MODEL DISPERSI SO2 AKIBAT KEGIATAN PLTU BATUBARA INDUSTRI TEKSTIL DI KAWASAN INDUSTRI DAYEUHKOLOT KABUPATEN BANDUNG DISPERSION MODEL OF SO2 IN THE ATMOSPHERE DUE TO POWER PLANT ACTIVITIES OF TEXTILE INDUSTRIES IN DAYEUHKOLOT AREA, BANDUNG REGENCY Aldi Audi Halim*, Yonik Meilawati Y, Lili Mulyatna Jurusan Teknik Lingkungan Universitas Pasundan, Jalan Setiabudhi No. 193 Bandung *Email : [email protected] Abstrak : Kecamatan Dayeuhkolot yang berada di wilayah Kabupaten Bandung merupakan salah satu area yang dijadikan kawasan industri oleh Pemerintah Kabupaten Bandung. Di area ini tersebar 57 unit industri yang terdaftar di Bappeda Kabupaten Bandung. Di kawasan industri ini diprediksikan menghasilkan Gas SO2 dari aktivitas Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) berbahan bakar batubara. Gas SO2 ini sangat berbahaya dan dapat mengganggu sistem pernafasan manusia dalam konsentrasi 0 – 50 ppm. Pada konsentrasi 0 – 0,5 ppm pada kehidupan biotik, Gas SO2 dapat menimbulkan bintik-bintik pada daun tanaman. Metode perhitungan dispersi konsentrasi SO2 dalam penelitian ini adalah menggunakan Persamaan Model Gaussian. Penelitian ini menggunakan 4 skenario kondisi meteorologi untuk mengetahui pola penyebaran di wilayah studi. Skenario tersebut diantaranya : skenario (1) Kecepatan angin sebesar 0,514 m/det, arah angin dominan menuju barat, dan stabilitas atmosfer A ; skenario (2) Kecepatan angin sebesar 2,058 m/det, arah angin dominan menuju barat, dan stabilitas atmosfer C ; skenario (3) Kecepatan angin sebesar 3,09 m/det, arah angin dominan menuju barat, dan stabilitas atmosfer B ; skenario (4) Kecepatan angin sebesar 8,23 m/det, arah angin dominan menuju utara, dan stabilitas atmosfer D gas SO2. Pola penyebaran SO2 di wilayah studi diplot menggunakan Software Surfer 8.0. Hasil penelitian menunjukan bahwa konsentrasi SO 2 tertinggi di wilayah studi adalah pada saat kecepatan angin sebesar 3,09 m/det dan pada saat kondisi cuaca kemarau, yaitu sebesar 20,95 μg/m³ dimana lokasi yang diprediksikan terpapar gas SO2 tertinggi ini adalah areal pemukiman yang berada di Cibogo, Desa Cangkuang Kulon. Kata kunci : Pemodelan, Dispersi SO2, Gaussian, PLTU Batubara. Abstact : Sub Dayeuhkolot located in Bandung Regency is one of the area to be used as industrial zones by the Government of Bandung regency. In this area scattered 57 industrial units registered in Bappeda Bandung regency. This industrial area is predicted to Emits SO2 Gas fired from Power Plant (steam) coal-fueled. SO2 gas is extremely dangerous and can disrupt the human respiratory system in concentrations of 0-50 ppm. At concentrations from 0 to 0.5 ppm on biotic life, Gas SO2 can cause spots on leaves of plants. SO2 concentration dispersion calculation method in this research is using Gaussian model Eq. This study uses four scenarios meteorological conditions to determine the pattern of distribution in the study area. These scenarios are: scenario (a) wind speed of 0.514 m / s, dominant wind direction towards the west, and the stability of the atmosphere is A; scenario (2) wind speed of 2.058 m / s, dominant wind direction towards the west, and the stability of atmospheric is C ; scenario (3) wind speed of 3.09 m / s, dominant wind direction towards the west, and the stability of the atmosphere is B; scenario (4) wind velocity of 8.23 m / s, dominant wind direction towards the north, and atmospheric stability is D. The pattern of distribution of SO2 in the study area are plotted using Surfer 8.0 software. The results show that SO2 concentrations are highest in the study area at wind speeds of 3,09 m / sec and during summer, amounting to 20,95 μg/m³ where the predicted location of the highest SO2 gas exposure is the living area in Cibogo, Cangkuang Kulon village. Keyword : modeling, SO2 dispersion, Gaussian, Power Plant (steam) coal-fueled 1 2 PENDAHULUAN Kawasan industri Dayeuhkolot merupakan salah satu kawasan industri yang berada di Kabupaten Bandung. Kawasan ini banyak tumbuh berkembangnya segala jenis industri baik industri tekstil maupun non tekstil. Dengan pesatnya pertumbuhan sektor industri di wilayah Kecamatan Dayeuhkolot ini, maka pengaruh dari pertumbuhan industri terhadap kualitas lingkungan akan semakin besar pula. Dampak yang dapat dirasakan terhadap kualitas lingkungan di wilayah Kecamatan Dayeuhkolot antara lain menurunnya kualitas lingkungan air, tanah, maupun udara. Pencemaran udara pada dasarnya berbentuk partikel (debu, aerosol, timah hitam) dan gas (CO, NOX, SOX, H2S, Hidrokarbon). Udara yang tercemar dengan partikel dan gas ini dapat menyebabkan gangguan kesehatan yang berbeda tingkatan dan jenisnya, tergantung dari macam, ukuran, dan komposisi kimiawinya. Gangguan tersebut terutama terjadi pada fungsi faal dari organ tubuh seperti paru-paru dan pembuluh darah, atau menyebabkan iritasi pada mata dan kulit. Menurut Shecter, M. Kim & M. Golan, L, Dampak pencemaran udara terhadap kesehatan dan kesejahteraan manusia karakteristiknya, yaitu defisiensi oksigen dalam darah, iritasi mata, iritasi dan gangguan sistem pernapasan, kanker, gangguan sistem saraf, gangguan reproduksi dan genetika (Huboyo & Budiharjo, 2008). Sejak tahun 2003 terdapat kecenderungan peningkatan penggunaan bahan bakar batubara sebagai bahan pengganti solar. Lebih dari 110 industri di Kabupaten Bandung yang menggunakan batubara sebagai bahan bakarnya. Hal ini menambah rumitnya penanganan pencemaran lingkungan yang harus ditangani. Jenis limbah yang dihasilkan dari bahan bakar batubara adalah emisi gas buang (SOx, NOx, dan partikulat) dan limbah padat (fly ash dan bottom ash). Menurut catatan hasil pemantauan pada tahun 2007, batubara yang digunakan oleh industri di Kabupaten Bandung adalah 2.900 ton/hari dengan timbulan limbah fly ash 73,35 ton/hari dan bottom ash 127,135 ton/hari (BPLH Kabupaten Bandung, 2008). Dengan semakin banyaknya sumber emisi yang mengemisikan polutan ke udara maka akan semakin besar dampak yang akan ditimbulkannya. Pengendalian pengelolaan pencemaran udara perlu mempertimbangkan 3 keserasian antara faktor-faktor sumber emisi, pengaruh/dampak, kondisi sosial, ekonomi, dan politik serta melakukan pengukuran lapangan sesuai dengan kondisi. Studi-studi yang mendalam sangat diperlukan sehingga dengan menggunakan data yang lebih baik dan akurat dapat diperoleh gambaran menyeluruh yang lebih baik tepat mengenai tingkat pencemaran udara yang ada disebuah perkotaan (area). Salah satu jenis studi yang akan sangat berguna, akibat tidak tersedianya data dan informasi yang mencukupi mengenai keadaan kualitas udara adalah modelisasi pencemaran udara (Soedomo, 2001). Dengan adanya suatu studi pemodelan pencemaran udara ini maka kualitas udara pada suatu area dapat diprediksikan dan dampak yang ditimbullkan oleh sumber emisi dapat ditanggulangi. Penelitian model dispersi SO2 di wilayah Kabupaten Bandung terutama dikawasan industri Dayeuhkolot belum banyak dilakukan, oleh sebab itu dalam penelitian ini disajikan data penyebaran konsentrasi SO2 yang diakibatkan oleh kegiatan PLTU Batubara PT. Panasia Power Plant dan PT. Himalaya Tunas Texindo, Dayeuhkolot, Kabupaten Bandung. Pemantauan dan evaluasi terhadap kualitas udara yang dilakukan oleh Badan Pengendalian Lingkungan Hidup Kabupaten Bandung mengacu pada baku mutu udara ambien menurut Peraturan Pemerintah RI No. 41 Tahun 1999 dan Peraturan Pemerintah RI No. 21 Tahun 2008 tentang baku mutu emisi sumber tidak bergerak bagi usaha dan/atau kegiatan pembangkit tenaga listrik termal. Dipilihnya PT. Panasia Power Plant dan PT. Himalaya Tunas Texindo sebagai lokasi Studi model dispersi SO 2, dikarenakan kedua sumber emsisi ini terletak sangat dekat dengan pemukiman warga, areal pesawahan, perkebunan Kecamatan Dayeuhkolot sehingga berpotensi mencemari lingkungan baik dari estetika maupun kesehatan lingkungan. Kebutuhan batubara untuk bahan bakar PLTU PT. Himalaya Tunas Texindo sebesar 170 ton/hari dan PT. Panasia Power Plant sebesar 438 ton/hari (BPLH Kabupaten Bandung, 2009). Dengan demikian, kedua sumber emisi tersebut berpotensi mencemari udara di kawasan industri Dayeuhkolot. 4 METODE Penelitian ini dilakukan di kawasan industri Kecamatan Dayeuhkolot, Kabupaten Bandung. Wilayah studi penelitian dibatasi oleh suatu “kotak imajiner” yang kemudian menjadi lingkup wilayah studi. Penelitian model dispersi SO 2 ini menggunakan dua sumber emisi yang berasal dari kegiatan pembangkit listrik tenaga uap (PLTU) batubara. Lingkup wilayah studi dibatasi dengan bangun persegi yang berukuran 1,44 Km² (1,2 Km x 1,2 Km) dimana sumber emisi berada didalam batasan persegi dan disekitar sumber emisi terdapat areal pemukiman, perkebunan, pesawahan, dan tanah kosong. Dengan ukuran lingkup wilayah studi dengan jangkauan sampai dengan satuan kilometer dan dengan skala waktu dalam detik sampai beberapa menit, maka menurut Pasquille, dalam hal ini skala waktu dan ruang atmosferik yang digunakan dalam penelitian ini adalah skala mikro (Sudomo, 2001). Proses pengolahan data dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan program FORTRAN pada saat perhitungan. Program FORTRAN ini merupakan suatu program yang dapat membuat suatu software (.exe) untuk mempermudah perhitungan. Dengan menggunakan program FORTRAN maka dalam penelitian ini dihasilkan suatu software yang dapat digunakan untuk menghitung sebaran konsentrasi SO2 di wilayah studi. Pada saat software ini akan diaplikasikan untuk menghitung sebaran SO2, wilayah studi terlebih dahulu dibagi ke dalam beberapa grid. Pada penelitian ini grid yang digunakan adalah grid yang berbentuk persegi dengan ukuran 100 x 100 meter, sehingga dalam wilayah studi diperoleh jumlah grid sebanyak 144 grid. Setiap grid mewakili koordinat yang diperlukan dalam perhitungan menggunakan Persamaan Model Gaussian. Persamaan Model Gaussian yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut, persamaan (1) : 5 C(x,y,z) = Q exp - 1 2πUσyσz Dimana 2 y 2 exp - 1 σy z – He 2 2 + exp -1 σz 2 z+He 2 σz .......(1) : C = konsentrasi polutan udara dalam massa per volume (mg/m3) Q = Laju emisi polutan dalam massa per waktu (mg/detik) U = Kecepatan angin di titik sumber (m/detik) σy = Koefisien dispersi secara horizontal terhadap sumbu x (m) σz = Koefisien dispersi secara vertikal terhadap sumbu x (m) π = Konstanta matematika untuk phi (3,1415926... = 3,14) He = Tinggi efektif stack (cerobong) di pusat kepulan (m) Y = Jarak pengamatan sejajar dengan sumbu-y dari sumber emisi (m) Z = Ketinggian titik pengamatan (vertikal) dari sumber emisi (m) Nilai He (tinggi efektif) dapat diketahui menggunakan persamaan berikut ini : He = Hs + ∆h ......................................................................................(2) Dimana : Hs = Tinggi cerobong (m) ∆h = Tinggi kepulan (m) Tinggi kepulan dapat dihitung dengan menggunakan Persamaan Holland (3) berikut ini : ∆h = Vs D 1,5 + 2,68 x 10-3 x P x D x Ts – Ta u ..............(3) Ts Dimana : ∆h = Tinggi kepulan (m) Vs = Kecepatan aliran Gas dalam cerobong saat keluar dari cerobong (m/detik) D = Diameter cerobong (m) u = Kecepatan angin (m/detik) P = Tekanan udara/atmosfer (millibar) Ts = Temperatur Gas di dalam cerobong (Kelvin) Ta = Temperatur atmosfer (Kelvin) 6 7 HASIL DAN PEBAHASAN Hasil pengukuran emisi kedua sumber emisi yang diperoleh dari BPLH Kabupaten menunjukan nilai konsentrasi SO2 yang masih memenuhi baku mutu sesuai PP RI No. 21 Tahun 2008, yaitu sebesar 750 mg/m³. Tabel 1. menunjukan hasil pengukuran emisi SO2 kedua sumber emisi. Tabel 1. Data pengukuran emisi. Sumber emisi Konsentrasi SO2 (mg/m³) PT. Panasia Power Plant 247,85 PT. Himalaya Tunas 47 Texindo Sumber : BPLH Kabupaten Bandung, 2009. Kandungan SO2 dalam emisi PT. Panasia Power Plant sebesar 247,85 mg/m³, sementara PT. Himalaya Tunas Texindo mengemisikan SO 2 dengan konsentrasi yang terukur pada bulan maret 2009 sebesar 47 mg/m³. Dari hasil pengukuran SO2 ini dapat dilihat bahwa nilai konsentrasi SO2 PT. Panasia Power Plant lebih besar dibandingkan dengan PT. Himalaya Tunas Texindo. Perhitungan dispersi SO2 dalam penelitian ini dihitung berdasarkan skenario kondisi meteorologi yang ditunjukan pada Tabel 2 berikut ini. Tabel 2. Skenario model dispersi SO2. Lokasi Skenario KC Umaks (m/det) He (m) K 2,058 193,7 20 H 3,09 155,0 23 K 8,23 108,4 37 H 0,514 1069,274 K 2,058 307,6 60 H 3,09 219,5 49 K 8,23 114,4 37 H KC Umaks (m/det) 531,011 He (m) KC 0,514 He (m) Ur (m/det) 4 KC 3 He (m) PT. Panasia Power Plant PT. Himalaya Tunas Texindo 2 Ur (m/det) 1 8 Keterangan : Ur : Kecepatan angin pada saat rata-rata Umaks : Kecepatan angin pada saat maksimum KC : Kondisi cuaca He : Tinggi efektif K : Kemarau H : Hujan Menurut Tabel Kategori Stabilitas Atmosfer Pasquille, stabilitas atmosfer dapat diketahui berdasarkan besarnya kecepatan angin dan kondisi cuaca yang terjadi. Berdasarkan skenario yang ditunjukan pada Tabel 2. maka stabilitas atmosfer yang digunakan dalam perhitungan dispersi SO2 di wilayah studi menggunakan Persamaan Model Gaussian ditunjukan pada Tabel 3 berikut ini. Tabel 3. Stabilitas atmosfer yang digunakan dalam perhitungan. Skenario Kecepatan Kondisi Stabilitas Arah Angin Angin (m/detik) Cuaca Atmosfer Dominan 1 0,514 Cerah A Barat 2 2,058 Hujan C Barat 3 3,09 Cerah B Barat 4 8,23 Hujan D Utara Berdasarkan Tabel 3. diatas, stabilitas atmosfer yang digunakan dalam perhitungan dispersi SO2 menggunakan Persamaan Model Gaussian bervariasi sesuai dengan kecepatan angin yang ditetapkan pada skenario. Perhitungan dispersi SO2 di wilayah studi yang dilakukan pada ketinggian 10 meter di atas permukaan tanah. Hasil perhitungan dispersi SO2 di wilayah studi menggunakan model Gaussian dapat dilihat pada Gambar 2 berikut ini yang telah ditampilkan dalam bentuk visual menggunakan bantuan software Surfer 8.0. 9 12 12 11 11 Konsentrasi (mg/m3) Konsentrasi (mg/m3) 10 10 0.0209522 0.0209522 9 0.00515219 0.000646164 8 9 0.00515219 0.000646164 8 7.69399E-005 7.69399E-005 7 6.04429E-005 7.02867E-006 6 7 6.04429E-005 7.02867E-006 6 3.67754E-007 3.67754E-007 5 7.80814E-008 1.14989E-009 4 5 7.80814E-008 1.14989E-009 4 3.19101E-010 3.19101E-010 3 3 0 PT. Panasia 2 1 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 PT. Himalaya 0 PT. Panasia 2 1 1 2 3 4 5 6 7 a 8 9 10 11 PT. Himalaya 12 b 12 12 11 11 Konsentrasi (mg/m3) Konsentrasi (mg/m3) 10 10 0.0209522 0.0209522 9 0.00515219 0.000646164 8 9 0.00515219 0.000646164 8 7.69399E-005 7.69399E-005 7 6.04429E-005 7.02867E-006 6 7 6.04429E-005 7.02867E-006 6 3.67754E-007 3.67754E-007 5 7.80814E-008 1.14989E-009 4 5 7.80814E-008 1.14989E-009 4 3.19101E-010 3.19101E-010 3 0 PT. Panasia 2 3 0 PT. Panasia 2 1 1 1 2 3 4 5 6 c 7 8 9 10 11 12 PT. Himalaya 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 PT. Himalaya d Gambar 2. (a) Plot Surfer 8.0 untuk skenario 1, (b) Plot Surfer 8.0 untuk skenario 2, (c) Plot Surfer 8.0 untuk skenario 3, (d) Plot Surfer 8.0 untuk skenario 4. Konsentrasi SO2 pada setiap skenario menunjukan hasil yang bervariatif. Skenario 1 sampai 3, arah sebaran SO2 menuju barat sementara skenario 4 menuju utara. Letak sumber emisi yang ditunjukan pada Gambar 4. yaitu pada titik koordinat grid (6,2) untuk PT. Panasia Power Plant dan (8,6) untuk PT. Himalaya Tunas Texindo. Dengan menggunakan Model Gaussian dapat diketahui konsentrasi SO2 tertinggi dan terendah yang tersebar di wilayah studi sesuai dengan skenario yang ditentukan, seperti yang ditunjukan pada Tabel 4 berikut ini. 10 Tabel 4. Prediksi konsentrasi SO2 berdasarkan skenario yang ditetapkan. Skenario 1 T C (µg/m³) 10,90 R 1 x 10-12 2 G PL (1,6) Pemukiman (3,11) dan (3,1) Pemukiman, Pesawahan dan Industri C (µg/m³) 0,036 1 x 10-12 Keterangan : C : Konsentrasi SO2 G : Koordinat grid PL : Penggunaan lahan T : Tertinggi R : Terendah 3 G PL (1,6) Pemukiman (3,7) dan (3,5) Industri C (µg/m³) 20,95 9,0 x 10-12 4 G PL (1,6) Pemukiman (6,7) dan (6,5) Industri , pemukiman dan perkebunan C (µg/m³) 0,599 1,0 x 10-12 G PL (6,12) Pemukiman (11,12) dan (1,12) Pesawahan dan Industri 11 Dari Tabel 6, pola penyebaran SO2 pada skenario 1 dan 3 menunjukan nilai konsentrasi SO2 yang signifikan dibandingkan dengan skenario 2 dan 4. Nilai konsentrasi SO2 tertinggi di wilayah studi pada skenario 1 dan 3 masingmasing adalah 10,90 µg/m³ dan 20,95 µg/m³, sementara pada skenario 2 dan 4 nilai konsentrasi tertinggi berada dalam besaran 0,036 µg/m³ dan 0,599 µg/m³. Pada saat kondisi cuaca cerah dan dengan kecepatan angin yang relatif kecil, seperti pada skenario 1 pola penyebaran SO2 cenderung melebar dibandingkan dengan skenario 2 yang justru cenderung lebih kecil dan sebaran konsentrasi SO2 yang relatif kecil. Pada skenario 3 dan 4 pola penyebaran SO 2 menunjukan bahwa wilah yang terpapar semakin luas. Akan tetapi nilai konsentrasi SO 2 yang tersebar pada skenario 4 lebih kecil dibandingkan dengan sebaran konsentrasi SO2 pada skenario 3. Pola penyebaran SO2 masih didominasi oleh emisi dari PT. Panasia Power Plant. Ditinjau dari nilai baku mutu udara ambien (PP RI No. 41 tahun 1999), prediksi sebaran konsentrasi SO2 di wilayah studi pada setiap skenario masih memenuhi nilai baku mutu. Pada skenario 3, nilai konsentasi SO2 di udara wilayah studi berada pada nilai yang tertinggi yaitu mencapai 20,95 µg/m³ dimana wilayah yang diprediksi terpapar adalah areal pemukiman yang berada di Cibogo, Desa Cangkuang Kulon . Penelitian menunjukan bahwa konsentrasi SO2 pada titik maksimum yang diakibatkan oleh kedua sumber emisi tidak berada di wilayah studi dan diprediksikan berada diluar lingkup wilayah studi. Meskipun secara keseluruhan perolehan dispersi konsentrasi SO2 masih memenuhi baku mutu yang ditetapkan, namun jika terpapar dalam waktu yang cukup lama maka akan terjadi akumulasi SO2 di wilayah studi. Dengan terjadinya proses akumulasi SO2 ini maka dampak yang diakibatkan bersifat kronis baik terhadap kehidupan biotik maupun abiotik yang berada didalam lingkup wilayah studi. Konsentrasi SO2 yang aman dan bersih di udara ambien yaitu maksimal sebesar 0,001 – 0,01 ppm (2,62 – 26,12 µg/m³), (Simpson, 1994). Pada area pemukiman yang terpapar konsentrasi SO2, dampak yang akan dirasakan adalah gangguan saluran pernapasan pada manusia yang berada diarea pemukiman tersebut. Konsentrasi SO2 dapat dideteksi oleh manusia (tercium baunya) pada konsentrasi 0,3 - 1 ppm (783,67 – 2612,24 µg/m³). Menurut Indeks Standar Pencemaran Udara - Bappedal, konsentrasi SO2 dikatakan baik pada rentang 0 – 50 ppm. Efek yang terjadi dengan rentang 12 konsentrasi SO2 ini adalah terjadinya luka pada beberapa spesies tumbuhan akibat kombinasi dengan O3 (selama 4 jam). Pengaruh penemaran akibat oksida-oksida sulfur adalah meningkatnya morbiditas, insendensi penyakit pernafasan, seperti bronchitis, emphyesma dan penurunan kesehatan umum. Oksida-oksida sulfur juga akan menimbulkan kerugian material, akibat pengaratan logam, penurunan panen, dan sebagainya. Konsentrasi SOx 0,04 ppm dengan partikulat 169 µg/m³ menimbulkan peningkatan yang tinggi dalam kematian akibat bronchitis dan kanker paru-paru (Soedomo, 2001). Pada areal pesawahan dan perkebunan yang terpapar oleh konsentrasi SO2 sebesar 0 – 0,5 ppm, dampak yang akan terjadi adalah menurunnya kualitas tanaman akibat timbulnya bintik-bintik pada daun sehingga menyebabkan daun gugur (Pohan, 2002). Akumulasi di lingkungan abiotik terutama di udara akan menyebabkan terjadinya hujan asam yang dapat menyebabkan naiknya konsentrasi SO2 didalam tanah. KESIMPULAN Model dispersi SO2 di kawasan industri Dayeuhkolot yang dibatasi oleh lingkup wilayah studi menunjukan bahwa sebaran konsentrasi SO2 masih memenuhi nilai baku mutu udara ambien yang ditetapkan, yaitu sebesar 365 µg/m³. Konsentrasi SO2 yang paling tinggi adalah sebesar 0,02095 mg/m³ atau 20,95 µg/m³, dimana kondisi atmosfer dalam skenario 3 yaitu pada saat musim Kemarau di bulan Juni 2009 dan kecepatan angin mencapai 3,09 m/detik. Potensi pencemaran dengan konsentrasi SO2 tertinggi ini adalah di areal pemukiman yang berada di Cibogo, Desa Cangkuang Kulon. Dispersi SO2 pada saat cuaca cerah (kemarau) menunjukan bahwa wilayah yang terpapar cukup luas dan sebaran konsentrasi yang tinggi dibandingkan pada saat cuaca hujan. Kondisi meteorologis di wilayah studi terutama kecepatan, arah angin, serta stabilitas atmosfer sangat berpengaruh dalam menentukan pola sebaran konsentrasi SO2. Potensi pencemaran udara terhadap wilayah studi, PT. Panasia Power Plant menunjukan potensi pencemaran udara yang lebih besar dibandingkan dengan potensi pencemaran udara PT. Himalaya Tunas Texindo. Hal ini dikarenakan konsentrasi SO2 yang diemisikan oleh cerobong PLTU PT. Panasia Power Plant mencapai 247,85 mg/m³, sementara PT, Himalaya Tunas Texindo mencapai 47 mg/m³. 13 DAFTAR PUSTAKA BPLH Kabupaten Bandung. Laporan Akhir Status Lingkungan Lingkungan Hidup Kabupaten Bandung. 2008. de Nevers, Noel. Air Pollution Control Engineering. USA : McGraw-Hill Companies, Inc. 2000. Huboyo, Haryono S. dan Budiharjo, M Arief. Diktat Kuliah Pencemaran Udara. Semarang : Universitas Diponegoro. 2008. Noll, Kenneth E. and Miller, Terry L. Air Monitoring Survey Design. USA : Ann Arbor Science Publisher, Inc., 1977. Pohan, Nurhasmawaty. Pencemaran Udara dan Hujan Asam. Sumatera Utara : USU Digital Library. 2002. Soedomo, Mustikahadi. Kumpulan Karya Ilmiah Pemcemaran Udara. Bandung : Penerbit ITB. 2001.