HUBUNGAN STATUS GIZI IBU DENGAN BERAT BADAN LAHIR DI DESA SIDOMLANGEAN, BLAWIREJO, TLANAK, DAN KANDANGREJO KECAMATAN KEDUNGPRING KABUPATEN LAMONGAN Novi Khoirun Nisa’*, Amirul Amalia**, Diah Eko Martini*** …………......……….…… …… . .….ABSTRAK…… … ......………. …… …… . .…. Birth weight is an indicator of health the newborn (neonatal). There are several factors that affect birth weight, the maternal factors, fetal factors, and environmental factors. This problem changing is any babies born with low birth weight and macrosomia. This study aimed to correlate between the nutritional status of mother with birth weight. The study design using a analytic study with cross sectional approach. The population are birthing mother and her baby in the village of Sidomlangean, Blawirejo, Tlanak, and Kandangrejo, subdistrict of Kedungpring and Lamongan district. Sampling with Simple Random Sampling technique. Samples obtained 26 respondents in April 2011. Data were collected by using direct measurements and questionnaires. Furthermore, the data tabulated and analyzed using the contingency coefficient test. The results showed, that almost all (80.8%) non-less cronic energy of maternal nutritional status and almost all (80.8%) gave birth to a baby normal birth weight. The analysis result, contingency coefficient=0.596 with a significance level of p=0.001. From above data, it can be concluded that there is a relationship between maternal nutritional status with birth weight. Seeing the results of this study, the health workers especially nurses need to provide health education about the importance of nutrition during pregnancy. Keywords: Nutritional Status of Mother, Birth Weight PENDAHULUAN. …… . … …. Dimulai dari konsepsi hingga melahirkan, ibu dan anak merupakan satu kesatuan yang erat dan tidak terpisahkan. Kesehatan ibu, fisik maupun mental, sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan dan perkembangan janin dalam kandungannya. Agar bayi yang sehat dapat dilahirkan dengan selamat, salah satu cara yang dapat ditempuh adalah melalui pemeliharaan kesehatan ibu. Pengalaman dari beberapa generasi menunjukkan bahwa kerawanan dan ketergantungan janin pada ibu mengarah pada adanya kebutuhan dan perawatan khusus selama kehamilan. Sejalan dengan kemajuan zaman, hasil kehamilan yang diharapkan tidak hanya bayi yang sekedar hidup, tetapi juga bayi yang sehat. Hal ini merupakan bukti peninggalan tanggung jawab sosial dan moral masyarakat, bahwa gizi yang baik sangat berperan dalam proses yang efisien. SURYA Seorang wanita pada masa hamil memerlukan berbagai unsur gizi yang jauh lebih banyak daripada yang diperlukan dalam keadaan biasa (Sjahmin Moedji, 2003: 15). Di samping untuk memenuhi kebutuhan tubuhnya sendiri, berbagai unsur gizi tersebut juga diperlukan untuk pertumbuhan dan perkembangan janin yang ada dalam kandungannya, sebab defisiensi gizi selama kehamilan dapat memberikan efek yang merugikan ibu maupun anaknya. (Courtney Moor Mary, 2002: 25). Status gizi ibu adalah keadaan akibat keseimbangan antara konsumsi dan penyerapan zat gizi dan penggunaan zat-zat gizi sebelum dan selama kehamilan. Jika calon ibu memiliki status gizi yang cukup dan seimbang, maka akan melahirkan anak yang sehat. Akan tetapi kenyataannya, masih banyak ibu hamil yang mengalami masalah gizi khususnya gizi kurang seperti kurang energi kronis (KEK) (Prita Muliarini, 2010: 82). Masalah KEK pada ibu hamil dapat dideteksi sedini 31 Vol.01, No.XI, Aprl 2012 Hubungan Status Gizi Ibu Dengan Berat Badan Lahir mungkin, salah satunya dengan pengukuran lingkar lengan atas (LILA). Pengukuran LILA bertujuan untuk mendeteksi KEK pada ibu hamil untuk risiko melahirkan bayi BBLR. Menurut Survey Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI) pada tahun 2007, Angka Kematian Ibu (AKI) di Indonesia sebanyak 248 per 100.000 kelahiran hidup, sedangkan Angka Kematian Bayi (AKB) sebanyak 20 per 1.000 kelahiran hidup (Depkes RI, 2008). Penyebab Angka Kematian Ibu adalah perdarahan pasca persalinan akibat status gizi kurang. Data prevalensi ibu hamil yang mengalami KEK masih cukup tinggi yaitu 16,7% (Depkes RI, 2005). Ibu hamil yang mengalami KEK mempunyai risiko melahirkan bayi dengan berat badan lahir rendah (BBLR) 5 kali lebih banyak dibandingkan ibu hamil yang tidak mengalami KEK. Secara Nasional berdasarkan analisa lanjut Survey Demografi dan Kesehatan Indonesia, angka prevalensi BBLR di Indonesia diperkirakan 7,5-14 % yaitu sekitar 459.200-900.000 bayi (Depkes RI, 2005). Sedangkan, angka prevalensi Makrosomia adalah 5,7%. Data UPT Puskesmas Kedungpring tahun 2010 menunjukkan dari 605 kelahiran bayi, terdapat 4,46% bayi BBLR, 94,38% bayi BBLN, dan 1,16% bayi makrosomia. Sedangkan ibu hamil yang mengalami KEK tahun 2010 sebanyak 34 orang. Berdasarkan survey awal yang dilakukan peneliti pada bulan Januari 2011 dari 15 ibu hamil, didapatkan 53,33% ibu tidak mengalami KEK dan 46,67% ibu mengalami KEK, sedangkan bayi yang dilahirkan dengan BBLR sebanyak 33,33%, berat badan lahir normal (BBLN) 46,67%, dan Makrosomia 20%. Dari data di atas menunjukkan bahwa masih ada bayi yang dilahirkan dengan BBLR dan Makrosomia. Kabupaten Lamongan pada bulan April Tahun 2011. Data penelitian diambil menggunakan kuesioner dan penelitian. Setelah ditabulasi, data dianalisis menggunakan uji koefisien kontingensi. HASIL .PENELITIAN … 1. Data Umum 1) Umur Tabel 1 Distribusi Responden Berdasarkan Umur Ibu Bersalin Di Desa Sidomlangean, Blawirejo, Tlanak, dan Kandangrejo Kecamatan Kedungpring Kabupaten Lamongan Tahun 2011 Umur Jumlah 1. 2. 3. 4. 5. < 20 tahun 20-25 tahun 25-30 tahun 30-35 tahun > 35 tahun Total 6 5 5 8 2 26 Prosentase (%) 23.1 19.2 19.2 30.8 7.7 100 Dari Tabel 1 dapat dijelaskan bahwa hampir setengah (30.8%) ibu bersalin berumur 30-35 tahun dan sebagian kecil (7.7%) ibu bersalin berumur > 35 tahun. 2) Pendidikan Terakhir Tabel 2 Distribusi Responden Berdasarkan Pendidikan Terakhir Ibu Bersalin di Desa Sidomlangean, Blawirejo, Tlanak, dan Kandangrejo Kecamatan Kedungpring Kabupaten Lamongan Tahun 2011 No. 1. 2. 3. 4. 5. METODOLOGI PENELITIAN Desain penelitian menggunakan cross sectional, dengan metode sampling simple random sampling. Sampel diambil sebanyak 26 responden yaitu ibu bersalin dan bayinya di Desa Sidomlangean, Blawirejo, Tlanak, dan Kandangrejo Kecamatan Kedungpring SURYA No. 32 Pendidikan Tidak sekolah SD/MI SLTP/Tsanawiyah SMU/Sederajat Diploma/Perguruan Tinggi Total 0 4 6 10 6 Prosentase (%) 0 15.4 23.1 38.5 23.1 26 100 Jmlh Vol.01, No.XI, Aprl 2012 Hubungan Status Gizi Ibu Dengan Berat Badan Lahir Dari Tabel 2 dapat dijelaskan bahwa hampir setengah (38.5%) ibu bersalin berpendidikan SMU/Sederajat dan tidak satupun ibu bersalin yang tidak sekolah. 5) Paritas Tabel 5 Distribusi Responden Berdasarkan Paritas di Desa Sidomlangean, Blawirejo, Tlanak, dan Kandangrejo Kecamatan Kedungpring Kabupaten Lamongan Tahun 2011 3) Pekerjaan Tabel 3 Distribusi Responden Berdasarkan Pekerjaan Ibu Bersalin di Desa Sidomlangean, Blawirejo, Tlanak, dan Kandangrejo Kecamatan Kedungpring Kabupaten Lamongan Tahun 2011 No. Pekerjaan Jumlah 1. Ibu Rumah Tangga Petani Wiraswasta Pegawai Swasta Pegawai Negeri Total 15 Prosentase (%) 57.7 1 4 3 3 26 3.8 15.4 11.5 11.5 100 2. 3. 4. 5. No . 1. 2. 3. 1. 2. 3. 4. Jumlah 2 10 11 3 26 Primipara Multipara Grandemultipara Total 13 12 1 26 Prosentase (%) 50.0 46.2 3.8 100 6) Pemeriksaan Kehamilan Tabel 6 Distribusi Responden Berdasarkan Pemeriksaan Kehamilan di Desa Sidomlangean, Blawirejo, Tlanak, dan Kandangrejo Kecamatan Kedungpring Kabupaten Lamongan Tahun 2011 4) Tinggi Badan Tabel 4 Distribusi Responden Berdasarkan Tinggi Badan Ibu Bersalin di Desa Sidomlangean, Blawirejo, Tlanak, dan Kandangrejo Kecamatan Kedungpring Kabupaten Lamongan Tahun 2011 Tinggi Badan < 150 cm 150-155 cm 155-160 cm > 160 cm Total Jmlh Dari Tabel 5 dapat dijelaskan bahwa setengah (50%) ibu primipara dan sebagian kecil (3.8%) ibu grandemultipara. Dari Tabel 3 dapat dijelaskan bahwa sebagian besar (57.7%) ibu bersalin sebagai ibu rumah tangga dan sebagian kecil (3.8%) ibu bersalin bekerja sebagai petani. No. Paritas No. 1. 2. Pemeriksaan Kehamilan ≥ 4 kali < 4 kali Total Jumlah 26 0 26 Prosentase (%) 100 0 100 Dari Tabel 6 dapat dijelaskan bahwa seluruhnya (100%) ibu memeriksakan kehamilannya ≥ 4 kali dan tidak satupun ibu memeriksakan kehamilannya < 4 kali. Prosentase (%) 7.7 38.5 42.3 11.5 100 Dari Tabel 4 dapat dijelaskan bahwa hampir setengah (42.3%) ibu bersalin mempunyai tinggi badan 155-160 cm dan sebagian kecil (7.7%) ibu bersalin mempunyai tinggi badan < 150 cm. SURYA 33 Vol.01, No.XI, Aprl 2012 Hubungan Status Gizi Ibu Dengan Berat Badan Lahir PEMBAHASAN .… .… 1. Status Gizi Ibu Berdasarkan Tabel 7 menunjukkan hampir seluruhnya status gizi ibu adalah non KEK. Banyak faktor yang mempengaruhi status gizi ibu. Salah satunya adalah pengetahuan ibu yang baik tentang gizi selama kehamilan. Pengetahuan yang baik bisa dipengaruhi oleh pendidikan. Dimana, semakin tinggi pendidikan ibu, maka semakin mudah untuk menerima informasi baru terutama tentang kebutuhan gizi selama kehamilan. Hal ini diperkuat oleh hasil penelitian pada Tabel 2, bahwa hampir setengah ibu bersalin mempunyai pendidikan SMU/Sederajat. Menurut Mubarak (2007), pendidikan berarti membimbing yang diberikan seseorang pada orang lain terhadap sesuatu hal agar mereka dapat memahami. Tidak dapat dipungkiri bahwa makin tinggi pendidikan seseorang makin mudah pula mereka menerima informasi, dan akhirnya makin banyak pula pengetahuan yang dimilikinya. Sebaliknya jika seseorang tingkat pendidikannya rendah, akan menghambat perkembangan sikap seseorang terhadap penerimaan, informasi dan nilainilai yang baru diperkenalkan. Di dalam perencanaan dan penyusunan makanan bagi ibu hamil sangat berperan penting. Banyak faktor yang mempengaruhi antara lain pengetahuan tentang gizi (Paath, Erna Francin, 2004). Selain pendidikan formal, pengetahuan ibu yang baik tentang kebutuhan gizi selama kehamilan juga dapat diperoleh pada saat pemeriksaan kehamilan (Antenatal Care/ANC) yang teratur. Konseling tentang kebutuhan gizi selama kehamilan dilakukan pada saat kunjungan awal dan setiap kunjungan ulang. Hal ini dimaksudkan agar kebutuhan gizi ibu hamil bisa dipantau. Hal ini didukung pada Tabel 6 yang menjelaskan bahwa seluruhnya ibu bersalin memeriksakan kehamilannya ≥ 4 kali. Menurut Manuaba (2007: 187), pemeriksaan kehamilan (ANC) merupakan pengupayaan observasi berencana dan teratur terhadap ibu hamil melalui pemeriksaan, pendidikan, pengawasan secara dini terhadap 2. Data Khusus 1) Status Gizi Ibu Tabel 7 Distribusi Responden Berdasarkan Status Gizi Ibu Bersalin di Desa Sidomlangean, Blawirejo, Tlanak, dan Kandangrejo Kecamatan Kedungpring Kabupaten Lamongan Tahun 2011 No. Kriteria Status Gizi Jumlah Prosentase (%) 1 2 Non KEK KEK 21 5 80.8 19.2 26 100 Total Berdasarkan Tabel 7 di atas menunjukkan bahwa dari 26 responden, diperoleh hampir seluruhnya (80.8%) status gizi ibu non KEK dan sebagian kecil (19.2%) status gizi ibu KEK. 2) Berat Badan Lahir Tabel 8 Distribusi Responden Berdasarkan Berat Badan Lahir di Desa Sidomlangean, Blawirejo, Tlanak, dan Kandangrejo Kecamatan Kedungpring Kabupaten Lamongan Tahun 2011 No. 1 2 3 Kriteria Berat Badan Lahir BBLR BBLN Makrosomia Total Jumlah 3 21 2 26 Prosentase (%) 11.5 80.8 7.7 100 Berdasarkan Tabel 8 diatas menunjukkan bahwa dari 26 responden, diperoleh hampir seluruhnya (80.8%) ibu bersalin melahirkan bayi dengan berat badan lahir normal dan sebagian kecil (7.7%) ibu bersalin melahirkan bayi makrosomia. SURYA 34 Vol.01, No.XI, Aprl 2012 Hubungan Status Gizi Ibu Dengan Berat Badan Lahir komplikasi, dan penyakit ibu yang dapat mempengaruhi kehamilan. Konseling tentang zat gizi merupakan cara yang paling efektif saat pola diet dan pola makan seorang ibu hamil berubah sedikit. Untuk mengejar kekurangan antara asupan gizi dengan kebutuhan kalori dan proteinnya, ibu hamil dianjurkan untuk mengonsumsi makanan seperti susu, selai kacang, keju, roti, dan telur. Konseling tentang gizi dilakukan dengan memotivasi ibu hamil menjalani pola dietnya dan menganjurkan ibu hamil meminum susu tambahan untuk memberi makan bayinya. Sang ibu mengetahui bahwa bayi harus disusui segera setelah dilahirkan sehingga masuk akal bagi sang ibu bahwa bayinya juga memerlukan susu sebelum dilahirkan (Varney, Hellen, 2006: 553). maka pemantauan gizi ibu hamil sangatlah penting dilakukan. Selain status gizi ibu, berat badan lahir juga dipengaruhi oleh usia ibu. Usia yang baik untuk merencanakan kehamilan adalah 20-35 tahun. Dimana pada usia ini, perkembangan organ-organ reproduksi sudah matur. Dari segi psikologis, ibu sudah siap menerima perubahan yang akan terjadi pada dirinya sehingga bisa mengontrol emosinya. Kedua hal tersebut, berpengaruh terhadap kondisi janin yang dikandung ibu. Hal ini didukung dari Tabel 1 yang menjelaskan bahwa hampir setengah ibu bersalin berumur 30-35 tahun. Menurut Mubarak (2007), usia adalah umur yang terhitung mulai saat dilahirkan sampai saat berulang tahun. Kehamilan dibawah usia 20 tahun merupakan kehamilan berisiko tinggi. Pada umur yang masih muda, perkembangan organ-organ reproduksi dan fungsi fisiologinya belum optimal. Selain itu emosi dan kejiwaannya belum cukup matang, sehingga pada saat kehamilan ibu tersebut belum dapat menanggapi kehamilannya secara sempurna dan sering terjadi komplikasi. Selain itu, kehamilan diatas usia 35 tahun juga sangat berbahaya. Ini dikarenakan pada usia ini sering muncul penyakit seperti hipertensi, tumor jinak, organ kandungan sudah menua dan jalan lahir telah kaku. Kesulitan dan bahaya yang akan terjadi pada kehamilan diatas usia 35 tahun ini adalah preeklamsia, ketuban pecah dini, perdarahan, persalinan tidak lancar, dan BBLR bahkan makrosomia (Poedji Rochjati, 2003). 2. Berat Badan Lahir Berdasarkan Tabel 8 diperoleh data hampir seluruhnya ibu bersalin melahirkan bayi dengan berat badan lahir normal. Hal ini dipengaruhi salah satunya adalah status gizi ibu. Status gizi ibu mempunyai pengaruh yang penting terhadap bayi yang akan dilahirkan. Zat gizi yang dikonsumsi ibu hamil dibutuhkan untuk perkembangan dan pertumbuhan janin selama dalam kandungan. Jika status gizi ibu KEK, maka bayi yang akan dilahirkan berisiko akan mengalami BBLR. Sebaliknya jika status gizi ibu non KEK, maka bayi yang dilahirkan kemungkinan besar berat badannya normal. Hal ini diperkuat oleh hasil penelitian pada Tabel 7, yang menunjukkan bahwa hampir seluruhnya status gizi ibu bersalin adalah non KEK. Menurut Sunita Almatsier (2004), status gizi dapat diartikan sebagai keadaan tubuh sebagai akibat konsumsi makanan dan penggunaan zat-zat gizi. Berdasarkan pengertian diatas, status gizi ibu hamil berarti keadaan sebagai akibat konsumsi makanan dan penggunaan zat-zat gizi sewaktu hamil. Status gizi ibu pada waktu pembuahan dan selama hamil dapat mempengaruhi pertumbuhan janin yang sedang dikandung (Solihin Pudjiadi, 2003). Selain itu gizi ibu hamil menentukan berat bayi yang dilahirkan, SURYA 3. Hubungan Status Gizi Ibu dengan Berat Badan Lahir Menurut hasil uji Koefisien Kontingensi dengan menggunakan Statistical Product and Service Solutions (SPSS) 16.0 for windows didapatkan p = 0,001 dimana p < 0,05 maka Ho ditolak, yang artinya terdapat hubungan yang signifikan antara status gizi ibu dengan berat badan lahir di Desa Sidomlangean, Blawirejo, Tlanak, dan Kandangrejo Kecamatan Kedungpring Kabupaten Lamongan. Yang mana, jika status gizi ibu 35 Vol.01, No.XI, Aprl 2012 Hubungan Status Gizi Ibu Dengan Berat Badan Lahir hamil baik maka bayi yang dilahirkan akan mempunyai berat badan normal. Ibu hamil yang status gizinya non KEK, akan melahirkan bayi dengan berat badan normal. Sedangkan ibu yang status gizinya KEK, berisiko melahirkan bayi dengan BBLR. Zat gizi yang dikonsumsi ibu dapat mempengaruhi kesempurnan perkembangan janin selama dalam kandungan. Dimana zat gizi tersebut disalurkan melalui plasenta kemudian berguna untuk pertumbuhan janin dan dapat berpengaruh terhadap berat badan janin pada saat dilahirkan. Hal ini didukung dari Tabel 9 yang dijelaskan bahwa hampir seluruhnya status gizi ibu non KEK melahirkan bayi dengan BBLN dan sebagian besar status gizi ibu KEK melahirkan bayi dengan BBLR. Banyak faktor yang mempengaruhi berat badan lahir. Namun, dari sekian banyak faktor, yang berperan utama adalah status gizi ibu. Status gizi adalah keadaan akibat keseimbangan antara konsumsi dan penyerapan zat gizi dan penggunaan zat-zat gizi, atau keadaan fisiologik akibat dari tersedianya zat gizi dalam seluruh tubuh. Status gizi merupakan ekspresi dari keadaan keseimbangan dalam bentuk variabel tertentu, atau perwujudan dari nutriture dalam bentuk variabel tertentu (Supariasa, I Dewa Nyoman, 2001: 18). Status gizi ibu hamil dapat mempengaruhi perubahan volume darah sehingga berpengaruh pada cardiac output. Hal ini menyebabkan perubahan aliran darah ke plasenta, yang akan menyebabkan perubahan dalam transfer zat-zat makanan. Zat-zat makanan yang ditransfer ke plasenta akan mempengaruhi pertumbuhan janin, dalam hal ini bisa mempengaruhi berat badan lahir (Soetjiningsih, 2003). Menurut Pudjiadji (2003), status gizi ibu pada waktu pembuahan dan selama hamil dapat mempengaruhi pertumbuhan janin yang sedang dikandung. Selain itu gizi ibu hamil menentukan berat bayi yang dilahirkan, maka pemantauan gizi ibu hamil sangatlah penting dilakukan. Upaya yang dapat dilakukan adalah memberikan pendidikan kesehatan pada ibu hamil tentang pentingnya nutrisi selama kehamilan, dapat mencegah SURYA terjadinya komplikasi yang disebabkan karena rendah atau tinginya status gizi. KESIMPULAN DAN SARAN. … 1. Kesimpulan 1) Hampir seluruhnya status gizi ibu baik (non KEK) di Desa Sidomlangean, Blawirejo, Tlanak, dan Kandangrejo Kecamatan Kedungpring Kabupaten Lamongan. 2) Hampir seluruhnya ibu bersalin di Desa Sidomlangean, Blawirejo, Tlanak, dan Kandangrejo Kecamatan Kedungpring Kabupaten Lamongan melahirkan bayi dengan berat badan lahir normal. 3) Ada hubungan antara Status Gizi Ibu dengan Berat Badan Lahir di Desa Sidomlangean, Blawirejo, Tlanak, dan Kandangrejo Kecamatan Kedungpring Kabupaten Lamongan. 2. Saran Diharapkan puskesmas dapat meningkatkan mutu pelayanan dengan memberikan pendidikan kesehatan terutama pada ibu hamil, misalnya tentang pentingnya keteraturan ANC selama hamil. Diharapkan hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai masukan bagi profesi keperawatan mengenai pentingnya pemantauan gizi ibu hamil, sehingga bayi yang dilahirkan berat badannya normal. Hasil penelitian ini dapat menambah wawasan ilmu pengetahuan tentang kesehatan dan dijadikan landasan bagi penelitian selanjutnya. Masyarakat terutama ibu hamil hendaknya memperhatikan kebutuhan gizi, karena dapat mempengaruhi perkembangan dan pertumbuhan janin yang dikandungnya. Selain itu, juga dapat mempengaruhi berat badan lahir. . . .DAFTAR PUSTAKA . . . Arisman. 2009. Buku Ajar Ilmu Gizi: Gizi dalam Daur Kehidupan. Jakarta: EGC. Ayu Rini. 2009. Menu Ibu Hamil Mencegah Bayi Lahir Cacat. Jakarta: Pustaka Mina. 36 Vol.01, No.XI, Aprl 2012 Hubungan Status Gizi Ibu Dengan Berat Badan Lahir Manuaba, Ida Bagus Gde. 2007. Pengantar Kuliah Obstetri. Jakarta: EGC. Bobak. 2004. Buku Ajar Keperawatan Maternitas Edisi 4. Jakarta: EGC. Mochtar, Rustam. 1998. Sinopsis Obstetri: Obstetri Fisiologi, Obstetri Patologi Edisi 2. Jakarta: EGC. Courtney Moore Mary. 2002. Buku Pedoman Diet Dan Nutrisi. Jakarta: Hipokrates. Depkes RI. 2005. Penatalaksanaan Menu Seimbang Pada Ibu Hamil. http//www.depkes.go.id. Diakses 06 Desember 2010 pukul 09.00. Nursalam. 2008. Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan Edisi 2. Jakarta: Salemba Medika. Paath, Erna Francin. 2004. Gizi dalam Kesehatan Reproduksi. Jakarta: EGC. Depkes RI. 2008. Profil Kesehatan Indonesia 2008. Jakarta: Departemen Kesehatan. Poedji Rochjati, 2003. Skrining Antenatal pada Ibu Hamil. Surabaya: Airlangga University Press. Glade Curtis. 2009. Panduan Lengkap Kehamilan Anda Dari Minggu Ke Minggu. Yogyakarta: Golden Books. Prita Muliarini. 2010. Pola Makan dan Gaya Hidup Sehat Selama Kehamilan. Yogyakarta: Nuha Medika. Hall Bonny. 2009. Sembilan Bulan Yang Menakjubkan Seri Ayah Bunda. Jakarta: PT Aspira Pemuda. Richard, E. 2000. Ilmu Kesehatan Anak Nelson Volume I. Jakarta: EGC. Hidayat, A. Alimul Aziz. 2007. Metode Penelitian Keperawatan dan Teknik Analisa Data. Jakarta: Salemba Medika. Saifuddin, A.B. 2006. Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal; Edisi 1, Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo. Iqbal Mubarak, Wahid. 2007. Promosi Kesehatan Sebuah Pengantar Proses Mengajar dalam Pendidikan. Jakarta: Graha Ilmu. Savitri Sayoga. 2007. Gizi Ibu Hamil. Jakarta: FKUI. Katie Brock. 2007. Nutrisi, Medikasi, dan Senam Kehamilan. Jakarta: PT. Prestasi Pustakaraya. Setianingrum, 2005. Hubungan antara Kenaikan Berat Badan, Lingkar Lengan Atas, dan Kadar Hemoglobin Ibu Hamil Trimester III dengan Berat Bayi Lahir di Puskesmas Ampel I Boyolali Tahun 2005. Universitas Negeri Semarang.http://digilib.unnes.ac.id/ gsdl/collect/skripsi/archives/HASH 08c/f2c75909.dir/doc.pdf. Diakses 02 Desember 2010 pukul 11:25. Lubis, Zulhaida. 2003. Status Gizi Ibu serta Pengaruhnya terhadap Bayi yang Dilahirkan. http://tumoutou.net.702-07154. Diakses 12 Desember 2010 pukul 19:00. Manuaba, Ida Bagus Gde. 1998. Ilmu Kebidanan, Pnyakit Kandungan, dan Keluarga Berencana untuk Pendidikan Bidan. Jakarta: EGC. SURYA Sitorus, 37 Ronald H. 1999. Pedoman Perawatan Kesehatan Ibu dan Janin Selama Kehamilan. Bandung: CV. Pionir Jaya Bandung. Vol.01, No.XI, Aprl 2012 Hubungan Status Gizi Ibu Dengan Berat Badan Lahir Suharsimi Arikunto. 2006. Prosedur Penelitian. Jakarta: Rhineka Cipta. Sjahmin Moehji. 2003. Ilmu Gizi II : Penanggulangan Gizi Buruk. Jakarta: Papas Sinar Sinanti Bhratara. Sunita Almatsier. 2001. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama. Soekidjo Notoatmodjo. 2005. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta. Supariasa, I Dewa Nyoman. 2001. Penilaian Status Gizi. Jakarta: EGC. Soekidjo Notoatmodjo. 2007. Kesehatan Masyarakat: Ilmu dan Seni. Jakarta: Rineka Cipta. Surasmi, Asrining. 2003. Perawatan Bayi Resiko Tinggi. Jakarta: EGC. Sylviati. 2008. Buku Ajar Neonatologi. Jakarta: Badan Penerbit IDAI. Soetjiningsih. 2003. Tumbuh Kembang Anak. Jakarta: EGC. Varney, Hellen. 2006. Buku Ajar Asuhan Kebidanan; Volume 1. Jakarta: EGC. Solihin Pudjiadji. 2003. Ilmu Gizi Klinis pada Anak. Jakarta: Balai Penerbit FKUI. Wiknjosastro, Hanifa. 2005. Ilmu Kebidanan. Jakarta: YBP-SP. SURYA 38 Vol.01, No.XI, Aprl 2012