Apa dan Bagaimana Studi Perbandingan

advertisement
SATUAN ACARA PERKULIAHAN ( SAP )/
RENCANA PROGRAM KEGIATAN PEMBELAJARAN SEMESTER (RKPS)
Mata Kuliah
:
PERBANDINGAN SISTEM POLITIK
Dosen Pembina
:
M. Mas’ud Said, MM, PhD
010 – 0233173/ 3 SKS
Kode/ SKS
Mata Kuliah Prasyarat
Kelompok mata Kuliah
:
Sistem Politik Indonesia
Mata Kuliah Keahlian Berkarya (MKKB)
Deskripsi Perkuliahan
Subjek utama kajian mata kuliah Perbandingan Sistem Politik, berkaitan dengan
sistem politik suatu negara dan komparasinya dengan sistem negara lainnya. Artinya;
Perbandingan sistem politik adalah juga studi yang mempelajari teori teori sistem
politik dan sistem kenegaraan. Dalam sistem politik dikenal supra struktur politik dan
infrastruktur politik.
Mata kuliah ini bertujuan metode untuk memperbandingkan sistem politik baik
perbandingan (geographical) negara maupun komparasi berdasarkan masa
pemerintahan (time frame).
Sedangkan scope bahasan yang diperhatikan berkaitan dengan tiga hal (Mochtar
Masoed, UGM Press, 1985) 1. Konsep sistem politik, 2. Ciri dan struktur sistem
politik dan bagaimana ia bekerja dalam sebuah proses politik, 3. Perbandingan sistem
politik tertentu dengan sistem yang lain (comparative political system). Kuliah akan
diperkaya dengan kajian empiris: Sistem Politik di beberapa studi Kasus.
Tujuan Instruksional
Meletakkan dasar-dasar pemahaman mahasiswa terhadap perbandingan sistem
politik. Mahasiswa diharapkan mampu memahami esensi, prinsip2 sistem politik dan
dapat membandingkan satu negara dengan sistem yang berbeda. Lebih jauh lagi
mahasiswa bisa memiliki kemampuan menggunakan kerangka kajian SISTEM
sebagai metode untuk melihat, menganalisa proses, dinamika politik .
Perkuliahan
Proses belajar duilakukan melalui kegiatan tatap muka, yang meliputi perkuliahan
di kelas berupa 1. @ Tatap muka (dosen memberikan informasi dan analisanya), 2.
@ Penugasan , dan 3. @ Presentasi makalah 4. @ Resume Kuliah.
Materi Perkuliahan
Kuliah I
: Introduksi Mata Kuliah



Kuliah II
Kuliah III
Kuliah IV
: Negara, Pemerintahan dan Sistem Politik

Esensi Negara dan Pemerintahan dalam Konteks
Sispol

Sistem Politik dalam Konteks Ilmu Pemerintahan

Kultur Politik (Political Culture)
: Sistem Politik dan Bekerjanya Sistem Politik

Unsur unsur Sispolin: Input dan Proses politik

Output Sispol an Feedback Sispol

Cara Berfikir Systemic
: Hubungan Sistem Politik dan Lingkungannnya



Kuliah V
Hubungan SISPOL dengan lingkungan luar
Hubungan SISPOL dengan KEDEWASAAN
POLITIK
HUBUNGAN Sispol dengan stabilitas Politik
: Supra Struktur dan Infrastruktur Politik



Kuliah VI
Kontrak Belajar
Gambaran Umum Perbandingan Sistem Politik
Ilmu Perbandingan Politik: Apa, Mengapa.
Sispol dan Lingkungan Fisik, Ekonomi
Sispol dan Lingkungan Politik Domestik dan
Regional
Sispol dan Lingkungan Geopolitik
: Tugas Pengayaan bahan (MIDLE TEST)


Kuliah VII
Kuliah VIII
Kuliah IX
Kuliah X
Kuliah XII
(PERBANDINGAN SISTEM POLITIK)
Presentasi Individual Mahasiswa
: Teori dan Ideologi Politik Kontemporer

Demokrasi Liberal (Liberal Democracy)

Regim Komunis (Communist Regime)

Regime Otoriter (Authoritarian Regime)

Diktator Militer (Military Dictatorship)
: Memperbandingkan Budaya Politik

Unsur Unsur Budaya Politik Beberapa Negara

Memperbandingkan
Regional

Memperbandingkan Budaya Politik; Aspek Bentuk
Negara dan sistem pemerintahan
Budaya
Politik;
Aspek
: Stratifikasi Sistem Politik

Model Stratifikasi Politik

Teori Elit dan Kekuasaan

Teori Pluraisme
: Teori Bentuk Negara dan Sistem Politik

Unitary State (Negara Kesatuan)

Federal State (Negara Federasi)
: Power and Authorities

Apa makna Power atau Kekuatan Dalam Ilmu
Negara

Apa makna Authority atau kekuasaan Dalam
Pemerintahan
Kuliah XIII
: Quiz: semua materi kuliah
Kuliah XIV
: Final Test
Tugas
1. Setiap mahasiswa wajib mengikuti kuliah tatap muka.
2. Mahasiswa membuat catatan tambahan dalam kuliah
3. Mahasiswa mempresentasikan makalah yang dibuat.
Penilaian
Aspek Penilaian terhadap mahasiswa meliputi:
1. Absensi kuliah
2. Tugas I dan II
3. UTS
4. UAS
5. Aktivitas
: Wajib memenuhi 75 % (Kurang dari
50% tdk memiliki hak ujian akhir)
: 25%
: 25%
: 40%
: 10%
Materi Bacaan Wajib:
1.
2.
3.
4.
Mas’oed, Mochtar and McAndrews,Colin; Perbandingan Sistem Politik,
Gajahmada University Press, Yogjakarta, 1985.
Ball, Alan R., Fifth ed., Modern Politics and Government, McMillan,
London, 1994. ( BUKU, DISEDIAKAN UNTUK DIFOTO COPY)
Rod Hague, Martin Harrop and haun Breslin, Comparative Government
and Politics; Chapter 1, Mc Millan, London, 194. (BAHAN
DISEDIAKAN UNTUK DIFOTO COPY)
Said, M. Mas’ud; Handout Mata Kuliah Perbandingan Sistem Politik,
2006.
Bagian 1
Ilmu Perbandingan: Comparative Studies
Thinking without comparisons is unthinkable and, in the absence of comparisons, so
all the scientific thought and all scientific research. (Guy. E. Swanson).
Apa dan Bagaimana Studi Perbandingan Sistem Politik Itu
James Roberts, Linthicum menyebut Studi Perbandingan Politik sebagai Comparative
Political Systems. Mereka menjelaskan bahwa “
Comparative Political Systems examines theories of the state and methods of
comparing political systems across time and space. Spatial comparisons
(typically called comparative government) examine the similarities and
differences in countries' social and political institutions. Temporal comparisons
examine the process of political change”.
Artinya; Perbandingan sistem politik adalah studi yang mempelajari teori teori
kenegaraan dan memahami metode untuk memperbandingkan sistem politik baik
perbandingan (geographical aspect) negara maupun komparasi berdasarkan masa
pemerintahan (time frame).
Terdapat dua macam perbandingan yaitu perbadingan spacial, dan perbandingan
temporal.
Perbandingan spatial sering disebut perbandingan pemerintahan mempelajari
perbedaan dan kesamaan institusi sosial dan lembaga politik beberapa negara.
Sedangkan perbandingan temporal mempelajarai proses perubahan politik dan suatu
atau beberapa negara.
Mengapa Mempelajari Perbandingan Sistem Politik?
Sistem politik (political system) adalah dasar mekanisme, bentuk dan relasi relasi
bagi bekerjanya unsur unsur dalam suatu negara, kesepakatan filosofis dan tujuan
ideal yang hendak dicapai dan dasar negara yang dianut. Jadi ia merupakan
manifestasi dari kerangka berfikir dan hubungan sinergis antara cita cita dan realisasi
cita cita.
Studi Perbandingan Sistem Politik bisa membantu kita untuk memahami bagaimana
kerjanya berbagai sistem politik. Dalam konteks studi perbandingan sistem politik,
selalu terdapat asumsi kondisi kesamaan (similarities) dan perbedaan
(differences) pada beberapa kondisi sistem sosial, sistem politik, sisttem
pemerintahan dalam sebuah negara.
Mengapa terdapat perbedaan sistem politik di Berbagai Negara?.
Hal itu karena unsur unsur atau sub system sebuah negara berbeda beda. Begitu pula
tujuan tujuan tetentu yg ingin dicapai. Sebagaimana kita ketahui negara baru akan
berjalan kalau kita memiliki kesepakan yang dihormati dan dilaksanakan. Ia erat
hubungannya dengan stabilitas negara.
Sistem Politik adalah Alokasi Nilai Secara Otoritatif yang Mengikat
Jadi dapat dikatakan hal ini adalah merupakan kesepakatan bersama yang mengikat
antara aktor aktor, lembaga-lembaga negara, perangkat kenegaraan dan bahkan
mengikat partai partai politik.
Bagian 2
Negara, Pemerintahan dan Sistem Politik
Dalam mempelajari perbandingan sistem politik kita harus mengenal lebih detail
mengenai ilmu negara, esensi pemeritahan dan sistem politik. Dalam kaitan ini kita
bisa meletakkan wilayah negara tersebut – secara teoritis – dengan berbeda beda
Esensi State (Negara):
The state refers to the authoritative decision making institution for an entire society,
to wish all other groups, institutions and persons are legally subject. In other words,
the state is legally supreme: in the last resort, its authority is compulsory, the state is
the ultimate regulator of the legitimate use of force within it’s territory (Robert Dahl:
1984)
Esensi Government (Pemerintahan):
The government is core of the state. Government is an organisation and an
authoritative regime that governs the people under its authority within its territory. In
the broader sense government’s rule is to maintain the security and to rule its people
and sub organisation to achieve their goals. (Mas’ud Said, from many sources).
Government
The State
The Political System
Society
Sistem Politik (Political System):
Sebuah system politik merupakan suatu GUIDANCE negara, unsur negara,
masyarakat dan tercermin dalam kebijakan yang diambil oleh lembaga negara.
Apablika ia dilanggar atau diingkari akan terjadi konflik dan bias menyebabkan
instabilitas. Ia merupakan ide ide dan norma norma yang mengikat supra struktur
politik dan masyarakat.
Kultur Politik (Political Culture):
A political culture is composed of the attitudes, beliefs, emotions and values of
society that relate to the political system and to political issues (Schumpeter, in Ball
1994)
Bagian 3
BEBERAPA CIRI SISTEM POLITIK
Studi sistem politik berusaha memahami keputusan-keputusan yang otoritatif atau sah
dibuat dan dilaksanakan dalam suatu masyarakat.
CIRI-CIRI SISTEM POLITIK
I
N TUNTUTAN
P DUKUNGAN
U
T
SISTEM
POLITIK
KEPUTUSAN
ATAU
KEBIJAKSANAAN
O
U
T
P
U
T
UMPAN BALIK
Gambar diatas memberi penjelasan kepada kita bahwa ada beberapa faktor penting
dalam sistem poltik yaitu :
1. Input ,
Input yang didalamnya termasuk dukungan dan tuntutan politik yang merupakan
bahan masukan atau material yang akan diolah dalam proses pengambilan kebijakan
dan keputusan negara berdasarkan sistem politik yang ada. Input ini bisa berupa ide,
pikiran pikiran formal partai politik, peneliti perguruan tinggi dan tentu hasrat dan
kehendak masyarakat umum di berbagai lapisan dan mengenai banyak persoalan
masyarakat dan negara.
2. Sistem Politik,
(Lihat pengertian pada bagian 2 mata kuliah ini)
3, Output,
Output adalah adalah keluaran yang berupa kebijakan atau keputasan negara hasil
input yang diolah dalam proses politik sesuai dengan kaidah kaidah atau norma yang
diasumsikan terdapat dalam sistem politik negara,
Kebijakan kebijakan negara dengan demikian tidak boleh untuk diproses secara
internal oleh pemerintah saja karena dalam teori sistem politik kita menghendaki ada
proses politik yang terbuka, transparan dan legal.
4. Umpan Balik (Feedback)
Perlu dikemukakan bahwa dalam proses kenegaraan ada time frame yang berdurasi
panjang, kebijakan kebijakan negara biasanya bisa dirubah menurut kecenderungan
waktu dan perubahan aspirasi masyarakat. Oleh sebab itu akan ditemukan perbedaan
dan perubaha tuntutan masyarakat.
Tuntutan terbaru dari masyarakat dalam sistem politik yang bekerja akan dijadikan
masukan baru atau evaluasi bagi penentuan kebijakan yang akan datang. Feedback
disini penting untuk menjadikan keputusan keputusan negara selalu update dan sesuai
dengan perkembangan.
Bagaimana Operasionalisasi Sistem Politik dan Bagaimana pula fungsinya
Dan berdasar definisi David Easton tentang politik, sistem politik adalah bagian dari
sistem sosial yang menjalankan
(a) Alokasi nilai-nilai (dalam bentuk keputusan-keputusan atau kebijaksanaankebijaksanaan)
(b) Alokasinya bersifat otoritatif (yaitu dikuatkan oleh kekuasaan yang sah)
Bagian 5
Hubungan Sistem Politik Dengan Lingkungannya
Dari gambar dibawah ini dapat dilihat bagaimana pentingnya fakto
lingkungan dalam sistem politik sebuah negara. Juga dalam perbandingan
politik kita selalu mempertimbangkan lingkungan luar baik lingkungan
domestik maupun internasional. Hal yang perlu dikemukakan ialah bahwa
walaupun sangat sedikit dan tidak langsung menurut Gabriel Amond (Dalam
Mc Andrew dan Mochtar Mas’oed, 1984) dikatakan bahwa lingkungan nonpolitik berupa fisik dan ekonomi maupun lingkungan sosial turut
mempengaruhi bekerjanya sistem politik sebuah negara
Lingkungan
fisik, sosial
dan ekonomi
domestik
B
C
Sistem
Politik
A
E
Bagian 6

D
 Tugas Resume Kuliah
Presentasi Mahasiswa Individual
Pertanyaan pertanyaan yang harus dijawab seputar kuliah 1-5.
Bagian 7
Sistem Politik Kontemporer (Contemporary Political System.)
Dalam Ilmu politik dan pemerintahan kita mengenal beberapa bentuk sistem politik.
Empat bentuk sistem politik yang terpenting adalah:

1.
Liberal Demokrasi,
Liberal democracy is identified by an implicit bargain between the representative
governments and their citizens and a special arrangement which regulates that
bargain.
The bargain is that the government’s legitimacy, its expectation of obedience to
its laws, is dependent on its claim to be doing what the citizens’ want it to do. The
organized arrangement that regulates this bargain of legitimacy is the competitive
political election.

2.
Regime Komunis
Sistem komunisme adalah sistem pemerintahan dimana pemerintah yang
bersangkutan mengeliminasi beberapa hak individu dan lalu diserahkan
pengurusannya kepada negara, lalu oleh negara dibagi bagikan secara merata.
Regime komunisme terutama di Uni Soviet meyakini ide Marxisme dan
Leninisme. Dan keyakinan ini menyeluruh dilakukan penataannya oleh negara
secara formal. Kepemilikan individu dikurangi lalu disentralisasikan oleh negara.
Mereka terpimpin dalam banyak hal. Dalam kaitan persoalan ekonomi sistem
pemerintahan negara komunis, kebijakan dan strategi pembangunan ekonomi
diintegrasikan dalam keputusan resmi negara. Dalam kaitan politik biasanya
dikuasai oleh satu partai dominan dengan kepemimpinan yang dominan oleh elit
atau tokoh tertentu. Ciri lain ialah bahwa institusi institusi negara dikuasai dan
ditentukan oleh partai dominan.

3.
Regime Otoriter
Authoritarian regimes are political system which limited, not responsible, political
pluralism: with out elaborate and guiding ideology (but with distinctive mentalities);
with out intensive nor extensive political mobilization (except some points in their
development); and in which a leader (or occasionally small group) exercises power
within formally ill-defined limits but actually quite predictable ones. (Linz 1970 in in
Hawkersworth and Kogan, Encyclopedia of Government and Politics, 1992).

4.
Diktator – Militer
Military dictatorship means the rule by a military officer or a military Juncta who
takes over the state power through a military Coup d’etat and rule without any
accountability as long as the officer or Juncta can retain the support of the armed
forces. The military government usually have a large civilian component ;
bureaucrats,
manager,
politicians
and
technocrats.
Bagian 8
Perbandingan Budaya Politik di Beberapa Negara
Seperti dikatakan oleh Gaetano Mosca : Dalam setiap masyarakat . . . terdapat dua
kelas penduduk-. Kelas pertama, yang jumlahnya selalu lebih kecil, menjalankan
semua fungsi politik, memonopoli kekuasaan dan menikmati keuntungan yang
diberikan oleh kekuasaan itu, sedangkan kelas kedua, yaitu jumlahnya jauh lebih
besar, diatur dan dikendalikan oleh kelas pertama itu.
Coba dilih dan dianalisa kondisi masing masing negara di bawah ini dan
perbandingannya dengan negara lain:
1.
2.
3.
4.
5.
Amerika Serikat,
Inggeris,
Jerman Barat,
Jepang,
India
Perbandingkan kelompok kelompok negara:
1. Berdasar kelompok regionalnya, (Asia, Amerika, Eropa)
2. Berdasarkan sistem pemerintahannya ( Federal dan Republik )
Perlu diketaui komarasi yang baik adalah komparasi yang seimbang. Artinya ia
memiliki unsur unsur yang hampir sama. Dalam teori komparasi setiap negara itu
berbeda walaupun sama regionnya ataupun walau sama sistem pemerintahannya.
Data Komparasi Beberapa Negara di Dunia
Skala : T = Tinggi ;
Rendah-Sedang
R = Rendah
Meksiko
Mesir
T
T
S
TS
S
S
S
RS
T
S
S
RS
S
RS
T
TS
T
RS
S
S
TS
S
S
RS
RS
RS
RS
S
S
S
RS
RS
RS
RS
RS
TS = Tinggi – Sedang ;
S = sedang;
T
T
T
T
T
T
S
Tanzania
Jepang
TS
T
T
TS
TS
S
TS
India
Itali
T
T
S
T
S
T
T
Perancis
T
S
T
T
TS
T
T
Jerman Barat
Perasaan identitas nasional
Kesadaran Kelas
Motivasi prestasi
Keyakinan akan kebebasan
Keyakinan akan persamaan
Efektivitas politik
Kepercayaan kepada pemerintah
Amerika
Serikat
Inggris
Segi-Segi Kebudayaan Politik
RS
T
T
T
S
RS
S
RS =
Bagian 9
Model Skematis Stratifikasi Politik
Teori Elites. Dalam teori elitis di katakana oleh Pareto bahwa masyarakat dibagi
menjadi tiga bagian besar, yaitu :
a. small governing elite, yaitu orang orange lit yang jumlahnya sedikit yang
memerintah. Merekalah yang menentukan jalannya implementasi system politik Baik
Negara maju dan berkembang maupun Negara dunia ketiga memilki kelompok elit
yang memerintah.
b. a Non Governing elite ( e.g the wealthy and the aristocracy ), yaitu
golongan elit di luar pemerintahan yang memiliki kekuasaan atau pengaruh besar
pada pemerinahan baik secara langsung maupun tidak langsung. Kelompok ini
bekecimpng dalam dunia bisnis, kartel perusahaan dan pemilik modal. Juga dalam
kelopmpok ini adalah orang orang di luar pemerintahan yang karna kelebihan dalam
kekayaan dan kualitas dan posisi sosialnya termasuk kelopmpok yang berpengaruh
dalam pemerintahan.
c. the Mass Population or Non Elite., yaitu orang kebanyakan yang
jumlahnya selalu jauh lebih banyak dari kelopmpok pertama dan kelopmok kedua.
Commpon people inilah sebetulnya tujuan dari kesejahteraan. Namun dalam praktek
kenegaraan orang yang jmlahnya paling banyak ini biasanya ditentukan bukan
menentukan. Kelompok yang menentukan biasanya adalah kelopmpk pertama dan
kelompok kedua.
Model Skematis Stratifikasi Politik
Kelompok pembuat keputusan
Kaum berpengaruh
Aktivis
Publikasi peminat
Politik
Kaum pemilih
Non – partisipan
Bagian 10
Bentuk Negara dan Sistem Politik
1. Negara Kesatuan (Unitary System)
Bentuk negara dimana hanya ada satu sentral kekuasaaan yaitu pemerintah pusat yang
dibagi bagi menjadi tingkatan yaitu propinsi, kota kabupaten seperti negara kesatuan
Republik Indonesia.
Dalam perkembangannya sekarang negara yang terpusat cenderung ingin membagi
kekuasaannya kepada daerah daerah sehingga daerah memiliki kekuasaan untuk
mengatur banyak kepentingan secara lebih otonom. Proses itu lebih dikenal dengan
proses otonomi daerah.
Negara Kesatuan dan Trend Otonomi Daerah
Rondinelli and Cheema (1983) define decentralisation as follows:
Decentralization is the transfer of planning, decision-making, or
administrative authority from the central government to its field
organizations, local administrative units, semi-autonomous and parastatal
(italics in original) organization, local government or non-governmental
organization.
The World Bank Annual Report of 1999:107-124, defines decentralisation as follows:
Decentralization is the transfer of authority and responsibility for public
functions from the central government to subordinate or quasiindependent government organizations and or the private sector.
These are both very broad definitions, encompassing everything from administrative
devolution within a unitary government to the transfer of authority to private sector or
privatised organizations. In this thesis, however, decentralisation is understood in a
more specific sense, covering only a part of the range encompassed by these broad
definitions.
In this thesis, decentralisation is understood as a process of devolution within the
public sector, away from the central national government, and towards regional and
local governments that are granted at least a significant degree of decision-making
autonomy.
In other words, in the Indonesian context, this study defines
decentralisation as a process of power transfer from the central government in Jakarta
to both provincial and local government as intended under Law No. 22/1999.
Gustav and Stewart (1994) have identified three distinct meanings of
‘decentralisation’ in the analysis of the Indonesian case. These are: deconcentration,
where the central government posts employees in the local government level;
delegation, where the central government conditionally delegates its power to the
local level while retaining the capacity to take it back and retaining overall
dominance; and devolution meaning that the central government actually cedes its
power to local governments.
2. Negara Serikat (Federal System)
Negara Federasi juga merupakan salah satu sistem yang paling banyak ditemui
disamping negara kesatuan. Negara Federal terdiri dari negara negara bagian yang
menyatu karena faktor kesejarahan, kepentingan nasioanl bersama maupun karena
kesepakatan politik antar pimpinan negara negara bagian.
Dalam negara Federal ini kita bisa melihat adanya kekuasaan yang sangat besar
diberikan oleh pemerintahan nasioanlnya kepada negara negara bagian. Dalamkaitan
ini halk hal yang berkaitan dengan kepentingan dan urusan rakyat negara bagian
ditangani langsung oleh negara bagian setempat, sedangkan hal hal yang berkaitan
dengan urusan nasional dan beberapa bagian kekuasaan negara bagian yang
diserahkan secara tersentral ditangani oleh pusat.
Bagian 11
Studying Power and Authority
What is Power?
Kekuasaan atau power berasal dari kata Latin yang berarti kemampuan untuk
melakukan sesuatu. Dalam hal ini biasa diakitkan dengan penguasaan harta,
kekuasaan, kemampuan atau mempengaruhi sesuatu hal.
Dalam Encyclopaedy politik dan pemerintahan didapatkan definisi sbb: The words
power derives from the Latin Potere, meaning “to be able to”. It si generally used to
designate a property, capacity or wherewithal to effect things. The concept has clear
affinities with the concept of domination. The latter means some shorts of mastery or
control; derives from Latin, dominium, it was originally used to designate the
mastery of patriarch over his household or domain (Tuck 1979, in Hawkersworth and
Kogan, Encyclopedia of Government and Politics, 1992)
What is authority?
According to Weber, there are three types of legitimate authority. The validity of their
claims may be respectively based on: rational authority, traditional authority, and
charismatic authority. In the case of this organization, our primary concern is on
rational authority.
Legally authority is based on a belief in the ‘legality’ of patterns of normative rules
and the right of those elevated to authority infer such rules to issue commands. Under
the control of legal authority, obedience is attributed to the legally established
impersonal order. It extends to the persons exercising the authority of office under it
only by virtue of the formal legality of their commands and only within the scope of
authority of the office.
The effectiveness of legal authority builds on the acceptance of the validity of the
following mutually inter-dependent ideas.
1. That any given legal norm may be established by agreement or by imposition,
on the bases of expediency or rational values or both, with a claim to
obedience at least on the part of the members of the corporate group.
2. That every body of law consists essentially in a consistent system of abstract
rules which have (normally) been intentionally established.
3. That thus the typical person in authority occupies an ‘office’.
4. That the person who obeys authority does so, as it is usually stated, only in his
capacity as a ‘member’ of the corporate group and what he obeys is only ‘the
law’.
5. In conformity with point 3, it is held that the members of the corporate group,
in so far as they obey a person in authority, do not owe this obedience to him
as an individual, but to the impersonal order.
Bagian 12
Sispol dan Birokrasi Pemerintahan
Definition of Bureaucracy:
Bureaucracy refers to a particular form and style of administrative organization.
Although it has been subject to strong criticism for a long time, bureaucracy and its
variants can still be found in a large number of organizations.
The conception of government as the machinery that guarantees the execution of the
monarch’s utterance was now reshaped into one that prepares texts for the monarch’s
signature. The state governed by the management of texts - that is, the modern
bureaucratic state - was taking shape. (Ivan Illich & Barry Sanders,1988).
Max Weber defines bureaucracy as both positive and negative. On the plus side,
bureaucracy was an improvement over the feudal system. On the negative
bureaucracy can become an "iron cage". Bureaucracy is supposed to be about
scientific (operational and administrative) management.
Indonesia Masih Terburuk dalam Perbaikan Birokrasi
Sumber: Jurnal Transparansi, Edisi 18, Maret 2000
Sebagaimana diketahui, dari sekian banyak masalah yang ada di Indonesia, kapasitas,
performances dan penilaian umum mengenaim birokrasi tetap menjadi salah satu
problem besar. Meskipun beberapa kali pemerintahan pusat telah mengeluarkan
aturan pembaharuan birokrasi misalnya memisahkan dan menegaskan kembali posisi
militer agar tetap pada core bussinessnya dan mengeluarkan kebijakan kepegawaian
dan memberi keleluasaan kepada daerah untuk mengurus sendiri pemerintahannya
tetap saja mereka banyak menuai kritik.
Meskipun reformasi dalam skala lumayan telah berlangsung secara sendiri sendiri di
daerah maupun di pusat birokrasi Indonesia dilaporkan sebagai birokrasi yang paling
banyak memiliki masalah, menurut data 1999 meskipun masih lebih baik dibanding
Cina, Vietnam dan India. Demikian survei yang dilakukan oleh lembaga think-tank
Political and Economic Risk Consultancy (PERC) yang berbasis di Hongkong
terhadap para eksekutif bisnis asing (expatriats). Indonesia memperoleh skor 8,0 atau
tak bergerak dari skor 1999, dari kisaran skor yang dimungkinkan, yakni nol untuk
terbaik dan 10 untuk terburuk. Skor 8,0 atau jauh di bawah rata-rata ini didasarkan
pada pertimbangan masih banyak pejabat tinggi pemerintah yang memanfaatkan
posisi mereka untuk memperkaya diri sendiri dan orang-orang dekat mereka.
Para pakar pun mengomentari bahwa masalah birokrasi Indonesia sangat pelik, masih
banyak pejabat senior pemerintah yang terjun ke bisnis. Mereka selalu menggunakan
posisinya untuk melindungi dan mengangkat kepentingan bisnis pribadinya, kata
Djisman Simandjunta.Disamping itu, dalam birokrasi Indonesia banyak kegiatan
yang tidak perlu dilakukan, tetapi tetap dipaksakan untuk dijalankan oleh pemerintah.
Program-program pelatihan di lingkungan birokrasi tidak kompetitif. Karena yang
melaksanakan program pelatihan tersebut tidak lain adalah pemerintah sendiri. Selain
itu, jenjang dalam birokrasi di Indonesia sebenarnya sudah ada sehingga program
pelatihan menjadi sekadar formalitas. Misalnya, pendidikan di Lembaga Ketahanan
Nasional (Jurnal Transparansi, Edisi 18, Maret 2000)
Para eksekutif bisnis yang disurvei berpendapat, sebagian besar negara di kawasan ini
masih perlu menekan hambatan birokrasi (red tape barriers) ini. Meskipun demikian,
mereka juga mencatat beberapa kemajuan, terutama dengan tekanan terhadap
birokrasi untuk melakukan reformasi. Jika pegawai negeri tidak memperoleh gaji
yang cukup tinggi, tidak mengherankan jika pegawai level bawah atau bahkan
menengah berusaha menambah pendapatan mereka atau anggaran departemen dengan
menarik pungutan khusus dari pihak yang membutuhkan pelayanan atau
Download