permendagri no 52/2015 ttg pedoman penyusunan apbd tahun

advertisement
SOSIALISASI
PERMENDAGRI NO 52/2015
TTG PEDOMAN PENYUSUNAN APBD TA 2016
O L E H:
MUKJIZAT,S.Sos, M.Si
DIREKTORAT PERENCANAAN ANGGARAN DAERAH
DIREKTORAT JENDERAL BINA KEUANGAN DAERAH
KEMENTERIAN DALAM NEGERI
TAHUN 2015
DASAR HUKUM
PEDOMAN PENYUSUNAN APBD TA 2015
 Pasal 34 ayat (2) PP 58 Tahun 2005 tentang
Pengelolaan Keuangan Daerah;
 Pasal 83 PMDN 13 Tahun 2006 sebagaimana
diubah dgn PMDN 59 Tahun 2007 terakhir
PMDN No 21 Tahun 2011.
SINKRONISASI
KEBIJAKAN PEMERINTAH
DAERAH DENGAN
KEBIJAKAN PEMERINTAH
PRINSIP
PENYUSUNAN APBD
SUBSTANSI
PENGATURAN
KEBIJAKAN
PENYUSUNAN APBD
TEKNIS
PENYUSUNAN APBD
HAL-HAL KHUSUS
LAINNYA
3
PROSES PENYUSUNAN RPJPD, RPJMD, RKPD, KUA, PPAS DAN APBD
(UU 17/2003, UU 25/2004 UU 23/2014, PP 8/2008)
Diacu
RPJPD
20 tahun
RPJMD
Renstra
SKPD
dijabarkan
pedoman
Renja
SKPD
20 tahun
pedoman
Diperhatikan
pedoman
5 tahun
pedoman
RPJPN
5 tahun
5 tahun
dijabarkan
1 tahun
diacu
pedoman
RPJMN
Diserasikan dg
Musrenbang
RKPD
1 tahun
Renstra
K/L
5 tahun
RKP
diacu
pedoman
Renja
K/L
1 tahun
1 tahun
1 tahun
KUA
PPAS
NOTA KESEPAKATAN PIMPINAN
DPRD DGN KDH
RKA-SKPD
Disampaikan
Pertengahan Juni
dan Dibahas
bersama DPRD
paling lambat akhir
Juli
PEDOMAN
PENYUSUNAN
RKA-SKPD
TAPD
Disusun paling
lambat Agustus
- September
RAPERDA
APBD
disusun, dibahas dan
disetujui bersama
paling lambat
Oktober - Nopember
4
Lanjutan ….
SASARAN YANG HARUS DICAPAI
TAHUN 2016
 Pertumbuhan ekonomi ditargetkan
untuk tumbuh sebesar 6,6%;
 Inflasi ditargetkan pd kisaran 3,0-5,0%;
 Jumlah penduduk miskin berkisar
antara 9,0-10,0%;
 Tingkat
pengangguran
terbuka
diperkirakan sebesar 5,2-5,5%.
Sinkronisasi Kebijakan Pemerintah Daerah
dan Pemerintah
PENYUSUNAN
RANC. KUA &
PPAS
R. APBD TA 2016
KUA dan
PPAS Provinsi
Tahun 2016
RKPD
PROV
TA 2016
RKP
TA 2016
KUA dan
PPAS
Kab/Kota
Tahun 2016
RKPD
Kab/Kota
TA 2016
RKP &
RKPD Prov
TA 2016
PRINSIP PENYUSUNAN APBD
Sesuai Dgn Kebutuhan Penyelenggaraan Pemerintahan
Daerah Berdasarkan Urusan Dan Kewenangannya
Tertib, taat pada ketentuan peraturan per UU an, efisien, ekonomis,
efektif, bertanggung jawab dengan memperhatikan rasa keadilan,
kepatutan dan manfaat untuk masyarakat
Tepat Waktu
Transparan
Partisipatif
Tidak Bertentangan Dgn Kepentingan Umum, Peraturan
Yang Lebih Tinggi Dan Peraturan Daerah Lainnya
KEBIJAKAN PENYUSUNAN APBD
PAJAK DAERAH DAN RETRIBUSI DAERAH
Penganggaran
Penetapan target
Pajak daerah dan Retribusi daerah
didasarkan
 data potensi pajak daerah
dan retribusi daerah di
masing-masing pemerintah
provinsi dan pemerintah
kabupaten/kota
 perkiraan
pertumbuhan
ekonomi pada Tahun 2016
yang
berpotensi
terhadap
target
pendapatan
pajak
daerah dan retribusi daerah
 realisasi penerimaan pajak
daerah dan retribusi daerah
tahun sebelumnya
9
HASIL PENGELOLAAN KEKAYAAN DAERAH YANG DIPISAHKAN
Penganggaran
Memperhatikan rasionalitas dgn memperhitungkan nilai
kekayaan daerah yg dipisahkan dan memperhatikan perolehan
manfaat ekonomi, sosial dan/atau manfaat lainnya dalam
jangka waktu tertentu, dgn berpedoman pada Permendagri No
52 Tahun 2012 ttg Pedoman Pengelolaan Investasi Daerah.
Rasionalitas
 Bagi
perusahaan
daerah
yang
menjalankan fungsi pemupukan laba
(profit
oriented)
adalah
mampu
menghasilkan
keuntungan
atau
deviden dalam rangka meningkatkan
PAD; dan
 Bagi
perusahaan
daerah
yg
menjalankan fungsi kemanfaatan
umum (public service oriented) adalah
mampu meningkatkan baik kualitas
maupun cakupan layanan dalam
rangka meningkatkan kesejahteraan
masyarakat.
10
Lanjutan…
Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah Yg Dipisahkan yg belum
menunjukkan kinerja yg memadai (performance based)
Tidak Untung
harus melakukan langkah-langkah
penyehatan perusahaan daerah
Efisiensi, Rasionalisasi, Restrukturisasi sampai dgn pilihan untuk
melakukan penjualan aset (disposal) sesuai ketentuan peraturan
per UU an, dgn terlebih dulu melakukan proses due dilligence melalui
lembaga appraisal yg certified terkait hak dan kewajiban perusahaan
daerah.
Upaya hukum atas penyertaan modal tersebut, mengingat
seluruh/sebagian aset dan kekayaan perusahaan dimaksud tetap
merupakan kekayaan pemda yg tercatat dalam ikhtisar laporan
keuangan perusahaan dimaksud sebagai salah satu lampiran Laporan
Keuangan Pemerintah Daerah.
Dan/atau
LAIN-LAIN PAD YANG SAH
Penganggaran

Pendapatan hasil pengelolaan dana bergulir sbg salah satu bentuk investasi
jangka panjang non permanen, dianggarkan pada akun pendapatan, kelompok
PAD, jenis Lain-lain PAD Yang Sah, obyek Hasil Pengelolaan Dana Bergulir,
rincian obyek Hasil Pengelolaan Dana Bergulir dari Kelompok Masy Penerima.
Pendapatan bunga atau jasa giro dari dana cadangan, dianggarkan pada akun
pendapatan, kelompok PAD, jenis Lain-lain PAD Yang Sah, obyek Bunga atau Jasa
Giro Dana Cadangan, rincian obyek Bunga atau Jasa Giro Dana Cadangan sesuai
peruntukannya.


Pendapatan dana kapitasi JKN pada FKTP milik pemda yg belum
menerapkan PPK-BLUD mempedomani Perpres 32/2014 ttg Pengelolaan
dan Pemanfaatan Dana Kapitasi JKN pada FKTP Milik Pemda dan SE MDN
No 900/2280/SJ tgl 5 Mei 2014 Hal Petunjuk Teknis Penganggaran,
Pelaksanaan dan Penatausahaan serta Pertanggungjawaban Dana Kapitasi
JKN pada FKTP Milik Pemda.
Pendapatan atas denda pajak daerah dan retribusi daerah dianggarkan pada
akun pendapatan, kelompok PAD, jenis Lain-Lain PAD Yang Sah dan
diuraikan ke dalam obyek dan rincian obyek sesuai kode rek berkenaan.

12
PENDAPATAN DAERAH
Dana Perimbangan
Penganggaran
DBH
DAU
DAK
13
DANA BAGI HASIL (DBH)
Penganggaran
Pendapatan DBH-Pajak yang terdiri atas DBH-PBB selain PBB
Perkotaan dan Perdesaan, DBH-PPh dan DBH-CHT dianggarkan sesuai
Peraturan Presiden mengenai Rincian APBN TA 2016 atau PMK
mengenai Perkiraan Alokasi DBH-Pajak TA 2016.
Apabila Peraturan Presiden atau PMK dimaksud belum ditetapkan,
penganggaran pendapatan dari DBH-Pajak didasarkan pada:
 Realisasi pendapatan DBHPajak 3 tahun terakhir yaitu
Tahun Anggaran 2014, Tahun
Anggaran 2013 dan Tahun
Anggaran 2012; atau
 Informasi
resmi
dari
Kementerian
Keuangan
mengenai daftar alokasi
transfer ke daerah TA 2016.
14
Lanjutan ….
Dalam hal Peraturan Presiden atau PMK ttg perkiraan
alokasi DBH-Pajak dan DBH-CHT terdapat perubahan
dan ditetapkan setelah perda ttg APBD TA 2016
ditetapkan, maka Pemda harus menyesuaikan alokasi
DBH-Pajak dan DBH-CHT dimaksud pada Perda ttg PAPBD TA 2016 atau dicantumkan dalam LRA bagi Pemda
yang tidak melakukan P-APBD TA 2016.
Penggunaan DBH-CHT diarahkan untuk meningkatkan
kualitas bahan baku, pembinaan industri, pembinaan
lingkungan sosial, sosialisasi ketentuan dibidang cukai
dan/atau pemberantasan barang kena cukai palsu sesuai
dgn amanat dalam Pasal 66C UU No 39 Tahun 2007 ttg
Perubahan atas UU No 11 Tahun 1995 ttg Cukai dan
PMK yang dijabarkan dengan keputusan gubernur.
15
Lanjutan ….
Penganggaran
Pendapatan DBH-SDA, yang terdiri dari DBH-Kehutanan, DBH-Pertambangan
Mineral dan Batubara, DBH-Perikanan, DBH-Minyak Bumi, DBH-Gas Bumi,
dan DBH-Pengusahaan Panas Bumi dianggarkan sesuai Peraturan Presiden
mengenai Rincian APBN Tahun 2016 atau Peraturan Menteri Keuangan
m e n g e n a i A l o k a s i D B H - S D A Ta h u n A n g g a r a n 2 0 1 6 .
Apabila Peraturan Menteri Keuangan dimaksud belum ditetapkan,
penganggaran pendapatan dari DBH-SDA didasarkan pada:
 Realisasi pendapatan DBH-SDA 3 tahun
terakhir, yaitu TA 2014, TA 2013 dan TA
2012, dgn mengantisipasi kemungkinan
tidak stabilnya harga dan hasil produksi
minyak bumi dan gas bumi TA 2016;
 Adanya
pengalihan
penyelenggaraan
urusan pemerintahan sbgmn diatur dalam
UU No 23 Tahun 2014 ttg Pemda; atau
 Informasi
resmi
dari
Kementerian
Keuangan
mengenai daftar alokasi
transfer
ke
daerah
TA 2016.
16
Lanjutan ….
 Dalam hal Perpres atau PMK mengenai Alokasi DBH-SDA
diluar Dana Reboisasi yg merupakan bgn dari DBHKehutanan dimaksud terdpt perubahan dan ditetapkan
setelah perda ttg APBD TA 2016 ditetapkan:
 Pemda harus menyesuaikan alokasi DBH-SDA dimaksud
pada perda ttg P-APBD TA 2016 atau dicantumkan dalam
LRA bagi pemda yg tidak melakukan P-APBD TA 2016.
 Apabila terdapat pendapatan lebih DBH-SDA diluar Dana
Reboisasi TA 2016 seperti pendapatan kurang salur tahuns
sebelumnya atau selisih pendapatan TA 2015:
 pendapatan lebih tersbt dianggarkan dlm perda ttg P-APBD
TA 2016 atau dicantumkan dlm LRA bagi pemda yg tdk
melakukan P-APBD TA 2016 dgn terlebih dahulu melakukan
perubahan perkada ttg penjabaran APBD TA 2016,selanjutnya
17
diberitahukan kepada Pimpinan DPRD.
Lanjutan ….
 Dalam rangka optimalisasi penggunaan DBH-DR
tahun-tahun anggaran sebelumnya yg belum
dimanfaatkan dan masih ada di rekening kas
umum daerah kab/kota s.d akhir TA 2015:
 Pemerintah Kab/Kota menganggarkan kembali
dalam Perda ttg APBD TA 2016 atau Perda ttg PAPBD TA 2016 untuk menunjang program dan
kegiatan yg terkait dgn rehabilitasi hutan dan lahan
dengan berpedoman pada peraturan per-UU-an.
18
Lanjutan ….
Pelaksanaan rehabilitasi hutan dan lahan oleh
Pemerintah Kab/Kota tsb dilakukan sampai
berakhirnya TA 2016 sesuai SE Mendagri No
120/253/SJ tgl 16 Jan 2015 ttg Penyelenggaraan Urusan
Pemerintahan Setelah Ditetapkannya Undang-Undang
Nomor 23 Tahun 2014.
Pendapatan yg berasal dari DBH-Migas wajib
dialokasikan
untuk
menambah
anggaran
pendidikan dasar yg besarannya adalah 0,5% dari
total DBH-Migas sbgmn diamanatkan dalam Pasal 25
PP No 55 Tahun 2005 ttg Dana Perimbangan.
19
Lanjutan ….
DBH-PAJAK
DBH-CHT
DBH-SDA
Didasarka
n
Informasi resmi dari Kementerian Keuangan mengenai
Daftar Perkiraan Alokasi Transfer ke Daerah TA 2016 dengan
mempedomani ketentuan per-UU-an.
20
Lanjutan ….
DBH-PAJAK
DBH-CHT
DBH-SDA
Didasarka
n
Informasi resmi dari Kementerian Keuangan mengenai
Daftar Perkiraan Alokasi Transfer ke Daerah TA 2016 dengan
mempedomani ketentuan per-UU-an.
21
DANA ALOKASI UMUM (DAU)
DAU
Perpres
belum
ditetapka
n
Alokasi DAU daerah
provinsi, kabupaten dan
kota TA 2016 yang
diinformasikan
secara
resmi oleh Kementerian
Keuangan; atau
Perpres ttg DAU
Daerah Provinsi,
Kabupaten,
dan
Kota TA 2016
22
Lanjutan…
Perpres atau
Informasi
Kemenkeu belum
terbit
Penganggaraan
DAU
didasarkan pada alokasi
TA 2015.
DAU
Perpres atau
Informasi
Kemenkeu
terbit setelah
Perda
Pemda harus menyesuaikan
alokasi DAU pada perda
tentang P-APBD TA 2016
atau dicantumkan dalam
LRA bagi pemda yang tidak
melakukan P-APBD TA 2016.
23
DANA ALOKASI KHUSUS (DAK)
DAK dan/atau DAK Tambahan
didasarkan
(Perpres mengenai Rincian APBN TA 2016 atau
PMK mengenai Alokasi DAK TA 2016)
Perpres atau PMK
Belum
Ditetapkan
Perpres atau PMK
terbit setelah
Perda
Alokasi DAK daerah prov, kab dan
kota TA 2016 yg diinformasikan
secara resmi oleh Kemenkeu
setelah RUU ttg APBN TA 2016
disetujui bersama antr Pemerintah
dan DPR-RI
Pemda harus menyesuaikan alokasi DAK
dimksd dgn melakukan Perbhn Perkada
ttg penjabrn APBD TA 2016 dgn
pemberitahuan kpd Pimpinan DPRD,
untuk ditampung dlm Perda ttg P-APBD
TA 2016 atau dicantumkan dlm LRA bagi
pemda yg tdk melakukn P-APBD TA 2016.
Penyediaan dana pendamping/sebutan lainnya hanya
diperkenankan untuk kegiatan yg telah diwajibkan oleh
pertrn per-UU-an.
24
LAIN-LAIN PENDAPATAN DAERAH YANG SAH
Dana Bantuan Operasional Sekolah (BOS)
Tunjangan Profesi Guru (TPG)
Dana Otonomi Khusus, Dana Tambahan
Infrastuktur
Dana Keistimewaan (DIY)
Dana Insentif Daerah
Dana Desa dan Desa Adat
25
Lanjutan ....
Dana Transfer Lainnya
Pendapatan Bagi Hasil Pajak Daerah
Hibah
Sumbangan Pihak Ketiga
Dana Darurat
26
Lanjutan ....
BOS
Perpres atau
PMK belum
ditetapkan
didasarkan
Perpres
mengenai
rincian APBN TA 2016
atau PMK mengenai
Pedoman Umum dan
Alokasi Dana Bantuan
BOS TA 2016
Perpres atau
PMK terbit stlh
perda
ditetapkan
Penganggaraan dana BOS
didasarkan pada alokasi
dana BOS TA 2015.
Pemda harus menyesuaikn
alokasi Dana BOS dimksd
dgn
terlebih
dahulu
melakn perubhn Perkada
ttg penjabrn APBD TA 2016
dgn pemberitahuan kpd
Pimpinan DPRD, untuk
ditampung dlm Perda ttg
P-APBD TA 2016 atau
dicantumkan dlm LRA
bagi pemda yg tdk melakn
P-APBD TA 2016.
27
Lanjutan ....
TPG
Tambahan Penghsln guru
Perpres atau
PMK belum
dittpkn
didasarkan
Perpres
mengenai
rincian APBN TA 2016
atau PMK mengenai
Pedoman Umum dan
Alokasi TPG PNSD
TA 2016
Perpres atau PMK
terbit setelah
perda ditetapkan
Penganggaraan
TPG
didasarkan pada alokasi
TPG TA 2015 dengan
memperhatikan
realisasi
TA 2014.
Pemda harus menyesuaikan
alokasi TPG dgn terlebih dahulu
melakukan perubahan Perkada
ttg penjabaran APBD TA 2016
dgn
pemberitahuan
kpd
Pimpnn
DPRD,
untuk
selanjutnya ditampung dlm
Perda ttg P-APBD TA 2016 atau
dicantumkan dlm LRA bagi
pemda yg tdk melakukn PAPBD TA 2016.
28
Lanjutan ....
OTSUS
Perpres atau
PMK belum
dittpan
Penganggaraan didasarkn
pada alokasi dana otsus
TA 2015 dgn memperhtkn
realisasi TA 2014.
Perpres atau PMK
terbit setelah
Perda ditetapkan
Pemda harus menyesuaikan
alokasi dana otsus dgn terlebih
dahulu melakukan Perubahan
Perkada ttg penjabaran APBD
TA 2016 dgn pemberitahuan
kepada
Pimpinan
DPRD,
untuk ditampung dlm Perda
ttg P-APBD TA 2016 atau
dicantumkn dlm LRA bagi
pemda yg tidak melakukan PAPBD TA 2016.
didasarkan
Perpres
mengenai
Rincian APBN TA 2016
atau PMK mengenai
Pedoman Umum dan
Alokasi Dana Otsus
TA 2016
29
Lanjutan ....
DBH-Migas
Perpres atau
PMK belum
ditetapkan
Penganggaraan didasarkn
pd alokasi Dana Tambahn
DBH-Migas TA 2015 dgn
memperhatikan realisasi
TA 2014.
didasarkan
Perpres
mengenai
Rincian APBN TA 2016
atau PMK mengenai
Alokasi
Dana
Tambahan DBH-Migas
TA 2016
Perpres atau PMK
terbit setelah
Perda ditetapkan
Pemda
harus
menyesuaikan
alokasi Dana Tambahan DBHMigas
dgn
terlebih
dahulu
melakukan perubahan Perkada ttg
penjabaran APBD TA 2016 dgn
pemberitahuan kepada Pimpinan
DPRD, untuk ditampung dalam
Perda tentang P-APBD TA 2016
atau dicantumkan dalam LRA bagi
pemda yang tidak melakukan PAPBD TA 2016.
30
Lanjutan ....
Perpres atau
PMK belum
dittpkn
Dana
Tambahan
Infrastruktur
Perpres/PM
K terbit
setelah
Perda
dittpan
 Informasi
resmi
oleh
Kemkeu; atau
 SE Menkeu stlh RUU ttg
APBN TA 2015 disetujui
bersm antara Pemrth dan
DPR-RI
Pemda harus menyesuaikan
alokasi
Dana
Tambahan
Infrastruktur dgn terlebih dahulu
melakukan Perbhn Perkada ttg
penjabrn APBD TA 2016 dgn
pemberitahuan kpd Pimp DPRD,
utk ditampung dlm Perda ttg PAPBD TA 2016 atau dicantumkn
dlm LRA bagi pemda yg tdk
melakn P-APBD TA 2016.
31
Lanjutan ....
Dana Tambahan Infrastruktur
Pendapatan Provinsi Papua dan Papua Barat yg bersumber dari
DTI dlm rangka otsus yg besarnya ditetapkan antara
Pemerintah dan DPR-RI berdasarkan usulan Provinsi pada
setiap TA spy digunakan terutama untuk pembiayaan
Pembangunan Infrastruktur. Hal ini dimaksudkan agar
sekurang-kurangnya dlm 25 tahun seluruh kota-kota Provinsi,
Kab/Kota, Distrik atau pusat-pusat penduduk lainnya
terhubungkan dgn transportasi darat, laut atau udara yg
berkualitas, sehingga Provinsi Papua dan Papua Barat dapat
melakukan
aktivitas
ekonominya
secara
baik
dan
menguntungkan sbgi bagian dari sistem perekonomian
nasional dan global, sbgmn diamanatkan dlm UU 21/2001.
32
Lanjutan ....
DANA DESA
DAN DESA ADAT
Per-UU-an
yang
mengatur mengenai
alokasi APBN yang
diperuntukan bagi
desa dan desa adat
Pendapatan
yg
diperuntkan bagi desa
dan
desa
adat
yg
bersumber dari APBN
dalam rangka membiayai
penyelenggraan
pemerinth, pembangunan
serta
pemberdy
masyarakat,
dan
kemasyaraktn
sbgmn
diatur dalam Psl 72 ayat
(1) huruf b dan ayat (2) UU
No 6 Tahun 2014 ttg Desa,
dianggarkan dlm APBD
pemrth kab/kota TA 2016. 33
Lanjutan ....
DANA DESA
Perpres/PMK
Belum
Ditetapkan
didasarkan
Perpres
mengenai
Rincian APBN TA 2016
atau PMK mengenai
Alokasi Dana Desa TA
2016
Perpres atau
PMK terbit
setelah perda
ditetapkan
Penganggaraan didasarkan
pada alokasi Dana Desa TA
2015
Pemda harus menyesuaikan
alokasi Dana Desa dgn terlebih
dahulu melakukan perubahan
Perkada ttg penjabaran APBD
TA 2016 dgn pemberitahuan
kepada Pimpinan DPRD, untuk
selanjutnya ditampung dalam
Perda tentang P-APBD TA 2016
atau dicantumkan dalam LRA
bagi
pemda
yang
tidak
melakukan P-APBD TA 2016.
34
Lanjutan ....
DANA
TRANSFER
LAINNYA
didasarkan
Perpres mengenai Rincian
APBN TA 2016 atau PMK
mengenai
Pedoman
Umum dan Alokasi Dana
Transfer Lainnya TA 2016
Perpres /PMK
terbit setelah
perda
ditetapkan
Pemda harus menyesuaikan
alokasi Dana Transfer Lainnya
dgn terlebih dahulu melkukan
Perubahan
Perkada
ttg
Penjabaran APBD TA 2016 dgn
pemberithn kpd Pimp DPRD,
untuk selanjutnya ditampung
dlm Perda ttg P-APBD TA
2016 atau dicantumkan dlm
LRA bagi pemda yg tidak
melakukan P-APBD TA 2016.
Penggunaan
Pendapatan Pemerintah Prov/Kab/Kota yg bersumber dari dana
transfer lainnya, penggunaannya harus berpedoman pd masings
Peraturan/Petunjuk Teknis yg melandasi penerimaan dana transfer
lainnya dimaksud.
35
Lanjutan ....
Pendapatan Bagi Hasil Pajak Daerah
 Penganggaran pendaptn kab/ kota
yg bersumber dari Bagi Hasil
Pajak Daerah yg diterima dari
pemprov didasarkan pd alokasi
belanja BHPD dr pemprov TA 2016.
 Dalam hal penetapan APBD
kab/kota TA 2016 mendahului
penetapan APBD prov TA 2016,
penganggrannya didasarkan pd
alokasi BHPD TA 2015 dgn
memperhatikan realisasi BHPD TA
2014,
sdgkn
bagian
pemrth
kab/kota yg belum direalisasikan
oleh pemprov akibat pelampauan
target TA 2015, ditampung dlm
perda ttg P-APBD TA 2016 atau
dicantumkan dlm LRA bagi pemda
yg tdk melkukan P-APBD TA 2016.
Sumbangan Pihak Ketiga
Penganggaran pendapatan
yg
bersumber
dari
sumbangan pihak ketiga,
baik dari badan, lembaga,
organisasi
swasta
dlm
negeri, kelompok masyarkt
maupun perorangan yg
tidak mengikat dan tidak
mempunyai
konsekuensi
pengeluaran atau pengurgn
kewajiban pihak ketiga atau
pemberi
sumbangan,
dianggarkan dalam APBD
setelah adanya kepastian
pendapatan.
36
Lanjutan...
 Pemerintah
 Pemda Lainnya
HIBAH
 Pihak Ketiga
 Badan
 Lembaga
 Org. Swasta
 Kelompok
Masyarakat
Dianggarkan dalam
APBD setelah adanya
kepastian pendapatan
PERJANJIAN
HIBAH
Perjanjian
Hibah
Antara KDH/Pejabat
Yg
Diberi
Kuasa
Selaku Pemberi Dgn
KDH/Pejabat
Yang
Diberi Kuasa Selaku
Penerima,
Sdgkan
Untuk
Penerimaan
Hibah Yg Bersumbr
Dari Pihak Ketiga Juga
Didasarkan
Pada
Perjanjian
Hibah
Antara Pihak Ketiga
Selaku Pemberi Dgn
KDH /Pejabat Yang
Diberi Kuasa Selaku
Penerima
Lanjutan...
Pendapatan daerah yg bersumber dr bankeu,
bersifat umum/khusus yg diterima dr pemrth
prov atau pemrth kab/kota lainnya dianggarkn
dlm APBD penerima bantuan, sepanjang sdh
dianggarkan dlm APBD pemberi bantuan.
BANTUAN
KEUANGAN
P
e
n
g
g
a
r
a
n
Apabila pendapatan daerah yg bersumber dari bankeu
tersebut diterima setelah perda ttg APBD TA 2016
ditetapkan,
maka
pemerintah
daerah
harus
menyesuaikan alokasi bankeu dimaksud pada perda ttg
P-APBD TA 2016 atau dicantumkan dalam LRA bagi
pemerintah daerah yg tidak melakukan Perubahan
APBD TA 2016.
Dalam hal bankeu khusus diterima setelah
Perda ttg APBD TA 2016 ditetapkan, maka
pemda harus menyesuaikan alokasi bankeu
dimksd dgn terlebih dahulu melakukan
perubahan Perkada ttg Penjabaran APBD TA
2016 dgn pemberitahuan kpd Pimp DPRD,
untuk ditampung dlm Perda ttg P-APBD TA
2016 atau dicantumkan dlm LRA yg tidak
melakukan P-APBD TA 2016.
Lanjutan ....
DANA
DARURAT
DARI
PEMERINTAH
didasarkan
Perpres
mengenai
Rincian APBN TA 2016
atau PMK mengenai
Alokasi Dana Darurat
TA 2016
Perpres /PMK
terbit setelah
perda
ditetapkan
Pemda harus menyesuaikan
alokasi Dana Darurat dgn
terlebih dahulu melakukan
Perubhn
Perkada
ttg
Penjbrn APBD TA 2016 dgn
pembrthn kpd Pimp DPRD,
utk seljtnya ditampung dlm
Perda ttg P-APBD TA 2016
atau dicntmkn dlm LRA bagi
pemda yg tdk melakukan PAPBD TA 2016.
Penggunaan
Dana darurat diberikan pada tahap pasca bencana untuk
mendanai perbaikan fasilitas umum untuk melayani masyarakat
sbgmn ditegaskan dlm Psl 296 ayat (3) ayat (4) UU No 23/2014.
39
BELANJA DAERAH
Belanja Tidak Langsung
40
Lanjutan ….
BELANJA PEGAWAI
Penganggaran
 Gaji Pokok dan Tunjangan PNSD disesuaikan pertrn
Per UU an serta memperhitungkan rencana kenaikan
gaji pokok dan tunjangan PNSD serta pemberian gaji
ketiga belas
Pengangkatan Calon PNSD sesuai formasi Tahun 2016
Kenaikan gaji berkala, kenaikan pangkat, tunjangan
keluarga dan mutasi pegawai memperhitungkan acress
yg besarnya maksimum 2,5% dari jumlah belanja
pegawai untuk gaji pokok dan tunjangan
Lanjutan .....
 Penyelenggaraan
jaminan
kesehatan
bagi
KDH/WKDH, Pimpinan dan Anggota DPRD serta
PNSD mempedomani UU 40/2004, UU 24/2011 dan
Perpres 12/2013.
Terkait hal tersebut, pengembangan cakupan di luar
yg disediakan oleh BPJS, tidak diperkenankan
untuk dianggarkan dalam APBD
 Jaminan kecelakaan kerja dan kematian bagi KDH/Wk
KDH, Pimpinan dan Anggota DPRD serta PNSD
dibebankan pada APBD, mempedomani UU 40/2004,
UU 24/2011, PP 84/2013 dan Perpres 109/2013
Lanjutan .....
 Tambahan PNSD harus memperhatikan kemampuan
keuangan daerah dengan persetujuan DPRD
 Penganggaran Insentif Pemungutan Pajak Daerah dan
Retribusi Daerah mempedomani PP 69/2010 ttg Tata Cara
Pemberian dan Pemanfaatan Insentif Pemungutan Pajak
Daerah dan Retribusi Daerah.
 Tunjangan profesi guru PNSD dan dana tambahan
penghasilan guru PNSD yang bersumber dari APBN
Belanja Bunga
 Bagi daerah yg belum memenuhi kewajiban pembayaran
bunga pinjaman, baik jangka pendek, jangka menengah,
maupun
jangka
panjang
supaya
dianggarkan
pembayarannya dalam APBD TA 2016.
Belanja Subsidi
 Pemerintah daerah dapat menganggarkan belanja subsidi kepada
Perusahaan/lembaga tertentu yg menyelenggarakan pelayanan
Publik, a.l dalam bentuk penugasan pelaksanaan Kewajiban
Pelayanan Umum (Public Service Obligation). Belanja Subsidi tsb
hanya diberikan kepada Perusahaan/ Lembaga tertentu agar
harga jual dari hasil produksinya terjangkau oleh
masyarakat yang daya belinya terbatas. Perusahaan/Lembaga
tertentu yang diberi subsidi tsb menghasilkan produk yang
merupakan kebutuhan dasar dan menyangkut hajat hidup org
banyak.
 Sebelum belanja subsidi tsb dianggarkan dalam APBD TA 2016,
perusahaan/lembaga Penerima Subsidi Harus terlebih dahulu
dilakukan AUDIT sesuai dgn ketentuan pemeriksaan pengelolaan dan
tanggungjwb keuangan negara sbgmn diatur dlm Psl 41 PMDN 13/2006,
telah diubah dgn PMDN 21/2011.
BELANJA BAGI HASIL PAJAK
Penganggaran DBH Pajak Daerah yg bersumber dari
Pendapatan Pemerintah Provinsi kepada Pemerintah
Kab/Kota Harus mempedomani UU 28/2009. Tata cara
penganggaran DBH harus memperhitungkan rencana
pendaptn pajak daerah pada TA 2016, sedangkan
pelampauan target TA 2015 yg belum direalisasikan
kpd Pemerintah Kab/Kota ditampung dlm P-APBD TA
2016 atau dicantmkn dlm LRA bagi pemda yg tidak
melakukan P-APBD TA 2016.
Penganggaran dana bagi hasil yg bersumber dari
retribusi daerah dilarang untuk dianggarkan dlm APBD
Thn 2016 sbgmn maksud Psl 94 UU No 28/2009 dan Psl
18 ayat (2) PP No 58 Thn 2005.
Lanjutan....
 Dalam rangka pelaksanaan Pasal 72 ayat (1) huruf c
dan ayat (3) Undang-Undang No 6 Tahun 2014,
Pemerintah Kab/Kota Menganggarkan Belanja Bagi
Hasil Pajak Daerah dan Retribusi Daerah kpd
Pemerintah Desa Paling Sedikit 10% dari Pajak Daerah
dan Retribusi Daerah Kab/Kota.
BELANJA HIBAH DAN BANTUAN SOSIAL
 Penganggaran belanja Hibah dan Bansos yg bersumber dari APBD
mempedomani Peraturan Kepala Daerah yg telah disesuaikan dgn
UU 23/2014 dan PMDN 32/2011,telah diubah PMDN 39/2012, serta pert
per UU an lain di bidang hibah dan bansos.
Pasal 298 UU No 23/2014
 Ayat (1) Belanja Daerah diprioritaskan untuk mendanai
Urusan Pemerintahan Wajib yg terkait Pelayanan Dasar
yg ditetapkan dgn SPM.
 Ayat (4) Belanja hibah dan bantuan sosial dianggarkan
dalam APBD sesuai dgn kemampuan keuangan Daerah
setelah memprioritaskan pemenuhan belanja Urusan
Pemerintahan Wajib dan Urusan Pemerintahan
Pilihan, kecuali ditentukan lain dalam ketentuan
peraturan perundang-undanga
Lanjutan ….
BELANJA BANTUAN
KEUANGAN
Pemerintah
Daerah
Lainnya
pengangga
aran
Kesenjangan Fiskal
Pelaksanaan urusan pemda yg
tdk tersedia alokasi dananya
Menerima manfaat
 Belanja Bankeu dari pemda kpd pemda lainnya dapat dianggrkn dlm
APBD sesuai dgn kemampuan keuda setelah alokasi belanja yg
diwajbkn oleh pert per UU an dipenuhi pemda dlm APBD TA 2016.
 Pemberian bankeu dpt bersifat umum/khusus. Bankeu yg bersifat
umum digunakan untuk mengatasi kesenjangan fiskal dgn
menggunakan formula a.l variabel: pendaptn daerah, jumlah
penduduk, jumlah penduduk miskin dan luas wilayah yg
ditetapkan dgn Perkada. Bankeu yg bersifat khusus digunakan
untuk membantu capaian kinerja program prioritas pemda
penerima banken sesuai dgn urusan pemeth yg menjadi
kewenangan penerima bantuan. Pemanfaatan bankeu yg bersifat
khusus ditetpkn terlebih dahulu oleh Pemberi Bantuan.
Lanjutan ….
Partai Politik
 Bantuan keuangan kepada partai politik harus
dialokasikan dalam APBD TA 2016 dan dianggarkan pada
jenis belanja bantuan keuangan, obyek belanja bankeu
kepada partai politik dan rincian obyek belanja nama partai
politik penerima bankeu. Besaran penganggaran bankeu
kepada partai politik berpedoman kpd Permendagri No
24/2009 ttg Pedoman Tata Cara Penghitungan, Penganggran
Dalam APBD,
Pengajuan, Penyaluran, dan Laporan
Pertanggungjawaban Penggunaan Bankeu Partai Politik
sbgmn telah diubah dgn Permendagri No 26/2013 ttg
Perubahan Atas Permendagri No 24/2009 ttg Pedoman Tata
Cara Penghitungan, Penganggaran Dalam APBD,
Pengajuan, Penyaluran, dan Laporan Pertanggungjawaban
Penggunaan Bantuan Keuangan Partai Politik.
Pasal 72 ayat (1) huruf b dan ayat (2) UU 6/2014
Pasal 95 PP 43/2014
Pemerintah Kab/Kota
menganggarkan
Alokasi dana untuk desa
dan desa adat dari APBN
dlm jenis belanja Benkeu
kpd Pemerintah Desa utk
membiayai penyelenggran
pemtahan, pembgn serta
pemberdayaan masyrkt,
dan kemasyrktn
ADD untuk pemerintah
desa dalam jenis belanja
bantuan keuangan kepada
pemerintah desa paling
sedikit 10% dari dana
perimbangan yg diterima
setelah dikurangi DAK
Pasal 72 UU No 6/2014
1) Alokasi anggaran bersumber dari Belanja Pusat dgn
mengefektifkan program yg berbasis Desa secara merata
dan berkeadilan.
2) Bagian hasil pajak daerah dan retribusi daerah paling
sedikit 10% dari pajak/retribusi daerah.
3) Alokasi 10% dari dana perimbangan yg diterima Kab/Kota
dalam APBD setelah dikurangi DAK.
4) Dalam rangka pengelolaan Keu Desa, Kedes melimpahkan
sbg kewenangan kpd perangkat Desa yg ditunjuk.
5) Bagi Kab/Kota yang tidak memberikan alokasi
dana Desa Pemerintah dapat melakukan
penundaan dan/atau pemotongan sebesar alokasi
dana perimbangan setelah dikurangi DAK yang
seharusnya disalurkan ke Desa.
BELANJA LANGSUNG
 Alokasi BL dalam APBD digunakan untuk pelaksanaan urusan pemerintahan konkuren
yg menjadi kewenangan daerah yg terdiri atas urusan pemerintahan wajib dan urusan
pemerintahan pilihan. Urusan pemerintahan wajib terdiri atas urusan pemerintahan
wajib yg berkaitan dgn pelayanan dasar dan urusan pemerintahan wajib yg tidak
berkaitan dgn pelayanan dasar. BL dituangkan dlm bentuk program dan kegiatan, yg
manfaat capaian kinerjanya dapat dirasakan langsung oleh masyarakat dlm rangka
peningkatan kualitas pelayanan publik dan keberpihakan pemda kepada kepentingan
publik. Penyusunan anggaran belanja untuk setiap program dan kegiatan untuk urusan
pemerintahan wajib terkait pelayanan dasar ditetapkan dengan SPM dan berpedoman
pada standar teknis dan harga satuan regional sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.
53
Belanja Pegawai
Penganggaran
 Honorarium bagi PNSD dan non PNSD memperhatikan asas kepatutan,
kewajaran dan rasionalitas dalam pencapaian sasaran program dan
kegiatan sesuai dgn kebutuhan dan waktu pelaksanaan kegiatan dalam
rangka mencapai target kinerja kegiatan dimaksud
Keberadaan PNSD dan non PNSD dalam kegiatan benarbenar memiliki peranan dan kontribusi nyata terhadap
efektifitas pelaksanaan kegiatan
Memperhatikan pemberian tambahan penghasilan bagi
PNSD dan pemberian insentif pemungutan pajak daerah
dan retribusi daerah
Tidak diperkenankan diuraikan hanya ke dalam
jenis belanja pegawai
Belanja Barang dan Jasa
O
O
O
O
Pemberian jasa narasumber/tenaga ahli dalam kegiatan dianggarkan pada jenis Belanja
Barang dan Jasa dgn menambahkan obyek dan rincian obyek belanja baru serta
besarannya ditetapkan dengan keputusan KDH.
Penganggaran uang untuk diberikan kepada pihak ketiga/masyarakat hanya
diperkenankan dalam rangka pemberian hadiah pada kegiatan yang bersifat
perlombaan atau penghargaan atas suatu prestasi.
Penganggaran belanja barang pakai habis disesuaikan dengan kebutuhan nyata yang
didasarkan atas pelaksanaan tugas dan fungsi SKPD, jumlah pegawai dan volume
pekerjaan serta memperhitungkan estimasi sisa persediaan barang TA 2015.
Pengembangan pelayanan kesehatan di luar cakupan penyelenggaraan jaminan kesehatan yg
disediakan oleh BPJS hanya diberikan kpd Kepala Daerah/Wakil KDH Pimpinan
dan Anggota DPRD. Pengembangan pelayanan kesehatan tsb hanya berupa pelayanan
Medical check up sebanyak 1 kali dalam 1 tahun, termasuk keluarga (satu istri/suami dan dua
anak) dalam rangka pemeliharaan kesehatan dan dianggarkan dalam bentuk program dan
kegiatan pada SKPD yg secara fungsional terkait dan dilaksanakan pada RSUD
setempat/Rumah Sakit Umum Pusat di daerah.
Lanjutan...
O
O
O
Penganggaran penyelenggaraan jaminan kesehatan bagi fakir miskin dan orang tidak
mampu sesuai dgn UU 40/2004, UU 24/2011, PP 101/2012 ttg Penerima Bantuan Iuran
Jaminan Kesehatan dan Perpres 12/2013 sbgmn diubah dgn Perpres 111/2013, yg tidak
menjadi cakupan penyelenggaraan jaminan kesehatan melalui BPJS yg bersumber dari
APBN, pemda dapat menganggarkannya dalam bentuk program dan kegiatan pada
SKPD yg menangani urusan kesehatan pemberi pelayanan kesehatan.
Penganggaran belanja yg bersumber dari dana kapitasi JKN pada FKTP Milik Pemda yg
belum menerapkan PPK-BLUD mempedomani Perpres 32/2014, Permenkes 19/2014
dan SE MDN Nomor 900/2280/SJ tgl 5 Mei 2014.
Dalam hal dana kapitasi tidak digunakan seluruhnya pada TA sebelumnya, dana kapitasi
tersebut harus digunakan TA berikutnya dgn tetap mempedomani Permenkes
19/2014 dan Permenkes 28/2014 dan SE MDN 900/2280/SJ tanggal 5 Mei 2014.
Penganggaran Pajak Kendaraan Bermotor dan Bea Balik Nama Kendaraan
Bermotor milik pemda dialokasikan pada masing-masing SKPD sesuai amanat
Pasal 6 ayat (3) UU 28/2009.
Lanjutan...
Pengadaan barang/jasa yg akan diserahkan kepada pihak
ketiga/masyrkt pada TA berkenaan mempedomani Psl 298 ayat (4)
dan ayat (5) UU 23/2014 dan Permendagri No 32/2011, sbgmn
telah diubah dgn Permendagri No 39/2012, serta pertr per-UU-an
lain dibidang hibah dan bansos.
O
Pengadaan barang/jasa yg akan diserahkan kepada pihak
ketiga/masyrkt pada TA berkenaan, dianggarkan pada jenis belanja
barang dan jasa. Pengadaan belanja barang/jasa yg akan
diserahkan kepada pihak ketiga/masyrkt pada TA berkenaan
dimaksud dianggarkan sebesar harga beli/bangun barang/jasa yg
akan diserahkan kepada pihak ketiga/masyrkt ditambah seluruh
belanja yg terkait dgn pengadaan/pembangunan barang/jasa sampai
siap diserahkan.
Lanjutan ….
Pasal 72 ayat (1)
huruf e UU 6/2014
dan
Pasal 98 PP 43/2014
Pemerintah
Prov/Kab/Kota
memberikan
Bantuan keuangan lainnya
kepada pemerintah desa
BELANJA TIDAK TERDUGA
Penganggaran
belanja
tidak terduga dilakukan
secara
rasional
dgn
mempertimbgkn realisasi
TA 2015 dan kemungkinan
adanya
kegiatn-kegiatan
yang sifatnya tidak dapat
diprediksi
sebelumnya,
diluar
kendali
dan
pengaruh Pemda
BTT merupakan belanja
untuk mendanai kegiatan
yg sifatnya tidak biasa
atau tidak diharapkan
terjadi berulang, seperti
kebutuhn tanggap darurat
bencana, penanggulangan
bencana alam dan bencna
sosial, yg tidak tertmpung
dlm bentuk program dan
kegiatan pada TA 2016,
termasuk
pengembalian
atas kelebihan penerimaan
daerah tahuns sebelmnya.
BELANJA LANGSUNG
 Alokasi BL dalam APBD digunakan utk pelaksanaan urusan pemrthn
konkuren yg menjadi kewenangan daerah yg terdiri atas urusan pemrthn
wajib dan urusan pemrthn pilihan. Urusan pemrthn wajib terdiri atas urusan
pemrthan wajib yg berkaitan dgn pelayanan dasar dan urusan pemrthn wajib yg
tdk berkaitan dgn pelayanan dasar. BL dituangkan dlm bentuk program dan
kegiatan, yg manfaat capaian kinerjanya dpt dirasakan langsung oleh masyrkt
dlm rangka peningkatan kualitas pelayanan publik dan keberpihakan pemda kpd
kepentingan publik. Penyusunan anggaran belanja utk setiap program dan
kegiatan untuk urusan pemrthn wajib terkait pelayanan dasar ditetapkan dgn
SPM dan berpedoman pd standar teknis dan harga satuan regional sesuai dgn
ketentuan pertrn per UU an.
60
Belanja Pegawai
Penganggaran
 Honorarium bagi PNSD dan non PNSD memperhatikan asas kepatutan,
kewajaran dan rasionalitas dalam pencapaian sasaran program dan
kegiatan sesuai dgn kebutuhan dan waktu pelaksanaan kegiatan dalam
rangka mencapai target kinerja kegiatan dimaksud
Keberadaan PNSD dan non PNSD dalam kegiatan benarbenar memiliki peranan dan kontribusi nyata terhadap
efektifitas pelaksanaan kegiatan
Memperhatikan pemberian tambahan penghasilan bagi
PNSD dan pemberian insentif pemungutan pajak daerah
dan retribusi daerah
Tidak diperkenankan diuraikan hanya ke
dalam jenis belanja pegawai
Belanja Barang dan Jasa
O
O
O
Pemberian jasa narasumber/tenaga ahli dalam kegiatan
dianggarkan pada jenis Belanja Barang dan Jasa dgn
menambahkan obyek dan rincian obyek belanja baru serta
besarannya ditetapkan dengan keputusan KDH.
Penganggaran
uang
untuk
diberikan
kepada
pihak
ketiga/masyarakat hanya diperkenankan dalam rangka
pemberian hadiah pada kegiatan yang bersifat perlombaan
atau penghargaan atas suatu prestasi.
Penganggaran belanja barang pakai habis disesuaikan dengan
kebutuhan nyata yang didasarkan atas pelaksanaan tugas dan
fungsi SKPD, jumlah pegawai dan volume pekerjaan serta
memperhitungkan estimasi sisa persediaan barang TA 2015.
Lanjutan...
O
Pengembangan pelayanan kesehatan di luar cakupan
penyelenggaraan jaminan kesehatan yg disediakan oleh BPJS
hanya diberikan kepada KDH/Wk KDH Pimpinan
dan Anggota DPRD. Pengembangan pelayanan kesehatan
tsb hanya berupa pelayanan Medical check up sebanyak 1
kali dalam 1 tahun, termasuk keluarga (satu istri/suami dan
dua anak) dalam rangka pemeliharaan kesehatan dan
dianggarkan dalam bentuk program dan kegiatan pada
SKPD yg secara fungsional terkait dan dilaksanakan pada
RSUD setempat/Rumah Sakit Umum Pusat di daerah.
Lanjutan...
O
O
Penganggaran penyelenggaraan jaminan kesehatan bagi fakir miskin
dan orang tidak mampu sesuai dgn UU 40/2004, UU 24/2011, PP
101/2012 ttg Penerima Bantuan Iuran Jaminan Kesehatan dan Perpres
12/2013 sbgmn diubah dgn Perpres 111/2013, yg tidak menjadi
cakupan penyelenggaraan jaminan kesehatan melalui BPJS yg
bersumber
dari
APBN,
pemerintah
daerah
dapat
menganggarkannya dalam bentuk program dan kegiatan
pada SKPD yg menangani urusan kesehatan pemberi pelayanan
kesehatan.
Penganggaran belanja yg bersumber dari dana kapitasi JKN pada FKTP Milik
Pemda yg belum menerapkan PPK-BLUD mempedomani Perpres 32/2014,
Permenkes 19/2014 dan SE MDN No 900/2280/SJ tgl 5 Mei 2014.
Dalam hal dana kapitasi tidak digunakan seluruhnya pada TA sebelumnya,
dana kapitasi tersebut harus digunakan TA berikutnya dgn tetap
mempedomani Permenkes 19/2014 dan Permenkes 28/2014 dan SE MDN
900/2280/SJ tgl 5 Mei 2014.
Lanjutan...
Penganggaran Pajak Kendaraan Bermotor dan Bea Balik Nama Kendaraan
Bermotor milik pemda dialokasikan pada masing-masing SKPD sesuai amanat
Pasal 6 ayat (3) UU 28/2009.
O
Pengadaan barang/jasa yg akan diserahkan kpd pihak
ketiga/masyrkt pada TA berkenaan mempedomani Psl 298 ayat (4)
ayat (5) UU 23/2014 dan Permendagri No 32/2011, sbgmn diubah
dgn Permendagri No 39/2012, serta pertr per-UU-an lain dibidang
hibah dan bansos.
Pengadaan barang/jasa yg akan diserahkan kepada pihak
ketiga/masyrkt pada TA berkenaan, dianggarkan pada jenis belanja
barang dan jasa. Pengadaan belanja brg/jasa yg akan diserahkan kpd
pihak ketiga/masyrkt pada TA berkenaan dimaksud dianggarkan
sebesar harga beli/ bangun brg/jasa yg akan diserahkan kpd pihak
ketiga/ masyrkt ditambah seluruh belanja yg terkait dgn
pengadaan/ pembangunan brg/jasa sampai siap diserahkan.
Lanjutan...
PERJALANAN DINAS
Penganggaran belanja perjalanan dinas dalam rangka kunjungan
kerja dan studi banding, baik perjalanan dinas dalam negeri
maupun perjalanan dinas luar negeri, dilakukan secara selektif,
frekuensi dan jumlah harinya dibatasi serta memperhatikan target
kinerja dari perjalanan dinas dimaksud sehingga relevan dgn
substansi kebijakan pemda. Hasil kunjungan kerja dan studi
banding dilaporkan sesuai peraturan per UU an. Khusus
penganggaran perjalanan dinas luar negeri berpedoman pada
Inpres 11/2005 tentang Perjalanan Dinas Luar Negeri dan PMDN
11/2011 tentang Pedoman Perjalanan Dinas Ke Luar Negeri Bagi
Pejabat/Pegawai di lingkungan Kemdagri, Pemerintah Daerah, dan
Pimpinan serta Anggota DPRD.
O
Lanjutan...
Dalam
rangka
memenuhi
kaidah-kaidah
pengelolaan
keuda,
penganggaran
belanja
perjadin
harus
memperhatikan
aspek
pertanggungjwbn sesuai biaya riil atau lumpsum, khususnya utk hals sbb:
1) Sewa kendaraan dalam kota dibayarkan sesuai dgn biaya riil.
Komponen sewa kendaraan hanya untuk Gub/Wagub, Bupati/Wabup,
Walikota/Wakot, Pejabat Pimp Tinggi Madya dan pejabat yg
diberikan kedudukan atau hak keuangan dan fasilitas setingkat
Pejabat Pimpinan Tinggi Madya;
2) Biaya transportasi dibayarkan sesuai dengan biaya riil;
3) Biaya penginapan dibayarkan sesuai dengan biaya riil;
4) Dalam hal pelaksana perjdin tidak menggunakan fasilitas hotel atau
tempat penginapan lainnya, kpd yg bersangkutan diberikan biaya 30%
dari tarif hotel di kota tempat tujuan sesuai dgn tingkatan pelaksana
perjin dan dibayarkan secara lumpsum.
5) Uang harian dan uang representasi dibayarkan secara lumpsum.
Standar satuan biaya untuk perjdin ditetapkan dgn Keputusan Kepala
Daerah, berdasarkan kemampuan keuda dgn memperhatikan aspek
transparansi, akuntabilitas, efisiensi, efektifitas, kepatutan dan kewajaran
serta rasionalitas sesuai kebutuhan nyata.
Lanjutan...
O
Penganggaran untuk orientasi dan pendalaman tugas berupa
pendidikan dan pelatihan, bimbingan teknis, sosialisasi, workshop,
lokakarya, seminar atau sejenisnya yg terkait dgn pengembangan
kapasitas sumber daya manusia bagi Pejabat Daerah dan Staf Pemda,
Pimpinan dan Anggota DPRD serta unsur lainnya seperti tenaga ahli
diprioritaskan
penyelenggaraannya
di
masing-masing
wilayah
provinsi/kab/kota bersangkutan.
Dalam hal terdapat kebutuhan untuk melakukan penyelenggaraan pendidikan
dan pelatihan, bimbingan teknis, sosialisasi, workshop, lokakarya, seminar atau
sejenis lainnya di luar daerah tetap dilakukan secara selektif dgn
memperhatikan aspek urgensi, kualitas penyelenggaraan, muatan substansi,
kompetensi narasumber, kualitas advokasi dan pelayanan penyelenggara serta
manfaat yg akan diperoleh guna efisiensi dan efektifitas penggunaan anggaran
daerah serta tertib anggaran dan administrasi oleh penyelenggara.
Lanjutan...
 Orientasi dan Pendalaman Tugas bagi Pimp dan Anggota DPRD Prov dan
DPRD Kab/Kota berupa pendidikan dan pelatihan pada prinsipnya
mempedomani PMDN No 57/2011 ttg Pedoman Orientasi dan Pendalaman
Tugas Anggota DPRD Prov dan DPRD Kab/Kota diubah dgn Permendagri no
34/2013 ttg Perubahan Atas PMDN No 57/2011.
Pendalaman tugas/pengembangan kapasitas Pejabat Daerah dan Staf Pemda, Pimp dan
Anggota DPRD serta unsur lainnya seperti tenaga ahli yg pelaksanaannya kurang dari
4 hari atau kurang dari 30 jam pelajaran, dpt berupa bimtek, sosialisasi, workshop,
lokakarya, seminar atau sejenis lainnya difasilitasi dan dikoordinasikan oleh Kemendagri
serta dpt bekerjasm dgn:
1. Lembg Pengabdian Masy (LPM) pd Institut Pemrthn Dalam Negeri (IPDN);
2. Badan Penelitian dan Pengembangan Kemendagri sesuai dgn tusimya;
3. Lembaga Pengabdian Masy (LPM) atau dgn nama lain pada Perguruan Tinggi yg
memiliki peminatan/spesifikasi bidang Pemerintahan, Ekonomi/ Keuda, Pembangunan,
Sosial dan Kemasyarakatan; dan/atau
4. Pihak penyelenggara lain yg berhimpun dan mendapat pembinaan dari Asosiasi
Lembaga Peningkatan Kapasitas Sumber Daya Manusia (ALPEKSI) sesuai per-UU-an.
Lanjutan...
O
O
O
 Penyediaan anggaran untuk perjalanan dinas yg mengikutsertakan non PNSD
diperhitungkan dlm belanja perjalanan dinas. Tata cara penganggaran perjalanan
dinas dimaksud mengacu pada ketentuan perjalanan dinas yg ditetapkan dgn
peraturan kepala daerah.
 Penganggaran untuk penyelenggaraan kegiatan rapat, pendidikan dan pelatihan,
bimtek, sosialisasi, workshop, lokakarya, seminar atau sejenis lainnya
diprioritaskan untuk menggunakan fasilitas aset daerah, seperti ruang rapat
atau aula yg sudah tersedia milik pemda dgn mempedomani Permen
Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi No 6/2015 ttg
Pedoman Pembatasan Pertemuan/Rapat di Luar Kantor Dalam Rangka
Peningkatan Efisiensi dan Efektifitas Kerja Aparatur.
 Penganggaran pemeliharaan barang milik daerah yg berada dalam penguasaan
pengelolaan barang, pengguna barang berpedoman pada daftar kebutuhan
pemeliharaan barang, sbgmn dimaksud dlm Psl 46 ayat (1) PP No 27/2014 ttg
Pengelolaan Barang Milik Negara/Daerah dan Psl 48 Permendagri No 17/2007 ttg
Pedoman Teknis Pengelolaan Barang Milik Daerah.
Belanja Modal
Penganggaran
Penganggaran pengadaan tanah
untuk
kepentingan
umum
mempedomani Perpres 71 /2012,
sebagaimana
telah
diubah
beberapa kali terakhir dengan
Perpres 30/2015, dan PMDN
72/2012.
Pemda harus memprioritaskan
alokasi belanja modal pada APBD TA
2016 untuk pembangunan dan
pengembgn sarana dan prasarana yg
terkait langsung dgn peningkatan
pelayanan dasar kepada masyarakat.
Penganggaran untuk barang milik daerah dilakukan
sesuai dgn kemampuan keu dan kebutuhan daerah
berdasarkan prinsip efisiensi, efektifitas, ekonomis dan
transparansi dgn mengutamakan produks dalam
negeri.
Penganggaran pengadaan dan pemeliharaan brg milik
daerah didasarkan pada perencanaan kebutuhan
brg milik daerah yg disusun dgn memperhatikan
kebutuhan pelaksanaan tusi SKPD serta ketersediaan
brg milik daerah yg ada. Selanjutnya, perencanaan
kebutuhan brg milik daerah merupakan salah satu
dasar bagi SKPD dlm pengusulan anggaran untuk
kebutuhan barang milik daerah yg baru dan angka
dasar (baseline) serta penyusunan RKA-SKPD.
Perencanaan kebutuhan brg milik daerah dimksd
berpedoman pada standar barang, standar kebutuhan
dan/atau standar harga, sbgmn diatur dlm Psl 9 ayat
(1),(2),(3) dan (4) PP 27/2014.
Khusus penganggaran untuk pembangunan gedung
dan bangunan milik daerah mempedomani Perpres
73/2011 ttg Pembangunan Bangunan Gedung Negara.
Lanjutan...
Penganggaran
Selanjutnya, untuk efisiensi penggunaan
anggaran, pembangunan gedung kantor baru
milik pemda tidak diperkenankan sesuai dgn
Surat Menkeu No S-841/ MK.02/2014 tgl 16
Des 2014 hal Penundaan/Moratorium
Pembangunan Gedung Kantor Kementerian
Negara/Lembaga,
kecuali
penggunaan
anggaran tersebut terkait langsung dgn upaya
peningkatan kuantitas dan kualitas pelayanan
publik.
Segala biaya yg dikeluarkan setelah perolehan awal
aset tetap (biaya rehabilitasi/renovasi) sepanjang
memenuhi nilai batas minimal kapitalisasi aset, dan
dpt memperpanjang masa manfaat atau yg dpt
memberikan manfaat ekonomi dimasa yg akan dtg
dlm bentuk peningkatan kapasitas, atau
peningkatan mutu produksi atau peningkatan
kinerja dianggarkan dlm belanja modal sbg
dimaksud dlm Lampiran I PSAP No 7, PP 71/2010
dan Psl 53 PMDN 13/2006, sbgmn diubah
beberapa kali terakhir dgn PMDN 21/2011.
Penganggaran belanja modal digunakan
untuk pengeluaran yg dilakukan dlm
rangka pembelian/ pengadaan aset tetap
dan aset lainnya (aset tak berwujud) yg
mempunyai masa manfaat lebih dari 12
bln, digunakan dlm kegiatan pemerintahan
dan memenuhi nilai batas minimal
kapitalisasi aset .
Nilai aset tetap dan aset lainnya yg
dianggarkan dlm belanja modal tsb adalah
sebesar harga beli/bangun aset ditambah
seluruh
belanja
yg
terkait
dgn
pengadaan/pembangunan aset sampai aset
tsb siap digunakan, sesuai maksud Psl 27
ayat (7) huruf c PP 58/2005, Psl 53
PMDN 13/2006, sbgmn diubah dgn
PMDN 21/2011 dan Lamp I Pernyataan
SAP 01 dan PSAP 07, PP 71/2010 ttg SAP
serta Buletin Teknis SAP No 17 ttg
Akuntansi Aset Tak Berwujud Berbasis
Akrual.
SURPLUS/DEFISIT APBD
SURPLUS
Dalam hal APBD diperkirakan surplus,
penggunaan surplus tsb diutamakan untuk
pembayaran pokok utang, penyertaan
modal (investasi) daerah, pemberian
pinjaman kpd pemrth pusat/pemda lain
dan/atau pendanan belanja peningkatan
jamsos. Pendanaan belanja peningkatan
jamsos tsb diwujudkan dlm bentuk
program dan kegiatan pelayanan dasar
masy yg dianggarkan pada SKPD yg
secara fungsional terkait dgn tugasnya
melaksanakan program dan kegiatan
tersebut.
DEFISIT
Dalam hal APBD diperkirakan
defisit, pemda menetapkan
penerimaan pembiayaan untuk
menutup
defisit
tsb,
yg
bersumber
dari
SiLPA,
pencairan dana cadangan, hasil
penjualan kekayaan daerah yg
dipisahkan,
penerimaan
pinjaman, dan/atau penerimaan
kembali pemberian pinjaman
atau penerimaan piutang
Dalam hal pemerintah daerah melakukan pinjaman, maka Pemda
wajib mempedomani penetapan batas maksimal jumlah kumulatif
pinjaman daerah yg ditetapkan oleh Menteri Keuangan.
Lanjutan...
Dalam penyusunan perencanaan penganggaran dan pembahasan
dalam hal ini KUA dan PPAS antara Kepala Daerah dgn DPRD
pada bulan Juni-Juli 2015 terkait dgn Belanja perlu prinsip kehatihatian (prudential) bagi Pemda. Hal ini perlu dikaitkan dgn
penyusunan asumsi kebijakan, pertumbuhan ekonomi dan
proyeksi pendapatan serta kondisi ekonomi makro daerah, dgn
wajib mempedomani penetapan batas maksimal defisit APBD TA
2016 yg ditetapkan oleh Menteri Keuangan, dan melaporkan
posisi surplus/defisit APBD kepada Menteri Dalam Negeri dan
Menteri Keuangan setiap semester sesuai maksud Pasal 106 ayat
(1) PP 58/2005 dan Pasal 57 ayat (2) PMDN 13/2006, sebagaimana
diubah beberapa kali terakhir dengan PMDN 21/2011.
PEMBIAYAAN DAERAH
75
PENERIMAAN PEMBIAYAAN
Penganggaran
1
SiLPA harus didasarkan pada penghitungan yang cermat dan
rasional dengan mempertimbangkan perkiraan realisasi
anggaran TA 2015 dalam rangka menghindari kemungkinan
adanya pengeluaran pada TA 2016 yang tidak dapat didanai
akibat tidak tercapainya SiLPA yang direncanakan.
Selanjutnya SiLPA dimaksud harus diuraikan pada obyek dan
rincian obyek sumber SiLPA TA 2015
Dalam menetapkan anggaran penerimaan pembiayaan yang
bersumber dari pencairan dana cadangan, waktu pencairan dan
besarannya sesuai peraturan daerah tentang pembentukan dana
cadangan
2
Lanjutan ....
3
 Penerimaan kembali dana bergulir dianggarkan dalam
APBD pada akun pembiayaan, kelompok penerimaan
pembiayaan daerah, jenis penerimaan kembali investasi
pemda, obyek dana bergulir dan rincian obyek dana
bergulir dari kelompok masyarakat penerima.
Dalam kaitan itu, dana bergulir yg belum dapat diterima
akibat tidak dapat tertagih atau yg diragukan tertagih,
pemda harus segera melakukan penagihan dana bergulir
dimaksud sesuai peraturan perundang-undangan.
 Pemerintah provinsi dan pemerintah kab/kota dapat
melakukan pinjaman daerah berdasarkan pert per UU
an dibidang pinjaman daerah. Bagi pemerintah provinsi
dan pemerintah kab/kota yg berencana untuk
melakukan pinjaman daerah harus dianggarkan
terlebih dahulu dalam Ranc Perda ttg APBD TA
berkenaan sesuai Pasal 35 ayat (3) PP 30/2011
tentang Pinjaman Daerah.
4
77
Lanjutan .....
 Sesuai amanat Pasal 300 dan Pasal 301 UU 23/2014
serta Pasal 35 PP 30/2011 dan PP 10/2011 tentang
Tata Cara Pengadaan Pinjaman Luar Negeri dan
Penerimaan Hibah antara lain menyatakan bahwa
bagi Pemerintah Daerah yang akan melakukan
pinjaman yang bersumber dari Penerusan Pinjaman
Luar Negeri, Pemerintah Daerah Lain, Lembaga
Keuangan Bank, Lembaga Keuangan Bukan Bank,
dan Masyarakat (obligasi) harus mendapat
pertimbangan terlebih dahulu dari Menteri Dalam
Negeri.
Lanjutan ….
PINJAMAN
Penganggaran
Jangka
Pendek
Jangka
Menengah
Jangka
Panjang
79
Lanjutan ….
Jangka Pendek
Jangka Menengah
Jangka Panjang
yang bersumber dari pemerintah,
pemerintah daerah lain, lembaga
keuangan bank, dan lembaga
keuangan bukan bank sesuai
maksud Pasal 14 ayat (4) PP
30/2011
digunakan
untuk
membiayai kegiatan investasi
prasarana dan/atau sarana dalam
rangka pelayanan publik yang:
digunakan hanya untuk menutup
kekurangan arus kas sesuai maksud
Pasal 12 ayat (4) PP 30/2011
digunakan untuk membiayai pelayanan
publik yg tidak menghasilkan penerimaan
sesuai maksud Psl 13 ayat (4) PP 30/2011.
menghasilkan penerimaan langsung berupa
pendapatan bagi APBD yg berkaitan dgn
pembangunan prasarana dan sarana tersebut;
menghasilkan penerimaan tidak langsung berupa
penghematan terhadap belanja APBD yang
seharusnya dikeluarkan apabila kegiatan tersebut
tidak dilaksanakan; dan/atau
memberikan manfaat ekonomi dan sosial.
80
Lanjutan ….
5
 Kepala Daerah dengan persetujuan DPRD dapat
menerbitkan obligasi daerah untuk membiayai
infrastruktur
dan/atau
investasi
yang
menghasilkan penerimaan daerah setelah
memperoleh pertimbangan dari Menteri Dalam
Negeri dan persetujuan dari Menteri Keuangan
sesuai maksud Pasal 300 ayat (2) UU 23/2014.
 Pemerintah daerah dapat melakukan pinjaman
yang berasal dari penerusan pinjaman utang luar
negeri
dari
Menteri
Keuangan
setelah
memperoleh pertimbangan Menteri Dalam
Negeri. Perjanjian penerusan pinjaman dilakukan
antara Menteri Keuangan dan Kepala Daerah
sesuai maksud Pasal 301 UU 23/2014.
6
81
PENGELUARAN PEMBIAYAAN
1
Dalam
rangka
pemberdayaan
masyarakat,
pemda
dapat
menganggarkan investasi jangka panjang non permanen dalam bentuk
dana bergulir sesuai Pasal 118 ayat (3) PP 58/2005. Dana bergulir
dalam APBD dianggarkan pada akun pembiayaan, kelompok
pengeluaran pembiayaan daerah, jenis penyertaan modal/investasi
pemda, obyek dana bergulir dan rincian obyek dana bergulir kpd
kelompok masykt penerima.
Penyertaan modal pemda pada badan usaha milik negara/daerah
dan/atau badan usaha lainnya ditetapkan dgn perda ttg penyertaan
modal. Penyertaan modal dalam rangka pemenuhan kewajiban yg
telah tercantum dalam perda ttg penyertaan modal pada tahun
sebelumnya, tidak perlu diterbitkan perda tersendiri sepanjang jumlah
anggaran penyertaan modal tersebut belum melebihi jumlah
penyertaan modal yg telah ditetapkan pd perda ttg penyertaan modal.
2
Dalam hal pemerintah daerah akan menambah jumlah penyertaan
modal melebihi jumlah penyertaan modal yg telah ditetapkan dalam
perda ttg penyertaan modal dimaksud, pemda melakukan perubahan
perda ttg penyertaan modal tersebut.
82
Lanjutan ....
3
Pemda dapat menambah modal yg disetor dan/atau melakukan penambahan penyertaan
modal pada BUMD untuk memperkuat struktur permodalan, sehingga BUMD dimaksud dpt
lebih berkompetisi, tumbuh dan berkembang. Khusus untuk BUMD sektor perbankan, pemda
dapat melakukan penambahan penyertaan modal dimaksud guna menambah modal inti
sbgmn dipersyaratkan Bank Indonesia dan untuk memenuhi CAR.
Dalam rangka meningkatkan akses pembiayaan bagi UMKM, pemda dapat
melakukan penyertaan modal dan/atau penambahan modal kepada bank
perkreditan rakyat milik pemda sesuai dgn peraturan per-UU-an.
4
5
Dalam rangka mendukung pencapaian target Sustainable Development Goal’s
(SDG’s) Tahun 2025 yaitu cakupan pelayanan air perpipaan di wilayah perkotaan
sebanyak 80% dan di wilayah perdesaan sebanyak 60%, pemda perlu memperkuat
struktur permodalan Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM). Penguatan struktur
permodalan tsb dilakukan dgn menambah penyertaan modal pemda yg antara lain
bersumber dari pemanfaatan bagian laba bersih PDAM. Penyertaan Modal dimaksud
dilakukan untuk penambahan, peningkatan, perluasan prasarana dan sarana sistem
penyediaan air minum, serta peningkatan kualitas dan pengembangan cakupan
pelayanan. Selain itu, pemda dpt melakukan penambahan penyertaan modal guna
meningkatkan kualitas, kuantitas dan kapasitas pelayanan air minum kepada
masyarakat untuk mencapai SDG’s dgn berpedoman pada peraturan per-UU-an.
Penyertaan modal pada PDAM berupa laba ditahan dapat langsung digunakan sbg
penambahan penyertaan modal pada PDAM dan besaran penyertaan modal tsb agar
disesuaikan dgn tata cara yg diatur dalam pertn per UU an.
83
Lanjutan ....
4
5
6
PDAM akan menjadi penyedia air minum di daerah sbg implikasi Putusan
Mahkamah Konstitusi No 85/PUU-XI/2013 yg membatalkan UU No 7/2004 ttg
Sumber Daya Air. Untuk itu, pemda dpt melakukan penambahan penyertaan
modal kpd PDAM dalam rangka memperbesar skala usaha PDAM.
Bagi PDAM yg skala usahanya belum sesuai dgn fungsi PDAM sbg penyedia
air minum di daerah, agar dipertimbangkan untuk melakukan penggabungan
PDAM dimaksud.
Untuk menganggarkan dana cadangan, pemda harus menetapkan terlebih
dahulu perda ttg pembentukan dana cadangan yg mengatur tujuan
pembentukan dana cadangan, program dan kegiatan yg akan dibiayai dari
dana cadangan, besaran dan rincian tahunan dana cadangan yg harus
dianggarkan, dgn mempedomani Psl 122 dan Psl 123 PP No 58/2005 serta
Psl 63 Permendagri No 13/2006, telah diubah dgn Permendagri No 21/2011.
Jumlah pembiayaan neto harus dapat menutup defisit anggaran
sebagaimana diamanatkan Pasal 28 ayat (5) PP 58/2005 dan Pasal 61
ayat (2) PMDN 13/2006, sbg telah diubah dengan PMDN 21/2011.
84
Sisa Lebih Pembiayaan (SILPA) Tahun Berjalan
Pemerintah daerah menetapkan Sisa Lebih Pembiayaan (SILPA)
Tahun Anggaran 2016 bersaldo nol
POSITIF
NEGATIF
Pemerintah daerah harus
memanfaatkannya
untuk
penambahan program dan
kegiatan
prioritas
yang
dibutuhkan, volume program
dan kegiatan yang telah
dianggarkan,
dan/atau
pengeluaran pembiayaan
Pemda melakukan penguragn
bahkanpenghapusan pengelrn
pembiayaan
yang
bukan
merupakan kewajiban daerah,
pengurangan program dan
kegiatan yg kurang prioritas
dan/atau pengurangn volume
program dan kegiatannya
TEKNIS PENYUSUNAN APBD
Tepat Waktu
Paling lambat
1 bulan sebelum
TA 2016
Penetapan APBD
KUA/PPAS
RKA
Paling lambat
Paling lambat
Akhir
Juli
Persetujuan
Bersama
Akhir
September
Akhir
Nopember
Pasal 105 ayat (3c) PMDN 13/2006, sebagaimana telah diubah beberapa
kali terakhir dengan PMDN 21/2011 dan Pasal 311 ayat (3) UU 23/2014.
Lanjutan...
 Untuk menjamin konsistensi dan percepatan pembahasan Ranc
KUA/KUPA dan Ranc PPAS/PPAS Perbhn, KDH harus menyampaikan
Ranc KUA/KUPA dan Ranc PPAS/PPAS Perbhn tsb kpd DPRD dlm waktu
yg bersamaan, yg selanjutnya hasil pembahasan kedua dokumen tsb
disepakati bersama antara KDH dgn DPRD pada waktu yg bersamaan,
sehingga keterpaduan substansi KUA/KUPA dan PPAS/PPAS Perbhn dlm
proses penyusunan Ranc APBD/P-APBD TA 2016 akan lebih efektif
Substansi KUA/KUPA mencakup hal-hal yg sifatnya kebijakan umum dan tidak
menjelaskan hal-hal yg bersifat teknis, seperti:
 Gambaran kondisi ekonomi makro termasuk perkembangan indikator ekonomi
makro daerah;
 Asumsi dasar penyusunan Ranc APBD/P-APBD TA 2016 termasuk laju inflasi;
 Pertumbuhan PDRB dan asumsi lainnya terkait dgn kondisi ekonomi daerah;
 Kebijakan pendapatan daerah yg menggambarkan prakiraan rencana sumber dan
besaran pendapatan daerah untuk TA 2016 serta strategi pencapaiannya;
 Kebijakan belanja daerah yg mencerminkan program dan langkah kebijakan dalam
upaya peningkatan pembangunan daerah yg merupakan manifestasi dari
sinkronisasi kebijakan antara pemda dan pemerintah serta strategi pencapaiannya;
 Kebijakan pembiayaan yang menggambarkan sisi defisit dan surplus anggaran
daerah sbg antisipasi terhadap kondisi pembiayaan daerah dalam rangka
menyikapi tuntutan pembangunan daerah serta strategi pencapaiannya
Lanjutan...
Substansi
PPAS/PPAS
Perubahan
mencerminkan
prioritas
pembangn
daerah yg dikaitkan dgn sasaran yg ingin
dicapai termasuk program prioritas dari
SKPD terkait. Prioritas program dari
masings SKPD provinsi disesuaikan dgn
urusan pemda yg ditangani dan telah
disinkronisasikan dgn 1 lintas bidang dan
9 bidangs pembangunan
RKP Tahun
2016
Prioritas program dari masing-masing SKPD kab/kota selain disesuaikan dgn urusan
pemda yg ditangani dan telah disinkronisasikan dengan 1 lintas bidang dan 9 bidangbidang pembangunan tersebut di atas, juga telah disinkronisasikan dgn prioritas
program provinsi yg tercantum dalam RKPD provinsi Tahun 2016.
Lanjutan...
Berdasarkan KUA dan PPAS yg telah disepakati bersama antara KDH dan DPRD,
KDH menerbitkan SE ttg Pedoman Penyusunan RKA-SKPD kpd seluruh SKPD dan
RKA-PPKD kpd Satuan Kerja Pengelola Keuangan Daerah (SKPKD). SE dimkud
mencakup prioritas pembangunan daerah, program dan kegiatan sesuai dgn indikator,
tolok ukur dan target kinerja dari masing-masing program dan kegiatan, alokasi plafon
anggaran sementara untuk setiap program dan kegiatan SKPD, batas waktu
penyampaian RKA-SKPD kepada PPKD, dan dilampiri dokumen KUA, PPAS, kode
rekening APBD, format RKA-SKPD dan RKA-PPKD,ASB dan standar harga regional.
Selain itu, penyusunan RKA-SKPD pada program dan kegiatan untuk urusan
pemerintahan wajib terkait pelayanan dasar berpedoman pada SPM, standar
teknis dan harga satuan regional sesuai dgn ketentuan pertr per UU an, sdgkn
penyusunan RKA-SKPD pada program dan kegiatan untuk urusan pemerintahan
wajib yg tidak terkait dgn pelayanan dasar dan urusan pemerintahan pilihan
berpedoman pada analisis standar belanja dan standar harga satuan regional.
RKA-SKPD memuat rincian anggaran pendapatan, rincian anggaran
BTL SKPD (gaji pokok dan tunjgn pegawai, tambhn penghasilan,
khusus pada SKPD Sekretariat DPRD dianggarkan juga Belanja
Penunjang Operasional Pimp DPRD), rincian anggrn BL menurut
program dan kegtn SKPD.
Lanjutan...
 RKA-PPKD memuat rincian pendapatan yg berasal
dari Dana Perimbangan dan Lain-Lain Pendapatan
Daerah Yang Sah, belanja tidak langsung terdiri dari
belanja bunga, belanja subsidi, belanja hibah, belanja
bantuan sosial, belanja bagi hasil, belanja bantuan
keuangan dan belanja tidak terduga, rincian
penerimaan pembiayaan dan pengeluaran pembiayaan.
 RKA-SKPD dan RKA-PPKD digunakan
sebagai dasar penyusunan rancangan
peraturan daerah ttg APBD/Perubahan
APBD TA 2016 dan peraturan kepala
daerah
tentang
penjabaran
APBD/
Perubahan APBD TA 2016.
Lanjutan...
 Dalam rangka peningkatan kualitas perencanaan penganggaran dan
menjamin kepatuhan terhadap kaidah-kaidah penganggaran sbg
quality assurance, kepala daerah harus menugaskan Aparat
Pengawas Intern Pemerintah (APIP) untuk melakukan
review atas RKA-SKPD dan RKA-PPKD bersamaan dgn proses
pembahasan RKA-SKPD dan RKA-PPKD oleh TAPD sesuai maksud
Permendagri No 78/2014 ttg Kebijakan Pembinaan dan Pengawasan
di Lingkungan Kemendagri dan Pemda.
 Dalam rangka meningkatkan transparansi dan akuntabilitas
APBD, pemda agar mengembangkan substansi Lamp I Ringkasan
Penjabaran APBD yg semula hanya diuraikan sampai dgn
ringkasan jenis pendapatan, belanja dan pembiayaan sesuai dgn
Psl 102 ayat (1) huruf a PMDN 13/2006, sbgmn telah diubah
beberapa kali terakhir dgn PMDN 21/2011, menjadi s.d ringkasan
obyek dan rincian obyek pendapatan, belanja dan pembiayaan.
Rancangan
Peraturan Kepala Daerah ttg APBD
ditetapkan
Kepala Daerah dan DPRD tidak mengambil persetujuan
bersama dalam waktu 60 hari sejak disampaikan rancangan
peraturan daerah ttg APBD TA 2016 oleh Kepala Daerah
kepada DPRD;
Rancangan peraturan Kepala Daerah dapat ditetapkan setelah
memperoleh pengesahan MDN bagi Provinsi dan Gubernur
bagi Kabupaten/Kota
Raperkada ttg APBD TA 2016 beserta lampirannya disampaikan
paling lama 15 hari terhitung sejak DPRD tidak mengambil
keputusan bersama dengan Kepala Daerah terhadap Ranperda
tentang APBD TA 2016
Rancangan
Peraturan Kepala Daerah ttg APBD
memperhatikan
Angka belanja daerah dan pengeluaran pembiayaan daerah dibatasi
maksimum sama dgn angka belanja daerah dan pengeluaran pembiayaan
daerah dalam P-APBD TA 2015 atau APBD TA 2015 apabila tidak melakukan PAPBD T A 2015;
Belanja daerah diprioritaskan untuk mendanai belanja yg bersifat mengikat dan
belanja yg bersifat wajib untuk terjaminnya kelangsungan pemenuhan pelayanan
dasar masyarakat sesuai dgn kebuthn TA 2016;
Pelampauan batas tertinggi dari jumlah pengeluaran hanya diperkenankan
apabila ada kebijakan pemerintah untuk kenaikan gaji dan tunjangan PNSD serta
penyediaan dana pendamping atas program dan kegiatan yg ditetapkan oleh
pemerintah serta belanja bagi hasil pajak dan retribusi daerah yg mengalami
kenaikan akibat adanya kenaikan target pendapatan daerah dari pajak dan
retribusi dimaksud dari TA 2016 sesuai maksud Pasal 109 PMDN 13/2006, telah
diubah terakhir dgn PMDN 21/2011.
Percepatan Penetapan
Peraturan Daerah ttg P-APBD TA 2016
Proses pembahasan Ranc peraturan daerah ttg P-APBD TA
2016 dapat dilakukan setelah penyampaian laporan realisasi
semester pertama, namun persetujuan bersama antara
pemerintah daerah dan DPRD atas Raperda dimaksud
dilakukan setelah persetujuan bersama atas Ranc Perda ttg
pertanggungjawaban pelaksanaan APBD TA 2015
Persetujuan bersama antara pemerintah daerah dan DPRD
terhadap rancangan peraturan daerah ttg P-APBD TA 2016
ditetapkan paling lambat akhir bulan Sept 2016
Lanjutan...
Dalam P-APBD TA 2016, pemerintah daerah dilarang
untuk menganggarkan kegiatan pada kelompok belanja
langsung dan jenis belanja bantuan keuangan yang
bersifat khusus kepada pemerintah kab/kota dan
pemerintah desa pada kelompok belanja tidak
langsung, apabila dari aspek waktu dan tahapan
pelaksanaan kegiatan serta bantuan keuangan yang
bersifat khusus tersebut diperkirakan tidak selesai
sampai dengan akhir TA 2016
Lanjutan...
KDH BERHALANGAN
SEMENTARA
KDH mendelegasikan kepada WKDH untuk menyampaikan
Raperda APBD/P-APBD TA 2016 kepada DPRD dan
menandatangani persetujuan bersama terhadap Raperda
APBD/ P-APBD TA 2016
TETAP
WKDH menyampaikan Raperda APBD/P-APBD kepada
DPRD dan menandatangani persetujuan bersama terhadap
Raperda APBD/P-APBD TA 2016
KDH/WKDH BERHALANGAN
SEMENTARA
DAN TETAP
pejabat yg ditunjuk dan ditetapkan oleh pejabat yg
berwenang selaku penjabat/pelaksana tugas KDH berwng
untuk menyampaikan Raperda APBD/P-APBD TA 2016 kpd
DPRD dan menandatangani persetujuan bersama terhadap
Raperda APBD/ P-APBD TA 2016
Lanjutan...
PIMPINAN DPRD
BERHALANGAN
Dalam hal Pimpinan DPRD berhalangan tetap
atau sementara, pejabat yang ditunjuk dan
ditetapkan oleh pejabat yang berwenang
selaku penjabat/pelaksana tugas pimpinan
sementara DPRD berwenang untuk
menandatangani persetujuan bersama
terhadap Ranc APBD/P-APBD TA 2016
Lanjutan ....
Rancangan perda ttg APBD dan Ranc Perkada ttg Perubahan
APBD sebelum ditetapkan menjadi perda harus dilakukan evaluasi
sesuai ketentuan Pasal 314, Pasal 315, dan Pasal 319 UU 23/2014,
jo. Pasal 110, Pasal 111, Pasal 173, Pasal 174 PMDN 13/2006,
sbgmn telah diubah beberapa kali terakhir dgn PMDN 21/2011
Badan Anggaran DPRD bersama-sama TAPD harus melakukan
penyempurnaan atas Ranc Perda ttg APBD atau P-APBD berdasarkan hasil
evaluasi terhadap Raperda ttg APBD atau P-APBD paling lama 7 hari kerja
setelah hasil evaluasi MDN diterima oleh Gubernur untuk APBD provinsi
dan hasil evaluasi Gubernur diterima oleh Bupati/Walikota untuk APBD
kab/kota.
Hasil penyempurnaan tsb ditetapkan dalam Keputusan Pimpinan DPRD,
dan menjadi dasar penetapan perda ttg APBD atau P-APBD. Keptsn Pimp
DPRD dimaksud bersifat final dan dilaporkan pada sidang paripurna
berikutnya, sesuai maksud Pasal 114 PMDN 13/2006, sbgmn telah diubah
beberapa kali terakhir dgn PMDN 21/2011.
HAL-HAL KHUSUS LAINNYA
Penganggaran Retribusi Penggantian Biaya Cetak KTP dan
Akta Catatan Sipil tidak diperkenankan untuk dianggarkan
dalam APBD TA 2016 sesuai maksud Pasal 79A UU 24 Thn
2013 ttg Perubahan Atas UU 23 Thn 2006 ttg Administrasi
Kependudukan diatur bahwa pengurusan dan penerbitan
dokumen kependudukan tidak dipungut biaya. Berkaitan dgn
hal tersebut, pemda harus segera menyesuaikan Perda sesuai
UU 24 Tahun 2013.
Pendanaan penyelenggaraan program dan kegiatan
administrasi kependudukan yg meliputi kegiatan fisik
dan non fisik, baik di provinsi maupun kab/kota
bersumber dari dan atas beban APBN sesuai maksud
Pasal 87A UU No 24 Tahun 2013.
99
Lanjutan ….
Dengan telah ditetapkannya UU No 23/2014 ttg Pemda terjadi beberapa
perubahan mendasar terkait dgn penyelenggaraan urusan pemerthn di
daerah. Untuk itu, dalam rangka menghindari stagnasi penyelgrn
pemerthn daerah yg berakibat terhentinya pelayanan kpd masyarakat,
maka penyelenggaraan urusan pemerthn konkuren yg bersifat
pelayanan kpd masyarakat luas dan masif, yg pelaksanaannya tidak
dapat ditunda dan tidak dapat dilaksanakan tanpa dukungan Personel,
Pendanaan, Sarana dan Prasarana, serta Dokumen (P3D), tetap
dilaksanakan oleh tingktn/susunan pemerintahan yg saat ini
menyelenggrkn urusan pemrthn konkuren tsb s.d diserahkannya P3D.
Dalam rangka penyelenggaraan urusan pemerintahan setelah UU No 23 Thn
2014 ditetapkan, pemda menyelesaikan secara seksama inventarisasi P3D
antar tingkatan/susunan pemerintahan sbg akibat pengalihan urusan
pemerintahan konkuren paling lambat tgl 31 Maret 2016 dan serah terima
Personel, Sarana dan Prasarana serta Dokumen (P2D) paling lambat 2 Okt
2016 sbgmn dimaksud SE Mendagri No 120/253/SJ tgl 16 Jan 2015 ttg
Penyelenggaraan Urusan Pemerintahan Setelah Ditetapkannya UU No 23 Thn
2014.
Lanjutan...
Selanjutnya,
terhadap
barang milik daerah yg
akan
diserahkan
sbg
akibat pengalihan urusan
pemerintahan
tersebut,
pemda
tidak
diperkenankan untuk
melakukan
mutasi/
perpindahan
barang
milik daerah baik antar
pengguna barang dan/
atau
kuasa
pengguna
barang sebelum adanya
penyerahan barang milik
daerah sesuai maksud
ketentuan tersebut di
atas.
Dalam kaitan itu, prinsip penganggaran, pelaksanaan,
penatausahaan, akuntansi dan pelaporan pada APBD TA
2016 terkait dgn pengelolaan urusan pemerintahan
konkuren sbgmn tsb pada huruf a s.d huruf k sesuai
maksud SE Mendagri No 120/253/SJ tgl 16 Jan 2015 tidak
dikenal dgn istilah “cut off” pada posisi tgl 2 Okt 2016 sbg
akibat pemberlakuan Pasal 404 UU No 23/2014. Hal ini
didasarkan pada pertimbangan bahwa Dana Transfer dari
Pemerintah kpd Pemda antara lain DAU, DAK dan Dana
Transfer Lainnya (Tunjangan Profesi Guru PNSD, Tambahan
Penghasilan Guru PNSD) pada tahun berkenaan tidak
dapat dilakukan pengalihan/pemotongan (begitu
saja) dari semula kewenangan Kab/Kota (belanja 9 bulan)
beralih kepada Pemrth Provinsi (belanja 3 bulan), begitu
pula halnya dari Pemrth Provinsi kpd Pemerintah, dimana
alokasi anggaran dimaksud telah ditetapkan dgn UU
mengenai APBN maupun Perpres mengenai alokasi dana
transfer. Dgn demikian, beralihnya kewenangan dan
penganggaran dari urusan pemerintahan konkuren sbgmn
dimaksud pada huruf a s.d huruf k berlaku efektif terhitung
mulai tgl 1 Jan 2017.
Lanjutan...
Dalam rangka peningkatan bidang pendidikan,
pemerintah
daerah
secara
konsisten
dan
berkesinambungan harus mengalokasikan anggaran
fungsi pendidikan sekurang-kurangnya 20% (dua puluh
per seratus) dari belanja daerah, sesuai amanat
peraturan perundang-undangan, termasuk dana BOS
yang bersumber dari APBD.
Untuk meningkatkan efektifitas penyusunan anggaran BOS Tahun Anggaran
2016, pemerintah daerah perlu memperhatikan bahwa dana BOS yang
bersumber dari APBN diperuntukkan bagi penyelenggaraan satuan
pendidikan dasar dan pendidikan menengah sebagai pelaksanaan program
wajib belajar. Untuk dana BOS yang bersumber dari APBD, penganggarannya
dalam bentuk program dan kegiatan.
Lanjutan ...
Dalam rangka peningkatan
bidang kesehatan, pemerintah
daerah secara konsisten dan
berkesinambungan
harus
mengalokasikan
anggaran
kesehatan minimal 10% dari
total belanja APBD diluar gaji,
sesuai amanat Pasal 171 ayat
(2) Undang-Undang 36 Tahun
2009 tentang Kesehatan.
Penjelasan Pasal 171 ayat
(2) Undang-Undang 36
Tahun 2009 menegaskan
bahwa bagi daerah yang
telah menetapkan lebih
dari 10% (sepuluh per
seratus)
agar
tidak
menurunkan
jumlah
alokasinya dan bagi daerah
yang belum mempunyai
kemampuan
agar
dilaksanakan
secara
bertahap.
Lanjutan...
Dalam rangka menunjang penyelenggaraan pemerintahan daerah pada
daerah otonom baru, pemerintah provinsi dan/atau pemerintah
kabupaten/kota induk melakukan pembinaan secara intensif melalui
fasilitasi penyusunan Rancangan APBD, dan dukungan pendanaan
melalui pemberian hibah/bantuan keuangan yang besarnya sebagaimana
diatur dalam peraturan perundang-undangan.
Penyediaan dana hibah/bantuan keuangan bagi daerah otonom
baru oleh pemerintah provinsi dan/atau pemerintah
kabupaten/kota induk dilakukan setiap tahun dalam APBD
sesuai dengan amanat undang-undang tentang pembentukan
daerah otonom baru yang bersangkutan. Pemberian hibah
dimaksud harus mempedomani peraturan perundangundangan mengenai hibah daerah.
Lanjutan...
Dalam rangka meningkatkan kesejahteraan rakyat, daerah dapat mengadakan
kerjasama yang didasarkan pada pertimbangan efisiensi dan efektifitas
pelayanan publik serta saling menguntungkan.
Daerah Lain
Kerjasama
dapat
dilakukan oleh
daerah
dengan:
Pihak ketiga
Lembaga
atau
pemerintah
daerah di luar negeri sesuai
dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.
Lanjutan...
Dalam penyelenggaraan pembangunan yg melibatkan beberapa
daerah untuk peningkatan pelayanan kepada masyarakat secara
lebih efektif dan efisien, pemda dapat menganggarkan program
dan kegiatan melalui pola kerjasama antar daerah dgn
mempedomani PP No 50 Tahun 2007 ttg Tata Cara Pelaksanaan
Kerjasama Pemda dan Permendagri No 22 Tahun 2009 ttg Petunjuk
Teknis Tata Cara Kerjasama Daerah serta pertrn per UU an lainnya.
Apabila pemda membentuk badan kerjasama, maka masingmasing pemda menganggarkan dalam APBD dalam bentuk belanja
hibah kepada badan kerjasama dgn mempedomani pertrn per UU
an mengenai hibah daerah.
Dalam hal pemerintah daerah melakukan kerjasama dengan badan
usaha dalam penyediaan infrastruktur harus mempedomani
Peraturan Presiden Nomor 38 Tahun 2015 tentang
Kerjasama Pemerintah Dengan Badan Usaha Dalam Penyediaan
Infrastruktur.
Lanjutan...
Daerah dapat membentuk asosiasi untuk mendukung kerjasama
antar Daerah, sbgmn diamanatkan dalam Pasal 364 ayat (9)
Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014, yg pendanaannya
bersumber dari APBD dan dianggarkan pada jenis belanja hibah
dengan mempedomani Pasal 298 ayat (4) dan ayat (5) UU No 23
Tahun 2014 dan Permendagri No 32 Tahun 2011, sbgmn telah
diubah dgn Permendagri No 39 Tahun 2012, serta peraturan per
UU an lain dibidang hibah.
Pemerintah Daerah dapat memberikan dukungan pendanaan
operasional yg bersumber dari APBD kepada organisasi
kemasyarakatan (termasuk organisasi keagamaan) dan dianggarkan
dalam jenis belanja hibah dgn mempedomani Pasal 298 ayat (4)
dan ayat (5) UU No 23 Tahun 2014 dan Permendagri No 32 Tahun
2011, sbgmn telah diubah dgn Permendagri No 39 Tahun 2012,
serta pertrn per UU an lain dibidang hibah.
Lanjutan...
Dalam rangka mendukung efektifitas pelaksanaan tugas
Kantor Bersama Sistem Administrasi Manunggal Satu Atap
(SAMSAT), pemerintah provinsi menganggarkan pendanaan
untuk pembangunan, pengadaan, dan pemeliharaan sarana
dan prasarana Kantor Bersama SAMSAT dan pendanaan lain
yg timbul dalam rangka menjamin efektifitas, penguatan
koordinasi, pembinaan, pengawasan dan pemantapan tugastugas pelaksanaan SAMSAT baik di Pusat maupun di Provinsi
dgn terbentuknya Sekretariat Pembina SAMSAT tingkat
Nasional dan tingkat Provinsi dgn mempedomani Perpres
No 5 Thn 2015 ttg Penyelenggaraan Sistem Administrasi
Manunggal Satu Atap Kendaraan Bermotor, dan peraturan
turunannya serta pertrn per UU an lain yg terkait.
Lanjutan...
BELANJA TIDAK TERDUGA
Belanja Tidak Terduga yg akan digunakan untuk mendanai
tanggap darurat, penanggulangan bencana alam dan/atau
bencana sosial serta kebutuhan mendesak lainnya, seperti
penanganan konflik sosial sesuai amanat UU No 7 Thn 2012
dan penanganan gangguan keamanan dalam negeri sesuai
amanat Instruksi Presiden No 1/2014, dilakukan dgn cara:
a. Kepala Daerah menetapkan kegiatan yg akan didanai
dari belanja tidak terduga dengan keputusan kepala
daerah dan diberitahukan kepada DPRD paling lama 1
bulan terhitung sejak keputusan dimaksud ditetapkan
Lanjutan...
b. Atas dasar keputusan kepala daerah tersebut, pimpinan
instansi/lembaga yg akan bertanggungjawab terhadap
pelaksanaan kegiatan mengajukan usulan kebutuhan;.
c. Kepala Daerah dapat mengambil kebijakan percepatan
pencairan dana belanja tidak terduga untuk mendanai
penanganan tanggap darurat yg mekanisme pemberian
dan pertanggungjawabannya diatur dgn peraturan kepala
daerah sbgmn dimaksud Pasal 134 ayat (4) Permendagri
No 13 Tahun 2006, sbgmn telah diubah beberapa kali
terakhir dgn Permendagri No 21 Tahun 2011; dan
d. Kegiatan lain diluar tanggap darurat yang didanai melalui
belanja tidak terduga dilakukan dengan pergeseran
anggaran dari belanja tidak terduga ke belanja SKPD
berkenaan dan/atau belanja PPKD.
110
Lanjutan...
 Penyediaan anggaran untuk penanggulangan bencana
alam/bencana sosial dan/atau pemberian bantuan kepada
daerah lain dalam rangka penanggulangan bencana
alam/bencana sosial dapat memanfaatkan saldo anggaran
yg tersedia dalam Sisa Lebih Perhitungan APBD TA
sebelumnya dan/atau dgn melakukan penggeseran BTT
atau dgn melakukan penjadwalan ulang atas program dan
kegiatan yg kurang mendesak, dgn memperhatikan hal-hal
sebagai berikut:
a. Penyediaan anggaran untuk mobilisasi tenaga medis dan obatobatan, logistik/sandang dan pangan diformulasikan kedalam
RKA-SKPD yg secara fungsional terkait dgn pelaksanaan kegiatan
dimaksud;
111
Lanjutan...
b.
Penyediaan anggaran untuk bantuan keuangan yg akan disalurkan
kepada provinsi/kab/kota yg dilanda bencana alam/bencana sosial
dianggarkan pada Belanja Bantuan Keuangan. Sambil menunggu
Perubahan APBD TA 2016, kegiatan atau pemberian bantuan
keuangan tersebut di atas dapat dilaksanakan dengan cara
melakukan perubahan peraturan kepala daerah ttg
Penjabaran APBD, untuk selanjutnya ditampung dalam
peraturan daerah ttg Perubahan APBD TA 2016. Apabila
penyediaan anggaran untuk kegiatan atau bantuan keuangan
dilakukan setelah Perubahan APBD agar dicantumkan dalam LRA;
dan
c. Pemanfaatan saldo anggaran yg tersedia dalam SiLPA APBD TA
sebelumnya dan/atau dgn melakukan penggeseran BTT untuk
bantuan
penanggulangan
bencana
alam/bencana
sosial
diberitahukan kpd DPRD paling lama 1 bulan.
112
Lanjutan ...
 Program dan kegiatan yg dibiayai dari DBH-CHT, DBH-DR, DAK, Dana
BOS, Dana Otonomi Khusus, Dana Infrastruktur untuk Provinsi Papua
dan Papua Barat, Dana Insentif Daerah, Dana Darurat, dan dana transfer
lainnya yg sudah jelas peruntukannya serta pelaksanaan kegiatan dalam
keadaan darurat dan/atau mendesak lainnya yg belum cukup tersedia
dan/atau belum dianggarkan dalam APBD, dapat dilaksanakan
mendahului penetapan peraturan daerah ttg P- APBD dgn
cara:
a.
Menetapkan peraturan kepala daerah ttg perubahan penjabaran APBD
dan memberitahukan kpd Pimpinan DPRD;
b.
Menyusun RKA-SKPD dan mengesahkan DPA-SKPD sebagai dasar
pelaksanaan kegiatan;
c.
Ditampung dalam peraturan daerah ttg P-APBD, atau dicantumkan
dalam LRA, apabila pemerintah daerah telah menetapkan P-APBD
atau tidak melakukan perubahan APBD.
Lanjutan ...
Untuk mendukung pelaksanaan tugas sekretariat fraksi DPRD disediakan sarana
dan anggaran sesuai dgn kebutuhan dan memperhatikan kemampuan APBD,
sbgmn dimaksud dlm Psl 33 ayat (3) PP No 16/2010 ttg Pedoman Penyusunan
Peraturan Tata Tertib DPRD. Penyediaan sarana meliputi ruang kantor pada sekr
DPRD, kelengkapan kantor, tidak termasuk sarana mobilitas, sedangkan
penyediaan anggaran untuk sekr fraksi meliputi kebutuhan belanja untuk alat tulis
kantor dan makan minum bagi rapat fraksi yg diselenggarakan di lingkungan
kantor sekrtr fraksi.
Tunjangan Perumahan Pimpinan dan Anggota DPRD disediakan dalam rangka
menjamin kesejahteraan untuk pemenuhan rumah jabatan/rumah dinas bagi Pimpi
dan Anggota DPRD sbgmn Psl 20 PP No 37/2005 ttg Perubahan Atas PP No
24/2004 ttg Kedudukan Protokoler dan Keuangan Pimp dan Anggota DPRD.
Suami dan/atau istri yg menduduki jabatan sbg Pimp dan/atau Anggota DPRD pada
DPRD yg sama hanya diberikan salah satu tunjangan perumahan. Bagi Pimp dan
Anggota DPRD yg suami atau istrinya menjabat sbg KDH/Wakil KDH pada
tingkatan daerah yg sama tidak diberikan tunjangan perumahan.
Lanjutan ...
Berdasarkan Pasal 6 ayat (1) Peraturan Pemerintah Nomor 109
Tahun 2000 tentang Kedudukan Keuangan Kepala Daerah dan Wakil
Kepala Daerah, Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah
disediakan masing-masing rumah jabatan beserta
perlengkapan dan biaya pemeliharaan. Dalam hal pemerintah
daerah belum menyediakan rumah jabatan kepala daerah/wakil
kepala daerah, pemerintah daerah dapat menyediakan
anggaran sewa rumah untuk dijadikan rumah jabatan yang
memenuhi standar rumah jabatan sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan.
Lanjutan...
Dalam Pasal 69 UU No 1 Thn 2004 ditegaskan bahwa SKPD atau Unit
Kerja pada SKPD yg memiliki spesifikasi teknis di bidang layanan
umum dan memenuhi persyaratan yg ditentukan, diberikan
fleksibilitas dalam pola pengelolaan keuangannya. Untuk
menerapkan Pola Pengelolaan Keuangan-BLUD (PPK-BLUD) diatur
lebih lanjut dgn perkada yg berpedoman pada pert per UU an.
a. Bagi
Dalam
penerapan PPKBLUD,
pemerintah
daerah
memperhatikan
antara lain
sebagai berikut:
Rumah Sakit Daerah (RSD) yg belum
menerapkan PPK-BLUD, agar pemda segera
melakukan langkahs untuk mempercepat
penerapan PPK-BLUD pada RSD tersebut. Hal
ini sesuai dgn amanat Psl 7 ayat (3) dan Psl 20
ayat (3) UU No 44 /2009 ttg Rumah Sakit.
b. Bagi SKPD atau unit kerja pada SKPD yang telah
menerapkan PPK-BLUD, agar:
1)Penyusunan RKA dalam APBD menggunakan format
Rencana Bisnis dan Anggaran (RBA);
2)Tahapan dan jadwal proses penyusunan RKA/RBA,
mengikuti tahapan/jdwal proses penyusunan APBD.
Lanjutan ...
Dengan ditetapkannya PP No 74/2012 ttg Perubahan Atas PP No 23/
2005 ttg Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum, khususnya dalam
Pasal 11 ayat (3a), SKPD atau Unit Kerja pada SKPD yg telah
menerapkan PPK-BLUD, pagu anggaran BLUD dalam Ranc Perda ttg
APBD yg sumber dananya berasal dari pendapatan dan surplus BLUD,
dirinci dalam 1 program, 1 kegiatan, 1 output dan jenis belanja.
Dalam rangka efektifitas pemberlakuan PP No 71/2010 dan Permendagri
No 64/2013 ttg Penerapan Standar Akuntansi Pemerintahan Berbasis
Akrual pada Pemda, pemda mengalokasikan anggaran dalam APBD TA
2016 untuk mendanai kegiatan seperti: inventarisasi aset daerah,
koordinasi, pembinaan, supervisi, pendidikan dan pelatihan/peningkatan
kapasitas, bimbingan teknis, seminar dan sejenis lainnya.
Lanjutan ...
Pelaksanaan peningkatan kapasitas Sumber Daya Manusia (SDM) bagi Pemerintah
Provinsi/Kab/Kota difasilitasi dan dikoordinasikan oleh Kemendagri yg dapat
bekerjasama dgn instansi terkait lainnya atau Perguruan Tinggi yg memiliki
peminatan/spesifikasi bidang Ekonomi/Keuda dan/atau Pusat Pengembangan Akuntasi
(PPA) yg dpt mempertimbangkan regionalisasi.
Dalam rangka peningkatan kapasitas Sumber Daya Manusia (SDM) bagi Pemrth
Provinsi/Kab/Kota di bidang keuangan daerah, pemerintah daerah
mengalokasikan anggaran dalam APBD TA 2016 untuk mendanai kegiatan
seperti koordinasi, pembinaan, supervisi, pendidikan dan pelatihan/peningkatan
kapasitas SDM, bimbingan teknis, seminar dan sejenis lainnya.
Pelaksanaan peningkatan kapasitas SDM sbgmn tsb di atas di bidang seperti aset
daerah/barang milik daerah, penilai dan penilaian aset, pajak daerah dan retribusi
daerah, investasi daerah, Badan Layanan Umum Daerah, Badan Usaha Milik Daerah baik
yg bersifat profit (misalnya Perbankan) maupun non profit (misalnya PDAM) serta
Aneka Usaha Lainnya difasilitasi dan dikoordinasikan oleh Kemendagri yg dapat
bekerjasama dgn instansi terkait lainnya atau pihak/lembaga/Perguruan Tinggi yg
memiliki peminatan/ spesifikasi bidang Ekonomi/Keuangan Daerah.
Lanjutan ...
Pendanaan untuk organisasi cabang olahraga profesional tidak
dianggarkan dalam APBD karena menjadi tanggung jawab induk
organisasi cabang olahraga dan/atau organisasi olahraga
profesional yg bersangkutan. Hal ini sejalan dgn amanat Pasal 29
ayat (2) UU No 3/2005 ttg Sistem Keolahragaan Nasional, bahwa
pembinaan dan pengembangan olahraga profesional dilakukan
oleh induk organisasi cabang olahraga dan/atau organisasi olahraga
profesional. Selanjutnya dalam Pasal 1 angka 15 UU No 3/2005,
didefinisikan bahwa cabang olahraga profesional adalah olahraga
yg dilakukan untuk memperoleh pendapatan dalam bentuk uang
atau bentuk lain yg didasarkan atas kemahiran berolahraga.
Penganggaran program “Peningkatan pelayanan kedinasan kepala
daerah/wakil kepala daerah” mengacu pada Lampiran A.VII
Permendagri No 13 Tahun 2006, sbgmn telah diubah terakhir dgn
Permendagri No 21 Tahun 2011.
Lanjutan ...
Penganggaran untuk pelaksanaan kegiatan lanjutan yg tidak selesai pada TA
2015 dgn menggunakan Dokumen Pelaksanaan Anggaran Lanjutan
SKPD (DPAL-SKPD) mempedomani Pasal 138 Permendagri No 13/2006,
sebagaimana telah diubah dgn Permendagri No 21/2011 dgn memperhatikan
hal-hal sbb:
A
Pendanaan kegiatan lanjutan menggunakan SiLPA TA 2015.
B
Dituangkan ke dalam DPAL-SKPD TA 2016 sesuai Dokumen
Pelaksanaan Anggaran Satuan Kerja Perangkat Daerah (DPA-SKPD)
TA 2015 dgn berpedoman pada format Lampiran B.III Permendagri
No 13/2006, sbgmn telah diubah terakhir dgn Permendagri No 21
Tahun 2011.
C
DPAL-SKPD disahkan oleh PPKD sbg dasar pelaksanaan
anggaran dan dalam rangka penyelesaian pekerjaan sesuai ketentuan
pertrn per UU an.
Lanjutan ...
D
Untuk penetapan jumlah anggaran yg disahkan dlm DPAL-SKPD masings
dilakukan sbb:
1) Penelitian terhadap penyebab keterlibatan penyelesaian pekerjaan,
sepanjang penyebabnya di luar kelalaian Penyedia Brg/Jasa/Pengguna
Brg/Jasa, kegtn tsb dapat di DPAL-kan.
Apabila keterlambatan penyelesaian pekerjaan disebabkan kelalaian
Penyedia Brg/Jasa atau Pengguna Brg/Jasa maka tidak dapat diDPAL-kan, sehingga kegiatan yg belum dilaksnkn dianggarkan kembali
sesuai ketentuan yg berlaku.
2) Jumlah anggaran yg disahkan dlm DPAL setelah terlebih dahulu
dilakukan pengujian terhadap:
a) Sisa DPA-SKPD yg belum diterbitkan SPD dan/atau belum diterbitkan
SP2D TA 2015 atas kegiatan yg bersangkutan;
b) Sisa SPD yg blm diterbitkan SPP, SPM atau SP2D TA 2015;
c) SP2D yang belum diuangkan.
E
Penganggaran beban belanja atas pelaksanaan kegiatan lanjutan yg telah dituangkan
dalam DPAL-SKPD dimaksud, agar ditampung kembali di dlm P-APBD TA 2016
pada anggaran belanja langsung SKPD berkenaan.
Lanjutan ...
F
Kegiatan yg dapat dibuatkan DPAL harus memenuhi kriteria bahwa
kgtn tsb tidak selesai sesuai dgn jadwal yg ditetapkan dlm perjanjian
pelaksn pekerjaan/kontrak, akibat di luar kendali penyedia
brg/jasa dan pengguna brg/jasa (force majeure).
Dalam hal pemda mempunyai kewajiban kepada pihak ketiga terkait dgn
pekerjaan yg telah selesai pada TA sebelumnya, maka harus dianggarkan
kembali pada akun belanja dalam APBD TA 2016 sesuai kode rek berkenaan.
Tata cara penganggaran dimaksud terlebih dahulu melakukan perubahan atas
perkada ttg penjbrn APBD TA 2016, dan diberitahukan kpd Pimp DPRD
selanjutnya ditampung dlm perda ttg P-APBD TA 2016.
Dalam Pasal 54A Permendagri No 13/2006, sbgmn telah diubah dgn Permendagri No
21 Tahun 2011 ditegaskan bahwa kegiatan dapat mengikat dana anggaran:
a.untuk 1 tahun anggaran; atau
b.lebih dari 1 TA dlm bentuk kegiatan tahun jamak sesuai pertrn per UU an
Lanjutan ...
Kegiatan tahun jamak tsb harus memenuhi kriteria sekrg-krgnya:
a. pekerjaan konstruksi atas pelaksanaan kegiatan yg secara teknis merupakan satu
kesatuan untuk menghasilkan satu output yg memerlukan waktu penyelesaian lebih
dari 12 bulan; atau
b. pekerjaan atas pelaksanaan kegiatan yang menurut sifatnya harus tetap berlangsung
pada pergantian TA seperti penanaman benih/bibit, penghijauan, pelayanan perintis
laut/udara, makanan dan obat di rumah sakit, layanan pembuangan sampah dan
pengadaan jasa cleaning service.
Penganggaran kegiatan tahun jamak dimaksud berdasarkan atas persetujuan DPRD
yg dituangkan dalam nota kesepakatan bersama antara KDH dan DPRD, yg
ditandatangani bersamaan dgn penandatanganan nota kesepakatan KUA dan PPAS pada
tahun pertama rencana pelaksanaan kegtn tahun jamak.
Nota kesepakatan bersama tersebut sekurang-kurangnya memuat:
a. nama kegiatan;
b. jangka waktu pelaksanaan kegiatan;
c. jumlah anggaran; dan
d. alokasi anggaran per tahun.
Jangka waktu penganggaran kegiatan tahun jamak tidak melampaui akhir tahun masa
jabatan Kepala Daerah berakhir.
Lanjutan ...
Pemerintah daerah tidak diperkenankan untuk menganggarkan belanja tali asih
kepada PNSD dan penawaran kpd PNSD yg pensiun dini dgn uang pesangon,
mengingat tidak memiliki dasar hukum yg melandasinya.
Dalam rangka pengawasan penyerapan anggaran daerah oleh Tim Evaluasi Percepatan
Realisasi Anggaran (TEPRA) pada Kantor Staf Presiden, pemda dapat menganggarkan
kegiatan yg mendukung efektifitas kerja TEPRA.
Pendanaan kegiatan Pemilihan Gubernur dan Wagub/Bupati dan Wabup/Walikota dan
Wakot Thn 2017 yg tahapan penyelenggaraanya dimulai Thn 2016, dianggarkan pada
jenis belanja hibah dari pemda kepada KPU Provinsi/Kab/Kota dan Bawaslu
Provinsi/Panwas Kab/Kota dgn mempedomani Permendagri No 44/2015 ttg Pengelolaan
Dana Kegiatan Pemilihan Gubernur dan Wagub, Bupati dan Wabup, serta Walikota dan
Wakot, dan perubahannya serta pertrn per UU an yg mengatur standar kebutuhan
pendanaan kegiatan penyelenggaraan Pemilihan Gubernur dan Wagub, Bupati dan
Wabup, serta Walikota dan Wakot.
Pendanaan kebutuhan pengamanan pelaksanaan Pemilihan Gubernur dan Wagub/Bupati
dan Wabup/Walikota dan Wakot TA 2017 dianggarkan dalam bentuk hibah atau
program dan kegiatan pada SKPD yg secara fungsional terkait sesuai pertrn peru Uua n.
Lanjutan ...
Pemerintah kab/kota menganggarkan biaya pemilihan Kepala Desa dalam APBD
Kab/Kota TA 2016 untuk pengadaan surat suara, kotak suara, kelengkapan peralatan
lainnya, honorarium panitia, dan biaya pelantikan sesuai amanat Pasal 34 ayat (6) UU
No 6/2014.
Pemerintah provinsi dan pemerintah kab/kota menganggarkan dalam APBD TA 2016
dalam rangka pembinaan dan pengawasan pemerintahan desa sbgmn diatur dalam
Pasal 112, Pasal 114 dan Pasal 115 UU No 6 /2014.
Dalam rangka mendukung pembangunan Lembaga Penempatan Anak Sementara (LPAS),
Lembaga Pembinaan Khusus Anak (LPKA) dan Balai Pemasyarakatan, Pemda menyediakan lahan
untuk mendukung pembangunan tsb sesuai maksud Pasal 105 ayat (3) UU No 11 /2012 ttg
Sistem Peradilan Pidana Anak.
Dalam rangka mendukung peningkatan akses, mutu, daya saing, dan relevansi
pendidikan islam (madrasah, pendidikan diniyah, dan pondok pesantren) dan
pendidikan non islam di bawah binaan Kementerian Agama sbg bagian integral
pendidikan nasional, pemda dapat memberikan dukungan pendanaan yg dianggarkan
dalam belanja hibah dgn mempedomani Pasal 298 ayat (4) dan ayat (5) UU No
23/2014 dan Permendagri No 32/2011, sbgmn telah diubah dgn Permendagri No
39/2012, serta pertrn per UU an lain dibidang hibah.
Lanjutan ...
Dalam rangka memenuhi akuntabilitas dan transparansi pengelolaan keuangan desa,
pemerintah kab/kota wajib melakukan pembinaan dan pengawasan terhadap
pelaksanaan pengelolaan keuangan desa pada pemdes di wilayahnya sesuai maksud
Psl 44 ayat (2) Permendagri No 113/2014 ttg Pengelolaan Keuangan Desa. Dlm
kaitan itu, Pemdes harus menyusun Laporan Pertanggungjwbn Realisasi
Pelaksanaan APBDesa yg disampaikan kepada Bupati/Walikota dan disusun dgn
mempedomani Permendagri No 113/2014. Selanjutnya, pemda menyusun Laporan
dimaksud dlm bentuk ikhtisar yg dilampirkan dlm Lap Keuangan Pemda.
Pemerintah daerah mensinergikan penganggaran program dan
kegiatan dalam penyusunan APBD TA 2016 dgn kebijakan
nasional, antara lain:
Pencapaian SDG’s, seperti: kesetaraan gender, penanggulangan HIV/AIDS, malaria,
penanggulangan kemiskinan, dan Akses Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial
sbgmn diamanatkan dalam Inspres No 3/2010 ttg Program Pembangunan yg
Berkeadilan dan Perpres No 2 TA 2015 ttg Rencana Pembangunan Jangka Menengah
Nasional (RPJMN) 2015-2019, dgn uraian sebagai berikut:
Lanjutan ...
1) Upaya percepatan pengarusutamaan gender melalui perencanaan dan
penganggaran responsif gender, pemda mempedomani SE Menneg
Perenc Pembangunan Nas/Kepala BAPPENAS, Menkeu, Mendagri dan
Meneg Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak No
270/M.PPN/11/2012, No: SE-33/MK.02 /2012, No: 050/4379A/ SJ, No: SE46/MPP-PA/11/2011 ttg Strategi Nasional Perceptn Pengarusutamaan
Gender (PUG) melalui Perencanaan dan Penggrn yg Responsif Gender
(PPRG);
2) Pengendalian dan pemberantasan malaria mempedomani Kepmen Kes
No 293/2009 ttg Eliminasi Malaria, Permen Kesehatan No 5/2013 ttg
Pedoman Tata Laksana Malaria, Kepmen Kesehatan
No
044/MENKES/SK/I/2007 ttg Pedoman Malaria dan SE Mendagri No
443.41/465 /2010 perihal Perecepatan Eliminasi Malaria;
3) Pengentasan Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial (PMKS)
mempedomasi Permensos No 129/HUK/2008 ttg SPM Bidang Sosial
Daerah Provinsi, Kab/Kota dan Kepmen Sosial No 80/HUK/2010 ttg
Panduan Perencanaan Pembiayan Pencapaian SPM Bidang Sosial Daerah
Provinsi dan Daerah Kab/Kota.
Lanjutan ...
B
Pelaksanaan dan Pengawasan Program Simpanan Keluarga Sejahtera,
Program Indonesia Pintar dan Program Indonesia Sehat sbgmn
diamanatkan Inpres No 7/2014 ttg Pelaksanaan Program Simpanan
Keluarga Sejahtera, Program Indonesia Pintar dan Program
Indonesia Sehat untuk Membangun Keluarga Produktif.
C
Rehabilitasi dan perlindungan sosial bagi para lanjut usia
sbgmn diamanatkan dalam UU No 13/1998 ttg Kesejahteraan
Lanjut Usia, serta program rehabilitasi dan perlindungan
sosial penyandang cacat;
D
Pelaksanaan tugas dan fungsi Tim Penggerak Pemberdayaan dan
Kesejahteraan Keluarga (TP-PKK) provinsi/kab/kota dgn mempedomani
Permendagri No 1/2013 ttg Pemberdayaan Masyarakat Melalui Gerakan
Pemberdayan dan Kesejahteraan Keluarga;
Lanjutan ...
E
Pengelolaan batas wilayah negara dan pembangunan kawasan
perbatasan bagi provinsi dan kabu yg berbatasan dgn negara
tetangga sesuai amanat UU No 43 Tahun 2008 ttg Wilayah Negara;
F
Efektifitas tugas Forum Koordinasi Pimpinan di Daerah (FORKOPIMDA)
Provinsi, FORKOPIMDA Kab, FORKOPIMDA Kota, dan Forum Koordinasi
Pimpinan Kec sbg pelaksanaan urusan pemerintahan umum yg menjadi
kewenangan Presiden sbg kepala pemerintahan dan dilaksanakan oleh
Gub/Bupati/ Walikota di wilayah kerja masings. Pendanaan untuk
FORKOPIMDA Provinsi/Kab/Kota/Kec tsb bersumber dari dan atas beban
APBN sesuai maksud Pasal 9, Pasal 25 dan Pasal 26 UU No 23/2014 dan
tidak diperkenankan untuk dianggarkan dalam APBD TA 2016.
G
Pengembangan kearsipan di daerah dalam rangka peningkatan kualitas
pelayanan publik mempedomani amanat UU No 43 Tahun 2009 tentang
Kearsipan dan Permendagri No 78/2012 ttg Tata Kearsipan di Lingkungan
Kemendagri dan Pemerintah Daerah;
Lanjutan ...
H
I
Penyelenggaraan, pengelolaan dan pengembangan perpustakaan mempedomani UU No
43/2007 ttg Perpustakaan sesuai dgn standar nasional perpustkn yg terdiri atas (1)
Standar koleksi perpustkan; (2) Standar sarana dan prasarana; (3) Standar pelayanan
perpustakaan; (4) Standar tenaga perpustakaan; (5) Standar penyelenggaraan; dan (6)
Standar pengelolaan.
Revitalisasi dan aktualisasi nilai-nilai Pancasila dan pendidikan wawasan kebangsaan dgn
mempedomani Permendagri No 29/2011
ttg Pedoman Pemda Dalam Rangka
Revitalisasi dan Aktualisasi Nilai-Nilai Pancasila dan Permendagri No 71/2012 ttg
Pedoman Pendidikan Wawasan Kebangsaan;
Penanganan konflik sosial, penyelenggaraan pusat komunikasi dan informasi bidang sosial
kemasyarakatan dgn mempedomani UU No 7/2012 ttg Penanganan Konflik Sosial dan
PP No 2/2015 ttg Peraturan Pelaksanaan UU No 7/2012 ttg Penanganan Konflik Sosial.
Penanganan faham radikal dan terorisme (khususnya ISIS) melalui mekanisme deteksi
dini dan cegah dini dengan mempedomani Permendagri No 12 Tahun 2006 ttg Forum
Kewaspadaan Dini Masyarakat.
Lanjutan ...
Penanganan gangguan penyakit masyarakat khususnya pemberantasan dan
pencegahan penyalahgunaan narkotika dgn mempedomani Inpres No 12/2011 ttg
Pelaksanaan Kebijakan dan Strategi Nasional Pencegahan dan Pemberantasan
Penyalahgunaan dan Peredaran Gelap Narkoba (P4GN) Tahun 2011-2015 dan
Permendagri No 21 Tahun 2013 ttg Fasilitasi Pencegahan Narkoba.
Penguatan kondisi kehidupan sosial kemasyarakatan, berbangsa dan bernegara
dilaksanakan melalui upaya mewujudkan kerukunan umat beragama, tingginya rasa
toleransi dan saling pengertian intra dan antara para pemeluk agama dgn
mempedomani Peraturan Bersama Menteri Agama dan Mendagri No 9 dan No
8/2006 ttg Pedoman Pelaksanaan Tugas KDH/Wakil KDH Dalam Pemeliharaan
Kerukunan Umat Beragama, Pemberdayaan Forum Kerukunan Umat Beragama dan
Pendirian Rumah Ibadah.
Penyelenggaraan pemantauan, pelaporan dan evaluasi perkembangan politik di daerah dgn
mempedomani Permendagri No 61/2011 ttg Pedoman Pemantauan, Pelaporan dan Evaluasi
Perkembangan Politik di Daerah.
Penyelenggaraan Pembauran Kebangsaan dgn mempedomani Permendagri No 34/2006 ttg
Pedoman Penyelenggaraan Pembauran Kebangsaan di Daerah.
Lanjutan ...
J
Penguatan inovasi daerah dalam rangka peningkatan kinerja
penyelenggaraan pemda terkait peningkatan pelayanan kesejahteraan masy
dgn mempedomani Pasal 386 UU No 23/2014 dan Peraturan Bersama
Menteri Riset dan Teknologi dan Mendagri No 03/2012 dan No 36 /2012
ttg Penguatan Sistem Inovasi Daerah.
K
Peningkatan akselerasi penguasaan, pemanfaatan, dan kemajuan Ilmu Pengetahuan dan
Teknologi dgn mempedomani UU No 18/2002 ttg Sistem Nasional Penelitian,
Pengembangan dan Penerapan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi;
L
Penanganan gangguan keamanan dalam negeri sbgmn diamanatkan
Instruksi Presiden No 1 Thn 2014 ttg Penanganan Gangguan Dalam
Negeri di Daerah;
M
Tunjangan PNSD yang bertugas pada unit kerja yg mempunyai tugas dan
fungsi terkait dgn pengamanan persandian sbgmn diatur dalam Perpres No
79/2008 ttg Tunjangan Pengamanan Persandian;
Lanjutan ...
N
Penerapan Kartu Tanda Penduduk Elektronik (e-KTP) berbasis NIK
secara Nasional dgn mempedomani UU No 23/2006 ttg
Administrasi Kependudukan sbgmn diubah dgn UU No 24/2013, yg
ditindaklanjuti dgn PP No 37/2007 ttg Pelaksanaan UU No
23/2006, Peraturan Presiden Nor 25 Tahun 2008 ttg Persyaratan
dan Tata Cara Pendaftaran Penduduk dan Pencatatan Sipil dan
pertr per UU an lainnya;
O
Fasilitasi pengaduan masyarakat dan pengembangan akses informasi secara
transparan, cepat, tepat dan sederhana dgn mempedomani UU No 14/2008
ttg Keterbukaan Informasi Publik dan Permendagri no 35/2010 ttng
Pedoman Pengelolaan Pelayanan Informasi dan Dokumentasi di Lingkungan
Kemendagri dan Pemerintahan Daerah; dan
P
Peningkatan daya saing nasional dalam pelaksanaan Masyarakat Ekonomi
ASEAN dgn mempedomani Instruksi Presiden No 6/2014 ttg Peningkatan
Daya Saing Nasional dalam Rangka Menghadapi Masy Ekonomi ASEAN.
ANALISIS
IDETIFIKASI
APBD Kabupaten LUMAJANG
Tahun Anggaran 2014/2015
5 INDIKATOR KINERJA
PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH YANG BAIK
1. Ketepatan waktu penetapan APBD.
2. Porsi belanja APBD untuk
kesejahteraan
masyarakat semakin meningkat.
3. Tingginya prosentase realisasi APBD dan
rendahnya SiLPA.
4. Ketepatan Penyampaian Laporan Keuangan
Pemerintah Daerah (LKPD).
5. Meningkatnya kualitas Opini BPK atas LKPD
PENETAPAN APBD KAB/KOTA TEPAT WAKTU TA 2012 S.D 2014
 TAHUN 2015 DARI 505 KAB/KOTA DATA SEMENTARA BELUM AKURAT DIANTARANYA:
1.
2.
3.
4.
5.
6.
JATIM 38/38 KAB/KOTA 100%
JATENG 35/35 KAB/KOTA 100%
SULSEL 24/24 KAB/KOTA 100%
KALSEL 13/13 KAB/KOTA 100%
BALI 9/9 KAB/KOTA 100%
BENGKULU 4/10 KAB/KOTA 40%
7.JAMBI 11/11 KAB/KOTA 100%
8. SULBAR 6/6 KAB/KOTA 100%
9.GORONTALO 6/6 KAB/KOTA
10.JOGYA 5/5 KAB/KOTA 100%
11.KALTARA 5/5 KAB/KOTA 100%
 TAHUN 2014 DARI 505 KAB/KOTA 325 (64,36%) YANG TEPAT WAKTU 180 KAB/KOTA YG
TERLAMBAT MASINGS DIANTARANYA SBB:
1. BABEL 7 KAB/KOTA 100%
5. BENGKULU 4/10 KAB/KT ATAU 40%
2. JAWA TIMUR 34/38 KAB/KOTA/89,43%
6. LAMPUNG 11/15 KAB/KOTA/73,33%
3. GORONTALO 5/6 KAB/KOTA/ 83,33%
7. KALSEL 8/13 KAB/KOTA /61,54%
4 SULSEL 19/24 KAB/KOTA ATAU 79,17%
8. SUMATERA BARAT 12/19 K/K 63,16%%

TAHUN 2013 KAB/KOTA (7) PROVINSI YG 100% TEPAT WAKTU MASINGS :
1. KALIMANTAN TENGAH 14 KAB/KOTA 100%
2. BANTEN 8 KAB/KOTA 100%
3. KEP. BANGKA BELITUNG 7 KAB/KOTA 100%
4. BALI 9 KAB/KOTA 100%
5. GORONTALO 6 KAB/KOTA 1000%
6. D.I YOGYAKARTA 5 KAB/KOTA 100%
7. SULAWESI BARAT 5 KAB/KOTA 100%
8. JATIM 22/38 KAB/KOTA 57,89%
PENETAPAN PERDA APBD
PROVINSI, KAB/KOTA SE-PROVINSI JAWA TIMUR TAHUN 2011-2014
NO.
DAERAH
Prov. JATIM
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
2012
2013
2014
2015
13 Des 2011
14 Des 2012
09 Des 2013
17 Des 2014
27 Des 2012
03 Januari 2013
21 Januari 2013
22 Januari 2013
17 Des 2012
27 Des 2012
28 Des 2012
26 Des 2012
26 Des 2012
28 Des 2012
27 Des 2013
31 Des 2013
09 Januari 2014
09 Januari 2014
20 Des 2013
20 Des 2013
17 Des 2013
24 Des 2013
07 Januari 2014
31 Des 2013
24 Des 2014
23 Des 2014
29 Des 2014
24 Des 2014
18 Des 2014
30 Des 2014
18 Des 2014
16 Des 2014
30 Des 2014
19 Des 2014
27 Des 2011
Kab. Bangkalan
30 Des 2011
Kab. Banyuwangi
12 Januari 2012
Kab. Blitar
Kab. Bojonegoro 09 Februari 2012
22 Des 2011
Kab. Bondowoso
30 Des 2011
Kab. Gresik
09 Januari 2012
Kab. Jember
23 Des 2011
Kab. Jombang
28 Des 2011
Kab. Kediri
28 Des 2011
Kab. Lamongan
Kab. Lumajang
08 Maret 2012
Terlambat
30 Des 2013
30 Des 2014
Kab. Madiun
Kab. Magetan
Kab. Malang
Kab.Mojokerto
Kab. Nganjuk
Kab. Ngawi
Kab. Pacitan
Kab. Pamekasan
24 Januari 2012
31 Januari 2012
06 Januari 2012
30 Des 2011
30 Des 2011
28 Des 2011
23 Des 2011
09 Januari 2012
28 Januari 2013
23 Januari 2013
21 Des 2012
23 Januari 2013
22 Januari 2013
14 Des 2012
21 Des 2012
08 Januari 2103
30 Des 2013
27 Des 2013
27 Des 2013
31 Des 2013
18 Febuari 2014
11 Des 2013
17 Des 2013
30 Des 2013
23 Des 2014
17 Des 2014
30 Des 2014
30 Des 2014
18 Des 2014
18 Des 2014
12 Des 2014
29 Des 2014
137
Lanjutan...
NO.
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33
34
35
36
37
38
DAERAH
Kab. Pasuruan
Kab. Ponorogo
Kab. Probolinggo
Kab. Sampang
Kab. Sidoarjo
Kab. Situbondo
Kab. Sumenep
Kab. Trenggalek
Kab. Tuban
Kab. Tulungagung
Kota Batu
Kota Blitar
Kota Kediri
Kota Madiun
Kota Malang
Kota Mojokerto
Kota Pasuruan
Kota Probolinggo
Kota Surabaya
2012
2013
2014
28 Des 2011
28 Des 2011
29 Des 2011
12 Des 2011
20 Januari 2012
20 Febr 2012
26 Januari 2012
27 Des 2011
30 Des 2011
27 Des 2011
12 Januari 2012
10 Januari 2012
06 Febr 2012
29 Des 2011
26 Febr 2013
14 Januari 2013
26 Des 2012
14 Febr 2013
31 Januari 2013
27 Des 2012
27 Des 2012
25 Januari 2013
28 Des 2012
19 Des 2012
28 Des 2012
16 Januari 2013
25 Januari 2013
27 Des 2102
24 Januari 2014
30 Des 2013
24 Des 2013
15 Januari 2014
31 Des 2013
09 Januari 2014
31 Des 2013
31 Des 2013
27 Des 2013
27 Des 2013
30 Des 2013
18 Des 2013
20 Febr 2014
31 Des 2013
27 Des 2011
27 Des 2012
30 Des 2013
28 Des 2011
28 Des 2011
17 Januari 2012
03 Febr 2012
13 Des 2012
27 Des 2012
28 Des 2012
26 Des 2012
31 Des 2013
31 Des 2013
23 Des 2013
06 Des 2013
2015
29 Des 2014
24 Des 2014
17 Des 2014
29 Des 2014
22 Des 2014
19 Des 2014
31 Des 2014
30 Des 2014
23 Des 2014
18 Des 2014
23 Des 2014
30 Des 2014
30 Des 2014
19 Des 2014
23 Des 2014
22 Des 2014
29 Des 2014
24 Des 2014
18 DES 2014
138
RINGKASAN APBD KAB. LUMAJANG TA 2015
NO.
1
URAIAN
I
1
2
3
4
2
PENDAPATAN DAERAH
Pendapatan Asli Daerah
Pajak Daerah
Retribusi Daerah
Hasil Pengl Keda dipshkn
Lain-lain PAD yg sah
II
Dana Perimbangan
1
Dana BHP/BH Bkn Pajak
2
3
Dana Alokasi Umum
Dana Alokasi Khusus
III
1
2
3
Lains Pendpt dh yG sah
Hibah
DBH Hsl dari Prov
Dana Penysn dan Otsus
4
BanKeu dari Pemda Provinsi
5
Pendptn yg sah lainnya Desa
Jumlah Pendapatan
2015
KETERANGAN
3
4
1.667.402.993.468,00
170.242.763.900,00
31.735.000.000,00
25.546.029.360,00
4.359.346.000,00
108.602.388.540,00
1.118.111.140.000,00
124.745.265.000,00
923.492.395.000,00
69.873.480.000,00
10,21% ratas 11,19%
sesuaikan UU 28/09
sesuaikan UU 28/09
rasional dgn modal
Harus terukur...!
67,06 % Ratas 73,15 %
asti pormulasinya
Sedang
379.049.089.568,00
32,73% ratas 15,66%
379.049.089.568,00
290.390.167.887,00
7.298.133.000,00
Sesuai dlm Perda Prov
1.667.402.993.468,00
Supaya ada pendekatan
harus sesuai dengan Perpres
RINGKASAN BELANJA
I
1
2
3
4
5
6
7
8
10
9
II
1
2
3
BELANJA DAERAH
1.893.959.344.341,00
Belanja Tdk Langsung
Belanja Pegawai
Belanja Bunga
Belanja Subsidi
Belanja Hibah
Belanja Bansos
BBH Pajak kpd Desa
ADD
Bankeu Kpd Desa
dan Partai politik
Belanja Tdk Terduga
1.160.179.654.249,00
890.264.585.166,00
Belanja Langsung
Belanja Pegawai
Belja Barang / Jasa
Belanja Modal
Jumlah Belanja
Surplus/(Defisit)
79.231.694.700,00
22.741.674.863,00
609.146.953,00
164.802.552.567,00
2.530.000.000,00
733.779.690.092,00
79.341.405.188,00
315.065.480.931,00
339.372.803.973,00
1.893.959.344.341,00
226.556.350.873,00
61,26% ratas kab/kt 51,50%
47,01% Ratas kab/kt 49,39%
5,38% Ratas nas 2%
59,90% dari PAD
0,30% UU 6/2014 ttg Desa 10%
15,74% UU 6/2014/Desa 10%
sesuai potensi bencana..!!!
38,74% ratas Nas 48,65%
4,19% dari belanja
16,64% dari Belanja
17,92% kelompok Rendah
13,59% PMK7/2015 mak 6,25%
RINGKASAN PEMBIAYAAN
PEMBIAYAAN DAERAH
230.556.000.000,00
ini salah yg benar
234.555.649.127,00
I
1
2
3
4
5
6
II
1
2
3
4
Penerimaan Pembiayaan
SiLPA TA sebelumnya
Pencairan Dana Cadangan
Hasil Penjln Kekyda yg dipsh
Penerimaan Pinjaman Drh
Penerimaan kembali pinjm
Penerimaan Piutang Daerah
Jlh Penerimaan Pembyn
Pengeluaran Pembiayaan
Pembentukan Dana Cadgn
Penyertaan Modal Pemda
Pembayaran Pokok Hutang
Pemberian Pinjaman Darh
Jlh Pengelrn Pembiayaan
Pembiayaan Netto
(SILPA)
230.556.000.000,00
229.431.000.000,00
Lamp A.IX.a PM13/2006
1.125.000.000,00
230.556.000.000,00
3.999.649.127,00
harus dgn Perda
Penyrtn Modal
1.764.649.127,00
2.235.000.000,00
3.999.649.127,00
226.556.350.873,00
Surplus Silva
OPINI BPK KAB/KOTA
TA 2011 S.D 2013
OPINI BPK
 TA 2011 PADA TAHUN 2012 (65) YANG WTP ATAU
- ACEH (2) KAB/KOTA
- RIAU (2) KAB/KOTA
- SUMSEL (4) KAB/KOTA
- BENGKULU (3/10) KAB/KOTA (30,33) 3
- LAMPUNG (6/14) KAB/KOTA (42,86%) 2
- BANTEN (5/8) KAB/KOTA (62,50%) 1
13,24% MASINGS:
- JATENG (7) KAB/KOTA
- JATIM (10) KAB/KOTA (26,32%)
- JABAR (2) KAB/KOTA
- SULSEL (2) KAB/KOTA
- SULTENG (3) KAB/KOTA
-
 TA 2012 PADA 2013 (102) WTP atau 20,77% (307) WDP DAN (82) DISCLMR MASING:
- Sumatera Barat 5 Kab/Kota
- Banten 4/8 Kab/Kota (50,00%) 2
- Kep. Riau 4/7 Kab/Kota (57,14%) 1
- Jatim 12 kab/kota (31,58%)
- Lampung 6/15 Kab/Kota (42,86%) 3
- Bengkulu 3 kab/kota
- Sumatera Selatan 5 kab/kota
- Sumut 2 kab/kota
- Kep. Bangka Belitung 2 kab/kota
- Sulut 1 Kab/kota
- Bali 2 kab/kota
- Sulsel 4 kab/kota
- Jawa Barat 2 Kab/Kota
- Kaltim 1 kab/Kota
- SUMBAR 5/19 KAB/KOTA (26,32%)
 TA 2013 PADA 2014 (102) WTP atau 20,77% (307) WDP DAN (82) DISCLMR MASING:
- Aceh 6/23 kab/kota
- Jateng 10/35 Kab/Kota
- Sumbar 8/19 Kab/Kota
- Jatim 15/38 Kab/Kota (39,47%)
- Riau 6/12 Kab/Kota (50,00%) 2
- Yogya 4/5 Kab/Kota (80,00%) 1
- Sumsel 7/15 Kab/Kota
- Kalsel 6/13 kab/Kota
- Bengkulu 5/10 Kab/Kota (50,00%) 3
- Kalbar 4/14 Kab/Kota, dan
- Lampung 5/15 kab/Kota
- Sulsel 7/24 Kab/Kot
OPINI BPK
PROV KAB/KOTA DI JAWA TIMUR TA 2010 S/D 2012
NO DAERAH
WTP
PROV JATIM
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
Kab. Bangkalan
Kab. Banyuwangi
Kab. Blitar
Kab. Bojonegoro
Kab. Bondowoso
Kab. Gresik
Kab. Jember
Kab. Jombang
Kab. Kediri
Kab. Lamongan
2012
2011
WDP TMP
1
1
WTP
WTP
WTP
WDP
1
1
1
2013
WTP
WTP
WTP
2014
WDP
WTP
WTP
WTP
1
1
1
1
1
WDP
WTP
1
WDP
1
WDP
1
WDP
1
WDP
1
WDP
1
WDP
1
WDP
1
WTP
WTP
1
1
1
WDP
WDP
WDP
1
WTP
WDP
WDP
WTP
1
WTP
1
WTP
WTP
1
1
1
WDP
1
1
WDP
1
WDP
1
WDP
1
WDP
1
WDP
1
WDP
1
WTP
1
WDP
1
WDP
1
WDP
1
WTP
11 Kab. Lumajang
1
WDP
1
WDP
1
WDP
1
WTP
12
13
14
15
16
17
18
19
1
WDP
1
WDP
WTP
1
WTP
1
WDP
1
WDP
1
WDP
1
WTP
1
WDP
1
WDP
1
WDP
1
WTP
TMP
1
WDP
1
TMP
WTP
WTP
WTP
WDP
1
1
1
1
1
WTP
WTP
WTP
WTP
WTP143
Kab. Madiun
Kab. Magetan
Kab. Malang
Kab.Mojokerto
Kab. Nganjuk
Kab. Ngawi
Kab. Pacitan
Kab. Pamekasan
1
1
1
1
WDP
WDP
WDP
WTP
WTP
1
1
1
WDP
WTP
1
WTP
1
1
1
WDP
WDP
WDP
1
1
1
1
1
1
OPINI BPK
PROV KAB/KOTA DI JAWA TIMUR TA 2010 S/D 2012
NO DAERAH
2011
WTP WDP TW
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33
34
35
36
37
38
Kab. Pasuruan
Kab. Ponorogo
Kab. Probolinggo
Kab. Sampang
Kab. Sidoarjo
Kab. Situbondo
Kab. Sumenep
Kab. Trenggalek
Kab. Tuban
Kab. Tulungagung
Kota Blitar
Kota Kediri
Kota Madiun
Kota Malang
Kota Mojokerto
Kota Pasuruan
Kota Probolinggo
Kota Surabaya
Kota Batu
2013
2012
WTP WDP TMP
2014
WTP WDP TMP
1
WDP
1
WDP
1
WDP
1
1
WDP
1
1
WDP
1
WDP
WTP
WDP
WDP
WDP
1
WDP
1
1
WDP
1
WTP
WTP
WTP
1
WDP
1
WDP
1
WTP
WTP
WTP
WDP
WTP
WDP
1
WDP
1
WTP
1
WDP
1
WDP
1
WDP
WDP
1
WDP
1
WDP
1
WDP
1
WTP
1
WDP
1
1
WDP
1
WTP
1
WTP
1
WDP
WTP
1
WTP
1
WTP
1
WTP
1
WTP
1
WTP
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
WDP
1
WDP
1
WDP
1
WTP
1
WDP
1
WDP
1
WDP
WTP
1
WTP
1
WTP
1
WTP
1
WTP
1
WTP
1
WTP
1
WTP
1
WDP
WDP
1
WDP
1
WDP
1
WDP
1
WDP
1
1
WTP
1
WTP
1
WTP
1
WDP
1
WTP
1
WTP
1
WDP
1
1
WDP
1
WDP
WTP
1
1
WDP
144
DATA NARASUMBER
NAMA
: MUKJIZAT, S.Sos, M.Si
 TEMPAT/TGL LAHIR
: LAMPUNG 28 MARET 1960
 PENDIDIKAN
: MAGESTER ILMU ADM. NEGARA
UNKRIS JAKARTA
 PEKERJAAN
: DIREKTORAT PERENCANAAN ANGGARAN DAERAH
DITJEN BINA KEUANGAN DAERAH
KEMENTERIAN DALAM NEGERI
 ALAMAT
: KANTOR
JL. VETERAN NO 7 KAKARTA telp 021-3504041
RUMAH
JL. SWAKARSA I B NO 27 RT.04/03
KEL. PONDOK KELAPA
JAKARTA TIMUR KP 13450
 HP
: 0812 867 0828
 NPWP
: 47 108 482 2-002.000
Download