Sumber: www.skyrisegreenery.com, April 2013

advertisement
BAB 2
LANDASAN TEORI
Dalam perkembangan hunian vertikal diawali dengan perkembangan
apartemen lalu berlanjut dengan condominium. Di bawah ini akan dijelaskan
tentang hunian vertikal yang dimulai dari apartemen hingga condominium
2.1
Tinjauan Apartemen
2.1.1 Pengertian Apartemen
Menurut Kamus Umum Bahasa Indonesia, apartemen memiliki
pengertian, suatu jenis hunian yang disewakan dalam bentuk tempat
tinggal atau rumah yang umumnya berada dalam bagian bangunan
bertingkat.
2.1.2 Klasifikasi Apartemen
No.
1.
2.
3.
No.
1.
2.
3.
4.
No.
1.
2.
Tabel 2.1 Apartemen berdasarkan Tipe Pengelolaannya.
Apartemen
Tipe Penglolaan
 Dikelola menggunakan manajemen seperti hotel.
Apartemen Servis
 Layanan fasilitas termasuk unit furnished, housekeeping,
layanan kamar, laundry dan business centre.
Apartemen
 Kepemilikannya milik perseorangan atau pribadi.
Perseorangan
 Adapun servis dan layanan kamar dikenai biaya yang
(Condominium)
berbeda oleh pengelola apartemen.
Apartemen Milik
 Perawatan dan pelayanan menjadi tanggungjawab
Bersama
penghuni itu sendiri.
Sumber: Menata Apartemen, 2007
Apartemen
Tabel 2.2 Apartemen berdasarkan Lokasinya.
Lokasi
City Apartemen
di daerah perkotaan.
Airport Apartemen
di daerah Bandar Udara.
Sub Urban Apartemen
di daerah Sub Urban.
Semi Residential
di daerah pegunungan, tepi pantai, tepi danau dan
Apartemen
lainnya.
Sumber: Menata Apartemen, 2007
Tabel 2.3 Apartemen berdasarkan Jenis dan Besarnya bangunan
Apartemen
Jenis dan Besarnya bangunan
 Terdiri dari 2-4 lantai.
 Memiliki taman di sekitar bangunan.
 Tergolong apartemen menengah atas.
 Terdiri 3-6 lantai.
Walk-up Apartemen
 Tidak selalu memiliki lift di dalamnya.
Sumber: Menata Apartemen, 2007
Garden Apartemen
11
12
No.
Low-Rise Apartemen
4.
5.
No.
2.
3.
4.
2.2






Jumlah lantai kurang dari 7 lantai.
Akses vertikal meggunakan tangga.
Tergolong apartemen menengah ke bawah.
Terdiri dari 7-10 lantai.
Medium-Rise Apartemen
Biasanya berada di daerah kota satelit.
Jumlah lantai lebih dari 10 dengan dilengkapi
basement, sistem kenyamanan dan servis penuh.
High-Rise Apartemen
 Struktur sistem bangunan lebih kompleks dan
unit cenderung standart dan berada di pusat kota.
Sumber: Menata Apartemen, 2007
3.
1.
Tabel 2.3 Apartemen berdasarkan Jenis dan Besarnya bangunan
Apartemen
Jenis dan Besarnya bangunan
Apartemen
Tabel 2.4 Apartemen berdasarkan Tipe Unit
Tipe Unit
 Terdiri dari 1 ruangan bersifat multifungsi dan
relatif kecil.
 Luasan minimal 20-35 m2.
 Pembagian ruang seperti rumah biasa.
Apartemen 1,2,3 Kamar
 Luasan minimal untuk 1 kamar tidur 25 m2, 2
(Apartemen Keluarga)
kamar tidur 30 m2, 3 kamar tidur 85 m2, dan 4
kamar tidur 140 m2.
 Bekas gudang/pabrik yang dialihfungsikan
Loft
sebagai apartemen dengan hanya menggunakan
sekat untuk setiap ruangannya.
 Biasanya terletak pada bagian paling atas sebuah
apartemen.
Penthouse
 Hanya terdiri 1 atau 2 unit saja pada lantai
tersebut dan memiliki lift khusus penghuninya.
 Luasan minimum penthouse 300 m2.
Sumber: Menata Apartemen, 2007
Studio
Tinjauan Condominium
2.2.1 Pengertian Condominium
Kondominium atau biasa menyebutnya secara singkat dengan kondo
berasal dari kata bahasa Inggris, yakni condominium. Kata ini merupakan
gabungan dari kata Latin "con" yang artinya bersama atau bergabung dan
"dominium" atau kepemilikan atau pengendalian. Condominium adalah
bentuk hak guna perumahan yang memiliki kepemilikan pribadi yang
tersusun seperti rumah susun.
13
2.2.2 Pengelompokkan Condominium
Menurut
Indonesia
Apartment
(2007)
menuliskan
bahwa
condominium dapat dikelompokkan menjadi beberapa jenis sebagai
berikut.
Tabel 2.5 Condominium berdasarkan Ketinggian Level Bangunan
Tipe
High
Rise
LowRise
Garden
Twon
Houses
Lantai
≥6
lantai
≤6
lantai
≤6
lantai
2-4
lantai
Tipologi
Kotak, Persegi Panjang,
Lingkaran.
Sasaran
Menengah atas
Slab.
Menengah ke
bawah
Porsi taman luas dan ruang
terbuka.
Menengah atas
Saling berbagi tembok.
Menengah atas
Sumber: Majalah Indonesia Apartement,2007
Tabel 2.6 Condominium berdasarkan Ekonomi
Sederhana
Ukuran
Unit
Relative
Kecil
Material
Fasilitas
Sederhana
Minim
Menengah
Standar
Standar
Standar, lift,
minimarket,
laundry, parkir.
Mewah
Besar
Super
Mewah
Sangat
besar,
penthouse
Mewah
Mewah,
import,
desain
khusus.
Lengkap
Lengkap,
Entertain, Spa,
(Skala
Internasional)
Lokasi
Padat, area
pemerintah.
Perumahan,
kompleks
apartemen
yang cukup
padat.
Strategis
Sangat
strategis,
tengahtengah kota.
Sumber: Majalah Indonesia Apartement,2007
Tabel 2.7 Condominium berdasarkan Sirkulasi Horizontal
No
.
1.
2.
Jenis
Open
Corriodor
Single
Loaded Closed
Corridor
Double Loaded Corridor
Keterangan
Terbuka, railing/tembok kurang lebih
1-1,5 m
Tertutup, Jendela atau tidak
berjendela, Menggunakan jalusi.
Tertutup, dikelilingi unit.
Sumber: Majalah Indonesia Apartement,2007
14
Tabel 2.8 Condominium berdasarkan Sirkulasi Vertikal
No.
Core
Walk
up
1.
Ketinggian
Bangunan
Jenis
2.
4 lantai
Corridor
Elevator
6 lantai
Keterangan
Tangga sirkulasi dikelilingi unitunit hunian.
Tangga sirkulasi diletakkan pada
ujung korridor.
Lift merupakan sirkulasi utama
dan terdapat lobby tunggu
Sumber: Majalah Indonesia Apartement,2007
Tabel 2.9 Condominium berdasarkan Sistem Penyusunnya
No.
Jenis
Jumlah
Lantai
Sasaran
1.
Simplex
1
lantai
Menengah
2.
Duplex
2
lantai
Menengah
Atas
3.
Triplex
3
lantai
Golongan
Atas
Keterangan
 Semua ruang berada pada
satu lantai.
 Jumlah unit dapat
dimaksimalkan.
 Berlokasi di daerah ibukota
yang padat.
 Lantai 1, ruang untuk
aktifitas.
 Lantai 2, untuk ruang pribadi.
 Koridor lebih hemat.
 Sistem pembagian sama
seperti duplex.
 Lantai 2 dan 3 untuk area
privat.
Sumber: Majalah Indonesia Apartement,2007
Tabel 2.10 Condominium berdasarkan Sistem Penyusunnya
Simplex
Duplex
Triplex
Gambar 2.2 Duplex
Gambar 2.3 Triplex
Gambar 2.1 Simplex
Sumber:www.google.co.id,
Sumber:
Sumber:www.google.co.id,
2013
www.google.co.id,
2013
2013
Sumber:Samuel, Paul. Apartement.1976
2.2.3 Deskriptif Condominium dan Apartemen
Condominium dan apartemen adalah salah satu dari bangunan yang
memiliki fungsi yang sama tetapi cenderung berbeda karena memiliki
beberapa perbedaan. Berikut ini adalah deskripsi antara condominium dan
apartemen:
15
Tabel 2.11 Deskripsi Condominium dan Apartemen
No
.
1.
2.
3.
4.
5.
Lingkup
Kepemilikan
Lamanya
tinggal
Sistem
Manajemen
Perawatan
Fasilitas
Pertimbangan
membeli
6.
Luas Ruangan
7.
Fasilitas
Condominium
Apartemen
Hak Milik
Sewa 25 tahun
Seumur Hidup
Berlaku 25 tahun
Penghuni
Apartemen
Perawatan
pengelola
Pengelola Condominium
Perawatan bersama
Investasi, Tempat tinggal
Tempat tinggal
Luas. Condominium seperti
rumah.
Mewah dan lengkap karena
condominium cenderung
memperhatikan kebutuhan
user.
Relatif kecil.
Tidak terlalu
lengkap.
Sumber:Dokumentasi Pribadi, Mei 2013
2.2.4 Penilaian Investasi Condominium
Berikut ini hal-hal yang harus diperhatikan untuk pemilihan tapak
lokasi untuk condominium:
1. Lokasi.
Lokasi yang cocok untuk investasi condominium adalah lokasi
yang strategis, memiliki fasilitas pendukung yang baik berdekatan
dengan lokasi bisnis, tempat wisata ataupun tempat pusat perbelanjaan.
2. Konsep.
Konsep
bangunan,
lingkungan
dan
fasilitas-fasilitas
yang
disediakan di dalam condomonium sangat berpengaruh pada minat
pengunjung.
2.2.5 Sistem Penentuan Harga
Berikut ini adalah beberapa hal yang dapat berpengaruh terhadap
penentuan sistem harga condominium:
1. Luasan Unit.
Luasan unit dapat dikatakan memberi nilai lebih dibandingkan
jumlah unit kamar. Hal tersebut karena terkadang luasan unit dengan
jumlah kamar 2 disamakan dengan unit jumlah kamar 3.
16
2. Ketinggian Lantai.
Ketinggian lantai yang dimiliki setiap unit memiliki nilai jual lebih
tersendiri. Misalnya saja lantai atas akan lebih mahal dibandingkan
dengan lantai bawah karena lantai atas view pemandangannya yang
lebih luas.
3. Kelengkapan Fasilitas.
Kelengkapan fasilitas dibagi menjadi dua hal, yaitu kelengkapan
fasilitas kamar dan bangunan condominium itu sendiri. Fasilitas kamar
yang lengkap akan menambah harga nilai unitnya semakin tinggi
disertai dengan fasilitas condominum yang lengkap.
4. Letak Unit Hunian.
Letak unit hunian itu lebih mengarah pada dua hal, yaitu lokasi dan
view. Dari semua hal yang dijabarkan yang paling berpengaruh dalam
penetapan harga dan penjualan condominium adalah view.
2.2.6 Studi Banding Apartemen dan Condotel di Jakarta.
Studi banding ini dilakukan dengan membandingkan beberapa
apartemen dan condotel di Jakarta Timur khususnya daerah sekitar
Cawang.
17
Gambar 2.4 Studi banding 01
Sumber: Dokumentasi Pribadi, Mei 2013
17
18
Gambar 2.5 Studi banding 02
Sumber: Dokumentasi Pribadi, Mei 2013
19
Gambar 2.6 Studi banding 03
Sumber: Dokumentasi Pribadi, Mei 2013
20
Gambar 2.7 Studi banding 04
Sumber: Dokumentasi Pribadi, Mei 2013
21
2.2.7 Kesimpulan Hasil Analisis Studi Banding Apartemen, Residential dan
Condotel di Cawang, Jakarta Timur khususnya di pinggiran kota.
Lokasi
tapak
semakin
mendekati
pinggiran
kota,
memiliki
kecenderungan type unit kamar 3 bedroom. Hal tersebut dikarenakan
semakin terpinggir lokasi dari kota maka sasaran pengguna akan berbeda
dengan pusat kota. Pusat kota yang dekat dengan CBD lebih cenderung
didominasi dengan kamar type studio atau 1 bedroom sedangkan di
pinggiran kota memiliki jenis type 3 bedroom sebagai tambahan tetapi
tetap tidak mendominasi dari jumlah keseluruhan unit.
Type 3 bedroom ini hadir karena umumnya digunakan sebagai tempat
tinggal keluarga yang tidak hanya sebatas untuk pekerja atau kalangan
ekspatriat saja. Kemunculan type ini tidak mendominasi dari jumlah
keseluruhan unit. Unit tetap didominasi type studio ataupun 1 Bedroom.
2.2.8 Penggunaan Untuk Desain
Analisa dari hasil studi banding yang akan digunakan pada desain,
yaitu:
 Type unit yang digunakan adalah type Studio, 2 Bedroom dan 3
Bedroom.
 Persentase jumlah type studio yang akan dibuat lebih banyak
dibandingkan dengan jumlah 2 Bedroom dan 3 Bedroom.
 Penentuan type, luasan dan jumlah unit dilakukan dengan pertimbangan
guna memaksimalkan KLB dan jumlah unit.
 Unit fasilitas retail ataupun penunjang akan disesuaikan dengan
kebutuhan penghuni dan lokasi sekitar.
2.3
Tinjauan Arsitektur Hijau
2.3.1 Pengertian Arsitektur Hijau
Menurut Tri Harso Karyono (2010), arsitektur hijau adalah salah satu
rancangan lingkungan binaan, kawasan, dan bangunan yang komprehensif.
Perancangan dengan arsitektur hijau harus minim dalam menimbulkan
dampak negatif serta dapat meningkatkan kualitas hidup manusia.
22
2.3.2 Prinsip-Prinsip Arsitektur Hijau
Berikut ini penjabaran prinsip-prinsip arsitektur hijau menurut
Karyono, T.H (2010) yaitu:
1. Penghematan Energi
Penghematan energi dapat dilakukan dengan berbagai macam cara
dalam desain bangunan sebagai berikut.
1.
Meminimalkan perolehan panas matahari.
2.
Orientasi bangunan Utara-Selatan (Memanjang Timur-Barat).
3.
Organisasi Ruang. Contohnya, aktifitas/ruang utama diletakkan di
tengah bangunan, diapit oleh ruang-ruang penunjang/servis di sisi
timur-barat.
4.
Memaksimalkan pelepasan panas bangunan.
5.
Meminimalkan radiasi panas dari plafond (lantai atas).
6.
Hindari radiasi matahari memasuki bangunan atau mengenai
bidang kaca.
7.
Memanfaatkan radiasi matahari tidak langsung untuk menerangi
ruang dalam bangunan.
8.
Optimalkan ventilasi silang (untuk bangunan non-AC)
9.
Warna dan tekstrur dinding luar bangunan.
10. Rancangan ruang luar.
2. Pemanfaatan Energi Terbarukan
3. Material Bangunan
1. Material Terbarukan (Renewable Materials).
2. Penggunaan Material Bekas(Reuse Materials).
3. Daur Ulang Material (Recycle Materials).
4. Material Sehat Tidak Mengontaminasi Lingkungan.
4. Konservasi air dan Peresapan Air Hujan
5. Meminimalkan Pemanasan Kawasan
1. Penghijauan Kawasan.
2. Penghijauan Atap Bangunan.
3. Meminimalkan Efek 'Urban Heat Island'.
6. Kondisi Lingkungan Fisik di dalam Bangunan
1. Kenyamanan Fisik Ruang.
2. Kualitas Udara Ruang.
23
Pada dasarnya arsitektur hijau yang akan dibahas dalam perancangan
ini mencangkup Working with Climate, Respect for Site dan Respect for
User. Menurut Prof. Peter Schmid dalam bukunya Biologische Architektur
mengatakan bahwa keseimbangan alam, manusia dan lingkungan
pembangunan/terbangun akan menciptakan harmoni yang menentukan
kualitas suatu lingkungan. Hubungan tersebut dilukiskan dalam gambar
seperti di bawah ini.
Gambar 2.8 Hubungan manusia dengan alam dan pembangunan
Sumber: Frick, 1996. Heinz. Arsitektur dan Lingkungan
2.3.3 Pembahasan Topik 'Meminimalkan Pemanasan Kawasan'
Kawasan terbangun di perkotaan cenderung memiliki suhu udara yang
sangat tinggi dibandingkan dengan kawasan alamiah yang ditumbuhi oleh
vegetasi. Material keras jika terpapar sinar matahari akan menjadi panas
yang kemudian akan memancarkan kembali panasnya ke udara dan
lingkungan yang menyebabkan terjadinya pemanasan kawasan.
Menurut Karyono, T.H. (2010) hal tersebut dapat diatasi dengan
penghijauan kawasan, penghijauan atap bangunan dan mengurangi
perkerasan pada muka tanah. Ketiga hal tersebut dapat meminimalkan efek
Urban Heat Island. Jika penurunan suhu dalam bangunan dan lingkungan
telah berhasil diupayakan, hal tersebut akan berpengaruh terhadap
kenyamanan thermal penggunanya.
2.3.4 Pengolahan Tapak yang Mendasar.
Berikut ini adalah pengaplikasian rancangan arsitektur hijau menurut
Karyono T.H. (2010).
1. Lokasi dan Tapak.
a. Lokasi bangunan atau fasilitas perlu berada dalam jangkauan
jaringan infrastruktur kota, jalan raya, saluran air bersih, listrik,
telepon, gas dan lainnya.
b. Perubahan lahan tapak harus dilakukan seminimal mungkin.
24
2. Pengolahan Tapak dan Peningkatan Kualitas Tapak.
Perbaikan tanah diizinkan jika tanah mempunyai daya dukung yang
rendah misalnya tanah berawa atau tanah bekas pembuangan sampah.
Perkerasan tanah perlu mempertimbangkan aspek "penyerapan" air
hujan. Penggunaan material berpori, conblock, grassblock merupakan
material yang direkomendasikan.
3. Jalur Pedestrian.
Penyediaan jalur pedestrian yang baik akan membantu untuk
membiasakan berjalan kaki. Hal tersebut akan mengurangi gas emisi
CO2 dan polusi udara.
4. Transportasi Kawasan.
Jalur kendaraan pada lahan tapak pun perlu diperhatikan. Misalnya
saja dalam jarak tertentu saja pencapaian kendaraan pribadi dan tidak
dapat memasuki ke seluruhan lahan. Selain itu, lahan parkir ditanami
oleh tanaman peneduh termasuk dekat jalur pedestrian juga.
Tapak yang dekat dengan jalur transportasi kota akan membuat
penghuni memilih menggunakan kendaraan umum dibandingkan
kendaraan pribadi.
2.4
Tinjauan 'Skyrise Greenery'
2.4.1 Pengertian 'Skyrise Greenery'
Skyrise Greenery adalah salah satu bentuk penghijauan yang
dilakukan pada bangunan tinggi baik pada bidang horizontal maupun
vertikal. Skyrise Greenery ini semakin menjadi komponen penting dari
pembangunan perkotaan yang berkelanjutan.
2.4.2 Keterkaitan Dengan Urban Heat Island
Urban Heat Island umumnya terjadi di perkotaan. Skyrise Greenery
diusung sebagai salah satu cara untuk mengatasi dampak Urban Heat
Island. Suhu yang tinggi di perkotaan dapat mempengaruhi kualitas hidup
dan lingkungan masyarakatnya. Dampak tersebut meliputi sebagai berikut:
1. Peningkatan konsumsi energi.
Peningkatan konsumsi energi terjadi akibat udara yang panas
seiring dengan kebutuhan energi yang meningkat untuk pendinginan.
25
2. Peningkatan emisi polutan udara dan gas rumah kaca.
Kebutuhan listrik yang kian meningkat menyebabkan perusahaan
yang bergantung pada pembangkit listrik berbahan bakar fosil berperan
serta dalam peningkatan polusi udara dan emisi gas rumah kaca.
3. Gangguan kualitas air.
Suhu lingkungan yang meningkat dapat menyebabkan peningkatan
suhu pada air. Masalah utamanya ketika stormwater polutan mengalir
pada ekosistem air dan mengandung zat yang mungkin berbahaya serta
didukung dengan adanya perubahan suhu air.
4. Manusia Kesehatan dan Kenyamanan
Polusi udara yang berkaitan dengan Urban Heat Island dapat
mempengaruhi
kesehatan
manusia
dan
berkontribusi
terhadap
ketidaknyamanan.
2.4.3 Keuntungan dari Skyrise Greenery
Skyrise Greenery mempunyai potensi yang besar untuk mengubah
cara kota bekerja menjadi kota yang bertanggujawab dengan memikirkan
berkelanjutan. Berikut ini adalah manfaat dari Skyrise Greenery:
1. Estetis
a. Penghijauan kota yang bertentangan dengan lingkungan perkotaan
yang keras.
b. Meningkatkan desain arsitektur untuk membuat landmark iconik.
c. Membantu untuk melembutkan perkotaan melalui lansekap.
d. Memberikan keindahan visual lingkungan bagi warga.
2. Lingkungan
a. "Isolasi termal/pendinginan guna mengurangi efek Urban Heat
Island dengan menggunakan shading penyerap permukaan panas.
(McPherson, 1994)."
"Penghijauan dapat mengurangi jumlah re-radiasi panas. Hanya 20%
dari energi matahari yang jatuh di atas daun pohon tercermin (Peck
dkk., 1999)."
b. Peningkatan keanekaragaman hayati habitat alami di perkotaan.
c. Pembersihan
dan
anti-polusi
meningkatkan kualitas udara.
dalam
bentuk
partikel
debu,
26
d. Meningkatkan retensi air hujan untuk membantu mengatasi saluran
air hujan yang meluap dan mencegah terjadinya banjir.
"Tutupan vegetasi tambahan mengurangi limpasan stormwater
perkotaan dengan 7% sampai 12% (Sanders, 1986)."
Dapat menahan air sebanyak 75% air yang jatuh, agar nantinya akan
dilepas kembali ke atmosfer secara perlahan melalui proses
kondensasi dan transpirasi.
e. Sebagai filter polutan dan logam berat agar tidak hanyut bersama
aliran air ke permukaan tanah.
3. Terapis
a. Menggunakan penghijauan dan rooftop greenery sebagai tempat
yang memberikan ketenangan.
b. Dapat mengisolasi gedung dari kebisingannya aktifitas kota.
c. Tanah
dapat
memblokir
frekuensi
yang
rendah
sedangkan
tanamannya mampu memblokir frekuensi suara yang lebih tinggi.
"Mengurangi tingkat kebisingan hingga 50 dB (McMarlin, 1997).
Menurunkan suara dengan 40dB dan 46dB (Minke, 1982). Manfaat
akustik bergantung pada massa lapisan substrat dan kebocoran suara
yang ada, seperti skylight (Hendricks, 1994)."
4. Ekonomis
a. Menambahkan nilai ekomonis pada penghijauan properti.
b. Skyrise mengoptimalkan ruang hijau.
c. Meningkatkan daya tarik estetika bangunan dan meningkatkan nilai
properti, dan jual bangunan secara keseluruhan, terutama dengan
rooftop greenery yang dapat diakses.
d. Membantu mengurangi biaya energi pendingin, tergantung pada
jenis dan tingkat, ukuran bangunan, dan iklim.
"Satu pohon dapat evapotranspirate 40 galon air dalam sehari,
mengimbangi panas setara dengan yang dihasilkan oleh seratus
lampu 100 watt operasi delapan jam per hari (Rosenfeld et al.,
2000)."
e. Sebagai insulasi pendinginan gedung sehingga dapat menghemat
biaya AC.
27
'"Skyrise
Greenery
dapat
mengurangi
beban
AC
dengan
mendinginkan suhu udara langsung luar bangunan. 5,5°C reduksi
dapat menurunkan jumlah energi yang dibutuhkan untuk AC sebesar
50% sampai 70% (Peck, 1999).
f. Rooftop greenery dapat bertahan hingga dua kali lebih lama
dibandingkan atap konvensional, mengurangi pemeliharaan dan
penghematan biaya.
5. Sosial
a. Meningkatkan rasa ingin memiliki rooftop greenery dan mendorong
interaksi masyarakat.
b. Di gedung perkantoran, rooftop greenery menyediakan tempat
alternatif bagi karyawan untuk mengurangi stres dan berbaur dengan
rekan kerja dalam suasana yang lebih santai.
c. Kombinasi rooftop greenery dan vertical greenery menambah ruang
hijau dan semangat perkotaan.
d. Membawa hijau semakin dekat untuk penghuni bangunan tinggi.
2.4.4 Pembagian Bidang Skyrise Greenery
Skyrise Greenery untuk saat ini terfokuskan pada 2 bagian yaitu
Rooftop Greenery (salah satu penerapan bidang horizontal) dan Vertical
Greenery.
Gambar 2.9 Penerapan Skyrise Greenery
Sumber: www.skyrisegreenery.com, April 2013
Rooftop greenery mengacu pada upaya penghijauan dan lansekap
pada permukaan atap. Secara umum, ada dua kategori utama yaitu
ekstensive rooftop greenery dan intensif rooftop greenery sedangkan
Vertical Greenery merupakan dimensi baru dalam penghijauan terkait
infrastruktur dimana tanaman dimasukkan dalam permukaan vertikal
28
2.4.5 Penggunaan Rooftop Greenery
Rooftop Greenery ini terbagi menjadi 2 macam sebagai berikut:
1. Extensive Rooftop Greenery.
Taman atap jenis ini membutuhkan biaya perawatan yang cukup
murah, media tanam tidak dalam karna spesies vegetasi terbatas hanya
untuk tanaman hias ringan, sederhana dan dekoratif semata. Lapisan
vegetasi tipis dan ringan dibandingkan dengan intensif rooftop
greenery.
Gambar 2.10 Penerapan Extensive Rooftop Greenery. NIE Admin building, Universal
Studios Singapore, University Town (National University of Singapore).
Sumber: www.skyrisegreenery.com, April 2013
2. Intensive Rooftop Greenery.
Intensive Rooftop Greenery
mampu menampung segala jenis
tanaman besar dan kecil. Umumnya digunakan pada gedung pencakar
langit serta dapat dimanfaatkan sebagai sarana rekreasi/ruang komunal.
Kedalaman media tanah lebih dalam dibandingkan Extensive.
Potensi lansekap Intensive Rooftop Greenery lebih banyak dalam
penggunaan vegetasi dan umumnya memerlukan perawatan lebih.
Gambar 2.11 Penerapan Intensive Rooftop Greenery. Shaw House, Liang Seah Place,
Liberty House.
Sumber: www.skyrisegreenery.com, April 2013
2.4.6 Perbedaan Extensive Rooftop Greenery dan Intensive Rooftop
Greenery.
Tabel 2.12 Perbedaan Extensive dan Intensive Rooftop Greenery
Table 1: Perbandingan antara Extension and Intensive Green Roof Systems
EXTENSIVE GREEN ROOF
INTENSIVE GREEN ROOF
Media tumbuh tipis, tidak perlu irigasi, Media tumbuh dalam, perlu irigasi, kondisinya
tanaman mudah stress dan keanekaragaman menguntungkan tanaman, keanekaragaman
hayati rendah.
hayati tinggi dan mudah diakses.
Sumber:Kuhn, Monica. Design Guideliness For Green Roofs
29
Tabel 2.12 Perbedaan Extensive dan Intensive Rooftop Greenery
Table 1: Perbandingan antara Extension and Intensive Green Roof Systems
EXTENSIVE GREEN ROOF
INTENSIVE GREEN ROOF
Keuntungan:
Keuntungan:
 Ringan, atap umumnya tidak memerlukan  Lebih besar akan keanekaragaman hayati dan
penguatan.
habitat.
 Cocok untuk area yang luas.
 Bersifat insulasi yang baik.
 Kemiringan untuk atap dengan 0-  Dapat membuat taman satwa.
30°(slope).
 Menarik secara visual.
 Perawatan rendah dan berumur panjang.
 Seringdiakses dengan pemanfaatan beragam.
 Tidak ada irigasi dan drainase.
 Lebih efisiensi energi dan mempunyai
 Tidak memerlukan keahlian teknis.
kemampuan dalam penyerapan air hujan.

Hidup membran lebih panjang.
 Dapat tanaman tumbuh secara spontan dan
lebih alami.
 Relatif murah dan mudah dilakukan.
Kerugian:
Kerugian:
 Kurangnya efisiensi energi dan terhadap  Lebih membebani atap.
penyerapan air hujan.
 Perlu sistem irigasi dan drainase.
 Pemilihan tanaman terbatas.
 Modal dan perawatan yang tinggi.
 Biasanya tidak ada akses untuk rekreasi.
 Membutuhkan keahlian untuk merawatnya.
Sumber:Kuhn, Monica. Design Guideliness For Green Roofs
2.4.7 Komponen dari Rooftop Greenery
Ada lima komponen dasar dalam susunan Rooftop Greenery. Berikut
ini 5 lapisan utama Rooftop Greenery yang dimulai dari lapisan atas, yaitu:
1. Lapisan tumbuh-tumbuhan dan media tanam.
Lapisan ini dapat berupa tanah dengan ketebalan tertentu tetapi ada
pula yang tidak menggunakan tanah untuk media pertumbuhannya,
misalnya saja dengan menggunakan batu kerikil bergantung terhadapa
jenis budidaya tanamannya.
2. Lapisan penyaring.
Lapisan ini mencegah pelumpuran lapisan air yang terserap dan
terdiri dari bahan penyaring. Lapisan tersebut adalah geotextile yang
digunakan sebagai penyaring sehingga air yang masuk tidak membawa
kotoran atau tanah.
Gambar 2.12 Filter Layer (Geotextile)
Sumber: www.google.co.id, Maret 2013
30
3. Lapisan penyaluran air.
Lapisan ini mencegah kelebihan air pada tumbuh-tumbuhan dengan
cara membantu penyimpanan air bersih yang telah tersaring oleh
lapisan penyaring. Bentuknya disesuaikan seperti mangkuk penampung
yang tentunya akan digunakan untuk menampung air berlebihan dan
menghentikannya
agar
tidak
mengenai
lapisan
perlindungan
kelembaban.
Gambar 2.13 Drainase Layer
Sumber: www.google.co.id, Maret 2103
4. Lapisan perlindungan kelembaban.
Retention matt yang berguna untuk menjaga kelembaban antara
pertemuan tanah, air dan dak beton berwaterproofing. Hal ini
diperlukan untuk mencegahnya tumbuh kembang dan bersarangnya
jamur.
Gambar 2.14 Moisture Retention Matt
Sumber: www.google.co.id, Maret 2013
Tak hanya itu saja, retention matt ini membantu mencegahnya akar
tembus hingga merusak konstruksi yang berfungsi sebagai lapisan
pembatas/penjaga.
5. Lapisan pelindung dak beton.
Lapisan ini dapat berupa waterproofing yang berguna melindungi
atap agar air dari tanaman tidak mengenai beton. Thermal insulation
pun dapat digunakan sebagai pelindung dak beton karena sifatnya yang
dapat mengurangi panas sekaligus kedap air. Bahannya seperti
aluminium foil hanya saja lebih tebal dan lebar. Perlindungan ini sangat
dibutuhkan agar pohon atau tanaman tidak merusak konstruksi
bangunan, misalnya konstruksi atap.
31
Gambar 2.15 Thermal Insulation
Sumber: www.google.co.id, Maret 2013
Teknis detail pemasangan Rooftop Greenery sebagai berikut:
Gambar 2.16 Lapisan Rooftop Greenery
Sumber: www.google.co.id, April 2013
Adapun cara lain yang diterapkan di salah bangunan hunian vertikal di
Jakarta hanya menggunakan 3 lapisan utama saja. Lapisan teratas tanaman,
tanah, kerikil dan waterproofing. Lapisan ini lebih mudah dan murah. Hal
tersebut tidak menjadi masalah untuk diterapkan karena intinya adalah
bagaimana tanaman dapat berada di atas atap untuk menurunkan suhu
ruangan di bawahnya tanpa merusak lapisan dak beton.
2.4.8 Penggunaan Vertical Greenery
Ada 3 komponen dasar pada Vertical Greenery, yaitu tanaman, sistem
dan media, dan irigasi. Berikut ini akan dijelaskan tentang komponen
sistem dan media.
1. Sistem dan Media
a. Support System
Sistem pendukung yang dirancang untuk mengarahkan tanaman
di atas permukaan vertikal sehingga dapat merambat ke arah bawah
tanah. Struktur dukung tersebut dapat berupa wire mesh atau kabel.
32
Applied Materials building, School Of The Arts (SOTA), Treelodge @
Punggol.
Helios Residences,HSBC@Mapletree Business Centre, Singapore
Management University.
Gambar 2.17 Vertical Greenery dengan menggunakan Support System
Sumber: www.skyrisegreenery.com, April 2013
Gambar 2.18 Layer mendasar pada Support System.
Sumber: www.skyrisegreenery.com, April 2013
b. Cassette System
Cassette System terdiri dari unit modular yang dapat dengan
mudah dipasang dan melekat pada permukaan berbagai dinding.
Unit-unit
modular
berisi
media
tanam
untuk
mendukung
pertumbuhan tanaman.
Choa Chu Kang polyclinic, Orchard Central, Liberty House.
Marina Bay City Gallery, Pinnacle @ Duxton, Republic Plaza.
Gambar 2.19 Vertical Greenery dengan menggunakan Cassete System
Sumber: www.skyrisegreenery.com, April 2013
33
Gambar 2.20 Modul Cassete System
Sumber: www.google.co.id, April 2013
c. Planter System
Planter System terdiri dari kotak penanam dipasang secara
berkala ke struktur atau frame. Mirip dengan Cassette System,
Liang Seah Place, Facebook (Singapore office), 158 Cecil
Street (Main atrium).
Gambar 2.21 Vertical Greenery dengan menggunakan
Planter System
Sumber: www.skyrisegreenery.com, April 2013
Gambar 2.22 Modul dasar Planter System
Sumber: www.skyrisegreenery.com, April 2013.
Sistem planter ini dapat diterapkan pula dengan menggunakan
pot tanaman yang kini diterapkan di taman kota jakarta, seperti yang
terlihat pada gambar di bawah ini.
34
Gambar 2.23 Penerapan Planter System di Jakarta dengan menggunakan pot
Sumber: www.google.co.id, Juni 2013.
Adapun cara lain pemasangan Vertical Greenery yang diterapkan di
Indonesia yang telah diterapkan di sebuah gedung perkantoran khusus
penghijauan dan pendinginan yang berkaitan bangunan. Gedung ini
dibawah ini adalah Gedung Sandjaja yang berada di Jalan Hayam Wuruk
yang sekaligus dijadikan tempat untuk melakukan penelitian.
Gambar 2.24 Tampak Vertical Greenery di Gedung Sandjaja, Jakarta Pusat.
Sumber: Dokumentasi Pribadi, Mei 2013.
Gambar 2.25 Penerapan sistem kantung pada Vertical Greenery.
Sumber: Dokumentasi Pribadi, Mei 2013.
Sistem kantung ini terkesan lebih mudah dan praktis maintenance.
Penanaman ini hanya menggunakan 2 lapisan saja. Lapisan Retention matt
untuk mencegah jamur dan lapisan geotextile. Penanaman seperti ini tidak
membutuhkan media tanam seperti tanah. Tanaman kecil yang telah
dibudidayakan dimasukan ke dalam kantung lapisan (geotextile dan
retention matt) tersebut dan untuk pengairan dilakukan secara otomatis
35
setiap 4 menit sekali dengan sistem tetes. Penggunaan air pun sedikit
karena walaupun air mengalir dan keadaan lapisan selalu basah,
pengairannya dilakukan dengan menggunakan sistem tetes menggunakan
pipa yang kecil.
Vertical greenery yang selalu dalam keadaan basah ini tidak akan
merusak lapisan dinding karena pemasangannya tidak menempel pada
dinding. Pemasangan dilakukan dengan menggunakan rangka besi/baja
ringan. Lapisan tersebut kemudian ditempel dengan menggunakan paku
kepada rangka tersebut. Adapun sisa ruang diantara dinding dan lapisan
dapat digunakan untuk area maintenance.
Gambar 2.26 Area maintenance tampak atas pada Vertical Greenery.
Sumber: Dokumentasi Pribadi, Mei 2013.
Pencahayaan tanaman pada malam hari dapat menggunakan lampu
halogen yang mempunyai sensor ketika keadaan mulai gelap, lampu akan
menyala dengan sendirinya. Penanaman seperti ini dapat dikatakan mahal
tetapi untuk perawatan cukup murah dan mudah. Maintenance sangat
mudah ketika tanaman hendak dirapihkan, penyiraman pun dilakukan
secara otomatis dan pencahayaan buatan pun dapat menyesuaikan.
2.4.9 Drainase
Untuk intensif Rooftop Greenery sangat dibutuhkan drainase. Berikut
ini adalah skematik untuk drainase atap bila menggunakan rooftop
greenery.
Gambar 2.27 Contoh lubang drainase yang digunakan pada
Sumber: www.google.co.id, Maret 2013
Rooftop Greenery
36
Gambar 2.28 Roof Drain
Sumber: www.google.co.id, Maret 2013
2.4.10 Seleksi Tanaman
Rooftop Greenery
Pemilihan tanaman dapat dilakukan dengan cara mencari kesesuaian
tanaman dengan ketebalan media tumbuh, suhu, ketebalan atap dak beton
untuk menahan beban dan kecocokan tanaman dengan temperatur daerah
tersebut.
Tanaman yang dipilih untuk atap hijau biasanya harus mampu
mentolerir kondisi atap kering dan berkembang di bawah sinar matahari
yang intens, dan kelembaban tanah yang rendah. Pilihan tanaman
tergantung pada tujuan (menarik keanekaragaman hayati, estetika
bijaksana, mendukung tanaman asli), biaya anggaran, faktor lingkungan,
kedalaman substrat dan tingkat perawatan.
Adapun tanaman yang digunakan terbagi pada Skyrise Greenery
terbagi menjadi 5 katagori, yaitu groundcover, perdu, semak, pepohonan
dan tanaman merambat.
37
Vertical Greenery
Tanaman rambat tidak direkomendasikan untuk Vertical Greenery
pada dinding karena tidak membantu penurunan suhu secara maksimal.
Penanaman secara modular lebih direkomendasikan dan gunakan tanaman
yang kuat terhadap terpaan matahari sepanjang hari. Tanaman yang lebih
kuat terpaan sinar matahari sepanjang hari akan lebih baik dan yang tidak
terlalu membutuhkan maintenance secara rutin sehingga jangkauan
maintenace tidak akan terlalu sulit bila berada pada highrise building.
Gambar 2.29 Contoh Tanaman Yang Dapat Digunakan
Sumber: www.skyrisegreenery.com, April 2013
2.4.11 Survey penerapan 'Skyrise Greenery' dalam hal penerapan 'Vertical
Greenery'
Lantai 1
35.0
34.0
33.0
32.0
31.0
30.0
29.0
28.0
27.0
26.0
25.0
24.0
Suhu Atap
Suhu Bawah
Outdoor Kaca Zona 1
Outdoor Kaca Zona 2
Outdoor Kaca Zona 3
Indoor Kaca Zona 1
Indoor Kaca Zona 2
Indoor Kaca Zona 3
Vertical Greenery
9:20 10:20 11:20 12:20 13:20 14:20 15:20 16:20
Gambar 2.30 Grafik pengukuran suhu pada lantai 1
Sumber: Dokumentasi Pribadi, Mei 2013.
38
Lantai 2
36
35
34
33
32
31
30
29
28
27
26
Suhu Atap
Suhu Lantai
Kaca Luar
Vertical Greenery
9:20 10:20 11:20 12:20 13:20 14:20 15:20 16:20
Gambar 2.31 Grafik pengukuran suhu pada lantai 2
Sumber: Dokumentasi Pribadi, Mei 2013.
Tabel 2.13 Hasil besaran angka penurunan suhu Vertical Greenery terhadap suhu outdoor-indoor.
Pukul 0.9.20
Pukul 10.20
Pukul 11.20
Pukul 12.20
Pukul 13.20
Pukul 14.20
Pukul 15.20
Pukul 16.20
VG - Outdoor
VG - Indoor
Outdoor - Indoor
+1.0
+0.7
-0.3
+1.4
+1.0
-0.4
-2.0
-5.2
-3.2
-1.9
-1.9
Stabil
-3.9
-5.3
-1.4
-0.4
-0.9
-0.5
-2.1
-5.3
-3.2
-2.3
-2.7
-0.4
-1.6
-4.0
-2.4
-2.6
-2.9
-0.3
-3.2
-4.7
-1.5
-1.3
-0.8
-0.2
-2.0
-4.3
-2.3
-0.4
-0.2
-0.2
-3.0
-0.2
-2.8
-2.7
-1.5
-1.2
Sumber: Dokumentasi Pribadi, Mei 2013.
Suhu Atap - Lantai
Selisih 0.2 (lantai)
Selisih 0.1 (lantai)
Selisih 0.1 (lantai)
Selisih 0.3 (lantai)
Selisih 0.6 (lantai)
Selisih 0.1 (lantai)
Selisih 0.2 (lantai)
Selisih 0.3 (lantai)
Selisih 0.2 (lantai)
Selisih 0.1 (lantai)
Selisih 0.2 (lantai)
Selisih 1.2 (lantai)
Selisih 0.1 (lantai)
Selisih 0.1 (lantai)
Selisih 0.2 (lantai)
Selisih 0.4 (lantai)
Kesimpulan:
 Suhu lantai lebih dingin dibandingkan dengan atap (beton) karena
dipengaruhi oleh penggunaan material pelapis. Lantai pada lantai 1
menggunakan marmer dan batuan
yang cenderung menyerap dan
memantulkan suhu dingin dari AC pula sehingga membuat permukaan lebih
dingin.

Pada pagi hari untuk jam pertama suhu tidak menurun akan tetapi cenderung
meningkat karena adanya perubahan cuaca yang berubah secara mendadak.
Hal tersebut membuat suhu pada bagian kaca indoor dan outdoor
membutuhkan adaptasi untuk perubahan suhu. Selain itu, pada jam 09.20, AC
39
dalam ruangan tersebut belum dinyalakan sehingga cuaca ruangan masih
cenderung agak panas.

Pada pagi hari mendung ketika cuaca cenderung dingin tanpa matahari,
tanaman umumnya melepaskan panas yang sudah diserap dan disimpan pada
hari sebelumnya. Fenomena tersebut menunjukkan bahwa tanaman
cenderung menyerap panas dan menyimpannya untuk kemudian dilepaskan
pada pagi hari sehingga pada subuh/pagi yang dingin bila berada dekat
tanaman akan terasa lebih hangat dibandingkan pada area perkerasan.

Perkerasan akan menyerap panas dan langsung memantulkannya kembali
sehingga jika keadaan panas maka perkerasan akan panas dan pada suhu
dingin perkerasan akan mendingin. Suhu perkerasan disesuaikan dengan suhu
aktual yang terjadi saat itu.

Penurunan suhu bergantung pada cuaca, sudut penyinaran dan material yang
digunakan pada ruangan, misalnya penggunaan karpet atau keramik lantai.

Suhu malam cenderung lebih rendah dibandingkan dengan suhu siang hari,
maka dapat diasumsikan suhu yang diturunkan akan banyak daripada siang
hari. Adanya sifat tanaman yang menyimpan panas dan melepaskan panas
pada malam hari membuat area sekitar tanaman akan lebih hangat
dibandingkan dengan dekat dengan area perkerasan pada dini hari.

Penelitian ini sebelumnya telah dilakukan di gedung ini oleh Office Director,
Bapak D.K. Halim. Penelitian tersebut menyatakan bahwa jika cuaca dalam
keadaan dingin/mendung/hujan penggunaan AC dapat menghemat hingga
60% sedangkan jika dalam keadaan cuaca panas ekstrim penghematan AC
sebesar 40%.

Maka penggunaan Vertical Greenery sangat efektif untuk menurunkan suhu
outdoor terhadap indoor. Apalagi suhu yang dapat diturunkan dari Vertical
Greenery terhadap suhu indoor dapat berkurang lebih dari 5oC hanya dengan
menerapkan 50-60% dari luasan dinding perlantainya.
2.5
Tinjauan Kondisi Tapak
2.5.1 Deskripsi Proyek
 Jenis Proyek
: Fiktif.
 Pemilik Proyek
: Perusahaan Swasta.
40
Proyek Condominium ini akan dibangun di Jakarta Timur.
Condominium ini mengaplikasikan penggunaan 'Skyrise Greenery' untuk
area komersial umum yang dapat pula dijadikan sebagai penunjang
kualitas lingkungan dalam bangunan. Condominium ini memiliki target
utama untuk kalangan menengah atas untuk berinvestasi.
2.5.2 Lokasi Proyek
Lokasi
tapak
pembangunan
condominium
ini
terletak
dekat
perempatan jalan MT Haryono kav. 6-7, Cawang, Jakarta Timur. Lokasi
ini adalah lahan kosong yang berada tepat di sebelah PT. Hutama Karya.
Gambar 2.32 Peta Provinsi DKI Jakarta
Sumber: www.google.co.id,Maret 2013
Gambar 2.33 Peta Wilayah Jakarta Timur
Sumber: www.google.co.id, Maret 2013
41
Gambar 2.34 Peta Lokasi Sekitar Tapak
Sumber: Google Earth, Maret 2013
Gambar 2.35 Peta Lokasi Tapak
Sumber: Google Earth, Maret 2013
2.5.3 Latar Belakang Pemilihan Tapak
Latar belakang pemilihan Jalan MT Haryono kav. 6-7, Cawang,
Jakarta Timur sebagai lokasi, tentu saja karena lokasi ini sangat strategis.
Lokasi ini terletak dekat 4 ruas tol utama, baik dari dalam maupun luar
kota. Intersection
4 ruas tol tersebut adalah tol Jagorawi, Cikampek,
Cawang-Tanjung Priok dan Tol Dalam Kota.
Gambar 2.36 Empat ruas tol dekat lokasi tapak
Sumber: www.google.co.id, Maret 2013
Cawang ini terletak dekat dengan pusat bisnis dan perkantoran
contohnya MT Haryono, TB. Simatupang, Tebet, Pancoran dan lainnya.
Tidak hanya itu, lokasi ini pun terletak dekat dengan pusat perbelanjaan
42
yaitu Carrefour, Tebet Square, Plaza Semanggi dan lainnya. Selain itu,
Cawang merupakan pintu gerbang menuju kota Jakarta dan lokasi tapak
ini merupakan daerah bebas banjir.
Lokasi ini terletak dekat Rumah Sakit dan Universitas. Ke
depannya, wilayah Cawang ini akan menjadi CBD baru di Jakarta
Timur. Untuk pencapaian menuju lokasi ini pun sangat mudah karena
adanya alat transportasi umum yang mendukung, salah satunya
Busway.
Seberang atau bagian depan dari lokasi tapak ini terdapat Shelter
Busway. Akses jembatan penyebrangan menuju Shelter Busway
tersebut berada di sebelah barat lokasi sehingga tidak sulit bagi untuk
mencapai lokasi ini. Lokasi tapak ini pun merupakan salah satu jalur
akses yang mudah menuju Sudirman, Thamrin, Kuningan, Gatot
Subroto, MT Haryono maupun sekitarnya.
Tidak hanya itu, lokasi ini terbilang cukup dekat dengan Stasiun
Cawang yang menyediakan kereta ekspress menuju Bandara. PT Kereta
Api Indonesia (KAI) pun sedang menyiapkan kereta commuter line
Manggarai-Tanah Abang-Tangerang (Tanah Tinggi)-Bandara.
Dirjen
Perkeretaapian,
Kementerian
Perhubungan
Tunjung
Inderawan menerangkan, proyek PPP ini melalui rute melayang
(elevated)
Manggarai-Sudirman-Tanah
Abang-Duri-Angke-Pluit-
Bandara Soekarno Hatta. Detikfinance (2012).
Dalam
artikelnya
detikfinance
(2012)menuliskan
bahwa
pemerintah merencanakan proyek kereta ekspres Bandara SoekarnoHatta yang awalnya akan berakhir di Stasiun Manggarai akan
dikembangkan hingga Stasiun Cawang. Alasannya karena potensi
pengangkutan penumpang yang lebih besar hingga ujung Jakarta Timur.
Pemerintah pun mempunyai rencana bahwa Bandara Halim
Perdanakusuma akan menjadi embarkasi haji mulai tahun 2013 dan
seterusnya serta akan menjadi bandara domestik dengan penerbangan
lokal maksimum 1 jam destinasi seperti: Solo, Semarang, Lampung,
Palembang dan lain-lain.
Berikut kutipan informasi terkait dengan dimulainya bandara halim
perdanakusuma menjadi embarkasi haji 2013:
43
Wakil Menteri Perhubungan, Bambang Susantono, mengatakan
Bandara Internasional Halim Perdanakusuma, di Jakarta Timur,
diharapkan menjadi bandara pemberangkatan haji pada 2013,
menggantikan Terminal 3 Bandara Internasional Soekarno-Hatta yang
akan dibangun. Pada beberapa masa lalu, bandara di dekat Jalan Tol
Jagorawi, JakartaTimur itu juga pernah menjadi bandara embarkasi haji.
Di dekat bandara itu juga ada Asrama Haji tempat calon jemaah haji
diinapkan sebelum diberangkatkan. “Harus tahun ini, karena Terminal 3
Soekarno-Hatta dirombak untuk dikembangkan pada tahun ini juga,”
katanya, di Kantor Wakil Presiden, Jakarta, Rabu (6/2/2013).
Direktur Angkasa Pura II, Tri S Sunoko, "Halim Perdanakusuma tetap
difungsikan sebagai bandara komersial, namun hanya ditambah
fungsinya untuk pemberangkatan haji. Halim Perdanakusuma juga
dekat dengan Asrama Haji,” katanya.
Tak cukup dengan transportasi yang ada, pemerintah akan
menambahkan 2 ruas tol tambahan yang akan menjadi jalur yang dilalui
MRT (Monorail Rapid Transit). Berbagai faktor kelebihan yang di atas
adalah bagian dari latar belakang sekaligus alasan pemilihan lokasi
tapak condominium di Jalan MT Haryono kav. 6-7, Cawang, Jakarta
Timur.
2.5.4 Target Sasaran
Adapun sasaran utama target penghuni condominium ini, yaitu:
1. Kalangan Menengah Atas.
Target sasaran utama ini tentu diarahkan pada investor. Kalangan
menengah atas tentu adalah kalangan yang paling cepat membaca bisnis
properti ini.
2. Kalangan Bisnis dan Ekspatriat.
Kalangan ekspatriat dapat dijadikan target pula karena letak tapak
ini
yang dekat
dengan
perkantoran.
Seringkali
kalangan
ini
membutuhkan hunian untuk waktu yang cukup lama. Kalangan ini
biasanya membutuhkan waktu tinggal untuk 1-2 bulan untuk survey.
44
3. Masyarakat Urban.
Masyarakat urban ini biasanya beraktifitas dan terkena macet di
daerah sekitar lahan tapak ini yang sekaligus menjadi pintu gerbang
kota Jakarta. Masyarakat urban pinggiran kota ini pun biasanya
membutuhkan akses hunian yang dekat dengan tempat kerjanya atau
dekat dengan pusat kota maupun pusat bisnis. Apalagi jalan sebelah
barat lokasi tapak ini nantinya akan tembus hingga Cawang.
Pola pikir dan kebiasaan sebagian masyarakat kota besar berubah
seiring dengan "kebiasaan" macet yang mereka alami sehari-hari.
Mereka berpikir untuk beristirahat/berkumpul di area komunal
komersial. Setelah macet terurai atau berkurang, barulah mereka
melanjutkan perjalanannya. Hal ini dapat dimanfaatkan untuk menarik
pengunjung non-hunian.
4. Mahasiswa
Lokasi ini dekat dengan beberapa tempat perkuliahan sehingga
condominium ini dapat dijadikan sebagai pilihan tempat tinggal
mahasiswa ataupu orangtuanya.
2.5.5 Besaran Proyek
Dalam peta Rencana Tata Lingkungan Bangunan (RTLB), tertera
notasi peruntukan, KDB, KLB, dan ketinggian bangunan yang diizinkan
sebagai berikut:
Gambar 2.37 Ketentuan LRK
Sumber: LRK
 Luas Lahan
: 4.781,58 m2
 Peruntukan
:T
 KDB
: 50%
Luas lantai dasar yang boleh dibangun
: 50% X 4.781,58 m2
: 2.390,79 m2
45
 KLB
: 3,5
: 3,5 X 4.781,58 m2
: 16.735,53 m2
 GSB
:
Utara
: 5 meter
Selatan
: 10 meter
Timur
: 4 meter
Barat
: 6 meter
 Jumlah lantai yang diizinkan
: 16 lantai
2.5.6 Batas-Batas Tapak
Berikut ini adalah batas-batas lokasi yang sekaligus memberikan
gambaran akan keadaan lingkungan sekitar.
Tabel 2.14 Batas-batas tapak
LOKASI TAPAK
Jalan MT Haryono kav. 6-7, Cawang, Jakarta Timur
Gambar 2.38 Lokasi tapak dan sekitarnya
Sumber: Google Earth, Maret 2013
UTARA
Perumahan Cawang Tengah di Jalan Biru Laut
Perumahan ini terletak di
sebelah utara tapak tetapi
tidak persis karena dibatas
oleh jalan selebar 12 meter.
Foto 2.1 Keadaan utara tapak
Sumber: Dokumentasi Pribadi, April 2013
Sumber:Dokumen Pribadi, 2013
46
Tabel 2.14 Batas-batas tapak
LOKASI TAPAK
Jalan MT Haryono kav. 6-7, Cawang, Jakarta Timur
TIMUR
PT. Hutama Karya
Foto 2.2 PT. Hutama Karya
Sumber: Dokumentasi Pribadi, April 2013
PT. Hutama Karya adalah
sebuah kantor kontraktor
yang berada tepat timur.
Sebelah Timur dari tapak ini
memanglah jajaran beberapa
perkantoran dimulai dai PT.
Hutama Karya, PT. Indra
Karya dan PT. Waskita.
SELATAN
TOL Dalam Kota dan Halte Busway
Tepat bagian depan atau
selatan tapak adalah jalan
tol.
Jembatan menuju shelter
busway yang berada di
seberang jalan tol terletak di
Foto 2.3 Bagian selatan tapak
sebelah barat lokasi tapak.
Sumber: Dokumentasi Pribadi, April 2013
BARAT
Jalan Buntu
Sebelah barat terdapat jalan
buntu
yang
dilengkapi
jembatan
penyebrangan
khusus pejalan kaki menuju
shelter busway.Jalan buntu
ini nantinya akan dibuat
tembus ke Cawang.
Foto 2.4 Jalan sebelah barat tapak
Sumber: Dokumentasi Pribadi, April 2013
Sumber:Dokumen Pribadi, 2013
2.6
Teori Pendukung
Menurut Ng, Kathty (2010) dalam Seminar Series "New Horizon in
Green", 20-30% penghijauan di bangunan berperan terhadap pengurangan
efek pulau panas perkotaan dan perbaikan lingkungan. 20-30% ini meliputi
permukaan tanah sebagai prioritas utama, podium dan atap yang luasannya
bergantung pada luas site.
47
2.6.1 Jurnal Penelitian - Urban Heat Island Mitigation: An inovative way to
reduce air pollution and energi usage. (17 Maret 2011)
VEGETASI
a. Vegetasi dapat mendingin suhu lingkungan 3.6°F - 7.2°F dibandingkan
area yang lebih sedikit vegetasinya. Temperatur turun sekitar 1.8°F per
10% canopy cover (Huang et al. 1987).
b. Pohon rindang rata-rata dapat mengurangi penggunaan energi tahunan
untuk pendinginan 10-50% dan puncak listrik menggunakan hingga
23% (Simpson dan McPherson, 1996).
c. (Resenfeld et al., 1998) menemukan bahwa sebelas tanam juta pohon
di Los Angeles Basin akan menghasilkan cuaca yang lebih baik dan
lebih dingin, mengarah ke $270 juta dari penghematan energi dan
polusi berkurang.
COOL ROOF
a. Penggunaan cool roof menggunakan energi 40% lebih sedikit
dibandingkan dengan atap gelap.
b. Ketika suhu diturunkan 2-3oF, tingkat ozon cenderung turun 7-10 ppb
(parts per billion) (Bowmen, 2000).
c. Cool roof memantulkan sinar matahari bukan menyerap ke dalam
bahan atap. Pada musim panas, atap khas mencapai suhu 150-185oF.
d. Cahaya berwarna atau highlyreflective dan bahan atap bisa tinggal
dalam waktu 1-20oF dari suhu ambien, bukan 55-85oF lebih tinggi
seperti atap yang paling konvensional.
e. Pelapis cool roof yang baik memiliki Albedo 0,65 atau lebih tinggi.
LIGHT PAVEMENT
a. Light pavement akan memakan cost 10-20%.
b. Ketika perkerasan reflektifitas meningkat 10-35% oleh seluruh kota,
suhu penurunan 1oF (EPA-Ruhi, 2010).
c. Setiap kenaikan 10% pada pantulan matahari, permukaan suhu
perkerasan dapat menurun 7oF (EPA-Ruhi, 2010).
48
No.
Tabel 2.15 Cooling Potential and Cost from Mitigation
Cooling Potential and Costs from Mitigation Measures
Mitigation
Cooling
Cost
Additional Benefit
Measure
Potential
1.
Vegetation
2.
Cool roofs
3.
4.
1 - 9oF
$15 - $65 per tree each year
Aesthetics
0 - 7% higher than
Energi savings
conventional roofing
Light
10 - 20% higher than
0,5 - 3oF
Water conservation
Pavements
conventional pavement
Green
88 - 93% higher than
Roof endurance
0,2 - 3,5oF
Roofs
cooling roofing
increased
Sumber: Guidance and Resources for Valley Bussinesses,
Local Government and Residents, 2010.
0,6 - 1,4oF
Analisis:
Tabel 2.16 Analisis Kesimpulan Tabel Mitigation Measure
Analisis Kesimpulan Tabel Cooling Potential and Costs from Mitigation Measures
Vegetation  Warna hijau dari tanaman menyerap dan menyimpan panas.
 Penanaman dilakukan di bangunan dan pavement/trotoar.
Cool roofs  Tingkat refleksi permukaan atap tinggi terhadap sinar matahari.
 Tingkat refraksi permukaan atap tinggi terhadap sinar matahari.
 Tidak menyerapkan panas.
Light
 Dapat memantulkan panas daripada aspal.
Pavements  Dapat mengurangi penyerapan panas
 Dapat menurunkan suhu permukaan.
 Gunakan material berpori.
 Material light lebih baik daripada gelap.
Green
 Lebih efektif menurunkan suhu dan biaya yang dikeluarkan lebih mahal.
Roofs
 Lebih awet dan memiliki manfaat yang lebih banyak.
Sumber: Dokumentasi Pribadi, Mei 2013
Gambar 2.39 Albedo pada perkotaan
Sumber: Thermal Emittance table is from: Cool Roofs Rating Council
www.coolroofs.org/images/radiativeprops.png, April 2013.
49
Gambar 2.40 Roof Surface Temperature Differentials
Sumber: information from http://www.cooltexasbuildings.net/images/
HEAT ISLAND MITIGASI
(RECOMMENDED OBJECTIVES CHECKLIST)
1. Landscaping:
a. Naungan parkiran kendaraan - Salah satu pohon untuk setiap6 buah
parkiran akan menjadi naungi 50% dari area parkir dengan 15 tahun.
b. Naungan Pohon di jalan - Menyediakan cakupan naungan 40%
setelah 15 tahun.
c. Naungan Pohon Perumahan - Menaungi 40% dari setiap rumah
setelah 15 tahun terhitung dari pembangunan baru.
2. Parking Lot, Sidewalk, dan Trotoar:
a. Menggunakan bahan paving berwarna terang atau pelapis (Albedo
minimal 0,2) dan bahan permeabel untuk setidaknya 30% dari
daerah beraspal di setiap tempat parkir.
b. Instal bahan paving tinggi reflektif untuk 60% dari permukaan.
c. Hunian dan Komersial Atap: Instal cooling roof dengan 0,85 Albedo
atau lebih tinggi pada 50-70% dari luas atap untuk atap baru dan
dipasang, atau vegetatif "Green Roof".
50
2.6.2 Jurnal Penelitian - Evaluation of Vertical Greenery System for Building
Walls (Dr Wong Nyuk Hien, 2008)
Gambar 2.41 Type of Vertical Greenery
Sumber:Jurnal Evaluation of VGS for Building Walls, 2008.
Gambar 2.42 Temperatures of Wall and Substrate Surfaces for Vertical Grenery
Sumber: Jurnal Evaluation of VGS for Building Walls, 2008.
Dampak Thermal
Vertical greenery sistem 3 dan 4 memiliki efisiensi pendinginan yang
terbaik untuk pereduksian suhu
rata-rata pada permukaan dinding.
Vertical greenery sistem 4 dan 1 menunjukkan kapasitas tertinggi untuk
fluktuasi suhu rata-rata substrat.
VGS
0
1
2
4
Tabel 2.17 Ambient Temperatures
Temperature (oC)
0,15 m
0,30 m
0,60 m
Min
Max
Min
Max
Min
26,3
34,9
25,2
33,6
25,2
24,8
31,9
26,3
34,0
25,2
25,6
32,8
25,6
32,8
25,6
26,3
31,5
25,2
31,9
26,0
Sumber: Jurnal Evaluation of VGS for Building Walls, 2008.
Max
33,6
32,3
32,8
32,8
51
Vertical greenery sistem 2 hampir tidak memiliki efek pada
pengurangan suhu lingkungan. Vertical greenery sistem tanaman modular
dan lebih rapat lebih baik dibandingkan dengan sistem tanaman rambat
dimana terdapat bagian dinding yang kurang ternaungi oleh tanaman.
Kemampuan Beradaptasi Tanaman
Tabel 2.18 Substrate back surface temperatures
Temperature (oC)
Water Supplied
Min
Max
Maximum Supply
23,75
27,80
Medium Supply
23,55
27,80
No Supply
24,48
32,05
Sumber: Jurnal Evaluation of VGS for Building Walls, 2008.
Tanaman yang mendapatkan suplai air yang lebih banyak dengan
frekuensi sering lebih dapat menurunkan suhu. Selain karena adanya
evaporasi lebih sering, air membawa efek sejuk. Keadaan tanaman harus
sering menerima air maka pengairan irigasi tetes memungkinkan tanaman
selalu mendapatkan suplai air setiap saat tetapi tidak berlebihan.
2.6.3 Jurnal Penelitian - UHI Report 2010
Tabel 2.19 Cool Alternative Paving Materials and Techniques
Cooling Paving
Uses
Solar Relectance
Lifecycle
Technology
Cement concerete
Cool concrete
New construction
New 35-45%
15-35 years
Old 25-35%
White topping
New/resurfacing
10-15 years
Porous concrete
New construction
30-40%
15-20 years
New construction
Concrete pavers
30%
10-15 years
(not for heavy traffic)
Cooling Paving
Uses
Solar Relectance
Lifecycle
Technology
Asphalt Concrete
Cool asphalt White
New construction
10-15%
7-10 years
aggregate
Asphalt Concrete
Resurfacing/Maintenance
Estimated
Cool asphalt White
Chip seal
20%
aggregate or Light
3-7 years
Asphalt emulsion
15% (asphalt & surface)
colours
Surface coating
Open graded asphalt
New construction
10%
7-10 years
Porous Paving
Same as grass plus
Porous paving
New construction
cooling effect from
15 years
water.
Sumber: http://www.energy.ca.gov/coolcommunity/strategy/coolpave.html, April 2013.
52
Tabel 2.20 Summary of measured reductions caused by rooftop gardens in thermal parameters
of building's roof
Summary of measured reductions caused by rooftop gardens in thermal parameters of
building's roof
Thermal parameter
Range of reduction
Surface temperatureof roof
0-31,0oC
at 300mm heights
0-4,2oC
Ambient
temperature
At 1000mm heights
0-1,5oC
Relative Humidity
-23,5%-0%
Sumber:Hien, Nyuk Wong. A Study Urban of Urban Heat Island (UHI) in Singapore.
Tabel 2.21 Summary of measured reductions caused by rooftop gardens in thermal parameters
of building's roof
Summary of measured reductions caused by rooftop gardens in thermal parameters of
building's roof
Soalr radiation (at 300mm heights)
4,2-124,6W/m2
MRT (Mean Radiant Time)
0-4,6oC
Globe Temperature
0-4,1oC
Heat flux transferred through surface
0,6-15,4W/m2
Total heat gain over a day
395,0-466,3KJ/m2
Sumber:Hien, Nyuk Wong. A Study Urban of Urban Heat Island (UHI) in Singapore.
Tabel 2.22 The thermal performance of the plants with different LAIs (without conditioner)
The Thermal performance of the plants with different LAIs (without air-con)
Range of Surface Temperature
Range of indoor ambient air
LAI
Under shading (oC)
temperature (oC)
5,47
26,4-29,2
27,9-31,4
3
26,2-29,4
28,3-32,5
1,47
25,8-32,6
28,5-32,0
0 (soil)
24,4-56,7
28,9-33,5
0 (concrete surface)
25,4-51,3
26,9-40,5
Sumber: Hien, Nyuk Wong. A Study Urban of Urban Heat Island (UHI) in Singapore.
Gambar 2.43 Various colour surface temperature (west external wall)
Sumber: Hien, Nyuk Wong. A Study Urban of Urban Heat Island (UHI) in Singapore.
53
Gambar 2.44 Comparison of temperatures for different materials
Sumber: Hien, Nyuk Wong. A Study Urban of Urban Heat Island (UHI) in Singapore.
Gambar 2.45 Annual Energy Consumption for a series of Aluminium Facades
Energy Consumption-Alucobond
Sumber: Hien, Nyuk Wong. A Study Urban of Urban Heat Island (UHI) in Singapore.
Perbedaan suhu rata-rata, 1,3oC, diamati di lokasi sekitar taman.
Pengukuran dilakukan pada hari yang sama menunjukkan bahwa dalam
perumahan dengan cakupan vegetasi 22% telah menurunkan suhu
lingkungan dibandingkan dengan hanya 7% cakupan vegetasi. Maksimum
rata-rata perbedaan suhu antara dua lokasi adalah 2,32oC.
Pemilihan material bahan dengan albedo tinggi dapat mengurangi
panas matahari pada siang hari.
Bahan warna gelap dapat mencapai
sekitar 7oC lebih tinggi dari jumlah suhu lingkungan sedangkan warna
terang hanya sekitar 2-3oC lebih tinggi dari suhu lingkungan.
Simulasi mengungkapkan bahwa beban pendinginan meningkat saat
warna perubahan fasad dari terang diubah menjadi lebih gelap. Penurunan
7,48% energi pendinginan dicapai ketika warna fasad berubah dari
Alucobond Sparkling hitam menjadi Alucobond putih murni aluminium.
54
2.6.4 Jurnal Penelitian - Thermal Simulations on the Effetcs of Vegetated
Walls on Indoor Building Environments, 2011.
Hoyano (1988) meneliti efek shading penutup tanaman pada bangunan
beton di Tokyo, dengan adanya tanaman, suhu permukaan eksternal dari
barat menghadap dinding berkurang sebesar 18% dan udara dalam ruangan
suhu dengan 7°C. Hasil percobaan lapangan yang dipimpin oleh Nojima
dan Suzuki (2004) di Tokyo menunjukkan pengurangan konduksi panas
matahari dengan tanaman penutup. Tumbuh-tumbuhan penurunan
perpindahan panas melalui dinding menghadap selatan sebesar 13,7%
menjadi 40,7%.
Gambar 2.46 Model Simulasi Denah dan Orientasi Kamar
Sumber: Hien, Nyuk Wong. A Study Urban of Urban Heat Island (UHI) in Singapore.
Handa dkk. (2007, dikutip dalam Suzuki, 2008). Sebuah model kota di
Tokyo disimulasikan dalam program. Suhu mengalami penurunan sebesar
maksimum 2°C ketika permukaan atap dan dinding selatan barat bangunan
ditutupi oleh tanaman hijau.
Tabel 2.23 Construction and thermal properties of a heavyweight building model
No.
Layer Name
Width
Density
Sp. Heat
Conduct
1.
Water Vapour Gas
2,0
0,6
1966,000
5,560
2.
Vegetation
1,0
533,0
2,800
0,400
3.
Air Gap
125,0
1,3
1004,000
5,560
4.
Softwood
15,0
110,0
1880,000
0,140
5.
Air Gap
125,0
1,3
1004,000
5,560
6.
Concrete Cinder
150,0
15600,0
656,900
0,335
7.
Polystyrene
20,0
1050,0
1423,000
0,126
8.
Plaster Board
12,5
1250,0
1088,000
0,431
Sumber: Yoshimi, Juri. 2011. Proceeding of Building 2011
55
Gambar 2.47 Hourly indoor temperature of NE on the coldest day (Lightweigt construction)
Sumber: Yoshimi, Juri. 2011. Proceeding of Building 2011.
Zona SW hangat sekitar 0,4-0,9°C dibandingkan dengan ruangan
tanpa tanaman penutup. Angka-angka juga menunjukkan suhu Zona SW
menerapkan vegetasi di selatan dan barat permukaan tampaknya menjadi
yang paling efektif dalam mengurangi fluktuasi suhu dalam ruangan di
musim panas dan musim dingin.
Gambar 2.48 Hourly indoor temperature of SW on the hottest day (Lightweigt construction)
Sumber: Yoshimi, Juri. 2011. Proceeding of Building 2011
Gambar 2.49 Hourly indoor temperature of SW on the coldest day (Lightweight construction)
Sumber: Yoshimi, Juri. 2011. Proceeding of Building 2011
Tanaman rambat pada Lightweight Construction yang menutupi
bagian selatan dan barat dapat mengurangi suhu ruangan maksimum
56
sebesar 0,9°C pada hari terpanas dan meningkatkan suhu minimum sebesar
1,7°C pada hari terdingin. Dalam kasus Heavyweight Construction, pada
hari terpanas berkurang 0,5°C dan pada hari terdingin meningkat sebesar
0,4°C. Angka-angka menunjukkan bahwa vegetasi pada Lightweight
Construction memilik efek yang kurang baik pada malam hari di musim
panas dan dalam siang hari di musim dingin dibandingkan dengan
Heavyweight Construction.
Gambar 2.50 Hourly indoor temperature differences of Zone SW on the hottest day
(Lightweight and Heavyweight)
Sumber: Yoshimi, Juri. 2011. Proceeding of Building 2011
Gambar 2.51 Hourly indoor temperature differences of Zone SW on the coldest day
(Light weight and Heavyweight)
Sumber: Yoshimi, Juri. 2011. Proceeding of Building 2011
Vegetasi pada permukaan salah satu dinding berkurang konduksi
panas tahunan antara 7,3% & 24,5% dan kehilangan panas antara 17,4% &
24,1%, efek ini yang jauh lebih besar bila tanaman menutupi seluruh
dinding luar.
Tabel 2.24 Annual energy loads fo heating and cooling (Heavyweight model)
Exposed
SW Vegetated
Fully Vegetated
Heating
1746
1519
1353
Cooling
227
202
184
Total
1973
1721
1537
Savings
252
4,36
(12,8%)
(22,1%)
Sumber: Yoshimi, Juri. 2011. Proceeding of Building 2011
57
Tabel 2.25 Annual energy loads for heating and cooling (Lightweight model)
Exposed
SW Vegetated
Fully Vegetated
Heating
3366
2466
1946
Cooling
499
383
350
Total
3865
2849
2296
Savings
1016 (26,3%)
2296 (40,6%)
Sumber: Yoshimi, Juri. 2011. Proceeding of Building 2011
Kedua pemanasan dan beban pendinginan Lightweight Construction
berkurang sekitar 25% pada sisi selatan dan sisi barat yang permukaan
dinding ditutupi oleh tanaman sepenuhnya berkurang sekitar
Heavyweight
Construction
termasuk
beban
energi
30-40%.
dan
tingkat
pengurangan hampir setengah dari hasil Lightweight Construction.
2.6.5 Jurnal Penelitian - Summary Report Urban Heat Island Effects
City of Las Vegas, Office of Sustainabillity
Tabel 2.26 Cool Roofing Technologies and Types
Cool Roofing
Solar
Uses
Emissivity
Technology
Reflectance
Liquid Applied
Coatings
Coating
75-80%
87
White
Coating
25-65%
87
Colors
50%
40
Aluminium-Asphalt Coating
Prefabricated
Membranes
New Construction
75-80%
80
Single-ply (White)
Re-roofing
New Construction
25%
Modified bitumen
80
Re-Roofing
85%
Metal-foil/white
Metal Panel Roof
Systems
Metal Panel System New Construction
50%
60
Re-Roofing
(White)
Green/Garden Roof
System
New Construction
N/A
N/A
Green Roof System
Re-Roofing
Speciality Products
Systems
Clay Tiles (White)
New Construction
40%
85
Lifecycle
5-10 years
5-10 years
5-10 years
8-15 years
15-20
years
15-25
years
15-25
years
20-30
years
Concrete Tiles
New Construction
40%
85
20 years
(White)
Metallic Tile
New Construction
40%
65
20 years
(White)
Sumber: Department of Energy Website – Product List dated 01-07-2008.
http://www.energystar.gov/ia/products/prod_lists/roofs_prod_list.pdf
58
Gambar 2.52 Cool Roofing Technologies &Types
Sumber: Department of Energy Website – Product List dated 01-07-2008.
http://www.energystar.gov/ia/products/prod_lists/roofs_prod_list.pdf
Download