ISBN : 978-602-73865-4-9 HUBUNGAN USIA DAN PENDIDIKAN IBU HAMIL RESIKO TINGGI DENGAN KEPATUHAN ANTENATAL CARE Anik Sulistiyanti Akademi Kebidanan Citra Medika Surakarta, [email protected] ABSTRAK Mortalitas dan morbiditas pada ibu hamil dan bersalin adalah masalah besar di negara berkembang. Antenatal Care merupakan salah satu cara untuk mencegah resiko mortalitas dan morbiditas ibu hamil. Data di Puskesmas Manahan Surakarta pada tahun 2014 terdapat 29 ibu hamil resiko tinggi dan melebihi sasaran pertahun. Cakupan K1 dan K4 di Puskesmas Manahan Surakarta (34,4%) masih dibawah target cakupan Kota Surakarta. Tujuan penelitian untuk mengetahui hubungan antara usia dan pendidikan ibu hamil resiko tinggi dengan kepatuhan Antenatal Care. Jenis penelitian adalah penelitian analitik deskriptif. Jumlah sampel sebanyak 32 ibu hamil beresiko tinggi dengan teknik pengambilan sampel total sampling. Data penelitian diperoleh dokumen rekam medis Puskesmas. Uji hipotesis dalam penelitian ini adalah uji Kendall Tau. Hasil penelitian adalah terdapat hubungan usia ibu hamil beresiko tinggi dengan kepatuhan Antenatal Care di Puskesmas Manahan Surakarta (p-value = 0, 002) dan terdapat hubungan pendidikan ibu hamil beresiko tinggi dengan kepatuhan Antenatal Care di Puskesmas Manahan Surakarta (p-value = 0,004). Kesimpulan terdapat hubungan usia dan pendidikan ibu hamil resiko tinggi dengan kepatuhan Antenatal Care di Puskesmas Manahan Surakarta. Kata kunci : Ibu hamil resiko tinggi, usia, pendidikan, dan Antenatal Care ABSTRAK Mortality and morbidity during pregnancy and childbirth is a huge problem in developing countries. Antenatal care is one way to prevent the risk of maternal mortality and morbidity. Data in Puskesmas Manahan Surakarta in 2014 there were 29 high-risk pregnant mothers and exceeded annual targets. K1 and K4 coverage in Public Health Center Manahan Surakarta (34.4%) is still below the target of Surakarta coverage. The aim of research to determine the relationship between age and education of pregnant women at high risk with compliance Antenatal Care. This type of research is descriptive analytic study. The total sample of 32 pregnant women at high risk with the sampling technique total sampling. Data were obtained medical records document the health center. Test the hypothesis in this study is to test the Kendall Tau. The results showed that there is a relationship maternal age at high risk with compliance Antenatal Care in Public Health Center Manahan Surakarta (p-value = 0, 002) and there is a relation between education and pregnant women are at high risk with compliance Antenatal Care in Public Health Center Manahan Surakarta (p-value = 0.004). Conclusion there is a relationship maternal age and education at high risk with compliance Antenatal Care in Public Health Center Manahan Surakarta Keywords: Pregnant women at high risk, age, education, and Antenatal Care PENDAHULUAN Mortalitas dan morbiditas pada wanita hamil dan bersalin adalah masalah besar di negara berkembang. Kehamilan resiko tinggi merupakan keadaan yang berbahaya sebagai penyebab kematian ibu seperti perdarahan, eklampsia dan infeksi. Beberapa faktor resiko pada ibu hamil dapat mempersiapkan diri dengan lebih memperhatikan perawatan kesehatannya dalam menghadapi kehamilan dengan resiko tinggi dan memberikan pelayanan kesehatan masih memerlukan perbaikan kesehatan yang bersifat menyeluruh dan lebih bermutu seperti pelayanan perawatan masa kehamilan dengan tepat dan sesuai ketentuan (Hasnaeni, 2012) Target AKI di Indonesia pada tahun 2015 adalah 102/100.000 kelahiran hidup. Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia tahun 2012, Angka Kematian Ibu (AKI) (yang berkaitan dengan kehamilan, persalinan, dan nifas) 359/100.000 kelahiran hidup (SDKI, 2012) Angka Kematian Ibu di Provinsi Jawa Tengah untuk tahun 2014 berdasarkan laporan dari kabupaten / kota sebesar 126,55/100.000 kelahiran hidup mengalami peningkatan bila dibandingkan dengan AKI pada tahun 2013 sebesar 118,62/100.000 kelahiran hidup. Kasus kematian Ibu tertinggi pada Tahun 2014 di Kabupaten Brebes sebesar 73/100.000 kelahiran hidup. Angka Kematian Ibu di Prosiding Nasional APIKES-AKBID Citra Medika Surakarta 84 ISBN : 978-602-73865-4-9 Kota Surakarta tahun 2014 yaitu 7/1.000 kelahiran hidup. Kejadian kematian maternal paling banyak adalah pada waktu nifas sebesar 57 %, pada waktu bersalin sebesar 16%, dan pada waktu hamil sebesar 27 %. Penyebab kematian ibu adalah perdarahan sebesar 22,93 %, preeklamsia sebesar 28,10 %, infeksi sebesar 3,66%, gangguan sistem peredaran darah sebesar 4,93% dan lain-lain sebesar 42,33 %. Angka kematian Ibu menurut umur ibu tahun 2014 adalah < 20 tahun (7%), 20-35 tahun (67%) dan > 35 tahun (26%). Angka Kematian ibu menurut tingkat pendidikan tahun 2014 yaitu pendidikan dasar 43%, pendidikan Menengah 50%, dan pendidikan Tinggi 7 % (Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah, 2014). AKI di Kota Surakarta meningkat dari 49,61 per 100.000 kelahiran hidup pada tahun 2006 menjadi 157 pada tahun 2009, dan menurun kembali menjadi 91,36 per 100.000 kelahiran hidup pada tahun 2010. Dan sampai dengan bulan Oktober 2014 telah ditemukan kematian ibu sebanyak 4 ibu (57 per 100.000 kelahiran hidup). Angka ini sudah melebihi dari angka yang ditargetkan Provinsi Jawa Tengah yaitu sebesar 30 per 100.000 kelahiran hidup. Hasil audit maternal yang sudah dilakukan oleh Tim audit di Kota Surakarta, menemukan penyebab kematian ibu melahirkan karena perdarahan, preeklamsia ringan/berat, infeksi, sebab lain-lain. Terjadinya kematian ibu biasanya terkait dengan kurangnya akses ke pelayanan kesehatan ibu yang berkualitas, terutama pelayanan kegawatdaruratan tepat waktu yang dilatarbelakangi oleh terlambat mengenal tanda bahaya dan mengambil keputusan, kurangnya kompetensi pelayanan di tingkat dasar dan kurang cepatnya pelayanan kegawatdaruratan di pelayanan rujukan (Dinas Kesehatan Kota Surakarta, 2014) Ibu hamil yang termasuk golongan kehamilan dengan resiko tinggi adalah ibu dengan riwayat kehamilan dan persalinan yang sebelumnya kurang baik, misalnya riwayat keguguran, perdarahan pasca kelahiran, lahir mati, tinggi badan ibu hamil kurang dari 145 cm, ibu hamil yang kurus atau berat badan kurang, usia ibu hamil kurang dari 20 tahun atau lebih dari 35 tahun, sudah memiliki 4 anak atau lebih, jarak antara dua kehamilan kurang dari 2 tahun, ibu menderita anemia atau kurang darah, perdarahan pada kehamilan, tekanan darah yang meninggi dan sakit kepala hebat dan adanya bengkak pada tungkai, kelainan letak janin atau bentuk panggul ibu tidak normal, riwayat penyakit kronik seperti diabetes, darah tinggi, asma dan lain-lain (Christian, 2008). Berdasarkan studi pendahuluan di Puskesmas Manahan mengenai data ibu hamil sasaran ibu hamil resiko tinggi pada tahun 2014 adalah 25 orang dan ibu hamil resiko tinggi/komplikasi yang ditangani berjumlah 29 orang berarti jumlah ibu hamil resiko tinggi melebihi sasaran per tahun. Sejak bulan Januari sampai bulan Juli 2014, ibu hamil resiko tinggi yang terdeteksi 30 orang (34,4%) dari seluruh 87 wanita hamil. Sementara itu, cakupan K1 dan K4 untuk Puskesmas Manahan sejak bulan Januari sampai bulan Juli tahun 2014 sebesar 14,4% dan 14,4%. Berdasarkan data dan permasalahan tersebut di atas maka penulis merumuskam masalah penelitian adalah hubungan usia dan pendidikan ibu hamil resiko tinggi dengan kepatuhan Antenatal Care di Puskemas Manahan Kota Surakarta. Tujuan penelitian untuk mengetahui hubungan antara usia dan pendidikan ibu hamil resiko tinggi dengan kepatuhan Antenatal Care di Puskemas Manahan Kota Surakarta. TINJAUAN PUSTAKA Usia Usia adalah rentang kehidupan yang diukur dengan tahun, dikatakan masa awal dewasa adalah usia 18 tahun sampai 40 tahun, dewasa Madya adalah 41 sampai 60 tahun, dewasa lanjut > 60 tahun, umur adalah lamanya hidup dalam tahun yang dihitung sejak dilahirkan (Hurlock, 2004). Pendidikan Dalam Undang-undang RI Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional disebutkan bahwa pendidikan sebagai usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses penbelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara. Di Indonesia jalur pendidikan terdiri atas pendidikan formal, nonformal dan informal. Peneliti lebih menekankan kepada pendidikan formal. Ibu Hamil Resiko Tinggi a. Kriteria Kehamilan Resiko Tinggi Ibu hamil dengan resiko tinggi perlu mendapatkan pengawasan antenatal khusus sehingga tepat pelayanan yang di dapat oleh ibu tersebut. Kehamilan yang mempunyai kriteria kehamilan resiko tinggi (Manuaba, 2012 ) yaitu: 1. Primipara muda berusia kurang dari 16 tahun, primipara tua dengan usia lebih dari 35 tahun, dan primipara sekunder dengan usia anak terkecil di atas 5 tahun. 2. Riwayat operasi ( operasi plastik pada vagina atau tumor vagina , operasi persalinan atau operasi pada rahim ) Prosiding Nasional APIKES-AKBID Citra Medika Surakarta 85 ISBN : 978-602-73865-4-9 3. 4. 5. 6. Riwayat Kehamilan ( keguguran berulang, kematian intrauteri, sering mengalami perdarahan saat kehamilan, terjadi infeksi saat kehamilan, riwayat molahidatidosa atau korio karsinoma ) Riwayat persalinan ( persalinan premature, persalinan dengan berat bayi lahir rendah, persalinan lahir mati, persalinan dengan induksi, persalinan dengan manual plasenta, persalinan dengan perdarahan post partum dan persalinan dengan tindakan ) Tinggi badan kurang dari 145 cm Kehamilan yang disertai dengan penyakit (jantung, paru, hati, ginjal, dan diabetes mellitus) b. Faktor Penyebab Terjadinya Kehamilan Resiko Tinggi ( Permatasari, 2012 ) adalah 1. Faktor non medis Kemiskinan, ketidaktahuan, adat, tradisi, kepercayaan, status gizi, social ekonomi yang rendah, kebersihan lingkungan, kesadaran untuk memeriksa kehamilan secara teratur, fasilitias dan sarana kesehatan yang serba kekurangan. 2. Faktor medis Penyakit ibu dan janin , kelainan obstetrik, gangguan plasenta, gangguan tali pusat, komplikasi janin, penyakit neonatus, dan kelainan genetic c. Dampak kehamilan resiko tinggi yang dapat terjadi pada ibu ( Permatasari, 2012 ) adalah : 1. Abortus 2. Perdarahan 3. Keracunan Kehamilan 4. Kejang-kejang 5. Berkurangnya gerakan janin 6. Persalinan premature 7. Gangguan perkembangan dan pertumbuhan kehamilan 8. Ketuban pecah dini 9. Penyulit sewaktu persalinan Kepatuhan Kepatuhan merupakan perilaku. Perilaku terbentuk dari proses belajar. Perilaku dapat diartikan sebagai suatu respon seseorang terhadap stimulus dari subjek. Sedangkan belajar adalah suatu perubahan perilaku yang didasari oleh perilaku sebelumnnya. Dengan demikian, perilaku dibentuk melalui suatu proses dan berlangsung dalam interaksi manusia dengan lingkungannya. Dalam perkembangan terbentuknya suatu perilaku baru, terutama pada orang dewasa dimulai dari tahu terhadap stimulus berupa materi atau objek, kemudian memahami, mengaplikasikan, menganalisis, mensintesis, dan mengevaluasi. Perilaku yang didasari oleh pengetahuan ini akan lebih langgeng daripada perilaku yang tidak didasari oleh pengetahuan. Motivasi ibu dalam pelaksanaan antenatal care akan semakin teratur jika mendapat dukungan besar dari keluarga karena keluarga merupakan orang yang terdekat yang dapat memberikan motivasi pada proses Antenatal Care (Niven, 2013) Antenatal Care Antenatal Care (ANC) adalah pemeriksaan kehamilan yang diberikan oleh bidan atau dokter kepada ibu selama masa kehamilan untuk mengoptimalisasikan kesehatan mental dan fisik ibu hamil, sehingga mampu menghadapi persalinan, nifas, persiapan memberikan ASI, dan kembalinya kesehatan reproduksi secara wajar (Manuaba, 2012). Antenatal Care yang bertujuan untuk menjaga agar ibu hamil dapat melalui masa kehamilan, persalinan dan nifas dengan baik dan selamat serta menghasilkan bayi yang sehat, dan pada akhirnya dapat menurunkan angka kematian ibu dan bayi. Pelayanan antenatal dengan standart pemeriksaan berulang (K1-K4) merupakan komponen pelayanan kesehatan ibu hamil yang penting karena bila timbul gangguan kesehatan ini mungkin dapat dikenali sehingga dilakukan perawatan yang cepat dan tepat dengan standart “ 14 T “ pelayanan Antenatal care yang terdiri dari : Ukur tinggi badan atau berat badan, Ukur tekanan darah, Ukur tinggi fundus uteri, Pemberian imunisasi TT, Pemberian tablet zat besi (minimal 90 tablet selama kehamilan), Test terhadap penyakit menular seksual/VDRL, Temu wicara/konseling, Test/pemeriksaan Hb, Test/pemeriksaan urin protein, Test reduksi urin, Perawatan payudara (tekan pijat payudara), Pemeliharaan tingkat kebugaran (senam hamil), Terapi yodium kapsul (khusus daerah endemic gondok), Terapi obat malaria (Christiani, 2014). Dengan perawatan yang baik, 90-95% ibu hamil yang termasuk kehamilan dengan resiko tinggi dapat melahirkan dengan selamat dan mendapatkan bayi yang sehat. Juga sangat penting bagi setiap ibu hamil untuk melakukan ANC atau pemeriksaan kehamilan secara teratur, yang bermanfaat untuk memonitor kesehatan ibu hamil dan bayinya, sehingga bila terdapat permasalahan dapat diketahui secepatnya dan diatasi sedini mungkin (Suririnah, 2009). Prosiding Nasional APIKES-AKBID Citra Medika Surakarta 86 ISBN : 978-602-73865-4-9 METODE Metode dalam penelitian ini yaitu jenis penelitian deskriptif analitik dengan desain penelitian pendekatan cross sectional. Variabel bebas dalam penelitian ini adalah Usia dan Pendidikan ibu hamil resiko tinggi. Variabel terikat dalam penelitian ini adalah Kepatuhan Antenatal Care. Populasi penelitian ini adalah semua ibu hamil resiko tinggi yang melakukan Antenatal Care di Puskesmas Manahan Kota Surakarta dan sampel yang digunakan berjumlah 32 orang dengan penentuan sampel menggunakan Total Sampling. Instrumen penelitian yang digunakan untuk mengumpulkan data sekunder yaitu data dari lembar buku KIA ibu hamil. Analisis data dengan Analisis Univariat menggunakan Distribusi Frekuensi dan Analisis Bivariat menggunakan uji Kendall Tau (τ) dengan program SPSS 15.00 for Windows. HASIL 1. 2. Analisis Univariat Analisis univariat dilakukan untuk mendeskripsikan masing-masing variable penelitian. Pendeskripsian variable penelitian menggunakan tabel sebagai berikut. a. Distribusi Usia Ibu Hamil Resiko tinggi Tabel 1. Distribusi Frekuensi Usia Ibu Hamil Resiko Tinggi No Usia Resiko Tinggi Frekuensi Persentase (%) 1. < 19 tahun 8 25 2. > 35 tahun 24 75 Jumlah 32 100 Distribusi responden menurut usia ibu hamil resiko tinggi menunjukkan sebagian besar memiliki usia di atas 35 tahun yaitu sebanyak 24 responden (75%). b. Distribusi Frekuensi Pendidikan Ibu Hamil Resiko Tinggi Tabel 2. Distribusi Frekuensi Pendidikan Ibu Hamil Resiko Tinggi No Pendidikan Frekuensi Persentase (%) 1. Dasar 7 22 2. Menengah 20 63 3. Tinggi 5 15 Jumlah 32 100 Distribusi responden menurut pendidikan menunjukkan distribusi tertinggi adalah pendidikan menengah yaitu sebanyak 20 responden (63%). c. Distribusi Frekuensi Kepatuhan Antenatal Care Ibu Hamil Resiko Tinggi Tabel 3. Distribusi Frekuensi Pendidikan Ibu Hamil Resiko Tinggi No Kepatuhan Frekuensi Persentase (%) 1. Tidak patuh 5 16 2. Kurang patuh 11 34 3. Patuh 16 50 Jumlah 32 100 Distribusi responden menurut kepatuhan Antenatal Care menunjukkan distribusi tertinggi patuh yaitu sebanyak 16 responden (50%). Analisis Bivariat Analisis bivariat dilakukan untuk menguji ada tidaknya hubungan variabel usia dan pendidikan ibu hamil resiko tinggi dengan kepatuhan melakukan Antenatal Care di Puskesmas Manahan Surakarta. a. Hubungan Usia Ibu Hamil Resiko Tinggi dengan Kepatuhan Antenatal Care Tabel 4. Tabel Silang Hubungan Usia Ibu Hamil Resiko Tinggi dengan Kepatuhan Antenatal Care Kepatuhan Antenatal Care p-value Total Usia Tidak patuh Kurang patuh Patuh Frek % Frek % Frek % Frek % < 19 tahun 4 13 3 9 1 3 8 25 0,002 > 35 tahun 1 3 8 25 15 47 24 75 Total 5 16 11 34 16 50 32 100 Prosiding Nasional APIKES-AKBID Citra Medika Surakarta 87 ISBN : 978-602-73865-4-9 b. Tabel hubungan usia ibu hamil resiko tinggi dengan kepatuhan Antenatal Care menunjukkan bahwa ibu hamil yang memiliki usia kurang dari 19 tahun sebagian besar tidak patuh terhadap pemeriksaan Antenatal Care yaitu sebanyak 4 responden (13%), sedangkan pada ibu hamil yang berusia diatas 35 tahun sebagian besar patuh terhadap pemeriksaan Antenatal Care yaitu sebanyak 15 responden (47%). Hasil analisis Kendall Tau diperoleh nilai rhitung sebesar 0,512 dan nilai signifikansi (p-value) 0,002. Nilai p-value lebih kecil dari 0,05 (0,002 < 0,05) sehingga keputusan uji adalah H0 ditolak, maka diputuskan terdapat hubungan usia ibu hamil beresiko tinggi dengan kepatuhan melakukan Antenatal Care di Puskesmas Manahan Surakarta. Hubungan Pendidikan Ibu Hamil Resiko Tinggi dengan Kepatuhan Antenatal Care Tabel 5. Tabel Silang Hubungan Pendidikan Ibu Hamil Resiko Tinggi dengan Kepatuhan Antenatal Care Kepatuhan Antenatal Care Total p-value Usia Tidak patuh Kurang patuh Patuh Frek % Frek % Frek % Frek % Dasar 3 9 2 6 2 6 7 22 Menengah 2 6 9 28 9 28 20 63 0,004 Tinggi 0 0 0 0 5 15 5 15 Total 5 16 11 34 16 50 32 100 Tabel hubungan pendidikan ibu hamil resiko tinggi dengan kepatuhan Antenatal Care menunjukkan bahwa ibu hamil yang memiliki pendidikan dasar sebagian besar tidak patuh terhadap pemeriksaan Antenatal Care yaitu sebanyak 3 responden (9%), selanjutnya pada tingkat pendidikan menengah sebagian besar adalah kurang patuh dan patuh masing-masing 9 responden (28), sedangkan pada ibu hamil yang berpendidikan tinggi semuanya patuh terhadap pemeriksaan Antenatal Care yaitu sebanyak 5 responden (15%). Hasil analisis Kendall Tau diperoleh nilai rhitung sebesar 0,431 dan nilai signifikansi (p-value) 0,004. Nilai p-value lebih kecil dari 0,05 (0,004 < 0,05) sehingga keputusan uji adalah H0 ditolak, maka diputuskan terdapat hubungan pendidikan ibu hamil beresiko tinggi dengan kepatuhan melakukan Antenatal Care di Puskesmas Manahan Surakarta. PEMBAHASAN 1. Usia Ibu Hamil Resiko Tinggi di Puskesmas Manahan Kota Surakarta. Distribusi usia ibu hamil beresiko tinggi di Puskesmas Manahan sebagian besar diatas 35 tahun yaitu sebanyak 24 responden (75%). Selanjutnya data penelitian menunjukkan bahwa usia terendah ibu hamil resiko tinggi di Puskesmas Manahan Kota Surakarta adalah 17 tahun dan tertinggi adalah 39 tahun. Kehamilan pada usia resiko tinggi menimbulkan berbagai gangguan kehamilan. Suririnah (2009) mengemukakan bahwa persalinan prematur meningkat pada usia ibu < 20 dan > 35 tahun, ini disebabkan karena pada < 20 tahun alat reproduksi untuk hamil belum matang sehingga dapat merugikan kesehatan ibu maupun perkembangan dan pertumbuhan janin. Sedangkan pada umur > 35 tahun juga dapat menyebabkan persalinan prematur karena umur ibu yang sudah resiko tinggi. Distribusi umur responden menunjukkan distribusi tertinggi adalah usia di atas 35 tahun yaitu sebanyak 24 responden (75%). Berdasarkan data tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa sebagian besar responden merupakan ibu hamil pada usia resiko. Usia yang dimiliki oleh ibu hamil resiko tinggi di Puskesmas Manahan Kota Surakarta membantu ibu hamil untuk memahami pentingnya pemeriksaan kehamilan (Antenatal Care) bagi kehamilannya. Pemahaman ibu hamil bahwa usia mereka saat ini merupakan usia dengan kehamilan yang beresiko tinggi mendorong mereka untuk melakukan upaya-upaya untuk menurunkan resiko kehamilannya, salah satunya adalah dengan melakukan pemeriksaan kehamilan (Antenatal Care). Hasil penelitian tersebut diperkuat oleh kesimpulan penelitian Dian (2008 ) tentang ”Faktor-faktor yang mempengaruhi kepatuhan ibu hamil dalam mengkonsumsi tablet besi di Desa Sokoraja Tengah, Sokoraja, Banyumas”. Penelitian tersebut menyimpulkan bahwa terdapat hubungan umur ibu hamil dengan keaktifan mengkonsumsi tablet besi, yaitu semakin matang usia ibu, maka tingkat kepatuhannya semakin tinggi. Dalam penelitian menunjukkan sebagian besar ibu hamil memiliki usia yang matang yaitu di atas 35 tahun. Kematangan usia tersebut membantu ibu untuk dapat memahami pentingnya pemeriksaan kehamilannya, sehingga mendorong perilaku ibu hamil untuk memeriksakan kehamilannya di Puskesmas Manahan Surakarta. Prosiding Nasional APIKES-AKBID Citra Medika Surakarta 88 ISBN : 978-602-73865-4-9 2. 3. Pendidikan Ibu Hamil Resiko Tinggi di Puskesmas Manahan Kota Surakarta. Distribusi tingkat pendidikan ibu hamil resiko tinggi di Puskesmas Manahan Kota Surakarta menunjukkan sebagian besar memiliki tingkat pendidikan menengah yaitu sebanyak 20 responden (63%). Pendidikan yang dimiliki responden berhubungan dengan kemampuan menerima informasi tentang kehamilannya. Semakin tinggi tingkat pengetahuan seseorang, maka kemampuannya untuk menerima informasi semakin baik, sehingga tingkat pengetahuannya semakin baik. Pendidikan juga berperan penting dalam pembentukan kecerdasan manusia maupun perubahan tingkah lakunya. Pendidikan juga berarti bimbingan yang diberikan seseorang kepada orang lain terhadap sesuatu hal agar mereka dapat memahami. Tidak dapat dipungkiri bahwa semakin tinggi pendidikan seseorang maka semakin mudah pula mereka menerima informasi. Pada akhirnya banyak pula pengetahuan yang dimilikinya. Sebaliknya jika seseorang memiliki tingkat pendidikan yang rendah maka akan menghambat perkembangan sikap seseorang terhadap penerimaan informasi (Mubarak, 2009) Penelitian ini sesuai hasil penelitian Yenita (2011) menyatakan bahwa pendidikan yang lebih tinggi dapat menjamin pengetahuan itu lebih baik dibandingkan dengan pendidikan yang lebih rendah. Semakin tinggi tingkat pendidikan, maka akan semakin mudah seseorang untuk memahami sebuah perubahan dan manfaat sebuah perubahan, khususnya bidang kesehatan. Berdasarkan pendapat tersebut, maka tingkat pendidikan ibu hamil resiko tinggi di Puskesmas Manahan yang sebagian besar menengah, merupakan salah satu faktor yang berhubungan dengan peningkatan pengetahuan ibu hamil tentang manfaat Antenatal Care, sehingga mendorong perilaku Antenatal Care pada ibu hamil resiko tinggi. Kepatuhan Antenatal Care pada Ibu Hamil Beresiko Tinggi di Puskesmas Manahan Kota Surakarta. Distribusi kepatuhan Antenatal Care ibu hamil resiko tinggi di Puskesmas Manahan Kota Surakarta sebagian besar adalah patuh yaitu sebanyak 16 responden (50%). Kepatuhan Antenatal Care yang ditunjukkan oleh ibu hamil resiko tinggi di Puskesmas Manahan Kota Surakarta menunjukkan bahwa kepatuhannya adalah baik. Kepatuhan dalam melakukan kunjungan Antenatal Care dapat diartikan sebagai perilaku ibu dalam melakukan kunjungan Antenatal Care dengan frekuensi dan waktu sesuai umur kehamilan yaitu pada usia kehamilan sampai 28 minggu melakukan kunjungan Antenatal Care setiap empat minggu sekali, pada usia kehamilan 28 sampai 36 minggu melakukan kunjungan Antenatal Care setiap dua minggu sekali dan pada usia kehamilan 36 sampai 40 minggu melakukan kunjungan Antenatal Care setiap minggu sekali (Usman, 2014) Menurut Sarwono (2007) kepatuhan merupakan perubahan sikap dan perilaku individu yang dimulai dengan tahap identifikasi menjadi tahap internalisasi salah satunya berupa kepatuhan. Secara konseptual temuan meurut teori Subject Expected Utility (SEC) mengatakan bahwa kepatuhan seseorang dalam melakukan suatu rekomendasi kesehatan adalah hasil pertimbangan rasional tentang kerugian dan manfaat yang diperoleh apabila rekomendasi tersebut dilakukan. Beberapa faktor yang menyebabkan resiko kematian ibu salah satunya adalah komplikasi pada saat kehamilan, melahirkan dan pasca persalinan. Komplikasi obstetri yang sering terjadi adalah perdarahan, infeksi, eklamsi, abortus dan partus lama. Selain itu kurangnya pengetahuan ibu tentang pemeriksaan kehamilan (Antenatal Care) yang disebabkan tingkat pendidikan ibu rendah, kemampuan ekonomi keluarga rendah, kedudukan sosial budaya yang tidak mendukung merupakan faktor lain yang melatarbelakangi resiko kematian ibu (Damayanti, 2008). Menurut Yelvira (2012) komplikasi-komplikasi pada saat kehamilan tersebut sebagian besar dapat dicegah bila kesehatan ibu selama hamil selalu terjaga melalui pelayanan antenatal yang mampu mendeteksi dan menangani kasus resiko tinggi secara memadai, pertolongan persalinan yang bersih dan aman, serta pelayanan rujukan kebidanan/perinatal yang terjangkau pada saat diperlukan. Pelayanan Antenatal (Antenatal Care) mengupayakan untuk mencegah adanya komplikasi obstetrik bila mungkin dan memastikan bahwa komplikasi dideteksi sedini mungkin serta ditangani secara memadai. Tujuannya adalah menyiapkan fisik dan mental ibu serta menyelamatkan ibu dan anak dalam kehamilan, persalinan dan masa nifas agar sehat dan normal setelah ibu melahirkan. Pelayanan antenatal yang baik memenuhi asuhan standar minimal „7T‟ yaitu mengukur tinggi badan dan menimbang berat badan, mengukur tekanan darah, mengukur tinggi fundus uteri, pemberian imunisasi TT (Tetanus Toksoid) lengkap, pemberian tablet zat besi minimal 90 tablet selama kehamilan, tes terhadap penyakit menular seksual, dan temu wicara dalam rangka persiapan rujukan (Saifuddin, 2007). Tingginya tingkat kepatuhan ibu hamil resiko tinggi dalam pelaksanaan Antenatal Care Prosiding Nasional APIKES-AKBID Citra Medika Surakarta 89 ISBN : 978-602-73865-4-9 4. 5. diperkuat oleh hasil penelitian Jekti (2011) tentang hubungan antara kepatuhan Antenatal Care dengan pemilihan penolong persalinan. Penelitian ini menunjukkan bahwa kepatuhan Antenatal Care sebagian besar adalah baik, dimana sebagian besar berhubungan dengan adanya resiko kehamilan pada ibu hamil. Hubungan Usia Ibu Hamil Resiko Tinggi dengan Kepatuhan Antenatal Care di Puskesmas Manahan Kota Surakarta. Hasil analisis Kendall Tau diperoleh kesimpulan bahwa terdapat hubungan usia ibu hamil beresiko tinggi dengan kepatuhan melakukan Antenatal Care di Puskesmas Manahan Surakarta. Selanjutnya berdasarkan tabel hubungan usia ibu hamil resiko tinggi dengan kepatuhan Antenatal Care nampak bahwa ibu hamil yang memiliki usia lebih dari 35 tahun memiliki kepatuhan lebih baik dibandingkan ibu hamil yang berusia kurang dari 19 tahun. Usia seseorang berhubungan dengan kematangannya dalam menanggapi keadaan disekitarnya. Beberapa ahli mengemukakan bahwa wanita pada usia tertentu memiliki kematangan dalam hal psikologis dan rasional dibandingkan wanita pada usia tertentu. Individu yang berusia 20 tahun keatas telah mencapai kemampuan psikologis dan rasionalnya, yaitu kemampuan untuk mengatasi masalah yang terjadi pada dirinya (Hurlock, 2004) Hal ini sependapat dikemukakan oleh Listianingrum dan Sugiyanto (2008) yang menyatakan bahwa usia yang relatif matang akan menyebabkan tanggapan terhadap sesuatu obyek relatif baik. Semakin cukup umur tingkat kematangan dan kekuatan seseorang akan lebih matang dalam berfikir dan bekerja. Dari segi kepercayaan bertambahnya umur maka akan semakin baik pengetahuannya terhadap suatu obyek. Hal ini sebagai akibat dari pengalaman dan kematangan jiwanya. Hal ini sependapat dengan hasil penelitian Christiani (2014) tentang hubungan usia ibu hamil dengan kepatuhan Antenatal Care. Penelitian tersebut menyimpulkan bahwa terdapat hubungan usia ibu hamil terhadap kepatuhan Antenatal Care, yaitu dari segi kepercayaan, masyarakat yang lebih dewasa akan lebih dipercaya daripada orang yang belum cukup tinggi tingkat kedewasaannya. Hal ini sebagai akibat dari pengalaman dan kematangan jiwanya. Semakin dewasa seseorang, maka cara berfikir semakin matang dan teratur melakukan Antenatal Care. Hubungan Pendidikan Ibu Hamil Resiko Tinggi dengan Kepatuhan Antenatal Care di Puskesmas Manahan Kota Surakarta. Hasil analisis Kendall Tau disimpulkan terdapat hubungan pendidikan ibu hamil beresiko tinggi dengan kepatuhan melakukan Antenatal Care di Puskesmas Manahan Surakarta. Selanjutnya berdasarkan tabel hubungan pendidikan ibu hamil resiko tinggi dengan kepatuhan Antenatal Care menunjukkan ibu hamil yang memiliki pendidikan tinggi, lebih patuh menjalani Antenatal Care dibandingkan ibu dengan pendidikan menengah dan dasar. Hubungan pendidikan dengan kepatuhan Antenatal care ibu hamil diperkuat oleh hasil penelitian Usman (2014) tentang hubungan Pengetahuan ibu hamil dengan kepatuhan Antenatal Care di Puskesmas Buhu Kecamatan Tibawa Kabupaten Gorontalo. Penelitian ini menyimpulkan bahwa terdapat hubungan antara pengetahuan ibu hamil dengan kepatuhan Antenatal Care, dimana semakin tinggi pengetahuan ibu hamil, maka kepatuhannya semakin baik. Penelitian menunjukkan bahwa faktor yang berperan terhadap pengetahuan ibu hamil tentang Antenatal Care adalah pendidikan, dimana ibu dengan pendidikan lebih tinggi memiliki pengetahuan tentang Antenatal Care lebih tinggi pula. Penelitian Erlindawati et al (2008) yang menyatakan tingkat pendidikan ibu hamil dan suami dengan gelar Universitas memiliki presentasi tidak memanfaatkan Antenatal Care terendah dibandingkan dengan ibu hamil yang tidak berpendidikan Universitas, semakin tinggi pendidikan ibu hamil dan suami semakin besar dalam memanfaatkan Antenatal Care dibanding ibu hamil dan dan suami yang tidak berpendidikan. Penelitian ini sejalan dengan penelitian Sembiring (2013) dalam penelitiannya menyatakan bahwa tingkat pendidikan mempengaruhi pengetahuan ibu yang memiliki pengaruh yang signifikan terhadap pelaksanaan Antenatal Care. Hasil penelitian yang menunjukkan ada hubungan tingkat pendidikan ibu hamil resiko tinggi dengan kepatuhan Antenatal Care mendukung hasil penelitian terdahulu. Penelitian Gabriellyn et al (2012) tentang Faktor yang berhubungan dengan keteraturan kunjungan Antenatal di Wilayah Kerja Puskesmas Kapala Pitu Toraja. Penelitian tersebut menyimpulkan faktor pendidikan ibu hamil memiliki hubungan yang signifikan terhadap kepatuhan Antenatal, dimana semakin tinggi pendidikan, maka kepatuhannya semakin tinggi. KESIMPULAN Prosiding Nasional APIKES-AKBID Citra Medika Surakarta 90 ISBN : 978-602-73865-4-9 Pada penelitian ini dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan usia dan pendidikan ibu hamil resiko tinggi dengan kepatuhan Antenatal Care Puskesmas Manahan Kota Surakarta. DAFTAR PUSTAKA Christian M.M, John. 2008. Risk Factors Present During Pregnancy. Merck Manual. Didapat dari http://medicastore.com/. Christiani N, Nurmasari C. 2014. Hubungan Usia Ibu Hamil terhadap Kepatuhan ANC di Puskesmas Suruh, Kabupaten Semarang. AKBID Ngudi Waluyo Ungaran. http://perpusnwu.web.id/repositorynwu/documents/50.pdf Damayanti E, Winarsih. 2008. Hubungan tingkat pengetahuan ibu hamil tentang resiko tinggi kehamilan dengan kepatuhan kunjungan Antenatal Care di RSUD Pandan Arang Boyolali. https://publikasiilmiah.ums.ac.id/bitstream/handle/11617/3725/ERNI%20DAMAYANTI%20%20WINARSIH%20Fix%20bgt.pdf?sequence=1 Dian R, Mursiyam, Waluyo S. 2008. Faktor-faktor yang mempengaruhi kepatuhan ibu hamil dalam mengkonsumsi tablet besi di Desa Sokoraja Tengah, Sokoraja, Banyumas. Jurnal JKS FKIK Unsoed Indonesia. http://jurnalonline.unsoed.ac.id/index.php/keperawatan/article/300.pdf Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah. 2014. Kebijakan dan Strategi dalam Akselerasi Penurunan AKI dan AKB di Jawa Tengah. Dinas Kesehatan Kota Surakarta. 2014. Angka Morbiditas dan Mortalitas Kesehatan Ibu dan Anak Surakarta. Erlindawati, Chompikul, J. and Isaranurug, S. 2008. Factors related to the utilization of antenatal care services among women at Aceh Darussalam Province, Indonesia. Journal of Public Health Development Volume 6. http://www.aihd.mahidol.ac.th/sites/default/files/images/new/pdf/journal/mayaug2008/10.pdf Gabriellyn SP, Zulkifli A, Andasariadi .2012. Faktor yang berhubungan dengan keteraturan kunjungan antenatal di Wilayah Kerja Puskesmas Kapala Pitu Kabupaten Toraja Utara.http://repository.unhas.ac.id/bitstream/handle/123456789/4277/GABRIELLYN%20S.P %20-%20K11109376.pdf?sequence=1 Hasnaeni. 2012. Hubungan Pengetahuan dan Sikap Ibu Hamil Terhadap Kepatuhan Pelaksanaan Antenatal Care di Puskesmas Antang Raya Makassar Tahun 2011. Jurnal Kesehatan Volume 1 Nomor 1 Tahun 2012. STIKES Nani Hasanuddin Makassar. Didapat dari http://library.stikesnh.ac.id/ Hurlock E. 2004. Psikologi perkembangan suatu pendekatan sepanjang rentang kehidupan. Jakarta : Erlangga Jekti RP, Mutiatikum D. 2011. Hubungan antara kepatuhan Antenatal Care dengan pemilihan penolong persalinan. Jurnal Kesehatan Reproduksi Volume 1 No. 2 April 2011. http://ejournal.litbang.depkes.go.id/index.php/kespro/article/view/1348/703 Listianingtum, I dan Sugiyanto. 2008. Hubungan Persepsi Ibu Hamil Tentang Resiko Tinggi Kehamilan dengan Kepatuhan Melakukan Antenatal Care di Wilayah Puskesmas Saden Bantul. Jurnal Kebidanan dan Keperawatan Volume 4, hal 115 [online] http://perpus.stikeskusumahusada.ac.id Manuaba, I.B.G. 2012. Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan & Keluarga Berencana Untuk Pendidikan Bidan. Jakarta : ECG Mubarak, Wahit I. 2009. Promosi Kesehatan Sebuah Pengantar Proses Belajar Mengajar Dalam Pendidikan. Graha Ilmu Niven. 2013. Psikologi Kesehatan Pengantar untuk Perawat & Profesi Kesehatan Lain. Jakarta: EGC. Permatasari A. 2012. Hubungan Antara Pengetahuan Faktor Risiko Kehamilan dan Jenis Persalinan di RSUD dr. Moewardi Surakarta. https://digilib.uns.ac.id/dokumen/download/29033/NjEyNjI.pdf Saifuddin, A. B. 2007. Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan Kesehatan Maternal dan Neonatal. Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo, Jakarta Sarwono. 2007. Sosiologi kesehatan. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press SDKI. 2012. Kondisi Angka Kematian Ibu di Indonesia. www.scribd.com/doc/49660295/SDKI-2012 Sembiring, BR A. 2013. Hubungan Pengetahuan Ibu Hamil Tentang Tanda Bahaya Kehamilan dengan Kepatuhan Kunjungan ANC di Klinik Dina Bromo Ujung Lingkungan XX Medan. Jurnal Kesehatan Darma Agung. Poltekkes Kemenkes Jurusan Kebidanan Medan. http://uda.ac.id/jurnal/ Suririnah. 2009. Buku Pintar Kehamilan dan Persalinan. Jakarta : Gramedia Pustaka Utama. Prosiding Nasional APIKES-AKBID Citra Medika Surakarta 91 ISBN : 978-602-73865-4-9 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. 2003.Semarang: CV. Duta Nusindo Usman Sri Rahayu N, Yusuf Zuhriana K, Ilham Rosmin. 2014. Hubungan Pengetahuan Ibu Hamil dengan Kepatuhan Antenatal Care di Puskesmas Buhu Kecamatan Tibawa Kabupaten Gorontalo. http://kim.ung.ac.id/index.php/KIMFIKK/article/download/10418/10297 Yelvira, D. 2012. Pengetahuan dan sikap ibu-ibu hamil di wilayah kerja Puskesmas Muara Fajar tentang pentingnya Antenatal Care sebelum dan sesudah penyuluhan.http://repository.unri.ac.id . Yenita, S. 2011. Faktor Determinan Pemilihan Tenaga Penolong Persalinan di Wilayah Kerja Puskesmas Desa Baru Kabupaten Pasaman Barat Tahun 2011. Thesis. Universitas Andalas Padang. http://repository.unand.ac.id/16991/1/.pdf Prosiding Nasional APIKES-AKBID Citra Medika Surakarta 92