Model Pengembangan Perikanan Tangkap dalam

advertisement
MODEL PENGEMBANGAN PERIKANAN TANGKAP
DALAM RANGKA PENGUATAN EKONOMI DAN
INTEGRASI NASIONAL
DI WILAYAH PERBATASAN
Oleh :
Iin Solihin, S.Pi, M.Si
(Peneliti Utama)
Thomas Nugroho, S.Pi, M.Si
(Peneliti)
Retno Muninggar, S.Pi, ME
(Peneliti)
Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat
Institut Pertanian Bogor
2009
PENDAHULUAN
PARADIGMA LAMA
Pendekatan
Keamanan
PARADIGMA BARU
WILAYAH
PERBATASAN
Alpa terhadap
perbaikan mutu
hidup masyarakat
KESEJAHTERAAN
RAKYAT
Pendekatan
Ekonomi
dan Sosial
• Pembangunan
Infrastruktur (Jalan,
listrik, pasar, dll).
• Pembangunan SDM.
• Pembangunan wilayah
berbasis potensi lokal.
Tujuan Penelitian
1)
Mengetahui potensi pengembangan perikanan tangkap
yang terdiri atas;
Menentukan keterkaitan sektor perikanan tangkap dengan
sektor lain pada tingkat kabupaten.
b) Mengidentifikasi potensi pengembangan industri perikanan
tangkap meliputi sumberdaya ikan, prasarana dan sarana
penangkapan, pengolahan, dan pemasaran.
c) Menentukan pola interaksi spasial masyarakat nelayan
d) Mengetahui pola hubungan sosial masyarakat nelayan
e) Mengetahui kelembagaan pengelolaan perikanan tangkap di
wilayah perbatasan.
a)
2)
Merancang model pengembangan perikanan tangkap
di wilayah perbatasan.
Urgensi Penelitian





Terdapat kesenjangan pembangunan di wilayah
perbatasan antara Indonesia dengan negara tetangga.
Terjadi pencurian sumberdaya ikan (illegal fishing).
Belum ada pengembangan industri perikanan tangkap
terpadu .
Pola hubungan di wilayah perbatasan antara Indonesia
dan negara tetangga tidak berjalan seimbang dan
berkeadilan.
Percepatan pembangunan wilayah perbatasan bertujuan
untuk melindungi segenap penduduk dan kedaulatan
seluruh wilayah NKRI.
Kerangka Penelitian
Komposisi Elemen
Isu-isu pembangunan
di wilayah perbatasan
berbasis kelautan
Keterkaitan Sektor
Perikanan Tangkap
dalam Pembangunan
Ekonomi Wilayah
Keterisoliran dan
aksesibilitas
Potensi
Pengembangan
Industri Perikanan
Tangkap
Pencurian
sumberdaya ikan
Industri perikanan
yang belum
berkembang
Kebocoran wilayah
Konflik perbatasan
Kemiskinan
Analisis
Kebutuhan
Infrastruktur dan
aksesibilitas
Pola Interaksi
Spasial
Hubungan social
budaya
Kelembagaan
pengelolaan
perikanan tangkap di
wilayah perbatasan
Penguatan
Ekonomi
Wilayah
Perbatasan
Model
Pengembangan
Perikanan
Tangkap di
wilayah
perbatasan
Penguatan
Integrasi
Nasional
Pentahapan dan Indikator
Keberhasilan
Indikator
pencapaian
Input
Waktu Pelaksanaan
Tahun 1
Dilakukannya
pengumpulan data
mengenai potensi dan
permasalahan wilayah
perbatasan di Indonesia
bagian barat
Tahun 2
Dilakukannya
pengumpulan data
mengenai potensi
dan permasalahan
wilayah perbatasan di
Indonesia bagian
timur
Tahun 3
Output tahun
pertama dan
kedua
Indikator
pencapaian
Proses
Waktu Pelaksanaan
Tahun 1
Dilakukannya analisis data
mengenai
Tahun 2
Dilakukannya analisis data
mengenai














Sektor Basis
Keterkaitan sektor perikanan
Potensi sumberdaya ikan
Unit penangkapan dan tingkat
teknologi penangkapan
Praktek IUU Fishing
Infrastuktur pelabuhan
perikanan
Pengolahan hasil tangkapan
Distribusi dan pemasaran
Sumberdaya manusia
perikanan tangkap
Interaksi Spasial
Hubungan sosial dan
kemasyarakatan
Kelembagaan pengelolaan
perikanan tangkap di wilayah
perbatasan










Sektor Basis
Keterkaitan sektor
perikanan
Potensi sumberdaya ikan
Unit penangkapan dan
tingkat teknologi
penangkapan
Praktek IUU Fishing
Infrastuktur pelabuhan
perikanan
Pengolahan hasil
tangkapan
Distribusi dan pemasaran
Sumberdaya manusia
perikanan tangkap
Interaksi Spasial
Hubungan sosial dan
kemasyarakatan
Kelembagaan pengelolaan
perikanan tangkap di
wilayah perbatasan
Tahun 3



Formulasi
model
pengembangan
perikanan
tangkap
Formulasi
konsep rekayasa
sosial dalam
penguatan
integrasi
nasional
Uji coba dan
Feed back
model dari para
stakeholder
(pemerintah
pusat dan
daerah)
Indikator
pencapaian
Output
Waktu Pelaksanaan
Tahun 1








Kontribusi sektor
perikanan tangkap
terhadap ekonomi wilayah
Besaran potensi
sumberdaya ikan
Tingkat teknologi
penangkapan yang
digunakan
Pola praktek IUU fishing
dan besaran kerugian yang
ditimbulkannya
Dukungan infrastruktur
pelabuhan perikanan
Pola distribusi hasil
tangkapan
Pola interaksi spasial
Pola interaksi sosial
masyarakat
Tahun 2








Kontribusi sektor
perikanan tangkap

terhadap ekonomi
wilayah
Besaran potensi
sumberdaya ikan
Tingkat teknologi
penangkapan yang
digunakan
Pola praktek IUU fishing
dan besaran kerugian

yang ditimbulkannya
Dukungan infrastruktur
pelabuhan perikanan
Pola distribusi hasil
tangkapan
Pola interaksi spasial
Pola interaksi sosial
masyarakat
Tahun 3
Model
pengembanga
n perikanan
tangkap di
wilayah
perbatasan
berdasarkan
karakteristik
wilayah
Konsep
rekayasa
sosial dalam
kerangka
penguatan
integrasi
nasional
Lokasi Penelitian






Kota Sabang, Nanggroe Aceh Darussalam
Kabupaten Kepulauan Natuna, Provinsi Kepulauan Riau
Kabupaten Nunukan Kalimantan Timur
Kabupaten Kepulauan Talaud, Sulawesi Utara
Kabupaten Kupang, Nusa Tenggara Timur
Kabupaten Kepulauan Raja Ampat, Provinsi Papua Barat
Data Yang Dikumpulkan
Tujuan
Penelitian
Analisis Sektor
Basis
Data yang dikumpulkan



Analisis

Keterkaitan

sektor perikanan

Analisis
sumberdaya
ikan




Analisis unit
penangkapan

Tenaga kerja per sektor di
Kabupaten dan Propinsi
Pendapatan daerah per
sektor di Kabupaten dan
Propinsi
PDRB Kabupaten
PDRB Propinsi
Tabel input output
kabupaten dan propinsi
Produksi penangkapan
(jumlah, jenis ikan dan
sebaran wilayah)
Nilai produksi
Trip penangkapan
Daerah daerah
penangkapan
Armada penangkapan
(jumlah, jenis, ukuran dan
sebaran)
Alat tangkap (jumlah, jenis,
ukuran dan sebaran)
Sumber Data


Bappeda
Dinas Perikanan dan
Kelautan Kabupaten dan
Propinsi
Bappeda kabupaten dan
propinsi


Dinas Perikanan dan
Kelautan
Nelayan
Dinas Perikanan dan
Kelautan
Metode
pengumpulan Data
Data sekunder
Sekunder
Data sekunder
Wawancara
Tujuan
Penelitian
Data yang dikumpulkan

Analisis tingkat
teknologi
penangkapan

Analisis Praktek
IUU Fishing
Analisis
Infrastuktur
Pelabuhan
Perikanan
Pengolahan hasil
tangkapan


Persepsi nelayan dan
pegawai Dinas Perikanan
dan Kelautan tentang aspek
ekonomi, sosial, lingkungan
dan keberlanjutan
sumberdaya ikan dan
peraturan pengoperasian
alat tangkap
Aktifitas penangkapan
illegal, Unreported dan
unregulated (hasil
tangkapan, armada, alat
tangkap, daerah
penangkapan)
Fasilitas pelabuhan
perikanan (jumlah, sebaran,
ketersediaan dan kapasitas
fasilitasnya
Jenis, skala dan sebaran
pengolah, kebutuhan bahan
baku
Sumber Data
Metode
pengumpulan Data
Dinas Perikanan dan
Kelautan
Nelayan
Wawancara dan
pengisian kuisioner
Nelayan
Wawancara dan
observasi lapangan
Dinas Perikanan dan
Kelautan, Pengelola
pelabuhan dan nelayan
Data sekunder,
wawancara,
observasi lapangan
Dinas Perikanan dan
Kelautan, pengusaha
pengolahan ikan
Data sekunder dan
wawancara
Tujuan
Penelitian
Data yang dikumpulkan

Dinas Perikanan dan Kelautan,
Dinas Perdagangan dan
Industri dan pedagang ikan
Data sekunder dan
wawancara

Jumlah dan kualitas SDM
nelayan (sebaran umur,
geografis, tingkat pendidikan)
Dinas Perikanan dan Kelautan
dan nelayan
Data sekunder dan
wawancara

Frekuensi mobilitas barang
dan manusia dari wilayah
Departemen Perhubungan
Indonesia ke wilayah negara
asing dan sebaliknya
Karakter social masyarakat
nelayan (latar belakang dan
daerah asal, interaksi dan
Nelayan
mobilitas social, hubungan
antar kelompok masyarakat)
Jenis lembaga yang terkait
dengan pengelolaan
perikanan tangkap di wilayan
perbatasan
Instansi terkait
Tugas dan wewenang masingmasing lembaga
Hubungan tata kerja antar
lembaga pengelola
Pola Interaksi
Spasial

Pola hubungan
sosial dan
kemasyarakatan

Kelembagaan
pengelolaan
perikanan
tangkap di
wilayah
perbatasan
Metode
pengumpulan Data
Hasil tangkapan yang
didistribusikan (jenis ikan,
volume, tujuan pemasaran,
moda transportasi
Distribusi dan
pemasaran
Sumberdaya
manusia
perikanan
tangkap
Sumber Data


Data sekunder
Wawancara dan
observasi
Wawancara dan
telaah dokumen
organisasi
HASIL PENELITIAN
Perekonomian Wilayah
 Sebagian besar wilayah perbatasan
menggantungkan perekonomiannya pada sector
primer yaitu sector yang mengeksploitasi
sumberdaya alam baik pertanian maupun
pertambangan dan galian.
 Sektor perikanan mempunyai prospek
pengembangan yang baik di masa yang akan dating
baik diindikasikan oleh besarnya kontribusi sector
tersebut terhadap PDRB maupun laju pertumbuhan
ekonominya yang senantiasa positif.
Potensi Sumberdaya Ikan
Item
Potensi
Produksi
Pemanfaatan
Peluang
pemanfaatan
Kota
Kab.
Kab.
Sabang Natuna Nunukan
423.410 183.429
dtt
102.555 34.164 4,606.38
47,65
18,63
53,35
81,37
Cumi-cumi
Ikan lainnya
0.35 0.37
Cucut
0.34
Kerapu
Tongkol
Tuna mata besar
Madidihang
Tenggiri
Alu-alu
Kembung
Cakalang
Tongkol komo
Swangi/
Kurisi
Biji nangka
Kakap merah/
Lencam
Setuhuk
Ikan
Gerot-gerot
Teri
Lemadang
Lemuru
Tembang
Talang-talang
Sunglir
Layang
Kwee
Selar
Ekor kunig/
Proporsi Produksi dan Nilai Produksi Perikanan Laut Kota
Sabang dibandingkan dengan Propinsi NAD
0.47
0.39
0.31
% Nilai Produksi
% Produksi
Sotong
Cumi-cumi
Binatang berkulit keras lainnya
Rajungan
Kepiting
Udang lainnya
Ikan lainnya
Pari kembang/Pari macan
Cucut lanyam
Ikan beronang
1.05
Kerapu karang
Tenggiri
Kembung
Tongkol krai
Gulamah/Tigawaja
Kuro/Senangin
Kurisi
Biji nangka
1.09
Belanak
Kakap merah/Bambangan
Lencam
Ikan nomei/Lomei
Gerot-gerot
Julung-julung
Teri
Lemuru
Tembang
Golok golok
Kakap putih
Bawal putih
Bawal hitam
Layang
Kuwe
Selar
Ekor kuning/Pisang-pisang
Ikan sebelah
Proporsi Produksi dan Nilai Produksi Perikanan Laut
Kabupaten Natuna dibandingkan dengan Propinsi
Kepri
2.09
1.88
1.09
0.88
% Produksi
% Nilai Produksi
Nilai LQ Komditas Perikanan di Kab. Nunukan
120.00
100.00
80.00
60.00
40.00
20.00
0.00
2005
2006
Komposisi Armada Penangkapan
100
90
80
70
60
50
40
30
20
10
0
KM
MT
PTM
Kota Sabang
Kab. Natuna
Kab.
Nunukan
IUU FISHING
Item
Kab. Natuna
Kab. Nunukan
Negara Asal
Thailand dan
China
Malaysia dan Philipina
Alat tangkap yang
digunakan
Trawl
Purse seine dan trawl
Modus operandi
Memasuki wil
perairan
Indonesia
Memasuki wil perairan Indonesia
Perdagangan di
tengah laut
Memalsukan dokumen-dokumen
perizinan penangkapan ikan, dimana
modus ini berupa (i) penggunaan
dokumen untuk beberapa kapal yang
beroperasi dan (ii) penggunaan
dokumen yang sudah kadaluarsa dan
(iii) ketidaksesuaian antara dokumen
dengan kondisi fisik dan alat tangkap
yang digunakan.
IUU Fishing
Perm
asala
han
Kelem
bagaa
n
Perairan Natuna
(i)
(ii)
(iii)
Perairan Nunukan
Belum ada penjabaran Sering terjadi tumpang tindih
tertulis dari
kewenangan dan kepentingan
kesepakatanantar penyidik yang ada
kesepakatan lembaga (PPNS Perikanan, Angkatan
yang terkait dengan Laut dan Kepolisian). Perlu
penanganan illegal
dibentuk tim yustisi perikanan
fishing,
yang terdiri dari unsur PPNS
koordinasi antar
Perikanan, Angkatan Laut,
pertugas dari berbagai Kepolisian, Kejaksaan dan
lembaga pengawas di Pengadilan Negeri
lapangan
Belum ada pengadilan
IUU Fishing
Perm
asala
Perairan Natuna
han
Teknis Bias penetapan vonis
penyid penanganan kapal
ikan sitaan: (i) Kapal yang
ditangkap berdasarkan
keputusan pengadilan
kemudian dilelang dan
dibeli orang Indonesia
yang didanai oleh
pengusaha asing pemilik
kapal dan dioperasikan
kembali (ii) Kapal yang
ditangkap dilelang
Perairan Nunukan
•
•
•
•
Belum adanya standar
anggaran pemberkasan
Penafsiran penegak hokum
yang berbeda-beda
terhadap suatu
pelanggaran
Belum jelasnya
penanganan barang bukti
setelah dijatuhkannya vonis
.
Belum adanya prosedur
yang jelas antara
Permas
alahan
SDM
Sarana
Pengawa
san
Anggaran
Perairan Natuna
Keterbatasan Penyidik
Pegawai Negeri Sipil
Keterbatasan kapal
pengawas dan sebagian
besar berukuran kecil
Keterbatasan anngaran
pengawasan.
Perairan
Nunukan
Adanya “permainan”
aparat keamanan di
laut yang meminta
setoran
Keterbatasan kapal
pengawas
Keterbatasan anggaran
Dukungan Infrastuktur
 Prasarana perikanan sendiri di Kota Sabang berupa
pelabuhan perikanan dan fasilitas pendukungnya.
Sampai saat ini belum mempunyai pelabuhan
dengan tipe besar.
 Prasarana perikanan sendiri di Kabupaten Natuna
masih sangat teratas. Kabupaten ini tidak memiliki
fasilitas pendaratan ikan termasuk Pangkalan
Pendaratan Ikan
 Prasarana perikanan di Kab Nunukan masih sangat
terbatas. Sampai saat ini hanya ada PPP Sebatik
yang tidak beroperasi
Modal Kerja Melaut
Pola distribusi
MELAUT
HASIL TANGKAPAN
5%
HASIL TANGKAPAN
Toke Bangku
Modal Kerja Melaut
15%
Nelayan
Pawang
5%
Motoris
5%
Nelayan Lain
5%
HASIL
2%
3%
Toke Boat
Nelayan
Toke Bangku
Muge
PENGOLAHAN
PASAR
Interaksi Spasial
Kota Sabang
Aksesibilitas Kota Sabang
dengan wilayah lain di
Indonesia relatif mudah
interaksi dengan wilayah
perbatasan negara lain
terutama dengan masuknya
barang-barang dari luar
negeri khususnya Singapura
Interaksi nelayan sendiri
dengan nelayan-nelayan
atau kapal-kapal
penangkapan ikan relatif
Kab Natuna
Aksesibilitas dari
dan ke Natuna
masih terbatas
Kab. Nunukan
Aksesibilitas
dari dan ke
Nunukan relatif
baik
Interaksi dengan Interaksi
negara lain relatif dengan negara
sedikit
lain relatif
intensif/dominan
Interaksi nelayan Interaksi
relatif sedikit
nelayan dengan
nelayan/pengus
aha luar relatif
Kunjungan WNA ke Nunukan (diluar
Mlaysia)
300
250
200
150
100
50
0
2006
2007
30,000
25,000
20,000
15,000
datang
10,000
Berangkat
Kedatangan dan
Keberangkatan
WNI dari Nunukan
5,000
0
2,500
2,000
1,500
1,000
Datang
Berangkat
500
0
Kedatangan dan
Keberangkatan
Warga Malaysia
dari Nunukan
Pola Interaksi antar elemen masyarakat dalam sektor perikanan tangkap
di Kota Sabang (Sumber : KEHATI, 2006)
Supplier bahan
Operasional nelayan
Tauke Bangku
(Pemberi pinjam modal
kepada pawang)
Tauke Boat
(Pemilik armada kapal nelayan)
Pawang dan Aneuk Pukat
(Kapal Nelayan > 5 GT)
Nelayan kecil @ Boat 2 org
(2GT s/d 5GT)
Mugee Ikan nasi
(Membeli ke aneuk pukat)
Jambo Reuboh
(Pengolah)
Mugee Ikan
(Membeli ke Pawang)
Pasar : Rumah Tangga Penjual
Ikan di Pasar, DII
Pinjaman Boat
Alur Uang
Pinjaman Modal Operasional
Alur Ikan
Pola Hubungan Nelayan –Pemodal
Nunukan
 Para
pelaku tersebut menerapkan
beberapa keterkaitan kontrak-kontrak
(contract interlikages) yang diperlukan
untuk memperkecil biaya-biaya transaksi
 transaksi tidak sebatas transaksi pinjam
meminjam tetapi juga transaksi pemasaran
dan jaminan sosial
 Terdapat keterikatan social antara nelayan,
pedagang pengumpul dan tauke

Tauke kilang adalah
tauke yang
mempunyai pabrik
baik pengolahan
maupun cold
storage.

Tauke pelelangan
adalah tauke di
pasar ikan yang
menjual hasil
tangkapan nelayan
langsung kepada
konsumen akhir
Telaah Kebijakan Kab. Nunukan
1)
Isu-isu Strategis Rencana Pembangunan Jangka
Panjang (RPJP) di Kabupaten Nunukan




Ketergantungan anggaran pembangunan pada sektor
migas dan dana perimbangan baik pusat maupun
propinsi.
Aksesibilitas wilayah yang kemudian menyebabkan
kesenjangan pembangunan antar wilayah dan
disparitas harga yang tinggi.
Kualitas dan kuantitas sumberdaya manusia (SDM)
belum merata.
Pola pemanfaatan sumberdaya alam yang belum
optimal dan berkelanjutan.
Isu-isu Strategis……





Terjadi persaingan hasil dan kapasitas produksi
secara regional.
Persaingan perdagangan internasional.
Budaya konsumsi masyarakat terutama produk
luar negeri.
Perkembangan mutakhir politik luar negeri
terkait masalah pertahanan keamanan di
wilayah perbatasan.
Keterlibatan pihak swasta dalam investasi
pembangunan daerah terutama sektor
pertanian dalam arti luas.
RPJP yang akan dilaksanakan





Mengembangkan sumberdaya kelautan dan
pengolahan perikanan secara berkelanjutan di
wilayah pesisir.
Mengatasi masalah struktural melalui penguatan
solidaritas nelayan untuk kemandirian nelayan.
Mengembangkan kapasitas aparatur negara dibidang
kelautan.
Mengembalikan indentitas nelayan sebagai bagian
tak terpisahkan dari ekologi pesisir.
Mengembangkan sektor perikanan darat terutama
wilayah yang memiliki potensi sungai, rawa dan
danau.
Kebijakan Pembangunan Kawasan Perbatasan
Di Kabupaten Nunukan
Penguatan struktur ekonomi kawasan perbatasan
Nunukan.
 Penyediaan sarana dan prasarana/ infrastruktur dasar
wiiayah, transportasi dan telekomunikasi.
 Mengembangkan semangat nasionalisme dan
pemahaman politik bagi masyarakat perbatasan.
 Meningkatkan kesadaran hukum masyarakat
perbatasan dan meningkatkan pengawasan dan
pengamanan terhadap pelanggar lintas batas.
 Meningkatkan ekonomi masyarakat dengan
membentuk 14 kawasan-kawasan sentra produksi.

Peraturan dan Kebijakan Perikanan di
Kabupaten Nunukan
Peraturan Daerah No. 38 Tahun 2003 tentang Izin
Usaha Perikanan, meliputi;
 Izin Usaha Perikanan
 Tanda Pencatatan Kegiatan Perikanan
 Surat Penangkapan Ikan (SPI)
 Surat Izin Kapal Pengangkut Ikan (SIKPI)
 Perda No. 42 tahun 2003 tentang Izin
Pengusahaan Perikanan dan Pungutan Hasil
Perikanan, meliputi;
 Jenis dan besaran retribusi
 Pengutan Hasil Perikanan (PHP)

Telaah Kebijakan Kota Sabang
1)
Isu-isu Strategis Rencana Pembangunan
Jangka Menengah (RPJM) di Kota Sabang
Memiliki potensi perikanan laut yang cukup besar.
 Produksi hasil perikanan dan kelautan masih relatif
sangat terbatas.
 Tingkat kesejahteraan nelayan masih rendah.
 Persaingan semakin kompetitif dengan daerah lainnya.
 Pemberlakuan kembali status sebagai Daerah
Kawasan Perdagangan Bebas dan Pelabuhan Bebas.
 Pasokan kebutuhan pangan dan berbagai kebutuhan
lainnya di datangkan dari luar terutama Kota Banda
Aceh.

Kebijakan yang akan dilaksanakan


Pengembangan 3 kawasan perikanan laut yaitu (1) Sub
Kawasan dengan jenis kegiatan pelabuhan perikanan, desa
nelayan, pusat penangkapan ikan/pelelangan ikan dan pusat
informasi perikanan. (2) Sub Kawasan Gapang dengan jenis
kegiatan perikanan ikan hias terutama terumbu dan budidaya
perikanan laut. (3) Sub Kawasan Balohan dengan jenis
kegiatan pengembangan industri perikanan.
Pengembangan dan pengelolaan wilayah yang dilakukan oleh
BPKS terdiri dari : (1) Pengembangan Pelayanan Sabang Hub
International Port (SHIP), (2) Pengembangan pelayanan
perdagangan bebas, (3) Pengembangan Sektor Prioritas (jasa
kepelabuhanan, industri atau perdagangan, periwisata dan
perikanan) dan Sektor Andalan (sektor kelembagaan dan
infrastruktur).
Kesimpulan Sementara
 Sektor perikanan mempunyai prospek pengembangan yang
baik di masa yang akan dating baik diindikasikan oleh besarnya
kontribusi sector tersebut terhadap PDRB maupun laju
pertumbuhan ekonominya yang senantiasa positif.
 Tingkat pemanfaatan sumberdaya ikan di wilayah perbatasan
masih relative kecil bila dibandingkan dengan potensi
sumberdaya ikan yang ada. Teknologi penangkapan yang
digunakan masih belum berkembang/tradisional.
 Terdapat praktek-praktek penangkapan illegal yang dilakukan
oleh kapal-kapal penangkapan asing. Penangkapan illegal ini
terutama terjadi di perairan Natuna dan Nunukan
Dukungan infrastruktur wilayah maupun
infrastruktur perikanan masih relative kurang
bila dibandingkan dengan potensi sumberdaya
ikan yang berpeluang untuk diekspoitasi.
Terdapat kelembagaan social masyarakat yang
mempengaruhi keberhasilan usaha
penangkapan ikan.
Dukungan kelembagaan formal baik berupa
aturan-aturan dan organisasi pengelola wilayah
perbatasan belum optimal.
SEKIAN
TERIMA KASIH
Download