Pengaruh Model Pembelajaran Cooperative Integrated Reading

advertisement
1
Pengaruh Model Pembelajaran Cooperative Integrated Reading and
Composition (Kooperatif Terpadu Membaca dan Menulis) terhadap
Kemampuan Menulis Paragraf Eksposisi Siswa Kelas X
SMA Swasta Budisatrya Medan
Tahun Pembelajaran 2013/2014
Oleh
Shaumi Azani Syahfitri
Pembimbing Skripsi
Mara Untung Ritonga, S.S., M.Hum., Ph.D.
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh model
pembelajaran Cooperative Integrated Reading and Composition
(Kooperatif Terpadu Membaca dan Menulis) terhadap kemampuan
menulis paragraf eksposisi siswa kelas X SMA Swasta Budisatrya
Medan tahun pembelajaran 2013/2014. Populasi penelitian ini adalah
seluruh siswa kelas X SMA Swasta Budisatrya Medan, yang
berjumlah 152 orang dan yang menjadi sampel penelitian sebanyak 38
orang. Pengambilan sampel dilakukan dengan cara menentukan satu
kelas yang dijadikan wakil populasi dengan menggunakan teknik
purposive sampling. Metode penelitian yang digunakan adalah metode
eksperimen dengan model desain penelitian one group pre-test and
post-test design yang hanya dilaksanakan pada satu kelas (kelompok)
saja. Di dalam desain ini pengukuran dilakukan sebanyak dua kali
yaitu sebelum eksperimen (pre-test) dan sesudah eksperimen (posttest). Instrumen yang digunakan adalah tes essay menulis paragraf
ekspsosisi. Dari pengolahan data diperoleh hasil pre-test dengan ratarata 65,50, standar deviasi 7,99. Sedangkan hasil post-test diperoleh
rata-rata 80,05, standar deviasi 9,47. Dari uji homogenitas didapat
bahwa sampel penelitian ini berasal dari populasi yang homogen.
Setelah uji normalitas dan homogenitas, didapatlah 𝑡𝑜 > 𝑡𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙 , yaitu
7,19 > 2,02, maka hipotesis alternatif (𝐻𝑎 ) diterima.
Kata Kunci: Model Pembelajaran, Cooperative Integrated Reading
and Composition, Paragraf Eksposisi
PENDAHULUAN
Keterampilan berbahasa mempunyai empat komponen, yaitu keterampilan
menyimak (listening
skills),
keterampilan
2
berbicara
(speaking
skills),
keterampilan membaca (reading skills), dan keterampilan menulis (writing skills).
Keempat keterampilan tersebut merupakan kompetensi yang harus dikuasai siswa
dalam mata pelajaran Bahasa Indonesia dari jenjang SD hingga SMA.
Menulis merupakan keterampilan berbahasa yang bersifat produktif dan
ekspresif karena penulis harus terampil memanfaatkan grafologi, struktur bahasa,
dan kosakata (Tarigan, 1986: 4). Keterampilan menulis tidak akan datang secara
otomatis, melainkan harus melalui latihan dan praktek sehingga siswa akan
terampil mengorganisasikan gagasan dengan runtut, menggunakan kosakata yang
tepat dan sesuai, memperhatikan ejaan dan tanda baca yang benar, serta
menggunakan ragam kalimat yang variatif. Salah satu kegiatan menulis itu adalah
menulis paragraf, seperti paragraf eksposisi.
Berdasarkan pengalaman dan pengamatan selama PPL di sekolah SMA
Negeri 1 Sipisispis, ditemukan bahwa kegiatan menulis paragraf eksposisi
menjadi suatu kegiatan pembelajaran yang sulit karena bahan ajar yang digunakan
tidak sesuai dengan kebutuhan pembelajaran. Pelatihan menulis eksposisi bagi
siswa juga masih rendah, sehingga nilai yang diperoleh belum mencapai Kriteria
Ketuntasan Minimal (KKM). Nilai KKM pada standar kompetensi di sekolah
tersebut adalah 75. Sedangkan nilai rata-rata siswa kelas X Tahun pembelajaran
2013/2014 pada mata pelajaran Bahasa Indonesia untuk materi menulis paragraf
eksposisi adalah 67,5. Oleh karena itu, pencapaian nilai menulis paragraf
eksposisi siswa belum tuntas (tidak tercapai).
Tarigan (1986: 22) berpendapat bahwa keterampilan menulis dapat
dikuasai dan diperoleh dengan jalan praktek dan latihan yang tersistematis serta
didukung dengan penggunaaan model pembelajaran. Hal tersebut senada dengan
pendapat Nurhadi dkk (2004: 1) dalam jurnal PAI oleh Nasih, salah satu aspek
penting yang harus dilakukan dalam pembaruan pendidikan adalah pembaruan
dalam efektivitas model pembelajaran, di samping pembaruan kurikulum dan
kualitas pembelajaran. Pembaruan model pembelajaran dimaksudkan bahwa harus
ada terobosan untuk mencari strategi, metode dan teknik pembelajaran yang
efektif oleh guru di kelas, yang lebih memberdayakan potensi siswa.
3
Pada saat PPL ditemukan juga bahwa guru masih menggunakan metode
pembelajaran satu arah. Hal ini tentu tidak sesuai seperti, teacher centered
learning yakni, guru lebih banyak berperan aktif selama proses pembelajaran.
Model pembelajaran seperti ini dapat diganti dengan model pembelajaran
ekspositori dan student centered learning yakni, mengaktifkan partisipasi siswa
selama proses pembelajaran misalnya dengan menggunakan model inquiri.
Berdasarkan kenyataan tersebut ditemukan bahwa adanya ketidakseimbangan
peran guru dan siswa selama proses pembelajaran. Akibatnya, hasil belajar siswa
dalam menulis paragraf eksposisi masih relatif rendah. Menyadari hal tersebut
maka perlu adanya suatu perubahan dalam kegiatan pembelajaran yang
memungkinkan siswa mampu menulis paragraf eksposisi. Peneliti mencoba
menerapkan model pembelajaran yang lebih relevan dan efektif yakni model
pembelajaran Cooperative Integrated Reading and Composition (CIRC).
Menurut Suyatno (2009: 68), “Pembelajaran CIRC adalah komposisi
terpadu membaca dan menulis secara kooperatif - kelompok”. Dalam model
pembelajaran ini, siswa ditempatkan dalam kelompok-kelompok kecil yang
heterogen, yang terdiri atas empat atau lima siswa. Dalam kelompok ini terdapat
siswa yang pandai, sedang atau lemah yang tidak dibedakan jenis kelamin,
suku/bangsa, atau tingkat kecerdasan siswa. Sebelum dibentuk kelompok, siswa
diajarkan cara bekerja sama dalam kelompok. Siswa diajarkan menjadi pendengar
yang baik, dapat memberikan penjelasan kepada teman sekelompok, berdiskusi,
mendorong teman lain untuk bekerjasama, dan menghargai pendapat teman lain.
Sesungguhnya menulis eksposisi bertujuan untuk menjelaskan atau
memberikan informasi tentang sesuatu sehingga bisa memperluas pengetahuan
pembaca dengan gaya penulisan yang singkat, akurat, dan padat. Untuk mencapai
tujuan tersebut, guru dapat menggunakan teknik CIRC sebagai model
pembelajaran, sehingga keterampilan menulis paragraf eksposisi siswa akan
meningkat. Dalam hal ini, guru memberikan sebuah wacana kepada siswa dan
secara berkelompok, siswa membaca dan memahami serta menemukan ide-ide
pokok dari wacana tersebut, untuk kemudian ditulis menjadi sebuah paragraf
4
eksposisi. Dengan menggunakan teknik ini, siswa akan terlatih membaca dan
menulis secara bersamaan.
Kata eksposisi berasal dari bahasa Inggris, yakni expose (v), expository
(adj), dan eksposition (n), yang berarti membuka. Berdasarkan etimologi tersebut
beberapa ahli memberikan beberapa definisi tentang paragraf eksposisi. Keraf
(1982: 3) berpendapat, “Paragraf eksposisi adalah salah satu bentuk tulisan atau
retorika yang berusaha untuk menerangkan dan menguraikan suatu pokok pikiran
yang dapat memperluas pandangan atau pengetahuan seseorang yang membaca
uraian tersebut.”
Sementara itu, Kosasih (2012: 138) mengatakan, “Paragraf eksposisi
adalah paragraf yang memaparkan sejumlah pengetahuan atau informasi.”
Tujuannya adalah agar pembaca dapat memperoleh informasi dan pengetahuan
dengan sejelas-jelasnya disertai dengan data atau fakta. Sumber penulisan
paragraf eksposisi ini bisa diperoleh dari hasil pengamatan, penelitian atau
pengalaman.
Dari kedua pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa paragraf eksposisi
adalah
paragraf
yang
memberikan
pengertian
dan
pengetahuan
untuk
menerangkan suatu pokok permasalahan. Paragraf eksposisi menggunakan fakta
sebagai alat konkrikasi yang menjawab pertanyaan apa, mengapa, kapan, dan
bagaimana dan menyerahkan keputusannya kepada pembaca.
Adapun ciri-ciri paragraf eksposisi yaitu sebagai berikut:
a) Menjelaskan informasi agar pembaca mengetahuinya
b) Menyatakan sesuatu yang benar-benar terjadi (data faktual)
c) Tidak terdapat unsur mempengaruhi atau memaksakan kehendak
d) Menunjukkan analisis atau penafsiran secara objektif terhadap fakta
yang ada
e) Menunjukkan sebuah peristiwa yang terjadi atau tentang proses kerja
sesuatu
Didukung dengan pendapat Alwi (2003: 30) ciri-ciri karangan eksposisi
yaitu sebagai berikut:
a)
penjelasannya bersifat informasi;
5
b) pembahasan masalahnya bersifat objektif;
c) tidak mempengaruhi pembaca;
d) penjelasannya dinyatakan dengan bukti-bukti yang konkret (tidak
mengada-ada); dan
e) Pembahasannya bersifat logis dan sistematis.
Jadi, dari beberapa ciri-ciri karangan eksposisi di atas dapat disimpulkan
bahwa tujuan utama karangan eksposisi semata-mata untuk membagikan
informasi dan tidak sama sekali mempengaruhi pembaca untuk menerima
pandangan atau pendirian tertentu sebagai sesuatu yang benar.
Pada dasarnya, eksposisi berusaha untuk memperluas pandangan dan
pengetahuan seseorang mengenai objek yang digarapnya. Oleh sebab itu, dalam
usaha untuk mencapai tujuan tersebut, seorang pengarang yang ingin menulis
sebuah teks eksposisi harus memenuhi beberapa syarat. Keraf (1982: 6)
menyatakan:
1) Hal pertama yang harus penulis lakukan adalah mengetahui sedikit
tentang subjeknya, karena dapat memperluas pengetahuannya
mengenai hal tersebut dengan melakukan penelitian lapangan,
wawancara atau penelitian kepustakaan. Dari hasil penelitiannya,
bahan yang dikumpulkan, di evaluasi dan kemusian ditampilkan
dalam tulisan itu.
2) Hal kedua yang harus penulis lakukan adalah mampu untuk
menganalisa persoalan tersebut secara jelas dan konkrit.
Pembelajaran CIRC dikembangkan oleh Stevans, Madden, Slavin dan
Farnish. Pembelajaran kooperatif tipe CIRC (Cooperative Integrated Reading and
Compotition) adalah sebuah program komprehensif dan lengkap untuk pengajaran
membaca dan menulis. Pengembangan model pembelajaran CIRC secara stimulan
difokuskan pada kurikulum dan metode pembelajaran untuk memperkenalkan
teknik terbaru yang berasal dari penelitian dasar pengajaran praktis membaca dan
menulis. Pendekatan pembelajaran kooperatif mengikuti penemuan pada
penelitian sebelumnya, yaitu menekankan tujuan kelompok dan tanggung jawab
individual.
Pengembangan CIRC dihasilkan dari sebuah analisis masalah-masalah
tradisional dalam pengajaran seperti pelajaran membaca, menulis, seni bahasa dan
mengungkap sesuatu dari realita yang ada. Satu fokus utama dari kegiatan-
6
kegiatan CIRC adalah membuat penggunaan waktu lebih efektif. Para siswa
bekerja di dalam tim-tim kooperatif yang dikoordinasikan dengan pengajaran
kelompok membaca, supaya dapat memenuhi tujuan-tujuan dalam bidang lain
seperti pemahaman membaca, kosa kata, pembacaan pesan dan ejaan dalam
materi yang sedang dipelajari.
Dalam model pembelajaran CIRC, siswa ditempatkan dalam kelompokkelompok kecil yang heterogen, yang terdiri atas 4 atau 5 siswa. Dalam kelompok
ini tidak dibedakan atas jenis kelamin, suku/bangsa, atau tingkat kecerdasan
siswa. Jadi, dalam kelompok ini sebaiknya ada siswa yang pandai, sedang atau
lemah, dan masing-masing siswa merasa cocok satu sama lain. Dengan
pembelajaran kooperatif, diharapkan para siswa dapat meningkatkan cara berfikir
kritis, kreatif dan menumbuhkan rasa sosial yang tinggi.
Menurut
Slavin
dalam
Suyitno
(2005:
3),
komponen-komponen
pembelajaran CIRC memiliki delapan komponen. Kedelapan komponen tersebut
antara lain: 1) Teams, yaitu pembentukan kelompok heterogen yang terdiri atas 4
atau 5 siswa. 2) Placement test, misalnya diperoleh dari rata-rata nilai ulangan
harian sebelumnya atau berdasarkan nilai rapor agar guru mengetahui kelebihan
dan kelemahan siswa pada bidang tertentu. 3) Student creative, melaksanakan
tugas dalam suatu kelompok dengan menciptakan situasi yang keberhasilan
individu ditentukan atau dipengaruhi oleh keberhasilan kelompoknya. 4) Team
study, yaitu tahapan tindakan belajar yang harus dilaksanakan oleh kelompok dan
guru memberikan bantuan kepada kelompok yang membutuhkannya. 5) Team
scorer and team recognition, yaitu pemberian skor terhadap hasil kerja kelompok
dan memberikan kriteria penghargaan terhadap kelompok yang berhasil secara
cemerlang dan kelompok yang dipandang kurang berhasil dalam menyelesaikan
tugas. 6) Teaching group, yakni memberikan materi secara singkat dari guru
menjelang pemberian tugas kelompok. 7) Facts test, yaitu pelaksanaan test atau
ulangan berdasarkan fakta yang diperoleh siswa 8) Whole-class units, yaitu
pemberian rangkuman materi oleh guru di akhir waktu pembelajaran dengan
strategi pemecahan masalah.
7
Langkah-langkah penerapan model pembelajaran ini (dalam Istarani,
2012: 103) adalah:
a.
Guru membentuk kelompok yang anggotanya 4 orang yang secara
heterogen.
b.
Guru memberikan wacana sesuai dengan topik pembelajaran.
c.
Siswa membaca teks wacana dan menemukan ide pokok serta
memberikan tanggapan terhadap wacana melalui tulisan pada lembar
kertas.
d.
Siswa mempresentasikan/membacakan hasil kelompok.
e.
Guru memberikan penguatan
f.
Guru dan siswa bersama-sama membuat kesimpulan
g.
Penutup.
Secara khusus, Slavin (dalam Suyitno, 2005: 6) menyebutkan kelebihan
model pembelajaran CIRC sebagai berikut:
1. CIRC amat tepat untuk meningkatkan keterampilan siswa dalam
menyelesaikan soal pemecahan masalah.
2. Dominasi guru dalam pembelajaran berkurang.
3. Siswa termotivasi pada hasil secara teliti, karena bekerja dalam
kelompok.
4. Para siswa dapat memahami makna soal dan saling mengecek
pekerjaannya.
5. Membantu siswa yang lemah.
6. Meningkatkan hasil belajar khususnya dalam menyelesaikan soal yang
berbentuk pemecahan masalah
7. Pengalaman dan kegiatan belajar anak didik akan selalu relevan
dengan tingkat perkembangan anak.
8. Seluruh kegiatan belajar lebih bermakna bagi anak didik sehingga hasil
belajar anak didik akan dapat bertahan lebih lama.
9. Membangkitkan motivasi belajar, memperluas wawasan dan aspirasi
guru dalam proses pembelajaran.
8
Sedangkan kekurangan model CIRC ini menurut Istarani (2012: 114),
yaitu :
a. Tidak mudah bagi guru dalam menentukan kelompok yang heterogen.
b. Karena kelompok ini bersifat heterogen, maka adanya ketidakcocokan
diantara siswa dalam satu kelompok, sebab siswa yang lemah merasa
minder ketika digabungkan dengan siswa yang kuat. Atau adanya
siswa yang merasa tidak pas, jika ia digabungkan dengan yang
dianggapnya bertentangan dengannya.
c. Dalam diskusi adakalanya hanya dikerjakan oleh beberapa siswa saja,
sementara yang lainnya hanya sekedar pelengkap saja.
d. Dalam presentase sering terjadi kurang efektif karena memakan waktu
yang
cukup
lama
sehingga
tidak
semua
kelompok
dapat
mempresentasekannya.
METODOLOGI PENELITIAN
Metode penelitian merupakan hal penting dalam pelaksanaan penelitian.
Metode penelitian merupakan cara utama yang digunakan orang untuk mencapai
tujuan penelitian. Lebih jauh Arikunto (2010: 203) mengatakan, “Metode
penelitian merupakan cara yang dilakukan peneliti dalam mengumpulkan data
penelitiannya.”
Penelitian ini menggunakan metode eksperimen. Arikunto (2010: 9)
menyatakan, “Penelitian eksperimen adalah suatu cara untuk mencari sebab akibat
(kausal) antara dua faktor yang sengaja ditimbulkan oleh peneliti dengan
mengeliminasi atau mengurangi faktor-faktor lain yang dianggap mengganggu.”
Lebih jelasnya disimpulkan bahwa penelitian eksperimen selalu dilakukan dengan
maksud untuk melihat akibat dari suatu perlakuan.
Desain penelitian eksperimen yang digunakan dalam penelitian ini adalah
one group pre-test and post test design. Arikunto (2010: 124) berpendapat bahwa,
“One group pre-test and post test design yaitu eksperimen yang dilaksanakan
9
pada suatu kelompok saja tanpa kelompok pembanding.” Observasi yang
dilakukan pada eksperimen ini sebanyak 2 kali, yaitu sebelum dan sesudah
eksperimen. Observasi yang dilakukan sebelum eksperimen (O1) disebut pre-test,
dan observasi sesudah ekperimen (O2) disebut post-test.
Instrumen penelitian merupakan alat bantu yang digunakan untuk
menjaring data penelitian. Arikunto (2010: 203) menyatakan bahwa, “Instrumen
penelitian merupakan alat atau fasilitas yang digunakan oleh peneliti dalam
mengumpulkan data agar pekerjaannya lebih mudah dan hasilnya lebih baik ….”
Adapun instrumen yang digunakan pada penelitian ini adalah tes hasil belajar
dalam menulis paragraf eksposisi. Tes hasil belajar yang digunakan adalah bentuk
tes essay. Siswa ditugaskan untuk menulis paragraf eksposisi berdasarkan
pengembangan topik pembicaran dalam teks wawancara. Alasan pemilihan teks
wawancara sebagai pedoman menulis paragraf eksposisi karena teks wawancara
masih berbentuk percakapan dan belum berbentuk paragraf. Sehingga,
kemungkinan siswa untuk meniru teks bacaan dalam pengerjaan soal sangat tidak
mungkin.
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Penelitian ini berupa eksperimen menggunakan one group pre-test posttest design, pengambilan data dilakukan dua kali terhadap kelas yang sama.
Pertama, pre-test yaitu pengambilan data dilakukan sebelum penerapan model
pembelajaran CIRC. Sedangkan post-test yaitu pengambilan data dilakukan
setelah penerapan model pembelajaran CIRC. Data yang diperoleh berupa
kemampuan menulis paragraf eksposisi siswa kelas X SMA Swasta Budisatrya
Medan Tahun Pembelajaran 2013/2014. Adapun jumlah sampel yang diambil
dalam penelitian ini adalah 38 siswa. Berikut ini data hasil pre-test dan post-test
siswa.
Kemampuan menulis paragraf eksposisi siswa pada tahap pre-test ini
terbagi atas tiga kategori, yaitu kategori baik sebanyak 15 siswa atau 39,47%,
kategori cukup sebanyak 10 siswa atau 26,31%, dan kategori kurang sebanyak 13
siswa atau 34,21%. Berdasarkan aspek penilaian dalam menulis paragraf eksposisi
10
yang dibahas sebelumnya, hasil kemampuan menulis paragraf eksposisi siswa
pada tahap pre-test termasuk dalam kategori cukup. Nilai rata-rata 65,50 dan
standar deviasi 7,99, dan standar error 1,31 dengan nilai terendah 52 dan nilai
tertinggi 80. Data tersebut berdistribusi normal dengan Lhitung < L
tabel
( 0,12 <
0,14)
Kemampuan menulis paragraf eksposisi siswa pada tahap post-test ini
terbagi atas tiga kategori, yaitu kategori sangat baik sebanyak 18 siswa atau
47,36%, kategori baik sebanyak 14 siswa atau 36,84%, dan kategori cukup
sebanyak 6 siswa atau 15,78%. Berdasarkan aspek penilaian dalam menulis
paragraf eksposisi yang dibahas sebelumnya, hasil kemampuan menulis paragraf
eksposisi siswa pada tahap post-test termasuk dalam kategori baik. Nilai rata-rata
80,05 dan standar deviasi 9,47, dan standar error 1,55 dengan nilai terendah 66
dan nilai tertinggi 93. Data tersebut berdistribusi normal dengan Lhitung < L
tabel
(
0,13 < 0,14)
Berdasarkan perolehan data dapat dilihat peningkatan dan penurunan
kualitas siswa dalam dua tahap yang dilakukan sebelum perlakuan dan setelah
perlakuan. Dari sebagian besar aspek penilaian, terlihat bahwa siswa pada tahap
post-test dengan menggunakan model pembelajaran CIRC lebih unggul dan
berpengaruh positif dari pada sebelum penerapan model tersebut. Berdasarkan
data yang dikemukakan sebelumnya dapat dikatakan model pembelajaran CIRC
lebih baik dalam meningkatkan kemampuan siswa menulis paragraf eksposisi
dibandingkan dengan sebelum menggunakan model tersebut.
Hal ini menunjukkan bahwa model pembelajaran CIRC memberikan
pengaruh yang signifikan dalam menulis paragraf eksposisi. Peningkatan yang
signifikan pada kesemua aspek ini dikarenakan penggunaan model pembelajaran
CIRC yang berpusat pada siswa. Siswa harus dapat menentukan ide pokok yang
terdapat pada teks bacaan, dan menuliskan sebuah paragraf eksposisi berdasarkan
ide pokok tersebut di bawah bimbingan guru. Maka hal tersebut dapat membuat
siswa menjadi lebih ingat dan meningkat pemahamannya atas materi yang
disampaikan, meningkatkan fokus pada pengetahuan yang relevan, mendorong
untuk berfikir, membangun kerja tim, kepemimpinan, dan keterampilan sosial,
11
dan membangun kecakapan belajar (life-long learning skills); dan memotivasi
siswa dalam menulis paragraf eksposisi.
Peningkatan nilai rata-rata diperoleh karena siswa semakin termotivasi dan
membangkitkan minat belajar siswa sehingga mengubah kelas yang pasif menjadi
aktif. Hasil perhitungan hipotesis juga menyatakan bahwa adanya pengaruh dari
penggunaan model pembelajaran CIRC terhadap kemampuan menulis paragraf
eksposisi siswa kelas X SMA Swasta Budisatrya Medan Tahun Pembelajaran
2013/2014.
Model pembelajaran CIRC memiliki pengaruh yang signifikan terhadap
kemampuan menulis paragraf eksposisi siswa kelas X SMA Swasta Budisatrya
Medan. Hal tersebut dibuktikan dari pengujian hipotesis yang menunjukkan
bahwa hipotesis nihil (Ho) ditolak dan hipotesis alternatif (Ha) diterima karena t0
yang diperoleh lebih besar dari ttabel yaitu 7,19 > 2,02.
PENUTUP
Berdasarkan hasil penelitian yang telah diuraikan pada penjelasan
sebelumnya maka dapat diambil kesimpulan bahwa kemampuan menulis paragraf
eksposisi siswa dengan menggunakan model pembelajaran CIRC termasuk dalam
kategori baik, dengan nilai rata-rata 80,05. Sedangkan kemampuan menulis
paragraf eksposisi siswa tanpa menggunakan model pembelajaran CIRC termasuk
dalam kategori cukup, dengan nilai rata-rata 65,50. Selain itu, model
pembelajaran CIRC memberikan pengaruh yang signifikan terhadap kemampuan
menulis paragraf eksposisi. Hal tersebut dibuktikan dengan hasil pengujian
hipotesis yang telah dilakukan, yaitu 𝑡0 > 𝑡𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙 (7,19 > 2,02) yang berarti 𝐻𝑎
diterima.
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, Suharsimi. 2010. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik.
Jakarta : Rineka Cipta.
Istarani. 2012. Model Pembelajaran Inovatif. Medan : Media Persada.
12
Kosasih. 2012. Bimbingan Pemantapan Bahasa Indonesia. Bandung : Yrama
Widya.
Suyatno. 2009. Menjelajah Pembelajaran InovatifI. Jawa Timur : Masmedia
Buana Pustaka.
Suyitno, Amin. 2005. Mengadopsi Pembelajaran dalam Meningkatkan
Keterampilan Siswa Menyelesaikan Soal Cerita. Seminar Nasional FMIPA
UNNES.
Tarigan, Henry. 1986. Menulis sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa. Bandung:
Angkasa.
13
Download