BAB 2 LANDASAN TEORI Dalam perkembangan hunian vertikal diawali dengan perkembangan apartemen lalu berlanjut dengan condominium. Di bawah ini akan dijelaskan tentang hunian vertikal yang dimulai dari apartemen hingga condominium 2.1 Tinjauan Apartemen 2.1.1 Pengertian Apartemen Menurut Kamus Umum Bahasa Indonesia, apartemen memiliki pengertian, suatu jenis hunian yang disewakan dalam bentuk tempat tinggal atau rumah yang umumnya berada dalam bagian bangunan bertingkat. 2.1.2 Klasifikasi Apartemen No. 1. 2. 3. No. 1. 2. 3. 4. No. 1. 2. Tabel 2.1 Apartemen berdasarkan Tipe Pengelolaannya. Apartemen Tipe Penglolaan Dikelola menggunakan manajemen seperti hotel. Apartemen Servis Layanan fasilitas termasuk unit furnished, housekeeping, layanan kamar, laundry dan business centre. Apartemen Kepemilikannya milik perseorangan atau pribadi. Perseorangan Adapun servis dan layanan kamar dikenai biaya yang (Condominium) berbeda oleh pengelola apartemen. Apartemen Milik Perawatan dan pelayanan menjadi tanggungjawab Bersama penghuni itu sendiri. Sumber: Menata Apartemen, 2007 Apartemen Tabel 2.2 Apartemen berdasarkan Lokasinya. Lokasi City Apartemen di daerah perkotaan. Airport Apartemen di daerah Bandar Udara. Sub Urban Apartemen di daerah Sub Urban. Semi Residential di daerah pegunungan, tepi pantai, tepi danau dan Apartemen lainnya. Sumber: Menata Apartemen, 2007 Tabel 2.3 Apartemen berdasarkan Jenis dan Besarnya bangunan Apartemen Jenis dan Besarnya bangunan Terdiri dari 2-4 lantai. Memiliki taman di sekitar bangunan. Tergolong apartemen menengah atas. Terdiri 3-6 lantai. Walk-up Apartemen Tidak selalu memiliki lift di dalamnya. Sumber: Menata Apartemen, 2007 Garden Apartemen 11 12 No. Low-Rise Apartemen 4. 5. No. 2. 3. 4. 2.2 Jumlah lantai kurang dari 7 lantai. Akses vertikal meggunakan tangga. Tergolong apartemen menengah ke bawah. Terdiri dari 7-10 lantai. Medium-Rise Apartemen Biasanya berada di daerah kota satelit. Jumlah lantai lebih dari 10 dengan dilengkapi basement, sistem kenyamanan dan servis penuh. High-Rise Apartemen Struktur sistem bangunan lebih kompleks dan unit cenderung standart dan berada di pusat kota. Sumber: Menata Apartemen, 2007 3. 1. Tabel 2.3 Apartemen berdasarkan Jenis dan Besarnya bangunan Apartemen Jenis dan Besarnya bangunan Apartemen Tabel 2.4 Apartemen berdasarkan Tipe Unit Tipe Unit Terdiri dari 1 ruangan bersifat multifungsi dan relatif kecil. Luasan minimal 20-35 m2. Pembagian ruang seperti rumah biasa. Apartemen 1,2,3 Kamar Luasan minimal untuk 1 kamar tidur 25 m2, 2 (Apartemen Keluarga) kamar tidur 30 m2, 3 kamar tidur 85 m2, dan 4 kamar tidur 140 m2. Bekas gudang/pabrik yang dialihfungsikan Loft sebagai apartemen dengan hanya menggunakan sekat untuk setiap ruangannya. Biasanya terletak pada bagian paling atas sebuah apartemen. Penthouse Hanya terdiri 1 atau 2 unit saja pada lantai tersebut dan memiliki lift khusus penghuninya. Luasan minimum penthouse 300 m2. Sumber: Menata Apartemen, 2007 Studio Tinjauan Condominium 2.2.1 Pengertian Condominium Kondominium atau biasa menyebutnya secara singkat dengan kondo berasal dari kata bahasa Inggris, yakni condominium. Kata ini merupakan gabungan dari kata Latin "con" yang artinya bersama atau bergabung dan "dominium" atau kepemilikan atau pengendalian. Condominium adalah bentuk hak guna perumahan yang memiliki kepemilikan pribadi yang tersusun seperti rumah susun. 13 2.2.2 Pengelompokkan Condominium Menurut Indonesia Apartment (2007) menuliskan bahwa condominium dapat dikelompokkan menjadi beberapa jenis sebagai berikut. Tabel 2.5 Condominium berdasarkan Ketinggian Level Bangunan Tipe High Rise LowRise Garden Twon Houses Lantai ≥6 lantai ≤6 lantai ≤6 lantai 2-4 lantai Tipologi Kotak, Persegi Panjang, Lingkaran. Sasaran Menengah atas Slab. Menengah ke bawah Porsi taman luas dan ruang terbuka. Menengah atas Saling berbagi tembok. Menengah atas Sumber: Majalah Indonesia Apartement,2007 Tabel 2.6 Condominium berdasarkan Ekonomi Sederhana Ukuran Unit Relative Kecil Material Fasilitas Sederhana Minim Menengah Standar Standar Standar, lift, minimarket, laundry, parkir. Mewah Besar Super Mewah Sangat besar, penthouse Mewah Mewah, import, desain khusus. Lengkap Lengkap, Entertain, Spa, (Skala Internasional) Lokasi Padat, area pemerintah. Perumahan, kompleks apartemen yang cukup padat. Strategis Sangat strategis, tengahtengah kota. Sumber: Majalah Indonesia Apartement,2007 Tabel 2.7 Condominium berdasarkan Sirkulasi Horizontal No . 1. 2. Jenis Open Corriodor Single Loaded Closed Corridor Double Loaded Corridor Keterangan Terbuka, railing/tembok kurang lebih 1-1,5 m Tertutup, Jendela atau tidak berjendela, Menggunakan jalusi. Tertutup, dikelilingi unit. Sumber: Majalah Indonesia Apartement,2007 14 Tabel 2.8 Condominium berdasarkan Sirkulasi Vertikal No. Core Walk up 1. Ketinggian Bangunan Jenis 2. 4 lantai Corridor Elevator 6 lantai Keterangan Tangga sirkulasi dikelilingi unitunit hunian. Tangga sirkulasi diletakkan pada ujung korridor. Lift merupakan sirkulasi utama dan terdapat lobby tunggu Sumber: Majalah Indonesia Apartement,2007 Tabel 2.9 Condominium berdasarkan Sistem Penyusunnya No. Jenis Jumlah Lantai Sasaran 1. Simplex 1 lantai Menengah 2. Duplex 2 lantai Menengah Atas 3. Triplex 3 lantai Golongan Atas Keterangan Semua ruang berada pada satu lantai. Jumlah unit dapat dimaksimalkan. Berlokasi di daerah ibukota yang padat. Lantai 1, ruang untuk aktifitas. Lantai 2, untuk ruang pribadi. Koridor lebih hemat. Sistem pembagian sama seperti duplex. Lantai 2 dan 3 untuk area privat. Sumber: Majalah Indonesia Apartement,2007 Tabel 2.10 Condominium berdasarkan Sistem Penyusunnya Simplex Duplex Triplex Gambar 2.2 Duplex Gambar 2.3 Triplex Gambar 2.1 Simplex Sumber:www.google.co.id, Sumber: Sumber:www.google.co.id, 2013 www.google.co.id, 2013 2013 Sumber:Samuel, Paul. Apartement.1976 2.2.3 Deskriptif Condominium dan Apartemen Condominium dan apartemen adalah salah satu dari bangunan yang memiliki fungsi yang sama tetapi cenderung berbeda karena memiliki beberapa perbedaan. Berikut ini adalah deskripsi antara condominium dan apartemen: 15 Tabel 2.11 Deskripsi Condominium dan Apartemen No . 1. 2. 3. 4. 5. Lingkup Kepemilikan Lamanya tinggal Sistem Manajemen Perawatan Fasilitas Pertimbangan membeli 6. Luas Ruangan 7. Fasilitas Condominium Apartemen Hak Milik Sewa 25 tahun Seumur Hidup Berlaku 25 tahun Penghuni Apartemen Perawatan pengelola Pengelola Condominium Perawatan bersama Investasi, Tempat tinggal Tempat tinggal Luas. Condominium seperti rumah. Mewah dan lengkap karena condominium cenderung memperhatikan kebutuhan user. Relatif kecil. Tidak terlalu lengkap. Sumber:Dokumentasi Pribadi, Mei 2013 2.2.4 Penilaian Investasi Condominium Berikut ini hal-hal yang harus diperhatikan untuk pemilihan tapak lokasi untuk condominium: 1. Lokasi. Lokasi yang cocok untuk investasi condominium adalah lokasi yang strategis, memiliki fasilitas pendukung yang baik berdekatan dengan lokasi bisnis, tempat wisata ataupun tempat pusat perbelanjaan. 2. Konsep. Konsep bangunan, lingkungan dan fasilitas-fasilitas yang disediakan di dalam condomonium sangat berpengaruh pada minat pengunjung. 2.2.5 Sistem Penentuan Harga Berikut ini adalah beberapa hal yang dapat berpengaruh terhadap penentuan sistem harga condominium: 1. Luasan Unit. Luasan unit dapat dikatakan memberi nilai lebih dibandingkan jumlah unit kamar. Hal tersebut karena terkadang luasan unit dengan jumlah kamar 2 disamakan dengan unit jumlah kamar 3. 16 2. Ketinggian Lantai. Ketinggian lantai yang dimiliki setiap unit memiliki nilai jual lebih tersendiri. Misalnya saja lantai atas akan lebih mahal dibandingkan dengan lantai bawah karena lantai atas view pemandangannya yang lebih luas. 3. Kelengkapan Fasilitas. Kelengkapan fasilitas dibagi menjadi dua hal, yaitu kelengkapan fasilitas kamar dan bangunan condominium itu sendiri. Fasilitas kamar yang lengkap akan menambah harga nilai unitnya semakin tinggi disertai dengan fasilitas condominum yang lengkap. 4. Letak Unit Hunian. Letak unit hunian itu lebih mengarah pada dua hal, yaitu lokasi dan view. Dari semua hal yang dijabarkan yang paling berpengaruh dalam penetapan harga dan penjualan condominium adalah view. 2.2.6 Studi Banding Apartemen dan Condotel di Jakarta. Studi banding ini dilakukan dengan membandingkan beberapa apartemen dan condotel di Jakarta Timur khususnya daerah sekitar Cawang. 17 Gambar 2.4 Studi banding 01 Sumber: Dokumentasi Pribadi, Mei 2013 17 18 Gambar 2.5 Studi banding 02 Sumber: Dokumentasi Pribadi, Mei 2013 19 Gambar 2.6 Studi banding 03 Sumber: Dokumentasi Pribadi, Mei 2013 20 Gambar 2.7 Studi banding 04 Sumber: Dokumentasi Pribadi, Mei 2013 21 2.2.7 Kesimpulan Hasil Analisis Studi Banding Apartemen, Residential dan Condotel di Cawang, Jakarta Timur khususnya di pinggiran kota. Lokasi tapak semakin mendekati pinggiran kota, memiliki kecenderungan type unit kamar 3 bedroom. Hal tersebut dikarenakan semakin terpinggir lokasi dari kota maka sasaran pengguna akan berbeda dengan pusat kota. Pusat kota yang dekat dengan CBD lebih cenderung didominasi dengan kamar type studio atau 1 bedroom sedangkan di pinggiran kota memiliki jenis type 3 bedroom sebagai tambahan tetapi tetap tidak mendominasi dari jumlah keseluruhan unit. Type 3 bedroom ini hadir karena umumnya digunakan sebagai tempat tinggal keluarga yang tidak hanya sebatas untuk pekerja atau kalangan ekspatriat saja. Kemunculan type ini tidak mendominasi dari jumlah keseluruhan unit. Unit tetap didominasi type studio ataupun 1 Bedroom. 2.2.8 Penggunaan Untuk Desain Analisa dari hasil studi banding yang akan digunakan pada desain, yaitu: Type unit yang digunakan adalah type Studio, 2 Bedroom dan 3 Bedroom. Persentase jumlah type studio yang akan dibuat lebih banyak dibandingkan dengan jumlah 2 Bedroom dan 3 Bedroom. Penentuan type, luasan dan jumlah unit dilakukan dengan pertimbangan guna memaksimalkan KLB dan jumlah unit. Unit fasilitas retail ataupun penunjang akan disesuaikan dengan kebutuhan penghuni dan lokasi sekitar. 2.3 Tinjauan Arsitektur Hijau 2.3.1 Pengertian Arsitektur Hijau Menurut Tri Harso Karyono (2010), arsitektur hijau adalah salah satu rancangan lingkungan binaan, kawasan, dan bangunan yang komprehensif. Perancangan dengan arsitektur hijau harus minim dalam menimbulkan dampak negatif serta dapat meningkatkan kualitas hidup manusia. 22 2.3.2 Prinsip-Prinsip Arsitektur Hijau Berikut ini penjabaran prinsip-prinsip arsitektur hijau menurut Karyono, T.H (2010) yaitu: 1. Penghematan Energi Penghematan energi dapat dilakukan dengan berbagai macam cara dalam desain bangunan sebagai berikut. 1. Meminimalkan perolehan panas matahari. 2. Orientasi bangunan Utara-Selatan (Memanjang Timur-Barat). 3. Organisasi Ruang. Contohnya, aktifitas/ruang utama diletakkan di tengah bangunan, diapit oleh ruang-ruang penunjang/servis di sisi timur-barat. 4. Memaksimalkan pelepasan panas bangunan. 5. Meminimalkan radiasi panas dari plafond (lantai atas). 6. Hindari radiasi matahari memasuki bangunan atau mengenai bidang kaca. 7. Memanfaatkan radiasi matahari tidak langsung untuk menerangi ruang dalam bangunan. 8. Optimalkan ventilasi silang (untuk bangunan non-AC) 9. Warna dan tekstrur dinding luar bangunan. 10. Rancangan ruang luar. 2. Pemanfaatan Energi Terbarukan 3. Material Bangunan 1. Material Terbarukan (Renewable Materials). 2. Penggunaan Material Bekas(Reuse Materials). 3. Daur Ulang Material (Recycle Materials). 4. Material Sehat Tidak Mengontaminasi Lingkungan. 4. Konservasi air dan Peresapan Air Hujan 5. Meminimalkan Pemanasan Kawasan 1. Penghijauan Kawasan. 2. Penghijauan Atap Bangunan. 3. Meminimalkan Efek 'Urban Heat Island'. 6. Kondisi Lingkungan Fisik di dalam Bangunan 1. Kenyamanan Fisik Ruang. 2. Kualitas Udara Ruang. 23 Pada dasarnya arsitektur hijau yang akan dibahas dalam perancangan ini mencangkup Working with Climate, Respect for Site dan Respect for User. Menurut Prof. Peter Schmid dalam bukunya Biologische Architektur mengatakan bahwa keseimbangan alam, manusia dan lingkungan pembangunan/terbangun akan menciptakan harmoni yang menentukan kualitas suatu lingkungan. Hubungan tersebut dilukiskan dalam gambar seperti di bawah ini. Gambar 2.8 Hubungan manusia dengan alam dan pembangunan Sumber: Frick, 1996. Heinz. Arsitektur dan Lingkungan 2.3.3 Pembahasan Topik 'Meminimalkan Pemanasan Kawasan' Kawasan terbangun di perkotaan cenderung memiliki suhu udara yang sangat tinggi dibandingkan dengan kawasan alamiah yang ditumbuhi oleh vegetasi. Material keras jika terpapar sinar matahari akan menjadi panas yang kemudian akan memancarkan kembali panasnya ke udara dan lingkungan yang menyebabkan terjadinya pemanasan kawasan. Menurut Karyono, T.H. (2010) hal tersebut dapat diatasi dengan penghijauan kawasan, penghijauan atap bangunan dan mengurangi perkerasan pada muka tanah. Ketiga hal tersebut dapat meminimalkan efek Urban Heat Island. Jika penurunan suhu dalam bangunan dan lingkungan telah berhasil diupayakan, hal tersebut akan berpengaruh terhadap kenyamanan thermal penggunanya. 2.3.4 Pengolahan Tapak yang Mendasar. Berikut ini adalah pengaplikasian rancangan arsitektur hijau menurut Karyono T.H. (2010). 1. Lokasi dan Tapak. a. Lokasi bangunan atau fasilitas perlu berada dalam jangkauan jaringan infrastruktur kota, jalan raya, saluran air bersih, listrik, telepon, gas dan lainnya. b. Perubahan lahan tapak harus dilakukan seminimal mungkin. 24 2. Pengolahan Tapak dan Peningkatan Kualitas Tapak. Perbaikan tanah diizinkan jika tanah mempunyai daya dukung yang rendah misalnya tanah berawa atau tanah bekas pembuangan sampah. Perkerasan tanah perlu mempertimbangkan aspek "penyerapan" air hujan. Penggunaan material berpori, conblock, grassblock merupakan material yang direkomendasikan. 3. Jalur Pedestrian. Penyediaan jalur pedestrian yang baik akan membantu untuk membiasakan berjalan kaki. Hal tersebut akan mengurangi gas emisi CO2 dan polusi udara. 4. Transportasi Kawasan. Jalur kendaraan pada lahan tapak pun perlu diperhatikan. Misalnya saja dalam jarak tertentu saja pencapaian kendaraan pribadi dan tidak dapat memasuki ke seluruhan lahan. Selain itu, lahan parkir ditanami oleh tanaman peneduh termasuk dekat jalur pedestrian juga. Tapak yang dekat dengan jalur transportasi kota akan membuat penghuni memilih menggunakan kendaraan umum dibandingkan kendaraan pribadi. 2.4 Tinjauan 'Skyrise Greenery' 2.4.1 Pengertian 'Skyrise Greenery' Skyrise Greenery adalah salah satu bentuk penghijauan yang dilakukan pada bangunan tinggi baik pada bidang horizontal maupun vertikal. Skyrise Greenery ini semakin menjadi komponen penting dari pembangunan perkotaan yang berkelanjutan. 2.4.2 Keterkaitan Dengan Urban Heat Island Urban Heat Island umumnya terjadi di perkotaan. Skyrise Greenery diusung sebagai salah satu cara untuk mengatasi dampak Urban Heat Island. Suhu yang tinggi di perkotaan dapat mempengaruhi kualitas hidup dan lingkungan masyarakatnya. Dampak tersebut meliputi sebagai berikut: 1. Peningkatan konsumsi energi. Peningkatan konsumsi energi terjadi akibat udara yang panas seiring dengan kebutuhan energi yang meningkat untuk pendinginan. 25 2. Peningkatan emisi polutan udara dan gas rumah kaca. Kebutuhan listrik yang kian meningkat menyebabkan perusahaan yang bergantung pada pembangkit listrik berbahan bakar fosil berperan serta dalam peningkatan polusi udara dan emisi gas rumah kaca. 3. Gangguan kualitas air. Suhu lingkungan yang meningkat dapat menyebabkan peningkatan suhu pada air. Masalah utamanya ketika stormwater polutan mengalir pada ekosistem air dan mengandung zat yang mungkin berbahaya serta didukung dengan adanya perubahan suhu air. 4. Manusia Kesehatan dan Kenyamanan Polusi udara yang berkaitan dengan Urban Heat Island dapat mempengaruhi kesehatan manusia dan berkontribusi terhadap ketidaknyamanan. 2.4.3 Keuntungan dari Skyrise Greenery Skyrise Greenery mempunyai potensi yang besar untuk mengubah cara kota bekerja menjadi kota yang bertanggujawab dengan memikirkan berkelanjutan. Berikut ini adalah manfaat dari Skyrise Greenery: 1. Estetis a. Penghijauan kota yang bertentangan dengan lingkungan perkotaan yang keras. b. Meningkatkan desain arsitektur untuk membuat landmark iconik. c. Membantu untuk melembutkan perkotaan melalui lansekap. d. Memberikan keindahan visual lingkungan bagi warga. 2. Lingkungan a. "Isolasi termal/pendinginan guna mengurangi efek Urban Heat Island dengan menggunakan shading penyerap permukaan panas. (McPherson, 1994)." "Penghijauan dapat mengurangi jumlah re-radiasi panas. Hanya 20% dari energi matahari yang jatuh di atas daun pohon tercermin (Peck dkk., 1999)." b. Peningkatan keanekaragaman hayati habitat alami di perkotaan. c. Pembersihan dan anti-polusi meningkatkan kualitas udara. dalam bentuk partikel debu, 26 d. Meningkatkan retensi air hujan untuk membantu mengatasi saluran air hujan yang meluap dan mencegah terjadinya banjir. "Tutupan vegetasi tambahan mengurangi limpasan stormwater perkotaan dengan 7% sampai 12% (Sanders, 1986)." Dapat menahan air sebanyak 75% air yang jatuh, agar nantinya akan dilepas kembali ke atmosfer secara perlahan melalui proses kondensasi dan transpirasi. e. Sebagai filter polutan dan logam berat agar tidak hanyut bersama aliran air ke permukaan tanah. 3. Terapis a. Menggunakan penghijauan dan rooftop greenery sebagai tempat yang memberikan ketenangan. b. Dapat mengisolasi gedung dari kebisingannya aktifitas kota. c. Tanah dapat memblokir frekuensi yang rendah sedangkan tanamannya mampu memblokir frekuensi suara yang lebih tinggi. "Mengurangi tingkat kebisingan hingga 50 dB (McMarlin, 1997). Menurunkan suara dengan 40dB dan 46dB (Minke, 1982). Manfaat akustik bergantung pada massa lapisan substrat dan kebocoran suara yang ada, seperti skylight (Hendricks, 1994)." 4. Ekonomis a. Menambahkan nilai ekomonis pada penghijauan properti. b. Skyrise mengoptimalkan ruang hijau. c. Meningkatkan daya tarik estetika bangunan dan meningkatkan nilai properti, dan jual bangunan secara keseluruhan, terutama dengan rooftop greenery yang dapat diakses. d. Membantu mengurangi biaya energi pendingin, tergantung pada jenis dan tingkat, ukuran bangunan, dan iklim. "Satu pohon dapat evapotranspirate 40 galon air dalam sehari, mengimbangi panas setara dengan yang dihasilkan oleh seratus lampu 100 watt operasi delapan jam per hari (Rosenfeld et al., 2000)." e. Sebagai insulasi pendinginan gedung sehingga dapat menghemat biaya AC. 27 '"Skyrise Greenery dapat mengurangi beban AC dengan mendinginkan suhu udara langsung luar bangunan. 5,5°C reduksi dapat menurunkan jumlah energi yang dibutuhkan untuk AC sebesar 50% sampai 70% (Peck, 1999). f. Rooftop greenery dapat bertahan hingga dua kali lebih lama dibandingkan atap konvensional, mengurangi pemeliharaan dan penghematan biaya. 5. Sosial a. Meningkatkan rasa ingin memiliki rooftop greenery dan mendorong interaksi masyarakat. b. Di gedung perkantoran, rooftop greenery menyediakan tempat alternatif bagi karyawan untuk mengurangi stres dan berbaur dengan rekan kerja dalam suasana yang lebih santai. c. Kombinasi rooftop greenery dan vertical greenery menambah ruang hijau dan semangat perkotaan. d. Membawa hijau semakin dekat untuk penghuni bangunan tinggi. 2.4.4 Pembagian Bidang Skyrise Greenery Skyrise Greenery untuk saat ini terfokuskan pada 2 bagian yaitu Rooftop Greenery (salah satu penerapan bidang horizontal) dan Vertical Greenery. Gambar 2.9 Penerapan Skyrise Greenery Sumber: www.skyrisegreenery.com, April 2013 Rooftop greenery mengacu pada upaya penghijauan dan lansekap pada permukaan atap. Secara umum, ada dua kategori utama yaitu ekstensive rooftop greenery dan intensif rooftop greenery sedangkan Vertical Greenery merupakan dimensi baru dalam penghijauan terkait infrastruktur dimana tanaman dimasukkan dalam permukaan vertikal 28 2.4.5 Penggunaan Rooftop Greenery Rooftop Greenery ini terbagi menjadi 2 macam sebagai berikut: 1. Extensive Rooftop Greenery. Taman atap jenis ini membutuhkan biaya perawatan yang cukup murah, media tanam tidak dalam karna spesies vegetasi terbatas hanya untuk tanaman hias ringan, sederhana dan dekoratif semata. Lapisan vegetasi tipis dan ringan dibandingkan dengan intensif rooftop greenery. Gambar 2.10 Penerapan Extensive Rooftop Greenery. NIE Admin building, Universal Studios Singapore, University Town (National University of Singapore). Sumber: www.skyrisegreenery.com, April 2013 2. Intensive Rooftop Greenery. Intensive Rooftop Greenery mampu menampung segala jenis tanaman besar dan kecil. Umumnya digunakan pada gedung pencakar langit serta dapat dimanfaatkan sebagai sarana rekreasi/ruang komunal. Kedalaman media tanah lebih dalam dibandingkan Extensive. Potensi lansekap Intensive Rooftop Greenery lebih banyak dalam penggunaan vegetasi dan umumnya memerlukan perawatan lebih. Gambar 2.11 Penerapan Intensive Rooftop Greenery. Shaw House, Liang Seah Place, Liberty House. Sumber: www.skyrisegreenery.com, April 2013 2.4.6 Perbedaan Extensive Rooftop Greenery dan Intensive Rooftop Greenery. Tabel 2.12 Perbedaan Extensive dan Intensive Rooftop Greenery Table 1: Perbandingan antara Extension and Intensive Green Roof Systems EXTENSIVE GREEN ROOF INTENSIVE GREEN ROOF Media tumbuh tipis, tidak perlu irigasi, Media tumbuh dalam, perlu irigasi, kondisinya tanaman mudah stress dan keanekaragaman menguntungkan tanaman, keanekaragaman hayati rendah. hayati tinggi dan mudah diakses. Sumber:Kuhn, Monica. Design Guideliness For Green Roofs 29 Tabel 2.12 Perbedaan Extensive dan Intensive Rooftop Greenery Table 1: Perbandingan antara Extension and Intensive Green Roof Systems EXTENSIVE GREEN ROOF INTENSIVE GREEN ROOF Keuntungan: Keuntungan: Ringan, atap umumnya tidak memerlukan Lebih besar akan keanekaragaman hayati dan penguatan. habitat. Cocok untuk area yang luas. Bersifat insulasi yang baik. Kemiringan untuk atap dengan 0- Dapat membuat taman satwa. 30°(slope). Menarik secara visual. Perawatan rendah dan berumur panjang. Seringdiakses dengan pemanfaatan beragam. Tidak ada irigasi dan drainase. Lebih efisiensi energi dan mempunyai Tidak memerlukan keahlian teknis. kemampuan dalam penyerapan air hujan. Hidup membran lebih panjang. Dapat tanaman tumbuh secara spontan dan lebih alami. Relatif murah dan mudah dilakukan. Kerugian: Kerugian: Kurangnya efisiensi energi dan terhadap Lebih membebani atap. penyerapan air hujan. Perlu sistem irigasi dan drainase. Pemilihan tanaman terbatas. Modal dan perawatan yang tinggi. Biasanya tidak ada akses untuk rekreasi. Membutuhkan keahlian untuk merawatnya. Sumber:Kuhn, Monica. Design Guideliness For Green Roofs 2.4.7 Komponen dari Rooftop Greenery Ada lima komponen dasar dalam susunan Rooftop Greenery. Berikut ini 5 lapisan utama Rooftop Greenery yang dimulai dari lapisan atas, yaitu: 1. Lapisan tumbuh-tumbuhan dan media tanam. Lapisan ini dapat berupa tanah dengan ketebalan tertentu tetapi ada pula yang tidak menggunakan tanah untuk media pertumbuhannya, misalnya saja dengan menggunakan batu kerikil bergantung terhadapa jenis budidaya tanamannya. 2. Lapisan penyaring. Lapisan ini mencegah pelumpuran lapisan air yang terserap dan terdiri dari bahan penyaring. Lapisan tersebut adalah geotextile yang digunakan sebagai penyaring sehingga air yang masuk tidak membawa kotoran atau tanah. Gambar 2.12 Filter Layer (Geotextile) Sumber: www.google.co.id, Maret 2013 30 3. Lapisan penyaluran air. Lapisan ini mencegah kelebihan air pada tumbuh-tumbuhan dengan cara membantu penyimpanan air bersih yang telah tersaring oleh lapisan penyaring. Bentuknya disesuaikan seperti mangkuk penampung yang tentunya akan digunakan untuk menampung air berlebihan dan menghentikannya agar tidak mengenai lapisan perlindungan kelembaban. Gambar 2.13 Drainase Layer Sumber: www.google.co.id, Maret 2103 4. Lapisan perlindungan kelembaban. Retention matt yang berguna untuk menjaga kelembaban antara pertemuan tanah, air dan dak beton berwaterproofing. Hal ini diperlukan untuk mencegahnya tumbuh kembang dan bersarangnya jamur. Gambar 2.14 Moisture Retention Matt Sumber: www.google.co.id, Maret 2013 Tak hanya itu saja, retention matt ini membantu mencegahnya akar tembus hingga merusak konstruksi yang berfungsi sebagai lapisan pembatas/penjaga. 5. Lapisan pelindung dak beton. Lapisan ini dapat berupa waterproofing yang berguna melindungi atap agar air dari tanaman tidak mengenai beton. Thermal insulation pun dapat digunakan sebagai pelindung dak beton karena sifatnya yang dapat mengurangi panas sekaligus kedap air. Bahannya seperti aluminium foil hanya saja lebih tebal dan lebar. Perlindungan ini sangat dibutuhkan agar pohon atau tanaman tidak merusak konstruksi bangunan, misalnya konstruksi atap. 31 Gambar 2.15 Thermal Insulation Sumber: www.google.co.id, Maret 2013 Teknis detail pemasangan Rooftop Greenery sebagai berikut: Gambar 2.16 Lapisan Rooftop Greenery Sumber: www.google.co.id, April 2013 Adapun cara lain yang diterapkan di salah bangunan hunian vertikal di Jakarta hanya menggunakan 3 lapisan utama saja. Lapisan teratas tanaman, tanah, kerikil dan waterproofing. Lapisan ini lebih mudah dan murah. Hal tersebut tidak menjadi masalah untuk diterapkan karena intinya adalah bagaimana tanaman dapat berada di atas atap untuk menurunkan suhu ruangan di bawahnya tanpa merusak lapisan dak beton. 2.4.8 Penggunaan Vertical Greenery Ada 3 komponen dasar pada Vertical Greenery, yaitu tanaman, sistem dan media, dan irigasi. Berikut ini akan dijelaskan tentang komponen sistem dan media. 1. Sistem dan Media a. Support System Sistem pendukung yang dirancang untuk mengarahkan tanaman di atas permukaan vertikal sehingga dapat merambat ke arah bawah tanah. Struktur dukung tersebut dapat berupa wire mesh atau kabel. 32 Applied Materials building, School Of The Arts (SOTA), Treelodge @ Punggol. Helios Residences,HSBC@Mapletree Business Centre, Singapore Management University. Gambar 2.17 Vertical Greenery dengan menggunakan Support System Sumber: www.skyrisegreenery.com, April 2013 Gambar 2.18 Layer mendasar pada Support System. Sumber: www.skyrisegreenery.com, April 2013 b. Cassette System Cassette System terdiri dari unit modular yang dapat dengan mudah dipasang dan melekat pada permukaan berbagai dinding. Unit-unit modular berisi media tanam untuk mendukung pertumbuhan tanaman. Choa Chu Kang polyclinic, Orchard Central, Liberty House. Marina Bay City Gallery, Pinnacle @ Duxton, Republic Plaza. Gambar 2.19 Vertical Greenery dengan menggunakan Cassete System Sumber: www.skyrisegreenery.com, April 2013 33 Gambar 2.20 Modul Cassete System Sumber: www.google.co.id, April 2013 c. Planter System Planter System terdiri dari kotak penanam dipasang secara berkala ke struktur atau frame. Mirip dengan Cassette System, Liang Seah Place, Facebook (Singapore office), 158 Cecil Street (Main atrium). Gambar 2.21 Vertical Greenery dengan menggunakan Planter System Sumber: www.skyrisegreenery.com, April 2013 Gambar 2.22 Modul dasar Planter System Sumber: www.skyrisegreenery.com, April 2013. Sistem planter ini dapat diterapkan pula dengan menggunakan pot tanaman yang kini diterapkan di taman kota jakarta, seperti yang terlihat pada gambar di bawah ini. 34 Gambar 2.23 Penerapan Planter System di Jakarta dengan menggunakan pot Sumber: www.google.co.id, Juni 2013. Adapun cara lain pemasangan Vertical Greenery yang diterapkan di Indonesia yang telah diterapkan di sebuah gedung perkantoran khusus penghijauan dan pendinginan yang berkaitan bangunan. Gedung ini dibawah ini adalah Gedung Sandjaja yang berada di Jalan Hayam Wuruk yang sekaligus dijadikan tempat untuk melakukan penelitian. Gambar 2.24 Tampak Vertical Greenery di Gedung Sandjaja, Jakarta Pusat. Sumber: Dokumentasi Pribadi, Mei 2013. Gambar 2.25 Penerapan sistem kantung pada Vertical Greenery. Sumber: Dokumentasi Pribadi, Mei 2013. Sistem kantung ini terkesan lebih mudah dan praktis maintenance. Penanaman ini hanya menggunakan 2 lapisan saja. Lapisan Retention matt untuk mencegah jamur dan lapisan geotextile. Penanaman seperti ini tidak membutuhkan media tanam seperti tanah. Tanaman kecil yang telah dibudidayakan dimasukan ke dalam kantung lapisan (geotextile dan retention matt) tersebut dan untuk pengairan dilakukan secara otomatis 35 setiap 4 menit sekali dengan sistem tetes. Penggunaan air pun sedikit karena walaupun air mengalir dan keadaan lapisan selalu basah, pengairannya dilakukan dengan menggunakan sistem tetes menggunakan pipa yang kecil. Vertical greenery yang selalu dalam keadaan basah ini tidak akan merusak lapisan dinding karena pemasangannya tidak menempel pada dinding. Pemasangan dilakukan dengan menggunakan rangka besi/baja ringan. Lapisan tersebut kemudian ditempel dengan menggunakan paku kepada rangka tersebut. Adapun sisa ruang diantara dinding dan lapisan dapat digunakan untuk area maintenance. Gambar 2.26 Area maintenance tampak atas pada Vertical Greenery. Sumber: Dokumentasi Pribadi, Mei 2013. Pencahayaan tanaman pada malam hari dapat menggunakan lampu halogen yang mempunyai sensor ketika keadaan mulai gelap, lampu akan menyala dengan sendirinya. Penanaman seperti ini dapat dikatakan mahal tetapi untuk perawatan cukup murah dan mudah. Maintenance sangat mudah ketika tanaman hendak dirapihkan, penyiraman pun dilakukan secara otomatis dan pencahayaan buatan pun dapat menyesuaikan. 2.4.9 Drainase Untuk intensif Rooftop Greenery sangat dibutuhkan drainase. Berikut ini adalah skematik untuk drainase atap bila menggunakan rooftop greenery. Gambar 2.27 Contoh lubang drainase yang digunakan pada Sumber: www.google.co.id, Maret 2013 Rooftop Greenery 36 Gambar 2.28 Roof Drain Sumber: www.google.co.id, Maret 2013 2.4.10 Seleksi Tanaman Rooftop Greenery Pemilihan tanaman dapat dilakukan dengan cara mencari kesesuaian tanaman dengan ketebalan media tumbuh, suhu, ketebalan atap dak beton untuk menahan beban dan kecocokan tanaman dengan temperatur daerah tersebut. Tanaman yang dipilih untuk atap hijau biasanya harus mampu mentolerir kondisi atap kering dan berkembang di bawah sinar matahari yang intens, dan kelembaban tanah yang rendah. Pilihan tanaman tergantung pada tujuan (menarik keanekaragaman hayati, estetika bijaksana, mendukung tanaman asli), biaya anggaran, faktor lingkungan, kedalaman substrat dan tingkat perawatan. Adapun tanaman yang digunakan terbagi pada Skyrise Greenery terbagi menjadi 5 katagori, yaitu groundcover, perdu, semak, pepohonan dan tanaman merambat. 37 Vertical Greenery Tanaman rambat tidak direkomendasikan untuk Vertical Greenery pada dinding karena tidak membantu penurunan suhu secara maksimal. Penanaman secara modular lebih direkomendasikan dan gunakan tanaman yang kuat terhadap terpaan matahari sepanjang hari. Tanaman yang lebih kuat terpaan sinar matahari sepanjang hari akan lebih baik dan yang tidak terlalu membutuhkan maintenance secara rutin sehingga jangkauan maintenace tidak akan terlalu sulit bila berada pada highrise building. Gambar 2.29 Contoh Tanaman Yang Dapat Digunakan Sumber: www.skyrisegreenery.com, April 2013 2.4.11 Survey penerapan 'Skyrise Greenery' dalam hal penerapan 'Vertical Greenery' Lantai 1 35.0 34.0 33.0 32.0 31.0 30.0 29.0 28.0 27.0 26.0 25.0 24.0 Suhu Atap Suhu Bawah Outdoor Kaca Zona 1 Outdoor Kaca Zona 2 Outdoor Kaca Zona 3 Indoor Kaca Zona 1 Indoor Kaca Zona 2 Indoor Kaca Zona 3 Vertical Greenery 9:20 10:20 11:20 12:20 13:20 14:20 15:20 16:20 Gambar 2.30 Grafik pengukuran suhu pada lantai 1 Sumber: Dokumentasi Pribadi, Mei 2013. 38 Lantai 2 36 35 34 33 32 31 30 29 28 27 26 Suhu Atap Suhu Lantai Kaca Luar Vertical Greenery 9:20 10:20 11:20 12:20 13:20 14:20 15:20 16:20 Gambar 2.31 Grafik pengukuran suhu pada lantai 2 Sumber: Dokumentasi Pribadi, Mei 2013. Tabel 2.13 Hasil besaran angka penurunan suhu Vertical Greenery terhadap suhu outdoor-indoor. Pukul 0.9.20 Pukul 10.20 Pukul 11.20 Pukul 12.20 Pukul 13.20 Pukul 14.20 Pukul 15.20 Pukul 16.20 VG - Outdoor VG - Indoor Outdoor - Indoor +1.0 +0.7 -0.3 +1.4 +1.0 -0.4 -2.0 -5.2 -3.2 -1.9 -1.9 Stabil -3.9 -5.3 -1.4 -0.4 -0.9 -0.5 -2.1 -5.3 -3.2 -2.3 -2.7 -0.4 -1.6 -4.0 -2.4 -2.6 -2.9 -0.3 -3.2 -4.7 -1.5 -1.3 -0.8 -0.2 -2.0 -4.3 -2.3 -0.4 -0.2 -0.2 -3.0 -0.2 -2.8 -2.7 -1.5 -1.2 Sumber: Dokumentasi Pribadi, Mei 2013. Suhu Atap - Lantai Selisih 0.2 (lantai) Selisih 0.1 (lantai) Selisih 0.1 (lantai) Selisih 0.3 (lantai) Selisih 0.6 (lantai) Selisih 0.1 (lantai) Selisih 0.2 (lantai) Selisih 0.3 (lantai) Selisih 0.2 (lantai) Selisih 0.1 (lantai) Selisih 0.2 (lantai) Selisih 1.2 (lantai) Selisih 0.1 (lantai) Selisih 0.1 (lantai) Selisih 0.2 (lantai) Selisih 0.4 (lantai) Kesimpulan: Suhu lantai lebih dingin dibandingkan dengan atap (beton) karena dipengaruhi oleh penggunaan material pelapis. Lantai pada lantai 1 menggunakan marmer dan batuan yang cenderung menyerap dan memantulkan suhu dingin dari AC pula sehingga membuat permukaan lebih dingin. Pada pagi hari untuk jam pertama suhu tidak menurun akan tetapi cenderung meningkat karena adanya perubahan cuaca yang berubah secara mendadak. Hal tersebut membuat suhu pada bagian kaca indoor dan outdoor membutuhkan adaptasi untuk perubahan suhu. Selain itu, pada jam 09.20, AC 39 dalam ruangan tersebut belum dinyalakan sehingga cuaca ruangan masih cenderung agak panas. Pada pagi hari mendung ketika cuaca cenderung dingin tanpa matahari, tanaman umumnya melepaskan panas yang sudah diserap dan disimpan pada hari sebelumnya. Fenomena tersebut menunjukkan bahwa tanaman cenderung menyerap panas dan menyimpannya untuk kemudian dilepaskan pada pagi hari sehingga pada subuh/pagi yang dingin bila berada dekat tanaman akan terasa lebih hangat dibandingkan pada area perkerasan. Perkerasan akan menyerap panas dan langsung memantulkannya kembali sehingga jika keadaan panas maka perkerasan akan panas dan pada suhu dingin perkerasan akan mendingin. Suhu perkerasan disesuaikan dengan suhu aktual yang terjadi saat itu. Penurunan suhu bergantung pada cuaca, sudut penyinaran dan material yang digunakan pada ruangan, misalnya penggunaan karpet atau keramik lantai. Suhu malam cenderung lebih rendah dibandingkan dengan suhu siang hari, maka dapat diasumsikan suhu yang diturunkan akan banyak daripada siang hari. Adanya sifat tanaman yang menyimpan panas dan melepaskan panas pada malam hari membuat area sekitar tanaman akan lebih hangat dibandingkan dengan dekat dengan area perkerasan pada dini hari. Penelitian ini sebelumnya telah dilakukan di gedung ini oleh Office Director, Bapak D.K. Halim. Penelitian tersebut menyatakan bahwa jika cuaca dalam keadaan dingin/mendung/hujan penggunaan AC dapat menghemat hingga 60% sedangkan jika dalam keadaan cuaca panas ekstrim penghematan AC sebesar 40%. Maka penggunaan Vertical Greenery sangat efektif untuk menurunkan suhu outdoor terhadap indoor. Apalagi suhu yang dapat diturunkan dari Vertical Greenery terhadap suhu indoor dapat berkurang lebih dari 5oC hanya dengan menerapkan 50-60% dari luasan dinding perlantainya. 2.5 Tinjauan Kondisi Tapak 2.5.1 Deskripsi Proyek Jenis Proyek : Fiktif. Pemilik Proyek : Perusahaan Swasta. 40 Proyek Condominium ini akan dibangun di Jakarta Timur. Condominium ini mengaplikasikan penggunaan 'Skyrise Greenery' untuk area komersial umum yang dapat pula dijadikan sebagai penunjang kualitas lingkungan dalam bangunan. Condominium ini memiliki target utama untuk kalangan menengah atas untuk berinvestasi. 2.5.2 Lokasi Proyek Lokasi tapak pembangunan condominium ini terletak dekat perempatan jalan MT Haryono kav. 6-7, Cawang, Jakarta Timur. Lokasi ini adalah lahan kosong yang berada tepat di sebelah PT. Hutama Karya. Gambar 2.32 Peta Provinsi DKI Jakarta Sumber: www.google.co.id,Maret 2013 Gambar 2.33 Peta Wilayah Jakarta Timur Sumber: www.google.co.id, Maret 2013 41 Gambar 2.34 Peta Lokasi Sekitar Tapak Sumber: Google Earth, Maret 2013 Gambar 2.35 Peta Lokasi Tapak Sumber: Google Earth, Maret 2013 2.5.3 Latar Belakang Pemilihan Tapak Latar belakang pemilihan Jalan MT Haryono kav. 6-7, Cawang, Jakarta Timur sebagai lokasi, tentu saja karena lokasi ini sangat strategis. Lokasi ini terletak dekat 4 ruas tol utama, baik dari dalam maupun luar kota. Intersection 4 ruas tol tersebut adalah tol Jagorawi, Cikampek, Cawang-Tanjung Priok dan Tol Dalam Kota. Gambar 2.36 Empat ruas tol dekat lokasi tapak Sumber: www.google.co.id, Maret 2013 Cawang ini terletak dekat dengan pusat bisnis dan perkantoran contohnya MT Haryono, TB. Simatupang, Tebet, Pancoran dan lainnya. Tidak hanya itu, lokasi ini pun terletak dekat dengan pusat perbelanjaan 42 yaitu Carrefour, Tebet Square, Plaza Semanggi dan lainnya. Selain itu, Cawang merupakan pintu gerbang menuju kota Jakarta dan lokasi tapak ini merupakan daerah bebas banjir. Lokasi ini terletak dekat Rumah Sakit dan Universitas. Ke depannya, wilayah Cawang ini akan menjadi CBD baru di Jakarta Timur. Untuk pencapaian menuju lokasi ini pun sangat mudah karena adanya alat transportasi umum yang mendukung, salah satunya Busway. Seberang atau bagian depan dari lokasi tapak ini terdapat Shelter Busway. Akses jembatan penyebrangan menuju Shelter Busway tersebut berada di sebelah barat lokasi sehingga tidak sulit bagi untuk mencapai lokasi ini. Lokasi tapak ini pun merupakan salah satu jalur akses yang mudah menuju Sudirman, Thamrin, Kuningan, Gatot Subroto, MT Haryono maupun sekitarnya. Tidak hanya itu, lokasi ini terbilang cukup dekat dengan Stasiun Cawang yang menyediakan kereta ekspress menuju Bandara. PT Kereta Api Indonesia (KAI) pun sedang menyiapkan kereta commuter line Manggarai-Tanah Abang-Tangerang (Tanah Tinggi)-Bandara. Dirjen Perkeretaapian, Kementerian Perhubungan Tunjung Inderawan menerangkan, proyek PPP ini melalui rute melayang (elevated) Manggarai-Sudirman-Tanah Abang-Duri-Angke-Pluit- Bandara Soekarno Hatta. Detikfinance (2012). Dalam artikelnya detikfinance (2012)menuliskan bahwa pemerintah merencanakan proyek kereta ekspres Bandara SoekarnoHatta yang awalnya akan berakhir di Stasiun Manggarai akan dikembangkan hingga Stasiun Cawang. Alasannya karena potensi pengangkutan penumpang yang lebih besar hingga ujung Jakarta Timur. Pemerintah pun mempunyai rencana bahwa Bandara Halim Perdanakusuma akan menjadi embarkasi haji mulai tahun 2013 dan seterusnya serta akan menjadi bandara domestik dengan penerbangan lokal maksimum 1 jam destinasi seperti: Solo, Semarang, Lampung, Palembang dan lain-lain. Berikut kutipan informasi terkait dengan dimulainya bandara halim perdanakusuma menjadi embarkasi haji 2013: 43 Wakil Menteri Perhubungan, Bambang Susantono, mengatakan Bandara Internasional Halim Perdanakusuma, di Jakarta Timur, diharapkan menjadi bandara pemberangkatan haji pada 2013, menggantikan Terminal 3 Bandara Internasional Soekarno-Hatta yang akan dibangun. Pada beberapa masa lalu, bandara di dekat Jalan Tol Jagorawi, JakartaTimur itu juga pernah menjadi bandara embarkasi haji. Di dekat bandara itu juga ada Asrama Haji tempat calon jemaah haji diinapkan sebelum diberangkatkan. “Harus tahun ini, karena Terminal 3 Soekarno-Hatta dirombak untuk dikembangkan pada tahun ini juga,” katanya, di Kantor Wakil Presiden, Jakarta, Rabu (6/2/2013). Direktur Angkasa Pura II, Tri S Sunoko, "Halim Perdanakusuma tetap difungsikan sebagai bandara komersial, namun hanya ditambah fungsinya untuk pemberangkatan haji. Halim Perdanakusuma juga dekat dengan Asrama Haji,” katanya. Tak cukup dengan transportasi yang ada, pemerintah akan menambahkan 2 ruas tol tambahan yang akan menjadi jalur yang dilalui MRT (Monorail Rapid Transit). Berbagai faktor kelebihan yang di atas adalah bagian dari latar belakang sekaligus alasan pemilihan lokasi tapak condominium di Jalan MT Haryono kav. 6-7, Cawang, Jakarta Timur. 2.5.4 Target Sasaran Adapun sasaran utama target penghuni condominium ini, yaitu: 1. Kalangan Menengah Atas. Target sasaran utama ini tentu diarahkan pada investor. Kalangan menengah atas tentu adalah kalangan yang paling cepat membaca bisnis properti ini. 2. Kalangan Bisnis dan Ekspatriat. Kalangan ekspatriat dapat dijadikan target pula karena letak tapak ini yang dekat dengan perkantoran. Seringkali kalangan ini membutuhkan hunian untuk waktu yang cukup lama. Kalangan ini biasanya membutuhkan waktu tinggal untuk 1-2 bulan untuk survey. 44 3. Masyarakat Urban. Masyarakat urban ini biasanya beraktifitas dan terkena macet di daerah sekitar lahan tapak ini yang sekaligus menjadi pintu gerbang kota Jakarta. Masyarakat urban pinggiran kota ini pun biasanya membutuhkan akses hunian yang dekat dengan tempat kerjanya atau dekat dengan pusat kota maupun pusat bisnis. Apalagi jalan sebelah barat lokasi tapak ini nantinya akan tembus hingga Cawang. Pola pikir dan kebiasaan sebagian masyarakat kota besar berubah seiring dengan "kebiasaan" macet yang mereka alami sehari-hari. Mereka berpikir untuk beristirahat/berkumpul di area komunal komersial. Setelah macet terurai atau berkurang, barulah mereka melanjutkan perjalanannya. Hal ini dapat dimanfaatkan untuk menarik pengunjung non-hunian. 4. Mahasiswa Lokasi ini dekat dengan beberapa tempat perkuliahan sehingga condominium ini dapat dijadikan sebagai pilihan tempat tinggal mahasiswa ataupu orangtuanya. 2.5.5 Besaran Proyek Dalam peta Rencana Tata Lingkungan Bangunan (RTLB), tertera notasi peruntukan, KDB, KLB, dan ketinggian bangunan yang diizinkan sebagai berikut: Gambar 2.37 Ketentuan LRK Sumber: LRK Luas Lahan : 4.781,58 m2 Peruntukan :T KDB : 50% Luas lantai dasar yang boleh dibangun : 50% X 4.781,58 m2 : 2.390,79 m2 45 KLB : 3,5 : 3,5 X 4.781,58 m2 : 16.735,53 m2 GSB : Utara : 5 meter Selatan : 10 meter Timur : 4 meter Barat : 6 meter Jumlah lantai yang diizinkan : 16 lantai 2.5.6 Batas-Batas Tapak Berikut ini adalah batas-batas lokasi yang sekaligus memberikan gambaran akan keadaan lingkungan sekitar. Tabel 2.14 Batas-batas tapak LOKASI TAPAK Jalan MT Haryono kav. 6-7, Cawang, Jakarta Timur Gambar 2.38 Lokasi tapak dan sekitarnya Sumber: Google Earth, Maret 2013 UTARA Perumahan Cawang Tengah di Jalan Biru Laut Perumahan ini terletak di sebelah utara tapak tetapi tidak persis karena dibatas oleh jalan selebar 12 meter. Foto 2.1 Keadaan utara tapak Sumber: Dokumentasi Pribadi, April 2013 Sumber:Dokumen Pribadi, 2013 46 Tabel 2.14 Batas-batas tapak LOKASI TAPAK Jalan MT Haryono kav. 6-7, Cawang, Jakarta Timur TIMUR PT. Hutama Karya Foto 2.2 PT. Hutama Karya Sumber: Dokumentasi Pribadi, April 2013 PT. Hutama Karya adalah sebuah kantor kontraktor yang berada tepat timur. Sebelah Timur dari tapak ini memanglah jajaran beberapa perkantoran dimulai dai PT. Hutama Karya, PT. Indra Karya dan PT. Waskita. SELATAN TOL Dalam Kota dan Halte Busway Tepat bagian depan atau selatan tapak adalah jalan tol. Jembatan menuju shelter busway yang berada di seberang jalan tol terletak di Foto 2.3 Bagian selatan tapak sebelah barat lokasi tapak. Sumber: Dokumentasi Pribadi, April 2013 BARAT Jalan Buntu Sebelah barat terdapat jalan buntu yang dilengkapi jembatan penyebrangan khusus pejalan kaki menuju shelter busway.Jalan buntu ini nantinya akan dibuat tembus ke Cawang. Foto 2.4 Jalan sebelah barat tapak Sumber: Dokumentasi Pribadi, April 2013 Sumber:Dokumen Pribadi, 2013 2.6 Teori Pendukung Menurut Ng, Kathty (2010) dalam Seminar Series "New Horizon in Green", 20-30% penghijauan di bangunan berperan terhadap pengurangan efek pulau panas perkotaan dan perbaikan lingkungan. 20-30% ini meliputi permukaan tanah sebagai prioritas utama, podium dan atap yang luasannya bergantung pada luas site. 47 2.6.1 Jurnal Penelitian - Urban Heat Island Mitigation: An inovative way to reduce air pollution and energi usage. (17 Maret 2011) VEGETASI a. Vegetasi dapat mendingin suhu lingkungan 3.6°F - 7.2°F dibandingkan area yang lebih sedikit vegetasinya. Temperatur turun sekitar 1.8°F per 10% canopy cover (Huang et al. 1987). b. Pohon rindang rata-rata dapat mengurangi penggunaan energi tahunan untuk pendinginan 10-50% dan puncak listrik menggunakan hingga 23% (Simpson dan McPherson, 1996). c. (Resenfeld et al., 1998) menemukan bahwa sebelas tanam juta pohon di Los Angeles Basin akan menghasilkan cuaca yang lebih baik dan lebih dingin, mengarah ke $270 juta dari penghematan energi dan polusi berkurang. COOL ROOF a. Penggunaan cool roof menggunakan energi 40% lebih sedikit dibandingkan dengan atap gelap. b. Ketika suhu diturunkan 2-3oF, tingkat ozon cenderung turun 7-10 ppb (parts per billion) (Bowmen, 2000). c. Cool roof memantulkan sinar matahari bukan menyerap ke dalam bahan atap. Pada musim panas, atap khas mencapai suhu 150-185oF. d. Cahaya berwarna atau highlyreflective dan bahan atap bisa tinggal dalam waktu 1-20oF dari suhu ambien, bukan 55-85oF lebih tinggi seperti atap yang paling konvensional. e. Pelapis cool roof yang baik memiliki Albedo 0,65 atau lebih tinggi. LIGHT PAVEMENT a. Light pavement akan memakan cost 10-20%. b. Ketika perkerasan reflektifitas meningkat 10-35% oleh seluruh kota, suhu penurunan 1oF (EPA-Ruhi, 2010). c. Setiap kenaikan 10% pada pantulan matahari, permukaan suhu perkerasan dapat menurun 7oF (EPA-Ruhi, 2010). 48 No. Tabel 2.15 Cooling Potential and Cost from Mitigation Cooling Potential and Costs from Mitigation Measures Mitigation Cooling Cost Additional Benefit Measure Potential 1. Vegetation 2. Cool roofs 3. 4. 1 - 9oF $15 - $65 per tree each year Aesthetics 0 - 7% higher than Energi savings conventional roofing Light 10 - 20% higher than 0,5 - 3oF Water conservation Pavements conventional pavement Green 88 - 93% higher than Roof endurance 0,2 - 3,5oF Roofs cooling roofing increased Sumber: Guidance and Resources for Valley Bussinesses, Local Government and Residents, 2010. 0,6 - 1,4oF Analisis: Tabel 2.16 Analisis Kesimpulan Tabel Mitigation Measure Analisis Kesimpulan Tabel Cooling Potential and Costs from Mitigation Measures Vegetation Warna hijau dari tanaman menyerap dan menyimpan panas. Penanaman dilakukan di bangunan dan pavement/trotoar. Cool roofs Tingkat refleksi permukaan atap tinggi terhadap sinar matahari. Tingkat refraksi permukaan atap tinggi terhadap sinar matahari. Tidak menyerapkan panas. Light Dapat memantulkan panas daripada aspal. Pavements Dapat mengurangi penyerapan panas Dapat menurunkan suhu permukaan. Gunakan material berpori. Material light lebih baik daripada gelap. Green Lebih efektif menurunkan suhu dan biaya yang dikeluarkan lebih mahal. Roofs Lebih awet dan memiliki manfaat yang lebih banyak. Sumber: Dokumentasi Pribadi, Mei 2013 Gambar 2.39 Albedo pada perkotaan Sumber: Thermal Emittance table is from: Cool Roofs Rating Council www.coolroofs.org/images/radiativeprops.png, April 2013. 49 Gambar 2.40 Roof Surface Temperature Differentials Sumber: information from http://www.cooltexasbuildings.net/images/ HEAT ISLAND MITIGASI (RECOMMENDED OBJECTIVES CHECKLIST) 1. Landscaping: a. Naungan parkiran kendaraan - Salah satu pohon untuk setiap6 buah parkiran akan menjadi naungi 50% dari area parkir dengan 15 tahun. b. Naungan Pohon di jalan - Menyediakan cakupan naungan 40% setelah 15 tahun. c. Naungan Pohon Perumahan - Menaungi 40% dari setiap rumah setelah 15 tahun terhitung dari pembangunan baru. 2. Parking Lot, Sidewalk, dan Trotoar: a. Menggunakan bahan paving berwarna terang atau pelapis (Albedo minimal 0,2) dan bahan permeabel untuk setidaknya 30% dari daerah beraspal di setiap tempat parkir. b. Instal bahan paving tinggi reflektif untuk 60% dari permukaan. c. Hunian dan Komersial Atap: Instal cooling roof dengan 0,85 Albedo atau lebih tinggi pada 50-70% dari luas atap untuk atap baru dan dipasang, atau vegetatif "Green Roof". 50 2.6.2 Jurnal Penelitian - Evaluation of Vertical Greenery System for Building Walls (Dr Wong Nyuk Hien, 2008) Gambar 2.41 Type of Vertical Greenery Sumber:Jurnal Evaluation of VGS for Building Walls, 2008. Gambar 2.42 Temperatures of Wall and Substrate Surfaces for Vertical Grenery Sumber: Jurnal Evaluation of VGS for Building Walls, 2008. Dampak Thermal Vertical greenery sistem 3 dan 4 memiliki efisiensi pendinginan yang terbaik untuk pereduksian suhu rata-rata pada permukaan dinding. Vertical greenery sistem 4 dan 1 menunjukkan kapasitas tertinggi untuk fluktuasi suhu rata-rata substrat. VGS 0 1 2 4 Tabel 2.17 Ambient Temperatures Temperature (oC) 0,15 m 0,30 m 0,60 m Min Max Min Max Min 26,3 34,9 25,2 33,6 25,2 24,8 31,9 26,3 34,0 25,2 25,6 32,8 25,6 32,8 25,6 26,3 31,5 25,2 31,9 26,0 Sumber: Jurnal Evaluation of VGS for Building Walls, 2008. Max 33,6 32,3 32,8 32,8 51 Vertical greenery sistem 2 hampir tidak memiliki efek pada pengurangan suhu lingkungan. Vertical greenery sistem tanaman modular dan lebih rapat lebih baik dibandingkan dengan sistem tanaman rambat dimana terdapat bagian dinding yang kurang ternaungi oleh tanaman. Kemampuan Beradaptasi Tanaman Tabel 2.18 Substrate back surface temperatures Temperature (oC) Water Supplied Min Max Maximum Supply 23,75 27,80 Medium Supply 23,55 27,80 No Supply 24,48 32,05 Sumber: Jurnal Evaluation of VGS for Building Walls, 2008. Tanaman yang mendapatkan suplai air yang lebih banyak dengan frekuensi sering lebih dapat menurunkan suhu. Selain karena adanya evaporasi lebih sering, air membawa efek sejuk. Keadaan tanaman harus sering menerima air maka pengairan irigasi tetes memungkinkan tanaman selalu mendapatkan suplai air setiap saat tetapi tidak berlebihan. 2.6.3 Jurnal Penelitian - UHI Report 2010 Tabel 2.19 Cool Alternative Paving Materials and Techniques Cooling Paving Uses Solar Relectance Lifecycle Technology Cement concerete Cool concrete New construction New 35-45% 15-35 years Old 25-35% White topping New/resurfacing 10-15 years Porous concrete New construction 30-40% 15-20 years New construction Concrete pavers 30% 10-15 years (not for heavy traffic) Cooling Paving Uses Solar Relectance Lifecycle Technology Asphalt Concrete Cool asphalt White New construction 10-15% 7-10 years aggregate Asphalt Concrete Resurfacing/Maintenance Estimated Cool asphalt White Chip seal 20% aggregate or Light 3-7 years Asphalt emulsion 15% (asphalt & surface) colours Surface coating Open graded asphalt New construction 10% 7-10 years Porous Paving Same as grass plus Porous paving New construction cooling effect from 15 years water. Sumber: http://www.energy.ca.gov/coolcommunity/strategy/coolpave.html, April 2013. 52 Tabel 2.20 Summary of measured reductions caused by rooftop gardens in thermal parameters of building's roof Summary of measured reductions caused by rooftop gardens in thermal parameters of building's roof Thermal parameter Range of reduction Surface temperatureof roof 0-31,0oC at 300mm heights 0-4,2oC Ambient temperature At 1000mm heights 0-1,5oC Relative Humidity -23,5%-0% Sumber:Hien, Nyuk Wong. A Study Urban of Urban Heat Island (UHI) in Singapore. Tabel 2.21 Summary of measured reductions caused by rooftop gardens in thermal parameters of building's roof Summary of measured reductions caused by rooftop gardens in thermal parameters of building's roof Soalr radiation (at 300mm heights) 4,2-124,6W/m2 MRT (Mean Radiant Time) 0-4,6oC Globe Temperature 0-4,1oC Heat flux transferred through surface 0,6-15,4W/m2 Total heat gain over a day 395,0-466,3KJ/m2 Sumber:Hien, Nyuk Wong. A Study Urban of Urban Heat Island (UHI) in Singapore. Tabel 2.22 The thermal performance of the plants with different LAIs (without conditioner) The Thermal performance of the plants with different LAIs (without air-con) Range of Surface Temperature Range of indoor ambient air LAI Under shading (oC) temperature (oC) 5,47 26,4-29,2 27,9-31,4 3 26,2-29,4 28,3-32,5 1,47 25,8-32,6 28,5-32,0 0 (soil) 24,4-56,7 28,9-33,5 0 (concrete surface) 25,4-51,3 26,9-40,5 Sumber: Hien, Nyuk Wong. A Study Urban of Urban Heat Island (UHI) in Singapore. Gambar 2.43 Various colour surface temperature (west external wall) Sumber: Hien, Nyuk Wong. A Study Urban of Urban Heat Island (UHI) in Singapore. 53 Gambar 2.44 Comparison of temperatures for different materials Sumber: Hien, Nyuk Wong. A Study Urban of Urban Heat Island (UHI) in Singapore. Gambar 2.45 Annual Energy Consumption for a series of Aluminium Facades Energy Consumption-Alucobond Sumber: Hien, Nyuk Wong. A Study Urban of Urban Heat Island (UHI) in Singapore. Perbedaan suhu rata-rata, 1,3oC, diamati di lokasi sekitar taman. Pengukuran dilakukan pada hari yang sama menunjukkan bahwa dalam perumahan dengan cakupan vegetasi 22% telah menurunkan suhu lingkungan dibandingkan dengan hanya 7% cakupan vegetasi. Maksimum rata-rata perbedaan suhu antara dua lokasi adalah 2,32oC. Pemilihan material bahan dengan albedo tinggi dapat mengurangi panas matahari pada siang hari. Bahan warna gelap dapat mencapai sekitar 7oC lebih tinggi dari jumlah suhu lingkungan sedangkan warna terang hanya sekitar 2-3oC lebih tinggi dari suhu lingkungan. Simulasi mengungkapkan bahwa beban pendinginan meningkat saat warna perubahan fasad dari terang diubah menjadi lebih gelap. Penurunan 7,48% energi pendinginan dicapai ketika warna fasad berubah dari Alucobond Sparkling hitam menjadi Alucobond putih murni aluminium. 54 2.6.4 Jurnal Penelitian - Thermal Simulations on the Effetcs of Vegetated Walls on Indoor Building Environments, 2011. Hoyano (1988) meneliti efek shading penutup tanaman pada bangunan beton di Tokyo, dengan adanya tanaman, suhu permukaan eksternal dari barat menghadap dinding berkurang sebesar 18% dan udara dalam ruangan suhu dengan 7°C. Hasil percobaan lapangan yang dipimpin oleh Nojima dan Suzuki (2004) di Tokyo menunjukkan pengurangan konduksi panas matahari dengan tanaman penutup. Tumbuh-tumbuhan penurunan perpindahan panas melalui dinding menghadap selatan sebesar 13,7% menjadi 40,7%. Gambar 2.46 Model Simulasi Denah dan Orientasi Kamar Sumber: Hien, Nyuk Wong. A Study Urban of Urban Heat Island (UHI) in Singapore. Handa dkk. (2007, dikutip dalam Suzuki, 2008). Sebuah model kota di Tokyo disimulasikan dalam program. Suhu mengalami penurunan sebesar maksimum 2°C ketika permukaan atap dan dinding selatan barat bangunan ditutupi oleh tanaman hijau. Tabel 2.23 Construction and thermal properties of a heavyweight building model No. Layer Name Width Density Sp. Heat Conduct 1. Water Vapour Gas 2,0 0,6 1966,000 5,560 2. Vegetation 1,0 533,0 2,800 0,400 3. Air Gap 125,0 1,3 1004,000 5,560 4. Softwood 15,0 110,0 1880,000 0,140 5. Air Gap 125,0 1,3 1004,000 5,560 6. Concrete Cinder 150,0 15600,0 656,900 0,335 7. Polystyrene 20,0 1050,0 1423,000 0,126 8. Plaster Board 12,5 1250,0 1088,000 0,431 Sumber: Yoshimi, Juri. 2011. Proceeding of Building 2011 55 Gambar 2.47 Hourly indoor temperature of NE on the coldest day (Lightweigt construction) Sumber: Yoshimi, Juri. 2011. Proceeding of Building 2011. Zona SW hangat sekitar 0,4-0,9°C dibandingkan dengan ruangan tanpa tanaman penutup. Angka-angka juga menunjukkan suhu Zona SW menerapkan vegetasi di selatan dan barat permukaan tampaknya menjadi yang paling efektif dalam mengurangi fluktuasi suhu dalam ruangan di musim panas dan musim dingin. Gambar 2.48 Hourly indoor temperature of SW on the hottest day (Lightweigt construction) Sumber: Yoshimi, Juri. 2011. Proceeding of Building 2011 Gambar 2.49 Hourly indoor temperature of SW on the coldest day (Lightweight construction) Sumber: Yoshimi, Juri. 2011. Proceeding of Building 2011 Tanaman rambat pada Lightweight Construction yang menutupi bagian selatan dan barat dapat mengurangi suhu ruangan maksimum 56 sebesar 0,9°C pada hari terpanas dan meningkatkan suhu minimum sebesar 1,7°C pada hari terdingin. Dalam kasus Heavyweight Construction, pada hari terpanas berkurang 0,5°C dan pada hari terdingin meningkat sebesar 0,4°C. Angka-angka menunjukkan bahwa vegetasi pada Lightweight Construction memilik efek yang kurang baik pada malam hari di musim panas dan dalam siang hari di musim dingin dibandingkan dengan Heavyweight Construction. Gambar 2.50 Hourly indoor temperature differences of Zone SW on the hottest day (Lightweight and Heavyweight) Sumber: Yoshimi, Juri. 2011. Proceeding of Building 2011 Gambar 2.51 Hourly indoor temperature differences of Zone SW on the coldest day (Light weight and Heavyweight) Sumber: Yoshimi, Juri. 2011. Proceeding of Building 2011 Vegetasi pada permukaan salah satu dinding berkurang konduksi panas tahunan antara 7,3% & 24,5% dan kehilangan panas antara 17,4% & 24,1%, efek ini yang jauh lebih besar bila tanaman menutupi seluruh dinding luar. Tabel 2.24 Annual energy loads fo heating and cooling (Heavyweight model) Exposed SW Vegetated Fully Vegetated Heating 1746 1519 1353 Cooling 227 202 184 Total 1973 1721 1537 Savings 252 4,36 (12,8%) (22,1%) Sumber: Yoshimi, Juri. 2011. Proceeding of Building 2011 57 Tabel 2.25 Annual energy loads for heating and cooling (Lightweight model) Exposed SW Vegetated Fully Vegetated Heating 3366 2466 1946 Cooling 499 383 350 Total 3865 2849 2296 Savings 1016 (26,3%) 2296 (40,6%) Sumber: Yoshimi, Juri. 2011. Proceeding of Building 2011 Kedua pemanasan dan beban pendinginan Lightweight Construction berkurang sekitar 25% pada sisi selatan dan sisi barat yang permukaan dinding ditutupi oleh tanaman sepenuhnya berkurang sekitar Heavyweight Construction termasuk beban energi 30-40%. dan tingkat pengurangan hampir setengah dari hasil Lightweight Construction. 2.6.5 Jurnal Penelitian - Summary Report Urban Heat Island Effects City of Las Vegas, Office of Sustainabillity Tabel 2.26 Cool Roofing Technologies and Types Cool Roofing Solar Uses Emissivity Technology Reflectance Liquid Applied Coatings Coating 75-80% 87 White Coating 25-65% 87 Colors 50% 40 Aluminium-Asphalt Coating Prefabricated Membranes New Construction 75-80% 80 Single-ply (White) Re-roofing New Construction 25% Modified bitumen 80 Re-Roofing 85% Metal-foil/white Metal Panel Roof Systems Metal Panel System New Construction 50% 60 Re-Roofing (White) Green/Garden Roof System New Construction N/A N/A Green Roof System Re-Roofing Speciality Products Systems Clay Tiles (White) New Construction 40% 85 Lifecycle 5-10 years 5-10 years 5-10 years 8-15 years 15-20 years 15-25 years 15-25 years 20-30 years Concrete Tiles New Construction 40% 85 20 years (White) Metallic Tile New Construction 40% 65 20 years (White) Sumber: Department of Energy Website – Product List dated 01-07-2008. http://www.energystar.gov/ia/products/prod_lists/roofs_prod_list.pdf 58 Gambar 2.52 Cool Roofing Technologies &Types Sumber: Department of Energy Website – Product List dated 01-07-2008. http://www.energystar.gov/ia/products/prod_lists/roofs_prod_list.pdf