Serambi Akademica, Vol. IV, No. 1, Mei 2016 ISSN : 2337 - 8085 PERBANDINGAN PEMBELAJARAN OPERASI PENJUMLAHAN DAN PENGURANGAN DENGAN BERHITUNG MENTAL DAN TANPA BERHITUNG MENTAL PADA SISWA KELAS IV SD NEGERI 3 PEUSANGAN Marzuki Dosen Program Studi PGSD FKIP Universitas Almuslim [email protected] ABSTRAK Penelitian ini dilatarbelakangi oleh rendahnya prestasi belajar siswa pada materi operasi penjumlahan dan pengurangan. Salah satu upaya yang dilakukan yaitu dengan menerapkan pembelajaran operasi penjumlahan dan pengurangan dengan teknik berhitung mental. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk meningkatkan prestasi belajar siswa pada materi penjumlahan dan pengurangan. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan desain Pretest-Posttes Control Group Design. Subyek penelitian adalah siswa kelas IV SD Negeri 3 Peusangan yang dipilih secara random. Berdasarkan temuan penelitian prestasi siswa yang belajar dengan pembelajaran operasi penjumlahan dan pengurangan berhitung mental lebih baik dari pada prestasi siswa yang belajar dengan pembelajaran tanpa berhitung mental. Kata Kunci: Operasi Penjumlahan, Berhitung Mental PENDAHULUAN Pengembangan proses pembelajaran terus ditingkatkan dengan harapan mutu pendidikan mengalami peningkatan. Kegiatan pembelajaran disetiap materi didesain supaya siswa bekerja atau melakukan aktivitas belajar, ketika mereka melakukan aktivitas belajar dengan sendirinya menelusuri atau menemukan pengetahuan sehingga dapat membangun pengetahuan yang mereka pelajari. Usaha guru sekolah dasar mengarahkan peserta didiknya untuk mengikuti kegiatan pembelajaran matermatika, agar siswa dapat mempelajari dan memahami materi dengan adanya aktivitas dalam kegiatan belajar, sehimgga siswa dapat menelusuri langkah demi langkah untuk menuju kesempurnaan pemahaman materi yang dipelajari. Berbagai macam metode dan pendekatan yang dilakukan oleh guru kelas IV SD demi mencapai ke peningkatan prestasi belajar penjumlahan dan pengurangan, baik metode yang kooperatif maupun metode yang inovatif bahkan sekarang sudah ditambah dengan pendekatan yang saintifik namun prestasi siswa SD kelas IV masih belum meningkat sebagaimana yang diharapkan, namun demikian guru tidak boleh menyerah tetap berusaha supaya siswa dalam belajar lebih cepat mengerti dan memahami materi matematika. Pembelajaran penjumlahan dan pengurangan dengan berhitung mental menekankan kegiatan pembelajaran ke arah pemahaman pengembangan matematika, dalam hal ini materi penjumlahan dan pengurangan yang diajarkan oleh guru dalam kelas berperan sebagai pengarah dan sebagai penjelasan terhadap kegiatan yang 65 Marzuki dilakukan oleh siswa untuk dapat mengembangkan daya pikir siswa terhadap materi penjumlahan dan pengurangan. Kegiatan pembelajaran dirancang supaya siswa mampu melakukan kegiatan yang mempermudah pemahaman materi operasi penjumlahan dan pengurangan. Berhitung mental yang dimaksudkan adalah matematika sekolah yang dilaksanakan dengan menempatkan realitas dan pengalaman siswa sebagai titik awal pembelajaran. Masalah-masalah operasi penjumlahan dan pengurangan digunakan sebagai sumber munculnya cara-cara mempermudah operasi penjumlahan dan pengurangan. Menurut Wahyudin (2008) agar menemukan suatu pemecahan para siswa mesti menarik pengetahuan yang mereka miliki dan lewat proses ini mereka sering kali akan membangun pemahaman-pemahaman matematis yang baru.Siswa diberi kesempatan untuk mengaplikasikan konsep-konsep matematika untuk memecahkan masalah operasi penjumlahan dan pengurangan. Kecerdasan cara berpikir sangat diutamakan dalam belajar matematika, namun hal tersebut tidak terjadi apabila pengarah tidak tepat atau tidak maksimal dalam setiap aktivitas kegiatan pembelajaran penjumlahan dan pengurangan. Kemampuan berpikir dan daya tangkap siswa kelas IV SD dengan menggunakan berhitung mental terhadap materi penjumlahan dan pengurangan juga dapat di usahakan dalam pembelajaran yang kegiatannya dapat dirancang sebagaimana kebutuhan dalam proses pemahaman materi. Kegiatan pembelajaran dengan berhitung mental mengutamakan kecerdasan cara berpikir untuk menemukan hasil secara cepat akurat tanpa harus menunggu lama atau proses yang panjang. Strategi penemuan hasil baik operasi penjumlahan maupun pengurangan dapat membuat siswa aktif dan kreatif dalam belajar, untuk itu berhitung mental membutuhkan cara berpikir kreatif. Menurut Hariman (Huda,2011) berpikir kratif adalah suatu pemikiran yang berusaha menciptakan gagasan baru dan membangun ide baru atau pemikiran baru. Lebih lanjut menurut Baron (Munandar, 2009:21) kreatifitas yaitu suatu kemampuan menghasilkan atau menciptakan sesuatu yang baru. Menurut Albert B. Bennett, Berhitung mental matematika itu penting, sebab selain memperkaya wawasan/pengetahuan juga kemampuan mengerjakan operasi hitung bilangan dengan banyak cara. Sebagaimana yang selama ini di lakukan disekolah-sekolah bahwa menjumlahkan atau mengurangkan hanya dengan satu cara bersusun kebawah. Padahal banyak cara bisa dilakukan. Menurut Bernnet, A.B. & Nelson (2001: 146-147) bahwa melakukan perhitungan mental yang mengharuskan kita untuk menggabungkan berbagai ketrampilan: kemampuan untuk menggunakan berbagai algoritma. Berhitung mental dapat digunakan untuk menyelesaikan atau menemukan banyak jawaban dari masalah penjumlahan dan pengurangan dan berguna dalam memperoleh jawaban yang tepat. Berikut ini ada beberapa cara dapat digunakan untuk berhitung mental matematika yaitu, 1) compatible numbers, 2) substitutions, 3) Equal differences dan 4) add-up method. Kesemua teknik tersebut disampaikan untuk mencapai pembelajaran berhitung mental matematika. Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian ini adalah untuk meningkatkan prestasi belajar siswa pada materi penjumlahan dan pengurangan. 66 Serambi Akademica, Vol. IV, No. 1, Mei 2016 ISSN : 2337 - 8085 METODE PENELITIAN Penelitian ini menggunakan metode eksperimen. Dalam penelitian ini terdapat dua kelompok subjek penelitian yaitu kelompok eksperimen melakukan pembelajaran operasi penjumlahan dan pengurangan dengan hitung mental dan kelompok kontrol melakukan melakukan pembelajaran operasi penjumlahan dan pengurangan dengan tidak hitung mental. Desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah desain Pretest-Posttes Control Group Design dengan rancangan seperti di bawah ini: Tabel 1. Desain Pretest-Posttes Control Group Design Kelompok Pretes Perlakuan Postes Eksperimen Kontrol Ket: dan = Pretes, dan = Postes = Pembelajaran operasi penjumlahan dan pengurangan dengan hitung mental = pembelajaran operasi penjumlahan dan pengurangan dengan tidak hitung mental Penelitian ini dilaksanakan di kelas IV SD 3 Peusangan pada semester genap Tahun Ajaran 2015/2016. Pengumpulan data dilakukan dengan tes terhadap pemahaman siswa baik siswa kelas eksperimen maupun kelas kontrol, berupa kemampuan siswa dalam menyelesaikan soal-soal, 10 soal tes digunakan dalam bentuk cois dan uraian cara perolehan supaya bisa melihat proses pengerjaan yang dilakukan siswa, tes tersebut untuk mengetahui sejauh mana mereka memahami materi pelajaran yang diberikan. Butir soal tes valid karena sudah diuji validitas test, yaitu dengan mengorelasikan antara butir soal dengan skor total dengan menggunakan rumus Pearson Product Moment dengan bantuan program ANATES versi 4.0.5. Butir soal tes reliabilitas sudah diukur ketetapan alat evaluasi dalam mengukur atau ketetapan siswa dalam menjawab alat evaluasi tersebut. Ruseffendi (1998: 142) “ suatu alat evaluasi (tes atau non tes) dikatakan baik, antara lain reliabilitasnya tinggi.” Berdasarkan hasil uji coba reliabilitas butir soal secara keseluruhan diperoleh koefisien reliabilitas tes sebesar 0,79. yang berarti soal tes yang digunakan reliabel. Perhitungan daya pembeda diperoleh kesanggupan siswa menjawab soal sangat mudah, mudah sedang dan sukar, dalam hal ini daya pembeda kategori cukup. Dari 10 soal tes terhadap operasi penjumlahan, pengurangan, dan operasi campuran dengan tingkat kesukaran terdapat tiga soal sangat mudah dua soal mudah, tiga soal sedang dan dua soal kategori sukar. HASIL DAN PEMBAHASAN Berdasarkan hasil penelitian diperoleh gambaran tentang proses pembelajaran berhitung mental matematika untuk siswa kelas IV Sekolah Dasar, ketika siswa kelas IV/C SD Negeri 3 Peusangan sebagai kelas eksperimen diberikan pembelajaran berhitung mental siswa termotivasi untuk belajar, hal ini terbukti dari aktivitas kegiatan belajar menyelesaikan Lembaran Kegiatan Siswa (LKS) yang mereka tunjukkan. Dari 25 siswa yang mengikuti prostes hanya dua siswa yang tidak menggunakan berhitung mental yaitu dengan mencari hasil bersusun kebawah, itupun beberapa soal saja, sedangkan 23 siswa lainnya menyelesaikan soal postes dengan menggunakan berhitung mental matematika. 67 Marzuki Untuk lebih jelasnya perolehan hasil tes baik pretes maupun postes siswa kelas IV/C dapat dilihat pada tabel dibawah ini. Tabel 1. Hasil pretes maupun postes siswa kelas IV/C No. Inisial Nama Nilai Pretes Nalai Postes Kemajuan 1. AA 60 100 40 2. AF 50 90 40 3. AM 60 80 20 4. ARB 50 70 20 5. ASS 70 100 30 6. CB 60 90 30 7. CCK 60 100 40 8. CN 70 100 30 9. DJW 70 90 20 10. DS 60 90 30 11. FA 70 90 20 12. FM 20 80 60 13 FRK 60 50 -10 14. GAS 60 100 40 15. NS 50 90 40 16. MA 50 70 20 17. MAM 40 70 30 18. MHS 50 60 10 19. MI 40 80 40 20. MHA 70 100 30 21. MR 70 80 10 22. MRA 40 70 30 23. MSA 20 80 60 24. RJ 70 90 20 25. TR 60 90 30 Rerata 56,8 90 Perolehan hasil belajar yang diukur dengan postes terhadap kemampuan siswa menyerap materi yang sudah mereka pelajari berhitung mental matematika tersebut rata-rata nilai 90, sementara hasil pretes sebelum pembelajaran berhitung mental ratarata 56,8. Dari 25 siswa yang mengukuti tes, selisih antara hasil pretes dengan postes kelas eksperimen tertinggi 60. Adapun rincian hasil pretes nilai terendah 20 sementara nilai tertinggi 70. Sedangkan hasil postes nilai terendah 50 sedangkan nilai tertinggi 100. Ketika siswa menyelesaikan pretes cendrung mereka menggunakan cara bersusun kebawah bukan dengan berhitung mental matematika, tetapi setelah belajar teknikteknik berhitung mental matematika siswa cendrung menyelesaikan soal dengan berhitung mental matematika. Hal ini terlihat ketika menjawab soal-soal postes. Baik lembaran soal pretes maupun soal postes dalam bentuk pilihan ganda namun disediakan kolom cara penyelesiaannya. Kegiatan menyelesaikan soal baik pretes maupun postes siswa enggan mencari langsung di lembaran soal, mereka cari dulu di kertas lain atau buku latihan baru kemudian ditulis jawabannya saja di lembaran jawaban. 68 Serambi Akademica, Vol. IV, No. 1, Mei 2016 ISSN : 2337 - 8085 Untuk kelas kontrol yaitu kelas IV/B penyajian materi tanpa berhitung mental matematika perolehan nilai baik pretes maupun postes dapat dilihat pada tabel berikut. Tabel 2. Hasil pretes maupun postes siswa kelas IV/B No. Inisial Nama Nilai Pretes Nalai Postes Kemajuan 1. AM 70 80 10 2. AS 70 40 -30 3. AT 60 50 -10 4. ATJ 60 60 0 5. DA 60 70 10 6. FA 70 80 10 7. NA 50 60 10 8. NAM 50 40 -10 9. NE 70 80 10 10. NR 50 50 0 11. NRA 60 60 0 12. NSN 70 90 20 13. NSS 70 80 10 14. NUK 70 80 10 15. MA 50 40 -10 16. MS 50 90 40 17. MTF 60 60 0 18. MQ 70 50 -20 19. MZ 70 70 0 20. PR 70 30 40 21. RA 70 70 0 22. RR 40 30 10 23. RRM 70 80 10 24. SA 70 80 10 25. WN 60 50 -10 26. ZR 50 90 40 Rerata 61,22 63,84 Perolehan hasil belajar yang diukur dengan postes terhadap kemampuan siswa menyerap materi yang sudah mereka pelajari tanpa berhitung mental rata-rata nilai 63,84, sementara hasil pretes rata-rata 61,22. Dari 26 siswa yang mengukuti tes, selisih antara hasil pretes dengan postes kelas kontrol tertinggi 40. Adapun rincian hasil pretes nilai terendah 50 sementara nilai tertinggi 70. Sedangkan hasil postes nilai terendah 30 sedangkan nilai tertinggi 90. Seluruh siswa kelas kontrol menyelesaikan soal tes baik pretes maupun postes menggunakan cara bersusun kebawah . Untuk pretes baik kelas kontrol maupun kelas eksperimen kedua kelas tersebut berdistribusi nolmal hal ini hasil pengujian dengan One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test. Kemudian dilanjutkan dengan uji Mann-whitney untuk menguji hipotesis kedua kelas tersebut berdasarkan hasil pengolahan data disimpulkan bahwa tidak ada perbedaan rata-rata tes awal kelas eksperimen dengan kelas kontrol. Berdasarkan uji perbedaan rata-rata postes menggunakan Independent Samples Test dengan uji hipotesisnya H0 : 1 = 2 (tidak ada perbedaan rata-rata tes akhir kelas 69 Marzuki eksperimen dengan kelas kontrol.) H1 : 1 2 (ada perbedaan rata-rata tes akhir kelas eksperimen dengan kelas kontrol). Nilai = 0,05, daerah kritis dan H0 ditolak jika p value (Sig. (2-tailed)) < 0,05. Uji Statistik p value (Sig. (2-tailed)) = 0,000. Perolehan hasil pengujian, karena p value (Sig. (2-tailed)) < 0,05 maka H0 ditolak sehingga didapat bahwa ada perbedaan rata-rata tes akhir kelas eksperimen dengan kelas kontrol. PENUTUP Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan diperoleh kesimpulan prestasi siswa yang belajar dengan pembelajaran operasi penjumlahan dan pengurangan berhitung mental lebih baik dari pada prestasi siswa yang belajar dengan pembelajaran tanpa berhitung mental. DAFTAR PUSTAKA Bernnet, A.B. & Nelson, L. T. (2001). Mathematics for Elementary teachers, A Conseptual Approarch New York: McGraw-Hill Companies. Huda, C. (2011). Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kreatif Siswa Dalam Memecahkan masalah Matematika dengan Model Pembelajaran Triffinger pada Materi Pokok Keliling dan Luas Persegi Panjang. diakses pada tanggal 12 Januari 2016, dari http digilip://.sunan ampel.ac.id. Munandar, U. (2009) Pengembangan Kreativitas Anak Berbakat. Jakarta Rineka Cipta. Ruseffendi, E.T. (1998). Statistika Dasar untuk Penelitian Pendidikan. Bandung: Tarsito. Wahyudin. (2008). Pembelajaran dan Model-model Pembelajaran. Jakarta: Universitas Indonesia. 70