pelatihan-membuat-alat-tangkap-ramah-lingkungan

advertisement
PELATIHAN MEMBUAT ALAT TANGKAP RAMAH LINGKUNGAN
(GILL NET)
DI KABUPATEN NUNUKAN
Pada tanggal 6-11 agustus 2015 telah dilaksanakan kegiatan pelatihan membuat
alat tangkap ramah lingkungan (gill net) di kabupaten nunukan yang dilaksanakan di
pasar sentral jalan gn. H. Toba kelurahan nunukan timur kabupaten nunukan provinsi
kalimantan utara.
Acara pelatihan yang terselenggara karena kerjasama bppp aertembaga bitung
dan dkp kabupaten nunukan serta difasilitasi oleh penyuluh perikanan kabupaten
nunukan ini dimaksudkan untuk menyiapkan sdm perikanan yang tangguh, handal dan
terampil. Acara ini dihadiri oleh 30 orang peserta nelayan yang berasal dari kecamatan
nunukan dan nunukan selatan, 13 orang penyuluh perikanan anggota ipkani kabupaten
nunukan, kasi disperindagkop dan umkm kabupaten nunukan, kasi kesra kecamatan
nunukan, kabid dan kasi bidang tangkap dkp kabupaten nunukan, lurah nunukan
timur, kepala ppi sebatik, syahbandar dan pengawasan sebatik, serta di buka oleh bupati
kabupaten nunukan yang diwakili oleh staf ahli bidang ekonomi dan keuangan drs.
Sabaruddin, m.si.
Dalam sambutan bupati yang dibacakan oleh drs. Sabarudin, m.si beliau
mengatakan pembangunan sektor kelautan dan perikanan merupakan salah satu
program prioritas pembangunan pemerintah kabupaten nunukan. Hal ini tidak terlepas
dari potensi perikanan dan kelautan yang di miliki oleh kabupaten nunukan.
Letak geografis kabupaten nunukan yang dikelilingi oleh laut, sungai dan pulaupulau kecil sebanyak 29 buahyang berdekatan dengan negara malaysia (tawau) sebagai
salah satu pasar yang potensial produk perikananserta didukungluas wilayah 14.263,68
km2,panjang garis pantai ± 314.592 km, luas perairan ± 304.867 ha, jumlah rtp nelayan±
2.095 orang, jumlah rtp pembudidaya ± 3.393 orang, jumlah pengolah dan pemasar hasil
perikanan ± 2.679 orang(sumber : laporan statistik kelautan dan perikanan tahun 2014).
Dalam rangka mengoptimalkan potensi perikanan dan kelautan maka
pemerintah kabupaten nunukan melaksanakan program –program dan kebijakan yang
telah dilaksanakan diantaranya termasuk program pengembangan perikanan tangkap
melalui bantuan sarana penangkapan ikan dan program peningkatan kesadaran dan
penegakan hukum dalam pendayagunaan sumberdaya laut melalui pengawasan
sumberdaya laut dan pengamanan terhadap usaha perikanan masyarakat.
Dalam melaksanakan program pembangunan disektor kelautan dan perikanan
tersebut tidak terlepas dari tantangan dan hambatan yang menjadi isu strategis dalam
mengoptimalkan potensi perikanan dan kelautan di kabupaten nunukan diantaranya
adalah sebagai berikut :
 Minimnya sarana prasarana perikanan tangkap dan budidaya.
 Minimnya sdm pelaku usaha perikanan dalam penguasaan teknologi perikanan.
 Terbatasnya akses permodalan usaha.
 Armada kapal penangkapan ikan yang relatif kecil (≤ 3 gt).
 Alat penangkapan ikan yang relatif masih sederhana.
 Banyaknya ilegal fishing disekitar perairan kabupaten nunukan.
Diakhir sambutannya beliau berkata Pemerintah daerah telah berkomitmen
untuk memajukan sektor kelautan dan perikanan dengan mempersiapkan sarana
prasarana perikanan, melakukan pembinaan kepada pelaku usaha perikanan, pelaku
usaha perikanan (nelayan) dalam upaya mengembangkan diri dengan meningkatkan
kemampuan dan keterampilan serta memperkuat kelembagaan kub sehingga tercipta
kelompok usaha perikanan yang mandiri, memiliki daya saing sehingga dapat
memberikan kontribusi dalam pembangunan di kabupaten nunukan.
Pelaksanaan pelatihan yang akan dilaksanakan ini adalah salah satu usaha yang
dilakukan untuk meningkatkan pengetahuan/keterampilan nelayan dalam membuat
alat tangkap ramah lingkungan (gill net) dan mengucapkan terima kasih yang
sebesar-besarnya kepada Balai Pendidikan Dan Pelatihan Perikanan Aertembaga
Bitung yang telah menyelenggarakan/melaksanakan pelatihan ini di kabupaten
nunukan. Diharapkan kerjasama ini dapat lebih ditingkatkan lagi dimasa - masa yang
akan datang, dan berpesan agar peserta pelatihan ini dapat mengikuti acara pelatihan
ini dengan baik sehingga ilmu yang diperoleh dapat ditransfer kepada nelayan yang lain
dan pada akhirnya dapat menciptakan pelaku usaha perikanan yang tangguh dan
memiliki daya saing dalam rangka optimalisasi sumberdaya ikan dikabupaten nunukan.
Menurut Ketua Panitia kegiatan ini Ir. Mulyono kegiatan ini merupakan salah satu
supaya menjawab keprihatinan para ahli perikanan dunia yang melihat semakin
intensifnya penangkapan ikan di laut yang cenderung semakin tidak terkendali dan
mengancam
kelestarian
sumberdaya
ikan,
sehingga
menganggap
diperlukan
pendekatan baru pengelolaan sumberdaya ikan yang mencakup kegiatan konservasi
sumberdaya dan lingkungannya. Kondisi ini membangkitkan kesadaran perlunya
pengelolaan perikanan secara bertanggung jawab, sehingga banyak lahir instrumen
internasional, regional, maupun nasional, antara lain: The 1995 Code of Conduct for
Responsible Fisheries, The 1995 Agreement for the Implementation of the Provision of the
United Nations Convention on the Law of the Sea of 10 December 1982(The 1995 UNIA).
Dalam CCRF ini, FAO menetapkan serangkaian kriteria bagi teknologi
penangkapan ikan ramah lingkungan. Sembilan kriteria tersebut adalah sebagai berikut:
1.
Alat tangkap harus memiliki selektivitas yang tinggi Artinya, alat tangkap tersebut
diupayakan hanya dapat menangkap ikan/organisme lain yang menjadi sasaran
penangkapan saja.
2. Alat tangkap yang digunakan tidak merusak habitat, tempat tinggal dan
berkembang biak ikan dan organisme lainnya
3. Tidak membahayakan nelayan (penangkap ikan)
4. Menghasilkan ikan yang bermutu baik
5. Produk tidak membahayakan kesehatan konsumen
6. Produk tidak membahayakan kesehatan konsumen
7. Alat tangkap yang digunakan harus memberikan dampak minimum terhadap
keanekaan sumberdaya hayati (biodiversity)
8. Tidak menangkap jenis yang dilindungi undang-undang atau terancam punah
9. Diterima secara sosial
Selain itu dengan terbitnya Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan No.2
tahun 2015 tentang “Larangan Penggunaan Alat Penangkapan Ikan Pukat Hela (Trawls)
dan Pukat Tarik (Seine Nets )di Wilayah Pengelolaan Perikanan (WPP) Negara RI", dan
dalam upaya mengimplimentasikan peraturan diatas maka dipandang penting untuk
memanfaatkan potensi Sumber Daya Perikanan secara optimal, salah satunya melalui
kegiatan pelatihan sebagai upaya percepatan peningkatan SDM di bidang Kelautan dan
Perikanan khususnya nelayan, pembudidaya, dan pengolah ikan. Hal ini dikarenakan
kegiatan penangkapan sudah menjadi bagian dari sumber mata pencaharian yang telah
berlangsung lama dan turun-temurun bagi sebagian besar masyarakat pesisir di seluruh
dunia, sehingga melalui pelatihan ini diharapkan terjadi perubahan pola tangkap
masyarakat nelayan menjadi menggunakan Alat Tangkap Ramah Lingkungan satu
diantaranya adalah jaring insang(Gill Net).
Instruktur dalam pelatihan ini terdiri dari 3 orang instruktur yang berkompeten di
bidangnya dimana komposisi pelatihan terdiri dari 30% teori dan 70% praktek. Materi
dalam pelatihan ini terdiri dari Penangkapan ikan Ramah Lingkungan, Jenis Alat
tangkap dan dampaknya terhadap lingkungan, Mengenal jaring insang, Macam Jaring
Insang, Penyusunan Jaring.
Diakhir perbincangan ketua pelaksana berkata bila ke sembilan kriteria ini
dilaksanakan secara konsisten oleh semua pihak yang terlibat dalam kegiatan perikanan,
dapat dikatakan ikan dan produk perikanan akan tersedia sampai ke generasi anak
cucu kita. Hal yang penting diingat adalah bahwa generasi saat ini memiliki tanggung
jawab moral untuk memastikan bahwa kita tidak mengurangi ketersediaan ikan bagi
generasi yang akan datang dengan pemanfaatan sumberdaya ikan yang ceroboh dan
berlebihan. Perilaku yang bertanggungjawab ini dapat menghasilkan peningkatan
ketersediaan ikan, yang kemudian akan memberikan sumbangan yang penting bagi
ketahanan pangan, dan peluang pendapatan yang
berkelanjutan.
By
Faisal Noor Oktavia, S.Pi
Penyuluh Perikanan Ahli Muda
WKPP Kabupaten Nunukan Wilayah III
Download