Vektor dan Aplikasi Rangkaian Listrik Hukum Kirchoff
FISIKA MATEMATIKA 1
Anggota Kelompok :
1.
2.
3.
4.
5.
Annida Melia Zulika
Arshinta Eka Putri
Devis Maredona
Indah Budiningtyah
Intan Septiani Rosa
1101135002
1101135003
1101135030
1101135010
1101135011
PENDIDIKAN FISIKA
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PROF. DR. HAMKA
2013
VEKTOR
Vektor didefinisikan sebagai besaran yang memiliki arah. Kecepatan,
gaya dan pergeseran merupakan contoh – contoh dari vektor karena
semuanya memiliki besar dan arah walaupun untuk kecepatan arahnya
hanya positif dan negatif. Vektor dikatakan berada di ruang – n ( Rn) jika
vektor tersebut mengandung n komponen. Jika vektor bearada di R2maka
dikatakan vektor berada di bidang, sedangkan jika vektor berada di
R3maka dikatakan vektor berada di ruang. Secara geometris, di bidang dan
di ruang vektor merupakan segmen garis berarah yang memiliki titik awal
dan titik akhir. Vektor biasa dinotasikan dengan huruf kecil tebal atau
huruf kecil dengan ruas garis.
Contoh 1:
Dari gambar diatas terlihat beberapa segmen garis berarah ( vektor )
seperti ฬ
ฬ
ฬ
ฬ
๐ด๐ต , ฬ
ฬ
ฬ
ฬ
๐ด๐ถ dan ฬ
ฬ
ฬ
ฬ
๐ด๐ท dengan A disebut sebagai titik awal , sedangkan
titik B, C dan D disebut titik akhir.
Vektor posisi didefinisikan sebagai vektor yang memiliki titik awal O
( untukvektor di bidang , titik O adalah ( 0,0 )).
Vektor dinyatakan dengan :
1.
1
Matriks satu kolam-Vektor kolam ๐ฬ
= [2].
4
2.
Matriks satu baris- Vektor baris ๐ฬ
= [1 2
4].
Untuk selanjutnya bila disebut vektor yang dimaksud Vektor Kolom.
1
Contoh : ๐ฬ
= [2] mempunyai 3 komponen.
4
๐ฆฬ
= [2 4] mempuyai 2 komponen.
๐11
๐11
Secara Umum = [ โฎ ]
๐๐1
A. Geometri dan Notasi Vektor
Penampilan vektor secara geometri dapat digambarkan pada sebuah
panah yang ditarik pada sebuah titik (A) ke titik yang lain (B). Panjang
antra A dan B ini disebut besar vektor dan arah garis yang ditarik dari A ka
B dikatakan arah vektor tersebut. Titk awal vektor (A) disebut titik
tangkap atau titik awal atau titik asal dan titik B disebut titik terminal atau
titik terminus.
A
B
A
B
Pernyataan vektor ini biasanya dinotasikan pada sebuah huruf yang
ditebalkan atau diatasnya diberi tanda panah โโโ
๐น dibaca vektor F yang
โโโ | atau F. Vektor dapat juga ditampilakan sebagai dua huruf,
mempunyai|๐น
โโโโโโ ) artinya vektor ini mempunyai panjang arah AB dan arahnya dari A
(๐ด๐ต
ke B.
โโโโโ ) maka
Jika kita mempunyai vektor yang ditarik dari B ke A, (๐ต๐ด
vektor ini mempunyai besar adalah panjang BA (sama dengan panjang
AB) dan arahnya dari B ke A. Mari kita bandingkan vektor AB dan BA
ini. Kedua vektor mempunyai besar sama tetapi arahnya berlawanan,
โโโโโโ
โโโโโ .
๐ด๐ต = −๐ต๐ด
โโโ = ๐ต
โโโ jika besar vektor A dan B
Sekarang kita dapat ,mengatakan ๐ด
sama dan arahnya sama. Dari pernyataan ini, kita dapat mengatakan bahwa
sebuah vektor A tidak berubah jika vektor A dipindahkan, asalkan arahnya
tetap searah dengan arah mula-mula.
โโโ = −๐ต
โโโ berarti besar vektor A sama denganbesar vektor B tapi
๐ด
โโโ = ๐ ๐ต
โโโ , dengan konstata, berarti vektor A besarnya
arahnya berlawanan. ๐ด
k kali besar vektor B dan arahnya akan sama jika k> 0 dan arahnya akan
berlawanan jika k< 0. Jadi dapat kita katakan, jika sebuah skalar k
dikalikan dengan sebuah vektor, hasil yang didapat adalah sebuah vektor
yang besarnya k kali vektor mula-mula.
โโโ
−๐ต
โโโ
โโโ
๐ด = −๐ต
B. Vektor Satuan dan Vektor Nol
Jika sebuah vektor A dibagi dengan besarnya
๐ด
|๐ด|
=
๐ด
๐ด
diperoleh
sebuah vektor yang besarnya satu dan arahnya searah vektor A, vektor ini
disebut vektor satuan atau unit vektor. Vektor satuan dari vektor A biasa
dinotasikan sebagai ๐ฬ ,
๐ฬ =
๐ด
|๐ด|
=
๐ด
๐ด
Untuk vektor yang vesarnya nol disebut vektor nol, yaitu vektor yamg
besarnya nol dan arahnya dapat kita buat sendiri sesuai dengan keperluan
diberi notasi ๐.
1.1
OPERASI-OPERASI PADA VEKTOR
A. Penjumlahan Vektor
Misalkan ( ๐ขฬ
dan ๐ฃฬ
) adalah vektor – vektor yang berada di ruang yang
sama, maka vektor ( ๐ขฬ
+ ๐ฃฬ
) didefinisikan sebagai vektor yang titik
awalnya =titik awal u dan titik akhirnya = titik akhir v .
Contoh 2
Perhatikan
gambar.
Misalkan
๐ขฬ
=
ฬ
ฬ
ฬ
ฬ
๐ด๐ต
dan
๐ฃฬ
=
ฬ
ฬ
ฬ
ฬ
๐ต๐ถ
,
jikavektordidefinisikan sebagai ๐ค
ฬ
= ๐ขฬ
+ ๐ฃฬ
, maka w akan memiliki titik
awal= A dan titik terakhir = C, jadi w merupakan segmen garis berarah
ฬ
ฬ
ฬ
ฬ
.
๐ด๐ถ
Penjumlahan vektor =
๐ฬ
= [๐๐1] dan ๐ฬ
= [๐๐1]
2
2
๐
Maka ๐ฬ
+ ๐ฬ
= [ 1+๐1 ]
๐2+ ๐2
โโโ + ๐ต
โโโ
โโโ = ๐ต
โโโ + ๐ด
Hukum Komulatif : ๐ด
Hukum Assosiatif : โโโ
๐ด + ( โโโ
๐ต + โโโ
๐ถ ) =( โโโ
๐ด + โโโ
๐ต ) + โโโ
๐ถ
B. Perkalian Vektor dengan Skalar
Vektor nol didefinisikan sebagai vektor yang memiliki panjang
=0.Misalkan ๐ขฬ
vektor tak nol dan k adalah skalar , k ∈R . Perkalian vektor
๐ขฬ
dengan skalar
k , k๐ขฬ
didefinisikan sebagai vektor yang
panjangnyaโ๐ขฬ
โkali panjang ๐ขฬ
dengan arah :
Jika k > 0 →searah dengan ๐ขฬ
Jika k < 0 →berlawanan arah dengan ๐ขฬ
Contoh 3
๐ข1
๐ข1
๐๐ข
๐ขฬ
= [๐ข ] maka k๐ขฬ
= ๐ [๐ข ] = [ 1 ]
๐๐ข2
2
2
๐ขฬ
= [๐ข1 , ๐ข2 ] maka k๐ขฬ
= ๐ [๐ข1 , ๐ข2 2] = [๐๐ข1 , ๐๐ข2 ]
C. Perhitungan Vektor
Diketahui a dan b vektor–vektor di ruang yang komponen–
komponennyaadalah ๐ฬ
= (๐1 ,๐2 , ๐3 ) dan ๐ฬ
= (๐1 ,๐2 , ๐3 ).
Maka :
๐ฬ
+ ๐ฬ
= (๐1 +๐1 , ๐1 +๐2 ,๐3 +๐3 )
๐ฬ
๏ญ๏ ๐ฬ
= (๐1 -๐1 , ๐1 -๐2 ,๐3 -๐3 )
k . ๐ฬ
= ( k๐1 , k๐2 , k๐3 )
Jika ฬ
๐ = AB kemudian titik koordinat A = (๐1 ,๐2 , ๐3 ) dan B = (๐1 ,๐2 , ๐3 )
maka ฬ
๐ = (๐1 ๏ญ๏ ๐1 , ๐2 ๏ญ๏ ๐2 , ๐3 ๏ญ๏ ๐3 )
1.2
SISTEM KOORDINAT KARTESIAN
Pada sistem koordinat kartesian, kita hendakanya selalu memakai
sisitem sumbunya sesuai denagan aturan tanagn kanan yaitu dari sumbi x
berputar arah lawan jarum jam ke sumbu y positif dan ibu jari menujukan
arah sumbu z negatif.
Vektor satuan dengan titik lengkapanya di (0,0.0) yang searah dengan
sumbu x positif, sumbu y positif dan sumbu z positif, masing-masing
diberi notasi dengan๐ฬ, ๐ฬ, ๐ฬ .
y
y
๐ฬ
๐ฬ
๐ฬ
๐ฬ
x
๐ฬ
x
Selanjutnya kita perkenalkan pula vektor posisi yaitu vektor yang
mempunyai titik tangkap di titik asal (0,0) ke titik (x,y) pada bidang (dua
dimensi) atau dari (0,0,0) ke titik di (x,y,z) dalam ruang (tiga dimensi).
Atau vektor posisi adalah vektor yang menujukan atau memberikan
informasi tentang posisi sebuah benda atau obyek. Vektor posisi ini bisa
diberi notasi ๐atau ๐
โ dan dapat dinyatakan dalam komponen-komponen
yang sejajar dengan sumbu x, sumbu y dan sumbu z.
๐ = ๐ฅ๐ฬ + ๐ฆ๐ฬ๐๐ก๐๐ข ๐ = (๐ฅ, ๐ฆ) pada bidang besar r = √๐ฅ² + ๐ฆ²
๐ = ๐ฅ๐ฬ + ๐ฆ๐ฬ + ๐ง๐ฬ ๐๐ก๐๐ข ๐ = (๐ฅ, ๐ฆ, ๐ง) pada bidang besar r=√๐ฅ² + ๐ฆ² + ๐ง²
y
y
๐ฬ
๐ฬ
๐ฬ
๐ฬ x
๐ฬ
๐ฬ
x
Jika ๐ผ, ๐ฝ, ๐พmasing-masing antara vektor posisi (๐) dengan sumbu x,y
dan z. Maka
๐ฅ
๐ฆ
๐ง
cos ๐ผ = , cos ๐ฝ = , cos ๐พ =
๐
๐
๐
Secara umum kita dapat mengatakan bahwa sebuah vektor dapat
diuraikan menjadi komponen-komponen vektor yang searah dengan sumbu
x, sumbu y dan sumbu z. Misalkan sebuah vektor :
๐ด = ๐ดx ๐ฬ+Ay๐ฬ+Az๐ฬ
atau
๐ด = ๐ดx+Ay+Az
Dengan ๐ด = ๐ดx+Ay+Az adalah komponen vektor A pada sumbu x,y
dan z. Oleh sebab itu, penjumlahan vektor dapat kita lakukan dengan
menjumlahkan setiap komponennya.
๐ด = ๐ดx ๐ฬ+Ay๐ฬ+Az๐ฬ
โ = ๐ตx ๐ฬ+By๐ฬ+Bz๐ฬ
dan ๐ต
โ = (๐ดx +๐ตx)๐ฬ+(Ay+By)๐ฬ+(Az+Bz)๐ฬ
๐ด+๐ต
1.3
HASIL KALI TITIK , PANJANG VEKTOR DAN JARAK ANTARA
DUA VEKTOR
A. Hasil Kali Titik Dua Vektor Jika Diketahui Komponennya
Diketahui ๐ฬ
= (๐1 ,๐2 , ๐3 ) dan ๐ฬ
= (๐1 ,๐2 , ๐3 ) , Hasil kali titik antara
vektor ๐ฬ
dan ๐ฬ
didefinisikan sebagai :
๐ฬ
. ๐ฬ
=(๐1 .๐1 )+ (๐2 .๐1 ) +(๐3 .๐3 )
B. Hasil Kali Titik Dua Vektor Jika Diketahui Panjang Vektor dan
Sudut Antara Dua Vektor
Diketahui ๐ฬ
๐๐๐ ๐ฬ
dua buah vektor yang memiliki panjang berturut –
turut โ๐ฬ
โ dan โ๐ฬ
โ sedangkan sudut yang dibentuk oleh kedua vektor
adalah ๐, sudut ๐, ini terbentuk dengan cara menggambarkan kedua vektor
pada titik awal yang sama. Hasil kali titik antara vektor๐ฬ
dan ๐ฬ
didefinisikan sebagai :
๐ฬ
. ๐ฬ
= โ๐ฬ
โโ๐ฬ
โcos ๐๏ ,๐๏ ∈๏ [ 0,๐๏ ] atau ๐ฬ
. ๐ฬ
= ab cos ๐๏
(dibaca dot B) dan ๐๏ adalah dudut diantara dua vektor.
Jadi hasil kali titik dua buah vektor berupa skalar. Dengan mengetahui
besarnya ๐๏ , akan diketahui apakah hasil kali titik akanbernilai positif atau
negatif
a . b ๏พ๏ 0↔๏ ๐lancip , 0 ๏ค๏ ๐๏ ๏ผ๏ 90o
a . b = 0 ↔๏ ๐= 90o, ๐ฬ
๐๐๐ ๐ฬ
saling tegak lurus
a . b ๏ผ๏ 0 ↔๏ ๐tumpul, 90o ๏ผ๏ ๐๏ ๏ค๏ 180o
Dari perkalian dot ini, dapat mancari sudut ๐๏ sebagai berikut :
Cos ๐๏ :
โโโ
โ
๐ด.๐ต
โ|
|๐ด||๐ต
=
โโโ
โ
๐ด.๐ต
๐ด๐ต
Sekarang lihat perkalian dot ini
โ
๐ต
๐
๐ด
โโโ ๐ต
โ = โโโ
๐ด.
๐ต. ๐ด karena dua perkalian dot ini merupakan perkalian skalar
yang sama yaitu perkalian besar vektor A, besar vektor B dan cosinus
sudut diantar kedua vektor.
Perkalian dot antara vektor-vektor satuan dapat ditentukan sebagai
berikut :
๐.ฬ ๐ฬ = ๐ฬ. ๐ฬ = ๐ฬ . ๐ฬ = |1||1| cos 0° = 1
๐.ฬ ๐ฬ = ๐ฬ. ๐ฬ = ๐ฬ . ๐ฬ = |1||1| cos 90° = 0
โ = ๐ตx ๐ฬ+By๐ฬ+Bz๐ฬ
๐ด = ๐ดx ๐ฬ+Ay๐ฬ+Az๐ฬ dan ๐ต
Maka hasil perkalian dot kedua vektor ini adalah
โ = (๐ดx ๐ฬ+Ay๐ฬ+Az๐ฬ) . (๐ตx ๐ฬ+By๐ฬ+Bz๐ฬ)= ๐ดx ๐ตx+AyBy+AzBz
๐ด. ๐ต
โ = Ax Bx+AyBy+AzBz
๐ด. ๐ต
Jadi, hasil perkalian dot dari dua vektor yang sama misalnya vektor A
adalah :
๐ด. ๐ด = ๐ดx ๐ดx+AyAy+AzAz = ๐ดx2+Ay2+Az2= A2
Dari definisi dot diperoleh:
โ maka ๐ด. ๐ต
โ = 0 atau Ax Bx+AyBy+AzBz = 0
1. ๐ด ๐ต
Ax Ay Az
โ maka = = komponen ๐ต
โ =0
2. ๐ด//๐ต
Bx By Bz
Pada perkalian dot ini berlaku hukum :
โโโ ๐ต
โ = โโโ
Komutatif = ๐ด.
๐ต. ๐ด
โโโ (๐ต
โโโ ๐ต
โโโ ๐ถ
โ + ๐ถ ) = ๐ด.
โ + ๐ด.
Distributif = ๐ด.
C. Perkalian Dua Vektor Menghasilkan Vektor
Jika vektor A dikalikan dengan vektor B dengan tanda perkalian
silang (cross) disebut perkalian silang atau crooss product yang hasilnya
adalah sebuah vektor.
โ = sin ๐ ๐ฬ
๐ด๐ฅ๐ต
(baca A cross B), ๐ adalah sudut diantara kedua vektor ๐ฬ adalah vektor
โ terletak.
satuan yang tegak lurus terhadap bidang dimana vektor ๐ด๐๐๐ ๐ต
โ | sin ๐ dan arahnya
Vektor hasil perkalian ini mempunyai besar |๐ด||๐ต
tegak lurus terhadap bidang dimana kedua vektor A,B. Arahnya menuju
keatas atau kebawah bidang, mengikuti aturan sekerup atau kaidah tanagn
kanan.
๐ดฬ๐ฅ๐ตฬ
๐ดฬ
๐ตฬ
๐ตฬ ๐ฅ๐ดฬ
Jika vektor A dan vektor B msding-masing
โ = ๐ตx ๐ฬ+By๐ฬ+Bz๐ฬ
๐ด = ๐ดx ๐ฬ+Ay๐ฬ+Az๐ฬ dan ๐ต
Maka perkalian crossnya dapat ditampilkan dalam bentuk determinan,
ฬ
๐ฬ
๐ฬ
๐
ฬ
ฬ
๐ด๐ฅ๐ต= |๐ด๐ฅ ๐ด๐ฆ ๐ด๐ง |
๐ต๐ฅ
๐ต๐ฆ
๐ต๐ง
Hasil perkalian cross ini dapat dikalikan dengan debuah skalar
menghasilkan vektor yang serarah dengan vektor hasil perkalian cross dan
letak skalar ini bolehdimana saja asal tidak diberi tanda perkalain dot atau
cross.
๐๐ดฬ๐ฅ๐ตฬ = ๐ดฬ๐ฅ ๐ ๐ตฬ = ๐(๐ดฬ๐ฅ๐ตฬ )
Dari definisi cross ini kita dapat menyatakan bahwa :
โโโ ๐ด Anti Komutatif
1. ๐ดฬ๐ฅ๐ตฬ = ๐ต.
2. ๐ดฬ๐ฅ๐ตฬ = 0 Jika ๐ดฬ//๐ตฬ
โ | maksimum ๐ด๐ต
โ
3. |๐ด||๐ต
D. Panjang (Norm) =Vektor dan Jarak Antara Dua Vektor
Dengan menggunakan operasi hasil kali titik jika diketahui komponen
๐ฬ
= (๐1 ,๐2 , ๐3 ) didapatkan bahwa ๐ฬ
. ๐ฬ
= ๐1 2+๐2 2+๐3 2 ... (1)
Dari definisi hasil kali titik lainnya , didapatkan bahwa
๐ฬ
. ๐ฬ
= โ๐ฬ
โโ๐ฬ
โcos 0 ….(2)
Dalam hal ini sudut antara a dan a pastilah bernilai 0 karena keduanya
saling berhimpit. Dari persamaan 1 dan 2 , didapatkan persamaan berikut :
โ๐ฬ
โ2 = ๐ฬ
. ๐ฬ
→ โ๐ฬ
โ = (๐ฬ
. ๐ฬ
)1/2 = √๐1 ² + ๐2 ² + ๐3 ²
E. Jarak Antara Dua Vektor
Jarak antara vektor a dan b didefinisikan sebagai panjang dari vektor
(๐ฬ
− ๐ฬ
) dan biasa dinotasikan dengan d (๐ฬ
, ๐ฬ
).
d ( ๐ฬ
, ๐ฬ
).= (๐ฬ
− ๐ฬ
. ๐ฬ
− ๐ฬ
)1/2=√(๐1− ๐1 )2 + (๐2 − ๐2 )² + (๐3− − ๐3 ²
Secara geometris , dapat digambarkan seperti berikut ini
Misalkan ๐ฬ
= AC dan ๐ฬ
= ฬ
ฬ
ฬ
ฬ
๐ด๐ต , maka jarak antara ๐
ฬ
dan ๐ฬ
merupakan
ฬ
ฬ
ฬ
ฬ
panjangdari ruas garis berarah ๐ต๐ถ
1.4
GARIS DAN BIDANG
A. Persamaan Garis
Untuk menentukan persamaan garis yang melalui titik P (xo.yo.zo)
dantitik Q(x,y,z) dapat dilakukan dengan cara menarik garis lurus dari titik
P ke Q. Vektor PQ dapat dituliskan dalam komponennya,
PQ=(x- xo)๐ฬ+(y- yo)๐ฬ+(z- zo)๐ฬ
Perhatikan gambar dibawah ini :
๐ด
๐0
P (xo.yo.zo)
Q (x.y.z)
๐
๐ด = ๐๐ฬ + ๐๐ฬ + ๐๐งฬ
Vektor posisi ๐ adalah vektor dari (0,0,0) ke titik Q(x,y,z) dan vektor
posisi ๐o adalah vektor dari (0,0,0) ke titik P (xo.yo.zo). Dengan
menggunakam pengurangan vektor diperoleh :
โโโโโ = ๐ − ๐o
๐๐
โโโโโ = (x- xo)๐ฬ+(y- yo)๐ฬ+(z- zo)๐ฬ
๐๐
Jika garis
PQ ini sejajar dengan sebuah vektor yang diketahui
misalnya vektor ๐ด = ๐๐ฬ + ๐๐ฬ + ๐๐ฬ maka kita dapat mengatakan bahwa
garis ini merupakan kelipatan dari vektor ๐ด. Jadi dapat dituliskan :
โโโโโ
๐๐ = ๐ก๐ด, ๐ − ๐o= ๐ก๐ด
(x- xo)๐ฬ+( x- xo)๐ฬ+(z- zo)๐ฬ = ta๐ฬ+tb๐ฬ+tc๐ฬ
Dengan t parameter
Jika dua buah vektor sama besar berarti komponen dari vektor satuan
yang sejenis pada kedua ruas persamaan akan sama besarnya, sehingga
diperoleh persamaan
๐ − ๐o = ๐ก๐ด → ๐o + ๐ด t
Atau
x- xo = ta, y- yo=tb, z-zo =tc
Persamaan ini disebut persamaan garis parametrik.
Persamaan parametris ini dapat pula dituliskan dalam bentuk lain,
yaitu:
๐ฅ − ๐ฅ๐ ๐ฆ − ๐ฆ๐ ๐ง − ๐ง๐
=
=
๐
๐
๐
Persamaan garis yang baru ini disebut persamaan garis simetrik.
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa kita dapat membuat
sebuah persamaan garis jika kita mengetahui sebuah titik (xo.yo.zo) yang
dilewati garis tersebut dan sebuah vektor ๐ด = ๐๐ฬ + ๐๐ฬ + ๐๐ฬ yang arahnya
sejajar dengan garis tersebut.
B. Persamaan Bidang
Untuk menentukan persamaan bidang dimana titik P (xo.yo.zo) terletak
โ = ๐๐ฬ+b๐ฬ+c๐ฬ, dapat
pada bidang dan mempunyai vektor normal ๐
dilakukan dengan cara menarik garis lurus dari titik P ke Q(x,y,z) yang ju
terletak pada bidang.
Vektor PQ dapat dituliskan dalam komponennya
โโโโโ
๐๐ = ๐ − ๐o
โโโโโ = (x- xo)๐ฬ+(y- yo)๐ฬ+(z- zo)๐ฬ
๐๐
Perhatikan gambar dibawah ini :
โ dan
Vektor yang tegak lurus terhadap sebuah bidang diberi notasi ๐
disebut vektor normal dari bidang ๐โ disebut vektor normal satuan. Karena
โ ini tegak lurus pada bidang maka vektor ๐
โ ini tegak lurus pula
vektor ๐
โ โโโโโ
terhadap semua garis yang terletak pada bidang. Jadi ๐
๐๐ atau
โโโโโ = 0
โ . ๐๐
๐
โ = ๐๐ฬ+b๐ฬ+c๐ฬmaka
Jika ๐
(๐๐ฬ+b๐ฬ+c๐ฬ).[(๐ฅ − ๐ฅ๐)๐ฬ + (๐ฆ − ๐ฆ๐)๐ฬ + (๐ง − ๐ง๐)๐ฬ] = 0
a(x-xo)+b(y- yo)+c(z+ zo) = 0
persamaan ini disebut persamaan bidang yang memounyai vektor
โ = ๐๐ฬ+b๐ฬ+c๐ฬ dan salah satu titik yang terletak pada bidang
normal ๐
tersebut adalah (xo.yo.zo). Jadi persamaan suatu bidang dapat ditentukan
jika diketahui vektor normalnya serta salah satu titik bidang tersebut.
1.5
PERKALIAN TIGA VEKTOR
A. Perkalian Tiga Vektor yang Menghasilkan Skalar
โ ๐ฅ โโโ
Perkalian tiga vektor โโโ
๐ด . (๐ต
๐ถ ) yang menghasilkan sklar dapat
ditulis sebagai,
โโโ . (๐ต
โโโ ) = ๐ต
โโโ ๐ฅ๐ด) = ๐ถ . (๐ด
โโโ ๐ฅ ๐ต
โ ๐ฅ๐ถ
โโโ . (๐ถ
โ)
๐ด
๐ด๐ฅ
โโโ
โโโ
โ
๐ด . (๐ต ๐ฅ ๐ถ ) = |๐ต๐ฅ
๐ถ๐ฅ
๐ด๐ฆ
๐ต๐ฆ
๐ถ๐ฆ
๐ด๐ฅ
๐ต๐ฅ |
๐ถ๐ฅ
B. Perkalian Tiga Vektor yang Menghasilkan Vektor
Perkalian tiga vektor โโโ
๐ด , โโโ
๐ต , โโโ
๐ถ yang menghasilkan vektor dapat
dinyatakan sebagai :
โโโ
โโโ ๐ฅ๐ด)๐ต
โโโ ๐ฅ ๐ต
โ ๐ฅ โโโ
โโโ − (๐ด
โ )๐ถ
๐ด ๐ฅ(๐ต
๐ถ ) = (๐ถ
โโโ ๐ฅ(๐ต
โโโ ) diperoleh hasil cross vektor ๐ด
โโโ dengan vektor yang
โ ๐ฅ๐ถ
Pada ๐ด
โโโ ). Untuk perkalian ๐ด
โโโ ๐ฅ(๐ต
โโโ ) diperoleh vektor hasil
โ ๐ฅ๐ถ
โ ๐ฅ๐ถ
dihasilkan (๐ต
โโโ ๐ฅ ๐ต
โ ) dengan vektor ๐ถ .Jadi tanda kurung pada perkalian tiga
perkalian (๐ด
vektor perlu dituliskan karena arah vektor yang dihasilkan dari perkalian
tiga vektor ditentukan oleh vektor yang sama terlebih dahulu di crosskan.
1.6
PROYEKSI ORTOGHONAL
Diketahui vektor a dan b adalah vektor – vektor pada ruang yang sama
seperti terlihat pada gambar dibawah ini :
Vektor ๐ฬ
disusun dari dua vektor yang saling tegak lurus yaitu ๐ค
ฬ
ฬ
ฬ
ฬ
1 dan
๐ค2
ฬ
ฬ
ฬ
ฬ
,jadi
dapat dituliskan ๐ฬ
= ๐ค
ฬ
ฬ
ฬ
1ฬ
+ ฬ
ฬ
ฬ
ฬ
๐ค2 ,Dari proses pembentukannya ๐ค
ฬ
ฬ
ฬ
ฬ
juga
1
disebut sebagai vektor proyeksi orthogonal ๐ฬ
terhadap ฬ
๐karena merupakan
hasil proyeksi secara orthogonal vektor ๐ฬ
terhadap ฬ
๐, sedangkan ฬ
ฬ
ฬ
ฬ
disebut
๐ค2
sebagai komponen dari ๐ฬ
yang tegak lurus terhadap ฬ
๐.
Karena w1 merupakan hasil proyeksi di b maka dapat dituliskan ๐ค
ฬ
ฬ
ฬ
1ฬ
= k
ฬ
๐,nilai k ini akan menentukan arah dan panjang dari ๐ค
ฬ
ฬ
ฬ
1ฬ
. Jika sudut antara
๐ฬ
dan ฬ
๐, adalah tumpul , maka tentunya nilai k akan negatif ini juga berarti
arah๐ค
ฬ
ฬ
ฬ
ฬ
1 akan berlawanan dengan arah ฬ
๐.
A. Menghitung ๐ค
ฬ
ฬ
ฬ
1ฬ
Untuk menghitung ๐ค
ฬ
ฬ
ฬ
1ฬ
, harus dihitung terlebih dahulu nilai k. Dengan
menggunakan aturan hasil kali titik , diperoleh :
๐ฬ
. ฬ
๐
= (๐ค
ฬ
ฬ
ฬ
1ฬ
+ ฬ
ฬ
ฬ
ฬ
๐ค2 ) . ฬ
๐
ฬ
๐โ(karena ฬ
ฬ
ฬ
ฬ
= โ๐ค
ฬ
ฬ
ฬ
ฬ
โโ
๐ค2 dan ฬ
๐saling tegak lurus maka ๐ค1.b = 0)
1
ฬ
๐โ cos ๐
= โ๐ค
ฬ
ฬ
ฬ
ฬ
โโ
1
= โ๐ ฬ
๐ โโ ฬ
๐โ cos ๐ (sudut yang dibentuk adalah 0 atau 180 )
๐ฬ
. ฬ
๐
Jadi ๐ = ฬ
โ ๐โ²
ฬ
๐ฬ
. ๐
๐ค
ฬ
ฬ
ฬ
1ฬ
= k ฬ
๐ = โ ฬ
โ² ฬ
๐ dan ฬ
ฬ
ฬ
ฬ
๐ค2 = ๐ฬ
− ๐ค
ฬ
ฬ
ฬ
1ฬ
๐
๐ฬ
. ฬ
๐
Panjang dari ๐ค
ฬ
ฬ
ฬ
ฬ
1 adalah ฬ
โ ๐โ
1.7
Nilai Eigen dan Vektor Eigen
Sering kali dalam percakapan matriks pada persoalan fisika, kita
jumpai persamaan dalam bentuk Ax = ๐x
Dengan A = aij adalah matriks bujur sangkar berorde (n) dan λ
adalah suatu bilangan (skalar). Untuk solusu trival x=0 berapapun harga
๐akan memenuhi, dan biasanya solusi ini tidak banyak gunanya dalam
fisika.
Untuk solusi non-trival, yaitu x≠0, harga ๐ yang memenuhi
persamaan tersebut disebut nilai eigen, atau nilai karakteristik dari matriks
A dan solusi yang bersesuaian dengan persamaan yang diberikan Ax = ๐x
disebut vektor eigen atau vektor karakteristik dari A.
Bila persamaan tersebut dinyatakan dalam bentuk sistem
persamaan yang terpisah, kita peroleh.
a11 a12
a13โฏ a1n1
a11 a12
a13โฏ a1n1
โฎ
โฎโฎ
An1 an2
x1
x1
x2
โฎโฎ
โฎ
an3โฏ ann
xn
=
๐ x2
xn
Atau
a11x1+a12x2+a13x3+ โฏ+a1nxn = ๐x1
a21x1+a22x2+a23x3+ โฏ+a2nxn = ๐x2
a31x1+a32x2+a33x3+ โฏ+a3nxn = ๐x3
โฎ
โฎโฎ
โฎโฎ
An1x1+an2x2+an3x3+ โฏ+anmxn = ๐x1
Bila ruas kanan dipindah ke ruas kiri, persamaannya menjadi
(a11-๐)x1 + a12x2
+ a13x3
+ โฏ +a1nxn
=0
a21x1+ (a22-๐)x2
+ a23x3
+ โฏ + a1nxn
=0
โฎ
an1x1
โฎโฎ
+an2x2
โฎโฎ
+an3x3
+ โฏ+ (anm-๐)xn = 0
a12
a13
atau
(a11-๐)
|๐ด − ๐I|=
a21
โฎ
โฎโฎ
A31
(a22-๐)
โฎ
a32an2
โฎ
โฏ(anm-๐)
Jadi,
Ax = ๐x
โฏ
a12
a1n
โฏa2n
Jika ruas kanan dipindahkan ruas kiri didapat,
(A-๐I)x=0
Perhatikan bahwa kita telah menyisipkan matriks satuan kedalam
persamaannya karena matriks hanya bisa dikurangi dengan matriks lagi.
Agar sistem persamaan linier homogen ini (yaitu semua konstantadi ruas
kanan sama dengan nol) mempunyai solusi non-trival, maka haruslah :
|๐ด − ๐I|
|๐ด − ๐I| disebut determinan karakteristik dari A, dan atau disebut
persamaan karakteristiknya. Dengan menjabarrkan determinan tersebut,
akan kita peroleh sebuah palinomial berderajat n dan pemecahan
karakteristiknya meberikan harga ๐ yaitu nilai eigen dari A.
1.8
Beberapa Teorema Mengenai Kombinasi Linier
Misalkan V adalah ruang vektor atas F dan S himpunan bagian V.
Kombinasi linear(linear combination) dari S adalah jumlahan berhingga
yang berbentuk a1v1 + a2v2 … + anvn dengan ai F dan viS, i=1,2,…,n.
Contoh : Misalkan S = {(1, 3, 1) , (2, 0, -1)}. Tentu S Ì Â3
๏ท
Kombinasi linear dari S di antaranya adalah :
2 (1, 3, 1) + 1 (2, 0, -1) = (4, 6, 1)
1 (1, 3, 1) + 0 (2, 0, -1) = (1, 3, 1)
๏ท
(4, -6, -6) adalah kombinasi linear dari S sebab
(4, -6, -6) = (-2) (1, 3, 1) + 4 (2, 0, -1)
๏ท
(3, 1, 2) bukanlah kombinasi linear dari S, sebab tidak ada bilangan
real a dan b sehingga (3, 1, 2) = a (1, 3, 1) + b (2, 0, -1). Hal ini
dijelaskan sebagai berikut :
Andaikan (3, 1, 2) = a (1, 3, 1) + b (2, 0, -1) = (a + 2b, 3a, 2a-b).
Ini berarti a+2b=3, 3a = 1, dan 2a – b = 2. Padahal tidak ada bilangan real
yang memenuhi ketiga persamaan terakhir.
Misalkan dipunyai vektor-vektor v1 , v2 , … , vn V. Kombinasi
linear dari vektor-vektor tersebut antara lain a1v1 + a2v2 … + anvn , b1v1 +
b2v2 … + bnvn , g1v1 + g2v2 … + gnvn dengan ai , bi , gi adalah skalarskalar untuk i = 1, 2, .. , n. Kombinasi linear tersebut merupakan vektorvektor dalam V (mengapa ?). Jumlahan dua kombinasi linear dari v1 , v2 ,
… , vn juga merupakan kombinasi linear dari v1, v2, … , vn , demikian juga
sebarang kombinasi linear dari v1, v2, …,vn apabila dikalikan dengan
sebarang skalar juga merupakan kombinasi linear dari v1, v2
,
… , vn
(mengapa?). Akibatnya jika semua kombinasi linear tersebut dikumpulkan
dalam satu himpunan, maka himpunan yang terbentuk akan merupakan
ruang bagian dari ruang vektor V. Hal ini diberikan dalam teorema berikut
ini.
1.8
Vektor dalam Persoalan Fisika
Berikut ini diberikan beberapa contoh sederhana penggunaan
analisa vektor
dalam persoalan Fisika yang sering dijumpai.
• Posisi suatu benda pada saat t = 0 dinyatakan dengan r0 = 2i−3j+k.
Dalam selang waktu โt = 3 s perpindahan yang dialami benda adalah
โr = −3i + 4j + 2k, maka posisi benda pada saat t = 3 s adalah
r(t = 3) = r0 + โr
= (2i − 3j + k) + (−3i + 4j + 2k)
= −i + j + 3k
๏ท Sebuah gaya F = i + 3j bekerja pada benda sehingga benda bergerak
lurus sejauh 2 m sepanjang sumbu x.
Besar usaha yang oleh gaya F terhadap benda adalah
W=F·r
= (i + 3j) · (2i)
= 2 joule
Sudut antara gaya F dengan arah perpindahan adalah
cos ๐ =
=
=
๐น. ๐
|๐น||๐|
2
(√12
2
2√10
= ๐๐๐๐๐๐ (
+ 32 )(√22 )
=
1
√10
10
1
√10)
10
๏ท Benda titik bermassa m = 2 kg bergerak sepanjang garis y = 2x + 3
dalam arah kuadran satu pada bidang koordinat xy dengan laju v = 3
m/s.
Arah gerak benda dapat dinyatakan menggunakan gradien persamaan
garis tersebut. Maka vektor satuan dalam arah garis tersebut adalah
๐ฃฬ =
1 + 2๐
√5
Vektor kecepatan benda tersebut adalah
๐ฃ = ๐ฃ๐ฃฬ =
3
√5
(๐ + 2๐)
๏ท Momentum sudut terhadap suatu titik tertentu didefinisikan sebagai
L = r × p dengan p = mv adalah momentum linier benda dan rnadalah
vektor posisi benda dari titik acuan yang dimaksud. Misalkan posisi awal
benda adalah r0 = 3j, maka posisi benda tiap saat dapat dinyatakan sebagai
๐(๐ก) =
3๐ก
6๐ก
๐ + ( + 3) ๐
√5
√5
Sehingga momentum sudut terhadap titik pusat koordinat O adalah
๐=๐๐ฅ๐
=(
3๐ก
6๐ก
3
(๐ + 2๐))
๐ + ( + 3) ๐) ๐ฅ (๐
√5
√5
√5
18๐ก๐ 18๐ก๐ 9๐
=(
−
−
)๐
5
5
√5
9๐
= ( )๐
√5
๏ท Sebuah benda bermassa m bergerak dengan kecepatan yang dinyatakan
dengan v = v0xi + v0yj
Energy kinetik tersebut adalah
1
๐ = ๐(๐ฃ. ๐ฃ)
2
1
= ๐(๐ฃ0๐ฅ ๐ + ๐ฃ๐๐ฆ ๐)
2
1
= ๐๐ฃ 2
2
๏ท Dalam persoalan kesetimbangan gaya seperti ditunjukkan dalam Gambar 1.15, kesetimbangan terjadi jika jumlah total gaya (ingat bahwa gaya
merupakan besaran vektor) sama dengan nol. Artinya, bila gaya-gaya
yang ada diuraikan pada sumbu-sumbu koordinat (misalnya sumbu x dan
sumbu y), maka resultan gaya pada arah sumbu x sama dengan nol dan
demikian juga halnya dengan resultan gaya pada arah sumbu y.
Agar titik O berada dalam keadaan setimbang, maka haruslah F1 +F2 + F3
= 0. Artinya jumlah gaya dalam arah sumbu x harus sama dengan nol,
ini memberikan
∑ ๐น๐ฅ = ๐น1 cos ๐ผ − ๐น2 cos ๐ฝ = 0
Demikian halnya dengan jumlah gaya dalam arah sumbu y juga harus
sama dengan 0 yang berarti
∑ ๐น๐ฅ = ๐น1 sin ๐ผ − ๐น2 sin ๐ฝ − ๐น3 = 0
1.9
Aplikasi Rangkaian Listrik pada Hukum Kirchoff
Robert Gustav Kirchoff merupakan penemu Hukum Kirchoff I
yang dikenal dengan Kirchoff’s Current Law (KCL) dan Hukum Kirchoff
II yang dikenal dengan Kirchoff’s Voltages Law (KVL). Dimana Gustav
Kirchoff menyatakan bahwa “jumlah kuat arus listrik yang masuk ke suatu
titik percabangan sama dengan jumlah kuat arus yang keluar dari titik
percabangan tersebut” yang pernyataan ini dikenal dengan bunyi Hukum
Kirchoff I. Gustav Kirchoff juga menyatakan bahwa “Didalam suatu
rangkaian tertutup jumlah aljabar gaya gerak listrik dengan penurunan
tegangan sama dengan nol” yang kemudian dikenal sebagai Hukum
Kirchoff II.
Secaramatematis, dapatdituliskansebagaiberikut:
Σ๐ผ๐๐๐ ๐ข๐=Σ๐ผ๐๐๐๐ข๐๐๐ผ1+๐ผ2=๐ผ3+๐ผ4+๐ผ5
HukumKircoff
II
secaramatematisdapatditulissebagaiberikut:
PadapenggunaanhukumKirhoff
II
padarangkaiantertutup
Σ๐+Σ๐ผ๐
=0
(loop)
terdapatbeberapaaturanpenting,
yaitu:
Pilih
loop
untukmasing-
masinglintasantertutupdenganarahtertentuKuatarusbertandapositif
(+)
jikasearahdengan loop danbertandanegatif (-) jikaberlawanandenganarah
loop.
Ketika mengikuti arah loop, kutub positif sumbertegangan dijumpai
lebih dahulu maka ε bertanda positif (+) dan sebaliknya.
Dalamrangkaiandengansatu
loop,
kuatarus
yang
mengaliradalahsamayaitusebesar I. Dimanaapabilapadarangkaianseperti yang
ditunjukkanolehgambar 3 dibuat loop a-b-c-d-a, makasesuaihukumKirchoff I
dapatditulis: Σ๐+Σ๐ผ๐
=0 ๐2−๐1+๐ผ ๐
4+๐2+๐
3+๐1 =0 Selainitu, ada pula
rangkaian
yang
memilikidua
loop
ataulebih,
dimanaprinsipnyasamadengansatu
teteapiharusdiperhatikankuataruspadasetiappercobaannya.
loop
loop,
Dimanajikadua
makadapatdiselesaikandengancaraberikutberdasarkangambar
4:
HukumKirchoff I: ๐ผ1+๐ผ2=๐ผ Loop I: ๐1+๐ผ๐1+๐ผ๐
1+๐ผ1๐
2=0 ๐1+๐ผ ๐1+๐
1
+๐ผ1๐
2=0 Loop
II:
๐2+๐ผ2๐2−๐ผ1๐
2+๐ผ2๐
3=0 ๐2−๐ผ1๐
2+๐ผ2 ๐2+๐
3 =0
Terdapatberbagaimacamalatukurlistrikyaituamperemeter
yang
merupakansuatualatuntukmengukurkuataruslistrik
yang
melaluisuaturangkaianlistrikdan voltmeter yang merupakansuatualat yang
digunakanuntukmengukurkuataruslistrik
yang
melaluisuaturangkaianlistrikdan voltmeter yang merupakansuatualat yang
digunakanuntukmengukurteganganlistrikpadasuaturangkaianlistrik.
Amperemeter harus dipasang secara seri dengan bagian rangkaian
atau komponen listrik yang akan diukur kuat arusnya, sedangkan voltmeter
harus dipasang paralel dengan bagian rangkaian atau komponen listrik
yang akan diukur tegannya. (Halliday dan Resnick, 1991)
Contoh Soal
1.
Tunjukan bahwa v = (3,9,-4,-2) merupakan kombinasi linier u1 = (1,-2,0,3)
u2 = (2,3,0,-1) dan u3 = (2,-1,2,1)
Jawab :
Bila v merupakan kombinasi linier dari u1, u2, dan u3, maka dapat ditentukan
x, y, dan z sehingga :
V = xu1 + yu2 + zu3
(3,9,-4,-2) = x(1,-2,0,3) + y(2,3,0,-1) + z(2,-1,2,1)
(3,9,-4,-2) = (1x,-2x,0x,3x) + (2y,3y,0y,-1y) + (2z,-1z,2z,1z)
(3,9,-4,-2) = (x+2y+2z,-2x+3y-z, 2z,3x-y+z)
Diperoleh persamaan :
x+2y+2z = 3
-2x+3y-z = 9
2z = -4
3x-y+z = -2
x=1, y=3, dan z = -2
jadi v = u1+3u2 – 2u3
jika sistem persamaan di atas tidak memiliki penyelesaian maka v tidak
dapat dinyatakan sebagai kombinasi linier dari u1,u2,dan u3.
Diketahui v ruang vektor
dan S = (s1,s2,…………….sn)
s1,s2,…………….sn € V
S dikatakan membangun/merentang V bila untuk setiap v € V,
v merupakan kombinasi linier dari S, yaitu :
v = k1s1 + k2s2 + ………. + knsn
k1,k2,………kn adalah skalar.
2.
Dengan menggunakan definisi dari perkalian titik (dot product) bahwa ๐ฬ.๐ฬ
= ๐ฬ.๐ฬ = ๐ฬ .๐ฬ = 1 dan ๐ฬ.๐ฬ = ๐ฬ.๐ฬ = ๐ฬ๐ฬ = 0, buktikan bahwa r = |๐| = √๐.
โโโโโโโ๐ akan
memberikan √๐๐ฅ2 + ๐ฆ๐ฆ2 + ๐๐ง2 uraikan dengan detail.
Jawab
Dengan ๐ = ๐๐ฅ ๐ฬ + ๐๐ฆ ๐ฬ+ ๐๐ง ๐ฬ maka
๐. ๐ = (๐๐ฅ ๐ฬ + ๐๐ฆ ๐ฬ+ ๐๐ง ๐ฬ) . (๐๐ฅ ๐ฬ + ๐๐ฆ ๐ฬ+ ๐๐ง ๐ฬ)
= ๐๐ฅ ๐๐ฅ (๐ฬ . ๐ฬ ) + ๐๐ฅ ๐๐ฆ (๐ฬ . ๐ฬ) + ๐๐ฅ ๐๐ง (๐ฬ . ฬ๐ )
+๐๐ฆ ๐๐ฅ (๐ฬ . ๐ฬ ) + ๐๐ฆ ๐๐ฆ (๐ฬ. ๐ฬ) + ๐๐ฆ ๐๐ง (๐ฬ . ๐ฬ)
+๐๐ง ๐๐ฅ (๐๐ฅ . ๐ฬ ) + ๐๐ง ๐๐ฆ ( ฬ๐.๐ฬ) +๐๐ง ๐๐ง (๐ฬ . ๐ฬ)
= ๐๐ฅ ๐๐ฅ (1) + ๐๐ฅ ๐๐ฆ (0) + ๐๐ฅ ๐๐ง (0)
+๐๐ฆ ๐๐ฅ (0) + ๐๐ฆ ๐๐ฆ (1) + ๐๐ฆ ๐๐ง (0)
+๐๐ง ๐๐ฅ (0) + ๐๐ง ๐๐ฆ (0) +๐๐ง ๐๐ง (1)
= ๐๐ฅ2 + ๐ฆ๐ฆ2 + ๐๐ง2
3. hitunglah besarnya vektor๐= 24๐ฬ + 7๐ฬ dan ๐ = 12๐ฬ + 4๐ฬ + 3๐ฬ
Jawab
Dengan menggunakan persamaan (2.1) dapat diperoleh bahwa
P= √242 + 02 + 72 = √576 + 0 + 49 = √625 = 25
Dan
q= √122 + 42 + 32 = √144 + 16 + 9 = √169 = 13
4. Lengkapilah tabel di bawah ini
Tabel 2.1 : pengurangan dan penjumlahan vektor (soal)
๐ด
โ
๐ต
2๐ฬ + ๐ฬ
๐ฬ
๐ฬ - ๐ฬ- ๐ฬ
๐ฬ- ๐ฬ-๐ฬ
โ
๐ด−๐ต
โ
๐ด+๐ต
๐ฬ
๐ฬ+2๐ฬ +3๐ฬ
Dengan menggunakan persamaan (2.2) ataupun (2.3) dapat diperoleh bahwa
Tabel 2.2 Pengurangan dan penjumlahan vektor
๐ด
โ
๐ต
โ
๐ด−๐ต
โ
๐ด+๐ต
2๐ฬ + ๐ฬ
๐ฬ
2๐ฬ + ๐ฬ- ๐ฬ
2๐ฬ + ๐ฬ+ ๐ฬ
๐ฬ
๐ฬ - ๐ฬ- 2๐ฬ
๐ฬ - ๐ฬ
๐ฬ+2๐ฬ +3๐ฬ
- 2๐ฬ-๐ฬ
๐ฬ - ๐ฬ- ๐ฬ
๐ฬ- ๐ฬ-๐ฬ
ฬ - 2๐ฬ- 3๐ฬ
4๐
Pada pengurangan dan penjumlahan vektor berlaku pula hukum-hukum
penjumlahan seperti hukum komulatif
5.
Tentukan vektor yang tegak lurus terhadap vektor terhadap ๐ฬ − 3๐ฬ + 2๐ฬ dan
5๐ฬ– ๐ฬ − 4๐ฬ
Penyelesaian
๐ฬ
(๐ฬ − 3๐ฬ + 2๐ฬ) x (5๐ฬ– ๐ฬ − 4๐ฬ) = |1
5
๐ฬ ๐ฬ
−3 2|
−1 4
= ๐ฬ(12 + 2) + ๐ฬ(10 + 4) + ๐ฬ(−1 + 15)
= 14 ๐ฬ + 14๐ฬ +14 ๐ฬ
6. Tentukan kemiringan garis ๐ = (๐ฬ − ๐ฬ )+t (2๐ฬ + ๐ฬ )
Penyelesaian
Dari persamaan ๐ = (๐ฬ − ๐) + t (2๐ฬ + ๐ฬ ) kita peroleh
๐๐ = ๐ฬ − ๐ฬ dan ๐ด = 2๐ฬ + ๐ฬ
โโโ
Atau titik yang dilewati adalah titik (1,-1) dan garis sejajar dengan vektor ๐ด =
2๐ฬ + ๐ฬ. Jadi kemiringan garis sama dengan kemiringan vektor.
tan ๐ผ =
๐ฆ 1
=
๐ฅ 2
7. Tentukanpersamaan bidang yang mengandung dua buah garis sejajar yaitu
garis yang melalui titik (5,-4,2) dan garis ๐ = ๐ฬ − ๐ฬ + (5๐ฬ − 2๐ฬ + ๐ฬ )๐ก
Penyelesaian
Garis pertama โโโ
๐1 = ๐ฬ − ๐ฬ + (5๐ฬ − 2๐ฬ + ๐ฬ)๐ก adalah garis melalaui titik (1,-1,0)
dan sejajar dengan vektor ๐ด = (5๐ฬ − 2๐ฬ + ๐ฬ)๐ก. Garis kedua โโโ
๐2 sejajar dengan
garis โโโ
๐1dan โโโ
๐2 mempunyai arah ๐ด = (5๐ฬ − 2๐ฬ + ๐ฬ)๐ก. Dengan demikian,
persamaan garis โโโ
๐2 yang melalui titik (5,-4,2) dan
๐2 = (5๐ฬ − 4๐ฬ + 2๐ฬ)+(5๐ฬ − 2๐ฬ + ๐ฬ)๐ก. Tarik vektor โโโ
โโโ
๐3 dari titik (5,-4,2) pada
garis kedua titik (1,-1,0) pada garis pertama.
๐3 = (1-5)๐ฬ +(-1+4)๐ฬ+(0-2)๐ฬ = -4๐ฬ +3๐ฬ -2๐ฬ
โโโ
๐3 juga terletak pada bidang. Sedangkan kita dapat mencari vektor normal
โโโ
pada bidang melakukan operasi cross antara ๐ด dan โโโ
๐3 sebagi berikut :
๐ฬ
๐ฬ
โ = |5 2
๐
−4 3
๐ฬ
1 |= 7๐ฬ + 6๐ฬ − 23๐ฬ
−2
Persamaan pada bidang dimana kedua garis โโโ
๐1⁄⁄ โโโ
๐2
๐(๐ฅ − ๐ฅ0 ) + ๐(๐ฆ − ๐ฆ๐ ) + ๐(๐ง − ๐ง๐ )=0
−7(๐ฅ − 5) + 6(๐ฆ + 4) − 23(๐ง − 2) = 0
−7๐ฅ + 6๐ฆ − 23๐ง = −23
โ dari massa myang diputar dengan sudut.
8. Tentukan momentum sudut, ๐ฟ
Perhatikan Gambar :
โ dirumuskan sebagai :
Kita mengetahui momentum sudut ๐ฟ
โ =๐ × ๐๐ฃ = ๐๐ × ๐ฃ
๐ฟ
Substitusikan
๐ฃ= ๐
โ × ๐
Kedalam persamaan, diperoleh momentum sudut dalam bentuk perkalian tiga
vektor yang menghasilkan vektor,
โ =๐ × ๐๐ฃ = ๐๐ × ๐ฃ = m๐ × (๐
๐ฟ
โ × ๐)
9. Diberikansebuahrangkaian yang terdiridariduabuah loop dengan data
sebagaiberikut :
E1 = 6 volt
E2 = 9 volt
E3 = 12 volt
Tentukan :
a)
b)
c)
d)
Kuatarus yang melalui R1 , R2 dan R3
Beda potensialantaratitik B dan C
Beda potensialantaratitik B danD
Dayapadahambatan R1
Penyelesaian:
a) Kuatarus yang melaluiR1 , R2 dan R3
Langkah-langkahstandar :
๏ผ
๏ผ
๏ผ
๏ผ
๏ผ
Menentukanaraharus
Menentukanarahloop
Masukkanhukumkirchoffarus
Masukkanhukumkirchofftegangan
Menyelesaikanpersamaan yang ada
Misalkanaraharusdanarah loop sepertigambarberikut
๐ผ3 = ๐ผ1 + ๐ผ2
Loop 1
∑ ๐ธ + ∑ ๐ผ๐
= 0
−๐ธ1 + ๐ธ2 + 2๐ผ1 + 3๐ผ3
−6 + 9 + 2๐ผ1 + 3๐ผ1 + 3๐ผ2 = 0
5๐ผ1 + 3๐ผ2 + 3 = 0
(persamaan I)
Loop II
∑ ๐ธ + ∑ ๐ผ๐
= 0
−๐ธ3 + ๐ธ2 + 6๐ผ2 + 3๐ผ3 = 0
−12 + 9 + 6๐ผ2 + 3๐ผ1 + 3๐ผ2
3๐ผ1 + 9๐ผ2 − 3 = 0
Persamaan II
Gabungan persamaan I dan II :
5๐ผ1 + 3๐ผ2 + 3 = 0 |× 3|
3๐ผ1 + 9๐ผ2 - 3 = 0 |× 1|
15๐ผ1 + 9๐ผ2 + 9 = 0
3๐ผ1 + 9๐ผ2 - 3 = 012๐ผ1 + 12 = 0
๐ผ1 = -1 A
3๐ผ1 + 9๐ผ2 − 3 = 0
3(−1) + 9๐ผ2 − 3 = 0
9๐ผ2 = 6
๐ผ2 =
6 2
= ๐ด
9 3
2
1
๐ผ3 = ๐ผ1 + ๐ผ2 = (−1) ( ) = −
3
3
b) Beda Potensial Antara titik b dan c
๐๐ต๐ถ = ∑ ๐ธ + ∑ ๐ผ๐
= ๐ธ2 + 3๐ผ3
1
๐๐ต๐ถ = 9 + 3 (− ) = 8 ๐๐๐๐ก
3
c) Beda potensial antara titik B dan D
๐๐ต๐ถ = ∑ ๐ธ + ∑ ๐ผ๐
= ๐ธ3 + 6(−๐ผ2 )
2
๐๐ต๐ถ = 9 + 6 (− ) = 12 − 4 = 8 ๐๐๐๐ก
3
d)Dayahambatan R1
๐ = ๐ผ 2 ๐
= (1)2 (2) = 2 ๐ค๐๐ก๐ก
10. Dari gambar di sampingdiketahui E1, E2, dan E3masing-masing 6 volt, 12 volt, dan
3 volt, serta R1,R2,R3, dan R4masing-masing 2 ohm, 3 ohm, 5 ohm, dan 1 ohm.
Berapadanbagaimanakaharuspadarangkasian ?
Jawab :
Kita misalkanaraharusmenurutluptertutup ABCDA maka :
-(E1) + E2 – E3 + i (R1 + R2 + R3 + R4) = 0
-(6) + 12– 3+ i (2 + 3+ 5+ 1) = 0
3 + 11i = 0
i = 0,27A (negatif)
Jadi, penentuanaraharussemuladari ABCDA adalahsalah, yang benaradalaharah
ADCBA besarnya 0,27 A.