1 Pengaruh Model Pembelajaran Cooperative Integrated Reading and Composition (Kooperatif Terpadu Membaca dan Menulis) terhadap Kemampuan Menulis Paragraf Eksposisi Siswa Kelas X SMA Swasta Budisatrya Medan Tahun Pembelajaran 2013/2014 Oleh Shaumi Azani Syahfitri Pembimbing Skripsi Mara Untung Ritonga, S.S., M.Hum., Ph.D. ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh model pembelajaran Cooperative Integrated Reading and Composition (Kooperatif Terpadu Membaca dan Menulis) terhadap kemampuan menulis paragraf eksposisi siswa kelas X SMA Swasta Budisatrya Medan tahun pembelajaran 2013/2014. Populasi penelitian ini adalah seluruh siswa kelas X SMA Swasta Budisatrya Medan, yang berjumlah 152 orang dan yang menjadi sampel penelitian sebanyak 38 orang. Pengambilan sampel dilakukan dengan cara menentukan satu kelas yang dijadikan wakil populasi dengan menggunakan teknik purposive sampling. Metode penelitian yang digunakan adalah metode eksperimen dengan model desain penelitian one group pre-test and post-test design yang hanya dilaksanakan pada satu kelas (kelompok) saja. Di dalam desain ini pengukuran dilakukan sebanyak dua kali yaitu sebelum eksperimen (pre-test) dan sesudah eksperimen (posttest). Instrumen yang digunakan adalah tes essay menulis paragraf ekspsosisi. Dari pengolahan data diperoleh hasil pre-test dengan ratarata 65,50, standar deviasi 7,99. Sedangkan hasil post-test diperoleh rata-rata 80,05, standar deviasi 9,47. Dari uji homogenitas didapat bahwa sampel penelitian ini berasal dari populasi yang homogen. Setelah uji normalitas dan homogenitas, didapatlah 𝑡𝑜 > 𝑡𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙 , yaitu 7,19 > 2,02, maka hipotesis alternatif (𝐻𝑎 ) diterima. Kata Kunci: Model Pembelajaran, Cooperative Integrated Reading and Composition, Paragraf Eksposisi PENDAHULUAN Keterampilan berbahasa mempunyai empat komponen, yaitu keterampilan menyimak (listening skills), keterampilan 2 berbicara (speaking skills), keterampilan membaca (reading skills), dan keterampilan menulis (writing skills). Keempat keterampilan tersebut merupakan kompetensi yang harus dikuasai siswa dalam mata pelajaran Bahasa Indonesia dari jenjang SD hingga SMA. Menulis merupakan keterampilan berbahasa yang bersifat produktif dan ekspresif karena penulis harus terampil memanfaatkan grafologi, struktur bahasa, dan kosakata (Tarigan, 1986: 4). Keterampilan menulis tidak akan datang secara otomatis, melainkan harus melalui latihan dan praktek sehingga siswa akan terampil mengorganisasikan gagasan dengan runtut, menggunakan kosakata yang tepat dan sesuai, memperhatikan ejaan dan tanda baca yang benar, serta menggunakan ragam kalimat yang variatif. Salah satu kegiatan menulis itu adalah menulis paragraf, seperti paragraf eksposisi. Berdasarkan pengalaman dan pengamatan selama PPL di sekolah SMA Negeri 1 Sipisispis, ditemukan bahwa kegiatan menulis paragraf eksposisi menjadi suatu kegiatan pembelajaran yang sulit karena bahan ajar yang digunakan tidak sesuai dengan kebutuhan pembelajaran. Pelatihan menulis eksposisi bagi siswa juga masih rendah, sehingga nilai yang diperoleh belum mencapai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM). Nilai KKM pada standar kompetensi di sekolah tersebut adalah 75. Sedangkan nilai rata-rata siswa kelas X Tahun pembelajaran 2013/2014 pada mata pelajaran Bahasa Indonesia untuk materi menulis paragraf eksposisi adalah 67,5. Oleh karena itu, pencapaian nilai menulis paragraf eksposisi siswa belum tuntas (tidak tercapai). Tarigan (1986: 22) berpendapat bahwa keterampilan menulis dapat dikuasai dan diperoleh dengan jalan praktek dan latihan yang tersistematis serta didukung dengan penggunaaan model pembelajaran. Hal tersebut senada dengan pendapat Nurhadi dkk (2004: 1) dalam jurnal PAI oleh Nasih, salah satu aspek penting yang harus dilakukan dalam pembaruan pendidikan adalah pembaruan dalam efektivitas model pembelajaran, di samping pembaruan kurikulum dan kualitas pembelajaran. Pembaruan model pembelajaran dimaksudkan bahwa harus ada terobosan untuk mencari strategi, metode dan teknik pembelajaran yang efektif oleh guru di kelas, yang lebih memberdayakan potensi siswa. 3 Pada saat PPL ditemukan juga bahwa guru masih menggunakan metode pembelajaran satu arah. Hal ini tentu tidak sesuai seperti, teacher centered learning yakni, guru lebih banyak berperan aktif selama proses pembelajaran. Model pembelajaran seperti ini dapat diganti dengan model pembelajaran ekspositori dan student centered learning yakni, mengaktifkan partisipasi siswa selama proses pembelajaran misalnya dengan menggunakan model inquiri. Berdasarkan kenyataan tersebut ditemukan bahwa adanya ketidakseimbangan peran guru dan siswa selama proses pembelajaran. Akibatnya, hasil belajar siswa dalam menulis paragraf eksposisi masih relatif rendah. Menyadari hal tersebut maka perlu adanya suatu perubahan dalam kegiatan pembelajaran yang memungkinkan siswa mampu menulis paragraf eksposisi. Peneliti mencoba menerapkan model pembelajaran yang lebih relevan dan efektif yakni model pembelajaran Cooperative Integrated Reading and Composition (CIRC). Menurut Suyatno (2009: 68), “Pembelajaran CIRC adalah komposisi terpadu membaca dan menulis secara kooperatif - kelompok”. Dalam model pembelajaran ini, siswa ditempatkan dalam kelompok-kelompok kecil yang heterogen, yang terdiri atas empat atau lima siswa. Dalam kelompok ini terdapat siswa yang pandai, sedang atau lemah yang tidak dibedakan jenis kelamin, suku/bangsa, atau tingkat kecerdasan siswa. Sebelum dibentuk kelompok, siswa diajarkan cara bekerja sama dalam kelompok. Siswa diajarkan menjadi pendengar yang baik, dapat memberikan penjelasan kepada teman sekelompok, berdiskusi, mendorong teman lain untuk bekerjasama, dan menghargai pendapat teman lain. Sesungguhnya menulis eksposisi bertujuan untuk menjelaskan atau memberikan informasi tentang sesuatu sehingga bisa memperluas pengetahuan pembaca dengan gaya penulisan yang singkat, akurat, dan padat. Untuk mencapai tujuan tersebut, guru dapat menggunakan teknik CIRC sebagai model pembelajaran, sehingga keterampilan menulis paragraf eksposisi siswa akan meningkat. Dalam hal ini, guru memberikan sebuah wacana kepada siswa dan secara berkelompok, siswa membaca dan memahami serta menemukan ide-ide pokok dari wacana tersebut, untuk kemudian ditulis menjadi sebuah paragraf 4 eksposisi. Dengan menggunakan teknik ini, siswa akan terlatih membaca dan menulis secara bersamaan. Kata eksposisi berasal dari bahasa Inggris, yakni expose (v), expository (adj), dan eksposition (n), yang berarti membuka. Berdasarkan etimologi tersebut beberapa ahli memberikan beberapa definisi tentang paragraf eksposisi. Keraf (1982: 3) berpendapat, “Paragraf eksposisi adalah salah satu bentuk tulisan atau retorika yang berusaha untuk menerangkan dan menguraikan suatu pokok pikiran yang dapat memperluas pandangan atau pengetahuan seseorang yang membaca uraian tersebut.” Sementara itu, Kosasih (2012: 138) mengatakan, “Paragraf eksposisi adalah paragraf yang memaparkan sejumlah pengetahuan atau informasi.” Tujuannya adalah agar pembaca dapat memperoleh informasi dan pengetahuan dengan sejelas-jelasnya disertai dengan data atau fakta. Sumber penulisan paragraf eksposisi ini bisa diperoleh dari hasil pengamatan, penelitian atau pengalaman. Dari kedua pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa paragraf eksposisi adalah paragraf yang memberikan pengertian dan pengetahuan untuk menerangkan suatu pokok permasalahan. Paragraf eksposisi menggunakan fakta sebagai alat konkrikasi yang menjawab pertanyaan apa, mengapa, kapan, dan bagaimana dan menyerahkan keputusannya kepada pembaca. Adapun ciri-ciri paragraf eksposisi yaitu sebagai berikut: a) Menjelaskan informasi agar pembaca mengetahuinya b) Menyatakan sesuatu yang benar-benar terjadi (data faktual) c) Tidak terdapat unsur mempengaruhi atau memaksakan kehendak d) Menunjukkan analisis atau penafsiran secara objektif terhadap fakta yang ada e) Menunjukkan sebuah peristiwa yang terjadi atau tentang proses kerja sesuatu Didukung dengan pendapat Alwi (2003: 30) ciri-ciri karangan eksposisi yaitu sebagai berikut: a) penjelasannya bersifat informasi; 5 b) pembahasan masalahnya bersifat objektif; c) tidak mempengaruhi pembaca; d) penjelasannya dinyatakan dengan bukti-bukti yang konkret (tidak mengada-ada); dan e) Pembahasannya bersifat logis dan sistematis. Jadi, dari beberapa ciri-ciri karangan eksposisi di atas dapat disimpulkan bahwa tujuan utama karangan eksposisi semata-mata untuk membagikan informasi dan tidak sama sekali mempengaruhi pembaca untuk menerima pandangan atau pendirian tertentu sebagai sesuatu yang benar. Pada dasarnya, eksposisi berusaha untuk memperluas pandangan dan pengetahuan seseorang mengenai objek yang digarapnya. Oleh sebab itu, dalam usaha untuk mencapai tujuan tersebut, seorang pengarang yang ingin menulis sebuah teks eksposisi harus memenuhi beberapa syarat. Keraf (1982: 6) menyatakan: 1) Hal pertama yang harus penulis lakukan adalah mengetahui sedikit tentang subjeknya, karena dapat memperluas pengetahuannya mengenai hal tersebut dengan melakukan penelitian lapangan, wawancara atau penelitian kepustakaan. Dari hasil penelitiannya, bahan yang dikumpulkan, di evaluasi dan kemusian ditampilkan dalam tulisan itu. 2) Hal kedua yang harus penulis lakukan adalah mampu untuk menganalisa persoalan tersebut secara jelas dan konkrit. Pembelajaran CIRC dikembangkan oleh Stevans, Madden, Slavin dan Farnish. Pembelajaran kooperatif tipe CIRC (Cooperative Integrated Reading and Compotition) adalah sebuah program komprehensif dan lengkap untuk pengajaran membaca dan menulis. Pengembangan model pembelajaran CIRC secara stimulan difokuskan pada kurikulum dan metode pembelajaran untuk memperkenalkan teknik terbaru yang berasal dari penelitian dasar pengajaran praktis membaca dan menulis. Pendekatan pembelajaran kooperatif mengikuti penemuan pada penelitian sebelumnya, yaitu menekankan tujuan kelompok dan tanggung jawab individual. Pengembangan CIRC dihasilkan dari sebuah analisis masalah-masalah tradisional dalam pengajaran seperti pelajaran membaca, menulis, seni bahasa dan mengungkap sesuatu dari realita yang ada. Satu fokus utama dari kegiatan- 6 kegiatan CIRC adalah membuat penggunaan waktu lebih efektif. Para siswa bekerja di dalam tim-tim kooperatif yang dikoordinasikan dengan pengajaran kelompok membaca, supaya dapat memenuhi tujuan-tujuan dalam bidang lain seperti pemahaman membaca, kosa kata, pembacaan pesan dan ejaan dalam materi yang sedang dipelajari. Dalam model pembelajaran CIRC, siswa ditempatkan dalam kelompokkelompok kecil yang heterogen, yang terdiri atas 4 atau 5 siswa. Dalam kelompok ini tidak dibedakan atas jenis kelamin, suku/bangsa, atau tingkat kecerdasan siswa. Jadi, dalam kelompok ini sebaiknya ada siswa yang pandai, sedang atau lemah, dan masing-masing siswa merasa cocok satu sama lain. Dengan pembelajaran kooperatif, diharapkan para siswa dapat meningkatkan cara berfikir kritis, kreatif dan menumbuhkan rasa sosial yang tinggi. Menurut Slavin dalam Suyitno (2005: 3), komponen-komponen pembelajaran CIRC memiliki delapan komponen. Kedelapan komponen tersebut antara lain: 1) Teams, yaitu pembentukan kelompok heterogen yang terdiri atas 4 atau 5 siswa. 2) Placement test, misalnya diperoleh dari rata-rata nilai ulangan harian sebelumnya atau berdasarkan nilai rapor agar guru mengetahui kelebihan dan kelemahan siswa pada bidang tertentu. 3) Student creative, melaksanakan tugas dalam suatu kelompok dengan menciptakan situasi yang keberhasilan individu ditentukan atau dipengaruhi oleh keberhasilan kelompoknya. 4) Team study, yaitu tahapan tindakan belajar yang harus dilaksanakan oleh kelompok dan guru memberikan bantuan kepada kelompok yang membutuhkannya. 5) Team scorer and team recognition, yaitu pemberian skor terhadap hasil kerja kelompok dan memberikan kriteria penghargaan terhadap kelompok yang berhasil secara cemerlang dan kelompok yang dipandang kurang berhasil dalam menyelesaikan tugas. 6) Teaching group, yakni memberikan materi secara singkat dari guru menjelang pemberian tugas kelompok. 7) Facts test, yaitu pelaksanaan test atau ulangan berdasarkan fakta yang diperoleh siswa 8) Whole-class units, yaitu pemberian rangkuman materi oleh guru di akhir waktu pembelajaran dengan strategi pemecahan masalah. 7 Langkah-langkah penerapan model pembelajaran ini (dalam Istarani, 2012: 103) adalah: a. Guru membentuk kelompok yang anggotanya 4 orang yang secara heterogen. b. Guru memberikan wacana sesuai dengan topik pembelajaran. c. Siswa membaca teks wacana dan menemukan ide pokok serta memberikan tanggapan terhadap wacana melalui tulisan pada lembar kertas. d. Siswa mempresentasikan/membacakan hasil kelompok. e. Guru memberikan penguatan f. Guru dan siswa bersama-sama membuat kesimpulan g. Penutup. Secara khusus, Slavin (dalam Suyitno, 2005: 6) menyebutkan kelebihan model pembelajaran CIRC sebagai berikut: 1. CIRC amat tepat untuk meningkatkan keterampilan siswa dalam menyelesaikan soal pemecahan masalah. 2. Dominasi guru dalam pembelajaran berkurang. 3. Siswa termotivasi pada hasil secara teliti, karena bekerja dalam kelompok. 4. Para siswa dapat memahami makna soal dan saling mengecek pekerjaannya. 5. Membantu siswa yang lemah. 6. Meningkatkan hasil belajar khususnya dalam menyelesaikan soal yang berbentuk pemecahan masalah 7. Pengalaman dan kegiatan belajar anak didik akan selalu relevan dengan tingkat perkembangan anak. 8. Seluruh kegiatan belajar lebih bermakna bagi anak didik sehingga hasil belajar anak didik akan dapat bertahan lebih lama. 9. Membangkitkan motivasi belajar, memperluas wawasan dan aspirasi guru dalam proses pembelajaran. 8 Sedangkan kekurangan model CIRC ini menurut Istarani (2012: 114), yaitu : a. Tidak mudah bagi guru dalam menentukan kelompok yang heterogen. b. Karena kelompok ini bersifat heterogen, maka adanya ketidakcocokan diantara siswa dalam satu kelompok, sebab siswa yang lemah merasa minder ketika digabungkan dengan siswa yang kuat. Atau adanya siswa yang merasa tidak pas, jika ia digabungkan dengan yang dianggapnya bertentangan dengannya. c. Dalam diskusi adakalanya hanya dikerjakan oleh beberapa siswa saja, sementara yang lainnya hanya sekedar pelengkap saja. d. Dalam presentase sering terjadi kurang efektif karena memakan waktu yang cukup lama sehingga tidak semua kelompok dapat mempresentasekannya. METODOLOGI PENELITIAN Metode penelitian merupakan hal penting dalam pelaksanaan penelitian. Metode penelitian merupakan cara utama yang digunakan orang untuk mencapai tujuan penelitian. Lebih jauh Arikunto (2010: 203) mengatakan, “Metode penelitian merupakan cara yang dilakukan peneliti dalam mengumpulkan data penelitiannya.” Penelitian ini menggunakan metode eksperimen. Arikunto (2010: 9) menyatakan, “Penelitian eksperimen adalah suatu cara untuk mencari sebab akibat (kausal) antara dua faktor yang sengaja ditimbulkan oleh peneliti dengan mengeliminasi atau mengurangi faktor-faktor lain yang dianggap mengganggu.” Lebih jelasnya disimpulkan bahwa penelitian eksperimen selalu dilakukan dengan maksud untuk melihat akibat dari suatu perlakuan. Desain penelitian eksperimen yang digunakan dalam penelitian ini adalah one group pre-test and post test design. Arikunto (2010: 124) berpendapat bahwa, “One group pre-test and post test design yaitu eksperimen yang dilaksanakan 9 pada suatu kelompok saja tanpa kelompok pembanding.” Observasi yang dilakukan pada eksperimen ini sebanyak 2 kali, yaitu sebelum dan sesudah eksperimen. Observasi yang dilakukan sebelum eksperimen (O1) disebut pre-test, dan observasi sesudah ekperimen (O2) disebut post-test. Instrumen penelitian merupakan alat bantu yang digunakan untuk menjaring data penelitian. Arikunto (2010: 203) menyatakan bahwa, “Instrumen penelitian merupakan alat atau fasilitas yang digunakan oleh peneliti dalam mengumpulkan data agar pekerjaannya lebih mudah dan hasilnya lebih baik ….” Adapun instrumen yang digunakan pada penelitian ini adalah tes hasil belajar dalam menulis paragraf eksposisi. Tes hasil belajar yang digunakan adalah bentuk tes essay. Siswa ditugaskan untuk menulis paragraf eksposisi berdasarkan pengembangan topik pembicaran dalam teks wawancara. Alasan pemilihan teks wawancara sebagai pedoman menulis paragraf eksposisi karena teks wawancara masih berbentuk percakapan dan belum berbentuk paragraf. Sehingga, kemungkinan siswa untuk meniru teks bacaan dalam pengerjaan soal sangat tidak mungkin. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Penelitian ini berupa eksperimen menggunakan one group pre-test posttest design, pengambilan data dilakukan dua kali terhadap kelas yang sama. Pertama, pre-test yaitu pengambilan data dilakukan sebelum penerapan model pembelajaran CIRC. Sedangkan post-test yaitu pengambilan data dilakukan setelah penerapan model pembelajaran CIRC. Data yang diperoleh berupa kemampuan menulis paragraf eksposisi siswa kelas X SMA Swasta Budisatrya Medan Tahun Pembelajaran 2013/2014. Adapun jumlah sampel yang diambil dalam penelitian ini adalah 38 siswa. Berikut ini data hasil pre-test dan post-test siswa. Kemampuan menulis paragraf eksposisi siswa pada tahap pre-test ini terbagi atas tiga kategori, yaitu kategori baik sebanyak 15 siswa atau 39,47%, kategori cukup sebanyak 10 siswa atau 26,31%, dan kategori kurang sebanyak 13 siswa atau 34,21%. Berdasarkan aspek penilaian dalam menulis paragraf eksposisi 10 yang dibahas sebelumnya, hasil kemampuan menulis paragraf eksposisi siswa pada tahap pre-test termasuk dalam kategori cukup. Nilai rata-rata 65,50 dan standar deviasi 7,99, dan standar error 1,31 dengan nilai terendah 52 dan nilai tertinggi 80. Data tersebut berdistribusi normal dengan Lhitung < L tabel ( 0,12 < 0,14) Kemampuan menulis paragraf eksposisi siswa pada tahap post-test ini terbagi atas tiga kategori, yaitu kategori sangat baik sebanyak 18 siswa atau 47,36%, kategori baik sebanyak 14 siswa atau 36,84%, dan kategori cukup sebanyak 6 siswa atau 15,78%. Berdasarkan aspek penilaian dalam menulis paragraf eksposisi yang dibahas sebelumnya, hasil kemampuan menulis paragraf eksposisi siswa pada tahap post-test termasuk dalam kategori baik. Nilai rata-rata 80,05 dan standar deviasi 9,47, dan standar error 1,55 dengan nilai terendah 66 dan nilai tertinggi 93. Data tersebut berdistribusi normal dengan Lhitung < L tabel ( 0,13 < 0,14) Berdasarkan perolehan data dapat dilihat peningkatan dan penurunan kualitas siswa dalam dua tahap yang dilakukan sebelum perlakuan dan setelah perlakuan. Dari sebagian besar aspek penilaian, terlihat bahwa siswa pada tahap post-test dengan menggunakan model pembelajaran CIRC lebih unggul dan berpengaruh positif dari pada sebelum penerapan model tersebut. Berdasarkan data yang dikemukakan sebelumnya dapat dikatakan model pembelajaran CIRC lebih baik dalam meningkatkan kemampuan siswa menulis paragraf eksposisi dibandingkan dengan sebelum menggunakan model tersebut. Hal ini menunjukkan bahwa model pembelajaran CIRC memberikan pengaruh yang signifikan dalam menulis paragraf eksposisi. Peningkatan yang signifikan pada kesemua aspek ini dikarenakan penggunaan model pembelajaran CIRC yang berpusat pada siswa. Siswa harus dapat menentukan ide pokok yang terdapat pada teks bacaan, dan menuliskan sebuah paragraf eksposisi berdasarkan ide pokok tersebut di bawah bimbingan guru. Maka hal tersebut dapat membuat siswa menjadi lebih ingat dan meningkat pemahamannya atas materi yang disampaikan, meningkatkan fokus pada pengetahuan yang relevan, mendorong untuk berfikir, membangun kerja tim, kepemimpinan, dan keterampilan sosial, 11 dan membangun kecakapan belajar (life-long learning skills); dan memotivasi siswa dalam menulis paragraf eksposisi. Peningkatan nilai rata-rata diperoleh karena siswa semakin termotivasi dan membangkitkan minat belajar siswa sehingga mengubah kelas yang pasif menjadi aktif. Hasil perhitungan hipotesis juga menyatakan bahwa adanya pengaruh dari penggunaan model pembelajaran CIRC terhadap kemampuan menulis paragraf eksposisi siswa kelas X SMA Swasta Budisatrya Medan Tahun Pembelajaran 2013/2014. Model pembelajaran CIRC memiliki pengaruh yang signifikan terhadap kemampuan menulis paragraf eksposisi siswa kelas X SMA Swasta Budisatrya Medan. Hal tersebut dibuktikan dari pengujian hipotesis yang menunjukkan bahwa hipotesis nihil (Ho) ditolak dan hipotesis alternatif (Ha) diterima karena t0 yang diperoleh lebih besar dari ttabel yaitu 7,19 > 2,02. PENUTUP Berdasarkan hasil penelitian yang telah diuraikan pada penjelasan sebelumnya maka dapat diambil kesimpulan bahwa kemampuan menulis paragraf eksposisi siswa dengan menggunakan model pembelajaran CIRC termasuk dalam kategori baik, dengan nilai rata-rata 80,05. Sedangkan kemampuan menulis paragraf eksposisi siswa tanpa menggunakan model pembelajaran CIRC termasuk dalam kategori cukup, dengan nilai rata-rata 65,50. Selain itu, model pembelajaran CIRC memberikan pengaruh yang signifikan terhadap kemampuan menulis paragraf eksposisi. Hal tersebut dibuktikan dengan hasil pengujian hipotesis yang telah dilakukan, yaitu 𝑡0 > 𝑡𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙 (7,19 > 2,02) yang berarti 𝐻𝑎 diterima. DAFTAR PUSTAKA Arikunto, Suharsimi. 2010. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta : Rineka Cipta. Istarani. 2012. Model Pembelajaran Inovatif. Medan : Media Persada. 12 Kosasih. 2012. Bimbingan Pemantapan Bahasa Indonesia. Bandung : Yrama Widya. Suyatno. 2009. Menjelajah Pembelajaran InovatifI. Jawa Timur : Masmedia Buana Pustaka. Suyitno, Amin. 2005. Mengadopsi Pembelajaran dalam Meningkatkan Keterampilan Siswa Menyelesaikan Soal Cerita. Seminar Nasional FMIPA UNNES. Tarigan, Henry. 1986. Menulis sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa. Bandung: Angkasa. 13