BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Pustaka Tentang Tumbuh Kembang Anak Istilah tumbuh kembang sebenarnya mencakup 2 peristiwa yang sifatnya berbeda, tetapi saling berkaitan dan sulit dipisahkan, yaitu pertumbuhan dan perkembangan (Soetjiningsih, 2000). Pertumbuhan berkaitan dengan masalah perubahan dalam besar, jumlah, atau ukuran, yang bisa diukur dengan ukuran berat (gram, kilogram) dan ukuran panjang (cm, meter), sedangkan perkembangan adalah bertambahnya kemampuan dalam struktur dan fungsi tubuh yang lebih kompleks dari seluruh bagian tubuh sehingga masing-masing dapat memenuhi fungsinya. Termasuk juga perkembangan emosi, intelektual dan tingkah laku sebagai hasil berinteraksi dengan lingkungannya (Kania, 2006). a. Faktor Yang Mempengaruhi Perkembangan Secara umum terdapat dua faktor utama yang mempengaruhi tumbuh kembang anak, yaitu: 1) Faktor genetik Faktor genetik ini yang menentukan sifat bawaan anak tersebut. Kemampuan anak merupakan ciri-ciri yang khas yang diturunkan dari orang tuanya (Kania, 2006). 9 10 2) Faktor lingkungan Yang dimaksud lingkungan yaitu suasana di mana anak itu berada. Dalam hal ini lingkungan berfungsi sebagai penyedia kebutuhan dasar anak untuk tumbuh kembang sejak dalam kandungan sampai dewasa. Lingkungan yang baik akan menunjang tumbuh kembang anak, sebaliknya lingkungan yang kurang baik akan menghambat tumbuh kembangnya (Kania, 2006). a) Faktor lingkungan pranatal Faktor lingkungan yang mempengaruhi anak pada waktu masih dalam kandungan. Faktor lingkungan pranatal yang berpengaruh pada tumbuh kembang janin mulai dari konsepsi sampai lahir. Antara lain gizi ibu pada waktu hamil, mekanis, toksik atau zat kimia, endokrin, radiasi, infeksi, stres, imunitas dan anoksia embrio (Soetjiningsih, 2000). b) Faktor lingkungan posnatal Bayi baru lahir harus berhasil melewati masa transisi, dari suatu sistem yang teratur yang sebagian besar tergantung pada organ-organ ibunya, ke suatu sistem yang tergantung pada kemampuan genetik dan mekanisme homeostatik bayi itu sendiri. Lingkungan post natal yang mempengaruhi tumbuh kembang anak secara umum dapat digolongkan menjadi (Soetjiningsih, 2000): 11 1. Lingkungan biologis. 2. Lingkungan fisik 3. Faktor psikososial 4. Faktor keluarga dan adat istiadat. b. Ciri-ciri dan Prinsip-prinsip Tumbuh Kembang Anak. Proses tumbuh kembang anak mempunyai beberapa ciri-ciri yang saling berkaitan. Ciri-ciri tersebut adalah sebagai berikut (Rusmila, 2008): 1) Perkembangan menimbulkan perubahan. Perkembangan terjadi bersamaan dengan pertumbuhan. Setiap pertumbuhan disertai dengan perubahan fungsi. Misalnya perkembangan intelegensia pada seorang anak akan menyertai pertumbuhan otak dan serabut saraf. 2) Pertumbuhan dan perkembangan pada tahap awal menentukan perkembangan selanjutnya. Setiap anak tidak akan bisa melewati satu tahap perkembangan sebelum ia melewati tahapan sebelumnya. Sebagai contoh, seorang anak tidak akan bisa berjalan sebelum ia bisa berdiri. Seorang anak tidak akan bisa berdiri jika pertumbuhan kaki dan bagian tubuh lain yang terkait dengan fungsi berdiri anak terhambat. Karena itu perkembangan awal ini merupakan masa kritis karena akan menentukan perkembangan selanjutnya. 3) Pertumbuhan dan perkembangan mempunyai kecepatan yang berbeda. Sebagaimana pertumbuhan, perkembangan mempunyai kecepatan yang 12 berbeda-beda, baik dalam pertumbuhan fisik maupun perkembangan fungsi organ dan perkembangan pada masing-masing anak. 4) Perkembangan berkorelasi dengan pertumbuhan. Pada saat pertumbuhan berlangsung cepat, perkembangan pun demikian, terjadi peningkatan mental, memori, daya nalar, asosiasi dan lain-lain. Anak sehat, bertambah umur, bertambah berat dan tinggi badannya serta bertambah kepandaiannya. 5) Perkembangan mempunyai pola yang tetap. Perkembangan fungsi organ tubuh terjadi menurut dua hukum yang tetap, yaitu: a. Perkembangan terjadi lebih dahulu di daerah kepala, kemudian menuju ke arah kaudal/anggota tubuh (pola sefalokaudal); b. Perkembangan terjadi lebih dahulu di daerah proksimal (gerak kasar) lalu berkembang ke bagian distal seperti jari-jari yang mempunyai kemampuan gerak halus (pola proksimodistal). 6) Perkembangan memiliki tahap yang berurutan. Tahap perkembangan seorang anak mengikuti pola yang teratur dan berurutan. Tahap-tahap tersebut tidak bisa terjadi terbalik, misalnya anak terlebih dahulu mampu membuat lingkaran sebelum mampu membuat gambar kotak, anak mampu berdiri sebelum berjalan dan sebagainya. 1. Pertumbuhan Anak Tumbuh adalah bertambah besarnya ukuran sel atau organ tubuh sedangkan perkembangan adalah bertambahnya fungsi organ tubuh. 13 Pertumbuhan dan perkembangan tidak dapat dipisahkan satu sama lain. Artinya untuk perkembangan yang normal diperlukan pertumbuhan yang selalu bersamaan dengan kematangan fungsi. Sebuah organ yang tumbuh atau menjadi besar karena sel-sel jaringan yang mengalami proliferasi atau hiperplasia dan hipertrofi. Pada awalnya organ ini masih sederhana dan fungsinya pun belum sempurna. Dengan bertambahnya umur atau waktu, organ tersebut berikut fungsinya akan tumbuh dan berkembang. Pertumbuhan seorang anak memberikan gambaran tentang perkembangan keadaan keseimbangan antara asupan dan kebutuhan zat gizi seorang anak untuk berbagai proses biologis termasuk untuk tumbuh (Harahap, 2004). Periode pertumbuhan dan perkembangan anak mulai di dalam kandungan ibu sampai umur 2 tahun disebut masa kritis tumbuh-kembang. Bila anak gagal melalui periode kritis ini maka anak tersebut sudah terjebak dalam kondisi “point of no return”, artinya walaupun anak dapat dipertahankan hidup tetapi kapasitas tumbuh-kembangnya tidak bisa dikembalikan ke kondisi potensialnya (Buku saku gizi, 2010). Pada dasarnya pertumbuhan dibagi dua, yaitu; pertumbuhan yang bersifat linier dan pertumbuhan massa jaringan. Dari sudut pandang antropometri, kedua jenis pertumbuhan ini mempunyai arti yang berbeda. Pertumbuhan linier menggambarkan status gizi yang dihubungkan pada saat lampau, dan pertumbuhan massa jaringan menggambarkan status gizi yang dihubungkan pada saat sekarang atau saat pengukuran (Supariasa dkk, 2002). 14 a. Pertumbuhan linier Ukuran yang berhubungan dengan tinggi (panjang) atau stature dan merefleksikan pertumbuhan skeletal. Contoh ukuran linier adalah panjang badan, lingkar dada dan lingkar kepala. Ukuran linier yang rendah biasanya menunjukkan keadaan gizi kurang akibat kekurangan energi dan protein yang diderita waktu lampau. Ukuran linier yang paling sering digunakan adalah tinggi atau panjang badan (Supariasa dkk, 2002; Yayuk H dan Tryanti, 2008). b. Pertumbuhan Massa Jaringan bentuk dan ukuran massa jaringan adalah massa tubuh. Contoh ukuran massa tubuh adalah berat badan, lingkar lengan atas (LLA), dan tebal lemak bawah kulit, apabila ukuran ini rendah atau kecil, menunjukkan keadaan gizi kurang akibat kekurangan energi dan protein yang diderita pada waktu pengukuran dilakukan. Ukuran massa jaringan yang sering digunakan adalah berat badan (Supariasa dkk, 2002). c. Tahap pertumbuhan anak Tahap perkembangan anak berangsur-angsur mulai dari (Harahap, 2004): 1) Pertumbuhan yang cepat sekali dalam tahun pertama, yang kemudian mengurang secara berangsur-angsur sampai umur 3-4 tahun. 2) Pertumbuhan yang berjalan lamban dan teratur sampai masa akil balik. 3) Pertumbuhan cepat pada masa akil balik (12-16 tahun). 15 4) Pertumbuhan kecepatannya mengurang berangsur-angsur sampai suatu waktu (kira-kira umur 18 tahun) berhenti. Dalam tahun pertama panjang badan bayi bertambah dengan 23 cm (dinegeri maju 25 cm), sehingga anak pada umur 1 tahun panjangnya menjadi 71 cm (75 cm di negeri maju).Kemudian kecepatan pertambahan panjang badan kira-kira 5 cm per-tahun (Harahap, 2004). 2. Perkembangan Anak Perkembnagan (development) adalah bertambahnya kemapuan (skill) dalam struktur dan fungsi tubuh yang lebih kompleks dalam pola yang teratur dan dapat diramalkan, sebagai hasil dari proses pematangan. Disini menyangkut adanya proses diferensiasi dari sel-sel tubuh, jaringan tubuh, organ-organ dan sistem organ yang berkembang sedemikian rupa sehingga masing-masing dapat memenuhi fungsinya (Soetjiningsih, 2000). Perkembangan merupakan suatu perubahan, dan perubahan ini tidak bersifat kuntitatif, melainkan kualitatif. Jadi perkembangan itu adalah proses terjadinya perubahan pada manusia baik secara fisik maupun secara mental sejak berada di dalam kandungan sampai manusia tersebut meninggal. Proses perkembangan pada manusia terjadi dikarenakan manusia mengalami kematangan dan proses belajar dari waktu ke waktu. Kematangan adalah perubahan yang terjadi pada individu dikarenakan adanya perkembangan dan pertumbuhan fisik dan biologis, misalnya seorang anak yang beranjak menjadi dewasa akan mengalami perubahan pada fisik dan mentalnya. 16 Perkembangan Anak (Perkembangan Fisik, Perkembangan Motorik, Perkembangan Kognitif, Perkembangan Psikososial) – Periode ini merupakan kelanjutan dari masa bayi (lahir – usia 4 th) yang ditandai dengan terjadinya perkembangan fisik, motorik dan kognitif (perubahan dalam sikap, nilai, dan perilaku), psikosial serta diikuti oleh perubahan – perubahan yang lain (Administrator, 2010). Deteksi dini perkembangan anak dilakukan dengan cara pemeriksaan perkembangan secara berkala, apakah sesuai dengan umur atau telah terjadi penyimpangan dari perkembangan normal. Empat parameter yang dipakai dalam menilai perkembangan anak adalah: 1. Gerakan motorik kasar (pergerakan dan sikap tubuh). 2. Gerakan motorik halus (menggambar, memegang suatu benda dll). 3. Bahasa (kemampuan merespon suara, mengikuti perintah, berbicara spontan). 4. Kepribadian/tingkah laku (bersosialisasi dan berinteraksi dengan lingkungannya). a. Jenis – jenis Perkembangan 1) Perkembangan Fisik Pertumbuhan fisik pada masa ini lambat dan relatif seimbang. Peningkatan berat badan anak lebih banyak dari pada panjang badannya. Peningkatan berat badan anak terjadi terutama karena bertambahnya 17 ukuran sistem rangka, otot dan ukuran beberapa organ tubuh lainnya (Administrator, 2010). 2) Perkembangan Motorik Kasar a) Perkembangan Motorik Kasar Gerak kasar atau motorik kasar adalah aspek yang berhubungan dengan kemampuan anak melakukan pergerakan dan sikap tubuh yang melibatkan otot-otot besar seperti duduk, berdiri, dan sebagainya (Rusmil, 2009). Perkembangan motorik pada usia ini menjadi lebih halus dan lebih terkoordinasi dibandingkan dengan masa bayi. Anak – anak terlihat lebih cepat dalam berlari dan pandai meloncat serta mampu menjaga keseimbangan badannya (Administrator, 2010). b) Perkembangan Motorik Halus Untuk memperhalus ketrampilan – ketrampilan motorik, anak – anak terus melakukan berbagai aktivitas fisik yang terkadang bersifat informal dalam bentuk permainan. Gerak halus atau motorik halus adalah aspek yang berhubungan dengan kemampuan anak melakukan gerakan yang melibatkan bagian-bagian tubuh tertentu dan dilakukan oleh otot-otot kecil, tetapi memerlukan koordinasi yang cermat seperti mengamati sesuatu, menjimpit, menulis, dan sebagainya. Disamping itu, anak – anak juga melibatkan diri dalam 18 aktivitas permainan olahraga yang bersifat formal, seperti senam, berenang, dll (Administrator, 2010; Rusmil, 2009). c) Tahap Perkembangan Motorik Berikut tahapan-tahapan perkembangannya Admin (2010): Usia 1-2 tahun Motorik Kasar • merangkak • berdiri dan berjalan beberapa langkah • berjalan cepat • cepat-cepat duduk agar tidak jatuh • merangkak di tangga • berdiri di kursi tanpa pegangan • menarik dan mendorong bendabenda berat • melempar bola Motorik Halus • mengambil benda kecil dengan ibu jari atau telunjuk • membuka 2-3 halaman buku secara bersamaan • menyusun menara dari balok • memindahkan air dari gelas ke gelas lain • belajar memakai kaus kaki sendiri • menyalakan TV dan bermain remote • belajar mengupas pisang Usia 2-3 tahun Motorik Kasar • • • • • melompat-lompat berjalan mundur dan jinjit menendang bola memanjat meja atau tempat tidur naik tangga dan lompat di anak tangga terakhir • berdiri dengan 1 kaki Motorik Halus • • • • • • mencoret-coret dengan 1 tangan menggambar garis tak beraturan memegang pensil belajar menggunting mengancingkan baju memakai baju sendiri 19 Usia 3-4 tahun Motorik Kasar • • • • • melompat dengan 1 kaki berjalan menyusuri papan menangkap bola besar mengendarai sepeda berdiri dengan 1 kaki Motorik Halus • • • • menggambar manusia mencuci tangan sendiri membentuk benda dari plastisin membuat garis lurus dan lingkaran cukup rapi Usia 4-5 tahun Motorik Kasar • • • • • menuruni tangga dengan cepat seimbang saat berjalan mundur melompati rintangan melempar dan menangkap bola melambungkan bola Motorik Halus • menggunting dengan cukup baik • melipat amplop • membawa gelas tanpa menumpahkan isinya • memasikkan benang ke lubang besar d) Fungsi Perkembangan Motorik Perkembangan motorik merupakan salah satu faktor yang sangat penting dalam perkembangan individu secara keseluruhan. Beberapa pengaruh perkembangan motorik terhadap konstelasi perkembangan individu dipaparkan oleh Hurlock (1996) sebagai berikut (Perdani, 2009): 1. Melalui keterampilan motorik, anak dapat menghibur dirinya dan memperoleh perasaan senang. Seperti anak merasa senang dengan memiliki keterampilan memainkan boneka, melempar dan menangkap bola atau memainkan alat-alat mainan. 20 2. Melalui keterampilan motorik, anak dapat beranjak dari kondisi tidak berdaya pada bulan-bulan pertama dalam kehidupannya, ke kondisi yang independent. Anak dapat bergerak dari satu tempat ke tempat lainnya dan dapat berbuat sendiri untuk dirinya. Kondisi ini akan menunjang perkembangan rasa percaya diri. 3. Melalui perkembangan motorik, anak dapat menyesuaikan dirinya dengan lingkungan sekolah. Pada usia prasekolah atau usia kelas-kelas awal Sekolah Dasar, anak sudah dapat dilatih menulis, menggambar, melukis, dan barisberbaris. 4. Melalui perkembangan motorik yang normal memungkinkan anak dapat bermain atau bergaul dengan teman sebayannya, sedangkan yang tidak normal akan menghambat anak untuk dapat bergaul dengan teman sebayanya bahkan dia akan terkucilkankan atau menjadi anak yang fringer (terpinggirkan). 5. Perkembangan keterampilan motorik sangat penting bagi perkembangan selfconcept atau kepribadian anak. e) Uji Perkembangan Motorik Berikut adalah beberapa tes perkembangan motorik yang sering digunakan dalam menilai perkembangan anak, yaitu (Narendra, 2006) : 21 1. Brazelton Newborn Behaviour Assessment Scale, berfungsi menaksir kondisi bayi, refleks dan interaksi. Skala ini digunakan untuk anak umur neonatus 2. Uzgiris-Hunt Ordinal Scale, berfungsi menaksir stadium sensorimotor menurut Piaget, yang digunakan pada anak umur 02 tahun. 3. Gesell Infant Scale dan Catell Infant Scale, berfungsi terutama menaksir perkembangan motorik pada tahun pertama dengan beberapa perkembangan sosial dan bahasa, digunakan pada umur 4 minggu-3,5/6 tahun. 4. Bayley Infant Scale of Development, berfungsi menaksir perkembangan motorik dan sosial, digunakan pada usia 8 minggu – 2,5 tahun. 5. The Denver Developmental Screening Test, berfungsi menaksir perkembangan personal sosial, motorik halus, bahasa dan motorik kasar pada usia 1 bulan – 6 tahun. 6. Yale Revised Development Test, berfungsi menaksir perkembangan motorik kasar, motorik halus, adaptif, perilaku sosial dan bahasa, diguanakn pada usia 4 minggu – 6 tahun 7. Geometric Forms Test, berfungsi menaksir perkembangan motorik halus dan intelektual. 22 8. Motor Milestone Development Kartu perkembangan motorik anak merupakan kartu yang digunakan Depkes dan dokter anak. Kurva perkembangan anaknya hanya mencantumkan satu titik kemampuan gerak anak yang merupakan hasil perhitungan modus sejumlah anak pada umur tertentu pada studi perkembangan anak di luar negeri. Secara perkembangannya alamiah memiliki setiap variasi anak dalam kemampuan gerak (motorik milestone) pada umur yang dicapai. Pusat Penelitian dan pengembangan Gizi dan. Makanan Bogor pada pertengahan tahun 2003; telah me1akukan penelitian studi motorik· milestone untuk pembuatan KMS perkembangan anak. Penelitian ini adalah untuk memperoleh jawaban milestone karena menurut kronologis serta variasinya menurut kemampuan motorik umur anak, sehingga mendapatkan suatu kurva perlcembangan anak yang sesuai dan relevan dengan program nasional gizi dan kesehatan. Hasil penelitiannya menghasilkan sutau Irurva perkembangan anak yang merupakan cikal bakal untuk kurva perkembangan anak. Kurva perkembangan anak yang terbentuk ini merupakan gambaran dari perkembangan anak sehat Indonesia, Berikut ini, antropometri yang digunakan untuk 23 mengukur motorik bayi dengan mengggunakan Milestone Perkembangan Motori : Pengukuran Milestone Perkembangan Motorik yang dikembangkan oleh Depkes. Gambar 1 : Pengukuran Milestone Perkembangan Motorik 24 3) Perkembangan Kognitif Dalam keadaan normal, pada periode ini pikiran anak berkembang secara berangsur – angsur. Jika pada periode sebelumnya, daya pikir anak masih bersifat imajinatif dan egosentris, maka pada periode ini daya pikir anak sudah berkembang ke arah yang lebih konkrit, rasional dan objektif. Daya ingatnya menjadi sangat kuat, sehingga anak benar-benar berada pada stadium belajar (Administrator, 2010). Menurut teori Piaget, pemikiran anak – anak usia sekolah dasar disebut pemikiran Operasional Konkrit (Concret Operational Thought), artinya aktivitas mental yang difokuskan pada objek – objek peristiwa nyata atau konkrit. Dalam upaya memahami alam sekitarnya, mereka tidak lagi terlalu mengandalkan informasi yang bersumber dari pancaindera, karena membedakan apa ia mulai mempunyai kemampuan untuk yang tampak oleh mata dengan kenyataan sesungguhnya (Administrator, 2010). b. Ciri – Ciri Perkembangan Perkembangan memiliki karakteristik yang dapat diramalkan dan memiliki ciri-ciri sehingga dapat diperhitungkan. Ciri-ciri tersebut, sebagai berikut Soetjiningsih (2000): 1) Perkembangan memiliki tahap yang berurutan, Perkembangan adalah proses yang kontinue dari konsepsi sampai maturasi. Perkembangan 25 sudah terjadi sejak didalam kandungan, dan setelah kelahiran merupakan suatu masa dimana perkembangan dapat dengan mudah diamati. 2) Dalam priode tertentu ada masa percepatan dan ada masa perlambatan. Terdapat 3 (tiga) periode pertumbuhan cepat adalah pada masa janin, masa bayi 0 – 1 tahun, dan masa pubertas. 3) Perkembangan memiliki pola yang sama pada setiap anak, tetapi kecepatannya berbeda. 4) Perkembangan dipengaruhi oleh maturasi system saraf pusat. Bayi akan menggerakkan seluruh tubuhnya, tangan dan kakinya. 5) Refleks primitif seperti refleks memegang dan berjalan akan menghilang sebelum gerakan volunter tercapai. 3. Status Gizi Status gizi adalah keadaan tubuh sebagai akibat konsusmsi makanan dan penggunaan zat-zat gizi. Dibedakan antara status gizi buruk, gizi kurang dan gizi lebih (Supariasa dkk, 2002). Dr. Minarto mengatakan bahwa, selain gizi kurang dan gizi buruk, masih banyak masalah yang terkait dengan gizi yang perlu perhatian lebih (Redaksi, 2010). Keadaan gizi seseorang mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangannya, serta ketahanan tubuh terhadap penyakit. Penilaian gizi adalah proses yang digunakan untuk mengevaluasi status gizi, 26 mengidentifikasi malnutrisi, dan menentukan individu mana yang sangat membutuhkan bantuan gizi (Moore, 1997). Penilaian status gizi dapat dilakukan melalui 2 cara yaitu penilaian status gizi secara langsung dan penilaian status gizi secara tidak langsung. Penilaian status gizi secara langsung dapat dibagi menjadi 4 penilaian yaitu : antropometri, klinis, biokimia dan biofisik (Rahmah, 2010). a. Pengukuran Anthropometri Pengertian istilah “nutritional anthropometry” mula-mula muncul dalam “Body measurements and Human Nutrition” yang ditulis oleh Brozek pada tahun 1966 yang telah didefinisikan oleh Jelliffe (1966) sebagai, pengukuran pada variasi dimensi fisik dan komposisi besaran tubuh manusia pada tingkat usia dan derajad nutrisi yang berbeda (Narendra, 2010). 1) Jenis parameter Antropometri sebagai indikator status gizi dapat dilakukan dengan mengukur beberapa parameter. Parameter adalah ukuran tunggal dari tubuh manusia, antara lain : umur, berat badan dan tinggi badan. a) Umur Umur sangat memegang peranan dalam penentuan status gizi, kesalahan penentuan akan menyebabkan interpretasi status gizi yang salah. Hasil penimbangan berat badan maupun tinggi badan yang akurat, menjadi tidak berarti bila tidak disertai dengan penentuan 27 umur yang tepat. Jadi perhitungan umur adalah dalam bulan penuh, artinya sisa umur dalam hari tidak diperhitungkan (Depkes, 2004). b) Berat Badan Berat badan merupakan salah satu ukuran yang memberikan gambaran massa jaringan, termasuk cairan tubuh. Berat badan sangat peka terhadap perubahan yang mendadak baik karena penyakit infeksi maupun konsumsi makanan yang menurun. Berat badan ini dinyatakan dalam bentuk indeks BB/U (Berat Badan menurut Umur) atau melakukan penilaian dengam melihat perubahan berat badan pada saat pengukuran dilakukan, yang dalam penggunaannya memberikan gambaran keadaan kini. Berat badan paling banyak digunakan karena hanya memerlukan satu pengukuran, hanya saja tergantung pada ketetapan umur, tetapi kurang dapat menggambarkan kecenderungan perubahan situasi gizi dari waktu ke waktu (Narendra, 2010). c) Tinggi Badan Tinggi badan memberikan gambaran fungsi pertumbuhan yang dilihat dari keadaan kurus kering dan kecil pendek. Tinggi badan sangat baik untuk melihat keadaan gizi masa lalu terutama yang berkaitan dengan keadaan berat badan lahir rendah dan kurang gizi pada masa balita. Tinggi badan dinyatakan dalam bentuk Indeks TB/U (Tinggi Badan menurut Umur), atau juga indeks 28 BB/TB (Berat Badan menurut Tinggi Badan) jarang dilakukan karena perubahan tinggi badan yang lambat dan biasanya hanya dilakukan setahun sekali. (Depkes RI, 2004). 2) Syarat Pengukuran Antropometri (Narendra, 2010): a) Pengukuran antropometri sesuai dengan cara-cara yang baku, beberapa kali secara berkala misalnya berat badan anak diukur tanpa baju, mengukur panjang bayi dilakukan oleh 2 orang pemeriksa pada papan pengukur (infantometer), tinggi badan anak diatas 2 tahun dengan berdiri diukur dengan stadiometer. b) Baku yang dianjurkan adalah buku NCHS secara Internasional untuk anak usia 0-18 tahun yang dibedakan menurut jender laki-laki dan wanita. c) Tebal kulit di ukur dengan alat Skinfold caliper pada kulit lengan, subskapula dan daerah pinggul., penting untuk menilai kegemukan. Memerlukan latihan karena sukar melakukannya dan alatnyapun mahal (Harpenden Caliper). Penggunaan dan interpretasinya yang terlebih penting. d) Body Mass Index (BMI) adalah Quetelet’s index, yang telah dipakai secara luas, yaitu berat badan(kg) dibagi kuadrat tinggi badan (m2). BMI mulai disosialisasikan untuk penilaian obesitas pada anak dalam kurva persentil juga. 29 3) Indeks Antropometri Parameter antropometri merupakan dasar dari penilaian status gizi. Kombinasi antara beberapa parameter disebut indeks antropometri. Di Indonesia ukuran baku hasil pengukuran dalam negeri belum ada, maka untuk berat badan (BB) dan tinggi badan (TB) digunakan baku HARVARD (Rahma, 2010). Beberapa indeks antropometri yang sering digunakan yaitu berat badan dan menurut umur (BB/U), tinggi badan menurut umur (TB/U), dan berat badan menurut tinggi badan (BB/TB). a) Berat Badan menurut Umur Berat badan adalah salah satu parameter yang memberikan gambaran massa tubuh. Massa tubuh sangat sensitif terhadap perubahan-perubahan yang mendadak. Berat badan adalah parameter antropometri yang sangat labil. Dalam keadaan normal, berat badan berkembang mengikuti pertambahan umur. Sebaliknya dalam keadaan abnormal, terdapat 2 kemungkinan yaitu dapat berkembang cepat atau lebih lambat dari keadaan normal. Berdasarkan karakteristik berat badan maka indeks berat badan/umur digunakan sebagai salah satu cara mengukur status gizi. Mengingat karakteristik berat badan yang labil maka berat badan/umur lebih menggambarkan status gizi seseorang. BB/U dapat dipakai pada setiap kesempatan memeriksa kesehatan anak pada semua kelompok umur. BB sensitif 30 terhadap perubahan-perubahan kecil, dapat digunakan timbangan apa saja yang relatif murah, mudah dan tidak memerlukan banyak waktu dan tenaga (Supariasa, 2002). b) Tinggi Badan menurut Umur Tinggi badan merupakan antropometri yang menggambarkan keadaan pertumbuhan skeletal. Pada keadaan normal, tinggi badan tubuh seiring dengan pertambahan umur. Pertumbuhan tinggi badan tidak seperti berat badan, relative kurang sensitif terhadap masalah kekurangan gizi dalam waktu yang pendek. Pengaruh definisi gizi terhadap tinggi badan akan nampak dalam waktu yang relatif lama (Supariasa, 2002). c) Berat Badan menurut Tinggi Badan Berat badan memiliki hubungan yang linear dengan tinggi badan. Dalam keadaan normal, perkembangan berat badan akan searah dengan pertumbuhan tinggi badan dengan kecapatan tertentu. indeks BB/TB merupakan indikator yang baik untuk menilai status gizi saat kini (sekarang) (Supariasa, 2002). b. Klinis Pemeriksaan klinis adalah metode yang sangat penting untuk menilai status gizi perubahanperubahan masyarakat. yang terjadi Metode yang ini didasarkan dihubungkan atas dengan 31 ketidakcukupan zat gizi. Umumnya untuk survei klinis secara cepat (Supariasa, 2002). Survei ini dirancang untuk mendeteksi secara cepat (rapid clinical surveys) tkita-tkita klinis umum dari kekurangan salah satu atau lebih zat gizi. Disamping itu digunakan untuk mengetahui tingkat status gizi seseorang dengan melakukan pemeriksaan fisik yaitu tanda (sign) dan gejala (sympton) atau riwayat penyakit (Supariasa, 2002). c. Biokimia Yaitu pemeriksaan spesimen yang diuji secara laboratoris yang dilakukan pada berbagai macam jaringan tubuh. Digunakan untuk suatu peringatan bahwa kemungkinan akan terjadi keadaan malnutrisi yang lebih parah lagi (Supariasa, 2002). d. Biofisik Adalah metode penentuan status gizi dengan melihat kemampuan fungsi (khususnya jaringan) dan melihat perubahan struktur dan jaringan. Umumnya digunakan dalam situasi tertentu seperti kejadian buta senja epidemik (epidemic of night blindnes). Cara yang digunakan adalah tes adaptasi gelap (Supariasa, 2002). Penilaian status gizi secara tidak langsung dapat dibagi menjadi 3 penilaian yaitu : survei konsumsi makanan, statistik vital dan faktor ekologi. 32 Dietary History Method memberikan gambaran pola konsumsi berdasarkan pengamatan dalam waktu yang cukup lama. Burke (1947) menyatakan bahwa metode ini terdiri dari tiga komponen yaitu (Rahma,2010): a. Wawancara (termasuk recall 24 jam), yang mengumpulkan data tentang apa saja yang dimakan responden selama 24 jam terakhir b. Frekuensi penggunaan dari sejumlah bahan makanan dengan memberikan daftar (check list) yang sudah disiapkan untuk mengecek kebenaran dari recall 24 jam tadi c. Pencatatan konsumsi selama 2-3 hari sebagai cek ulang. B. Tinjauan Pustaka Tentang Asupan Zat Gizi Anak Gizi adalah suatu proses organisme menggunakan makanan yang dikonsusmsi secara normal melalui proses digesti, absorpsi, transportasi, penyimpanan, metabolisme dan pengeluaran zat-zat yang tidak digunakan untuk mempertahankan kehidupan, pertumbuhan dan fungsi normal dari organ-organ, serta menghasilkan energi (Supariasa dkk, 2002). Malnutrisi berhubungan dengan gangguan gizi, yang dapat diakibatkan oleh pemasukan makanan yang tidak adekuat, gangguan pencernaan atau absorbsi, atau kelebihan makan. Kekurangan gizi merupakan tipe dari malnutrisi. Asupan zat gizi dari makanan yang dikonsumsi kemudian akan menghasilkan dampak pada pertumbuhan dan perkembangan anak. Pertumbuhan anak yang dapat dilihat dari status gizinya (Moore, 1997; Supariasa dkk, 2002). 33 Makanan memegang peranan penting dalam tumbuh kembang anak, dimana kebutuhan anak berbeda dengan orang dewasa, karena makanan bagi anak dibutuhkan juga untuk pertumbuhan, dimana dipengaruhi oleh ketahanan makanan (food security) keluarga. Kesehatan makanan keluarga mencakup pada ketersediaan makanan dan pembagian makanan secara adil dalam keluarga. Dimana sering kali kepentingan budaya bertabrakan dengan kepentingan biologis anggota-anggota keluarga. Satu aspek yang perlu ditambahkan adalah keamanan pangan (food safety) yaitu bagiman makanan bebas dari berbagai racun; fisik, kimia, biologis yang mengancam kesehatan (Soetjiningsih, 2000). Pengaturan makanan selanjutnya harus disesuaikan dengan usia anak. Makanan harus mengandung energi dan semua zat gizi (karbohidrat, protein, lemak, vitamin dan mineral) yang dibutuhkan pada tingkat usianya. Pemberian makanan pen damping harus bertahap dan bervariasi dari mulai bentuk bubur cair ke bentuk bubur kental, sari buah, buah segar, makanan lumat, makanan lembek dan akhirnya makanan padat. Pada usia 1-2 tahun perlu diperkenalkan pola makanan dewasa secara bertahap dengan menu seimbang (Kania, 2010). 1. Makanan Anak Usia 9 bulan sampai 24 bulan Usia antara 9 sampai 24 bulan merupakan usia kritis dalam kehidupan anak. Ketika memasuki usia 2 tahun anak harus sudah mulai diperkenalkan makanan biasa yang lazim dimakan oleh keluarga (Moehji,2003). 34 Dengan kebutuhan kalori sekitar 1.100 kalori dan protein sekitar 20 gram dan jika anak memperoleh makan 3 kali sehari beararti tiap porsi makanan anak harus mengandung kalori sekitar 350 kalori dan 7,5 gram protein (Moehji,2003). Tabel 2.1 Jadwal pemberian makanan baduta Sumber: Kania, 2010 2. Zat Gizi Yang Dibutuhkan Oleh Anak Berdasarkan Angka Kecukupan Gizi rata-rata yang dianjurkan Oleh Widya Karya Nasional Pangan dan Gizi (2004) adalah sebagai berikut: 35 Tabel 2.2 Kebutuhan Zat Gizi Balita Berdasarkan Angka Kecukupan Gizi (AKG) rata-rata perhari a. Karbohidrat Karbohidrat merupakan zat gizi utama sebagai sumber energi bagi tubuh. Terpenuhinya kebutuhan tubuh akan karbohidrat akan menentukan jumlah energi yang tersedia bagi tubuh setiap hari (Moehji, 2002 ). Karbohidrat lebih banyak terdapat dalam bahan makanan yang berasal dari tumbuh-tumbuhan seperti beras, jagung, ubi kayu dan lainlain. Fungsi utama karbohirat yaitu (Moehji, 2002 ; Almatsier, 2003): 1) Sebagai sumber energi 2) Untuk membentuk volume makanan 3) Membantu cadangan energi dalam tubuh 4) Penghemat protein 5) Membantu pengeluaran feses. Karbohidarat gizi utama penghasil energi, jika anak kekurangan asupan karbohidrat akan berakiba pada kekurangan energi. Kekurangan 36 energi terjadi bila konsumsi energi melalui makanan kurang dari energi yang dikeluarkan. Tubuh akan mengalami keseimbangan energi negatif. Akibatnya, berat badan kurang dari berat badan seharusnya (ideal). Bila terjadi pada bayi dan anak-anak akan menghambat pertumbuhan dan pada orang dewasa penurunan berat badan dan kerusakan jaringan tubuh. Gejala yang ditimbulkan adalah kurang perhatian, gelisah, lemah, cengeng, kurang bersemangat dan penurunan daya tahan tubuh terhadap penyakit infeksi. Akibat berat pada bayi dinamakan marasmus dan disertai kekurangan protein dinamakan kwashiorkor. Jika gabungan kekurangan energi dan protein dinamakan marasmus-kwashiorkor (Almatsier, 2003). Energi adalah bahan utama untuk bergeraknya tubuh. Perekambangan motorik kasar adalah bagaimana keterampilan anak dalam menjaga keseimbang tubuhnya mulai dari merangkak sampai berjalan dan berlari. Untuk melakukan gerakan itu dibutuhkan energi yang cukup sesuai angka kecukupan gizi berdasarkan umurnya. Kekurangan gizi dalam makanan menyebabkan pertumbuhan anak terganggu yang akan mempengaruhi perkembangan seluruh dirinya (Bakti husada, 2007). Penelitian yang dilakuakan oleh Antoni dkk, tahun 2005 di Propinsi Bengkulu untuk mengetahui hubungan perkembangan dengan asupan anak dimana hasil penelitiannya menunjukkan, proporsi bayi yang 37 mengalami keterlambatan perkembangan gerak motorik kasar sebagian besar terdapat pada bayi yang dengan asupan energi <50% yaitu 60,3%. Dengan hasil analisis statistik dengan uji kai kuadrat menunjukkan ada hubungan antara asupan energi dengan perkembangan motrik kasar bayi (p<0,05) dan terdapat risiko relatif (RR=4,1). b. Protein Protein merupakan bahan utama dalam pembentukan jaringan, baik jaringan tubuh tumbuh-tumbuhan maupun tubuh manusia dan hewan. Karena itu protein disebut unsur pembangun (Moehji, 2002). Protein sama halnya dengan karbohidrat, asam amino juga merupakan senyawa organik yang tersusun dari atom karbon, hidrogen, dan oksigen. Protein terdapat dalam berbagai bentuk dan ukuran, serta tersusun atas berbagai macam asam amino yang menyatu dalam berbagai proprsi dan rangkaian (Williams Lippincott and Wilkins, 2007). Protein dibutuhkan untuk pertumbuhan dan perkembangan normal. Protein dipecah dalam tubuh sebagai sumber energi ketika pasokan karbohidrat dan lemak tidak mencukupi. Protein disimpan dalam otot, tulang darah, kulit dan limfe (Williams Lippincott and Wilkins, 2007). Berbagi bahan makanan dapat digunakan sebagai sumber protein, baik berasal dari hewani maupun nabati, Seperti (Depertemen Gizi dan Kesmas, 2009): 38 1) Daging berwarna merah termasuk sapi dan kambing. 2) Daging ayam, telur dan susu. 3) Golongan kacang-kacang ; legume, kacang kedelai, kacang hijau. Protein memiliki fungsi sebagai bagian kunci semua pembentukan jaringan tubuh, yaitu dengan mensintesisnya dari makanan. Pertumbuhan dan pertahanan hidup manusia dapat terjadi bila konsumsi protein cukup (Depertemen Gizi dan Kesmas, 2009). Protein merupakan zat gizi yang paling banyak terdapat dalam tubuh. Protein merupakan bagian dari semua sel-sel hidup, hampir setengah jumlah protein terdapat di otot, 1/5 terdapat di tulang, 1/10 terdapat di kulit, sisanya terdapat dalam jaringan lain dan cairan tubuh (Rahmah, 2010). Kekurangan protein akan menyebabkan kwasiorkor yang bisanya diikuti dengan kekurangan energi yaitu marasmus. ini merupakakan masalah yang banyak terjadi pada balita Indonesia. Sebagaimana diketahui perkembangan tidak dapat dipisahkan dari masalah pertumbuhan (Moehji, 2002). Kebutuhan energi dan protein bayi dan balita relatif besar jika dibandingkan dengan orang dewasa sebab pada usia tersebut pertumbuhannya masih sangat pesat. Tidak ada perbedaan yang signifikan antara anak perempuan dan laki-laki dalam hal kebutuhan energi dan protein. Kecukupan akan semakin menurun seiring dengan bertambahnya 39 usia. Namun untuk protein, angka kebutuhannya bergantung pada mutu protein. Semakin baik mutu protein, semakin rendah angka kebutuhan protein. Mutu protein bergantung pada susunan asam amino yang membentuknya, terutama asam amino essensial. (Sulistijani,2001). Penelitian yang dilakukan oleh Antoni dkk, tahun 2005 di Propinsi Bengkulu yang menunjukkan bayi yang mengalami keterlambatan perkembangan motorik kasar sebagian besar terdapat pada bayi dengan asupan < dari AKG yaitu sebesar 85,0%. Yang dari hasil uji kai kuadrat menunjukkan ada hubungan yang signifikan antara asupan protein dengan perkembangan motorik kasar bayi (p<0,05) dan terdapat resiko relatif (RR=4,6). Penelitian yang sama dilakukan oleh Sutrisno pada tahun 2003, Kecamatan Purwodadi Kabupaten Grobogan dengan Jumlah sampel sebanyak 96 anak. Dimana dari hasil analisis bivariat menunjukkan variabel yang mempunyai hubungan bermakna terhadap perkembangan motorik kasar adalah : Status GIzi dala indeks TB/U (p = 0,0001); Tingkat Kecukupan Energi (p = 0,011); Tingkat Kecukupan Protein (p = 0,039). c. Lemak Lemak merupakan sekelompok ikatan organik yang terdiri atas unsur-unsur Carbon (C), Hidrogen (H) dan Oksigen (O). Lemak bersifat larut dalam pelarut lemak. Lemak yang memiliki titik lebur tinggi berbenuk padat pada suhu kamar disebut lemak, sedang yang mempunyai 40 titik lebur rendah berbentuk cair disebut minyak (Depertemen Gizi dan Kesmas, 2009). Lemak merupakan sumber asalm lemak esensial asam linoleat, pelarut vitamin yang juga membantu transportasi, menghemat sintesis protein untuk protein, dan membantu sekresi asam lambung (Depertemen Gizi dan Kesmas, 2009). Sebagaimana diketahuai Balita memiliki kebutuhan gizi yang berbeda dari orang dewasa. Mereka butuh lebih banyak lemak dan lebih sedikit serat (Nursalam, 2005). Ada enam fungsi lemak di dalam tubuh(Williams Lippincott and Wilkins, 2007): 1) Menghasilkan energi bagi tubuh. 2) Memudahkan penyerapan vitamin larut lemak. 3) Memasok asam lemak esensial. 4) Menyokong dan melindungi organ dalam. 5) Membantu pengaturan suhu. 6) Melumasi jaringan tubuh. Penelitian yang dilakukan oleh Delmi Sulastri dkk, pada tahun 2009 diaman dilakukan untuk melihat hubungan asam lemak dengan perkembangan anak yang memperoleh hasil penelitian bahwa tidak terdapat perbedaan yang bermakna rata-rata konsumsi omega 9 dengan perkembangan anak usia 2-5 tahun p > 0,05. 41 d. Besi (Fe) tubuh manusia dan hewan, yaitu sebanyak 3 – 5 gram di dalam tubuh manusia dewasa. Zat besi merupakan zat yang sangat dibutuhkan oleh tubuh. Defisiensi zat besi dapat menyebabkan menurunnya kemampuan untuk beraktivitas, kelelahan, dan muka pucat. Keberadaan zat besi besi dalam tubuh dapat dilihat dari keberadaan hemoglobin (Hb), ferritin dan transferin (WNPG, 2004). Besi mempunyai beberapa fungsi esensial di dalam tubuh (Almatsier, 2003): 1) Sebagai alat angkut oksigen dari paru-paru ke jaringan tubuh. 2) Sebagai alat angkut electron di dalam sel. 3) Sebagai bagian terpadu berbagai reaksi enzim di dalam jaringan tubuh. Walaupun terdapat luas di dalam makanan tapi banyak penduduk mengalami kekurangan besi , termasuk di Indonesia (Almatsier, 2003). Tubuh sangat efisien dalam penggunaan besi. Selama diabsorbsi, di dalam lambung besi dibebaskan dari ikatan organik seperti protein. Absorbsi terutama terjadi di bagian atas usus halus (doudenum) dengan bantuan alat angkut-protein khusus. Ada dua jenis alat angkut-protein di dalam sel mukosa usus halus yang membantu penyerapan besi, yautu transferin dan feritin (Almatsier, 2003). 42 Besi dalam makanan terdapat dalam bentuk besi-hem seperti terdapat dalm hemoglobin dan mioglobin makanan hewani, dan besi nonhem dalam makanan nabati(Almatsier). Fungsi Besi (Almatsier, 2003): 1) Metabolisme energi. Di dalam tiap sel, besi bekerja sama dengan rantai protein pengangkut elektron, yang berperan dalam langkahlangkah akhir metabolisme energi. Protein ini memindahkan hidrogen dan elektron yang berasal dari zat gizi penghasil energi ke oksigen, sehingga membenuk air. Dalam proses tersebut dihasilkan ATP. 2) Kemampuan belajar. Pollitt pada tahun 1970-an terkenal akan penelitian-penelitian yang menunjukkan perbedaan antara keberhasilan belajar anak-anak yang menderita anemia gizi besi dan anak-anak sehat. Beberapa bagian dari otak mempunyai kadar besi yang tinggi yang diperoleh dari transpor besi yang dipengaruhi oleh respon transferin. Kadar besi otak yang kurang pada masa pertumbuhan tidak dapat diganti setelah dewasa. Defisiensi besi berpengaruh negatif terhadap fungsi otak, terutama fungsi neurotransmister (pengantar saraf). Akibatnya, kepekaan reseptor saraf dopamin berkurang yang dapat berakhir dengan hilangnya reseptor tersebut. Daya konsentrasi, daya ingat, dan kemampuan belajar terganggu. 3) Sistem kekebalan. Besi memegang peran penting dalam sistem kekebalan tubuh respon kekebalan sel oeleh limfosit T terganggu 43 karena berkurangnya pembentuka sel-sel tersebut, yang kemungkinan disebabkan oleh berkurangnya sintesis DNA, berkurnganya DNA disebabakan karena berkurangnya sintesis enzym reduktase ribonukleutida yang membutuhkan besi untuk dapat befungsi. Disamping itu sel darah putih yang menghancurka bakteri tidak dapat bekerja secara efektif dalam keadaan tubuh kekurangan besi. Enzym lain yang berpern dalam sistem kekebalan adalah mieloperosidase yang juga terganggu fungsinya pada defisiensi besi. Estimasi prevalensi anemia pada anak-anak dengan usia kurang dari 4 tahun di negara-negara berkembang adalah 46-66%, kekurangan zat besi dari lahir mengakibatkan gangguan pada emosional dan koknitif bayi. 19 dari 21 studi melaporkan keterlambatan mental, motorik, sosial emosional, atau neurofisiologis berfungsi pada bayi dengan kekurangan anemia besi dibandingkan mereka yang tidak (Walker S P, et al, 2007). Tanda dan gejala kekurangan zat besi adalah kuku yang rapuh, konstipasi, masalah pernapasan, luka atau inflamasi pada lidah, anmia, pucat, kelemahan, peke terhadap dingin dan lemas (Williams Lippincott and Wilkins, 2007). e. Zinc (Zn) Seng esensial untuk kehidupan telah diketahui sejak lebih dari seratus tahun yang lalu. Tubuh mengandung 2 – 2,5 seng yang tersebar 44 dalam di ran dalam hampir semua sel. Sebagian besar seng berada dalam hati, pangkreas, ginjal, otot dan tulang (Almatsier, 2003). Seng memegang peranan esensial dalam banyak fungsi tubuh. Sebagian besar dari enzim atau sebagai kofaktor kegiatan pada lebih dari ratusan enzim, seng berperan dalam berbagai aspek metabolisme, seperti reaksi-reasi yang berkaitan dengan sintesis dan degenerasi karbohidrat, lipid dan asam nukleat (Almatsier, 2003). Seng berperan dalam sel kekebalan tubuh. Yaitu dalam fungsi sel T dan dalam pembentukan antibodi oleh sel B. Karena seng berperan dalam reaksi-reaksi yang luas, kekurangan seng akan berperan dalam reaksi-reaksi yang luas, kekurangan seng akan berpengaruh banyak terhadap jaringan tubuh terutama pada saat pertumbuhan (Almatsier, 2003). Hampir semua penelitian yang dilakukan diberbagai belahan dunia menunjukkan bahwa kelompok rawan gizi pada umumnya berespon terhadap suplementasi Zn. Hal ini menunjukkan bahwa kelompok penduduk tersebut menderita defisiensi gizi. Ini bebrarti bahwa defisensi Zn hampir dipastikan terjadi di daerah-daerah tersebut, tertama di negaranegara berkembang. berkembang Saat ini diduga sekitar 2 juta penduduk negara mengalami defiensi Zn dengan berbagai tingkat keparahannya. Di Indonesia ada indikasi bahwa Zn menyebar secara luas di masyarakat. Beberapa penelitian yang dilakukan oleh Hadi Riadi di 45 pedesaan Bogor menunjukkan prevalensi devisiensi Zn pada anak baduta sebesar 20,1% (Riyadi, 2006). Efek Zinc Terhadap Perkembangan Zinc (Zn) merupakan mineral yang memainkan peran penting dalam pertumbuhan sel, khususnya dalam produksi enzim-enzim yang penting bagi sintesis RNA dan DNA. Zinc juga berlimpah diotak. Kandungan Zn otak menempati urutan kelima setelah otot, tulang, kulit dan liver. Diotak ini Zn berikatan dengan protein-protein, sehingga ia berkonstribusi pada struktur dan fungsi otak. Oleh karena itu zinc esensial untuk fungsi dan perkembangan otak (Riyadi, 2006). Penelitian yang dilakukan oleh, Lind, et al, (2004), pada bayi usia 6 bulan tidak menunjukkan pengaruh Zn atau Fe dan Zn terhadap perkembangan mental dan psikomotorik. Tetapi pemberian Fe saja mempunyai dampak positif terhadap perkembangan motorik. Tanda dan gejala defisiensi seng adalah berupa lelah, kehilangan sensasi pembau dan perasa, nafsu makan yang buruk, penyembuhan luka yang lama, pertumbuhan yang lambat dan kelainan kulit (Williams Lippincott and Wilkins, 2007). f. Vitamin Vitamin adalah zat organik yang tidak dapat dibuat oleh tubuh tetapi diperlukan tubuh. Vitamin berperan sebagai katalisator organik, mangatur proses metabolisme dan fungsi normal tubuh. Di tubuh vitamin 46 berperan sebagai zat pengatur dan pembangun bersama zat gizi yang lain melalui pembentukan enzim, antibodi dan hormon. 3. Metode Pengukuran Konsumsi Makanan Beberapa metode dapat dipergunakan untuk mendapatkan informasi tentang riwayat gizi. Salah satunya dengan metode recall 24 jam dimana individu diminta untuk mngingat segala sesuatu yang dimakan sehari sebelumnya. Prinsip dari metode recall 24 jam, dilakuakan dengan mencatat jenis dan jumlah makanan yang dikonsumsi 24 jam yang lalu (Supariasa dkk, 2002). Dalam metode ini, responden, ibu, pengasuh (bila anak masih kecil) diintruksikan untuk menceritakan semua makanan yang dimakan dan diminum selama 24 jam yang lalu (kemarin). Biasnya dimulai dari ia bangun pagi kemarin sampai dia tidur malam harinya, atau dapat juga dimulai dari waktu saat dilakukan wawancar sampai mundur ke belakang 24 jam (Supariasa dkk, 2002). Untuk perhitungan ASI dimana anak yang sehat mengkonsumsi 700 – 800 ml ASI per hari dengan intensitas pemberian maksimal 10 kali per hari (Prastyono, 2009). Hal penting yang perlu dikethui adalah bahwa dengan recall 24 jam data yang diperoleh cenderung lebih bersifat kualitatif. Oleh karena itu, untuk mendapatkan data kauantitatif, maka jumlah konsumsi makanan individu ditanyakan secara teliti dengan menggunakan alat URT (sendok, gelas, 47 piring, dll) atau ukuran lain yang dipergunakan sehari-hari oleh rumah tangga (Supariasa dkk, 2002). 4. Taburia Sebagai Solusi dalam Meningkatkan Kandungan Zat Gizi Mikro Anak Sprinkle adalah bentuk fortifikasi makanan rumah tangga (home fortification) untuk menanggulangi defisiensi vitamin dan mineral. Sprinkle adalah bentuk penyediaan zat-zat gizi mikro bagi populasi yang beresiko. Sprinkle memungkinkan keluarga dapat melindungi bayi dan balita dengan memperkaya makanan semi padat (MP-ASI) dengan tambahan zat gizi mikro di rumah tangga (Zlotkin, 2004). Sprinkel atau taburia sebagai jawaban atas tantangan baru untuk mengembangkan produk makanan yang mengalami fortifikasi zat gizi tertentu tanpa mengubah warna, tekstur dan rasa makanan serta biaya produksi relatif murah untuk penanggulangan anemia. Sprinkel diformulasi dengan kandungan ferrous fumarat (FF) mikroenkapsul dengan zat gizi mikro lain yang dibutuhkan bagi populasi berisiko seperti zinc, vitamin A, C dan D atau asam folat (Zlotkin et al, 2006). Gambar 2. Contoh Standar Kemasan Sprinkle 48 a. Manfaat Pemberian Taburia Beberapa manfaat pemberian Taburia (Zlotkin et al, 2006): 1) Taburia mampu menyediakan zat gizi mikro sesuai kebutuhan bagi setiap anak tanpa tergantung besar kecilnya porsi makan 2) Zat gizi mikro seperti vitamin A,B1,B2,B3,B6,B12,D,E,C,K,Asam Folat,Asam Pantotenat,Yodium,Seng,Zelenium dan zat besi untuk mencegah dan mengatasi defesiensi zat gizi Mikro. 3) Meningkatkan nafsu makan anak 4) Meningkatkan pertumbuhan dan perkembangan anak yang meliputi otak,mata,hidung dan gigi anak 5) Merangsang pembentukan sel darah merah,mencegah kurang darah C. Tinjauan Pustaka Tentang Penyakit Infeksi 1. Jenis – Jenis Penyakit Infeksi a. Diare Penyakit diare masih menjadi salah satu masalah kesehatan masyarakat yang penting karena merupakan penyumbang utama ketiga angka kesakitan dan kematian anak di berbagai negara termasuk Indonesia. Diperkirakan lebih dari 1,3 miliar serangan dan 3,2 juta kematian di per tahun pada balita disebabkan oleh diare. Setiap anak memiliki episode serangan diare rata-rata 3,3 kali setiap tahun. Lebih kurang 80% kematian terjadi pada anak berusia kurang dari dua tahun (Schwartz, 2005). 49 Penyebab utama kematian akibat diare adalah dehidrasi akibat kehilangan cairan dan elektrolit melalui tinja. Penyebab kematian lainnya adalah disentri, kurang gizi, dan infeksi. Golongan umur yang paling menderita akibat diare adalah anak-anak karena daya tahan tubuhnya yang masih lemah (Schwartz, 2005). 1) Penyebaran Kuman yang menyebabkan diare Kuman penyebab diare biasanya menyebar melalui fecal oral antara lain melalui makanan/minuman yang tercemar tinja dan atau kontak langsung dengan tinja penderita. Beberapa perilaku dapat menyebabkan penyebaran kuman enterik dan meningkatkan risiko terjadinya diare perilaku tersebut antara lain (Dinkes Sulsel, 2009): d) Tidak memberikan ASI ( Air Susi Ibu ) secara penuh 4-6 bulan pada pertama kehidupan pada bayi yang tidak diberi ASI risiko untuk menderita diare lebih besar dari pada bayi yang diberi Asi penuh dan kemungkinan menderita dehidrasi berat juga lebih besar. e) Menggunakan botol susu , penggunakan botol ini memudahkan pencernakan oleh Kuman , karena botol susah dibersihkan f) Menyimpan makanan masak pada suhu kamar. Bila makanan disimpan beberapa jam pada suhu kamar makanan akan tercemar dan kuman akan berkembang biak, g) Menggunakan air minum yang tercemar . Air mungkin sudah tercemar dari sumbernya atau pada saat disimpan di rumah, 50 Pencemaran di rumah dapat terjadi kalau tempat penyimpanan tidak tertutup atau apabila tangan tercemar menyentuh air pada saat mengambil air dari tempat penyimpanan. h) Tidak mencuci tangan sesudah buang air besar dan sesudah membuang tinja anak atau sebelum makan dan menyuapi anak, i) Tidak membuang tinja ( termasuk tinja bayi ) dengan benar Sering beranggapan bahwa tinja bayi tidaklah berbahaya padahal sesungguhnya mengandung virus atau bakteri dalam jumlah besar sementara itu tinja binatang dapat menyebabkan infeksi pada manusia. j) Faktor penjamu yang meningkatkan kerentanan terhadap diare 2) Faktor penjamu yang meningkatkan kerentanan terhadap diare Beberapa faktor pada penjamu dapat meningkatkan insiden beberapa penyakit dan lamanya diare (Dinkes Sulsel, 2009). Faktor-faktor tersebut adalah (Dinkes Sulsel, 2009): a) Tidak memberikan ASI sampai 2 Tahun. ASI mengandung antibodi yang dapat melindungi kita terhadap berbagai kuman penyebab diare seperti : Shigella dan v cholera. b) Kurang gizi beratnya Penyakit , lama dan risiko kematian karena diare meningkat pada anak-anak yang menderita gangguan gizi terutama pada penderita gizi buruk. 51 c) Campak diare dan desentri sering terjadi dan berakibat berat pada anak-anak yang sedang menderita campak dalam waktu 4 minggu terakhir hal ini sebagai akibat dari penurunan kekebalan tubuh penderita. d) Imunodefesiensi /Imunosupresi. e) Secara proposional , diare lebih banyak terjadi pada golongan Balita ( 55 % ). Diantara penyakit infeksi, diare merupakan penyebab utama gangguan pertumbuhan anak balita. Penelitian di Bangladesh dan Guatemala menunjukkan bahwa diare menyebabkan berkurangnya konsumsi makanan anak sekitar 20 – 40 %. Disamping itu kebiasaan orang tua mencegah pemberian makanan pada anak yang menderita diare ikut memeperjelek keadaan dan setiap episode diare berhubungan dengan 0,56 cm reduksi pertumbuhan linier (Dinkes Sulsel, 2009). Menurut Soetjiningsih (2000), Masa bayi dan balita sangat rentan terhadap penyakit seperti flu, diare atau penyakit infeksi lainnya. Jika anak sering menderita sakit dapat menghambat atau mengganggu proses tumbuh kembang anak. Di Northeas Brazil, anak-anak umur 1 hingga 2 tahun yang rata-rata menderita diare selama 3 bulan dan kenaikan panjang badannya 41 % kurang jika dibandingkan dengan anak-anak tanpa diare pada periode yang sama (Soekirman, 1990 dalam Rahma, 2010). 52 b. ISPA Pola 10 penyakit terbanyak di rumah sakit umum, peringkat utama penyebab kematian di rumah sakit. Prevalensi ISPA menurut kelompok umur dengan prevalensi tertinggi pada tahun 2002 – 2003 adalah prevalensinya 8 % pada kelompok umur 6 – 23 bulan (Depkes, 2006). ISPA sering disalah artikan sebagai infeksi saluran pernapasan atas. Yang benar II ISPA merupakan singkatan dari Infeksi Saluran Pernapasan Akut. ISPA meliputi saluran pernapasan bagian atas dan saluran pernapasan bagian bawah (6). ISPA adalah infeksi saluran pernapasan yang berlangsung sampai 14 hari. Yang dimaksud dengan saluran pernapasan adalah organ mulai dari hidung sampai gelembung paru, beserta organ-organ disekitarnya seperti : sinus, ruang telinga tengah dan selaput paru (Rasmaliah, 2004). Sebagian besar dari infeksi saluran pernapasan hanya bersifat ringan seperti batuk pilek dan tidak memerlukan pengobatan dengan antibiotik, namun demikian anak akan menderita pneumonia bila infeksi paru ini tidak diobati dengan antibiotik dapat mengakibatkan kematian (Rasmaliah, 2004). 1) Pencegahan Pencegahan dapat dilakukan dengan (Rasmaliah, 2004): a) Menjaga keadaan gizi agar tetap baik. b) Imunisasi. 53 c) Menjaga kebersihan perorangan dan lingkungan. d) Mencegah anak berhubungan dengan penderita ISPA. 2. Hubungan penyakit Infeksi dan Perkembangan Jaringan tubuh pada bayi dan balita belum sempurna dalam upaya membentuk pertahanan tubuh seperti halnya orang dewasa. Umumnya penyakit yang menyerang anak bersifat akut artinya penyakit menyerang secara mendadak dan gejala timbul dengan cepat (Rahma, 2010). Menurut Thaha (1995) Infeksi mempunyai konstribusi terhadap defisiensi energi, protein dan zat gizi lainnya karena menurunnya nafsu makan sehingga asupan makan anak menjadi berkurang. Kebutuhan energi pada saat infeksi bisa mencapai dua kali dari kebutuhan normal karena meningkatnya kebutuhan metabolisme basal. Secara singkat penyakit infeksi menyebabkan asupan makanan pada anak menurun (Rauf, 2007). Penelitian yang dilakukan Pramusinta, dkk pada tahun 2003, untuk mengetahui hubungan keadaan kesehatan anak dengan perkembangan motorik kasar pada 26 anak usia dibawah dua tahun dan dari uji bivariatnya memeperoleh hasil adanya hubungan antara status kesehatan dengan perkembangan motorik kasar yang dibuktikan dengan nilai p=0,048 (p<0,05). Dari hasil penelitian yang dilakukan Siswatiningsih (2001) diketahui 57 anak mengalami sakit diare dan ISPA, dan semua balita (33 anak) yang terpapar KEP pernah mengalami sakit infeksi. Penelitian denagan desain kohort ini menunjukkan bahwa ada kaitan yang sangat signifikan antara status 54 gizi dengan penyakit infeksi dan tidak ada kaitan yang signifikan antara status gizi dengan penyakit campak, ada kaitan antara lamanya penyakit infeksi dengan status gizi. D. Tinjauan Pustaka Tentang Pengasuhan 1. Pengertian pengasuhan Pengasuan adalah interaksi yang intensif dalam mengarahkan anak untuk memiliki kecakapan hidup (Sunarti, 2004 dalam Husin, 2008). Pola asuh anak berupa sikap dan prilaku ibu atau pengasuhan lain dalam hal kedekatannya dengan anak, memberikan makan, menjaga kebersihan, memberikan kasih sayang dan sebagainya. Hal ini berhubungan dengan keadaan ibu tentang kesehatan (fisik dan mental), status gizi, pendidikan, penghasilan, pengetahuan, dan keterampilan tentang pengasuhan anak yang baik, peran dalam keluarga atau masyarakat dan sebagainya dari si ibu dan pengasuhan anak (Sunarti, 2004 dalam Husin, 2008). Kerangka konseptual yang dikemukan oleh UNICEF yang dikembangkan lebih lanjut oleh Engle et al (1997) menekankan bahwa tiga komponen makanan – kesehatan – asuhan merupakan faktor-faktor yang berperan dalam menunjang pertumbuhan dan perkembangan anak yang optimal. Engle et al (1997) mengemukakan bahwa pola asuh meliputi 6 hal yaitu : (1) perhatian / dukungan ibu terhadap anak, (2) pemberian ASI atau makanan pendamping pada anak, (3) rangsangan psikososial terhadap anak, (4) persiapan dan penyimpanan makanan, (5) praktek kebersihan atau higiene 55 dan sanitasi lingkungan dan (6) perawatan balita dalam keadaan sakit seperti pencari pelayanan kesehatan. Pemberian ASI dan makanan pendamping pada anak serta persiapan dan penyimpanan makanan tercakup dalam praktek pemberian makan (Husin, 2008). 2. Peran Orang Tua Dalam Praktek Kesehatan Secara naluriah setiap orang tua pasti akan melindungi anaknya, terlebih apabila anak masih dalam usia balita dan dianggap masih belum mandiri dan belum memiliki ketrampilan dan kemampuan untuk memenuhi kebutuhan dan menjaga dirinya dari penyakit. Dalam konteks ini akan terasa aneh jika seorang anak balita yang seharusnya masih sangat tergantung dengan pengasuhan orang tuanya justru malah banyak yang mengalami gangguan gizi seiring dengan bertambahnya usia. Dengan logika sederhana seharusnya dengan bertambah usia, anak akan tumbuh semakin kuat dan mandiri serta semakin jauh dari masalah gizi dan kesehatan pada umumnya (Iwan, 2009). Dari hasil penelitian Riyani Lubis (2008) di kecamatan tanjung pura kabupaten Langkat mengemukakan adanya hubungan status gizi dengan praktek kesehatan yang disimpulkan dengan melihat praktek kesehatan untuk anak dengan status gizi baik sebesar 81,9%. Penelitian Aminah dan Judiono (2008), diaman data perkembangan anak diukur berdasarkan motorik kasar nampak terlihat pada kisaran 7,5% mengalami perkembangan motorik belum sepenuhnya sempurna, yang 56 ditandai p=0,960 dimana p>0,005 maka dikatakan tidak ada hubungan antara perkembangan motorik dengan intervensi perkembangan anak balita. Penelitian yang dilakukan oleh Amin (2003) terhadap balita umur 6 – 24 bulan di kecamatan barru kabupaten barru juga menyimpulkan hasil bahwa semakin baik pola asuh maka semakin baik status gizi anak. Perawatan kesehatan yang teratur, tidak saja kalau anak sakit, tetapi pemeriksaan penimbangan anak secara rutin setiap bulan, akan menunjang tumbuh kembang anak. Karena itu pemanfaatan fasilitas pelayanan kesehatan dianjurkan untuk diperhatikan dan dilakukan (Soetjiningsih, 2000). a. Perawatan Anak Ketika Sakit Kesehatan anak harus mendapat perhatian dari para orang tua yaitu dengan cara segera membawa anaknya yang sakit ketempat pelayanan kesehatan yang terdekat (Soetjiningsih, 2000). Masa bayi dan balita sangat rentan terhadap penyakit seperti flu, diare atau penyakit infeksi lainnya. Jika anak sering menderita sakit dapat menghambat atau mengganggu proses tumbuh kembang anak. Ada beberapa penyebab seorang anak mudah terserang penyakit adalah (Soetjiningsih, 2000): 1) Apabila kecukupan gizi terganggu karena anak sulit makan dan nafsu makan menurun. Akibatnya daya tahan tubuh menurun sehingga anak menjadi rentan terhadap penyakit. 57 2) Lingkungan yang kurang mendukung sehingga perlu diciptakan lingkungan dan perilaku yang sehat. 3) Jika orang tua lalai dalam memperhatikan proses tumbuh kembang anak oleh karena itu perlu memantau dan menstimulasi tumbuh kembang bayi dan anak secara teratur sesuai dengan tahapan usianya dan segera memeriksakan kedokter jika anak menderita sakit. b. Pemantauan Pertumbuhan dan Perkembangan Anak Memiliki anak dengan tumbuh kembang yang optimal adalah dambaan setiap orang tua. Untuk mewujudkannya tentu saja orang tua harus selalu memperhatikan, mengawasi, dan merawat anak secara seksama (Kania,2006). Orang tua merupakan orang terbaik untuk memantau pertumbuhan dan perkembangan anaknya. Mereka adalah orang yang paling mengetahui tentang anaknya. Ahli kesehatan berperan sebagai orang tua dalam proses ini. Pemantauan perkembangan anak adalah hal yang penting diperhatikan oleh orang tua agar setiap masalah yang mungkin ada dapat ditentukan dan dirawat secepat mungkin. Anak-anak tumbuh dan berkembang dengan cepat sekali, terutama pada tahun-tahun pertama. Jika masalah tertentu tidak diketahui dan dirawat secara dini, dapat mengakibatkan masalah lain kelak (Kania, 2006). Proses tumbuh kembang anak dapat berlangsung secara alamiah, tetapi proses tersebut sangat tergantung kepada orang dewasa atau orang 58 tua. Periode penting dalam tumbuh kembang anak adalah masa balita. Karena pada masa ini pertumbuhan dasar akan mempengaruhi dan menentukan perkembangan anak selanjutnya. Pada masa balita ini perkembangan kemampuan berbahasa, kreativitas, kesadaran sosial, emosional, dan intelegensia berjalan sangat cepat dan merupakan landasan perkembangan berikutnya (Kania, 2006).