MODEL PENGEMBANGAN PERIKANAN TANGKAP DALAM RANGKA PENGUATAN EKONOMI DAN INTEGRASI NASIONAL DI WILAYAH PERBATASAN Oleh : Iin Solihin, S.Pi, M.Si (Peneliti Utama) Thomas Nugroho, S.Pi, M.Si (Peneliti) Retno Muninggar, S.Pi, ME (Peneliti) Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat Institut Pertanian Bogor 2009 PENDAHULUAN PARADIGMA LAMA Pendekatan Keamanan PARADIGMA BARU WILAYAH PERBATASAN Alpa terhadap perbaikan mutu hidup masyarakat KESEJAHTERAAN RAKYAT Pendekatan Ekonomi dan Sosial • Pembangunan Infrastruktur (Jalan, listrik, pasar, dll). • Pembangunan SDM. • Pembangunan wilayah berbasis potensi lokal. Tujuan Penelitian 1) Mengetahui potensi pengembangan perikanan tangkap yang terdiri atas; Menentukan keterkaitan sektor perikanan tangkap dengan sektor lain pada tingkat kabupaten. b) Mengidentifikasi potensi pengembangan industri perikanan tangkap meliputi sumberdaya ikan, prasarana dan sarana penangkapan, pengolahan, dan pemasaran. c) Menentukan pola interaksi spasial masyarakat nelayan d) Mengetahui pola hubungan sosial masyarakat nelayan e) Mengetahui kelembagaan pengelolaan perikanan tangkap di wilayah perbatasan. a) 2) Merancang model pengembangan perikanan tangkap di wilayah perbatasan. Urgensi Penelitian Terdapat kesenjangan pembangunan di wilayah perbatasan antara Indonesia dengan negara tetangga. Terjadi pencurian sumberdaya ikan (illegal fishing). Belum ada pengembangan industri perikanan tangkap terpadu . Pola hubungan di wilayah perbatasan antara Indonesia dan negara tetangga tidak berjalan seimbang dan berkeadilan. Percepatan pembangunan wilayah perbatasan bertujuan untuk melindungi segenap penduduk dan kedaulatan seluruh wilayah NKRI. Kerangka Penelitian Komposisi Elemen Isu-isu pembangunan di wilayah perbatasan berbasis kelautan Keterkaitan Sektor Perikanan Tangkap dalam Pembangunan Ekonomi Wilayah Keterisoliran dan aksesibilitas Potensi Pengembangan Industri Perikanan Tangkap Pencurian sumberdaya ikan Industri perikanan yang belum berkembang Kebocoran wilayah Konflik perbatasan Kemiskinan Analisis Kebutuhan Infrastruktur dan aksesibilitas Pola Interaksi Spasial Hubungan social budaya Kelembagaan pengelolaan perikanan tangkap di wilayah perbatasan Penguatan Ekonomi Wilayah Perbatasan Model Pengembangan Perikanan Tangkap di wilayah perbatasan Penguatan Integrasi Nasional Pentahapan dan Indikator Keberhasilan Indikator pencapaian Input Waktu Pelaksanaan Tahun 1 Dilakukannya pengumpulan data mengenai potensi dan permasalahan wilayah perbatasan di Indonesia bagian barat Tahun 2 Dilakukannya pengumpulan data mengenai potensi dan permasalahan wilayah perbatasan di Indonesia bagian timur Tahun 3 Output tahun pertama dan kedua Indikator pencapaian Proses Waktu Pelaksanaan Tahun 1 Dilakukannya analisis data mengenai Tahun 2 Dilakukannya analisis data mengenai Sektor Basis Keterkaitan sektor perikanan Potensi sumberdaya ikan Unit penangkapan dan tingkat teknologi penangkapan Praktek IUU Fishing Infrastuktur pelabuhan perikanan Pengolahan hasil tangkapan Distribusi dan pemasaran Sumberdaya manusia perikanan tangkap Interaksi Spasial Hubungan sosial dan kemasyarakatan Kelembagaan pengelolaan perikanan tangkap di wilayah perbatasan Sektor Basis Keterkaitan sektor perikanan Potensi sumberdaya ikan Unit penangkapan dan tingkat teknologi penangkapan Praktek IUU Fishing Infrastuktur pelabuhan perikanan Pengolahan hasil tangkapan Distribusi dan pemasaran Sumberdaya manusia perikanan tangkap Interaksi Spasial Hubungan sosial dan kemasyarakatan Kelembagaan pengelolaan perikanan tangkap di wilayah perbatasan Tahun 3 Formulasi model pengembangan perikanan tangkap Formulasi konsep rekayasa sosial dalam penguatan integrasi nasional Uji coba dan Feed back model dari para stakeholder (pemerintah pusat dan daerah) Indikator pencapaian Output Waktu Pelaksanaan Tahun 1 Kontribusi sektor perikanan tangkap terhadap ekonomi wilayah Besaran potensi sumberdaya ikan Tingkat teknologi penangkapan yang digunakan Pola praktek IUU fishing dan besaran kerugian yang ditimbulkannya Dukungan infrastruktur pelabuhan perikanan Pola distribusi hasil tangkapan Pola interaksi spasial Pola interaksi sosial masyarakat Tahun 2 Kontribusi sektor perikanan tangkap terhadap ekonomi wilayah Besaran potensi sumberdaya ikan Tingkat teknologi penangkapan yang digunakan Pola praktek IUU fishing dan besaran kerugian yang ditimbulkannya Dukungan infrastruktur pelabuhan perikanan Pola distribusi hasil tangkapan Pola interaksi spasial Pola interaksi sosial masyarakat Tahun 3 Model pengembanga n perikanan tangkap di wilayah perbatasan berdasarkan karakteristik wilayah Konsep rekayasa sosial dalam kerangka penguatan integrasi nasional Lokasi Penelitian Kota Sabang, Nanggroe Aceh Darussalam Kabupaten Kepulauan Natuna, Provinsi Kepulauan Riau Kabupaten Nunukan Kalimantan Timur Kabupaten Kepulauan Talaud, Sulawesi Utara Kabupaten Kupang, Nusa Tenggara Timur Kabupaten Kepulauan Raja Ampat, Provinsi Papua Barat Data Yang Dikumpulkan Tujuan Penelitian Analisis Sektor Basis Data yang dikumpulkan Analisis Keterkaitan sektor perikanan Analisis sumberdaya ikan Analisis unit penangkapan Tenaga kerja per sektor di Kabupaten dan Propinsi Pendapatan daerah per sektor di Kabupaten dan Propinsi PDRB Kabupaten PDRB Propinsi Tabel input output kabupaten dan propinsi Produksi penangkapan (jumlah, jenis ikan dan sebaran wilayah) Nilai produksi Trip penangkapan Daerah daerah penangkapan Armada penangkapan (jumlah, jenis, ukuran dan sebaran) Alat tangkap (jumlah, jenis, ukuran dan sebaran) Sumber Data Bappeda Dinas Perikanan dan Kelautan Kabupaten dan Propinsi Bappeda kabupaten dan propinsi Dinas Perikanan dan Kelautan Nelayan Dinas Perikanan dan Kelautan Metode pengumpulan Data Data sekunder Sekunder Data sekunder Wawancara Tujuan Penelitian Data yang dikumpulkan Analisis tingkat teknologi penangkapan Analisis Praktek IUU Fishing Analisis Infrastuktur Pelabuhan Perikanan Pengolahan hasil tangkapan Persepsi nelayan dan pegawai Dinas Perikanan dan Kelautan tentang aspek ekonomi, sosial, lingkungan dan keberlanjutan sumberdaya ikan dan peraturan pengoperasian alat tangkap Aktifitas penangkapan illegal, Unreported dan unregulated (hasil tangkapan, armada, alat tangkap, daerah penangkapan) Fasilitas pelabuhan perikanan (jumlah, sebaran, ketersediaan dan kapasitas fasilitasnya Jenis, skala dan sebaran pengolah, kebutuhan bahan baku Sumber Data Metode pengumpulan Data Dinas Perikanan dan Kelautan Nelayan Wawancara dan pengisian kuisioner Nelayan Wawancara dan observasi lapangan Dinas Perikanan dan Kelautan, Pengelola pelabuhan dan nelayan Data sekunder, wawancara, observasi lapangan Dinas Perikanan dan Kelautan, pengusaha pengolahan ikan Data sekunder dan wawancara Tujuan Penelitian Data yang dikumpulkan Dinas Perikanan dan Kelautan, Dinas Perdagangan dan Industri dan pedagang ikan Data sekunder dan wawancara Jumlah dan kualitas SDM nelayan (sebaran umur, geografis, tingkat pendidikan) Dinas Perikanan dan Kelautan dan nelayan Data sekunder dan wawancara Frekuensi mobilitas barang dan manusia dari wilayah Departemen Perhubungan Indonesia ke wilayah negara asing dan sebaliknya Karakter social masyarakat nelayan (latar belakang dan daerah asal, interaksi dan Nelayan mobilitas social, hubungan antar kelompok masyarakat) Jenis lembaga yang terkait dengan pengelolaan perikanan tangkap di wilayan perbatasan Instansi terkait Tugas dan wewenang masingmasing lembaga Hubungan tata kerja antar lembaga pengelola Pola Interaksi Spasial Pola hubungan sosial dan kemasyarakatan Kelembagaan pengelolaan perikanan tangkap di wilayah perbatasan Metode pengumpulan Data Hasil tangkapan yang didistribusikan (jenis ikan, volume, tujuan pemasaran, moda transportasi Distribusi dan pemasaran Sumberdaya manusia perikanan tangkap Sumber Data Data sekunder Wawancara dan observasi Wawancara dan telaah dokumen organisasi HASIL PENELITIAN Perekonomian Wilayah Sebagian besar wilayah perbatasan menggantungkan perekonomiannya pada sector primer yaitu sector yang mengeksploitasi sumberdaya alam baik pertanian maupun pertambangan dan galian. Sektor perikanan mempunyai prospek pengembangan yang baik di masa yang akan dating baik diindikasikan oleh besarnya kontribusi sector tersebut terhadap PDRB maupun laju pertumbuhan ekonominya yang senantiasa positif. Potensi Sumberdaya Ikan Item Potensi Produksi Pemanfaatan Peluang pemanfaatan Kota Kab. Kab. Sabang Natuna Nunukan 423.410 183.429 dtt 102.555 34.164 4,606.38 47,65 18,63 53,35 81,37 Cumi-cumi Ikan lainnya 0.35 0.37 Cucut 0.34 Kerapu Tongkol Tuna mata besar Madidihang Tenggiri Alu-alu Kembung Cakalang Tongkol komo Swangi/ Kurisi Biji nangka Kakap merah/ Lencam Setuhuk Ikan Gerot-gerot Teri Lemadang Lemuru Tembang Talang-talang Sunglir Layang Kwee Selar Ekor kunig/ Proporsi Produksi dan Nilai Produksi Perikanan Laut Kota Sabang dibandingkan dengan Propinsi NAD 0.47 0.39 0.31 % Nilai Produksi % Produksi Sotong Cumi-cumi Binatang berkulit keras lainnya Rajungan Kepiting Udang lainnya Ikan lainnya Pari kembang/Pari macan Cucut lanyam Ikan beronang 1.05 Kerapu karang Tenggiri Kembung Tongkol krai Gulamah/Tigawaja Kuro/Senangin Kurisi Biji nangka 1.09 Belanak Kakap merah/Bambangan Lencam Ikan nomei/Lomei Gerot-gerot Julung-julung Teri Lemuru Tembang Golok golok Kakap putih Bawal putih Bawal hitam Layang Kuwe Selar Ekor kuning/Pisang-pisang Ikan sebelah Proporsi Produksi dan Nilai Produksi Perikanan Laut Kabupaten Natuna dibandingkan dengan Propinsi Kepri 2.09 1.88 1.09 0.88 % Produksi % Nilai Produksi Nilai LQ Komditas Perikanan di Kab. Nunukan 120.00 100.00 80.00 60.00 40.00 20.00 0.00 2005 2006 Komposisi Armada Penangkapan 100 90 80 70 60 50 40 30 20 10 0 KM MT PTM Kota Sabang Kab. Natuna Kab. Nunukan IUU FISHING Item Kab. Natuna Kab. Nunukan Negara Asal Thailand dan China Malaysia dan Philipina Alat tangkap yang digunakan Trawl Purse seine dan trawl Modus operandi Memasuki wil perairan Indonesia Memasuki wil perairan Indonesia Perdagangan di tengah laut Memalsukan dokumen-dokumen perizinan penangkapan ikan, dimana modus ini berupa (i) penggunaan dokumen untuk beberapa kapal yang beroperasi dan (ii) penggunaan dokumen yang sudah kadaluarsa dan (iii) ketidaksesuaian antara dokumen dengan kondisi fisik dan alat tangkap yang digunakan. IUU Fishing Perm asala han Kelem bagaa n Perairan Natuna (i) (ii) (iii) Perairan Nunukan Belum ada penjabaran Sering terjadi tumpang tindih tertulis dari kewenangan dan kepentingan kesepakatanantar penyidik yang ada kesepakatan lembaga (PPNS Perikanan, Angkatan yang terkait dengan Laut dan Kepolisian). Perlu penanganan illegal dibentuk tim yustisi perikanan fishing, yang terdiri dari unsur PPNS koordinasi antar Perikanan, Angkatan Laut, pertugas dari berbagai Kepolisian, Kejaksaan dan lembaga pengawas di Pengadilan Negeri lapangan Belum ada pengadilan IUU Fishing Perm asala Perairan Natuna han Teknis Bias penetapan vonis penyid penanganan kapal ikan sitaan: (i) Kapal yang ditangkap berdasarkan keputusan pengadilan kemudian dilelang dan dibeli orang Indonesia yang didanai oleh pengusaha asing pemilik kapal dan dioperasikan kembali (ii) Kapal yang ditangkap dilelang Perairan Nunukan • • • • Belum adanya standar anggaran pemberkasan Penafsiran penegak hokum yang berbeda-beda terhadap suatu pelanggaran Belum jelasnya penanganan barang bukti setelah dijatuhkannya vonis . Belum adanya prosedur yang jelas antara Permas alahan SDM Sarana Pengawa san Anggaran Perairan Natuna Keterbatasan Penyidik Pegawai Negeri Sipil Keterbatasan kapal pengawas dan sebagian besar berukuran kecil Keterbatasan anngaran pengawasan. Perairan Nunukan Adanya “permainan” aparat keamanan di laut yang meminta setoran Keterbatasan kapal pengawas Keterbatasan anggaran Dukungan Infrastuktur Prasarana perikanan sendiri di Kota Sabang berupa pelabuhan perikanan dan fasilitas pendukungnya. Sampai saat ini belum mempunyai pelabuhan dengan tipe besar. Prasarana perikanan sendiri di Kabupaten Natuna masih sangat teratas. Kabupaten ini tidak memiliki fasilitas pendaratan ikan termasuk Pangkalan Pendaratan Ikan Prasarana perikanan di Kab Nunukan masih sangat terbatas. Sampai saat ini hanya ada PPP Sebatik yang tidak beroperasi Modal Kerja Melaut Pola distribusi MELAUT HASIL TANGKAPAN 5% HASIL TANGKAPAN Toke Bangku Modal Kerja Melaut 15% Nelayan Pawang 5% Motoris 5% Nelayan Lain 5% HASIL 2% 3% Toke Boat Nelayan Toke Bangku Muge PENGOLAHAN PASAR Interaksi Spasial Kota Sabang Aksesibilitas Kota Sabang dengan wilayah lain di Indonesia relatif mudah interaksi dengan wilayah perbatasan negara lain terutama dengan masuknya barang-barang dari luar negeri khususnya Singapura Interaksi nelayan sendiri dengan nelayan-nelayan atau kapal-kapal penangkapan ikan relatif Kab Natuna Aksesibilitas dari dan ke Natuna masih terbatas Kab. Nunukan Aksesibilitas dari dan ke Nunukan relatif baik Interaksi dengan Interaksi negara lain relatif dengan negara sedikit lain relatif intensif/dominan Interaksi nelayan Interaksi relatif sedikit nelayan dengan nelayan/pengus aha luar relatif Kunjungan WNA ke Nunukan (diluar Mlaysia) 300 250 200 150 100 50 0 2006 2007 30,000 25,000 20,000 15,000 datang 10,000 Berangkat Kedatangan dan Keberangkatan WNI dari Nunukan 5,000 0 2,500 2,000 1,500 1,000 Datang Berangkat 500 0 Kedatangan dan Keberangkatan Warga Malaysia dari Nunukan Pola Interaksi antar elemen masyarakat dalam sektor perikanan tangkap di Kota Sabang (Sumber : KEHATI, 2006) Supplier bahan Operasional nelayan Tauke Bangku (Pemberi pinjam modal kepada pawang) Tauke Boat (Pemilik armada kapal nelayan) Pawang dan Aneuk Pukat (Kapal Nelayan > 5 GT) Nelayan kecil @ Boat 2 org (2GT s/d 5GT) Mugee Ikan nasi (Membeli ke aneuk pukat) Jambo Reuboh (Pengolah) Mugee Ikan (Membeli ke Pawang) Pasar : Rumah Tangga Penjual Ikan di Pasar, DII Pinjaman Boat Alur Uang Pinjaman Modal Operasional Alur Ikan Pola Hubungan Nelayan –Pemodal Nunukan Para pelaku tersebut menerapkan beberapa keterkaitan kontrak-kontrak (contract interlikages) yang diperlukan untuk memperkecil biaya-biaya transaksi transaksi tidak sebatas transaksi pinjam meminjam tetapi juga transaksi pemasaran dan jaminan sosial Terdapat keterikatan social antara nelayan, pedagang pengumpul dan tauke Tauke kilang adalah tauke yang mempunyai pabrik baik pengolahan maupun cold storage. Tauke pelelangan adalah tauke di pasar ikan yang menjual hasil tangkapan nelayan langsung kepada konsumen akhir Telaah Kebijakan Kab. Nunukan 1) Isu-isu Strategis Rencana Pembangunan Jangka Panjang (RPJP) di Kabupaten Nunukan Ketergantungan anggaran pembangunan pada sektor migas dan dana perimbangan baik pusat maupun propinsi. Aksesibilitas wilayah yang kemudian menyebabkan kesenjangan pembangunan antar wilayah dan disparitas harga yang tinggi. Kualitas dan kuantitas sumberdaya manusia (SDM) belum merata. Pola pemanfaatan sumberdaya alam yang belum optimal dan berkelanjutan. Isu-isu Strategis…… Terjadi persaingan hasil dan kapasitas produksi secara regional. Persaingan perdagangan internasional. Budaya konsumsi masyarakat terutama produk luar negeri. Perkembangan mutakhir politik luar negeri terkait masalah pertahanan keamanan di wilayah perbatasan. Keterlibatan pihak swasta dalam investasi pembangunan daerah terutama sektor pertanian dalam arti luas. RPJP yang akan dilaksanakan Mengembangkan sumberdaya kelautan dan pengolahan perikanan secara berkelanjutan di wilayah pesisir. Mengatasi masalah struktural melalui penguatan solidaritas nelayan untuk kemandirian nelayan. Mengembangkan kapasitas aparatur negara dibidang kelautan. Mengembalikan indentitas nelayan sebagai bagian tak terpisahkan dari ekologi pesisir. Mengembangkan sektor perikanan darat terutama wilayah yang memiliki potensi sungai, rawa dan danau. Kebijakan Pembangunan Kawasan Perbatasan Di Kabupaten Nunukan Penguatan struktur ekonomi kawasan perbatasan Nunukan. Penyediaan sarana dan prasarana/ infrastruktur dasar wiiayah, transportasi dan telekomunikasi. Mengembangkan semangat nasionalisme dan pemahaman politik bagi masyarakat perbatasan. Meningkatkan kesadaran hukum masyarakat perbatasan dan meningkatkan pengawasan dan pengamanan terhadap pelanggar lintas batas. Meningkatkan ekonomi masyarakat dengan membentuk 14 kawasan-kawasan sentra produksi. Peraturan dan Kebijakan Perikanan di Kabupaten Nunukan Peraturan Daerah No. 38 Tahun 2003 tentang Izin Usaha Perikanan, meliputi; Izin Usaha Perikanan Tanda Pencatatan Kegiatan Perikanan Surat Penangkapan Ikan (SPI) Surat Izin Kapal Pengangkut Ikan (SIKPI) Perda No. 42 tahun 2003 tentang Izin Pengusahaan Perikanan dan Pungutan Hasil Perikanan, meliputi; Jenis dan besaran retribusi Pengutan Hasil Perikanan (PHP) Telaah Kebijakan Kota Sabang 1) Isu-isu Strategis Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM) di Kota Sabang Memiliki potensi perikanan laut yang cukup besar. Produksi hasil perikanan dan kelautan masih relatif sangat terbatas. Tingkat kesejahteraan nelayan masih rendah. Persaingan semakin kompetitif dengan daerah lainnya. Pemberlakuan kembali status sebagai Daerah Kawasan Perdagangan Bebas dan Pelabuhan Bebas. Pasokan kebutuhan pangan dan berbagai kebutuhan lainnya di datangkan dari luar terutama Kota Banda Aceh. Kebijakan yang akan dilaksanakan Pengembangan 3 kawasan perikanan laut yaitu (1) Sub Kawasan dengan jenis kegiatan pelabuhan perikanan, desa nelayan, pusat penangkapan ikan/pelelangan ikan dan pusat informasi perikanan. (2) Sub Kawasan Gapang dengan jenis kegiatan perikanan ikan hias terutama terumbu dan budidaya perikanan laut. (3) Sub Kawasan Balohan dengan jenis kegiatan pengembangan industri perikanan. Pengembangan dan pengelolaan wilayah yang dilakukan oleh BPKS terdiri dari : (1) Pengembangan Pelayanan Sabang Hub International Port (SHIP), (2) Pengembangan pelayanan perdagangan bebas, (3) Pengembangan Sektor Prioritas (jasa kepelabuhanan, industri atau perdagangan, periwisata dan perikanan) dan Sektor Andalan (sektor kelembagaan dan infrastruktur). Kesimpulan Sementara Sektor perikanan mempunyai prospek pengembangan yang baik di masa yang akan dating baik diindikasikan oleh besarnya kontribusi sector tersebut terhadap PDRB maupun laju pertumbuhan ekonominya yang senantiasa positif. Tingkat pemanfaatan sumberdaya ikan di wilayah perbatasan masih relative kecil bila dibandingkan dengan potensi sumberdaya ikan yang ada. Teknologi penangkapan yang digunakan masih belum berkembang/tradisional. Terdapat praktek-praktek penangkapan illegal yang dilakukan oleh kapal-kapal penangkapan asing. Penangkapan illegal ini terutama terjadi di perairan Natuna dan Nunukan Dukungan infrastruktur wilayah maupun infrastruktur perikanan masih relative kurang bila dibandingkan dengan potensi sumberdaya ikan yang berpeluang untuk diekspoitasi. Terdapat kelembagaan social masyarakat yang mempengaruhi keberhasilan usaha penangkapan ikan. Dukungan kelembagaan formal baik berupa aturan-aturan dan organisasi pengelola wilayah perbatasan belum optimal. SEKIAN TERIMA KASIH