Prosiding Seminar Inovasi Florikultura Nasional 2013

advertisement
Prosiding Seminar Inovasi Florikultura Nasional 2013
Makalah Utama 1
PENINGKATAN PERAN KONSERVASI DAN PEMANFAATAN
SUMBERDAYA HAYATI TANAMAN HIAS DALAM MENDUKUNG
PEMBANGUNAN INDUSTRI FLORIKULTURA INDONESIA
(INCREASING ROLE OF CONSERVATION AND UTILIZATION OF
ORNAMENTAL PLANT GENETIC RESOURCES IN SUPPORTING THE
DEVELOPMENT OF INDONESIAN FLORICULTURE INDUSTRY)
Siregar, M
Kepala Pusat Konservasi Tumbuhan Kebun Raya Bogor-LIPI
Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia
Jl. Ir. H. Juanda 13 P.O. BOX 309 Bogor 16003
E-mail: [email protected]
ABSTRAK. Indonesia merupakan Negara tropis dengan kekayaan hayati yang sangat tinggi. Indonesia
diperkirakan memiliki 35.000-40.000 jenis tumbuhan atau 13-15% jenis tumbuhan berada di Indonesia.
Di sisi lain diperkirakan tidak kurang dari 1.7 juta ha hutan di Indonesia berkurang setiap tahun karena
berbagai penyebab, di antaranya oleh bencana alam, alih fungsi maupun perusakan hutan oleh manusia.
Oleh karena itu penyelamatan kekayaan hayati perlu dilakukan lebih intensif yang dimotori oleh dan
Kebun Raya Bogor serta berbagai kebun raya yang kini dibangun di tiap provinsi. Hin gga saat ini
berbagai jenis tumbuhan berhasil dikonservasi, dengan tiga prinsip yang dikembangkan yaitu: save, study
dan use. Melalui prinsip tersebut diharapkan berbagai jenis tumbuhan dapat diselamatkan untuk
menunjang kegiatan penelitian dan pemanfaatan yang sebesar-besarnya bagi kelestarian tumbuhan dan
kesejahteraan manusia. Saat ini berbagai jenis anggrek (Vandopsis, Grammatophyllum, Coelogyne,
Cymbidium, Paraphalanopsis, Ascocentrum), Aglaonema, Rhododendron, Hoya, Aeschynantus, Begonia,
Philodendron, Scindapsus dan paku-pakuan merupakan berbagai jenis tanaman hias yang telah berhasil
dikoleksi dan dikembangkan untuk menghasilkan varietas unggul baru. Dukungan dari berbagai pihak
terhadap kegiatan yang dilakukan oleh Pusat Konservasi Tumbuhan, khususnya terkait dengan tanaman
hias akan semakin memberi manfaat dan dampak terhadap pengembangan industri florikultura pada masa
yang akan datang.
Kata-kata kunci: Kekayaan hayati, kebun raya, konservasi, tanaman hias, florikultura
ABSTRACT. Indonesia is tropical country with high biodiversity resources, comprising 35.000-40.000
types of plant or in another word, 13-15% of world biodiversity resources is in Indonesia. In another side,
it is a reality that 1.7 million ha of Indonesian forest reduced gradually in each year due to natural
disaster, functional changing and forest damage by human being. Therefore to save the biodiversity
resources it is addressed involving Bogor Botanical Garden and other botanical gardens established in
each Indonesian province. Untill now several types of plant were successfully conserved such as orchids
(Vandopsis, Grammatophyllum, Coelogyne, Cymbidium, Paraphalanopsis, Ascocentrum), Aglaonema,
Rhododendron, Hoya, Aeschynantus, Begonia, Philodendron, dan Scindapsus and leather leaf fern and
with three principal of plant managemant i.e. save, study and use, all types of plant can be used for
research purposes especially in developing and engeneering new superior varietis and their results can be
applied maximally to support the plant sustainability and human prosperity. Support from other institutes
to Plant Conservation Center is really needed, especially in accordance with ornamental plants and their
utilization in order to give more benefits and impact on developing future Indonesian floriculture
industry.
Keywords: biodiversity, botanical garden, conservation, ornamental plant, and floriculture
1
Prosiding Seminar Inovasi Florikultura Nasional 2013
PENDAHULUAN
Indonesia dikenal dengan Negara yang memiliki kekayaan alam dengan
keragaman yang sangat tinggi dibandingkan negara lainnya di dunia. Kekayaan
sumberdaya hayati Indonesia menempati urutan ketiga di dunia setelah Brazil dan Zaire
sehingga dikelompokkan dalam negara-negara Megabiodiversity (LIPI, 2013). Dengan
potensi yang ada, Indonesia memiliki kesempatan yang sangat besar untuk
mengembangkan semua kekayaan alam itu, tetapi hingga saat ini pemanfaatan itu belum
maksimal.
Indonesia diperkirakan memiliki 35.000 hingga 40.000 jenis tumbuhan yaitu
setara dengan 13-15% dari jumlah jenis tumbuhan berbunga di dunia. Hingga kini
masih ditemukan jenis-jenis baru tumbuhan dari hutan-hutan tropis yang jumlahnya
kian berkurang dari tahun ke tahun. Diperkirakan tidak kurang dari 1.7 juta ha hutan
Indonesia berkurang setiap tahun yang sangat mengancam keberadaan keanekaragaman
flora asli Indonesia. Kebakaran hutan yang kerap terjadi setiap tahun semakin
menambah tingginya keterancaman keanekaragaman hayati Indonesia sehingga
Indonesia dimasukkan dalam Negara ‘hotspot’.
Usaha-usaha untuk mempertahankan flora perlu dilakukan sebelum terjadi
kepunahan yang dapat menyebabkan kerugian besar bagi Indonesia. Konservasi flora
yang dilakukan selama ini oleh lembaga pemerintah maupun swasta belum seimbang
dengan tingginya kehilangan sumberdaya yang sangat tinggi. Perlu dilakukan upaya
yang serius dan sungguh-sungguh agar keragaman hayati khususnya flora dapat lestari
dan dimanfaatkan oleh masyarakat secara luas.
SEJARAH PERKEMBANGAN PENELITIAN FLORA INDONESIA
Dalam sejarah perkembangan pertanian di Indonesia, Kebun Raya Bogor memiiki
peran yang penting karena dari sejak dibangun Kebun Raya Bogor penelitian tumbuhan
aktif dilakukan di Indonesia. Prof. C.G.C. Reindwardt, ketika ditugaskan untuk
melakukan penelitian botani pada tahun 1816-1817 telah meneliti dan melihat potensi
flora yang sangat tinggi di Indonesia. Dari hasil penelitian itulah Prof. C.G.C.
Reinwardt mengusulkan kepada Pemerintah Hindia Belanda untuk membangun sebuah
stasiun penelitian tumbuhan dan oleh Pemerintah Hindia Belanda diberikan halaman
belakang istana Bogor sebagai lahan penetian. Tanggal18 Mei 1817 ditandai sebagai
hari kelahiran ‘sland Plantentuin te Buitenzorg di lahan yang kini menjadi Kebun Raya
Bogor.
Dalam perkembangan Kebun Raya Bogor selanjutnya, banyak jenis tumbuhan
dari luar negeri yang ditanam sebagai tanaman introduksi. Jenis tumbuhan yang ditanam
umumnya bernilai ekonomi, seperti leci (Litchi chinensis) dari Cina dan kelapa sawit
(Elaeis guineensis) dari Afrika Barat, karet (Hevea brasiliensis) dari Brazil,
kakao(Theobroma cacao),ubi kayu (Manihot esculenta), kina (Chincona calisaya), kayu
manis (Cinnamomum spp.), kopi (Coffea spp.), jagung (Zea mays), teh (Thea
chinnensis), tembakau (Nicotiana tabacumL.), kapas (Gossypium sp.), kapuk (Ceiba
2
Prosiding Seminar Inovasi Florikultura Nasional 2013
pentandra(L.) Gaertn.), mahoni (Swietenia mahogani) dan vanili (Vanilla planifolia
Andrews) (Maya, Erfa dan Bursantriannyo, 1996). Kemudian tumbuhan yang bersifat
hias seperti flamboyan (Delonix regia) dan teratai raksasa (Victoria amazonica) juga
dikoleksi.Taman-taman dibangun dan ditanami dengan tanaman hias.Rumah anggrek
dibangun pada tahun 1940-an dan rumah anggrek ini sangat terkenal sebagai pusat
koleksi anggrek tropis khususnya Indonesia. Pada tahun 1960-an mulai dihasilkan
anggrek-anggrek silangan yang dilakukan oleh penyilang anggrek yang kemudian
diberikan kepada Kebun Raya Bogor dan diberi nama tamu kehormatan yang
berkunjung ke Kebun Raya Bogor. Di antara anggrek hasil silangan itu adalah anggrek
Kim Il Sung (Dendrobium Kimilsungflower). Anggrek Kim Il Sung sangat dihormati
dan dihargai di Korea Utara yang kemudian dijadikan bunga nasional. Hingga kini
setiap tahun bunga anggrek ini dipamerkan secara besar-besaran pada festival musim
semi tahunan bersama dengan bunga Begonia Kim Jong-ilhasil silangan dari Jepang
yang juga menjadi bunga kehormatan di Korea Utara.
Secara resmi pada tahun 2001 Kebun Raya Bogor menjadi Pusat Konservasi
Tumbuhan setelah sebelumnya mengalami beberapa kali reorganisasi. Lembagalembaga yang lahir semasa perkembangannya sebelum masa kemerdekaan kemudian
ada yang berada di bawah LIPI, Kementerian Pertanian atau lainnya. Tugas dan fungsi
Kebun Raya Bogor menjadi pusat konservasi tumbuhan dinilai sangat strategis karena
Indonesia memerlukan satu lembaga yang dapat menjadi mitra bagi lembaga konservasi
in situ yang menjadi wewenang Kementerian Kehutanan yang mengelola hutan
Indonesia.
POSISI STRATEGIS KONSERVASI UNTUK ILMU PENGETAHUAN DAN
INDUSTRI FLORIKULTURA
Hutan Indonesia dalam dua dekade terakhir mengalami ancaman yang sangat
tinggi, akibat alih fungsi lahan untuk berbagai kepentingan seperti perkebunan,
perumahan, jalan dan kebun rakyat. Pada umumnya alih fungsi lahan dilakukan tanpa
ada analisis vegetasi maupun kajian potensi tumbuhan sebelumnya. Hal ini sangat
merugikan karena tidak ada data yang tersedia secara lengkap. Informasi data sebagian
terdapat pada dokumen-dokumen yang kini tersimpan baik di Herbarium Bogoriense
maupun pada catatan para eksplorer zaman dahulu seperti yang dapat ditemukan pada
buku yang ditulis oleh George Everhard Rhumpf (yang lebih dikenal dengan nama
Rhumpius) atau buku perjalanan Alfred Russel Wallace yang sangat dikenal dengan
teori garis Wallace atau Wallace Line. Baik tumbuhan yang berpotensi pangan, obat,
tumbuhan hias, buah, papan dan biomaterial. Namun pada masa itu belum diantisipasi
adanya satu badan atau lembaga yang dapat menyimpan sumber-sumber daya hayati
baik tumbuhan maupun hewan sebagai upaya pelestarian ketika adanya ancaman
kehilangan dari alam aslinya. Kebun Raya Bogor yang sudah berdiri pada masa Wallace
melakukan kegiatan eksplorasi di Nusantara lebih diutamakan sebagai lembaga
penelitian walaupun sudah menjadi kebun koleksi.
3
Prosiding Seminar Inovasi Florikultura Nasional 2013
Konservasi merupakan satu hal yang sangat penting pada masa ini, pada saat di
mana luasan hutan semakin berkurang. Kekayaan tumbuhan Indonesia yang meliputi
potensi sebagai tumbuhan pangan, buah, obat, hias, papan dan biomaterial telah diakui
sebagai salah satu yang terkayadi dunia. Kekayaan ini perlu dipertahankan agar dapat
lestari dan dikembangkan untuk berbagai kepentingan. Khusus untuk tumbuhan hias,
Indonesia telah lama menjadi sumber anggrek unggulan.Kekayaan anggrek Indonesia
sendiri merupakan salah satu yang terkaya di duniayang diperkirakan meliputi sekitar
20% dari jumlah anggrek di dunia. Potensi ini merupakan kekayaan yang berpotensi
untuk dikembangkan. Sejumlah jenis tumbuhan lainnya juga telah menjadi “success
story” dan unggulan, seperti Aglaonema Pride of Sumatera yang dikembangkan dari
hasil persilangan Aglaonemarotundum dan A. commutatumasal Sumatera (Kencana &
Sintia 2008). Hasil silangan Gregory Hambali ini berhasil mendunia dan mendorong
dihasilkannya silangan-silangan baru lainnya baik dari Indonesia maupun luar negeri.
Saat ini prinsip konservasi berkembang di tengah dunia ilmu pengetahuan yang
mengaitkan antara konservasi dengan kepentingan masyarakat umum. Konservasi tidak
lagi dipandang sebagai aktivitas untuk penyelamatan sumberdaya untuk kalangan
ilmuwan maupun praktisi konservasi, tetapi juga terkait dengan kepentingan yang lebih
luas.Prinsip-prinsip etika biologi konservasi (Indrawan et al. 2012) tersebut adalah:
1. Keanekaragaman spesies dan komunitas biologi harus dilindungi
Masyarakat menikmati keanekaragaman hayati yang ditunjukkan dengan
banyaknya pengunjung ke kebun raya, kebun binatang, maupun akuarium setiap
tahunnya.Selain sebagai tempat wisata, keuntungan secara ekonomi diakui oleh
beberapa pihak dengan keaneragaman ini.
2. Kepunahan spesies dan populasi yang terlalu cepat harus dihindari
Kepunahan suatu jenis akibat proses alami adalah suatu yang wajar tetapi aktivitas
manusia mengakibatkan tingkat kepunahan sangat tinggi.
3. Kompleksitas ekologi harus dipelihara
Keanekaragaman hayati yang menarik umumnya hanya dijumpai pada lingkungan
yang alami.
4. Evolusi harus berlanjut
Populasi harus dibiarkan hidup di lingkungan alaminya agar tercipta proses
evolusi secara alami.
5. Keanekaragaman hayati memiliki nilai intrinsik
Spesies dan komunitas biologi memiliki nilai tersendiri dalam kehidupannya.
Pada saat ini konservasi lebih dikembangkan menjadi suatu kegiatan yang tidak
hanya melestarikan lingkungan, tetapi juga merupakan rantai tiga fungsi yaitusave,
study, use.Save mengandung makna penyelamatan, study yaitu pengkajian dan use yaitu
pemanfaatan. Dengan ketiga fungsi konservasi ini kegiatan konservasi menjadi lebih
bermakna, karena mengandung nilai-nilai kajian ilmiah yang memungkinkan manusia
mempelajari dan mengetahui lebih dalam arti sebuah makhluk hidup. Sedangkan fungsi
4
Prosiding Seminar Inovasi Florikultura Nasional 2013
use atau pemanfaatan memberikan arti di mana manusia dapat memperoleh manfaat
yang sebesar-besarnya tanpa merusak keberadaan makhluk hidup itu sendiri.
Kegiatan eksplorasi yang dilakukan oleh Kebun Raya Bogor sebagai lembaga
konservasi ex situ telah dirasakan secara nyata besarnya arti sebuah
konservasi.Banyaknya jenis tumbuhan dengan segala potensinya baik yang sudah
terungkap maupun belum didokumentasikan dan dikoleksi dengan suatu sistem tertentu
yang terorganisir dengan baik. Pencatatan data menjadi sangat penting terutama untuk
informasi data asli sumberdaya flora Indonesia yang juga didukung oleh Convention on
Biological Diversity (CBD) tahun 1992 di Rio de Janeiro. CBD yang sudah disetujui
oleh sebagian besar Negara-negara di dunia mendukung usaha konservasi in situ dan ex
situ demi terjaminnya keberadaan tumbuhan dan makhluk hidup lainnya di suatu
Negara.Salah satu hasil CBD adalah dilahirkannya Global Strategic for Plant
Conservation (GSPC) yang dirilis pertama kali tahun 2001.Dalam GSPC ini tercantum
target-target untuk konservasi tumbuhan yang ditargetkan selama 10 tahun.Saat ini
GSPC sudah memasuki tahap kedua yang disusun untuk capaian 2011-2020.
Dari kegiatan eksplorasi yang aktif dilakukan Kebun Raya Bogor hingga saat ini
masih ditemukan jenis-jenis baru tumbuhan yang meliputi anggrek, Begonia, Rafflesia
dan lainnya. Dengan ditemukannya jenis baru tumbuhan membuka peluang akan
munculnya jenis yang dapat diluncurkan sebagai tumbuhan hias baru pula. Hal ini yang
sebenarnya diharapkan muncul dari lembaga konservasi seperti Kebun Raya.Untuk itu
Kebun Raya dengan didukung oleh Peraturan Presiden Republik Indonesia No.93/2011
kini giat dibangun di berbagaiprovinsi dan kabupaten yang kepentingan utamanya
adalah untuk mengkonservasi tumbuhan dari daerah masing-masing.
Jenis-jenis tumbuhan asli Indonesia yang berpotensi sebagai tanaman hias selain
anggrek masih banyak serta khas tropis. Hal ini perlu dikaji dengan lebih dalam sebagai
salah satu potensi yang dapat dikembangkan. Salahsatu kelompok tumbuhan yang pada
beberapa tahun terkahir mulai menjadi trend adalah tumbuhan hias dari suku
Zingiberaceae. Indonesia memiliki banyak peluang untuk ini, karena masih banyak jenis
dari suku Zingiberaceae yang belum tersentuh oleh industri bunga hias.
Kelompok anggrek yang mendominasi kelompok tanaman hias masih terbuka luas
untuk dikembangkan. Hasil-hasil silangan jenis baru kini tidak hanya disilangkan
melalui cara konvensional tetapi juga dapat menggunakan teknologi tinggi seperti
penggunaan radiasi dan kultur protoplasma. Meskipun untuk industri anggrek negara
lain sudah sangat maju seperti Taiwan dan Thailand, tetapi sumberdaya anggrek di
Indonesia masih jauh lebih besar. Kelompok Vandopsis, Grammatophyllum, Coelogyne,
Cymbidium, Paraphalaenopsis, Ascocentrum merupakan contoh anggrek berbunga
indah dan menarik di samping yang sudah banyak beredar di masyarakat. Penggunaan
teknologi dan teknik persilangan yang sesuai masih terus berkembang sesuai
perkembangan teknologi budidaya namun penyediaan bahan dari alam sebagai sumber
bahan silangan sangat perlu disediakan dan ditingkatkan terus-menerus.
Kelompok tumbuhan hias lainnya masih banyak yang memiliki peluang seperti
Rhododenron, Hoya, Aeschynanthus, dan Begonia.Dari jenis-jenis berdaun indah
5
Prosiding Seminar Inovasi Florikultura Nasional 2013
Indonesia memiliki sumberdaya seperti Philodendron, Scindapsus, dan pakupakuan.Untuk menggali sumberdaya ini semua perlu didukung kegiatan eksplorasi,
koleksi dan konservasi yang berkesinambungan sebagai dasar penggalian dan
pengembangan jenis berpotensi. Aktivitas konservasi perlu didukung banyak pihak
sebagai bentuk kontribusi pengembangan industri florikultura pada masa yang akan
datang.
PENUTUP
Dari uraian di atas dapat disarikan bahwa sebagai Negara dengan kekayaan
sumber daya hayati yang tinggi, Indonesia perlu mengantisipasi terjadinya penurunan
dan musnahnya kekayaan tersebut dengan dibangunnya Kebun Raya Bogor serta
berbagai kebun raya yang ada di tiap provinsi. Hingga saat ini berbagai jenis tumbuhan
berhasil dikonservasi, tidak hanya dalam batas itu, dengan tiga prinsip save, study dan
use diharapkan berbagai jenis tumbuhan yang berhasil diselamatkan dapat digunakan
untuk menunjang kegiatan penelitian dan pemanfaatan yang sebesar-besarnya bagi
kelestarian tumbuhan dan kesejahteraan manusia. Saat ini berbagai jenis anggrek
(Vandopsis,
Grammatophyllum,
Coelogyne,
Cymbidium,
Paraphalanopsis,
Ascocentrum), Aglaonema, Rhododendron, Hoya, Aeschynantus, Begonia,
Philodendron, Scindapsus dan paku-pakuan merupakan berbagai jenis tanaman hias
yang telah berhasil dikoleksi dan dan dikembangkan untuk menghasilkan varietas
unggul baru. Dukungan dari berbagai pihak terhadap kegiatan yang dilakukan oleh
Pusat Konservasi Tumbuhan, khususnya terkait dengan tanaman hias akan semakin
memberi manfaat dan dampak terhadap pengembangan industry florikultura dimasa
yang akan datang.
DAFTAR PUSTAKA
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
Convention on Biological Diversity 1992, United Nations, New York.
Global Strategic for Plant Conservation 2011,‘Botanic Gardens Conservation International’,
London.
Kencana, IP & Sintia, M 2008,‘Kiat usaha Aglaonema. Serial Tanaman’, PT. Prima Indosarana
Media, Jakarta
LIPI 2013,‘Bioresources untuk pembangunan ekonomi hijau’, LIPI Press, Jakarta
Maya, IN, Erfa, M& Bursatriannyo 1996,‘Sejarah penelitianpertanian di Indonesia’,In:
Mahmud, Z, Sitepu, D, Kadarsan, S, Karmawati, E,& Hobir (Eds.), Departemen Pertanian. Balai
Penelitian dan Pengembangan Pertanian, Jakarta.
Peraturan Presiden Republik Indonesia, Nomor 93, Tahun 2011,‘Tentang Kebun Raya’,
Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia.
Indrawan, M, Primack, RB & Supriatna, J. 2012,‘Biologi Konservasi’, Yayasan Pustaka Obor
Indonesia, Jakarta.
6
Prosiding Seminar Inovasi Florikultura Nasional 2013
DISKUSI
Pertanyaan 1
Ahmad Dimyati, Puslitbanghorti
Pengembangan Kebun Raya: Florikultura untuk ekosistem yang berbeda (apakah bisa
untuk penyediaan plasma nutfahnya)?
Jawab
Salah satu tugas Kebun Raya adalah untuk menyediakan materi penelitian, yang dapat
juga diakses oleh peneliti di luar Kebun Raya. Apa yang berhasil dikoleksi oleh kebun
raya dapat digunakan sebagai plasma nutfah dan sumber daya genetic untuk kemajuan
berbagai bidang.
Pertanyaan 2
Budi Marwoto, Balithi
Pemanfaatan Plasma Nutfah hasil Eksplorasi : untuk kegiatan breeding membutuhkan
keragaman genetik. Bagaimana Peneliti bisa mengakses sumber genetik tersebut?
Jawab
Melalui prosedur yang harus diikuti, asal barangnya tersedia dan selama tidak
mengganggu koleksi tanaman induk, maka sumber daya genetic tersebut dapat diakses
dan dimanfaatkan
Pertanyaan 3
Rudy Soehendi, Ka Balithi
Melanjutkan pertanyaan pak Budi Marwoto, apakah koleksi tumbuhan (Working
Collection) sebagai materi persilangan yang ada di Kebun Raya dapat diakses untuk
meningkatkan industry florikultura di Indonesia?
Jawab
Sekali lagi saya nyatakan bahwa semua tanaman hias yang berhasil dikoleki oleh Kebun
Raya dapat diakses untuk pemenfaatan lebih lanjut, berkaitan dengan pelestarian
maupun pengembangan, dimana ada benefit sharing dari kedua belah pihak.
Pertanyaan 4
Ibu Juang, IPB
Apakah Kebun Raya dalam koleksi memperhatikan potensi tanaman yang dikoleksi?
Bagaimana pengelompokannya? Dengan banyaknya sumber daya genetic, apa yang
telah dilaukan kebun raya untuk menyelamatkan sumber daya tersebut?
Jawab
Jeni-jenis tertentu yang berhasil dikoleksi yang mempunyai potensi ekonomi akan
dipamerkan. Sementara pengelompokan florikultura yang dikaitkan dengan
ekosistemnya. Terkait dengan penyelamatan sumber daya genetic, idealnya Kebun Raya
dibangun di setiap Eko Region dan saat ini proses itu sedang dan terus berlangsung.
7
Download