SATUAN ACARA PERKULIAHAN ( SAP )/ RENCANA PROGRAM KEGIATAN PEMBELAJARAN SEMESTER (RKPS) Mata Kuliah : PERBANDINGAN SISTEM POLITIK Dosen Pembina : M. Mas’ud Said, MM, PhD 010 – 0233173/ 3 SKS Kode/ SKS Mata Kuliah Prasyarat Kelompok mata Kuliah : Sistem Politik Indonesia Mata Kuliah Keahlian Berkarya (MKKB) Deskripsi Perkuliahan Subjek utama kajian mata kuliah Perbandingan Sistem Politik, berkaitan dengan sistem politik suatu negara dan komparasinya dengan sistem negara lainnya. Artinya; Perbandingan sistem politik adalah juga studi yang mempelajari teori teori sistem politik dan sistem kenegaraan. Dalam sistem politik dikenal supra struktur politik dan infrastruktur politik. Mata kuliah ini bertujuan metode untuk memperbandingkan sistem politik baik perbandingan (geographical) negara maupun komparasi berdasarkan masa pemerintahan (time frame). Sedangkan scope bahasan yang diperhatikan berkaitan dengan tiga hal (Mochtar Masoed, UGM Press, 1985) 1. Konsep sistem politik, 2. Ciri dan struktur sistem politik dan bagaimana ia bekerja dalam sebuah proses politik, 3. Perbandingan sistem politik tertentu dengan sistem yang lain (comparative political system). Kuliah akan diperkaya dengan kajian empiris: Sistem Politik di beberapa studi Kasus. Tujuan Instruksional Meletakkan dasar-dasar pemahaman mahasiswa terhadap perbandingan sistem politik. Mahasiswa diharapkan mampu memahami esensi, prinsip2 sistem politik dan dapat membandingkan satu negara dengan sistem yang berbeda. Lebih jauh lagi mahasiswa bisa memiliki kemampuan menggunakan kerangka kajian SISTEM sebagai metode untuk melihat, menganalisa proses, dinamika politik . Perkuliahan Proses belajar duilakukan melalui kegiatan tatap muka, yang meliputi perkuliahan di kelas berupa 1. @ Tatap muka (dosen memberikan informasi dan analisanya), 2. @ Penugasan , dan 3. @ Presentasi makalah 4. @ Resume Kuliah. Materi Perkuliahan Kuliah I : Introduksi Mata Kuliah Kuliah II Kuliah III Kuliah IV : Negara, Pemerintahan dan Sistem Politik Esensi Negara dan Pemerintahan dalam Konteks Sispol Sistem Politik dalam Konteks Ilmu Pemerintahan Kultur Politik (Political Culture) : Sistem Politik dan Bekerjanya Sistem Politik Unsur unsur Sispolin: Input dan Proses politik Output Sispol an Feedback Sispol Cara Berfikir Systemic : Hubungan Sistem Politik dan Lingkungannnya Kuliah V Hubungan SISPOL dengan lingkungan luar Hubungan SISPOL dengan KEDEWASAAN POLITIK HUBUNGAN Sispol dengan stabilitas Politik : Supra Struktur dan Infrastruktur Politik Kuliah VI Kontrak Belajar Gambaran Umum Perbandingan Sistem Politik Ilmu Perbandingan Politik: Apa, Mengapa. Sispol dan Lingkungan Fisik, Ekonomi Sispol dan Lingkungan Politik Domestik dan Regional Sispol dan Lingkungan Geopolitik : Tugas Pengayaan bahan (MIDLE TEST) Kuliah VII Kuliah VIII Kuliah IX Kuliah X Kuliah XII (PERBANDINGAN SISTEM POLITIK) Presentasi Individual Mahasiswa : Teori dan Ideologi Politik Kontemporer Demokrasi Liberal (Liberal Democracy) Regim Komunis (Communist Regime) Regime Otoriter (Authoritarian Regime) Diktator Militer (Military Dictatorship) : Memperbandingkan Budaya Politik Unsur Unsur Budaya Politik Beberapa Negara Memperbandingkan Regional Memperbandingkan Budaya Politik; Aspek Bentuk Negara dan sistem pemerintahan Budaya Politik; Aspek : Stratifikasi Sistem Politik Model Stratifikasi Politik Teori Elit dan Kekuasaan Teori Pluraisme : Teori Bentuk Negara dan Sistem Politik Unitary State (Negara Kesatuan) Federal State (Negara Federasi) : Power and Authorities Apa makna Power atau Kekuatan Dalam Ilmu Negara Apa makna Authority atau kekuasaan Dalam Pemerintahan Kuliah XIII : Quiz: semua materi kuliah Kuliah XIV : Final Test Tugas 1. Setiap mahasiswa wajib mengikuti kuliah tatap muka. 2. Mahasiswa membuat catatan tambahan dalam kuliah 3. Mahasiswa mempresentasikan makalah yang dibuat. Penilaian Aspek Penilaian terhadap mahasiswa meliputi: 1. Absensi kuliah 2. Tugas I dan II 3. UTS 4. UAS 5. Aktivitas : Wajib memenuhi 75 % (Kurang dari 50% tdk memiliki hak ujian akhir) : 25% : 25% : 40% : 10% Materi Bacaan Wajib: 1. 2. 3. 4. Mas’oed, Mochtar and McAndrews,Colin; Perbandingan Sistem Politik, Gajahmada University Press, Yogjakarta, 1985. Ball, Alan R., Fifth ed., Modern Politics and Government, McMillan, London, 1994. ( BUKU, DISEDIAKAN UNTUK DIFOTO COPY) Rod Hague, Martin Harrop and haun Breslin, Comparative Government and Politics; Chapter 1, Mc Millan, London, 194. (BAHAN DISEDIAKAN UNTUK DIFOTO COPY) Said, M. Mas’ud; Handout Mata Kuliah Perbandingan Sistem Politik, 2006. Bagian 1 Ilmu Perbandingan: Comparative Studies Thinking without comparisons is unthinkable and, in the absence of comparisons, so all the scientific thought and all scientific research. (Guy. E. Swanson). Apa dan Bagaimana Studi Perbandingan Sistem Politik Itu James Roberts, Linthicum menyebut Studi Perbandingan Politik sebagai Comparative Political Systems. Mereka menjelaskan bahwa “ Comparative Political Systems examines theories of the state and methods of comparing political systems across time and space. Spatial comparisons (typically called comparative government) examine the similarities and differences in countries' social and political institutions. Temporal comparisons examine the process of political change”. Artinya; Perbandingan sistem politik adalah studi yang mempelajari teori teori kenegaraan dan memahami metode untuk memperbandingkan sistem politik baik perbandingan (geographical aspect) negara maupun komparasi berdasarkan masa pemerintahan (time frame). Terdapat dua macam perbandingan yaitu perbadingan spacial, dan perbandingan temporal. Perbandingan spatial sering disebut perbandingan pemerintahan mempelajari perbedaan dan kesamaan institusi sosial dan lembaga politik beberapa negara. Sedangkan perbandingan temporal mempelajarai proses perubahan politik dan suatu atau beberapa negara. Mengapa Mempelajari Perbandingan Sistem Politik? Sistem politik (political system) adalah dasar mekanisme, bentuk dan relasi relasi bagi bekerjanya unsur unsur dalam suatu negara, kesepakatan filosofis dan tujuan ideal yang hendak dicapai dan dasar negara yang dianut. Jadi ia merupakan manifestasi dari kerangka berfikir dan hubungan sinergis antara cita cita dan realisasi cita cita. Studi Perbandingan Sistem Politik bisa membantu kita untuk memahami bagaimana kerjanya berbagai sistem politik. Dalam konteks studi perbandingan sistem politik, selalu terdapat asumsi kondisi kesamaan (similarities) dan perbedaan (differences) pada beberapa kondisi sistem sosial, sistem politik, sisttem pemerintahan dalam sebuah negara. Mengapa terdapat perbedaan sistem politik di Berbagai Negara?. Hal itu karena unsur unsur atau sub system sebuah negara berbeda beda. Begitu pula tujuan tujuan tetentu yg ingin dicapai. Sebagaimana kita ketahui negara baru akan berjalan kalau kita memiliki kesepakan yang dihormati dan dilaksanakan. Ia erat hubungannya dengan stabilitas negara. Sistem Politik adalah Alokasi Nilai Secara Otoritatif yang Mengikat Jadi dapat dikatakan hal ini adalah merupakan kesepakatan bersama yang mengikat antara aktor aktor, lembaga-lembaga negara, perangkat kenegaraan dan bahkan mengikat partai partai politik. Bagian 2 Negara, Pemerintahan dan Sistem Politik Dalam mempelajari perbandingan sistem politik kita harus mengenal lebih detail mengenai ilmu negara, esensi pemeritahan dan sistem politik. Dalam kaitan ini kita bisa meletakkan wilayah negara tersebut – secara teoritis – dengan berbeda beda Esensi State (Negara): The state refers to the authoritative decision making institution for an entire society, to wish all other groups, institutions and persons are legally subject. In other words, the state is legally supreme: in the last resort, its authority is compulsory, the state is the ultimate regulator of the legitimate use of force within it’s territory (Robert Dahl: 1984) Esensi Government (Pemerintahan): The government is core of the state. Government is an organisation and an authoritative regime that governs the people under its authority within its territory. In the broader sense government’s rule is to maintain the security and to rule its people and sub organisation to achieve their goals. (Mas’ud Said, from many sources). Government The State The Political System Society Sistem Politik (Political System): Sebuah system politik merupakan suatu GUIDANCE negara, unsur negara, masyarakat dan tercermin dalam kebijakan yang diambil oleh lembaga negara. Apablika ia dilanggar atau diingkari akan terjadi konflik dan bias menyebabkan instabilitas. Ia merupakan ide ide dan norma norma yang mengikat supra struktur politik dan masyarakat. Kultur Politik (Political Culture): A political culture is composed of the attitudes, beliefs, emotions and values of society that relate to the political system and to political issues (Schumpeter, in Ball 1994) Bagian 3 BEBERAPA CIRI SISTEM POLITIK Studi sistem politik berusaha memahami keputusan-keputusan yang otoritatif atau sah dibuat dan dilaksanakan dalam suatu masyarakat. CIRI-CIRI SISTEM POLITIK I N TUNTUTAN P DUKUNGAN U T SISTEM POLITIK KEPUTUSAN ATAU KEBIJAKSANAAN O U T P U T UMPAN BALIK Gambar diatas memberi penjelasan kepada kita bahwa ada beberapa faktor penting dalam sistem poltik yaitu : 1. Input , Input yang didalamnya termasuk dukungan dan tuntutan politik yang merupakan bahan masukan atau material yang akan diolah dalam proses pengambilan kebijakan dan keputusan negara berdasarkan sistem politik yang ada. Input ini bisa berupa ide, pikiran pikiran formal partai politik, peneliti perguruan tinggi dan tentu hasrat dan kehendak masyarakat umum di berbagai lapisan dan mengenai banyak persoalan masyarakat dan negara. 2. Sistem Politik, (Lihat pengertian pada bagian 2 mata kuliah ini) 3, Output, Output adalah adalah keluaran yang berupa kebijakan atau keputasan negara hasil input yang diolah dalam proses politik sesuai dengan kaidah kaidah atau norma yang diasumsikan terdapat dalam sistem politik negara, Kebijakan kebijakan negara dengan demikian tidak boleh untuk diproses secara internal oleh pemerintah saja karena dalam teori sistem politik kita menghendaki ada proses politik yang terbuka, transparan dan legal. 4. Umpan Balik (Feedback) Perlu dikemukakan bahwa dalam proses kenegaraan ada time frame yang berdurasi panjang, kebijakan kebijakan negara biasanya bisa dirubah menurut kecenderungan waktu dan perubahan aspirasi masyarakat. Oleh sebab itu akan ditemukan perbedaan dan perubaha tuntutan masyarakat. Tuntutan terbaru dari masyarakat dalam sistem politik yang bekerja akan dijadikan masukan baru atau evaluasi bagi penentuan kebijakan yang akan datang. Feedback disini penting untuk menjadikan keputusan keputusan negara selalu update dan sesuai dengan perkembangan. Bagaimana Operasionalisasi Sistem Politik dan Bagaimana pula fungsinya Dan berdasar definisi David Easton tentang politik, sistem politik adalah bagian dari sistem sosial yang menjalankan (a) Alokasi nilai-nilai (dalam bentuk keputusan-keputusan atau kebijaksanaankebijaksanaan) (b) Alokasinya bersifat otoritatif (yaitu dikuatkan oleh kekuasaan yang sah) Bagian 5 Hubungan Sistem Politik Dengan Lingkungannya Dari gambar dibawah ini dapat dilihat bagaimana pentingnya fakto lingkungan dalam sistem politik sebuah negara. Juga dalam perbandingan politik kita selalu mempertimbangkan lingkungan luar baik lingkungan domestik maupun internasional. Hal yang perlu dikemukakan ialah bahwa walaupun sangat sedikit dan tidak langsung menurut Gabriel Amond (Dalam Mc Andrew dan Mochtar Mas’oed, 1984) dikatakan bahwa lingkungan nonpolitik berupa fisik dan ekonomi maupun lingkungan sosial turut mempengaruhi bekerjanya sistem politik sebuah negara Lingkungan fisik, sosial dan ekonomi domestik B C Sistem Politik A E Bagian 6 D Tugas Resume Kuliah Presentasi Mahasiswa Individual Pertanyaan pertanyaan yang harus dijawab seputar kuliah 1-5. Bagian 7 Sistem Politik Kontemporer (Contemporary Political System.) Dalam Ilmu politik dan pemerintahan kita mengenal beberapa bentuk sistem politik. Empat bentuk sistem politik yang terpenting adalah: 1. Liberal Demokrasi, Liberal democracy is identified by an implicit bargain between the representative governments and their citizens and a special arrangement which regulates that bargain. The bargain is that the government’s legitimacy, its expectation of obedience to its laws, is dependent on its claim to be doing what the citizens’ want it to do. The organized arrangement that regulates this bargain of legitimacy is the competitive political election. 2. Regime Komunis Sistem komunisme adalah sistem pemerintahan dimana pemerintah yang bersangkutan mengeliminasi beberapa hak individu dan lalu diserahkan pengurusannya kepada negara, lalu oleh negara dibagi bagikan secara merata. Regime komunisme terutama di Uni Soviet meyakini ide Marxisme dan Leninisme. Dan keyakinan ini menyeluruh dilakukan penataannya oleh negara secara formal. Kepemilikan individu dikurangi lalu disentralisasikan oleh negara. Mereka terpimpin dalam banyak hal. Dalam kaitan persoalan ekonomi sistem pemerintahan negara komunis, kebijakan dan strategi pembangunan ekonomi diintegrasikan dalam keputusan resmi negara. Dalam kaitan politik biasanya dikuasai oleh satu partai dominan dengan kepemimpinan yang dominan oleh elit atau tokoh tertentu. Ciri lain ialah bahwa institusi institusi negara dikuasai dan ditentukan oleh partai dominan. 3. Regime Otoriter Authoritarian regimes are political system which limited, not responsible, political pluralism: with out elaborate and guiding ideology (but with distinctive mentalities); with out intensive nor extensive political mobilization (except some points in their development); and in which a leader (or occasionally small group) exercises power within formally ill-defined limits but actually quite predictable ones. (Linz 1970 in in Hawkersworth and Kogan, Encyclopedia of Government and Politics, 1992). 4. Diktator – Militer Military dictatorship means the rule by a military officer or a military Juncta who takes over the state power through a military Coup d’etat and rule without any accountability as long as the officer or Juncta can retain the support of the armed forces. The military government usually have a large civilian component ; bureaucrats, manager, politicians and technocrats. Bagian 8 Perbandingan Budaya Politik di Beberapa Negara Seperti dikatakan oleh Gaetano Mosca : Dalam setiap masyarakat . . . terdapat dua kelas penduduk-. Kelas pertama, yang jumlahnya selalu lebih kecil, menjalankan semua fungsi politik, memonopoli kekuasaan dan menikmati keuntungan yang diberikan oleh kekuasaan itu, sedangkan kelas kedua, yaitu jumlahnya jauh lebih besar, diatur dan dikendalikan oleh kelas pertama itu. Coba dilih dan dianalisa kondisi masing masing negara di bawah ini dan perbandingannya dengan negara lain: 1. 2. 3. 4. 5. Amerika Serikat, Inggeris, Jerman Barat, Jepang, India Perbandingkan kelompok kelompok negara: 1. Berdasar kelompok regionalnya, (Asia, Amerika, Eropa) 2. Berdasarkan sistem pemerintahannya ( Federal dan Republik ) Perlu diketaui komarasi yang baik adalah komparasi yang seimbang. Artinya ia memiliki unsur unsur yang hampir sama. Dalam teori komparasi setiap negara itu berbeda walaupun sama regionnya ataupun walau sama sistem pemerintahannya. Data Komparasi Beberapa Negara di Dunia Skala : T = Tinggi ; Rendah-Sedang R = Rendah Meksiko Mesir T T S TS S S S RS T S S RS S RS T TS T RS S S TS S S RS RS RS RS S S S RS RS RS RS RS TS = Tinggi – Sedang ; S = sedang; T T T T T T S Tanzania Jepang TS T T TS TS S TS India Itali T T S T S T T Perancis T S T T TS T T Jerman Barat Perasaan identitas nasional Kesadaran Kelas Motivasi prestasi Keyakinan akan kebebasan Keyakinan akan persamaan Efektivitas politik Kepercayaan kepada pemerintah Amerika Serikat Inggris Segi-Segi Kebudayaan Politik RS T T T S RS S RS = Bagian 9 Model Skematis Stratifikasi Politik Teori Elites. Dalam teori elitis di katakana oleh Pareto bahwa masyarakat dibagi menjadi tiga bagian besar, yaitu : a. small governing elite, yaitu orang orange lit yang jumlahnya sedikit yang memerintah. Merekalah yang menentukan jalannya implementasi system politik Baik Negara maju dan berkembang maupun Negara dunia ketiga memilki kelompok elit yang memerintah. b. a Non Governing elite ( e.g the wealthy and the aristocracy ), yaitu golongan elit di luar pemerintahan yang memiliki kekuasaan atau pengaruh besar pada pemerinahan baik secara langsung maupun tidak langsung. Kelompok ini bekecimpng dalam dunia bisnis, kartel perusahaan dan pemilik modal. Juga dalam kelopmpok ini adalah orang orang di luar pemerintahan yang karna kelebihan dalam kekayaan dan kualitas dan posisi sosialnya termasuk kelopmpok yang berpengaruh dalam pemerintahan. c. the Mass Population or Non Elite., yaitu orang kebanyakan yang jumlahnya selalu jauh lebih banyak dari kelopmpok pertama dan kelopmok kedua. Commpon people inilah sebetulnya tujuan dari kesejahteraan. Namun dalam praktek kenegaraan orang yang jmlahnya paling banyak ini biasanya ditentukan bukan menentukan. Kelompok yang menentukan biasanya adalah kelopmpk pertama dan kelompok kedua. Model Skematis Stratifikasi Politik Kelompok pembuat keputusan Kaum berpengaruh Aktivis Publikasi peminat Politik Kaum pemilih Non – partisipan Bagian 10 Bentuk Negara dan Sistem Politik 1. Negara Kesatuan (Unitary System) Bentuk negara dimana hanya ada satu sentral kekuasaaan yaitu pemerintah pusat yang dibagi bagi menjadi tingkatan yaitu propinsi, kota kabupaten seperti negara kesatuan Republik Indonesia. Dalam perkembangannya sekarang negara yang terpusat cenderung ingin membagi kekuasaannya kepada daerah daerah sehingga daerah memiliki kekuasaan untuk mengatur banyak kepentingan secara lebih otonom. Proses itu lebih dikenal dengan proses otonomi daerah. Negara Kesatuan dan Trend Otonomi Daerah Rondinelli and Cheema (1983) define decentralisation as follows: Decentralization is the transfer of planning, decision-making, or administrative authority from the central government to its field organizations, local administrative units, semi-autonomous and parastatal (italics in original) organization, local government or non-governmental organization. The World Bank Annual Report of 1999:107-124, defines decentralisation as follows: Decentralization is the transfer of authority and responsibility for public functions from the central government to subordinate or quasiindependent government organizations and or the private sector. These are both very broad definitions, encompassing everything from administrative devolution within a unitary government to the transfer of authority to private sector or privatised organizations. In this thesis, however, decentralisation is understood in a more specific sense, covering only a part of the range encompassed by these broad definitions. In this thesis, decentralisation is understood as a process of devolution within the public sector, away from the central national government, and towards regional and local governments that are granted at least a significant degree of decision-making autonomy. In other words, in the Indonesian context, this study defines decentralisation as a process of power transfer from the central government in Jakarta to both provincial and local government as intended under Law No. 22/1999. Gustav and Stewart (1994) have identified three distinct meanings of ‘decentralisation’ in the analysis of the Indonesian case. These are: deconcentration, where the central government posts employees in the local government level; delegation, where the central government conditionally delegates its power to the local level while retaining the capacity to take it back and retaining overall dominance; and devolution meaning that the central government actually cedes its power to local governments. 2. Negara Serikat (Federal System) Negara Federasi juga merupakan salah satu sistem yang paling banyak ditemui disamping negara kesatuan. Negara Federal terdiri dari negara negara bagian yang menyatu karena faktor kesejarahan, kepentingan nasioanl bersama maupun karena kesepakatan politik antar pimpinan negara negara bagian. Dalam negara Federal ini kita bisa melihat adanya kekuasaan yang sangat besar diberikan oleh pemerintahan nasioanlnya kepada negara negara bagian. Dalamkaitan ini halk hal yang berkaitan dengan kepentingan dan urusan rakyat negara bagian ditangani langsung oleh negara bagian setempat, sedangkan hal hal yang berkaitan dengan urusan nasional dan beberapa bagian kekuasaan negara bagian yang diserahkan secara tersentral ditangani oleh pusat. Bagian 11 Studying Power and Authority What is Power? Kekuasaan atau power berasal dari kata Latin yang berarti kemampuan untuk melakukan sesuatu. Dalam hal ini biasa diakitkan dengan penguasaan harta, kekuasaan, kemampuan atau mempengaruhi sesuatu hal. Dalam Encyclopaedy politik dan pemerintahan didapatkan definisi sbb: The words power derives from the Latin Potere, meaning “to be able to”. It si generally used to designate a property, capacity or wherewithal to effect things. The concept has clear affinities with the concept of domination. The latter means some shorts of mastery or control; derives from Latin, dominium, it was originally used to designate the mastery of patriarch over his household or domain (Tuck 1979, in Hawkersworth and Kogan, Encyclopedia of Government and Politics, 1992) What is authority? According to Weber, there are three types of legitimate authority. The validity of their claims may be respectively based on: rational authority, traditional authority, and charismatic authority. In the case of this organization, our primary concern is on rational authority. Legally authority is based on a belief in the ‘legality’ of patterns of normative rules and the right of those elevated to authority infer such rules to issue commands. Under the control of legal authority, obedience is attributed to the legally established impersonal order. It extends to the persons exercising the authority of office under it only by virtue of the formal legality of their commands and only within the scope of authority of the office. The effectiveness of legal authority builds on the acceptance of the validity of the following mutually inter-dependent ideas. 1. That any given legal norm may be established by agreement or by imposition, on the bases of expediency or rational values or both, with a claim to obedience at least on the part of the members of the corporate group. 2. That every body of law consists essentially in a consistent system of abstract rules which have (normally) been intentionally established. 3. That thus the typical person in authority occupies an ‘office’. 4. That the person who obeys authority does so, as it is usually stated, only in his capacity as a ‘member’ of the corporate group and what he obeys is only ‘the law’. 5. In conformity with point 3, it is held that the members of the corporate group, in so far as they obey a person in authority, do not owe this obedience to him as an individual, but to the impersonal order. Bagian 12 Sispol dan Birokrasi Pemerintahan Definition of Bureaucracy: Bureaucracy refers to a particular form and style of administrative organization. Although it has been subject to strong criticism for a long time, bureaucracy and its variants can still be found in a large number of organizations. The conception of government as the machinery that guarantees the execution of the monarch’s utterance was now reshaped into one that prepares texts for the monarch’s signature. The state governed by the management of texts - that is, the modern bureaucratic state - was taking shape. (Ivan Illich & Barry Sanders,1988). Max Weber defines bureaucracy as both positive and negative. On the plus side, bureaucracy was an improvement over the feudal system. On the negative bureaucracy can become an "iron cage". Bureaucracy is supposed to be about scientific (operational and administrative) management. Indonesia Masih Terburuk dalam Perbaikan Birokrasi Sumber: Jurnal Transparansi, Edisi 18, Maret 2000 Sebagaimana diketahui, dari sekian banyak masalah yang ada di Indonesia, kapasitas, performances dan penilaian umum mengenaim birokrasi tetap menjadi salah satu problem besar. Meskipun beberapa kali pemerintahan pusat telah mengeluarkan aturan pembaharuan birokrasi misalnya memisahkan dan menegaskan kembali posisi militer agar tetap pada core bussinessnya dan mengeluarkan kebijakan kepegawaian dan memberi keleluasaan kepada daerah untuk mengurus sendiri pemerintahannya tetap saja mereka banyak menuai kritik. Meskipun reformasi dalam skala lumayan telah berlangsung secara sendiri sendiri di daerah maupun di pusat birokrasi Indonesia dilaporkan sebagai birokrasi yang paling banyak memiliki masalah, menurut data 1999 meskipun masih lebih baik dibanding Cina, Vietnam dan India. Demikian survei yang dilakukan oleh lembaga think-tank Political and Economic Risk Consultancy (PERC) yang berbasis di Hongkong terhadap para eksekutif bisnis asing (expatriats). Indonesia memperoleh skor 8,0 atau tak bergerak dari skor 1999, dari kisaran skor yang dimungkinkan, yakni nol untuk terbaik dan 10 untuk terburuk. Skor 8,0 atau jauh di bawah rata-rata ini didasarkan pada pertimbangan masih banyak pejabat tinggi pemerintah yang memanfaatkan posisi mereka untuk memperkaya diri sendiri dan orang-orang dekat mereka. Para pakar pun mengomentari bahwa masalah birokrasi Indonesia sangat pelik, masih banyak pejabat senior pemerintah yang terjun ke bisnis. Mereka selalu menggunakan posisinya untuk melindungi dan mengangkat kepentingan bisnis pribadinya, kata Djisman Simandjunta.Disamping itu, dalam birokrasi Indonesia banyak kegiatan yang tidak perlu dilakukan, tetapi tetap dipaksakan untuk dijalankan oleh pemerintah. Program-program pelatihan di lingkungan birokrasi tidak kompetitif. Karena yang melaksanakan program pelatihan tersebut tidak lain adalah pemerintah sendiri. Selain itu, jenjang dalam birokrasi di Indonesia sebenarnya sudah ada sehingga program pelatihan menjadi sekadar formalitas. Misalnya, pendidikan di Lembaga Ketahanan Nasional (Jurnal Transparansi, Edisi 18, Maret 2000) Para eksekutif bisnis yang disurvei berpendapat, sebagian besar negara di kawasan ini masih perlu menekan hambatan birokrasi (red tape barriers) ini. Meskipun demikian, mereka juga mencatat beberapa kemajuan, terutama dengan tekanan terhadap birokrasi untuk melakukan reformasi. Jika pegawai negeri tidak memperoleh gaji yang cukup tinggi, tidak mengherankan jika pegawai level bawah atau bahkan menengah berusaha menambah pendapatan mereka atau anggaran departemen dengan menarik pungutan khusus dari pihak yang membutuhkan pelayanan atau