BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Deindividuasi 2.1.1 Definisi Deindividuasi Deindividuasi oleh Myers(2008) didefinisikan sebagai hilangnya kesadaran diri dan pengertian evaluatif diri sendiri yang terjadi didalam situasi kelompok dimana hal tersebut membantu perkembangan baik atau buruknya norma kelompok. Kemudian, dalam jurnal yang berjudul “The Theories of Deindividuation” Li(2010) mengatakan deindividuasi adalah saat dimana ketika berada dalam kelompok reaksi individu meningkat. Singer, Brush & Lublin (dalam Li,2010) mengungkapkan deindividuasi terjadi ketika seseorang melakukan tindakan anti sosial yang tidak di inginkan karena ketertarikan individu dalam kelompok. Deindividuasi merupakan tahap psikologis yang ditandai oleh hilangnya selfawareness dan berkurangnya ketakutan individu karena berada dalam kelompok (Hughes, 2013). Selain itu, Diener (dalam Li, 2010) mendefinisikan deindividuasi sebagai proses psikologis dimana kesadaran diri (self-awareness) berkurang. Diener menjelaskan Individu merasa terlindungi oleh faktor situasional dalam kelompok yang membuat perilaku individu tidak dapat di identifikasi. Diener (dalam Li, 2010) memiliki 3 tahapan dimana seseorang mengalamai deindividuasi, yaitu: 1. Self-awareness hilang dari individu, kelompok menjadi fokus perhatian dan di identifikasi sebagai satu kesatuan. 2. Untuk menjadi sepenuhnya deindividuasi harus ada perubahan perhatian antara individu. Individu tidak melihat diri mereka secara terpisah tetapi sebagai bagian dari kelompok. 3. individu mengalami ketiadaan self-regulation 7 8 Weakened restraints against impulsive behaviour Enviromental Condition: - Anonymity High level of arousal Focus on external events Close group unity Increased sensitivity to immediate cues or current emotional cues Reducef Selfawareness Deindividuation Inability to monitor or regulate own behaviour Lessened concern about evaluations by others Lowered ability to engage in rational planning Gambar 2.1 Self-awareness dan deindividuasi menurut Ed diener Dari definisi-definisi yang sudah dijelaskan oleh para ahli diatas dapat disimpulkan bahwa deindividuasi adalah suatu proses dimana terjadi peleburan identitas individu menjadi identitas sosial, yang mengakibatkan hilangnya kesadaran diri dan kontrol diri dari individu atkibat tidak ter-identifikasinya perilaku individu dalam suatu kelompok. 2.1.2 Teori Deindividuasi Teori deindividuasi menurut Chang(2008) membahas mengenai bagaimana kelompok mempengaruhi perilaku individu. Festinger (dalam Chang, 2008) mengatakan deindividuasi sebagai hasil pengekangan dari perilaku yang diinginkan individu tetapi bertolak belakang dengan norma sosial. Deindividuasi teori juga menegaskan peleburan individu terhadap kelompok membuat individu kehilangan identitas diri yang berakibat seseorang berprilaku agresif atau menyimpang dari perilaku sosial. Diener (dalam Chang, 2008) mengatakan kondisi anonim didalam grup mengurangi kesadaran seseorang. Semakin besar kelompok semakin besar pula kemungkinan anonimnya. Anonim melindungi individu dari perilaku ketidaktaatan pada norma. Teori deindividuasi fokus pada bagaimana anonim berpengaruh negatif pada perilaku sosial. Dalam computer mediated communication douglas & Mcgarty (dalam Chang, 2008) melakukan penelitian mengenai cara individu yang menggunakan identitas anonim 9 berkomunikasi. Penelitian tersebut menunjukan perubahan perilaku individu menjadi lebih agresif yang mendukung teori bahwa anonim berpengaruh pada perilaku yang tidak di inginkan. 2.1.3 SIDE Social Indetity Model of Deindividuation Effect SIDE menurut Chang (2008) dijelaskan sebagai teori yang fokus pada efek positif daripada efek negatif dari deindividuasi. Pendekatan ini menjelaskan mengenai konformitas pada norma grup yang menonjol. Tidak seperti teori deindividuasi, SIDE menegaskan bahwa perilaku kelompok lebih dapat diatur, jika individu melihat kelompok sama pentingnya dengan identitas individu, individu akan berprilaku sesuai dengan norma yang telah diatur kelompok. Tidak seperti teori deindividuasi penelitian SIDE fokus pada bagaimana anonim dapat meningkatkan pengaruh sosial. SIDE sering digunakan dalam penelitian computer mediated communication untuk mengetahui sosial efek dari grup online. 2.1.4 Aspek-aspek deindividuasi berdasarkan SIDE Menurut Reicher (dalam Li, 2010) mengenai the social indetity model’s of deindividuation effect (SIDE), ada 3 faktor utama yang membuat seseorang mengalami deindividuasi, yaitu: 1. Group immersion Meleburnya individu didalam kelompok. Dimana individu tidak lagi melihat dirinya sebagai self-identity tetapi social identity. 2. anonymity Anonim adalah saat dimana identitas pribadi seseorang tidak dapat teridentifikasi. 3. hilangnya identitas (self- awareness dan self regulation) Hilangnya kesadaran diri dan kontrol diri menjadi salah satu faktor yang membuat seseorang mengalami deindividuasi. 2.1.5 Faktor-faktor yang mempengaruhi deindividuasi Menurut Myers(2008) ada beberapa faktor yang mempengaruhi seseorang mengalami deindividuasi. Faktor-faktor tersebut antara lain: 1. Ukuran kelompok Kelompok tidak hanya dapat membuat anggotanya bangkit tetapi juga dapat membuat anggotanya tidak ter-identifikasi. Leon Mann (dalam Myers, 2008) mengungkapkan bahwa ketika seorang individu dalam kelompok kecil yang membuat dirinya dapat di identifikasi individu akan lebih tekontrol perilakunya. Sedangkan, pada saat individu dalam kelompok 10 besar dan tidak dapat teridentifikasi individu akan lebih berani untuk melakukan hal yang tidak sesuai aturan. 2. Physical Anonymity Ed Diener (dalam Myers, 2008) melakukan penelitian mengenai efek dari individu berada dalam kelompok dan dalam kondisi anonim. Penelitian tersebut menunjukan bahwa individu yang berada dalam kelompok dan kondisi anonim akan berprilaku seperti yang mereka inginkan. Selain itu, menurut Tom Postmes & Russel Spears (dalam Myers, 2008) kondisi anonim membuat kesadaran diri individu berkurang menjadi kesadaran dalam kelompok dan bereaksi sesuai situasi negatif maupun positif. 3. Arousing and Distracting Activities Perilaku agresi yang dilakukan oleh kelompok besar biasanya dipicu oleh aksi seseodrang yang mengalihkan perhatian kelompok. Menurut Oliver (1984) aksi impulsif kelompok menyerap perhatian kita. Ketika kita melakukan tindakan agresi kepada seseorang sebenarnya bukan karena untuk membela dirinya tetapi karena pengaruh situasi dan kelompok. 2.1.6 Hilangnya Self-awareness Pengalaman kelompok mengurangi kesadaran diri (self-awarenes) dan mengurangi self-conciousness yang berdampak pada perilaku yang tidak sesuai dengan norma (Myers, 2008). Ed diener, Prentice-Dunn & Ronald Rogers (dalam Myers, 2008) mengatakan deindividuasi dapat membuat seseorang tidak dapat mengendalikan diri sendiri. Mereka berperilaku tidak sesuai dengan diri mereka. Menurut Myers(2008) seseorang dapat melakukan self-aware pada saat mereka berada didepan umum atau didepan kamera dan mengendalikan diri mereka. Self-awareness merupakan kebalikan dari deindividuasi. Meningkatnya Self-awareness dapat mengurangi deindividuasi. 2.1.7 Teknologi deindividuasi Menurut Khabay (1998) anonim telah menjadi salah satu alasan besar mengapa seseorang menjadi lebih agresif pada saat mengandarai mobil. Kaca mobil yang tebal membuat seseorang tertutup dan terisolasi dari luar sehingga memberikan kekuatan karena mereka merasa identitas mereka tidak diketahui (anonim). Sama seperti pengguna internet yang tidak dapat terlihat langsung oleh orang lain dan tidak diketahui nya identitas pribadi dari pengguna internet dapat meningkatkan perilaku agresif pada pengguna internet. 11 2.2 Agresi 2.2.1 Definisi Agresi Agresi adalah perilaku yang bertujuan untuk menyakiti fisik maupun psikologis orang lain (Aronson, Wilson, & Akert, 2007). Menurut Hogg & Vaughan (2008) agresi adalah perilaku yang bersifat menyerang, dapat berupa serangan fisik, serangan terhadap objek, serangan verbal, dan melakukan pelanggaran terhadap hak milik atau menyerang daerah orang lain. Selain itu, agresi juga didefinisikan sebagai perilaku fisik maupun lisan yang disengaja dengan maksud untuk menyakiti dan merugikan orang lain (Myers, 2008). Agresi adalah perilaku yang bertujuan untuk membuat cedera seseorang secara fisik maupun psikologis (Breckler, Olson, & Wiggins, Social Psychology Alive, 2006). Menurut KBBI Agresi adalah cenderung (ingin) menyerang kepada sesuatu yang dipandang sebagai hal yang mengecewakan, menghalangi atau menghambat. Dari definisi-definisi yang sudah dijelaskan oleh para ahli diatas dapat disimpulkan bahwa agresi adalah tindakan seorang individu yang dilakukan dengan tujuan menyakiti orang lain secara disengaja baik secara fisik maupun verbal. 2.2.2 Macam-macam agresi Perilaku agresi memiliki beberapa jenis, menurut Buss dan Perry (1992) (dalam Baron, Branscombe, & Byrne, 2008) Agresi terbagi menjadi empat jenis, yaitu: 1. Physical Agression Agresi fisik merupakan perilaku agresi yang dilakukan dengan menggunakan dan menyerang fisik dalam menyalurkan agresi nya. Bentuk agresi fisik adalah seperti menendang, menampar, memukul dan lain-lain. 2. Verbal Agression Agresi verbal merupakan perilaku agresi yang dilakukan untuk melukai atau menyakiti orang lain secara verbal atau menggunakan kata-kata. Bentuk agresi verbal adalah seperti ancaman, makian, penolakan dan lain-lain. 3. Anger Anger merupakan perasaan marah, kesal, dan sebal terhadap orang lain maupun diri sendiri. Hal tersebut mencakup kesulitan mengendalikan amarah, cepat marah dan tempramental yang disebut dengan Irritability. 4. Hostility 12 Hostility merupakan perilaku agresi yang tidak terlihat. Hostility terbagi dalam dua kategori yaitu resentment yang merupakan bentuk rasa iri dan cemburu, dan suspicion yang merupakan rasa tidak percaya dan permusuhan terhadap orang lain. 2.2.3 Teori-teori agresi Menurut Myers(2008) ada beberapa pendekatan yang membahas mengenai terjadinya agresivitas yang terjadi pada individu, yaitu : 1. Agresi akibat faktor biologis Freud (dalam Myers, 2008) menjelaskan bahwa perilaku agresi tidak dipelajari tetapi merupakan insting individu. Kemudian Buss & Shackleford (1997) mengatakan agresi merupakan insting seseorang untuk mendapatkan sumber daya, bertahan dari serangan, dan digunakan untuk mengintimidasi orang lain pada saat dalam bahaya. Selain itu, david, Lewis & Pincus (dalam Myres,2008) mengungkapkan bahwa kelainan saraf otak dapat mempengaruhi perilaku agresi. Teori ini dalam Myers(2008) juga menjelaskan bahwa perilaku agresi merupakan faktor keturunan. Pengaruh bahan kimia seperti alkohol dan obatobatan terlarang juga dapat mempengaruhi perilaku agresi individu (Myers, 2008). 2. Frustasi - agresi teori Teori frustasi – agresi (dalam Myers,2008) menjelaskan bahwa perilaku agresi yang terjadi merupakan reaksi dari frustasi yang dialami individu. Leonard Berkowitz (dalam Myers,2008) menemukan hubungan antara frustasi dengan agresi, dimana frustasi menghasilkan amarah yang merupakan emosi yang mengarah pada agresi. Solberg & others (2002) mengatakan frustasi berasal dari kesenjangan antara harapan dan hasil yang dicapai (Myers, 2008). Selain itu, frustasi yang mengakibatkan agresi sering terjadi akibat perbandingan yang dilakukan seseorang terhadap orang lain. Hal tersebut dapat meningkatkan frustasi seseorang untuk menjadi lebih baik dibandingkan orang lain sehingga memicu tindakan agresi (Myers, 2008). 3. Social Learning Theory Teori pembelajaran sosial merupakan teori yang menjelaskan bahwa perilaku agresi merupakan pembelajaran dari observasi, meniru dan dengan pemberian penghargaan atau hukuman (Myers, 2008). Menurut Patterson & others (dalam Myers,2008) seseorang yang berhasil melakukan perilaku agresi kepada orang lain akan meningkatkan perilaku agresi nya. 13 Selain itu, Bandura (1997) mengemukakan bahwa kita belajar melakukan agresi tidak hanya dari merasakan tetapi dengan melakukan observasi (Myers, 2008). 2.2.4 Faktor Penyebab Agresi Menurut Feldman (1985) ada beberapa faktor yang mempengaruhi agresi, antara lain: 1. Arousal as a cause of aggresion Dalam beberapa penelitian Rule &Nesdale (1976) gairah fisik berhubungan dengan meningkatnya tingkat agresi seseorang. Gairah fisik bukan hanya satu satunya yang dapat memicu agresi, gairah yang dihasilkan dari sex, alcohol, dan obat obatan terlarang juga dapat memicu perilaku agresi. 2.Deindividuation : anonymity facilitates aggresion Dunn and Rogers (dalam Feldman, 1985) menjelaskan hasil penelitian menyatakan bahwa deindividuasi efektif dalam meningkatkan perilaku agresi. Subjek yang diteliti mengatakan bahwa mereka merasakan emosi konsisten pada saat deindividuasi. Mereka mengindikasi ada perasaan dan pemikiran yang berbeda dengan pada saat normal, tidak merasa bertanggung jawab pada saat melakukan agresi, tidak merasakan self-concious, dan tidak memikirkan apa yang akan difikirkan oleh experimenter ataupun korban. 3. Direct provocation as a source of aggresion Provokasi dari sumber agresi lain memicu tindakan agresi lainnya. Feldman menjelaskan ketika seseorang merasa terluka oleh sesuatu, mereka akan merespon dengan pehrilku agresi kepada sumber yang menyebabkan luka. Oleh karena itu, dapat disimpulkan agresi memfasilitasi atau memicu perilaku agresi lainnya. 2.3 Teori Yang Terkait Dengan Subjek 2.3.1 Cyberbullying 2.3.1.1 Definisi Cyberbullying Menurut Bhat(2008), cyberbullying adalah penggunaan teknologi untuk mengintimidasi, membuat korban, atau menganggu sekelompok orang. Selain itu, Heirman(2015) mendefinisikan cyberbullying sebagai perilaku agresi termasuk didalamnya penyerangan yang berulang, mempermalukan orang lain atau mengucilkan orang lain demi kepentingan seseorang yang lebih berkuasa. Cyberbullying didefinisikan oleh Valentino(2013) sebagai proses mengirim teks atau gambar yang dimaksudkan untuk menyakiti atau mempermalukan orang lain. Cyberbullying juga didefinisikan sebagai perlakuan kasar yang dilakukan seseorang atau kelompok orang, 14 menggunakan bantuan alat elektronik yang dilakukan berulang dan terus menerus pada seorang target yang membela diri (Smith, Mahdavi, Carvalho, Russel, & Tipett, 2008). Dari definisi-definisi yang dijelaskan diatas dapat disimpulkan bahwa cyberbullying adalah perilaku agresi melalui media elektronik yang dimaksudkan untuk mengintimidasi, menyakiti, mempermalukan orang lain secara sengaja. 2.2.1.2 Jenis-jenis Cyberbullying Ada beberapa jenis cyberbullying menurut Willard(2007), dalam jurnal nya yang berjudul “Educator’s guide to cyberbullying and cyberthreats”. yaitu, sebagai berikut : 1. Flaming, yaitu mengirimkan pesan berupa kata-kata penuh amarah dan frontal. 2. Harassment, yaitu mengirimkan pesan berupa gangguan ke e-mail, atau jejaring sosial secara terus menerus. 3. Denigration, yaitu proses untuk merusak nama baik orang lain dengan cara mengumbar keburukan seseorang di media sosial. 4. Impersonation, yaitu berpura-pura menjadi orang lain dan mengirimkan pesan-pesan atau status yang tidak baik ke orang lain. 5. Outing, yaitu menyebarkan data-data, foto dan rahasia orang lain di internet. 6. Trickery , yaitu membujuk seseorang dengan menipu orang tersbut agar mendapatkan informasi atau foto pribadi orang tersebut. 7. Exclusion, yaitu secara sengaja mengeluarkan seseorang dari grup online. 8. Cybejrstalking, yaitu mengganggu seseorang secara terus menerus sehingga menyebabkan ketakutan pada orang tersebut. 2.3.2 Remaja 2.3.2.1 Definisi Remaja Remaja menurut Hurlock(2011), berasal dari bahasa latin yaitu adolesence yang artinya tumbuh atau tumbuh menjadi dewasa. Kemudian, Hurlock memperluas definisi nya menjadi kematangan mental, emosional dan fisik. Selain itu, Santrock(2011) mendefinisikan remaja sebagai tahap pertumbuhan antara masa kanak-kanak dan masa dewasa. Masa remaja adalah masa transisi seseorang dari masa kanak-kanak dan masa dewasa yang melibatkan perubahan yang cukup besar. Perubahan tersebut mencakup perubahan fisik, kognitif maupun psikosial (Papalia, Ols, & Feldman, 2008). 15 Masa remaja menurut Hurlock(2011), merupakan masa dimana ketegangan emosi meninggi akibat perubahan fisik dan kelenjar. Dalam masa remaja seseorang mengalami ketidakstabilan emosi sebagai akibat dari usaha penyesuaian diri pada perilaku dan harapan sosial yang baru. Menurut Hal (dalam Santrock, 2011) mengatakan bahwa sudah sejak dulu remaja dikatakan sulit mengatur emosi, pergerakan emosi dari tinggi ke rendah meningkat pada masa remaja. Selain itu, Maryse Richards(1994) berpendapat bahwa remaja memiliki emosi yang ekstrem dan sering berubah-ubah. Masa remaja menurut Monks(2003) terbagi menjadi empat bagian, yaitu pra remaja 10-12 tahun, remaja awal dengan rentang usia 12-15 tahun, remaja pertengahan dengan rentang usia 15-18 tahun, dan remaja akhir dengan rentang usia 18- 21 tahun. Dari definisi-definisi para ahli diatas dapat disimpulkan bahwa remaja adalah tahapan perkembangan manusia dimana tahapan tersebut merupakan masa transisi dari masa kanakkanak ke masa dewasa dengan rentang usia 12-21 tahun. Banyak perubahan yang terjadi pada masa remaja baik secara fisik maupun psikologis yang mengakibatkan terjadinya ketidakstabilan emosi. 2.3.2.2 Perkembangan Remaja Perkembangan remaja dibagi menjadi beberapa kategori menurut Santrock(2003), antara lain: 1. Perkembangan Biologis Perkembangan biologis pada masa remaja memiliki banyak perubahan seperti tinggi, berat badan, perubahan hormonal dan lain-lain. Pada masa remaja individu mengalami pubertas yaitu perubahan cepat pada kematangan fisik yang meliputi perubahan tubuh dan hormonal yang terutama terjadi pada masa remaja awal. 2. Perkembangan Kognitif Piaget (dalam Santrock,2003) menjelaskan bahwa remaja terdorong untuk memahami dunianya karena tindakannya itu merupakan penyesuaian diri biologis. Remaja membangun dunia kognitifnya sendiri, mengorganisasikan pengalaman mereka, dan menghubungkan satu gagasan dengan gagasan lainnya menggabungkan hasil observasi dan pengalaman untuk membuat gagasan baru. Menurut Piaget ada dua cara remaja mengembangkan kemampuan kognitifnya yaitu asimilasi terjadi ketika seseorang menggabungkan informasi baru kedalam pengetahuan yg dimilikinya dan akomodasi terjadi ketika seseorang menyesuaikan dirinya terhadap informasi baru . 16 3. Perkembangan Sosio-Emosional Perkembangan sosio-emosional remaja meliputi perubahan dalam hub individu dengan manusia lain dalam emosi, kepribadian dan dalam peran dari konteks sosial dalam perkembangan. Membantah orangtua, serangan agresif terhadap teman sebaya, perkembangan sikap asertif dalam peristiwa tertentu dan perang gender dalam masyarakat. 2.3.3 Ask.fm Ask.fm merupakan sosial media yang dibuat oleh Mark Terebin di Latvia pada 16 Juni 2010, dan memiliki 150 Juta pengguna di seluruh dunia hingga Februari 2015. Ask.fm adalah media sosial online dimana pengguna dapat membuat akun/profil dan dapat memberikan pertanyaan ke pengguna lain, dengan pilihan anonimously. Pada saat ini ask.fm memiliki urutan ke 173 kedalam website yang sering dibuka diseluruh dunia. Menurut NoBullying(2015) Ask.fm memiliki berbagai macam fitur, antara lain: - Pengguna ask.fm dapat menanyakan dan mendapat pertanyaan dari pengguna anonim - Pengguna ask.fm dapat menjawab pertanyaan menggunakan kata-kata, gambar, dan video - Ask.fm memiliki fitur dimana pengguna dapat mencantumkan pengguna lain dengan menggunakan simbol @ pada pengguna lain yang ingin dicantumkan - Berdasarkan kritik yang didapat oleh ask.fm, pihak ask.fm membuat privacy setting dimana pengguna dapat menon-aktifkan pertanyaan anonim - Ask.fm baru-baru ini memperkenalkan fitur ‘popular’ dimana kita dapat melihat pengguna lain yang menarik untuk di follow - Dimulai dari Juni 2013, ask.fm dapat di akses melalui smartphone Pada tahun 2013, ask.fm menjadi salah satu media kontroversial dimana banyak kasus cyberbullying yang terjadi melalui media tersebut hingga menyebabkan kematian, sedikitnya 7 kasus bunuh diri yang terjadi akibat dari kasus cyberbullying yang terjadi di ask.fm. Kasuskasus tersebut dalam (NoBullying,2015) antara lain: 1. Seorang anak perempuan berumur 14 tahun ditemukan tergantung di dalam kamarnya setelah menerima pertanyaan/pernyataan yang tidak pantas di akun ask.fm miliknya. Dimana pernyataan tersebut antara lain menyuruh anak perempuan tersebut untuk melakukan bunuh dirinya sendiri, dan meminum racun. Pernyataan yang didapat menggunakan pertanyaan anonim. 17 2. Seorang anak perempuan berumur 12 tahun memutuskan untuk lompat dari atap pabrik, dan di temukan tewas keesokan harinya. Berdasarkan investigasi yang dilakukan anak perempuan tersebut telah di bully secara online selama satu tahun dan mengganti laman ask.fm dirinya sendiri dengan “that dead girl” 3. Seorang anak laki-laki berusia 15 tahun menggantung dirinya sendiri karena ask.fm. Ia ditemukan meninggal dirumahnya karena beberapa pertanyaan yang menyakitkan di laman ask.fm nya. Ia dipanggil aneh dan dikatakan berkali-kali bahwa tidak ada yang suka pada dirinya, dan mengatakan bahwa ia pantas mendapatkan hal-hal buruk pada dirinya. 4. Seorang anak laki-laki berusia 17 tahun juga menggantung dirinya pada bulan juli. Ia memiliki hubungan online dengan seseorang yang ia kira adalah perempuan. Selain mendapat penipuan, ia juga mendapat pernyataan untuk membunuh dirinya sendiri, bahkan salah satu dari pesan yang ia terima menyuruh dirinya untuk menusukan pisau ke tenggorokannya. 5. Remaja lainnya berusia 16 tahun yang berasal dari Florida ditemukan menggantung dirinya pada hari thanksgiving setelah menerima pertanyaan dari anonim yang menyuruhnya untuk melakukan bunuh diri. Walaupun ia meresponnya dengan tenang dengan mencantumkan video. Ia kemudian tetap mendapatkan pesan yang mengatakan betapa jelek dirinya dan pesan yang menyakitkan. 6. Seorang remaja berusia 15 tahun dari Ireland memutuskan untuk bunuh diri karena pengguna ask.fm yang kasar. Ia ditemukan tergantung di pohon dekat tempat tinggalnya pada tahun 2012. Sebelum melakukan tindakannya. Ia sempat mengatakan pada temannya bahwa ia akan melakukan bunuh diri karena di bully di ask.fm. 7. Seorang remaja berusia 13 tahun melakukan bunuh diri dan meninggalkan pesan bahwa dirinya telah di bully secara online di ask.fm. Dan tak lama setelah itu saudara perempuannya yang berusia 15 tahun melakukan hal yang sama dengan meninggalkan pesan bahwa ia tidak dapat hidup tanpa adik perempuannya yang bunuh diri tersebut. 18 2.4 Kerangka Berfikir Deindividuasi Perilaku Agresi Gambar 2.2 Kerangka Berfikir Cyberbullying adalah salah satu bentuk kekerasan yang dialami oleh seorang individu yang didapatkan melalui dunia maya (internet). Cyberbullying dapat dilakukan melalui sosial media. Dalam penggunaanya seseorang yang menggunakan sosial media harus mengisi data mengenai dirinya terlebih dahulu, tetapi tidak sedikit dari pengguna sosial media yang menyembunyikan identitas mereka dengan cara mengisi identitas palsu. Hal tersebut dapat membuat seorang individu bersembunyi dibalik identitas palsunya sehingga terjadilah deindividuasi yaitu proses hilangnya kesadaran individu karena pengaruh kelompok sehingga membentuk suatu pikiran kolektif. Dengan terjadinya deindividuasi muncul lah perilaku agresi dari individu tersebut yaitu perilaku yang menyakiti orang lain secara fisik ataupun psikis. Dengan kata lain, perilaku agresi di dunia maya disebut dengan cyberbullying 2.5 Hipotesis Hipotesis adalah pernyataan yang dianggap tepat atau benar dalam suatu pendapat meskipun kebenarannya masih harus dibuktikan. Dari kasus dan fenomena yang telah dijabarkan diatas terdapat hipotesa dimana deindividuasi berperan dalam tingkat perilaku agresi oleh remaja. Oleh karena itu, hipotesa penelitian ini adalah terdapat hubungan antara deindividuasi dan perilaku agresi pelaku cyberbullying pada remaja pengguna ask.fm di Jakarta.