1 Peran dualisme dari mekanisme non-homologous end joining pathway (NHEJ): penjaga keamanan DNA sekaligus pendorong mutasi pada genome editing Diantara banyak kerusakan DNA, kerusakan dua untai DNA atau yang disebut double-strand breaks (DSBs) merupakan bentuk yang paling berbahaya. Untuk memperbaiki kerusakan akibat kejadian DSBs, sel sendiri diketahui memiliki dua mekanisme yaitu homologous recombination (HR) and non-homologous end joining (NHEJ) dimana mekanisme NHEJ merupakan yang paling dominan di dalam sel eukariotik. NHEJ memiliki peran dualisme dalam menjaga keutuhan genom dari kerusakan permanen sekaligus merupakan mekanisme pendorong mutagenesis dalam genome editing. Gambar 1. Ilustrasi dua mekanisme reparasi DNA melalui non-homologous end joining (NHEJ) dan homologous recombination (HR). Sumber: https://www.thebestgene.com/CRISPRInfoPage.do DNA sebagai materi yang membawa informasi genetik pada makhluk hidup tidak terkecuali manusia memiliki ancaman kerusakan akibat paparan cekaman internal maupun eksternal seperti sinar gamma, x-ray, ultraviolet, senyawa kimia berbahaya dan sebagainya. Diantara banyak kerusakan DNA, kerusakan dua untai DNA atau yang disebut double-strand breaks (DSBs) merupakan bentuk yang paling berbahaya. DSBs sendiri dapat terjadi selama proses metabolisme normal dari sel atau diinduksi dari faktor eksternal seperti telah disebutkan sebelumnya. Sesuai dengan namanya, DSBs dapat menyebabkan kerusakan permanen dari DNA yang tentu dapat mengancam integritas genom dan pertahanan sel [1]. Untuk memperbaiki kerusakan akibat kejadian DSBs, sel sendiri diketahui memiliki dua mekanisme yaitu homologous recombination (HR) and non-homologous end joining (NHEJ) (Gambar 1). NHEJ merupakan mekanisme reparasi tanpa menggunakan template DNA seperti pada HR. Mekanisme NHEJ dikatakan sebagai mekanisme “coba-coba” oleh sel dan diprediksi dekat dengan mutasi tak terkendali dari DNA [2]. Meskipun demikian, kedua mekanisme tersebut berfungsi mempertahankan integritas dan keutuhan genom di dalam sel [1]. www.iribb.org | Januari 2017 | 5(1), 1-4 Riza Arief Putranto - Peneliti PPBBI 2 Gambar 2. Ilustrasi mekanisme c-NHEJ dan b-NHEJ [5]. Diantara keduanya, mekanisme NHEJ merupakan yang paling dominan dibanding HR pada organisme eukariot dimana reparasi yang dihasilkan mampu mengarah pada terjadinya mutasi seperti delesi, insersi dan subtitusi basa nukleotida pada daerah DNA yang rusak [3, 4]. Hingga saat ini, dua mekanisme NHEJ telah diidentifikasi yaitu mekanisme klasik atau classical-NHEJ (cNHEJ) dan mekanisme backup-NHEJ (bNHEJ) atau yang sering disebut sebagai mekanisme alternatif (a-NHEJ) atau microhomology-mediated end-joining (MMEJ) [1, 5]. Secara singkat, perbedaan dari dua mekanisme reparasi DNA melalui NHEJ tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut. Mekanisme c-NHEJ telah digambarkan sejak 2001 dimana c-NHEJ diinisiasi dengan pengenalan dan penempelan protein heterodimer KU yang terdiri dari subunit KU70 dan KU80 pada daerah DSBs [6]. Setelah menempel pada utas DSB, protein KU bertindak sebagai scaffold untuk merekrut faktor ligasi dan melekatkan bagian ujung patahan (end-joining). Dikarenakan protein KU merupakan komponen kunci dari c-NHEJ, mekanisme ini juga disebut sebagai KU-dependent NHEJ. Ketika protein KU absen di dalam sel, faktor lain seperti protein poly ADP-ribose polymerase 1 (PARP1) masuk menggantikan peran KU. Itulah sebabnya mekanisme ini disebut sebagai alternative-NHEJ karena tidak bergantung pada protein KU. Meskipun demikian, mekanisme alternatif tersebut belum secara rinci dan jelas diketahui [7]. Dengan menggunakan teknologi terkini, mekanisme DSBs dapat diinduksi secara artifisial pada daerah spesifik di dalam genom. Induksi tersebut dilakukan dengan menggunakan nuklease spesifik yang telah didesain dan dikenal seperti meganucleases, zinc-finger nucleases (ZFNs), transcription activator-like effector nucleases (TALENs), and sistem clustered regularly interspaced short palindromic repeat/CRISPR-associated 9 (CRISPR/Cas9) [8, 9]. Nuklease-nuklease tersebut merupakan tool pada teknik genome editing yang saat ini sedang naik daun dimana diantara keempatnya CRISPR/Cas9 merupakan teknik yang diklaim paling mudah dan efektif [10]. Nuklease spesifik buatan tersebut menginduksi DSBs dengan cara memotong untai ganda DNA pada sekuen target yang telah ditentukan sehingga sel akan memperbaiki potongan tersebut dengan menggunakan mekanisme NHEJ. Tujuan dari nuklease ini adalah menginduksi terjadinya mutasi berupa insersi, delesi atau subtitusi pada daerah target yang umumnya adalah gen penyandi protein. Sistem nuklease-NHEJ tersebut akan mengakibatkan tidak terekspresinya gen target atau dinamakan knock-out (KO) [10]. Jika sistem tersebut www.iribb.org | Januari 2017 | 5(1), 1-4 Riza Arief Putranto - Peneliti PPBBI 3 menghasilkan mutasi yang “tepat” pada gen yang berperan dalam kerentanan terhadap penyakit, maka mutan yang dihasilkan dapat menjadi galur baru yang lebih tahan penyakit. Meskipun demikian, penerapan dari sistem nuklease-NHEJ tidak hanya pada gen KO namun juga pada penambahan atau pemotongan sekuen dalam genom untuk menginduksi ekspresi dari gen tersebut. Pada tingkat kromosom, sistem nuklease-NHEJ dapat digunakan untuk restrukturisasi kromosom yang dapat memperbaiki sifat yang diinginkan [2]. Penelitian akan sistem nuklease-NHEJ yang merupakan salah satu alur genome editing masih dipelajari hingga hari ini. Para peneliti terus memperbaiki teknologi nuklease yang digunakan untuk memicu mekanisme NHEJ. Hal tersebut dilakukan karena mekanisme NHEJ dianggap rentan terhadap kesalahan reparasi yang nantinya dapat menghasilkan mutan yang tidak diinginkan (undesirable phenotype) [1]. Berbagai modifikasi pada teknik genome editing seperti penggunaan doublenickase, multiple single-guide RNA (sgRNA) hingga desain nuklease buatan baru telah dilakukan [11-13]. Meningkatkan persentase kejadian mutasi pada mekanisme reparasi DNA melalui NHEJ dan/atau HR merupakan tahapan yang tidak kalah penting selain studi keakuratan dari teknologi nuklease seperti CRISPR/Cas9. Pada akhirnya, mengendalikan mutasi pada organisme uji merupakan tugas berat dari para peneliti. Hal tersebut dikarenakan tanpa kendali pada proses mutasi, organisme akhir yang diperoleh di masa yang akan datang dapat mengalami perubahan kompleksitas genom, perubahan ekspresi gen, bahkan perubahan sifat yang berpotensi dikategorikan sebagai organisme berbahaya. Meskipun demikian, terlepas dari segala resiko yang ada dan dengan kemajuan yang diperoleh pada saat ini berkat teknologi genome editing, bioteknologi tengah memasuki era baru. Era tersebut adalah “non-transgenic but edited organisms”. Referensi 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. Shen H, Strunks GD, Klemann BJPM, Hooykaas PJJ, de Pater S. CRISPR/Cas9-Induced Double-Strand Break Repair in Arabidopsis Nonhomologous End-Joining Mutants. G3: Genes|Genomes|Genetics. 2017;7(1):193-202. Puchta H. Applying CRISPR/Cas for genome engineering in plants: the best is yet to come. Current Opinion in Plant Biology. 2017;36:1-8. Davis AJ, Chen DJ. DNA double strand break repair via non-homologous end-joining. Translational cancer research. 2013;2(3):130-43. Lieber MR. The Mechanism of Double-Strand DNA Break Repair by the Nonhomologous DNA End Joining Pathway. Annual review of biochemistry. 2010;79:181-211. Hustedt N, Durocher D. The control of DNA repair by the cell cycle. Nat Cell Biol. 2017;19(1):1-9. Walker JR, Corpina RA, Goldberg J. Structure of the Ku heterodimer bound to DNA and its implications for double-strand break repair. Nature. 2001;412(6847):607-14. Wang M, Wu W, Wu W, Rosidi B, Zhang L, Wang H, et al. PARP-1 and Ku compete for repair of DNA double strand breaks by distinct NHEJ pathways. Nucleic Acids Research. 2006;34(21):6170-82. Lee J-E, Ezura H. Genome-Editing Technologies and Their Use in Tomato. In: Ezura H, Ariizumi T, Garcia-Mas J, Rose J, editors. Functional Genomics and Biotechnology in www.iribb.org | Januari 2017 | 5(1), 1-4 Riza Arief Putranto - Peneliti PPBBI 4 9. 10. 11. 12. 13. Solanaceae and Cucurbitaceae Crops. Berlin, Heidelberg: Springer Berlin Heidelberg; 2016. p. 239-50. Weeks DP, Spalding MH, Yang B. Use of designer nucleases for targeted gene and genome editing in plants. Plant Biotechnology Journal. 2016;14(2):483-95.. Ran FA, Hsu PD, Wright J, Agarwala V, Scott DA, Zhang F. Genome engineering using the CRISPR-Cas9 system. Nat Protocols. 2013;8(11):2281-308. Schiml S, Puchta H. Revolutionizing plant biology: multiple ways of genome engineering by CRISPR/Cas. Plant Methods. 2016;12(1):1-9. Lee J, Chung J-H, Kim HM, Kim D-W, Kim H. Designed nucleases for targeted genome editing. Plant Biotechnology Journal. 2015:n/a-n/a. Ran FA, Hsu PD, Lin C-Y, Gootenberg JS, Konermann S, Trevino A, et al. Double nicking by RNA-guided CRISPR Cas9 for enhanced genome editing specificity. Cell. 2013;154(6):1380-9. www.iribb.org | Januari 2017 | 5(1), 1-4 Riza Arief Putranto - Peneliti PPBBI