Vektor dan Aplikasi Rangkaian Listrik Hukum Kirchoff FISIKA MATEMATIKA 1 Anggota Kelompok : 1. 2. 3. 4. 5. Annida Melia Zulika Arshinta Eka Putri Devis Maredona Indah Budiningtyah Intan Septiani Rosa 1101135002 1101135003 1101135030 1101135010 1101135011 PENDIDIKAN FISIKA FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PROF. DR. HAMKA 2013 VEKTOR Vektor didefinisikan sebagai besaran yang memiliki arah. Kecepatan, gaya dan pergeseran merupakan contoh – contoh dari vektor karena semuanya memiliki besar dan arah walaupun untuk kecepatan arahnya hanya positif dan negatif. Vektor dikatakan berada di ruang – n ( Rn) jika vektor tersebut mengandung n komponen. Jika vektor bearada di R2maka dikatakan vektor berada di bidang, sedangkan jika vektor berada di R3maka dikatakan vektor berada di ruang. Secara geometris, di bidang dan di ruang vektor merupakan segmen garis berarah yang memiliki titik awal dan titik akhir. Vektor biasa dinotasikan dengan huruf kecil tebal atau huruf kecil dengan ruas garis. Contoh 1: Dari gambar diatas terlihat beberapa segmen garis berarah ( vektor ) seperti ฬ ฬ ฬ ฬ ๐ด๐ต , ฬ ฬ ฬ ฬ ๐ด๐ถ dan ฬ ฬ ฬ ฬ ๐ด๐ท dengan A disebut sebagai titik awal , sedangkan titik B, C dan D disebut titik akhir. Vektor posisi didefinisikan sebagai vektor yang memiliki titik awal O ( untukvektor di bidang , titik O adalah ( 0,0 )). Vektor dinyatakan dengan : 1. 1 Matriks satu kolam-Vektor kolam ๐ฬ = [2]. 4 2. Matriks satu baris- Vektor baris ๐ฬ = [1 2 4]. Untuk selanjutnya bila disebut vektor yang dimaksud Vektor Kolom. 1 Contoh : ๐ฬ = [2] mempunyai 3 komponen. 4 ๐ฆฬ = [2 4] mempuyai 2 komponen. ๐11 ๐11 Secara Umum = [ โฎ ] ๐๐1 A. Geometri dan Notasi Vektor Penampilan vektor secara geometri dapat digambarkan pada sebuah panah yang ditarik pada sebuah titik (A) ke titik yang lain (B). Panjang antra A dan B ini disebut besar vektor dan arah garis yang ditarik dari A ka B dikatakan arah vektor tersebut. Titk awal vektor (A) disebut titik tangkap atau titik awal atau titik asal dan titik B disebut titik terminal atau titik terminus. A B A B Pernyataan vektor ini biasanya dinotasikan pada sebuah huruf yang ditebalkan atau diatasnya diberi tanda panah โโโ ๐น dibaca vektor F yang โโโ | atau F. Vektor dapat juga ditampilakan sebagai dua huruf, mempunyai|๐น โโโโโโ ) artinya vektor ini mempunyai panjang arah AB dan arahnya dari A (๐ด๐ต ke B. โโโโโ ) maka Jika kita mempunyai vektor yang ditarik dari B ke A, (๐ต๐ด vektor ini mempunyai besar adalah panjang BA (sama dengan panjang AB) dan arahnya dari B ke A. Mari kita bandingkan vektor AB dan BA ini. Kedua vektor mempunyai besar sama tetapi arahnya berlawanan, โโโโโโ โโโโโ . ๐ด๐ต = −๐ต๐ด โโโ = ๐ต โโโ jika besar vektor A dan B Sekarang kita dapat ,mengatakan ๐ด sama dan arahnya sama. Dari pernyataan ini, kita dapat mengatakan bahwa sebuah vektor A tidak berubah jika vektor A dipindahkan, asalkan arahnya tetap searah dengan arah mula-mula. โโโ = −๐ต โโโ berarti besar vektor A sama denganbesar vektor B tapi ๐ด โโโ = ๐ ๐ต โโโ , dengan konstata, berarti vektor A besarnya arahnya berlawanan. ๐ด k kali besar vektor B dan arahnya akan sama jika k> 0 dan arahnya akan berlawanan jika k< 0. Jadi dapat kita katakan, jika sebuah skalar k dikalikan dengan sebuah vektor, hasil yang didapat adalah sebuah vektor yang besarnya k kali vektor mula-mula. โโโ −๐ต โโโ โโโ ๐ด = −๐ต B. Vektor Satuan dan Vektor Nol Jika sebuah vektor A dibagi dengan besarnya ๐ด |๐ด| = ๐ด ๐ด diperoleh sebuah vektor yang besarnya satu dan arahnya searah vektor A, vektor ini disebut vektor satuan atau unit vektor. Vektor satuan dari vektor A biasa dinotasikan sebagai ๐ฬ , ๐ฬ = ๐ด |๐ด| = ๐ด ๐ด Untuk vektor yang vesarnya nol disebut vektor nol, yaitu vektor yamg besarnya nol dan arahnya dapat kita buat sendiri sesuai dengan keperluan diberi notasi ๐. 1.1 OPERASI-OPERASI PADA VEKTOR A. Penjumlahan Vektor Misalkan ( ๐ขฬ dan ๐ฃฬ ) adalah vektor – vektor yang berada di ruang yang sama, maka vektor ( ๐ขฬ + ๐ฃฬ ) didefinisikan sebagai vektor yang titik awalnya =titik awal u dan titik akhirnya = titik akhir v . Contoh 2 Perhatikan gambar. Misalkan ๐ขฬ = ฬ ฬ ฬ ฬ ๐ด๐ต dan ๐ฃฬ = ฬ ฬ ฬ ฬ ๐ต๐ถ , jikavektordidefinisikan sebagai ๐ค ฬ = ๐ขฬ + ๐ฃฬ , maka w akan memiliki titik awal= A dan titik terakhir = C, jadi w merupakan segmen garis berarah ฬ ฬ ฬ ฬ . ๐ด๐ถ Penjumlahan vektor = ๐ฬ = [๐๐1] dan ๐ฬ = [๐๐1] 2 2 ๐ Maka ๐ฬ + ๐ฬ = [ 1+๐1 ] ๐2+ ๐2 โโโ + ๐ต โโโ โโโ = ๐ต โโโ + ๐ด Hukum Komulatif : ๐ด Hukum Assosiatif : โโโ ๐ด + ( โโโ ๐ต + โโโ ๐ถ ) =( โโโ ๐ด + โโโ ๐ต ) + โโโ ๐ถ B. Perkalian Vektor dengan Skalar Vektor nol didefinisikan sebagai vektor yang memiliki panjang =0.Misalkan ๐ขฬ vektor tak nol dan k adalah skalar , k ∈R . Perkalian vektor ๐ขฬ dengan skalar k , k๐ขฬ didefinisikan sebagai vektor yang panjangnyaโ๐ขฬ โkali panjang ๐ขฬ dengan arah : Jika k > 0 →searah dengan ๐ขฬ Jika k < 0 →berlawanan arah dengan ๐ขฬ Contoh 3 ๐ข1 ๐ข1 ๐๐ข ๐ขฬ = [๐ข ] maka k๐ขฬ = ๐ [๐ข ] = [ 1 ] ๐๐ข2 2 2 ๐ขฬ = [๐ข1 , ๐ข2 ] maka k๐ขฬ = ๐ [๐ข1 , ๐ข2 2] = [๐๐ข1 , ๐๐ข2 ] C. Perhitungan Vektor Diketahui a dan b vektor–vektor di ruang yang komponen– komponennyaadalah ๐ฬ = (๐1 ,๐2 , ๐3 ) dan ๐ฬ = (๐1 ,๐2 , ๐3 ). Maka : ๐ฬ + ๐ฬ = (๐1 +๐1 , ๐1 +๐2 ,๐3 +๐3 ) ๐ฬ ๏ญ๏ ๐ฬ = (๐1 -๐1 , ๐1 -๐2 ,๐3 -๐3 ) k . ๐ฬ = ( k๐1 , k๐2 , k๐3 ) Jika ฬ ๐ = AB kemudian titik koordinat A = (๐1 ,๐2 , ๐3 ) dan B = (๐1 ,๐2 , ๐3 ) maka ฬ ๐ = (๐1 ๏ญ๏ ๐1 , ๐2 ๏ญ๏ ๐2 , ๐3 ๏ญ๏ ๐3 ) 1.2 SISTEM KOORDINAT KARTESIAN Pada sistem koordinat kartesian, kita hendakanya selalu memakai sisitem sumbunya sesuai denagan aturan tanagn kanan yaitu dari sumbi x berputar arah lawan jarum jam ke sumbu y positif dan ibu jari menujukan arah sumbu z negatif. Vektor satuan dengan titik lengkapanya di (0,0.0) yang searah dengan sumbu x positif, sumbu y positif dan sumbu z positif, masing-masing diberi notasi dengan๐ฬ, ๐ฬ, ๐ฬ . y y ๐ฬ ๐ฬ ๐ฬ ๐ฬ x ๐ฬ x Selanjutnya kita perkenalkan pula vektor posisi yaitu vektor yang mempunyai titik tangkap di titik asal (0,0) ke titik (x,y) pada bidang (dua dimensi) atau dari (0,0,0) ke titik di (x,y,z) dalam ruang (tiga dimensi). Atau vektor posisi adalah vektor yang menujukan atau memberikan informasi tentang posisi sebuah benda atau obyek. Vektor posisi ini bisa diberi notasi ๐atau ๐ โ dan dapat dinyatakan dalam komponen-komponen yang sejajar dengan sumbu x, sumbu y dan sumbu z. ๐ = ๐ฅ๐ฬ + ๐ฆ๐ฬ๐๐ก๐๐ข ๐ = (๐ฅ, ๐ฆ) pada bidang besar r = √๐ฅ² + ๐ฆ² ๐ = ๐ฅ๐ฬ + ๐ฆ๐ฬ + ๐ง๐ฬ ๐๐ก๐๐ข ๐ = (๐ฅ, ๐ฆ, ๐ง) pada bidang besar r=√๐ฅ² + ๐ฆ² + ๐ง² y y ๐ฬ ๐ฬ ๐ฬ ๐ฬ x ๐ฬ ๐ฬ x Jika ๐ผ, ๐ฝ, ๐พmasing-masing antara vektor posisi (๐) dengan sumbu x,y dan z. Maka ๐ฅ ๐ฆ ๐ง cos ๐ผ = , cos ๐ฝ = , cos ๐พ = ๐ ๐ ๐ Secara umum kita dapat mengatakan bahwa sebuah vektor dapat diuraikan menjadi komponen-komponen vektor yang searah dengan sumbu x, sumbu y dan sumbu z. Misalkan sebuah vektor : ๐ด = ๐ดx ๐ฬ+Ay๐ฬ+Az๐ฬ atau ๐ด = ๐ดx+Ay+Az Dengan ๐ด = ๐ดx+Ay+Az adalah komponen vektor A pada sumbu x,y dan z. Oleh sebab itu, penjumlahan vektor dapat kita lakukan dengan menjumlahkan setiap komponennya. ๐ด = ๐ดx ๐ฬ+Ay๐ฬ+Az๐ฬ โ = ๐ตx ๐ฬ+By๐ฬ+Bz๐ฬ dan ๐ต โ = (๐ดx +๐ตx)๐ฬ+(Ay+By)๐ฬ+(Az+Bz)๐ฬ ๐ด+๐ต 1.3 HASIL KALI TITIK , PANJANG VEKTOR DAN JARAK ANTARA DUA VEKTOR A. Hasil Kali Titik Dua Vektor Jika Diketahui Komponennya Diketahui ๐ฬ = (๐1 ,๐2 , ๐3 ) dan ๐ฬ = (๐1 ,๐2 , ๐3 ) , Hasil kali titik antara vektor ๐ฬ dan ๐ฬ didefinisikan sebagai : ๐ฬ . ๐ฬ =(๐1 .๐1 )+ (๐2 .๐1 ) +(๐3 .๐3 ) B. Hasil Kali Titik Dua Vektor Jika Diketahui Panjang Vektor dan Sudut Antara Dua Vektor Diketahui ๐ฬ ๐๐๐ ๐ฬ dua buah vektor yang memiliki panjang berturut – turut โ๐ฬ โ dan โ๐ฬ โ sedangkan sudut yang dibentuk oleh kedua vektor adalah ๐, sudut ๐, ini terbentuk dengan cara menggambarkan kedua vektor pada titik awal yang sama. Hasil kali titik antara vektor๐ฬ dan ๐ฬ didefinisikan sebagai : ๐ฬ . ๐ฬ = โ๐ฬ โโ๐ฬ โcos ๐๏ ,๐๏ ∈๏ [ 0,๐๏ ] atau ๐ฬ . ๐ฬ = ab cos ๐๏ (dibaca dot B) dan ๐๏ adalah dudut diantara dua vektor. Jadi hasil kali titik dua buah vektor berupa skalar. Dengan mengetahui besarnya ๐๏ , akan diketahui apakah hasil kali titik akanbernilai positif atau negatif a . b ๏พ๏ 0↔๏ ๐lancip , 0 ๏ค๏ ๐๏ ๏ผ๏ 90o a . b = 0 ↔๏ ๐= 90o, ๐ฬ ๐๐๐ ๐ฬ saling tegak lurus a . b ๏ผ๏ 0 ↔๏ ๐tumpul, 90o ๏ผ๏ ๐๏ ๏ค๏ 180o Dari perkalian dot ini, dapat mancari sudut ๐๏ sebagai berikut : Cos ๐๏ : โโโ โ ๐ด.๐ต โ| |๐ด||๐ต = โโโ โ ๐ด.๐ต ๐ด๐ต Sekarang lihat perkalian dot ini โ ๐ต ๐ ๐ด โโโ ๐ต โ = โโโ ๐ด. ๐ต. ๐ด karena dua perkalian dot ini merupakan perkalian skalar yang sama yaitu perkalian besar vektor A, besar vektor B dan cosinus sudut diantar kedua vektor. Perkalian dot antara vektor-vektor satuan dapat ditentukan sebagai berikut : ๐.ฬ ๐ฬ = ๐ฬ. ๐ฬ = ๐ฬ . ๐ฬ = |1||1| cos 0° = 1 ๐.ฬ ๐ฬ = ๐ฬ. ๐ฬ = ๐ฬ . ๐ฬ = |1||1| cos 90° = 0 โ = ๐ตx ๐ฬ+By๐ฬ+Bz๐ฬ ๐ด = ๐ดx ๐ฬ+Ay๐ฬ+Az๐ฬ dan ๐ต Maka hasil perkalian dot kedua vektor ini adalah โ = (๐ดx ๐ฬ+Ay๐ฬ+Az๐ฬ) . (๐ตx ๐ฬ+By๐ฬ+Bz๐ฬ)= ๐ดx ๐ตx+AyBy+AzBz ๐ด. ๐ต โ = Ax Bx+AyBy+AzBz ๐ด. ๐ต Jadi, hasil perkalian dot dari dua vektor yang sama misalnya vektor A adalah : ๐ด. ๐ด = ๐ดx ๐ดx+AyAy+AzAz = ๐ดx2+Ay2+Az2= A2 Dari definisi dot diperoleh: โ maka ๐ด. ๐ต โ = 0 atau Ax Bx+AyBy+AzBz = 0 1. ๐ด ๐ต Ax Ay Az โ maka = = komponen ๐ต โ =0 2. ๐ด//๐ต Bx By Bz Pada perkalian dot ini berlaku hukum : โโโ ๐ต โ = โโโ Komutatif = ๐ด. ๐ต. ๐ด โโโ (๐ต โโโ ๐ต โโโ ๐ถ โ + ๐ถ ) = ๐ด. โ + ๐ด. Distributif = ๐ด. C. Perkalian Dua Vektor Menghasilkan Vektor Jika vektor A dikalikan dengan vektor B dengan tanda perkalian silang (cross) disebut perkalian silang atau crooss product yang hasilnya adalah sebuah vektor. โ = sin ๐ ๐ฬ ๐ด๐ฅ๐ต (baca A cross B), ๐ adalah sudut diantara kedua vektor ๐ฬ adalah vektor โ terletak. satuan yang tegak lurus terhadap bidang dimana vektor ๐ด๐๐๐ ๐ต โ | sin ๐ dan arahnya Vektor hasil perkalian ini mempunyai besar |๐ด||๐ต tegak lurus terhadap bidang dimana kedua vektor A,B. Arahnya menuju keatas atau kebawah bidang, mengikuti aturan sekerup atau kaidah tanagn kanan. ๐ดฬ๐ฅ๐ตฬ ๐ดฬ ๐ตฬ ๐ตฬ ๐ฅ๐ดฬ Jika vektor A dan vektor B msding-masing โ = ๐ตx ๐ฬ+By๐ฬ+Bz๐ฬ ๐ด = ๐ดx ๐ฬ+Ay๐ฬ+Az๐ฬ dan ๐ต Maka perkalian crossnya dapat ditampilkan dalam bentuk determinan, ฬ ๐ฬ ๐ฬ ๐ ฬ ฬ ๐ด๐ฅ๐ต= |๐ด๐ฅ ๐ด๐ฆ ๐ด๐ง | ๐ต๐ฅ ๐ต๐ฆ ๐ต๐ง Hasil perkalian cross ini dapat dikalikan dengan debuah skalar menghasilkan vektor yang serarah dengan vektor hasil perkalian cross dan letak skalar ini bolehdimana saja asal tidak diberi tanda perkalain dot atau cross. ๐๐ดฬ๐ฅ๐ตฬ = ๐ดฬ๐ฅ ๐ ๐ตฬ = ๐(๐ดฬ๐ฅ๐ตฬ ) Dari definisi cross ini kita dapat menyatakan bahwa : โโโ ๐ด Anti Komutatif 1. ๐ดฬ๐ฅ๐ตฬ = ๐ต. 2. ๐ดฬ๐ฅ๐ตฬ = 0 Jika ๐ดฬ//๐ตฬ โ | maksimum ๐ด๐ต โ 3. |๐ด||๐ต D. Panjang (Norm) =Vektor dan Jarak Antara Dua Vektor Dengan menggunakan operasi hasil kali titik jika diketahui komponen ๐ฬ = (๐1 ,๐2 , ๐3 ) didapatkan bahwa ๐ฬ . ๐ฬ = ๐1 2+๐2 2+๐3 2 ... (1) Dari definisi hasil kali titik lainnya , didapatkan bahwa ๐ฬ . ๐ฬ = โ๐ฬ โโ๐ฬ โcos 0 ….(2) Dalam hal ini sudut antara a dan a pastilah bernilai 0 karena keduanya saling berhimpit. Dari persamaan 1 dan 2 , didapatkan persamaan berikut : โ๐ฬ โ2 = ๐ฬ . ๐ฬ → โ๐ฬ โ = (๐ฬ . ๐ฬ )1/2 = √๐1 ² + ๐2 ² + ๐3 ² E. Jarak Antara Dua Vektor Jarak antara vektor a dan b didefinisikan sebagai panjang dari vektor (๐ฬ − ๐ฬ ) dan biasa dinotasikan dengan d (๐ฬ , ๐ฬ ). d ( ๐ฬ , ๐ฬ ).= (๐ฬ − ๐ฬ . ๐ฬ − ๐ฬ )1/2=√(๐1− ๐1 )2 + (๐2 − ๐2 )² + (๐3− − ๐3 ² Secara geometris , dapat digambarkan seperti berikut ini Misalkan ๐ฬ = AC dan ๐ฬ = ฬ ฬ ฬ ฬ ๐ด๐ต , maka jarak antara ๐ ฬ dan ๐ฬ merupakan ฬ ฬ ฬ ฬ panjangdari ruas garis berarah ๐ต๐ถ 1.4 GARIS DAN BIDANG A. Persamaan Garis Untuk menentukan persamaan garis yang melalui titik P (xo.yo.zo) dantitik Q(x,y,z) dapat dilakukan dengan cara menarik garis lurus dari titik P ke Q. Vektor PQ dapat dituliskan dalam komponennya, PQ=(x- xo)๐ฬ+(y- yo)๐ฬ+(z- zo)๐ฬ Perhatikan gambar dibawah ini : ๐ด ๐0 P (xo.yo.zo) Q (x.y.z) ๐ ๐ด = ๐๐ฬ + ๐๐ฬ + ๐๐งฬ Vektor posisi ๐ adalah vektor dari (0,0,0) ke titik Q(x,y,z) dan vektor posisi ๐o adalah vektor dari (0,0,0) ke titik P (xo.yo.zo). Dengan menggunakam pengurangan vektor diperoleh : โโโโโ = ๐ − ๐o ๐๐ โโโโโ = (x- xo)๐ฬ+(y- yo)๐ฬ+(z- zo)๐ฬ ๐๐ Jika garis PQ ini sejajar dengan sebuah vektor yang diketahui misalnya vektor ๐ด = ๐๐ฬ + ๐๐ฬ + ๐๐ฬ maka kita dapat mengatakan bahwa garis ini merupakan kelipatan dari vektor ๐ด. Jadi dapat dituliskan : โโโโโ ๐๐ = ๐ก๐ด, ๐ − ๐o= ๐ก๐ด (x- xo)๐ฬ+( x- xo)๐ฬ+(z- zo)๐ฬ = ta๐ฬ+tb๐ฬ+tc๐ฬ Dengan t parameter Jika dua buah vektor sama besar berarti komponen dari vektor satuan yang sejenis pada kedua ruas persamaan akan sama besarnya, sehingga diperoleh persamaan ๐ − ๐o = ๐ก๐ด → ๐o + ๐ด t Atau x- xo = ta, y- yo=tb, z-zo =tc Persamaan ini disebut persamaan garis parametrik. Persamaan parametris ini dapat pula dituliskan dalam bentuk lain, yaitu: ๐ฅ − ๐ฅ๐ ๐ฆ − ๐ฆ๐ ๐ง − ๐ง๐ = = ๐ ๐ ๐ Persamaan garis yang baru ini disebut persamaan garis simetrik. Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa kita dapat membuat sebuah persamaan garis jika kita mengetahui sebuah titik (xo.yo.zo) yang dilewati garis tersebut dan sebuah vektor ๐ด = ๐๐ฬ + ๐๐ฬ + ๐๐ฬ yang arahnya sejajar dengan garis tersebut. B. Persamaan Bidang Untuk menentukan persamaan bidang dimana titik P (xo.yo.zo) terletak โ = ๐๐ฬ+b๐ฬ+c๐ฬ, dapat pada bidang dan mempunyai vektor normal ๐ dilakukan dengan cara menarik garis lurus dari titik P ke Q(x,y,z) yang ju terletak pada bidang. Vektor PQ dapat dituliskan dalam komponennya โโโโโ ๐๐ = ๐ − ๐o โโโโโ = (x- xo)๐ฬ+(y- yo)๐ฬ+(z- zo)๐ฬ ๐๐ Perhatikan gambar dibawah ini : โ dan Vektor yang tegak lurus terhadap sebuah bidang diberi notasi ๐ disebut vektor normal dari bidang ๐โ disebut vektor normal satuan. Karena โ ini tegak lurus pada bidang maka vektor ๐ โ ini tegak lurus pula vektor ๐ โ โโโโโ terhadap semua garis yang terletak pada bidang. Jadi ๐ ๐๐ atau โโโโโ = 0 โ . ๐๐ ๐ โ = ๐๐ฬ+b๐ฬ+c๐ฬmaka Jika ๐ (๐๐ฬ+b๐ฬ+c๐ฬ).[(๐ฅ − ๐ฅ๐)๐ฬ + (๐ฆ − ๐ฆ๐)๐ฬ + (๐ง − ๐ง๐)๐ฬ] = 0 a(x-xo)+b(y- yo)+c(z+ zo) = 0 persamaan ini disebut persamaan bidang yang memounyai vektor โ = ๐๐ฬ+b๐ฬ+c๐ฬ dan salah satu titik yang terletak pada bidang normal ๐ tersebut adalah (xo.yo.zo). Jadi persamaan suatu bidang dapat ditentukan jika diketahui vektor normalnya serta salah satu titik bidang tersebut. 1.5 PERKALIAN TIGA VEKTOR A. Perkalian Tiga Vektor yang Menghasilkan Skalar โ ๐ฅ โโโ Perkalian tiga vektor โโโ ๐ด . (๐ต ๐ถ ) yang menghasilkan sklar dapat ditulis sebagai, โโโ . (๐ต โโโ ) = ๐ต โโโ ๐ฅ๐ด) = ๐ถ . (๐ด โโโ ๐ฅ ๐ต โ ๐ฅ๐ถ โโโ . (๐ถ โ) ๐ด ๐ด๐ฅ โโโ โโโ โ ๐ด . (๐ต ๐ฅ ๐ถ ) = |๐ต๐ฅ ๐ถ๐ฅ ๐ด๐ฆ ๐ต๐ฆ ๐ถ๐ฆ ๐ด๐ฅ ๐ต๐ฅ | ๐ถ๐ฅ B. Perkalian Tiga Vektor yang Menghasilkan Vektor Perkalian tiga vektor โโโ ๐ด , โโโ ๐ต , โโโ ๐ถ yang menghasilkan vektor dapat dinyatakan sebagai : โโโ โโโ ๐ฅ๐ด)๐ต โโโ ๐ฅ ๐ต โ ๐ฅ โโโ โโโ − (๐ด โ )๐ถ ๐ด ๐ฅ(๐ต ๐ถ ) = (๐ถ โโโ ๐ฅ(๐ต โโโ ) diperoleh hasil cross vektor ๐ด โโโ dengan vektor yang โ ๐ฅ๐ถ Pada ๐ด โโโ ). Untuk perkalian ๐ด โโโ ๐ฅ(๐ต โโโ ) diperoleh vektor hasil โ ๐ฅ๐ถ โ ๐ฅ๐ถ dihasilkan (๐ต โโโ ๐ฅ ๐ต โ ) dengan vektor ๐ถ .Jadi tanda kurung pada perkalian tiga perkalian (๐ด vektor perlu dituliskan karena arah vektor yang dihasilkan dari perkalian tiga vektor ditentukan oleh vektor yang sama terlebih dahulu di crosskan. 1.6 PROYEKSI ORTOGHONAL Diketahui vektor a dan b adalah vektor – vektor pada ruang yang sama seperti terlihat pada gambar dibawah ini : Vektor ๐ฬ disusun dari dua vektor yang saling tegak lurus yaitu ๐ค ฬ ฬ ฬ ฬ 1 dan ๐ค2 ฬ ฬ ฬ ฬ ,jadi dapat dituliskan ๐ฬ = ๐ค ฬ ฬ ฬ 1ฬ + ฬ ฬ ฬ ฬ ๐ค2 ,Dari proses pembentukannya ๐ค ฬ ฬ ฬ ฬ juga 1 disebut sebagai vektor proyeksi orthogonal ๐ฬ terhadap ฬ ๐karena merupakan hasil proyeksi secara orthogonal vektor ๐ฬ terhadap ฬ ๐, sedangkan ฬ ฬ ฬ ฬ disebut ๐ค2 sebagai komponen dari ๐ฬ yang tegak lurus terhadap ฬ ๐. Karena w1 merupakan hasil proyeksi di b maka dapat dituliskan ๐ค ฬ ฬ ฬ 1ฬ = k ฬ ๐,nilai k ini akan menentukan arah dan panjang dari ๐ค ฬ ฬ ฬ 1ฬ . Jika sudut antara ๐ฬ dan ฬ ๐, adalah tumpul , maka tentunya nilai k akan negatif ini juga berarti arah๐ค ฬ ฬ ฬ ฬ 1 akan berlawanan dengan arah ฬ ๐. A. Menghitung ๐ค ฬ ฬ ฬ 1ฬ Untuk menghitung ๐ค ฬ ฬ ฬ 1ฬ , harus dihitung terlebih dahulu nilai k. Dengan menggunakan aturan hasil kali titik , diperoleh : ๐ฬ . ฬ ๐ = (๐ค ฬ ฬ ฬ 1ฬ + ฬ ฬ ฬ ฬ ๐ค2 ) . ฬ ๐ ฬ ๐โ(karena ฬ ฬ ฬ ฬ = โ๐ค ฬ ฬ ฬ ฬ โโ ๐ค2 dan ฬ ๐saling tegak lurus maka ๐ค1.b = 0) 1 ฬ ๐โ cos ๐ = โ๐ค ฬ ฬ ฬ ฬ โโ 1 = โ๐ ฬ ๐ โโ ฬ ๐โ cos ๐ (sudut yang dibentuk adalah 0 atau 180 ) ๐ฬ . ฬ ๐ Jadi ๐ = ฬ โ ๐โ² ฬ ๐ฬ . ๐ ๐ค ฬ ฬ ฬ 1ฬ = k ฬ ๐ = โ ฬ โ² ฬ ๐ dan ฬ ฬ ฬ ฬ ๐ค2 = ๐ฬ − ๐ค ฬ ฬ ฬ 1ฬ ๐ ๐ฬ . ฬ ๐ Panjang dari ๐ค ฬ ฬ ฬ ฬ 1 adalah ฬ โ ๐โ 1.7 Nilai Eigen dan Vektor Eigen Sering kali dalam percakapan matriks pada persoalan fisika, kita jumpai persamaan dalam bentuk Ax = ๐x Dengan A = aij adalah matriks bujur sangkar berorde (n) dan λ adalah suatu bilangan (skalar). Untuk solusu trival x=0 berapapun harga ๐akan memenuhi, dan biasanya solusi ini tidak banyak gunanya dalam fisika. Untuk solusi non-trival, yaitu x≠0, harga ๐ yang memenuhi persamaan tersebut disebut nilai eigen, atau nilai karakteristik dari matriks A dan solusi yang bersesuaian dengan persamaan yang diberikan Ax = ๐x disebut vektor eigen atau vektor karakteristik dari A. Bila persamaan tersebut dinyatakan dalam bentuk sistem persamaan yang terpisah, kita peroleh. a11 a12 a13โฏ a1n1 a11 a12 a13โฏ a1n1 โฎ โฎโฎ An1 an2 x1 x1 x2 โฎโฎ โฎ an3โฏ ann xn = ๐ x2 xn Atau a11x1+a12x2+a13x3+ โฏ+a1nxn = ๐x1 a21x1+a22x2+a23x3+ โฏ+a2nxn = ๐x2 a31x1+a32x2+a33x3+ โฏ+a3nxn = ๐x3 โฎ โฎโฎ โฎโฎ An1x1+an2x2+an3x3+ โฏ+anmxn = ๐x1 Bila ruas kanan dipindah ke ruas kiri, persamaannya menjadi (a11-๐)x1 + a12x2 + a13x3 + โฏ +a1nxn =0 a21x1+ (a22-๐)x2 + a23x3 + โฏ + a1nxn =0 โฎ an1x1 โฎโฎ +an2x2 โฎโฎ +an3x3 + โฏ+ (anm-๐)xn = 0 a12 a13 atau (a11-๐) |๐ด − ๐I|= a21 โฎ โฎโฎ A31 (a22-๐) โฎ a32an2 โฎ โฏ(anm-๐) Jadi, Ax = ๐x โฏ a12 a1n โฏa2n Jika ruas kanan dipindahkan ruas kiri didapat, (A-๐I)x=0 Perhatikan bahwa kita telah menyisipkan matriks satuan kedalam persamaannya karena matriks hanya bisa dikurangi dengan matriks lagi. Agar sistem persamaan linier homogen ini (yaitu semua konstantadi ruas kanan sama dengan nol) mempunyai solusi non-trival, maka haruslah : |๐ด − ๐I| |๐ด − ๐I| disebut determinan karakteristik dari A, dan atau disebut persamaan karakteristiknya. Dengan menjabarrkan determinan tersebut, akan kita peroleh sebuah palinomial berderajat n dan pemecahan karakteristiknya meberikan harga ๐ yaitu nilai eigen dari A. 1.8 Beberapa Teorema Mengenai Kombinasi Linier Misalkan V adalah ruang vektor atas F dan S himpunan bagian V. Kombinasi linear(linear combination) dari S adalah jumlahan berhingga yang berbentuk a1v1 + a2v2 … + anvn dengan ai F dan viS, i=1,2,…,n. Contoh : Misalkan S = {(1, 3, 1) , (2, 0, -1)}. Tentu S Ì Â3 ๏ท Kombinasi linear dari S di antaranya adalah : 2 (1, 3, 1) + 1 (2, 0, -1) = (4, 6, 1) 1 (1, 3, 1) + 0 (2, 0, -1) = (1, 3, 1) ๏ท (4, -6, -6) adalah kombinasi linear dari S sebab (4, -6, -6) = (-2) (1, 3, 1) + 4 (2, 0, -1) ๏ท (3, 1, 2) bukanlah kombinasi linear dari S, sebab tidak ada bilangan real a dan b sehingga (3, 1, 2) = a (1, 3, 1) + b (2, 0, -1). Hal ini dijelaskan sebagai berikut : Andaikan (3, 1, 2) = a (1, 3, 1) + b (2, 0, -1) = (a + 2b, 3a, 2a-b). Ini berarti a+2b=3, 3a = 1, dan 2a – b = 2. Padahal tidak ada bilangan real yang memenuhi ketiga persamaan terakhir. Misalkan dipunyai vektor-vektor v1 , v2 , … , vn V. Kombinasi linear dari vektor-vektor tersebut antara lain a1v1 + a2v2 … + anvn , b1v1 + b2v2 … + bnvn , g1v1 + g2v2 … + gnvn dengan ai , bi , gi adalah skalarskalar untuk i = 1, 2, .. , n. Kombinasi linear tersebut merupakan vektorvektor dalam V (mengapa ?). Jumlahan dua kombinasi linear dari v1 , v2 , … , vn juga merupakan kombinasi linear dari v1, v2, … , vn , demikian juga sebarang kombinasi linear dari v1, v2, …,vn apabila dikalikan dengan sebarang skalar juga merupakan kombinasi linear dari v1, v2 , … , vn (mengapa?). Akibatnya jika semua kombinasi linear tersebut dikumpulkan dalam satu himpunan, maka himpunan yang terbentuk akan merupakan ruang bagian dari ruang vektor V. Hal ini diberikan dalam teorema berikut ini. 1.8 Vektor dalam Persoalan Fisika Berikut ini diberikan beberapa contoh sederhana penggunaan analisa vektor dalam persoalan Fisika yang sering dijumpai. • Posisi suatu benda pada saat t = 0 dinyatakan dengan r0 = 2i−3j+k. Dalam selang waktu โt = 3 s perpindahan yang dialami benda adalah โr = −3i + 4j + 2k, maka posisi benda pada saat t = 3 s adalah r(t = 3) = r0 + โr = (2i − 3j + k) + (−3i + 4j + 2k) = −i + j + 3k ๏ท Sebuah gaya F = i + 3j bekerja pada benda sehingga benda bergerak lurus sejauh 2 m sepanjang sumbu x. Besar usaha yang oleh gaya F terhadap benda adalah W=F·r = (i + 3j) · (2i) = 2 joule Sudut antara gaya F dengan arah perpindahan adalah cos ๐ = = = ๐น. ๐ |๐น||๐| 2 (√12 2 2√10 = ๐๐๐๐๐๐ ( + 32 )(√22 ) = 1 √10 10 1 √10) 10 ๏ท Benda titik bermassa m = 2 kg bergerak sepanjang garis y = 2x + 3 dalam arah kuadran satu pada bidang koordinat xy dengan laju v = 3 m/s. Arah gerak benda dapat dinyatakan menggunakan gradien persamaan garis tersebut. Maka vektor satuan dalam arah garis tersebut adalah ๐ฃฬ = 1 + 2๐ √5 Vektor kecepatan benda tersebut adalah ๐ฃ = ๐ฃ๐ฃฬ = 3 √5 (๐ + 2๐) ๏ท Momentum sudut terhadap suatu titik tertentu didefinisikan sebagai L = r × p dengan p = mv adalah momentum linier benda dan rnadalah vektor posisi benda dari titik acuan yang dimaksud. Misalkan posisi awal benda adalah r0 = 3j, maka posisi benda tiap saat dapat dinyatakan sebagai ๐(๐ก) = 3๐ก 6๐ก ๐ + ( + 3) ๐ √5 √5 Sehingga momentum sudut terhadap titik pusat koordinat O adalah ๐=๐๐ฅ๐ =( 3๐ก 6๐ก 3 (๐ + 2๐)) ๐ + ( + 3) ๐) ๐ฅ (๐ √5 √5 √5 18๐ก๐ 18๐ก๐ 9๐ =( − − )๐ 5 5 √5 9๐ = ( )๐ √5 ๏ท Sebuah benda bermassa m bergerak dengan kecepatan yang dinyatakan dengan v = v0xi + v0yj Energy kinetik tersebut adalah 1 ๐ = ๐(๐ฃ. ๐ฃ) 2 1 = ๐(๐ฃ0๐ฅ ๐ + ๐ฃ๐๐ฆ ๐) 2 1 = ๐๐ฃ 2 2 ๏ท Dalam persoalan kesetimbangan gaya seperti ditunjukkan dalam Gambar 1.15, kesetimbangan terjadi jika jumlah total gaya (ingat bahwa gaya merupakan besaran vektor) sama dengan nol. Artinya, bila gaya-gaya yang ada diuraikan pada sumbu-sumbu koordinat (misalnya sumbu x dan sumbu y), maka resultan gaya pada arah sumbu x sama dengan nol dan demikian juga halnya dengan resultan gaya pada arah sumbu y. Agar titik O berada dalam keadaan setimbang, maka haruslah F1 +F2 + F3 = 0. Artinya jumlah gaya dalam arah sumbu x harus sama dengan nol, ini memberikan ∑ ๐น๐ฅ = ๐น1 cos ๐ผ − ๐น2 cos ๐ฝ = 0 Demikian halnya dengan jumlah gaya dalam arah sumbu y juga harus sama dengan 0 yang berarti ∑ ๐น๐ฅ = ๐น1 sin ๐ผ − ๐น2 sin ๐ฝ − ๐น3 = 0 1.9 Aplikasi Rangkaian Listrik pada Hukum Kirchoff Robert Gustav Kirchoff merupakan penemu Hukum Kirchoff I yang dikenal dengan Kirchoff’s Current Law (KCL) dan Hukum Kirchoff II yang dikenal dengan Kirchoff’s Voltages Law (KVL). Dimana Gustav Kirchoff menyatakan bahwa “jumlah kuat arus listrik yang masuk ke suatu titik percabangan sama dengan jumlah kuat arus yang keluar dari titik percabangan tersebut” yang pernyataan ini dikenal dengan bunyi Hukum Kirchoff I. Gustav Kirchoff juga menyatakan bahwa “Didalam suatu rangkaian tertutup jumlah aljabar gaya gerak listrik dengan penurunan tegangan sama dengan nol” yang kemudian dikenal sebagai Hukum Kirchoff II. Secaramatematis, dapatdituliskansebagaiberikut: Σ๐ผ๐๐๐ ๐ข๐=Σ๐ผ๐๐๐๐ข๐๐๐ผ1+๐ผ2=๐ผ3+๐ผ4+๐ผ5 HukumKircoff II secaramatematisdapatditulissebagaiberikut: PadapenggunaanhukumKirhoff II padarangkaiantertutup Σ๐+Σ๐ผ๐ =0 (loop) terdapatbeberapaaturanpenting, yaitu: Pilih loop untukmasing- masinglintasantertutupdenganarahtertentuKuatarusbertandapositif (+) jikasearahdengan loop danbertandanegatif (-) jikaberlawanandenganarah loop. Ketika mengikuti arah loop, kutub positif sumbertegangan dijumpai lebih dahulu maka ε bertanda positif (+) dan sebaliknya. Dalamrangkaiandengansatu loop, kuatarus yang mengaliradalahsamayaitusebesar I. Dimanaapabilapadarangkaianseperti yang ditunjukkanolehgambar 3 dibuat loop a-b-c-d-a, makasesuaihukumKirchoff I dapatditulis: Σ๐+Σ๐ผ๐ =0 ๐2−๐1+๐ผ ๐ 4+๐2+๐ 3+๐1 =0 Selainitu, ada pula rangkaian yang memilikidua loop ataulebih, dimanaprinsipnyasamadengansatu teteapiharusdiperhatikankuataruspadasetiappercobaannya. loop loop, Dimanajikadua makadapatdiselesaikandengancaraberikutberdasarkangambar 4: HukumKirchoff I: ๐ผ1+๐ผ2=๐ผ Loop I: ๐1+๐ผ๐1+๐ผ๐ 1+๐ผ1๐ 2=0 ๐1+๐ผ ๐1+๐ 1 +๐ผ1๐ 2=0 Loop II: ๐2+๐ผ2๐2−๐ผ1๐ 2+๐ผ2๐ 3=0 ๐2−๐ผ1๐ 2+๐ผ2 ๐2+๐ 3 =0 Terdapatberbagaimacamalatukurlistrikyaituamperemeter yang merupakansuatualatuntukmengukurkuataruslistrik yang melaluisuaturangkaianlistrikdan voltmeter yang merupakansuatualat yang digunakanuntukmengukurkuataruslistrik yang melaluisuaturangkaianlistrikdan voltmeter yang merupakansuatualat yang digunakanuntukmengukurteganganlistrikpadasuaturangkaianlistrik. Amperemeter harus dipasang secara seri dengan bagian rangkaian atau komponen listrik yang akan diukur kuat arusnya, sedangkan voltmeter harus dipasang paralel dengan bagian rangkaian atau komponen listrik yang akan diukur tegannya. (Halliday dan Resnick, 1991) Contoh Soal 1. Tunjukan bahwa v = (3,9,-4,-2) merupakan kombinasi linier u1 = (1,-2,0,3) u2 = (2,3,0,-1) dan u3 = (2,-1,2,1) Jawab : Bila v merupakan kombinasi linier dari u1, u2, dan u3, maka dapat ditentukan x, y, dan z sehingga : V = xu1 + yu2 + zu3 (3,9,-4,-2) = x(1,-2,0,3) + y(2,3,0,-1) + z(2,-1,2,1) (3,9,-4,-2) = (1x,-2x,0x,3x) + (2y,3y,0y,-1y) + (2z,-1z,2z,1z) (3,9,-4,-2) = (x+2y+2z,-2x+3y-z, 2z,3x-y+z) Diperoleh persamaan : x+2y+2z = 3 -2x+3y-z = 9 2z = -4 3x-y+z = -2 x=1, y=3, dan z = -2 jadi v = u1+3u2 – 2u3 jika sistem persamaan di atas tidak memiliki penyelesaian maka v tidak dapat dinyatakan sebagai kombinasi linier dari u1,u2,dan u3. Diketahui v ruang vektor dan S = (s1,s2,…………….sn) s1,s2,…………….sn € V S dikatakan membangun/merentang V bila untuk setiap v € V, v merupakan kombinasi linier dari S, yaitu : v = k1s1 + k2s2 + ………. + knsn k1,k2,………kn adalah skalar. 2. Dengan menggunakan definisi dari perkalian titik (dot product) bahwa ๐ฬ.๐ฬ = ๐ฬ.๐ฬ = ๐ฬ .๐ฬ = 1 dan ๐ฬ.๐ฬ = ๐ฬ.๐ฬ = ๐ฬ๐ฬ = 0, buktikan bahwa r = |๐| = √๐. โโโโโโโ๐ akan memberikan √๐๐ฅ2 + ๐ฆ๐ฆ2 + ๐๐ง2 uraikan dengan detail. Jawab Dengan ๐ = ๐๐ฅ ๐ฬ + ๐๐ฆ ๐ฬ+ ๐๐ง ๐ฬ maka ๐. ๐ = (๐๐ฅ ๐ฬ + ๐๐ฆ ๐ฬ+ ๐๐ง ๐ฬ) . (๐๐ฅ ๐ฬ + ๐๐ฆ ๐ฬ+ ๐๐ง ๐ฬ) = ๐๐ฅ ๐๐ฅ (๐ฬ . ๐ฬ ) + ๐๐ฅ ๐๐ฆ (๐ฬ . ๐ฬ) + ๐๐ฅ ๐๐ง (๐ฬ . ฬ๐ ) +๐๐ฆ ๐๐ฅ (๐ฬ . ๐ฬ ) + ๐๐ฆ ๐๐ฆ (๐ฬ. ๐ฬ) + ๐๐ฆ ๐๐ง (๐ฬ . ๐ฬ) +๐๐ง ๐๐ฅ (๐๐ฅ . ๐ฬ ) + ๐๐ง ๐๐ฆ ( ฬ๐.๐ฬ) +๐๐ง ๐๐ง (๐ฬ . ๐ฬ) = ๐๐ฅ ๐๐ฅ (1) + ๐๐ฅ ๐๐ฆ (0) + ๐๐ฅ ๐๐ง (0) +๐๐ฆ ๐๐ฅ (0) + ๐๐ฆ ๐๐ฆ (1) + ๐๐ฆ ๐๐ง (0) +๐๐ง ๐๐ฅ (0) + ๐๐ง ๐๐ฆ (0) +๐๐ง ๐๐ง (1) = ๐๐ฅ2 + ๐ฆ๐ฆ2 + ๐๐ง2 3. hitunglah besarnya vektor๐= 24๐ฬ + 7๐ฬ dan ๐ = 12๐ฬ + 4๐ฬ + 3๐ฬ Jawab Dengan menggunakan persamaan (2.1) dapat diperoleh bahwa P= √242 + 02 + 72 = √576 + 0 + 49 = √625 = 25 Dan q= √122 + 42 + 32 = √144 + 16 + 9 = √169 = 13 4. Lengkapilah tabel di bawah ini Tabel 2.1 : pengurangan dan penjumlahan vektor (soal) ๐ด โ ๐ต 2๐ฬ + ๐ฬ ๐ฬ ๐ฬ - ๐ฬ- ๐ฬ ๐ฬ- ๐ฬ-๐ฬ โ ๐ด−๐ต โ ๐ด+๐ต ๐ฬ ๐ฬ+2๐ฬ +3๐ฬ Dengan menggunakan persamaan (2.2) ataupun (2.3) dapat diperoleh bahwa Tabel 2.2 Pengurangan dan penjumlahan vektor ๐ด โ ๐ต โ ๐ด−๐ต โ ๐ด+๐ต 2๐ฬ + ๐ฬ ๐ฬ 2๐ฬ + ๐ฬ- ๐ฬ 2๐ฬ + ๐ฬ+ ๐ฬ ๐ฬ ๐ฬ - ๐ฬ- 2๐ฬ ๐ฬ - ๐ฬ ๐ฬ+2๐ฬ +3๐ฬ - 2๐ฬ-๐ฬ ๐ฬ - ๐ฬ- ๐ฬ ๐ฬ- ๐ฬ-๐ฬ ฬ - 2๐ฬ- 3๐ฬ 4๐ Pada pengurangan dan penjumlahan vektor berlaku pula hukum-hukum penjumlahan seperti hukum komulatif 5. Tentukan vektor yang tegak lurus terhadap vektor terhadap ๐ฬ − 3๐ฬ + 2๐ฬ dan 5๐ฬ– ๐ฬ − 4๐ฬ Penyelesaian ๐ฬ (๐ฬ − 3๐ฬ + 2๐ฬ) x (5๐ฬ– ๐ฬ − 4๐ฬ) = |1 5 ๐ฬ ๐ฬ −3 2| −1 4 = ๐ฬ(12 + 2) + ๐ฬ(10 + 4) + ๐ฬ(−1 + 15) = 14 ๐ฬ + 14๐ฬ +14 ๐ฬ 6. Tentukan kemiringan garis ๐ = (๐ฬ − ๐ฬ )+t (2๐ฬ + ๐ฬ ) Penyelesaian Dari persamaan ๐ = (๐ฬ − ๐) + t (2๐ฬ + ๐ฬ ) kita peroleh ๐๐ = ๐ฬ − ๐ฬ dan ๐ด = 2๐ฬ + ๐ฬ โโโ Atau titik yang dilewati adalah titik (1,-1) dan garis sejajar dengan vektor ๐ด = 2๐ฬ + ๐ฬ. Jadi kemiringan garis sama dengan kemiringan vektor. tan ๐ผ = ๐ฆ 1 = ๐ฅ 2 7. Tentukanpersamaan bidang yang mengandung dua buah garis sejajar yaitu garis yang melalui titik (5,-4,2) dan garis ๐ = ๐ฬ − ๐ฬ + (5๐ฬ − 2๐ฬ + ๐ฬ )๐ก Penyelesaian Garis pertama โโโ ๐1 = ๐ฬ − ๐ฬ + (5๐ฬ − 2๐ฬ + ๐ฬ)๐ก adalah garis melalaui titik (1,-1,0) dan sejajar dengan vektor ๐ด = (5๐ฬ − 2๐ฬ + ๐ฬ)๐ก. Garis kedua โโโ ๐2 sejajar dengan garis โโโ ๐1dan โโโ ๐2 mempunyai arah ๐ด = (5๐ฬ − 2๐ฬ + ๐ฬ)๐ก. Dengan demikian, persamaan garis โโโ ๐2 yang melalui titik (5,-4,2) dan ๐2 = (5๐ฬ − 4๐ฬ + 2๐ฬ)+(5๐ฬ − 2๐ฬ + ๐ฬ)๐ก. Tarik vektor โโโ โโโ ๐3 dari titik (5,-4,2) pada garis kedua titik (1,-1,0) pada garis pertama. ๐3 = (1-5)๐ฬ +(-1+4)๐ฬ+(0-2)๐ฬ = -4๐ฬ +3๐ฬ -2๐ฬ โโโ ๐3 juga terletak pada bidang. Sedangkan kita dapat mencari vektor normal โโโ pada bidang melakukan operasi cross antara ๐ด dan โโโ ๐3 sebagi berikut : ๐ฬ ๐ฬ โ = |5 2 ๐ −4 3 ๐ฬ 1 |= 7๐ฬ + 6๐ฬ − 23๐ฬ −2 Persamaan pada bidang dimana kedua garis โโโ ๐1⁄⁄ โโโ ๐2 ๐(๐ฅ − ๐ฅ0 ) + ๐(๐ฆ − ๐ฆ๐ ) + ๐(๐ง − ๐ง๐ )=0 −7(๐ฅ − 5) + 6(๐ฆ + 4) − 23(๐ง − 2) = 0 −7๐ฅ + 6๐ฆ − 23๐ง = −23 โ dari massa myang diputar dengan sudut. 8. Tentukan momentum sudut, ๐ฟ Perhatikan Gambar : โ dirumuskan sebagai : Kita mengetahui momentum sudut ๐ฟ โ =๐ × ๐๐ฃ = ๐๐ × ๐ฃ ๐ฟ Substitusikan ๐ฃ= ๐ โ × ๐ Kedalam persamaan, diperoleh momentum sudut dalam bentuk perkalian tiga vektor yang menghasilkan vektor, โ =๐ × ๐๐ฃ = ๐๐ × ๐ฃ = m๐ × (๐ ๐ฟ โ × ๐) 9. Diberikansebuahrangkaian yang terdiridariduabuah loop dengan data sebagaiberikut : E1 = 6 volt E2 = 9 volt E3 = 12 volt Tentukan : a) b) c) d) Kuatarus yang melalui R1 , R2 dan R3 Beda potensialantaratitik B dan C Beda potensialantaratitik B danD Dayapadahambatan R1 Penyelesaian: a) Kuatarus yang melaluiR1 , R2 dan R3 Langkah-langkahstandar : ๏ผ ๏ผ ๏ผ ๏ผ ๏ผ Menentukanaraharus Menentukanarahloop Masukkanhukumkirchoffarus Masukkanhukumkirchofftegangan Menyelesaikanpersamaan yang ada Misalkanaraharusdanarah loop sepertigambarberikut ๐ผ3 = ๐ผ1 + ๐ผ2 Loop 1 ∑ ๐ธ + ∑ ๐ผ๐ = 0 −๐ธ1 + ๐ธ2 + 2๐ผ1 + 3๐ผ3 −6 + 9 + 2๐ผ1 + 3๐ผ1 + 3๐ผ2 = 0 5๐ผ1 + 3๐ผ2 + 3 = 0 (persamaan I) Loop II ∑ ๐ธ + ∑ ๐ผ๐ = 0 −๐ธ3 + ๐ธ2 + 6๐ผ2 + 3๐ผ3 = 0 −12 + 9 + 6๐ผ2 + 3๐ผ1 + 3๐ผ2 3๐ผ1 + 9๐ผ2 − 3 = 0 Persamaan II Gabungan persamaan I dan II : 5๐ผ1 + 3๐ผ2 + 3 = 0 |× 3| 3๐ผ1 + 9๐ผ2 - 3 = 0 |× 1| 15๐ผ1 + 9๐ผ2 + 9 = 0 3๐ผ1 + 9๐ผ2 - 3 = 012๐ผ1 + 12 = 0 ๐ผ1 = -1 A 3๐ผ1 + 9๐ผ2 − 3 = 0 3(−1) + 9๐ผ2 − 3 = 0 9๐ผ2 = 6 ๐ผ2 = 6 2 = ๐ด 9 3 2 1 ๐ผ3 = ๐ผ1 + ๐ผ2 = (−1) ( ) = − 3 3 b) Beda Potensial Antara titik b dan c ๐๐ต๐ถ = ∑ ๐ธ + ∑ ๐ผ๐ = ๐ธ2 + 3๐ผ3 1 ๐๐ต๐ถ = 9 + 3 (− ) = 8 ๐๐๐๐ก 3 c) Beda potensial antara titik B dan D ๐๐ต๐ถ = ∑ ๐ธ + ∑ ๐ผ๐ = ๐ธ3 + 6(−๐ผ2 ) 2 ๐๐ต๐ถ = 9 + 6 (− ) = 12 − 4 = 8 ๐๐๐๐ก 3 d)Dayahambatan R1 ๐ = ๐ผ 2 ๐ = (1)2 (2) = 2 ๐ค๐๐ก๐ก 10. Dari gambar di sampingdiketahui E1, E2, dan E3masing-masing 6 volt, 12 volt, dan 3 volt, serta R1,R2,R3, dan R4masing-masing 2 ohm, 3 ohm, 5 ohm, dan 1 ohm. Berapadanbagaimanakaharuspadarangkasian ? Jawab : Kita misalkanaraharusmenurutluptertutup ABCDA maka : -(E1) + E2 – E3 + i (R1 + R2 + R3 + R4) = 0 -(6) + 12– 3+ i (2 + 3+ 5+ 1) = 0 3 + 11i = 0 i = 0,27A (negatif) Jadi, penentuanaraharussemuladari ABCDA adalahsalah, yang benaradalaharah ADCBA besarnya 0,27 A.