Media Farmasi Indonesia Vol 9 No 2 PENGARUH BASIS SALEP TERHADAP SIFAT FISIK SEDIAAN SALEP EKSTRAK KELOPAK BUNGA ROSELLA (Hibiscus sabdariffa L.) Rina WIJAYANTI1*, Muslihatus SYARIFAH1, Edijanti GOENARWO1 Program Studi Farmasi Fakultas Kedokteran Universitas Islam Sultan Agung (UNISSULA) Jl. Raya Kaligawe KM 4 Semarang 50012, Telp(+6224)6583584, Fax(+6224)6594366 *Email : [email protected] EFFECT OF OINTMENT BASE TO PHYSICAL PREPARATIONS ROSELLE (Hibiscus sabdariffa L.) CALYX EXTRACT ABSTRACT Roselle calyx contains active compounds such flavonoids, tannins, and saponin which can inhibit the growth of S. Aureus bacteria which cause skin infections. Semi-solid preparations suitable for the treatment of skin infections are ointments. The purpose of this study to determine the physical properties of an ointment base ointment preparations Roselle calyx extract (Hibiscus sabdariffa). Experimental research use the ointment samples with 4 kinds of bases (hydrocarbons, absorption, water washed, and dissolved water), with effective substance Roselle calyx extract 1%. Ointment that is produced by physically tested covers : organoleptis, homogeneity, adhesive power, dispersive power, and pH at day 1, 7, 14, 21, and 28. The results showed that in the organoleptic evaluation, and homogeneity, there are no changes in the results during conservation. Ointment base affect adhesion Roselle calyx extract on day 1, 7, 14, and 28; the dispersive power at day 1, 7, 14, 28, but not on day 2; the pH at day 1, 7, and 14, but not on day 21, and 28. The conclusion showed ointment base effect on the physical properties of extract ointment preparations Roselle calyx : adhesion, dispersive power, and pH. But it does not affect the organoleptic and homogeneity. Effective ointment base hydrocarbon base and absorption. Keywords: Hibiscus sabdariffa, ointment base, physical properties, preparation of ointments. banyak PENDAHULUAN Tanaman rosella banyak mengandung vitamin, mineral, dan senyawa bioaktif yang digunakan sebagai makanan dan penting, minuman oleh masyarakat. Rosella pitosterol, seperti dan asam organik, polifenol, yang 759 Media Farmasi Indonesia Vol 9 No 2 diantaranya sebagai antioksidan. padat diantaranya efek terapi yang Selain glukosida hibiskritin diinginkan, sifat bahan aktif yang (flavanol) yang dihasilkan oleh akan dimasukkan, ketersediaan kelopak bunga rosella, tanaman ini bahan aktif di lokasi tindakan, masa juga menghasilkan gossipetin dan kadaluarsa produk jadi, dan kondisi hibiskin (antosianin). Bunga rosella lingkungan di mana produk ini mempunyai komponen aktif biologis dimaksudkan untuk diberikan. Untuk (alkaloid, flavonoid, fenolik, dan mencapai stabilitas sediaan yang terpenoid) memiliki dibutuhkan, antibakteri (Al-hashimi, aktivitas 2012). Menurut Fullerton dkk (2011) bunga rosella memiliki zona harus dilakukan pemilihan basis salep yang sesuai (WHO, 2014). inhibisi Sekitar 79,9% terjadi infeksi tertinggi pada bakteri gram positif kulit Staphylococcus ini Menurut Manjoer (2000), bakteri karena terdapat senyawa fenolik dan merupakan penyebab infeksi kulit. flavonoid. tersebut Penyakit kulit ditemukan di hidung, ketiak atau masalah kesehatan masyarakat perineum yang dapat menyebabkan Indonesia. Menurut Departemen infeksi atau Kesehatan Republik Indonesia pada sekunder contohnya impetigo, eksim tahun 2006 masyarakat Indonesia atau memiliki prevalensi 10 penyakit aureus. Hal Bakteri secara psoriasis. langsung Antibiotik secara pada sistemik dan topikal dapat digunakan terbanyak untuk kedua pengobatan (Gawkrogder, balita di Indonesia. masih menjadi menduduki setelah infeksi peringkat saluran 2008). Menurut Naibaho dkk (2013), pernapasan salep merupakan sediaan farmasi 501.280 untuk terapi penyakit kulit yang (Astriyanti, 2010). Penelitian yang disebabkan bakteri dan mempunyai dilakukan konsistensi yang cocok sehingga Resistance in Indonesia (AMRIN) mudah untuk digunakan. Banyak pada tahun 2001 melaporkan bahwa faktor mempengaruhi di RS Dr. Soetomo Surabaya terdapat pemilihan basis untuk sediaan semi dua bakteri yaitu Escherichia coli yang akut dengan jumlah kasus atau 3,16% oleh Antimicrobial 760 Media Farmasi Indonesia Vol 9 No 2 dan Staphylococcus aureus yang sedangkan pH dapat menyebabkan memiliki kulit bersisik jika terlalu basa. resistensi terhadap antibiotik. Penyakit infeksi terjadi Salah satu pengobatan herbal pada lini pertama 90% dan penyakit yaitu menggunakan kelopak bunga infeksi lini kedua sampai 50% rosella. Penelitian tentang aktivitas (Husada, 2012). Basis salep sebagai antibakteri ekstrak bunga rosella pembawa zat aktif harus terlarut dan telah dilakukan Rostinawati (2009) terdispersi dengan bahan obat. Basis secara in-vitro diperoleh konsentrasi salep dalam formulasi tidak boleh ekstrak merusak atau mengurangi efek terapi menggunakan metode difusi agar, obat, sehingga harus bersifat inert sebesar (Anief, 2007). Menurut Naibaho dkk Escherichia coli, Salmonella typhi (2013) bahwa bentuk dan warna dan sediaan salep dapat dipengaruhi oleh Diameter zona hambat pada masing- basis salep seperti salep akan kaku masing Escherichia coli 19,8 mm, atau lembek. Kemampuan sediaan Salmonella typhi 16,2 mm dan menyebar untuk mengetahui daya Staphylococcus aureus 12,1 mm. sebar. Suatu sediaan salep harus Penelitian lain homogen dan rata agar terdistribusi antibakteri juga dan iritasi. Zuhrotun dkk (2009) bahwa ekstrak Menurut Ulaen dkk (2012) agar obat air kelopak bunga rosella terhadap S. dalam sediaan salep mendapatkan aureus efek yang diinginkan maka daya warneri dan S. xylosus memiliki lekat yang besar pada tempat yang Konsentrasi diobati, sehingga obat tidak mudah (KHM) pada bakteri S. aureus 11748 lepas. Kecepatan difusi zat aktif terletak pada konsentrasi 0,81% - dalam 1,62%. tidak menimbulkan melewati membran etanol 0,20 bunga g/ml Staphylococcus 1135, rosella terhadap aureus. tentang aktivitas telah dilakukan S.epidermidis, Hambat Perlu S. Minimum pengembangan dipengaruhi oleh daya sebar. Derajat formulasi sediaan Ekstrak Kelopak keasaman (pH) dapat menyebabkan Bunga Rosella. Menurut Naibaho iritasi dkk, (2013) salep merupakan sediaan kulit jika terlalu asam farmasi untuk terapi penyakit kulit 761 Media Farmasi Indonesia Vol 9 No 2 disebabkan bakteri dan mempunyai salep yang mengandung obat yang konsistensi yang cocok sehingga dapat mempengaruhi kualitas salep mudah sehingga untuk digunakan. Salep berdampak pada merupakan sediaan setengah padat keefektifan khasiat Ekstrak Kelopak yang digunakan untuk obat luar yang Bunga Rosella sebagai antibakteri. mudah dioleskan. Satu atau lebih METODE PENELITIAN bahan aktif terlarut atau homogen a. Bahan dan alat dalam basis yang sesuai dan setiap Bahan yang digunakan dalam eksipien yang sesuai (WHO, 2014). penelitian ini adalah kelopak bunga Salep adalah sediaan semi padat rosella (Hibiscus sabdariffa Linn.), ditujukan untuk aplikasi eksternal bahan untuk pembuatan ekstrak dan untuk kulit atau selaput lender (Allen salep dengan basis dkk, 2011). Sebagai bahan pembawa absorbsi, tercuci air, dan terlarut air, zat aktif, salep digunakan untuk etanol 70%. Alat yang digunakan mengobati, pelumas dan pelindung dalam kulit (Anief, 2007; Allen dkk, 2011). seperangkat alat ekstraksi, alat untuk Bahan pembuatan salep, dan alat uji sifat obat harus terdispersi penelitian sediaan salep. hidrokarbon, ini Alat adalah homogen di dalam basis salep karena fisik yang mempengaruhi kualitas suatu sediaan digunakan untuk membuat ekstrak (Ulaen dkk, 2012). Penelitian yang etanol kelopak bunga rosella adalah telah dilakukan Naibaho dkk (2013) toples, alat-alat gelas, oven, stirrer, bahwa basis hidrokarbon merupakan rotary evaporator, penangas air, basis yang baik sebagai antibakteri almari es, plastik, kertas saring, dibandingkan basis lainnya. timbangan analitik, kain hitam. Alat Peneliti tertarik untuk meneliti yang digunakan untuk pembuatan lebih lanjut tentang pengaruh basis salep adalah mortir, stamper, dan salep terhadap sifat fisik sediaan alat-alat gelas. Alat yang digunakan salep Bunga untuk uji sifat fisik sediaan salep Rosella (Hibiscus sabdariffa). Hal ini berupa alat uji daya lekat, uji daya dikarenakan basis salep digunakan sebar, serta pH meter. Ekstrak Kelopak sebagai pembawa dalam penyiapan 762 Media Farmasi Indonesia Vol 9 No 2 Negeri b. Metode Penelitian penelitian ini merupakan Experimental dengan Semarang sedangkan screening fitokimia dan pengujian salep dilakukan Laboratorium rancangan Pre-Experimental Design Farmasi One-Shot Case Study. Penelitian Universitas diawali dengan pembuatan Ekstrak Semarang. Kelopak menunjukkan bahwa tanaman yang Bunga menggunakan kemudian metode dibuat Ekstrak Kelopak dengan Rosella 4 maserasi, sediaan Bunga basis salep terlarut Sultan Agung Determinasi dipakai adalah species sabdariffa. Hasil uji Hibiscus screening fitokimia zat aktif yang terdapat pada yaitu ekstrak kental kelopak bunga rosella salep adalah flavonoid, tanin, dan saponin. yang diuji Penelitian ini dilakukan untuk homogenitas, daya mengetahui pengaruh basis salep lekat, daya sebar, dan pH pada hari terhadap sifat fisik sediaan salep, ke 1, 7, 14, 21, dan 28. Rosella sehingga diharapkan diperoleh basis tersebut telah salep yang paling sesuai dengan zat dilakukan aktif Ekstrak Etanol Kelopak Bunga organoleptis, air Islam Kedokteran Rosella hidrokarbon, absorbsi, tercuci air, dan Fakultas sebelumnya dideterminasi dan screening fitokimia. HASIL Rosella. Salep tersebut dengan zat PENELITIAN DAN aktif flavonoid, tannin, dan saponin dapat PEMBAHASAN Penelitian ini dilakukan pada dimanfaatkan pengobatan antibakteri. Sifat fisik bulan November 2014 – Januari salep 2015, yang mana terdapat 4 basis organoleptis, salep yaitu hidrokarbon, absorbsi, lekat, daya sebar, dan pH. tercuci air, dan terlarut air, masingmasing salep dengan diantaranya adalah homogenitas, daya a. Uji Organoleptis aktif Uji organoleptis dimaksudkan Ekstrak Kelopak Bunga Rosella 1%. untuk melihat tampilan fisik suatu Penelitian determinasi dilakukan di sediaan. Laboratorium Matematika dan Ilmu bentuk, warna, dan bau sediaan. Pengetahuan Sediaan dinyatakan stabil, apabila Alam zat untuk Universitas Pemeriksaan meliputi 763 Media Farmasi Indonesia Vol 9 No 2 bentuk, warna dan bau secara visual tercampurnya bahan-bahan sediaan sama setelah selesai pembuatan dan salep. Formula diuji homogenitasnya berdasarkan melalui pengamatan secara penampilan visual dan visual tidak ditumbuhi jamur. Hasil ditimbang 10 gram salep kemudian uji organoleptis menunjukkan salep dioleskan ekstrak digosokkan rosella dengan basis pada plat dan kaca, lalu diraba. Bila hidrokarbon, absorbsi, tercuci air, homogen maka massa krim tidak terlarut air mempunyai warna dan tersisa bau yang sesuai. Salep dengan basis teksturnya hidrokarbon, tercuci air, terlarut air homogenitas didapatkan semua salep mempunyai konsistensi yang lunak, dengan basis hidrokarbon, absorbsi, namun salep dengan basis absorbsi tercuci mempunyai konsitensi yang keras. menghasilkan salep yang homogen. Hasil hari Basis salep juga tidak mempengaruhi penyimpanan tidak ada perubahan homogenitas salep karena selama maka dikatakan bahwa basis salep penyimpanan tidak berpengaruh terhadap sifat perubahan. organoleptis Penelitian (2007) syarat salep di antaranya sebelumnya sama mengatakan bahwa adalah homogen, sedangkan Ulaen perbedaan tipe basis salep tidak dkk (2012) salep yang homogen mempengaruhi menandakan organoleptis selama salep. organoleptis salep bahan padatnya rata. air, atau Berdasarkan dan terlarut tidak Menurut obat uji air terjadi Syamsuni terdispersi ke karena tidak mengalami perubahan dalam basisnya dengan kadar obat konsistensi, bau, dan warna selama yang sama. penyimpanan (Puspitasari, 2012). c. Uji Daya Lekat Syarat salep yang baik tidak boleh Uji daya lekat digunakan tengik dan memiliki konsistensi yang untuk lunak (Anief, 2007). melekatnya sediaan salep pada kulit b. Uji Homogenitas Uji untuk homogenitas melihat dan mengetahui kemampuan setelah diberi beban. Hasil uji daya bertujuan mengetahui lekat sediaan salep dapat dilihat pada Tabel 1. 764 Media Farmasi Indonesia Vol 9 No 2 Tabel 1. Nilai Rata-rata Hasil Uji Daya Lekat (detik) Jenis Basis Hari ke Hidrokarbon Absorbsi Tercuci Air Terlarut Air 1 5,15 51,08 1,91 10,83 7 5,12 53,33 1,89 13,17 14 5,13 52,17 1,89 12,67 21 5,42 53,90 2,02 12,50 28 5,50 55,17 2,33 12,50 Untuk mengetahui pengaruh hidrokarbon > tercuci air. Daya lekat basis salep terhadap daya lekat salep, salep data yang didapatkan selanjutnya absorbsi karena memiliki viskositas diuji statistik menggunakan One Way yang tinggi. Jika viskositas tinggi Anova yang dilanjutkan dengan uji maka daya lekat semakin lama. Hal POST HOC apabila data normal dan ini homogen, apabila sebaliknya maka menyebabkan salep menjadi lebih data diuji menggunakan uji non keras parametrik dengan menggunakan uji semakin tinggi (Anggraeni, 2008). Kruskal Wallis yang dilanjutkan Basis salep mempengaruhi daya lekat dengan uji Mann Whitney. Daya karena tiap basis memiliki viskositas lekat Kruskal yang berbeda. Penelitian yang telah terdistribusi dilakukan Puspitasari (2012) basis menggunakan Wallis karena normal dan Uji tidak tidak homogen yang paling lama adalah dikarenakan salep pengaruh menyebabkan mempengaruhi daya daya suhu lekat lekat didapatkan nilai signifikansi < 0,05, karena memiliki konsistensi yang artinya terdapat perbedaan kemudian berbeda maka waktu antar daya lekat dilanjutkan berbeda. signifikansi Mann-Whitney <0,05 nilai sehingga dikatakan basis salep berpengaruh pada hari pada daya lekat. bahwa daya Uji daya sebar dilakukan untuk mengetahui kelunakan sediaan Data pada Tabel 1 di atas menunjukkan d. Uji Daya Sebar lekat salep saat dioleskan ke kulit. Hasul uji daya sebar tertuang dalam Tabel2. absorbsi lebih besar dari basis lainya. Daya lekat dari terbesar ke terkecil yaitu absorbs > terlarut air > 765 Media Farmasi Indonesia Vol 9 No 2 Tabel 2. Nilai Rata-rata Daya Sebar (cm2) Jenis Basis Hari ke Hidrokarbon Absorbsi Tercuci Air Terlarut Air 1 16,24 5,61 10,98 6,79 7 14,54 5,15 9,48 19,36 14 15,32 6,20 9,18 6,79 21 12,66 10,21 9,48 9,46 28 15,26 6,14 8,47 7,25 Untuk mengetahui pengaruh hidrokarbon karena memiliki basis salep terhadap daya sebar salep, konsistensi yang rendah sehingga data yang didapatkan selanjutnya memiliki daya sebar yang paling dilakukan uji statistik. Hasil uji daya luas. sebar menggunakan Uji One Way mempengaruhi daya sebar karena Anova karena terdistribusi normal tiap basis memiliki konsistensi yang dan berbeda homogen didapatkan nilai Basis salep sehingga dapat memiliki signifikansi <0,05, artinya terdapat konsistensi yang berbeda. Hal ini perbedaan kemudian dilanjutkan uji sama Post Hoc (Scheffe) nilai signifikansi dilakukan oleh Puspitasari (2012) <0,05 sehingga dikatakan basis salep bahwa berpengaruh pada hari pada daya mempengaruhi daya sebar salep. dengan basis sebar pada hari ke 1,7, 14, dan 28, e. Uji pH pada hari ke 21 nilai signifikansi > Uji 0,05, artinya tidak berpengaruh. bahwa daya pH salep dilakukan yang dapat untuk mengetahui apakah pH sediaan salep Data pada Tabel 2 di atas menyatakan penelitian sebar berada pada rentang pH kulit normal (4,5-6,5) sehingga tidak hidrokarbon lebih besar dari basis menyebabkan iritasi kulit. Hasil uji lainya. Daya sebar dari terbesar ke pH sediaan tertuang dalam Tabel 3. terkecil yaitu hidrokarbon>terlarut air>tercuci air>absorbsi. Daya sebar yang paling lebar adalah basis 766 Media Farmasi Indonesia Vol 9 No 2 Tabel 3. Nilai Rata – rata Hasil Uji pH Jenis basis Hari ke Hidrokarbon Absorbsi Tercuci air Terlarut air 1 4,58 4,58 3,75 4,00 7 5,25 4,67 3,50 4,00 14 4,75 4,50 3,42 4,08 21 4,58 4,58 4,08 4,00 28 4,83 4,50 4,17 4,08 Untuk mengetahui pengaruh komposisi minyak dan air yang basis salep terhadap pH salep, data berbeda. yang penelitian yang dilakukan Puspitasari didapatkan selanjutnya Hal ini (2012) menggunakan Uji One Way Anova minyak maka nilai pH akan semakin karena tinggi dibanding dengan basis yang homogen normal didapatkan dan nilai basis dengan dilakukan uji statistik. Analisis pH terdistribusi jika sama mengandung mengandung air (Hezmela, 2006). signifikansi <0,05pada hari ke 1, 7, Basis yang paling sesuai untuk dan 14 artinya terdapat perbedaan salep kemudian dilanjutkan uji Post Hoc Rosella adalah basis hidrokarbon dan (Scheffe) nilai signifikansi <0,05 aborbsi sehingga organoleptis, dikatakan basis salep berpengaruh pada hari pada pH. Ekstrak Kelopak karena Bunga memiliki homogenitas, daya lekat, daya sebar, dan pH yang Data pada Tabel 3 di atas memenuhi syarat. Hasil penelitian ini menunjukkan pH terbesar sampai sama terkecil dilakukan Naibaho (2013) dan Ulaen adalah hidrokarbon>absorbsi>terlarut air>tercuci air. dengan Pengujian pH adalah basis absorbsi. adalah dan KESIMPULAN hidrokarbon karena memiliki pH Terdapat absorbsi yang dkk (2012) bahwa basis yang sesuai didapatkan pH yang paling stabil basis penelitian hidrokarbon dan pengaruh basis antara 4,5-6,5. Nilai pH salep harus salep terhadap sifat fisik sediaan sama dengan pH kulit yaitu 4,5-6,5 salep agar tidak mengiritasi kulit. Basis Rosella yaitu daya lekat, daya sebar, salep karena dan pH namun tidak berpengaruh memiliki pada organoleptis dan homogenitas. masing mempengaruhi masing pH pH Ekstrak Kelopak Bunga 767 Media Farmasi Indonesia Vol 9 No 2 Basis salep yang sesuai adalah basis hidrokarbon dan absorbsi. SARAN Saran pertama adalah perlu dilakukan penelitian lanjutan tentang faktor lain perbedaan yang sifat menyebabkan fisik salep. Kemudian perlu dilakukan penelitian lebih lanjut tentang pengaruh suhu terhadap kestabilan fisik salep. DAFTAR PUSTAKA Al- Hashimi, A.G., 2012, Antioxidant and Antibacterial Activities of Hibiscus sabdariffa L. extracts, African Journal of Food Science, Vol.06, 506-511. Allen, L.V., Popovich, N.G., Ansel , H.C., 2011, Ansel’s Pharmaceutical Dosage Forms and Drug Delivery Systems Ninth Edition, Lippincontt William and Wilkins, Cina. Anggraeni., A.C., 2008, Pengaruh Bentuk Sediaan Krim, Gel, Salep Terhadap Penetrasi Aminofilin Sebagai Antiselulit secara In Vitro Menggunakan Difusi Fanz, Skripsi, Fakultas Matematika dan Ilmu pengetahuan Alam, Departemen Farmasi, Universitas Indonesia, Jakarta. Anief, M. 2007. Farmasetika. Gadjah Mada University Press, Yogyakarta. Astriyanti, T., Lerik M.D.C., Sahdan, M., 2010, Perilaku Hygiene Perorangan pada Narapidana Penderita Penyakit Kulit dan Bukan Penderita Penyakit Kulit di Lembaga Pemasyarakatan Kelas II A Kupang Tahun 2010, Majalah Kesehatan Masyarakat, Vol. 05 No. 01 Desember 2010.. Fullerton, M., Khatiwada, J., Johnson,J.U., Davis, S., Williams, L.L., 2011, Determination of Antimicrobial Activity of Sorrel (Hibiscus sabdariffa) on Esherichia coli O157:H7 Isolated from Food, Veterinary, and Clinical Samples, Journal Of Medicinal Food 14 (9) 2011, 950–956. Gawkrodger, D.J., 2008, Dermatology An Illustrated Colour Text 4th Edition, Churchill Livingstone Elsevier. Hezmela, R., 2006., Daya Antijamur Ekstrak Lengkuas(Alpinia purpurata K. Schum) dalam Sediaan Salep, Skripsi, Fakultas Tegnologi Pertanian, Institut Pertanian Bogor, Bogor. Husada, D., Adnyana I G. N. T., Setyoningrum, R.A., Saharso, D., Ismoedijanto, 2012, Akurasi Diagnostik Prokalsitonin Sebagai Petanda Serologis untuk Membedakan Infeksi Bakteri dan Infeksi Virus pada Anak, , Sari Pediatri, Departemen/SMF Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga/RSU Dr. Soetomo, Surabaya, Vol. 13, No. 5. Manjoer, Arief., 2000, Kapita Selekta kedokteran, Edisi 3, 768 Media Farmasi Indonesia Vol 9 No 2 Fakultas Kedokteran Universitas Indonesi Jakarta. Naibaho, O.H., Yamlean, P.V.Y., Wiyono W., 2013, Pengaruh Basis Salep Terhadap Formulasi Sediaan Salep Ekstrak Daun Kemangi ( Ocimum sanctum L.) pada Kulit Punggung Kelinci yang dibuat Infeksi Staphylococcus aureus, Jurnal Ilmiah Farmasi Universitas Sam Ratulangi, Pharmacon, Vol. 2 No. 02. WHO, 2014, International Pharmacopoeia 4th edition ,WHO Medicines. Zuhrotun, A., Hendriani, R., Kusuma, S.A.F., 2009, Pemanfaatan Ekstrak Air Kelopak Bunga Rosella (Hibiscus Sabdriffa. L) Asal Kabupaten Bandung Barat Sebagai Antiinfeksi Terhadap BeberapaGenus Bakteri Staphylococcus, Skripsi, Fakultas Farmasi Universitas Padjadjaran, Jatinangor. Puspitasari, T., 2012, Pengaruh Perbedaan Tipe Basis Dan Konsentrasi Fraksi Etil Asetat Daun Binahong Terhadap Sifat Fisik dan Kestabilan Sediaan Salep, Tugas Akhir, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Sebelas Maret, Surakarta. Rostinawati, T., 2009, Aktivitas Antibakteri Ekstrak Etanol Bunga Rosella (Hibiscus Sabdariffa L.) Terhadap Escherichia coli, Salmonella typhi danStaphylococcus aureus Dengan Metode Difusi Agar, Skripsi, Fakultas Farmasi Universitas Padjadjaran, Jatinangor. Syamsuni, A., 2007, Ilmu Resep, Cetakan ke I, Buku Kedokteran ECG, Jakarta. Ulaen, S. P.J., Banne, Y., Suatan, R.A., 2012, Pembuatan Salep Anti Jerawat dari Ekstrak Rimpang Temulawak (Curcuma xanthorrhiza Roxb.), Jurnal, Jurusan Farmasi Politeknik Kesehatan Kemenkes Manado, Manado. 769