwa perempuan sebagai seorang individu memiliki beragam karakteristik yang kemudian disebut sebagai sumberdaya pribadi. Karakteristik individu tersebut antara lain usia, tingkat pendidikan, tingkat pendapatan, jenis pekerjaan, posisi, lama bekerja dan sebagainya. Selain itu, perempuan sebagai anggota dalam rumah tangga juga berkaitan erat dengan beberapa karakteristik khas yang dimiliki oleh rumah tangga, antara lain usia suami, tingkat pendidikan suami, jenis pekerjaan suami, tingkat pendapatan suami, besar keluarga, usia anak terkecil, pendapatan total rumah tangga, dan kepimilikan aset. Dari penelitian terdahulu diketahui bahwa kontribusi ekonomi yang diberikan oleh perempuan memiliki pengaruh yang positif terhadap peningkatan pendapatan ekonomi rumah tangga. Selain itu, diketahui pula bahwa kontribusi ekonomi individu berpengaruh terhadap kegiatan-kegiatan yang berjalan dalam rumah tangga. Kegiatan tersebut antara lain ialah pembagian kerja produktif, reproduktif, dan sosial kemasyarakatan dalam rumah tangga; kemampuan individu anggota rumah tangga untuk akses dan/atau kontrol terhadap sumberdaya; serta pola pengambilan keputusan yang terjadi dalam rumah tangga. Ini membuktikan bahwa kontribusi ekonomi perempuan dalam rumah tangga berkaitan dengan posisi perempuan dalam rumah tangga yang diukur melalui pembagian kerja antara laki-laki dan perempuan, kemampuan akses dan kontrol atas sumberdaya, serta pola pengambilan keputusan. Terbukti dalam kerangka analisis yang memperlihatkan bahwa ada hubungan yang erat diantara variabel-variabel tersebut. 41 DAFTAR PUSTAKA Adriyani Y. 2000. Pengaruh Kontribusi Ekonomi Wanita Bekerja terhadap Pola Pengambilan Keputusan dan Tingkat Kesejahteraan dalam Rumah Tangga Nelayan (Kasus Dusun Petoran, Desa Gebang Mekar, Kecamatan Babakan, Kabupaten Cirebon, Jawa Barat) [Internet]. [diunduh 29 Desember 2014]. Dapat diunduh dari: http://repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/23408/A00YAD.pdf?seq uence=2 Anzwar, Welhendri. 2001. Matrilokal dan Status Perempuan dalam Tradisi Bajapuik. Yogyakarta (ID): Galang Pr. Anzwar. 2005. Implikasi Perubahan Struktur Pemilikan Tanah dalam Relasi Sosial Komunitas Lokal di Wilayah Pinggiran Kota Padang, Studi Kasus di Kecamatan koto Tangah [disertasi]. Bandung (ID): Program Pascasarjana, Universitas Padjajaran, Bandung. Astuti TMP. 2005. Redefinisi Eksistensi Perempuan Migran: Kasus Migran Kembali di Godong, Grobogan Jawa Tengah. [disertasi]. Yogyakarta (ID): Jurusan Antropologi Universitas Gadjah Mada Yogyakarta. Budiman A. 2010. Pembagian Kerja Secara Seksual: Sebuah Pemahaman Sosiologis tentang Peran Wanita dalam Masyarakat. Jakarta (ID): Gramedia Pr. Daulay H. 2001. Pergeseran Pola Relasi Gender di Keluarga Migran: Studi Kasus TKIW di Kecamatan Rawamerta, Kabupaten Karawang, Jawa Barat. Yogyakarta (ID): Galang Pr. Ekaputra R, Handini D. 2007. Kajian Jender terhadap Kontribusi Perantau Perempuan Suku Minangkabau bagi Keluarga di Kampung Asal (Srudi Kasus Tenaga Kerja Perempuan Kepala Rumah Tangga Asal Sumatera Barat) [Internet]. [diunduh 10 Desember 2014]. Dapat diunduh dari: http://repository.unand.ac.id/3975/1/Rinaldi_eka_putra.pdf. Fahmi SH. 2008. Analisis Nilai Ekonomi Pekerjaan Ibu Rumah Tangga dan Peran Gender serta Pengaruhnya terhadap Kesejahteraan Keluarga Petani [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. Hasibuan M. 1992. Manajemen Dasar: Pengertian dan Masalah. Jakarta (ID): CV Haji Masagung. Hasyim. 1999. Menakar Harga Perempuan: Eksploitasi Lanjut atas Hak-Hak Reproduksi Perempuan dalam Islam. Syafiq, editor. Bandung (ID): Mizan. Hayati L. 2011. Kontribusi Ekonomi, Peran Ganda Perempuan dan Kesejahteraan Keluarga Buruh Pabrik (Kasus di Kecamatan Dramaga-Kabupaten Bogor) [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. Hugo G. 1995. International Labor Migration and the Family: Some Observations from Indonesia. Asian and Pacific Migration Journal. Vol.4 (1995): hal 2-3. 42 Hugo G. 1997. Migration and Female Empowerment. Working Paper. Lund (SE). Ihromi TO. 1990.Para Ibu yang berperan Tunggal dan yang Berperan Ganda [laporan penelitian]. Depok (ID): Kelompok Studi Wanita FISIP UI Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia. Ihromi TO. 2008. Bunga Rampai Sosiologi keluarga. Jakarta (ID): Yayasan Obor. Mansyur F. 1996. Analisis Gender dan Transformasi Sosial. Yogyakarta (ID): Pustaka Pelajar. Meylasari I. 2010. Pengaruh Kontribusi Ekonomi dan Sumberdaya Pribadi Perempuan terhadap pengambilan Keputusan dalam Rumah Tangga (Dusun Jatisari, Desa Sawahan, Kecamatan Ponjong, Kabupaten Gunungkidul, Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta) [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. Mosse JC. 2002. Gender dan Pembangunan. Diterjemahkan oleh Hartian Silawati. Yogyakarta (ID): Pustaka Pelajar. Muhsin SW. 2014. Peran Gender dalam Pengambilan Keputusan dan Kesejahteraan Subjektif pada Keluarga Usia pensiun [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. Nieva V. 1985. Work and Family Linkages. Larwood L, AH Stromberg & BA Gutek, editor. California (US): Sage Publication. Oktaviani MT. 2014. Tingkat Otonomi Perempuan Pekerja dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya (Kasus Desa Sumberjaya, Kabupaten Bekasi, Propinsi Jawa Barat) [Internet]. [diunduh 29 Desember 2014]. Dapat diunduh dari: http://repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/68895/I14mto.pdf?seque nce=1 Puspitasari N. 2012. Peran Gender, Kontribusi Ekonomi Perempuan dan Kesejahteraan Keluarga Petani Hortikultura (Kasus di Dusun Padajaya, Desa Sindangjaya, Kecamatan Cipanas, Kabupaten Cianjur). Sodality [Internet]. [diunduh 10 Desember 2014]. Dapat diunduh dari: http://download.portalgaruda.org/article.php?article=155143&val=239&title=PE RANpersen20GENDER,persen20KONTRIBUSIpersen20EKONOMIpersen20P EREMPUAN,persen20DANpersen20KESEJAHTERAANpersen20KELUARG Apersen20PETANIpersen20HORTIKULTURA Rahman A. 2003. Negotiating Power: A Case Study of Indonesian Foreign Domestic Workers in Singapore [disertasi]. Perth (AU): Curtin University of Technology, Department of Social Sciences, Perth Western Australia. Rosalina Y. 2004. Otonomi Perempuan dalam Keluarga (Kasus Desa Bojong Rangkas, Kecamatan Ciampea, Kabupaten Bogor, Propinsi Jawa Barat) [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. Sajogyo, EL Hastuti, W Wigna, S Surkati, B White, K Suryanti. 1983. Peranan Wanita dalam Perkembangan Masyarakat Desa. Jakarta (ID): CV Rajawali. Saptari R, Brigitte H. 1997. Perempuan Kerja dan Perubahan Sosial: Sebuah Pengantar Studi Perempuan. Jakarta (ID): Pustaka Utama Grafiti. 43 Septiadi M. 2013. Pengaruh Ketimpangan Gender terhadap Strategi Bertahan Hidup Rumah Tangga Buruh Tani Miskin di Desa Cikarawang [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. Setiadi. 2001. Permasalahan Reintegrasi Sosial Budaya dan Ekonomi Migran Kembali: Kasus Kecamatan Taman. Jurnal Populasi Vol. 12 (1) PPK UGM. Suhartini E. 2001. Peran Wanita Nelayan di dalam Keluarga, Rumah Tangga dan Masyarakat di Madura – Jawa Timur. Inspirat [Internet]. [diunduh 10 Desember 2014]. Dapat diunduh dari: http://jurnalinspirat.com/Download/JI5_9.pdf. Sulistyo PA, Wahyuni ES. 2012. Dampak Remitan Ekonomi terhadap Posisi Sosial Buruh Migran Perempuan dalam Rumah Tangga. Sodality: Jurnal Sosiologi Pedesaan. Vol 06 (03): 252-258 [Internet]. [diunduh 25 September 2014]. Dapat diunduh dari: http://journal.ipb.ac.id/index.php/sodality/article/view/8020. Suratiyah K, dkk. 2008. Wanita, Kerja dan Rumah Tangga, Pengaruh pembangunan Pertanian terhadap Peranan Wanita Pedesaan di DI Yogyakarta [laporan penelitian]. Yogyakarta (ID): PPK Universitas Gadjah Mada. Syakti FF. 1997. Pengaruh Kontribusi Ekonomi terhadap Keterlibatan Wanita pada Pengambilan Keputusan dalam Keluarga (Kasus Desa Cijujung, Kecamatan Sukaraja, Kabupaten Bogor) [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. Tombokan M. 2001. Pola Pengambilan Keputusan dalam Keluarga, Status Kerja Ibu serta Kaitannya dengan Konsep Peran Gender pada Suku Jawa dan Suku Minahasa [thesis]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. Whitehead A. 2003. Failing Women, Sustaining Poverty, Report for the UK Gender and Development Network. London (GB). UK Gender and Development Network Pr. Wulan TR, Shodiq D, Lestari S, dan Windiasih R. 2010. Buruh Migran Perempuan Melawan Negara dan Pasar dengan Remitansi Sosial. Jurnal Analisis Sosial (Migrasi Internasional: Realita dan Perubahan Kesejahteraan). Vol 15 (02): 106132 [Internet]. [diunduh 2 Oktober 2014]. Dapat diunduh dari: http://www.akatiga.org/index.php/acara/item/390-volume-15-no-2 Wulan TR. 2010. Pengetahuan dan Kekuasaan: Penguatan Remiten Sosial sebagai Strategi Pemberdayaan Buruh Migran Perempuan [disertasi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. Yayasan Srikandi. 1991. Kisah Kehidupan Wanita untuk Mempertahankan Kelestarian Ekonomi Rumah Tangga. TO Ihromi, Suryochondro, Soeyatni, editor. Jakarta (ID): Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia. 44 RIWAYAT HIDUP Ade Mirza Roslinawati dilahirkan di Menggala pada 24 Agustus 1993. Penulis merupakan anak tunggal dari pasangan suami istri Rusli Effendi dan Mardiati. Penulis memulai pendidikan formalnya di Taman Kanak-kanak Al-Muslimun Way Jepara pada tahun 1998-2000, kemudian melanjutkan di Sekolah Dasar Negeri 1 Way Jepara pada tahun 2000-2006, Sekolah Menengah Pertama Negeri 1 Way Jepara pada tahun 20062009, Sekolah Menengah Atas Negeri 1 Way Jepara pada tahun 2009-2011. Pada tahun 2011, penulis melanjutkan studinya di Institut Pertanian Bogor melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI) di Fakultas Ekologi Manusia, Departemen Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat (SKPM) dan penulis juga mengambil minor Departemen Agronomi dan Hortikultura (AGH) dari Fakultas Pertanian. Selama penulis menimba ilmu di Institut Pertanian Bogor, penulis aktif di berbagai organisasi dan kepanitiaan. Penulis sempat menjadi anggota Club Ilmiah Asrama (CIA) dan Korean Dormitory Club (KDC) pada Tingkat Persiapan Bersama (TPB). Menginjak ranah fakultas, penulis menjadi pengurus Badan Eksekutif Mahasiswa Fakultas Ekologi Manusia selama dua periode, periode pertama penulis menjabat sebagai Bendahara Departemen Kajian Strategis dan Advokasi Kesejahteraan Mahasiswa (KASKEMAH) pada tahun 2012-2013, dan periode kedua penulis menjabat sebagai Bendahara Departemen Kajian Strategis (KASTRAT) pada tahun 2013-2014. Selain itu, penulis juga aktif sebagai Sekretaris Umum Majalah Komunitas Fakultas Ekologi Manusia selama dua periode. Penulis juga aktif mengikuti kepanitiaan di beberapa acara yang diselenggarakan oleh IPB, diantaranya Divisi Acara Try Out Beastudi Etos IPB pada tahun 2012, Divisi Acara Festival Anak Soleh (FAS VI) yang diadakan oleh Beastudi Etos IPB pada tahun 2012, Penanggungjawab Stand pada Dormitory Fair pada tahun 2012, Divisi Acara Gebyar Indonesia Berkarya yang diselenggarakan oleh Badan Eksekutif Keluarga Mahasiswa IPB (BEM KM IPB) pada tahun 2012, dan Divisi Acara Gebyar Nusantara (GENUS) yang diselenggarakan oleh Badan Eksekutif Keluarga Mahasiswa IPB (BEM KM IPB) pada tahun 2013.