Uploaded by User113649

Bintang Yuniar Musviratunnisah 020.06.0013 Laporan SGD LBM 3 Ginjal & Tekanan Darah

advertisement
LAPORAN
SMALL GROUP DISCUSSION LBM 3
BLOK UROGENITAL 1
“GINJAL & TEKANAN DARAH”
Disusun Oleh :
NAMA
: Bintang Yuniar Musviratunnisah
NIM
: 020.06.0013
BLOK
: UROGENITAL 1
KELAS
:A
KELOMPOK
: SGD 2
TUTOR
: dr. Dina Qurrata Ainin, S.Ked, MPHE
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS ISLAM AL- AZHAR
MATARAM
2020/2021
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat rahmat dan
karunia-Nya yang telah diberikan kepada saya sehingga dapat menyelesaikan hasil
Laporan SGD LBM 3 Blok Urogenital 1 yang berjudul “Ginjal dan Tekanan
Darah” ini. Dalam penyusunan Laporan SGD LBM 3 ini, saya menyadari
sepenuhnya banyak terdapat kekurangan di dalam penyajiannya. Hal ini
disebabkan terbatasnya kemampuan dan pengetahuan yang saya miliki. Saya
menyadari bahwa tanpa adanya bimbingan dan petunjuk dari semua pihak
tidaklah mungkin hasil Laporan SGD LBM 3 ini dapat diselesaikan sebagaimana
mestinya.
Pada kesempatan ini saya mengucapkan terima kasih kepada :
1. dr. Dina Qurrata Ainin, S.Ked, MPHE selaku dosen pembimbing
kelompok SGD 2, atas segala masukkan dan bimbinganya selama
pelaksanaan SGD.
2. Sumber literatur dan jurnal ilmiah yang relevan sebagai referensi kami
dalam berdiskusi.
3. Keluarga dan teman-teman sejawat yang telah memberikan motivasi
dan masukkan dalam penyusunan laporan ini.
Akhir kata, semoga segala bantuan serta amal baik yang telah diberikan
kepada saya mendapatkan balasan dari Tuhan Yang Maha Esa, serta Laporan
SGD LBM 3 ini dapat bermanfaat bagi kita semua.
Mataram, 31 Mei 2021
Penulis
DAFTAR ISI
Daftar Isi.. ..........................................................................................................
Kata Pengantar.................................................................................................. .
BAB I
1.1 Skenario .................................................................................................... ..
1.2 Identifikasi Masalah………………………………………………………..
BAB II
2.1 Pembahasan .............................................................................................. ..
BAB III
3.1 Kesimpulan...............................................................................................
DAFTAR PUSTAKA……....................................................................................
BAB I
1.1 Skenario
“Ginjal dan Tekanan Darah”
Dinda seorang mahasiswa kedokteran datang ke dokter bersama ayahnya
untuk memeriksa tekanan darah. Dokter kemudian mendapatkan tekanan darah
bapak 150/90 mmHg dan meminta bapak untuk mengurangi minum, terutama
minuma berwarna. Apakah hubungan mengurangi minum dengan tekanan darah
bapak? Apa saja komponen yang terlibat dalam pengaturan tekanan darah
manusia
1.2 Deskripsi Masalah
Berdasarkan scenario diatas dijelaskan bahwa untuk mengurangi tekanan dara
pasien diminta untuk mengurangi minum. Untuk mengetahui lebih lanjut dari
pembahasan scenario diatas maka akan dibahas factor-faktor apa saja yang
mempengaruhi tekanan darah(glukosa dan usia), komponen dan peran yang
terlibat dalam pengaturan tekanan darah (Enzim dan Sistem RAA), Pengaruh air
terhadap tekanan darah (air mineral, air bewarna dan berasa), serta korelasi antara
ginjal dengan tekanan darah yang akan dibahas pada BAB II Pembahasan.
BAB II
PEMBAHASAN
Tekanan darah adalah daya dorong ke semua arah pada seluruh permukan
yang tertutup pada dinding bagian jantung dan pembuluh darah , terjadi akibat
adanya aksi pompaan jantung yang memberi tekanan tekan untuk mendorong
darah melewwati pembulu-pembuluh dan darah dialirkan melalui sistem
pembuluh tertutup karena ada perbedaan gradien tekanan antara ventrikel kiri dan
atrium kanan. Tekanan darah merupakan faktor penting pada sistem sirkulasi dan
tekanan darah merupakan tenaga yang digunkan oleh darah terhadap setiap satuan
daerah dari dinding pembuluh darah.
Kemudian peningkatan dan penurunan
tekanan darah akan mempengaruhi homeostatis di dalam tubuh dimana tekanan
darah selalu diperlukan untuk daya dorong mengalirnya darah di dalam arteri,
arteriol, kapiler dan sistem vena sehingga tebentuknya suatu aliran.
Jenis tekanan darah ada 3 yaitu sistole, diastole dan tekanan nadi :
 Tekanan darah diastole yaitu tekanan terendah selama siklus jantung.
Yang merupakan tekanan di dalam pembuluh darah saat jantung
beristirhat. Pada orang dewasa tekanan diastole berkiranna 80 mmHg.
Fase diastole (pengisian/relaksasi) dara dari vena akan mengalir masuk
keatrium, kemudian kedua katup atrioventrikular akan membuka
sehingga darah dari atrium bisa mengisi ventrikel.
 Tekanan darah sistole merupakan tekanan darah tinggi selama 1 siklus
jantung dan tekananya dialami pembuluh darah saat jantung berdenyut
atau memompakan darah nya keluar dari jantung. Pada orang dewasa
nornmal tekanan darah sistole berkisaran 120 mmHg. Fase sistole (fase
pengosongan/kontraksi) yaitu atrium akan berkontraksi sehingga darah
akan mengalir ke dalam ventrikel, kemudian darah dari ventrikel kiri
akan di pompa menuju sirkulasi sistemik kemudain darah dari
ventrikel kanan akan dipompa menuju sirkulasi paru.
 Tekanan nadi merupakan selisi antara tekanan systole dan daistole atau
sama jumlah denyut nadi dengan detak jantung.
Berikut table perbedaan tekanan darah sistolik dan diastolik
 Faktor yang me mpengaruhi Pengaturan Tekanan Darah
Faktor-faktor yang mempengaruhi perubahan tekanan darah adalah
keturunan, usia, jenis kelamin, stres fisik dan psikis, kegemukan (obesitas), pola
makan tidak sehat, konsumsi garam yang tinggi, kurangnya aktivitas fisik,
konsumsi alkohol, konsumsi kafein, penyakit lain, dan merokok. Dengan
mengetahui faktor-faktor tersebut, resiko berlanjutnya pada gangguan fungsi
organ tubuh dapat berkurang. Sehingga, secara tidak langsung hal ini, juga dapat
mengurangi resiko kematian dan kelumpuhan akibat hipertansi dan hipotensi.
Selain faktor-faktor yang disebutkan di atas, ada juga factor lain seperti
glukosa dan usia yang mempengaruhi pengaturan tekanan darah.
-
Faktor Glukosa
Kadar Insulin yang berlebih menimbulkan peningkatan retensi Na oleh
tubulus ginjal yang dapat menyebabkan hipertensi. Adanya hyperglikemia disertai
dengan sindroma metabolic seperti hipertensu dan obesitas. Hyperglikemia yang
berkepanjagan membentuk advanced glucation endoproducts (AGEs) yang dapat
merusak dinding dalam pembuluh darah dan menimbulkan reaksi peradangan
yang mengakibatkan timbulnya plaque dan membuat pembuluh darah menjadi
keras, kaku dan menebal sehingga menyebabkan penyumbatan pada pembuluh
darah. AGEs merupakan substansu nonenzymatic yang merupakan produk daru
metabolisme glukosa dan protein dengan laju turnover yang lambat.
Hyerglekamia
gula darah menempel pada dinding pembuluh darah
proses pksidasi (gula darah bereaksi dengan protein dari pembuluh darah)
AGEs merusak dinding dalam Pembuluh Darah dan menarik lemak
jenuh/kolestrol menempel pada dinding pembuluh darah
(leukosit dan trombosit menyatu menjadi plaque)
reaksi inflamasi
dinding
darah menjadi keras, kaku dan penyumbatan pembuluh darah
pembuluh
Hipertensi
Perubahan gaya hidup seperti mengonsumsi alcohol dan merokok juga
dapat berpengaruh pada pengaturan tekanan darah. Alcohol dapat mengganggu
metabolisme gula darah sehingga akan mempersult regulasi gula darah dan
meningkatkan tekanan darah. Batas konsumsi etil alcohol tidak boleh melebihi
60ml/hari.
Tekanan darah yang tinggi juga merupakan hasil dari cardiac output dan
total perifer resistence (TPR). Volume intravascular merupakan determinan untuk
kesetabilan tekanan darah. TPR dalam posisi vasodilatasi/vasokontriksi. Nacl
meningkat maka ginjal akan merespons eksresi garam keluar bersama urine juga
meningkat. Upya eksresi Nacl melebihi ambang batas kemampuan ginjal maka
ginjal
akan
meretensi
H2O
sehingga
volume
intravascular
mningkat.
Karbondioksida akan meningkat ddab terjadi ekspansi volume intravascular = dan
tekanan darah akan meningkat.
Singkatnya akan dijelaskan dibawah ini :
Total Perifer Resistence Vasodilatasi – Tekanan Darah Menurun
Total Perifer Resistence Vasokontriksi – Tekanan Darah Meningkat
Pengaruh lingkungan seperti genetic, stress, kejiwaan dan rokok juga
berpengaruh pada pengaturan tekanan darah. Akan terjadi aktivitas sistem saraf
simpatis berupa kenaikan ketekolamin dan norepinefrin. Kedua neurotransmitter
ini akan menaikan denyut jantung dan juga cardiac output sehingga tekanan darah
akan meningkat dan mengalami agregasi platelet.
Peningkatan neurotransmitter berefek negative pada jantung. Pada jantung
terdapat reseptor a1, b1, b2 yang memicu terjadinya kerusakan miokard, hipertrofi
dan aritmia karena pada dinding pembuluh darah juga ada reseptor a1.
Peningkatan Norepinefrin juga akan memicu terjadinya vasokontriksi sehingga
hipertensi ateroskleresis semakinprogresif. Pada ginjal neurotransmitter juga
berakibat negative karena di ginjal terdapat reseptor b1 dan a1 yang akan memicu
terjadinya retensi Na, mengaktivasi sisten rennin angiostenin aldosteron dan
memicu vasokontriksi yang bisa menyebabkan hipertensi.
-
Faktor Usia
Semakin bertambahnya usu membuat gangguan toleransi gluksa (GTG). GTG
dapat berupa toleransi glukosa terganggu sampai bisa menyebabkan diabetes
mellitus. Dikarenakan semakin bertambahnya usia terjadi penurunan kemampuan
pengambilan glukosa oleh sel-sel jaringan sasaran khususnya pada otot rangka.
 Komponen dan Peran yang Terlibat dalam pengaturan Tekanan
Darah ( Enzim dan Sistem RAA)
Terdapat sebuah sistem yang mengatur tekanan darah, sistem itu namanya
sistem renin angiostenin aldosteron. Sistem ini akan bekerja ketika terjadi
penurunan tekanan darah. Tekanan darah akan dideteksi oleh sel arteriol aferen
yang berada di ginjal yang disebut dengan sel granular. Ketika tekanan darah
turun, renin akan disekeresikan oleh sel granular dalam sirkulasi, renin ini akan
membuat hormone angiostenin 1 apabila bertemu dengan angiostinogen.
Pembentukan angiostinogen terjai di hepar. Angiostenin 1 akan dihasilkan oleh
sel macula densa apparatus juxtaglomerular ginjal.
-
Mekanisme jangka pendek terhadap tekanan darah
Jika tekanan darah menurun maka terjadi mekanisme pengaturan tekanan
darah jangka pendek yang diatur oleh refleks baroreseptor yaitu mekanisme saraf
untuk pengaturan tekanan arteri. Baroreseptor terangsang bila la teregang. Pada
dinding hampir semua arteri besar yang terletak di daerah toraks dan leher dapat
dijumpai beberapa baroreseptor, tetapi dijumpai terutama dalam: dinding arteri
karotis interna yang terletak agak di atas bifurkasio karotis (sinus karotikus), dan
dinding arkus aorta.
Skema pengaturan jangka pendek terhadap tekanan darah
-
Mekanisme Jangka Panjang terhadap tekanan darah
Sebagai pelengkap dari mekanisme neuronal yang bereaksi cepat dalam
mengendalikan resistensi perifer dan curah jantung, kendali jangka menengah dan
jangka panjang melalui sistem humoral bertujuan untuk memelihara homeostasis
sirkulasi. Pada keadaan tertenm, sistem kendali ini beroperasi dalam skala waktu
berjam-jam hingga berhari-hari, jauh lebih lambat dibandingkan dengan refleks
neurotransmiter oleh susunan saraf pusat. Sebagai contoh, saat kehilangan darah
disebabkan perdarahan, kecelakaan, atau mendonorkan sekanmng darah, akan
menurunkan tekanan darah dan memicu proses untuk mengembalikan volume
darah kembali normal. Pada keadaan tersebut pengamran tekanan darah dicapai
terutama dengan meningkatkan volume darah, memelihara keseimbangan cairan
tubuh melalui mekanisme di ginjal dan mens timulasi pemasukan air unmk
normalisasi volume darah dan tekanan darah.
1. Amina Biogenik
Amina biogenik termasuk substansi yang di bentuk melalui
dekarboksilasi asam amino atau derivatnya. Katekolamin, yaim dopamin,
norepinefrin, dan epinefrin termasuk amina biogenik yang berperan dalam
regulasi tekanan darah. Katekolamin merupakan neurotransmiter dalam
beberapa jalur sistem saraf pusat, lewat pelepasan hormon ini dari medula
adrenal (terutama epinefrin) atau pada ujung saraf simpatis (terutama
norepinefrin), atau lewat kerja langsung dalam ginjal di mana hormon ini
mempengaruhi aliran darah dan produksi renin. Dopamin adalah prekursor
epinefrin. Kadar dopamin yang tinggi di dalam serum dibumhkan untuk
mengaktifkan
reseptor
pada
pembuluh
darah
dan
menyebabkan
vasokonstriksi. Norepinefrin di sintesa dalam medula adrenal, pregangUon simpatik, otak, dan sel-sel saraf spinal, namun paling banyak
ditemukan di dalam vesikel sinaptik saraf otonom pasca-ganglion pada
organ-organ yang kaya akan inervasi simpatis, seperti otak, kelenjar saliva,
otot polos pembuluh darah, hati, limpa, ginjal, dan otot. Norepinefrin
menstimulasi reseptor a^-adrenergik (terletak di janmng, otot-otot papiler,
dan otot polos) dan reseptor b^-adrenergik yang meningkatkan pemasukan
kalsium ke dalam sel-sel target, sehingga meningkatkan kontraksi dan
denyut jantung dan akibamya meningkatkan tekanan darah. Epinefrin
menstimulasi reseptor a^ dan b^-adrenergik dengan efek yang sama seperti
norepinefrin, tetapi juga menstimulasi reseptor b^-adrenergik (terdapat
dalam otot rangka, jantung, hati, dan medula adrenal) dengan efek akhir
vasodilatasi. Namunepinefrin bukanlah vasodilator sistemik, efeknya
terhadap kardiovaskuler lebih lemah dibandingkan dengan efek yang
ditimbulkan norepinefrin.
2. Renin
Renin adalah protease asam, merupakan enzim yang mengkatalisis
pele-pasan hidrolitik dekapeptida angiotensin I dari ujung amino tertninal
angiotensinogen. Angiotensin I berfungsi semata-mata sebagai prekursor
dari angiotensin II. Renin di simpan dalam sel-sel jukstaglomerular ginjal
dan dilepaskan ke dalam pembuluh darah sebagai respons terhadap
berbagai stimulus fisiologis yang membanm unmk menggabungkan sistem
reninangiotensin menjadi proses yang kompleks dalam homeostasis
sirkulasi. Renin yang aktif mempunyai wakm paruh paling lama 80 menit
di dalam sirkulasi. Renin di banm oleh an^otensin-converiing-en^me
(ACE) membentiik angiotensin II.
3. Angiotensinogen
Angiotensinogen disebut juga substrat renin, di sirkulasi dijumpai
dalam fraksi a^-globulin plasma. Angiotensinogen disintesa dalam hati,
mengandung sekitar 13% karbohidrat dan dibenmk dari 453 residu asam
amino.
Kadar
angiotensinogen
dalam
sirkulasi
meningkat
oleh
glukokortikoid, hormon tiroid, estrogen, beberapa sitokin, dan angiotensin
II.
4. Angiotensin-Converting Enzyme (ACE)
Angiotensin-Converting En^me adalah dipeptidil karboksipeptidase yang
membagi histidilleusin dari angiotensin I inaktif, membentuk angiotensin
II oktapeprida. Lokasi enzim ini di sirkulasi adalah dalam sel-sel endotel.
Sebagian besar konversi angiotensin I menjadi angiotensin II oleh ACE
terjadi saat darah melewati paru-paru. Hal ini mungkin disebabkan luasnya
endotel paru, sebagai lokasi strategis di mana terjadi penerimaan curah
janmng dari darah vena, dan mungkin yang paling penting karena
angiotensin 11 dapat melewati sirkulasi paru tanpa ekstraksi.
5. Angiotensin II
Angiotensin II adalah hormon peptida yang bekerja di kelenjar adrenal,
otot polos pembuluh darah, dan ginjal. Reseptor unmk angiotensin II
berlokasi pada membran plasma dari sel-sel target pada jaringan-jaringan
tersebut. Angiotensin II sangat cepat dimetabolisme, wakm paruhnya
dalam sirkulasi sekitar 1-2 menit. Hormon ini dimetabolisme oleh berbagai
peptida. Aminopeptida mengeluarkan residu asam aspartat dari amino
terminal peptida ini, menghasilkan heptapetida yang disebut angiotensin
III. Pengambilan residu amino terminal yang kedua dari angiotensin III
menghasilkan heksapeptida yang disebut angiotensin IV. Biasanya
peptida-peptida yang terbentuk ini tidak/kurang aktif dibandingkan dengan
angiotensin II. Angiotensin II yang disebut juga hipertensin atau
angiotonin, menghasilkan konstriksi arteri dan peningkatan tekanan darah
sistolik maupun diastolik. Di dalam sel otot polos pembuluh darah,
angiotensin
II
berikatan
coupledKVmengaktifkan
dengan
fosfolipase
C,
reseptor
G-protein-
meningkatkan Ca^"^ dan
menyebabkan kontraksi. Hormon ini merupakan salah satu vasokonstriktor
kuat, empat hingga delapan kali lebih aktif daripada norepinefrin pada
individu normal, namun kadar plasma angiotensin II tidak cukup untuk
menyebabkan vasokonstriksi sistemik. Sebaliknya angiotensin II berperan
dalam kardiovaskuler bila terjadi kehilangan darah, olahraga dan keadaan
serupa yang mengurangi aliran darah ke ginjal. Lebih lanjut, juga
mengidentifikasikan efek penting dari angiotensin II terhadap pengaturan
tekanan darah antara lain:
•
Meningkatkan kontraktilitas jantung
•
Mengurangi aliran plasma ke ginjal, dengan demikian meningkatkan
reabsorpsi Na di ginjal.
•
Bersama angiotensin III merangsang korteks adrenal melepaskan
aldosteron.
•
Menstimulasi rasa haus dan memicu pelepasan vasokonstriktor lain,
yaitu arginin vasopresin (AVP).
•
Memfasilitasi pelepasan norepinefrin dari pasca-ganglion saraf
simpatik.
6. Aldosteron
Aldosterone merupakan hormone yang berperan langsung pada
ginjal, aldosteron akan bekerja ditubulus distal nefron untuk meningkatkan
retensi garam (NaCl). Ketika NaCl di retensi air juga akan ikut di retensi
maka cairan ekstra seluler akan meningkat sehingga tekanan darah pun
akan meningkat.
7. Vasopressin
Vasopresin atau yang dikenal dengan hormon antidiuretik disekresi
oleh kelenjar pituitary posterior yang memiliki potensial aksi pada
pembuluh darah, khususnya arteri. Potensial aksi menyebabkan konstriksi
pada arteri seluruh tubuh sehingga tekanan darah meningkat.
8. Tiroksin
Tiroksin dikeluarkan dari kelenjar tiroid meningkatkan tekanan
sistolik
tetapi
menurunkan
tekanan
diastolik.
Hormon
tersebut
meningkatkan tekanan sistolik dengan meningkatkan curah jantung. Curah
jantung meningkatkan karena penigkatan volume darah dan kekuatan
kontraksi jantung
 Pengaruh Air Terhadap Tekanan Darah (Air Mineral, Air Bewarna d
an Berasa)
Air mineral mengandung beragam mineral, antara lain magnesium,
kalsium, natrium, dan selenium. Berdasarkan beberapa penelitian mengemukakan
bahwa kandungan dari air mineral yang berupa kalsium dan magnesium yang
sangat tinggi dapat memperngaruhi penurunan tekanan darah dari penderita
hipertensi. Resiko penyakit jantung dapat disebabkan oleh kurangnya asupan
kadar kalsium di dalam tubuh, oleh sebab itu peranan kalsium sangatlah penting
dalam menjaga kestabilan teknan darah pada pembuluh darah.
Akibat kelebihan cairan dalam tubuh menumpuk dan merusak. Sehingga
mengalami hipervolemia yang beresiko pada kerusakan ginjal. Hal ini karena
cairan berlebih memberikan tekanan yang cukup besar pada pembuluh darah yang
mengarah ke gijal. Sedangkan kekurangan cairan tubuh akan mengurangi volume
darah yang bersirkulasi. Keadaan ini akan mempengaruhi tekanan darah, kaena
volume darah yang berkurang membuat sirkulasi darah semakin sulit terjadi.
Akibatnya jantung akan bekerja ebih keras memompa darah ke seuruh tubuh
untuk memasok oksigen dan nutrisi yang diperlukan.
Apabila dehidrasi maka hormone Anti Diuretik Hormone (ADH) akan di
eksresikan untuk mengurangi kencing. Hormone berperan dalam mengatur jumlah
cairan dalam tubuh. hormone ini jug akan membantu mempertahankan air di
dalam tubuh dengan cara memberitahu ginjal untuk menahan air yang membuat
urine menjadi lebih pekat. Apabila dalam kondisi kelebihan cairan, ginjal
kemudian akan mengeluarkan cairan yang berlebih dalam bentuk urine yang
disimpan sementara dalam kandung kemih.
.
 Korelasi Antara Ginjal dan Pengaturan Tekanan Darah
Melalui pengaturan volume cairan ekstraseluer dan sekresi renin. Sistem
Renin Angiostenin Aldosteron merpakan salah satu sistem endokrim dalam tubuh.
Renin
disekresikan
oleh
juxtaglomerulus
sebagai
respon
glmerulus
underperfusion, penurunan asupan garam dan respon dari sistem saraf simpatik.
Angiostenin II merupakan vasokonstriktor kuat yang utama menyebabkan
vasokonstrisi arteri dan menyebabkan peningkatan resistensi pada aliran darah
sehingga menyebabkan peningkatan tekanan darah. Angiostenin II bersirkulasi
menuju kelenjar adrenal dan sel korteks adrenal membentuk hormone aldosteron.
Hormon aldosteron merupakan hormone steroid yang berperan pada ginjal untuk
mengatur volume cairan ekstraseluer. Mekanismee kerja aldosteron adalah
mengurangi eksresi NaCl dengan cara reabsorpsi dari tubulus ginjal. Naiknya
konsentrasi NaCl akan diencerkan kembal dengan cara meningkatkan volume
darah dan tekanan darah.
-
Mekanisme Hemodinamik
Pada saat arteri akan naik melewati batas normal, tekanan besar pada arteri renal
akan menyebbakan lebih banyak cairan yang disaring sehingga air dan garam
yang akan dikelurkan dalam tubuh meningkat. Sehingga hilangnya air dan garam
akan mengurangi volume darah dan menurunkan tekanan darah kembali normal.
BAB III
KESIMPULAN
Dari materi di atas dapat di simpulkan bahwa ginjal dan tekanan darah
memiliki hubungan yang sangat erat dalam mempertahankan keseimbangan cairan
dan tekanan darah dalam tubuh dengan beberapa komponen yang yang dilakukan
dalam usaha agar tubuh tetap menjalani fungsinya masing-masing dengan baik.
Ginjal berperan penting dalam mengatur penurunan dan kenaikan tekanan darah
ketika mensekresi dan absorsi setiap makanan dan minuman yang di konsumsi.
Hormon dalam tubuh pula berperan pennting dalam menjaga keseimbangn dan
hormon tersebut di peroleh dari setiap makanan atau minuman yang di konsumsi
sehari-hari, dan pengurangan dari hormon tersebut tergatung pada aktivitas fisik
yang kita lakukan sehari-hari.
DAFTAR PUSTAKA
RAAS : “Peranya Dalam Pengaturan Tekanan & Hipertensi”. FMIPA.
Universitas Pendidikan Indonesia
Corwin, E.J. 2017 “Hipertensi” in Buku Saku Patofisiologi. EGC
Harris. Kusnanto. 2017. “Hubungan Kadar Gula Darah dengan Tekanan Darah
pada Pasien Diabetes Melitus Tipe 2”. FK USU
Ganong. Fisiologi Kedokteran. Edisi 14
Guyton and Hall “Buku Ajar Fisiologi Kedokteran”
Download