1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Konteks pembelajaran tradisional mengalami perubahan radikal. Mengajar dan belajar tidak lagi terbatas pada ruang kelas tradisional (Zhang & Nunamaker, 2003). Pembelajaran elektronik (E-Learning), merujuk belajar melalui internet telah menjadi fenomena besar dalam beberapa tahun terakhir. Sekolah dan perusahaan dalam mengembangkan pendidikan dan pelatihan secara online merupakan alternatif untuk bersaing. Bukan hanya dunia pendidikan yang menerapkan E-Learning tetapi banyak perusahaan telah mengadopsi solusi E-Learning untuk pelatihan perusahaan mereka, seperti Dell Learning, CISCO E-Learning, dan HP Virtual Kelas (Zhang & Nunamaker, 2003). Melalui sistem E-Learning, pekerja memiliki akses ke berbagai database online dan alat-alat yang membantu mereka menemukan solusi untuk masalah yang berhubungan dengan pekerjaan. Zhang dan Nunamaker (2003) menunjukkan bahwa metode pelatihan yang efektif dan efisien diminati oleh perusahaan-perusahaan untuk memastikan bahwa karyawan dan mitra mereka dilengkapi dengan informasi terbaru dan keterampilan yang paling canggih. Akademisi dan praktisi sama-sama mempertimbangkan sistem E-Learning untuk menjadi alat berbagi pengetahuan yang berharga. Namun dalam pengadopsian dan pengembangan sistem informasi seperti E-Learning merupakan investasi yang mahal. Walaupun demikian investasi yang mahal tersebut tidak menjamin organisasi mendapatkan sistem yang berkualitas dan 1 2 sesuai dengan apa yang diharapkan. Keberhasilan implementasi sistem dipengaruhi oleh berbagai faktor yang kompleks. Sedangkan kegagalan implementasi sistem, biasanya terjadi karena tidak kompatibelnya sistem dengan proses bisnis dan informasi yang diperlukan organisasi (Janson dan Subramanian 1996; Lucas et al., 1988). Kegagalan-kegagalan dalam implementasi sebuah sistem informasi oleh Jogiyanto (2007) dibedakan menjadi dua aspek. Yang pertama adalah aspek teknis, yakni aspek yang menyangkut sistem itu sendiri yang merupakan kualitas teknis sistem informasi. Sedangkan aspek yang kedua adalah aspek non-teknis. Kegagalan non-teknis berkaitan dengan persepsi pengguna sistem informasi yang menyebabkan pengguna mau atau enggan menggunakan sistem informasi yang telah dikembangkan. Padahal sangatlah penting membangun sinergi antara sistem informasi beserta teknologi yang mendukungnya, dengan pengguna, pihak yang setiap hari berinteraksi dengan sistem (Utomo, 2005). Tidak adanya hubungan yang sinergis antara sistem informasi yang disiapkan dengan kemauan dan kesiapan penggunanya dapat menimbulkan ketidakpuasan dari pengguna. Hal ini biasanya disebabkan karena adanya perbedaan sudut pandang antara penyedia sistem informasi dengan unit bisnis dalam memandang suatu layanan teknologi informasi. Masalah seperti ini selalu muncul dalam dinamika hubungan penyedia sistem informasi dan unit bisnis di manapun (Utomo, 2005). Kesiapan pengguna terhadap sistem informasi yang digunakan adalah hal yang penting untuk memaksimalkan manfaat yang bisa didapatkan dari sistem 3 informasi. Harus ada kecocokan antara teknologi yang digunakan dengan penerimaan dari penggunanya. Terlebih pula, kecanggihan teknologi tidak selalu seiring dengan kemudahan yang dirasakan oleh pengguna. Dengan demikian tidak bisa dipungkiri bahwa hubungan yang sinergis antara pengguna dengan sistem informasi sangatlah penting untuk mendapatkan hasil maksimal dari implementasinya. Ada atau tidaknya hubungan sinergis tersebut, setiap organisasi yang mengimplementasikan sistem informasi pasti akan mengharapkan sistem informasi tersebut sukses dalam pelaksanaannya (Jogiyanto, 2007). Untuk mengetahui hal tersebut maka diperlukan evaluasi. Evaluasi akan semakin diperlukan terutama ketika terjadi permasalahan yang timbul terkait dengan implementasi teknologi, misalnya ada umpan balik dari pengguna, bahwa sistemnya kurang sesuai dan lain sebagainya (Jogiyanto, 2005). Selain itu, teknologi informasi pun telah menjadi komponen signifikan dalam setiap aktivitas organisasi, maka mengevaluasi biaya serta manfaat yang dihasilkan oleh teknologi informasi menjadi aspek yang penting (Turban, 1999). Menurut Yusof et al, (2006) evaluasi sistem adalah hal yang krusial karena evaluasi dilakukan untuk memastikan keefektifan implementasi dan dampak yang positif dari sistem terhadap pelayanan, sedangkan Kristanto (2007) berpendapat evaluasi terhadap sistem informasi harus dilakukan karena evaluasi akan menilai atau mengukur manfaat yang didapatkan dari penerapan sistem informasi dan untuk menemukan masalah-masalah potensial yang sedang dihadapi oleh pengguna dan organisasi. Mengingat pentingnya membangun hubungan yang sinergis antara sistem informasi dengan penggunanya, dan untuk mengetahui 4 sejauh mana sistem informasi yang digunakan memberikan manfaat pada organisasi. Maka untuk menguji hal tersebut banyak penelitian telah dilakukan pada model IS sukses (misalnya, DeLone & McLean, 1992, 2003; Rai, Lang, & Welker, 2002; Seddon, 1997) dan E-Learning (misalnya, Beam & Cameron, 1998; Carswell, 1997; Hiltz & Wellman, 1997; Kerrey & Isakson, 2000; Marold et al., 2000; McAllister & McAllister, 1996; Zhang & Nunamaker, 2003), penelitian telah dilakukan untuk mengatasi konseptualisasi dan pengukuran E-Learning keberhasilan sistem dalam organisasi. Penelitian yang telah dilakukan berguna untuk meneliti aspek perilaku dalam implementasi sebuah sistem informasi. Penelitian-penelitian itu mencoba mempelajari perilaku individual dalam organisasi dalam menggunakan sistem informasi. Jogiyanto (2007) mengelompokkan penelitian-penelitian itu kedalam dua aliran. Aliran yang pertama adalah aliran yang memfokuskan penelitian pada penerimaan, adopsi, dan penggunaan dari sistem informasi. Aliran ini juga memfokuskan pada anteseden-anteseden atau penyebab-penyebab perilaku. Sedangkan aliran yang kedua memfokuskan pada kesuksesan implementasi di tingkat organisasi. Aliran pertama dikelompokkan lagi ke dalam dua kelompok, yakni kelompok yang anteseden-anteseden perilaku berupa suatu perasaan (affect) dan kognitif (cognitive), misalnya: sikap, norma-norma, persepsi terhadap penggunaan. Beberapa teori dan model dari penelitian-penelitian dalam kelompok yang anteseden-antesedennya berupa suatu perasaan dan kognitif antara lain: TRA 5 (Theory Reasoned Action) oleh Fishben dan Ajzen (1975), TAM (Technology Acceptance Model) oleh Davis (1989), TPB (Theory of Planned Behaviour) oleh Ajzen (1991). Kelompok yang kedua adalah kelompok yang anteseden-anteseden perilaku lebih berupa suatu proses, misalnya proses penilaian, proses partisipasi dan keterlibatan serta proses mencocokkan teknologi dengan tugasnya. Beberapa teori dan model dari penelitian-penelitian dalam kelompok yang antesedenantesedennya berupa suatu proses antara lain: model penyelesaian adaptasi pemakai (coping model of user adaptation) oleh Beaudry dan Pinsioneault (2005), partisipasi dan keterlibatan pemakai oleh Barki dan Hartwick (1994), model kesesuaian tugas-teknologi (task-technology fit) oleh Goodhue dan Thompson (1995). Salah satu model yang populer pada aliran yang kedua, yakni aliran yang memfokuskan pada kesuksesan implementasi di tingkat organisasi adalah model yang dikembangkan oleh DeLone dan McLean (1992) yang dikenal dengan Model Kesuksesan Sistem Informasi DeLone dan McLean. Model ini merefleksi ketergantungan dari enam pengukuran kesuksesan sistem informasi, yakni: kualitas sistem (system quality), kualitas informasi (information quality), kepuasan pemakai (user statisfaction), minat penggunaan ( Intention To Use), dampak individu (individual impact), dan dampak organisasi (organizational impact). Model DeLone dan McLean telah banyak dilakukan di berbagai bidang dan obyek penelitian untuk menguji model tersebut. Penelitian-penelitian tersebut 6 sepertinya memperlihatkan ketidakkonsistennya hasil empiris yang diperoleh antara satu dengan lainnya. Beberapa penelitian memberikan hasil bahwa kualitas sistem dan kualitas informasi merupakan prediktor yang signifikan terhadap kepuasan pemakai, penggunaan, dan dampak individu (Roldan dan Leal 2003; McGill et al., 2003; Hussein et al., 2007), beberapa yang lain menunjukkan bahwa kualitas sistem dan kualitas informasi merupakan prediktor yang signifikan terhadap penggunaan akan tetapi tidak signifikan terhadap kepuasan pemakai (Rai 2002; Hanmer 2004; Livari 2005; Radityo dan Zulaikha, 2007). Dengan tidak konsistennya pengujian model yang dilakukan di beberapa bidang penelitian tersebut, membuka peluang untuk dikembangkan lebih lanjut pada obyek penelitian yang berbeda. Penelitian ini berusaha meneliti sampai pada dampak organisasi, maka penelitian ini akan membahas implementasi E-Learning berdasarkan model konseptual keberhasilan sistem informasi DeLone dan McLean 2003, untuk mengukur keberhasilan dan efektivitas sistem E-Learning. Penelitian ini dilakukan untuk menganalisis implementasi E-Learning digunakan secara efektif dalam organisasi perguruan tinggi swasta di Yogyakarta untuk mendapatkan Net Benefit dari sistem informasi E-Learning. Penelitian ini dilakukan kerena belum ada penelitian sebelumnya yang meneliti keberhasilan dan efektivitas sistem E-Learning di perguruan tinggi swasta Yogyakarta menggunakan model DeLone and McLean 2003. 7 1.2 Lingkup Penelitian Untuk mempermudah penulisan penelitian ini dan agar lebih terarah dan berjalan dengan baik, maka perlu kiranya dibuat suatu batasan masalah dan menjelaskan apa saja yang menjadi lingkup penelitian. Ruang lingkup penelitian ini adalah mengenai pengaruh pemanfaatan sistem informasi manajemen E-Learning yang ada pada perguruan tinggi swasta di Yogyakarta. Penelitian ini menggunakan model DeLone and McLean 2003 yaitu model yang terbaru setelah mengalami perubahan model sebelumnya. Penelitian ini hanya akan membahas dan meneliti enam variabel yang ada pada model yaitu kualitas sistem, kualitas informasi dan kualitas pelayanan, penggunaan, kepuasan pengguna dan net benefit (manfaat bersih). Penelitian ini juga akan dilakukan pada perguruan tinggi yang berstatus swasta yang ada di Yogyakarta. 1.3 Rumusan Masalah Penelitian Rumusan masalah yang akan di bahas dalam penelitian ini adalah 1. Apakah System Quality E-Learning berpengaruh secara positif dan signifikan terhadap Intention to Use dan User Statisfaction? 2. Apakah Information Quality E-Learning berpengaruh secara positif dan signifikan terhadap Intention to Use dan User Statisfaction? 3. Apakah Service Quality E-Learning berpengaruh secara positif dan signifikan terhadap Intention to Use dan User Statisfaction? 4. Apakah User Statisfaction berpengaruh secara positif dan signifikan terhadap Intention to Use? 8 5. Apakah Intention to Use berpengaruh secara positif dan signifikan terhadap Net Benefit ? 6. Apakah User Statisfaction berpengaruh secara positif dan signifikan terhadap Net Benefit ? 1.4 Tujuan Penelitian Tujuan dari penulisan tesis ini adalah sebagai berikut: 1. Menganalisis pengaruh System Quality E-Learning terhadap Intention to Use dan User Statisfaction. 2. Menganalisis pengaruh Information Quality E-Learning terhadap Intention to Use dan User Statisfaction. 3. Menganalisis pengaruh Service Quality E-Learning terhadap Intention to Use dan User Statisfaction. 4. Menganalisis pengaruh User Statisfaction terhadap Intention to Use 5. Menganalisis pengaruh Intention to Use terhadap Net Benefit 6. Menganalisis pengaruh User Statisfaction terhadap Net Benefit? 1.5 Manfaat Penelitian Manfaat yang diperoleh dari penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Manfaat penelitian secara praktis adalah bagi perguruan tinggi dapat memberikan sumbangan umpan balik kepada perguruan tinggi swasta di Yogyakarta agar dapat memaksimalkan penggunaan sistem informasi E-Learning yang telah diterapkan. Sedangkan bagi penulis untuk dapat lebih memahami ilmu pengetahuan sumber daya manusia, baik secara teori maupun praktek, khususnya dalam hal penerapan 9 sistem informasi manajemen yang berdampak bagi peningkatan kinerja individu dan organisasi. 2. Manfaat penelitian secara teoritis adalah dapat menjadi referensi atau masukan untuk peneliti selanjutnya. Dan penelitian ini juga memberikan kontribusi literatur tentang evaluasi penerapan sistem informasi manajemen E-Learning berdampak pada peningkatan kinerja individu dan organisasi.