JAWABAN SOAL CHAPTER 9 : STRATEGIC COMMITMENT 1. Perbedaan antara soft commitment dan no commitment Soft commitment merupakan komitmen yang akan mendatangkan efek yang menguntungkan bagi pesaing perusahaan. Pada konsep ekuilibrum Cournot, Soft commitment di suatu perusahaan, termasuk didalamnya kebijakan kuantitas yang dijalankannya dibawah tough commitment akan lebih kecil bagi perusahaan tersebut dibandingkan bila dilakukan tanpa commitment sama sekali. Kita sebaiknya menjalankan soft commitment jika efek positf langsung yang didapatkan melebihi efek negatif strategik. Sedangkan pada konsep nocommitment , sama sekali tidak terdapat komitmen yang akan mempengaruhi kebijakan perusahaan. 3. Jelaskan mengapa harga merupakan strategic complements sedangkan kapasitas merupakan strategic substitutes Strategic complements merupakan tindakan yang menyebabkan suatu perusahaan yang sedang saling bersaing untuk mengambil langkah yang sama. Sebagai contoh, jika perusahaan A menaikkan harga, maka kita juga akan menaikkan harga pula. Strategic complements menyiratkan secara tidak langsung bahwa tindakan agresif pada suatu perusahaan akan mempengaruhi pula tindakan yang lebih agresif pada perusahaan lainnya. Kurva pada strategic substitutes cenderung menunjukkan tren naik. Strategic substitutes merupakan tindakan yang menyebabkan suatu perusahaan yang sedang saling bersaing untuk mengambil langkah yang sama. Sebagai contoh, jika perusahaan kita menaikan kapasitas, perusahaan lain juga akan turut meningkatkan kapasitasnya. Strategic substitutes menyiratkan secara tidak langsung bahwa tindakan agresif pada suatu perusahaan akan mempengaruhi pula tindakan yang kurang agresif pada perusahaan lain. Kurva pada strategic substitutes cenderung menunjukkan tren menurun. 5. Dengan penjelasan logis mengenai cournot ekuilibrum, jelaskan mengapa lebih efektif bagi perusahaan untuk mengembangkan/menambah kapasitasnya mendahului pesaing, dibandingkan suatu perusahaan yang hanya mengumumkan untuk menambah kapasitasnya saja. Konsep dasar cournot equilibrum adalah : dua perusahaan sejenis yang saling bersaing tetapi saling bergantung satu sama lain dalam pasar duopoli. Perusahaan A (atau perusahaan B) satu sama lain memberikan reaksi terhadap capacity setting yang dilakukan oleh perusahaan B (atau perusahaan A), sehingga setiap perusahaan memiliki fungsi reaksi yang menggambarkan hubungan antara kapasitas perusahaan satu terhadap kapasitas perusahaan lainnya. Dalam Cournot equilibrum, masing-masing perusahaan dapat ‘melihat’ capacity setting yang dilakukan pesaingnya. Cournot equilibrum adalah kondisi stabil dimana satu perusahaan tidak berkecenderungan untuk mengubah kapasitasnya dengan mempertimbangkan kapasitas perusahaan pesaingnya. 7. Jika kita melihat pada monopoli produsen dari durable goods/barang tahan lama, seperti komputer. Barang tersebut tidak terdepresiasi. Saat satu konsumen membelinya dari pelaku monopoli, mereka bebas untuk menjualnya ke tangan kedua (pasar/konsumen) lain. Pada pasar perdagangan barang tahan lama, pola harganya sebagai berikut : Penjual memulai menetapkan harga yang tinggi namun kemudian akan menurun dari waktu ke waktu. Jelaskan mengapa, pada durable goods, pelaku monopoli cenderung menginginkan untuk menetapkan kebijakan harga yang seperti demikian. Adakah pemikiran bahwa pelaku monopoli akan membuat komitmen yang dapat dipercaya untuk menjalankan hal ini. Pada model kebijakan harga, terutama pada monopoli durable goods, kebijakan diskriminasi harga temporer adalah menguntungkan. Penjualan periodik, bertujuan agar pada konsumen pada musim yang sepi, harga akan diturunkan, sedangkan jika sedang ramai pembeli, harga akan dinaikkan. Kebanyakan konsumen bersedia untuk membayar pembelian pada saat ada sale. 6 keys dalam diskriminasi harga monopoli durable goods : - Harus ada heterogenitas konsumen untuk mendatangkan peluang terhadap keuntungan melalui diskriminasi harga - Pelaku monopoli harus mengupdate strateginya dalam memperkirakan agar strategi sale yang dijalankannya menjadi efektif. - Harus ada pemasukan yang kontinu terhadap konsumen baru, sehingga pada saat suatu tren harga berakhir, akan ada kebijakan tren harga yang baru - Konsumen harus cerdik dalam memahami pilihan untuk menunggu diadakannya sale oleh pedagang - Asumsi bahwa pengaturan harga tersebut merupakan konsep free of competition - Asumsi bahwa pelaku monopoli lebih cenderung untuk menjual barang daripada menyewakannya Produsen monopolis dapat mengambil keuntungan di atas normal (normal profit) sehingga merugikan konsumen. Inilah yang disebut monopolistic rent. Strategi untuk memaksimumkan laba ini dapat ditempuh melalui dua cara, yaitu (1) penetapan harga dan (2) pengendalian kuantitas barang yang dihasilkannya/dijualnya. Penetapan harga secara sepihak oleh produsen monopolis sangat dimungkinkan, sebab ia satu-satunya produsen. Konsumen akan terpaksa atau dipaksa untuk menyetujui harga yang ditetapkan oleh produsen, sebab mereka tidak memiliki alternatif pilihan lainnya. Efektifitas penetapan harga untuk memaksimumkan laba produsen monopolis tergantung pada sejauh mana tingkat kebutuhan konsumen terhadap barang yang dihasilkan produsen tersebut. Semakin tinggi tingkat kebutuhan konsumen - misalnya untuk barang primer - maka semakin tidak berdaya konsumen untuk menolak harga yang ditetapkan oleh produsen, demikian pula sebaliknya. Mekanisme penentuan harga di dalam monopoli cenderung berpotensi menghasilkan kerugian bagi konsumen, sebab harga ditentukan lebih berorientasi kepada kepentingan produsen saja. harga harus mencerminkan keadilan (price equivalence), baik dari sisi produsen maupun dari sisi konsumen. Komitmen inilah yang sebaiknya dilakukan pelaku monopoli.