Uploaded by User109364

TUGAS 2 ARS 201 Enik Utmawati NIM 20200309031

advertisement
NAMA : ENIK UTMAWATI
NIM
: 20200309031
KELAS : A MARS JAKARTA
TUGAS 2 ARS 201
1. PETAKAN BERBAGAI TEORI LEADERSHIP
A. TEORI GREAT MAN
Berdasarkan sudut pandang ini, seorang leader memang memiliki karakter kuat seperti
kharisma, kecerdasan, kepercayaan diri, dan keterampilan bersosial sejak lahir.Teori ini
beranggapan bahwa meski lewat pembelajaran, tidak semua orang dapat menjadi
seorang leader hebat.
B. TEORI CONTINGENCY
Teori ini berfokus pada variabel tertentu, yang beranggapan bahwa tidak ada kualitas
leadership yang mampu unggul dalam semua situasi.Hal ini disebabkan karena menjadi
seorang pemimpin, juga harus mengenal keseimbangan antara perilaku kebutuhan, dan
konteks masalah.
C. TEORI TRAIT
Mirip dengan teori Great Man, teori ini beranggapan bahwa seseorang dapat menjadi
pemimpin bila mewarisi karakter dan sifat tertentu.Tidak jarang beberapa orang dengan
karakter yang terkait akan leadership tidak terlihat berambisi mencari posisi pemimpin.
Pun begitu, kualitas leadership yang dimiliki dapat muncul Ketika memimpin kelompok.
D. TEORI BEHAVIORAL
Berkebalikan dengan teori Great Man, teori ini didasarkan pada keyakinan bahwa
kualitas leadership hebat dapat dipelajari melalui pengajaran dan observasi.
E. TEORI SITUATIONAL
Teori ini mengusulkan seseorang dapat dianggap memiliki sifat leadership bila mampu
mengambil Tindakan terbaik berdasarkan variable situasional.
Misalnya, bila seseorang pemimpin adalah orang yang paling berpengetahuan dan
berpengalaman, maka gaya memimpin otoriter dapat dianggap Tindakan tepat. Pada
kasus lain, bila sebuah kelompok diisi oleh para ahli, maka gaya demokratis akan lebih
efektif.
F. TEORI TRANSACTIONAL
Teori ini fokus pada peran pengawasan, organisasi, dan kinerja kelompok. Sistem
hukuman dan penghargaan menjadi dasar dari teori ini, membuat gaya kepemimpinan
seperti ini kerap diimplementasikan dalam dunia bisnis.
G. TEORI PARTICIPATIVE
Teori ini menunjukan bahwa kualitas leadership yang hebat muncul pertimbangan
terhadap masukan orang lain. Partisipasi dan kontribusi anggota kelompok dianggap
penting agar mereka dapat merasa relevan dan berkomitmen untuk terlibat dalam
proses pengambilan keputusan.
H. TEORI TRANSFORMATIONAL
Teori ini dikenal pada koneksi yang muncul antara pemimpin dan bawahan. Pemimpin
tipe ini dituntut untuk dapat memotivasi dan menginspirasi anggota kelompok
memahami akan pentingnya sebuah tugas. Kinerja anggota akan selalu menjadi fokus,
tetapi juga ingin setiap anggotanya memenuhi potensinya. Standar etika dan moral yang
tinggi dianggap sebagai pedoman utama dalam menjadi seorang pemimpin.
2. JELASKAN BERBAGAI TIPE BUDAYA ORGANISASI
12 Tipe Budaya Organisasi yaitu:
1. Achievement Culture
Budaya pencapaian tujuan dengan bekerja baik, nilai anggota organisasi dengan rasa
memiliki tujuan yang realistik (Berpatokan pada standar prima).
2. Self-actualizing Culture
Organisasi dengan nilai kualitas dan keberhasilan pengembangan individu, memberikan
kenyamanan kerja. (berfikir unik melalui caranya masing-masing)
3. Humanistic-encouraging culture
Organisasi yang dikelola dengan partispasi karyawan dengan kemampuan individu.
(Membantu orang lain untuk berkembang)
4. Affiliation culture
Organisasi yang memprioritaskan pembangunan hubungan antar manusia. (Membentuk
persahabatan).
5. Approval Culture
Organisasi yang mencegah konflik dan superfisial, anggota merasa setuju dengan yang
lain, dan saling menyukai satu sama lain. (Berjalan bersama dengan yang lain).
6. Conventional Culture
Organisasi dikelola secara konservatif, tradisional, birokrasi, peraturan ketat. (Wajib
selalu mengikuti kebijakan).
7. Dependent Culture
Organisasi dengan kontrol hirarki yang tinggi tidak partisipatif. Pengambilan keputusan
yang sentralisasi, pimpinan merasa superior setiap kebijakannya adalah benar. (Berada
dibawah kekuasaan).
8. Avoidance Culture
Organisasi mengutamakan hukuman, sistem penghargaan yang buruk, tidak ditolerir
melakukan kesalahan (Karyawan saling menunggu karyawan lain untuk memulai
melakukan pekerjaan).
9. Oppositional Culture
Organisasi yang menghargai pertentangan dan negatifisme, karyawan mempertahankan
status mempengaruhi dengan kritikan dan selalu menentang ide anggota lain.
(Mempermudah keretakan).
10. Power Culture
Organisasi terstruktur tidak partisipatif, berbasis pada kekuasaan berdasarkan posisi
dalam organisasi, anggota percaya bahwa ia akan dihargai jika bisa mengeluarkan biaya,
menekan bawahannya dan sangat responsif terhadap superioritas. (Membangun satu
kekuatan sendiri)
11. Competitive Culture
Kemenangan adalah nilai, dihargai jika bisa unggul dari anggota lain, tetapi karyawan
akan beroperasi dengan prinsip menang-kalah. (Lebih bersifat kontes daripada bekerja).
12. Perfectionistic Culture
Organisasi yang sangat mengagungkan kesempurnaan, menetap tidak mau berubah,
bekerja keras adalah nilai, karyawan berfikir bahwa ia harus menghindari kesalahan,
tetap berada pada jalur pada setiap langkahnya, bekerja melebihi jam kerjanya.
(Mengerjakan sesuatu harus sempurna).
Download