Uploaded by bintarianjarwati

makalah KLONING

advertisement
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dewasa ini, bumi kita banyak mengalami kemajuan dan perubahan
yang berkesinambungan di segala sektor kehidupan. Perkara-perkara baru
yang belum dikenal oleh manusia sebelumnya banyak bermunculan. Bahkan,
sebelumnya perkara tersebut tidak pernah terbayang akan menjadi sebuah
keniscayaan, kini menjadi kenyataan yang tidak bisa dipungkiri lagi.
Banyak sekali orang atau para ilmuan yang melakukan ekperimen yang
menjuru agar manusia lebih maju. Salah satunya adalah mengkloning.
Kloning (Klonasi) adalah teknik membuat keturunan dengan kode genetik
yang sama dengan induknya pada makhluk hidup tertentu baik berupa
tumbuhan, hewan, maupun manusia. Pada percobaan kloning ini ilmuan ada
yang gagal dan ada pula yang berhasil. Dengan mengkloning ini makhluk
hidup termasuk manusia bisa digandakan. Dalam makalah ini akan dibahas
lebih banyak lagi tentang kloning.
B. Batasan Masalah
Pembahasan makalah ini dibatasi pada pengertian kloning gen, sejarah
perkembangan kloning gen, bahan /alat dalam kloning gen, macam-macam
kloning gen, teknik kloning gen, keuntungan dan kerugian kloning gen,
pandangan islam terhadap kloning manusia.
C. Tujuan
Makalah ini bertujuan untuk membahas tentang pengertian kloning
gen, sejarah perkembangan kloning gen, bahan /alat dalam kloning gen,
macam-macam kloning gen, teknik kloning gen, keuntungan dan kerugian
kloning gen, pandangan islam terhadap kloning manusia.
.
1
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Kloning Gen
Secara etimologi, kloning berasal dari kata “clone” yang diturunkan dari
yunani “klon”, artinya potongan yang digunakan untuk memperbanyak tanaman.
Kata ini dipergunakan dalam dua pengertian, yaitu sebagai berikut.
1. Klon sel yang artinya menduplikasi sejumlah sel dari sebuah sel yang
memiliki sifat-sifat genetiknya identik.
2. Klon gen atau molekuler artinya sekelompok salinan gen yang bersifat
identik yang direplikasi dari satu gen dimasukkan dalam sel inang.
Sedangkan secara terminologis, kloning adalah proses pembuatan
sejumlah besar selatau molekul yang seluruhnya identik dengan sel atau molekul
asalnya. Kloning dalam bidang genetika merupakan replikasi segmen DNA tanpa
melalui proses seksual. Itulah sebabnya, kloning juga dikenal dengan istilah
rekombinasi DNA. Rekombinasi DNA membuka peluang baru dalam terobosan
teknologi untuk mengubah fungsi dan perilaku makhluk hidup sesuai dengan
keinginan dan kebutuhan manusia (Daulay dan Siregar, 2005)
Oleh karena itu, kloning sel adalah teknik untuk menghasilkan salinan
makhluk hidup dengan menggunakan bahan genetik dari sel makhluk itu sendiri.
Metode kloning berbeda dengan pembuahan biasa, karena sel telur tidak lagi
memerlukan sel sperma untuk pembuahannya. Secara sederhana dapat disebutkan
bahwa bayi “klon” dibuat dengan mempersiapkan sel telur yang sudah diambil
intinya kemudian digabungkan dengan sel donor yang merupakan sel dewasa dari
2
suatu organ tubuh. Hasil gabungan tersebut kemudian ditanamkan ke dalam rahim
dan dibiarkan berkembang dalam rahim sampai lahir.
B. Sejarah perkembangan Kloning Gen
Kloning adalah teknik membuat keturunan dengan kode genetik yang
sama dengan induknya pada makhluk hidup tertentu baik berupa tumbuhan,
hewan, maupun manusia. Kloning pada tanaman melalui kultur sel mula-mula
dilakukan pada tanaman wortel. Dalam hal ini sel akar wortel dikultur, dan tiap
selnya dapat tumbuh menjadi tanaman lengkap. Teknik ini digunakan untuk
membuat klon tanaman dalam perkebunan. Dari sebuah sel yang mempunyai sifat
unggul, kemudian dipacu untuk membelah dalam kultur, sampai ribuan atau
bahkan sampai jutaan sel. Tiap sel mempunyai susunan gen yang sama, sehingga
tiap sel merupakan klon dari tanaman tersebut.
Kloning pada hewan dilakukan mula-mula pada amfibi (kodok), dengan
mengadakan transplantasi nukleus ke dalam telur kodok yang dienukleasi.
Sebagai donor digunakan nukleus sel somatik dari berbagai
stadium
perkembangan. Ternyata donor nukleus dari sel somatik yang diambil dari sel
epitel usus kecebong pun masih dapat membentuk embrio normal. Sejak Wilmut
et al. berhasil membuat klon anak domba yang donor nukleusnya diambil dari sel
kelenjar susu domba dewasa, maka terbukti bahwa pada mammalia pun klon
dapat dibuat. Atas dasar itu para ahli berpendapat bahwa pada manusia pun secara
teknis klon dapat dibuat.
Oleh karena itu, Daulay dan Siregar, (2005) menjelaskan sejarah kloning
sebagai berikut.
3
1. Pada tahun 1962, ahli biologi Jhon Gurdon dari universitas Oxford
berhasil mengkloning katak afrika selatan.
2. Tahun 1977 Karl Illmense dan Peter Hoope berhasil mengkloning tikus
dari 1 induk.
3. Tanggal 12 Desember 2002 Clonaid sebuah perusahaan biotek AS berhasil
mengkloning manusia pertama yang diberi nama Eve.
4. Tanggal 14 februari 2003 para ilmuan Rosalin Institute dari Skotlandia
mengumumkan berhasil mengkloning domba Dolly dengan dana 2,1 juta
U$.
C. Bahan / Alat dalam Kloning Gen
1. Enzim endonuklease restriksi
Enzim yang berfungsi untuk pemotongan DNA sumber gen dan vektor
kloning.
2. Enzim ligase
Enzim yang berfungsi sebagai penyambung kembali potongan DNA
3. Vektors
Vektor adalah molekul DNA yang berfungsi sebagai wahana atau kendaraan
yang akan membawa suatu fragmen DNA masuk ke dalam sel inang dan
memungkinkan terjadinya replikasi dan ekspresi fragmen DNA asing
tersebut.
4. Inang (Host)
Tempat DNA dibiakan biasanya berupa organisme uniseluler contohnya
bakteri.
5. Metoda untuk memasukkan DNA ke dalam sel inang
Memasukkan plasmid (yang merupakan vektor yang telah disisipi gen)
ke dalam sel inang melalui beberapa cara yaitu sebagai berikut :
a. Pra-Inkubasi
Sel E. coli calon penerima plasmid dipaparkan kepada ion positif
4
kalsium klorida (CaCl2). Perlakuan ini memberikan cekaman kepada
bakteri yang mengakibatkan membran sel dan dinding sel bakteri
tersebut menjadi permeabel terhadap plasmid donor. Proses ini
mengakibatkan E. coli menjadi “kompeten" untuk menerima plasmid.
b. Inkubasi
Plasmid ditambahkan ke dalam suspensi sel E. coli kompeten. Suspensi
sel E. coli kompeten lainnya yang tidak ditambah plasmid digunakan
sebagai kontrol.
c. Kejutan Panas (HeatShock).
Sel kompeten (baik yang diberi plasmid maupun kontrol) dipaparkan
sejenak (90 detik) kepada suhu 42 oC. Langkah ini memaksimumkan
masuknya plasmid menembus membran dan dinding sel.
d. Penyembuhan (Recovery).
Sel kompeten (baik yang diberi plasmid maupun kontrol) ditumbuhkan
dalam medium kaya nutrisi untuk memberi kesempatan penyembuhan
setelah mengalami cekaman dan kejutan. Masa penyembuhan biasanya
berlangsung satu waktu generasi (untuk E. coli berkisar antara 30
hingga 45 menit)
e. Penapisan (Screening).
Sel kompeten yang telah mengalami penyembuhan ditapis pada
medium padat yang mengandung senyawa penapis berdasarkan
penanda yang dibawa oleh plasmid.
D. Macam-macam Pengkloning Gen
Menurut Daulay dan Siregar, (2005) kloning dapat dibedakan menjadi 3
macam, berdasarkan cara kerja dan tujuan pembuahannya yaitu sebagai berikut
ini.
a. Kloning Embrional (Embryonal Cloning)
Kloning embrional adalah teknik yang dilakukan untuk memperoleh
kembar identik, meniru apa yang terjadi secara alamiah. Setelah pembuahan
5
terjadi, beberapa buah sel dipisahkan dari embrio hasil pembuahan. Setiap sel
tersebut kemudian dirangsang dalam kondisi tertentu untuk tumbuh dan
berkembang menjadi embrio duplikat yang selanjutnya diimplementasikan dalam
uterus agar berkembang menjadi individu baru yang memiliki komposisi materi
genetik yang sama dengan klonnya.
b. Kloning DNA Dewasa (Adult DNA Cloning) atau disebut juga kloning
reproduktif (Reproductive Cloning)
Kloning DNA dewasa atau kloning reproduktif adalah rekayasa genetis
untuk memperoleh duplikat dari seorang individu yang sudah dewasa. Dalam
teknologi ini, intisel berisi materi genetik difusikan ke dalam sel telur. Hasil fusi
dirangsang dengan kejutan listrik agar membelah membentuk embrio yang
kemudian diimplementasikan kedalam uterus agar berkembang menjadi janin.
c. Kloning Terapeutik
Kloning terapeutik adalah rekayasa genetis untuk memperoleh sel,
jaringan atau organ dari satu individu tertentu untuk tujuan pengobatan atau
perbaikan kesehatan. Dari embrio hasil rekonstruksi “DNA-sel telur”, diambil selsel bakalnya yang disebut dengan istilah stem cell. Stemcell adalah sel bakal yang
dapatberkembang menjadi berbagai macam jaringan atau organ sesuai dengan
inductor (rangsangan). Melalui kloning terapeutik ini dapat dikatakan suplai
jaringan danorgan menjadi tidak terbatas, sehinggaseseorang yang memerlukan
cangkokan jaringan atau organ tidak perlu menunggu lama tanpa kepastian.
6
Berdasarkan teknik membuat keturunan dengan kode genetik yang sama
dengan induknya pada makhluk hidup tertentu, maka cloning dapat dilakukan
pada tumbuhan, hewan, maupun manusia. Maka contoh kloning pada makhluk
hidup tersebut adalah sebagai berikut.
1. Kloning pada Tumbuhan
Nama lain dari kloning pada tumbuhan adalah kultur jaringan, yaitu suatu
teknik untuk
mengisolasi,
sel,
protoplasma,
jaringan,
dan organ dan
menumbuhkan bagian tersebut pada nutrisi yang mengandung zat pengatur
tumbuh tanaman pada kondisi aseptik,sehingga bagian-bagian tersebut dapat
memperbanyak diri dan beregenerasi menjadi tanaman sempurna kembali. Ada
dua teori dasar yang berpengaruh dalam kultur jaringan. Yang pertama adalah
teori bahwa sel dari suatu organisme multiseluler di mana pun letaknya,
sebenarnya sama dengan sel zigot karena berasal dari satu sel tersebut. Yang
kedua adalah teori totipotensi sel atau Total Genetic Potential. Artinya, setiap sel
yang memiliki potensi genetik mampu memperbanyak diri dan berdiferensiasi
menjadi suatu tanaman lengkap.
7
Gambar 1. Tahapan dari proses kloning tumbuhan
(Sumber: Wikipedia)
2. Kloning pada Hewan
a. Kloning Domba
Menurut (Zuenarda, 2009) kloning hewan adalah suatu proses dimana keseluruhan
organisme hewan dibentuk dari satusel yang diambil dari organisme induknya dan secara
genetika membentuk individu baru yang identik sama. Artinya, hewan kloning ini adalah
duplikat yang persis sama baik darisegi sifat dan penampilannya seperti induknya, dikarenakan
adanya kesamaan DNA. Di alam, sebenarnya kloning bisa saja terjadi. Reproduksi
aseksual pada beberapa jenisorganisme dan penemuan mengenai munculnya sel kembar
dalam satu telur juga merupakanapa yang disebut dengan kloning. Dengan kemajuan
bioteknologi sekarang ini, bukanmustahil untuk menciptakan lebih lanjut mengenai kloning pada
8
hewan Pertama kali para ilmuwan berusaha membentuk sel kloning pada hewan tidak
berhasilselama bertahun-tahun lamanya. Kesuksesan pertama yang diraih oleh ilmuwan pada
saatmereka berhasil mengkloning seekor kecebong dari sel embrio di tubuh katak
dewasa. Namun demikian, kecebong tersebut tidak pernah berhasil tumbuh menjadi katak
dewasa.Kemudian, dengan menggunakan nuclear trasnfer di sel embrio, para ilmuwan
mulaimelakukan penelitian terhadap kloning hewan mamalia. Tapi sekali lagi,
hewan-hewantersebut tidak pernah mencapai hidup yang panjang
Tahun 1996, Ian Wilmut (dalam Denny, 2010) mengkloning domba.
Mekanisme Kloning sel domba dengan menggunakan kelenjer susu domba finn
dorset sebagai donor inti dan sel telur domba blackface sebagai resipien. Sel telur
domba blackface dihilangkan intinya dengan cara menghisap nulkeusnya keluar
dari sel menggunakan pipet mikro. Kemudian, sel kelenjer susu domba finn dorset
difusikan dengan sel telur blackface yang tanpa nukleus. Proses penggabungan ini
dibantu oleh kejutan/sengatan listrik, sehingga terbentuk fusi antara sel telur
domba blackface tanpa nucleus dengan sel kelenjar susu dompa finndorsat. Hasil
fusi ini kemudian berkembang menjadi embrio dalam tabung percobaan dan
kemudian dipendahkan kedalam rahim domba blackface. Kemudian embrio
embrio berkembang dan lahir dengan ciri-ciri sama dengan finn dorset.
9
/
Gambar 2. Teknik Kloning yang Dilakukan untuk Menghasilkan Domba Dolly
(Sumber: Dwijunianto. 2011)
b. Kloning manusia
Menurut secara teoretis, prosedur dan mekanisme kloning terhadap
makhluk hidup sedikitnya harus melalui empat tahap yang diurutkan secara
sistematis. Keempat tahap itu adaah isolasifragmen DNA, penyisipan fragmen
DNA ke dalam vektor, transformasi, dan seleksi hasil cloning.
1. Isolasi fragmen DNA
Isolasi fragmen DNA yang spesifik dapat dilakukan dengan
metode PCR (polymerase chainreaction) yaitu teknik amplikasi fragmen
DNA yang spesifik secara in vitro. Secara umumDNA yang digunakan
untuk PCR adalah total DNA genom yang diekstraksi dari sel dan tidak
10
membutuhkan tingkat kemurnian tinggi. Urutan DNA yang akan
diamplikasi secara spesifik akan ditentukan oleh primer-primer yang
tersusun dari nukleotida (Simbolon , 1994). Material yang diperlukan
untuk proses PCR adalah DNA yang mengandung rangkaian urutan yang
akan diperbanyak (duplikasi DNA) yaitu primer, DNA polimerase dan
campuran dari
empat macam deoksiribo nukleotida-trifosfat (dATP,
dCTP, dGTP dan dTTP) serta MgCl2 (Sambrook, 1989).
2. Penyisipan fragmen DNA ke dalam vektor
Proses penyisipan
atau penyambungan molekul fragmen DNA
dengan molekul DNA vektor disebut ligasi. Biasanya ligasi terjadi antara
ujung gugus fosfat dengan gugus hidroksil.Ligasi antara fragmen DNA
yang memiliki ujung lengket (cohesive ends) yang komplementer jauh
lebih efesien dibandingkan dengan ujung tumpul (blunt ends). Efisiensi
ligasi juga dipengaruhi oleh adanya deoksiadenosin tunggal pada ujung.
Efisiensi ligasi dapat ditingkatkan, bila fragmen DNA yang memiliki
deoksiadenosin tunggal pada ujung bertemu dengan vektor yang memiliki
timidin pada ujung (Sambrook, 1989).
3. Transformasi DNA
Transformasi adalah proses pemindahan molekul DNA donor dari
lingkungan luar sel. Vektor kloning yang merupakan pembawa gen yang
akan dikloning ditransformasi ke dalam sel inang. Transformasi dapat
dilakukan secara alami maupun buatan. Pada proses transformasi alami,
DNA yang berbentuk untai ganda dan memiliki untaian basa spesifik
11
terhadap protein membran masuk ke dalam bakteri melewati membran sel
bakteri terhidrolisis. Pada transformasi buatan, sel bakteri dibuat menjadi
sel kompeten secara paksa sehingga
selubung sel bakteri bersifat
permeabel dan memungkinkan DNA dapat berikatan. Dengan sel dan
masuk ke dalam sitoplasma, kemudian berinteraksi dengan genom sel
bakteri (Stainer , 1986). Sel kompeten adalah sel inang yang memiliki
kompetensi untuk dimasuki vektor kloning. Perlakuan untuk memasukkan
sel kompeten dapat dilakukan dengan menggunakan metode kejutan panas
(heat shock) atau kejutan pulsa listrik (metode electroporation) (Sambrook,
1989).
4. Seleksi hasil kloning
Penyeleksian koloni bakteri untuk mendapatkan kloning yang
diinginkan dengan cara X-gal atau pemotongan dengan enzim restriksi.
Seleksi dengan X-gal dapat digunakan untuk mengidentifikasi plasmid
rekombinan dengan komplementasi. Sedangkan pemotongan dengan
enzim restriksi dapat digunakan untuk menyeleksi plasmid rekombinan
hasil
kloning.
Hasil
pemotongan
tersebut
dielektroforesis
dan
memperlihatkan pita fragmen DNA sisipan yang terpisah dari pita vektor
kloning (Sambrook, 1989).
Menurut Daulay dan Siregar, (2005) mekanisme kloning sel pada manusia
dapat digambarkan seperti ditunjukkan dan dijelaskan secara sederhana sebagai
berikut :
12
1.
Mempersiapkan sel stem: suatu sel awal yang akan tumbuh menjadi
berbagai sel tubuh. Sel ini diambil dari manusia yang hendak dikloning.
2.
Sel stem diambil inti sel yang mengandung informasi genetik kemudian
dipisahkan dari sel.
3.
Mempersiapkan sel telur : suatu sel yang diambil dari sukarelawan
perempuan kemudian intinya dipisahkan.
4.
Inti sel dari sel stem diimplantasikan ke sel telur.
5.
Sel telur dipicu supaya terjadi pembelahan dan pertumbuhan. Setelah
membelah (hari kedua) menjadi sel embrio.
6.
Sel embrio yang terus membelah (disebut blastosis) mulai memisahkan
diri (hari ke lima) dan siap diimplantasikan ke dalam rahim.
7.
Embrio tumbuh dalam rahim menjadi bayi dengan kode genetik persis
sama dengan sel stem donor. Dari pengertian kloning dan prosesnya di atas
yang menghasilkan individu baru dan mempunyai sifat genetik yang
“identik” (sama).
13
Gambar 3. Kloning Sel pada Manusia (Sumber: Dwijunianto. 2011)
Menurut Biomol (2010) vektor adalah molekul DNA yang berfungsi
sebagai wahana atau kendaraan yang akan membawa suatu fragmen DNA
masuk ke dalam sel inang dan memungkinkan terjadinya replikasi dan ekspresi
fragmen DNA asing tersebut. Vektor
inang
prokariot,
khususnya
E.
yang
dapat
digunakan
pada
sel
coli, adalah plasmid, bakteriofag, kosmid,
dan fasmid. Sementara itu, vektor YACs dan YEps dapat digunakan
khamir. Plasmid Ti, baculovirus, SV40, dan
retrovirus merupakan vektor-
vektor yang dapat digunakan pada sel eukariot tingkat tinggi.
14
pada
E. Teknik Kloning Gen
1. Transfer Nukleus
Transfer nukleus membutuhkan dua sel yaitu suatu sel donor dan suatu
oosit atau sel telur. Telur matur sebelum dibuahi dibuang intinya atau nukleusnya.
Proses pembuangan nukleus tadi dinamakan enukleasi. Hal ini dilakukan untuk
menghilangkan informasi genetisnya. Ke dalam telur yang telah dienukleasi tadi
kemudian dimasukkan nukleus (donor) dari sel somatik. Penelitian membuktikan
bahwa sel telur akan berfungsi terbaik bila ianya dalam anfertilisasi, sebab hal ini
akan mempermudah penerimaan nukleus donor seperti dirinya sendiri. Di dalam
telur, inti sel donor tadi akan bertindak sebagai inti sel zigot dan membelah serta
berkembang menjadi blastosit. Blastosit selanjutnya ditransfer ke dalam uterus
induk pengganti (surrogate mother). Jika seluruh proses tadi berjalan baik, suatu
replika yang sempurna dari donor akan lahir. Jadi sebenarnya setelah terbentuk
blastosit in vitro, proses selanjutnya sama dengan proses bayi tabung yang
tehnologinya telah dikuasai oleh para ahli Obstetri Ginekologi (Rusda, 2004).
15
Gambar 4. Teknik Transfer Nukleus (Sumber: Rusda, 2004).
2. Teknik Roslin
Menurut Rusda, (2004) kloning domba Dolly merupakan peristiwa penting
dalam sejarah kloning. Tidak saja hal tersebut membangkitkan antusias terhadap
kloning, melainkan juga hal tersebut membuktikan bahwa kloning binatang
dewasa dapat disempurnakan. Sebelumnya, tidak diketahui bahwa suatu nukleus
dewasa ternyata mampu memproduksi suatu hewan yang komplit. Bila terjadi
kerusakan genetis dan deaktivasi gen yang sederhana maka kedua keadaan
tersebut kemungkinan bersifat menetap. Hal tersebut di atas bukanlah suatu kasus
yang menyusul setelah penemuan oleh Ian Wilmut dan Keith Cambell tentang
suatu metode yang mana mampu melakukan singkronisasi siklus sel dari kedua sel
16
donor dan sel telur. Tanpa singkronosasi siklus sel, maka inti tidak akan berada
pada suatu keadaan yang optimum untuk dapat diterima oleh embrio.
Bagaimanapun juga sel donor harus berjuang untuk dapat masuk ke Gap Zero,
atau stadium sel GO, atau stadium sel dorman. Pertama, suatu sel (sel donor)
diseleksi dari sel kelenjar mammae domba betina berbulu putih (Finn Dorset)
untuk menyediakan informasi genetis bagi pengklonan. Untuk studi ini, peneliti
membiarkan sel membelah dan membentuk jaringan in vitro atau diluar tubuh
hewan. Hal ini akan menghasilkan duplikat yang banyak dari suatu inti yang
sama. Tahap ini hanya akan bermanfaat bila DNA nya diubah, seperti pada kasus
Polly, karena perubahan tersebut dapat diteliti untuk memastikan bahwa mereka
telah dipengaruhi.
Suatu sel donor diambil dari jaringan dan dimasukkan ke dalan campuran,
yang hanya memiliki nutrisi yang cukup untuk mempertahankan kehidupan sel.
Hal ini menyebabkan sel untuk menghentikan seluruh gen yang aktif dan
memasuki stadium GO. Kemudian sel telur dari domba betina Blackface (domba
betina yang mukanya berbulu hitam = Scottish Blackface) dienokulasi dan
diletakkan disebelah sel donor. Satu sampai delapan jam setelah pengambilan sel
telur, kejutan listrik digunakan untuk menggabungkan dua sel tadi, pada saat yang
sama pertumbuhan dari suatu embrio mulai diaktifkan. Teknik ini tidaklah
sepenuhnya sama seperti aktivasi yang dilakukan oleh sperma, karena hanya
beberapa sel yang diaktifkan oleh kejutan listrik yang mampu bertahan cukup
lama untuk menghasilkan suatu embrio (Zuenarda, 2009).
17
Gambar 5. Domba Dolly (Sumber: Zuenarda, 2009)
Jika embrio ini dapat bertahan, ia dibiarkan tumbuh selama sekitar enam
hari, diinkubasi di dalam oviduk domba. Ternyata sel yang diletakkan di dalam
oviduk lebih awal, di dalam pertumbuhannya lebih mampu bertahan dibandingkan
dengan yang diinkubasi di dalam laboratorium. Akhirnya embrio tadi ditempatkan
ke dalam uterus betina penerima (surrogate mother). Induk betina tersebut
selanjutnya akan mengandung hasil cloning tadi hingga ianya siap untuk
dilahirkan. Bila tidak terjadi kekeliruan, suatu duplikat yang persis sama dari
donor akan lahir. Domba yang baru lahir tersebut memiliki semua karakteristik
yang sama dengan domba yang lahir secara alamiah. Dan telah diamati bila ada
efek yang merugikan, seperti resiko yang tinggi terhadap kanker atau penyakit
genetis lainnya yang terjadi atas kerusakan bertahap kepada DNA, dikemudian
hari juga terjadi pada Dolly atau hewan lainnya yang dikloning dengan metode ini
(Rusda, 2004).
18
Gambar 6. Tahapan dari proses kloning teknik Roslin (Sumber: Zuenarda, 2009).
Gambar 7. Tahapan dari proses kloning teknik Roslin (Sumber: Zuenarda, 2009).
19
3. Tehnik Honolulu
Pada Juli 1998, suatu tim ilmuwan dari Universitas Hawai mengumumkan
bahwa mereka telah menghasilkan tiga generasi tikus kloning yang secara genetik
identik. Tehnik ini diakreditasi atas nama Teruhiko Wakayama dan Ryuzo
Yanagimachi dari Universitas Hawai. Tikus telah sejak lama diketahui merupakan
mamalia yang tersulit untuk dikloning, ini merujuk pada bahwa segera setelah
suatu sel telur tikus mengalami fertilisasi ia akan segera membelah. Domba
digunakan pada tehnik Roslin karena sel telurnya membutuhkan beberapa jam
sebelum membelah, memungkinkan adanya waktu bagi sel telur untuk
memprogram ulang nukleus barunya. Meskipun tidak mendapatkan keuntungan
tersebut ternyata Wakayama dan Yanagimachi mampu melakukan kloning dengan
angka keberhasilan yang jauh lebih tinggi (3 kloning dari sekitar seratus yang
dilakukan) dibandingkan Ian Wilmut (satu dari 277). Wakayama melakukan
pendekatan terhadap masalah sinkronisasi siklus sel yang berbeda dibandingkan
Wilmut. Wilmut menggunakan sel dari kelenjar mammae yang harus dipaksa
untuk memasuki ke stadia GO. Wakayama awalnya menggunakan tiga tipe sel
yakni, sel Sertoli, sel otak dan sel kumulus. Sel Sertoli dan sel otak keduanya
tinggal dalam stadia GO secara alamiah dan sel kumulus hampir selalu hadir pada
stadia G0 ataupun G1 (Rusda, 2004).
Sel telur tikus yang tidak dibuahi digunakan sebagai resipien dari inti
donor. Setelah dienokulasi, sel telur memiliki inti donor yang dimasukkan ke
dalamnya. Nukleus donor diambil dari sel-sel dalam hitungan menit dari setiap
ekstrak sel dari tikus tersebut. Tidak seperti pada proses yang digunakan untuk
20
melahirkan Dolly, tanpa in vitro atau di luar dari tubuh hewan, kultur dilakukan
justru pada sel-sel tersebut. Setelah satu jam sel-sel telah menerima nucleusnukleus yang baru. Setelah penambahan waktu selama 5 jam sel telur kemudian
ditempatkan pada suatu kultur kimia untuk memberi kesempatan sel-sel tersebut
tumbuh, sebagaimana layaknya fertilisasi secara alamiah. Pada suatu kultur
dengan suatu substansi (cytochalasin B) yang menghentikan pembentukan suatu
polar body, sel kedua yang secara alami terbentuk sebelum fertilisasi. Polar body
akan menjadi setengah dari sel gen, mempersiapkan sel lainnya untuk menerima
gen-gen dari sperma. Setelah penyatuan, sel-sel berkembang menjadi embrioembrio. Embrio-embrio ini kemudian ditransplantasikan kepada induk betina
donor (surrogate mother) dan akan tetap berada di sana sampai siap untuk di
lahirkan. Sel yang paling berhasil dari proses ini adalah sel kumulus, maka
penelitian dikonsentrasikan pada sel-sel dari tipe tersebut (sel kumulus) (Rusda,
2004).
Setelah terbukti bahwa tekniknya dapat menghasilkan cloning yang hidup,
Wakayama juga membuat cloning dari cloning, dan membiarkan mahluk klon
yang asli untuk melahirkan secara alamiah untuk membuktikan bahwa mereka
memiliki kemampuan reproduksi secara sempurna. Pada saat dia mengumumkan
keberhasilannya, Wakayama telah menciptakan lima puluh kloning. Teknik baru
ini memungkinkan untuk melaksanakan penelitian lebih lanjut tentang bagaimana
tepatnya sebuah telur memprogram ulang sebuah nukleus. Tikus bereproduksi
dalam kurun bulanan, jauh lebih cepat dibanding dengan domba. Hal ini
menguntungkan dalam hasil penelitian jangka panjang (Rusda, 2004).
21
Gambar 8. Tahapan dari proses kloning teknik Honolulu (Zuenarda, 2009).
22
Gambar 9. Tahapan dari proses kloning teknik Honolulu (Zuenarda, 2009).
F. Keuntungan dan Kerugian Kloning Gen
Menurut Daulay dan Siregar, (2005) meskipun penuh resiko, kloning juga
menjanjikan keuntungan antara lain sebagai berikut :
3. Proses pembuahan yang dilakukan melalui teknologi ini dapat menolong
pasangan-pasangan tidak subur untuk memperoleh keturunan.
4. Manusia dapat mengkloning ginjal untuk kebutuhan pencangkokan ginjal
bagi mereka yang mengalami gagal ginjal.
5. Manusia juga dapat mengkloning tulang sumsum untuk anak-anak dan
dewasa untuk penyakit leukimia.
23
6. Manusia dapat mempelajari bagaimana menghidupkan dan mematikan sel.
Dengan demikian, kloning diharapkan akan mampu mengobati penyakit
kanker yang menggerogoti sel-sel tubuh manusia.
7. Teknologi kloning dapat digunakan untuk mengobati penyakit yang
disebabkan oleh kelainan genetis pada manusia.
Selain itu ditambahkan membuat Adrinanto, (2009) manfaat dari cloning
sebagai berikut.
1. Untuk pengembangan ilmu pengetahuan manfaat kloning terutama dalam
rangka pengembangan biologi, khususnya reproduksi-embriologi dan
diferensiasi.
2. Untuk mengembangkan dan memperbanyak bibit unggul. Seperti telah kita
ketahui, pada sapi telah dilakukan embrio transfer. Hal yang serupa tentu
saja dapat juga dilakukan pada hewan ternak lain, seperti pada domba,
kambing dan lain-lain. Dalam hal ini jika nukleus sel donornya diambil
dari bibit unggul, maka anggota klonnya pun akan mempunyai sifat-sifat
unggul tersebut. Sifat unggul tersebut dapat lebih meningkat lagi, jika
dikombinasikan dengan teknik transgenik. Dalam hal ini ke dalam nukleus
zigot dimasukkan gen yang dikehendaki, sehingga anggota klonnya akan
mempunyai gen tambahan yang lebih unggul.
3. Untuk tujuan diagnostik dan terapi. Sebagai contoh jika sepasang suami
isteri diduga akan menurunkan penyakit genetika thalasemia mayor.
Dahulu pasangan tersebut dianjurkan untuk tidak mempunyai anak.
Sekarang mereka dapat dianjurkan menjalani terapi gen.
24
4. Untuk keperluan reproduksi. Kloning ini dapat merusak peradaban
manusia (manusia hanya sebagai objek). Suatu organisme memilikihak
hidup tanpa proses artifisial. Menimbulkan perasaan dominasi dari suatu
kelompok tertentuterhadap kelompok lainkloning.
5. Untuk keperluan pengobatan. Kloning ini juga tidak sesuai dengan nilai
etik karena individu hanya diambil organnya saja. Kesalahanfatal yang
dapat diakibatkan oleh kloning dapat mengakibatkan cacat atau penyakit
keturunan
seumurhidup.
Tidak
sebanding
dengan
upaya
untuk
menghindari penyakit dengan melakukan proses kloning tersebut.
6. Untuk keperluan konservasi. Kerusakan habitat alam suatu spesies yang
disebabkan oleh faktor kesengajaan manusia, maka yang harus
bertanggung jawab adalah manusia. Dengan adanya kloning, akan merusak
keseimbangan alam dan akan memperbesar kesempatan manusia untuk
merusaknya. Kloning ini juga akan menghasilkan hewan yang memiliki
daya tahan tubuh rendah dan resiko kematian yang cukup besar.
Manfaat yang disebutkan di atas hanya sebagian kecil dari puluhan
manfaat yang dapat dinikmati manusia, khususnya dalam pengembangan dunia
pengobatan. Namun aplikasi kloning dalam dunia medis tidak selamanya berjalan
mulus dan memiliki banyak resiko. Ada sejumlah kendala teknis yang dihadapi
oleh para peneliti di bidang ini. Antara lain adanya resiko sel-sel embryonik
tersebut yang dapat berkembang menjadi sel-sel tumor maupun kanker.
Menurut Daulay dan Siregar, (2005) beberapa implikasi negatif dari
kloning dilihat dari aspek teologi dan etika adalah sebagai berikut:
25
1. Proses penciptaan manusia merupakan hak prerogatif Allah semata.
Dengan mengkloning manusia, berarti telah memasuki dan mengintervensi
ranah kekuasaan allah.
2. Para ilmuwan yang mengadakan kloning tidak mempercayai bahwa Allah
adalah pencipta yang paling sempurna terhadap seluruh makhluk.
3. Tuhan telah menciptakan manusia berdasarkan keragaman. Dengan
kloning keragaman tersebut akan hilang dengan sendirinya.
4. Penghargaan terhadap hasil kreasi para ilmuwan kloning akan merangsang
para ilmuwan lainnya untuk berlomba-lomba menciptakan kreasi-kreasi
baru lainnya tanpa memperdulikan etika.
5. Untuk pengkloningan manusia, diperlukan sejumlah percobaan yang
belum tentu akan berhasil secara maksimal. Hal ini tentu akan merugikan
pihak yang akan menjad ibahan percobaan tersebut.
6. Kloning akan menimbulkan dampak yang cukup besar terhadap psikologi
manusia kloning. Tidak ada satu orangpun yang bisa menjelaskan identitas
individual
dan
hubungan
manusia
kloning
dengan
orang
yang
memesannya.
G. Pandangan Islam Terhadap Kloning Pada Manusia
Menurut Zuenarda (2009) untuk menetapkan hukum kloning, para ulama
kentemporer menggunakan ijtihad insya‟I karena persoalan tersebut belum
dibahas dalam kitab -kitab fiqh klasik.
1. Ditinjau dari sisi hifzh al-din (memelihara agama), kloning manusia tidak
membawa dampak negatif terhadap keberadaan agama.
26
2. Ditinjau dari sisi hifzh al-nafs (memelihara jiwa), kloning tidak
menghilangkan jiwa bahkan justru melahirkan jiwa yang baru.
3. Dilihat dari sisi hifzh al- ‘aql (memelihara akal), memelihara manusia
kloning juga tidak mengancam eksistensi akal, bahkan keberhasilan
kloning yang sempurna dapat membuat manusia mempunyai akal
cerdas.
4. Namun jika dilihat dari sisi hifzh al-nasl (memelihara keturunan), kloning
manusia dipertanyakan. Dalam pandangan islam, masalah keturunan
merupakan sesuatu yang sangat essensial, karena keturunan mempunyai
hubungan erat dengan hukum yang lain seperti pernikahan, warisan,
muhrim, dan sebagainya.
5. Apabila ditinjau dari sisi hifzhal-mal (memelihara harta), akan terkait
dengan
mashlahat
dan
mafsadat
yang
diperoleh
dari
usaha
pengkloningan. Andaikata Kloning terhadap manusia hanya akan
menghambur-hamburkan harta, tanpa adanya keseimbangan dengan
manfaat yang diperoleh, maka Kloning menjadi terlarang. Berkaitan
dengan penciptaan manusia, Al- Qur‟an menyatakan bahwa man usia
diciptakan sebagai makhluk paling sempurna di antara seluruh makhluk
yang ada di alamsemesta. Hal itu secara tegas dinyatakan Allah dalam
surat At-Tin ayat : 4 “Sesungguhnya kami Telah menciptakan manusia
dalam bentuk yang sebaik-baiknya” Penjelasan Allah dalam Al-Qur‟an
tentang kesempurnaan penciptaan manusia diantara segala makhluk
ciptaan-Nya yang lain, tentu tidak dapat dibantah oleh orang-
27
orangberiman.
digeneralisasi
disempuranakan
Dengan
bahwa
lagi,
menggunakan
sesuatu
tentu
logika
yangsudah
saja
dapat
sederhana
sempurna,
dapat
kemudian
menghilangkan
sifat
kesempurnaannya, bahkan bisa berakibat rusak sama sekali. Majma‟
Buhuts Islamiyyah Al-Azhar di kairo mengeluarkan fatwa yang
menyatakan bahwa Kloning manusia itu haram dan harus di perangi
serta di halang-halangi dengan berbagai cara. Naskah fatwa itu juga
menguatkan bahwa kloning manusia telah menjadikan manusia yang di
muliakan Allah SWT menjadi objek penelitian dalam percobaan, serta
melahirkan berbagai masalah pelik lainnya. Fatwa tersebut juga
mensinyalir bahwa Islam tidak menentang ilmu pengetahuan yang
bermanfaat, bahkan sebaliknya, Islam justru mendukung bahkan
memuliakan para ilmuwan. Namun, bila ilmu pengetahuan itu
membahayakan serta tidak mengandung manfaat, maka Islam
mengharamkan dengan melindungi dari bahaya tersebut.
28
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Kloning adalah proses pembuatan sejumlah besar sel atau molekul yang
seluruhnya identik dengan sel atau molekul asalnya. Kloning adalah teknik
membuat keturunan dengan kode genetik yang sama dengan induknya pada
makhluk hidup tertentu baik berupa tumbuhan, hewan, maupun manusiam. Bahan
/ Alat dalam Kloning Gen yaitu: Enzim endonuklease restriksi , Enzim ligase ,
Vektors , Inang (Host) dan Metoda untuk memasukkan DNA ke dalam sel inang.
Berdasarkan cara kerja dan tujuan pembuahannya terdapat 3 macam kloning yaitu
kloning embrional (Embryonal Cloning), kloning DNA Dewasa (Adult DNA
Cloning) atau disebut juga kloning reproduktif (Reproductive Cloning) dan kloning
terapeutik. teknik kloning gen terdiri dari: transfer nukleus, teknik roslin dan
tehnik honolulu.
Kloning memiliki manfaat untuk kehidupan manusia diantaranya: Untuk
pengembangan ilmu pengetahuan manfaat kloning terutama dalam rangka
pengembangan biologi, khususnya reproduksi-embriologi dan diferensiasi.
Mengembangkan dan memperbanyak bibit unggul. Tujuan diagnostik dan terapi.
Keperluan reproduksi, pengobatan dan konservasi.
29
DAFTAR PUSTAKA
Adrinanto, Darren. 2009. Cloning. (Online), (http://www.scribd. com/doc/ 48563
165/kloning, diakses Tanggal 26 Maret 2017).
Campbell, Neil A. Jane B, Reece. 2010. Biologi ( Jilid 1 Edisi 8). Jakarta: Penerbit
Erlangga.
Daulay, Saleh Partaonan dan Maratua Siregar. 2005. Kloning dalam Perspektif
Islam. (Online), (http://www.scribd.com/doc/93315193/makalah-kloning,
diakses tanggal 26 Maret 2017).
Dwijunianto. 2011. Cloning. (Online), (http://blog.uad.ac.id/ dwijunianto/2011/
12/ 20/ kloning/ diakses tanggal 26 Maret 2017).
Rusda, Muhammad. 2004. Kloning. (Online), http://www.scribd.com/ doc/57228
277/obstetri-rusda, diakses tanggal 26 Maret 2017).
Simbolon, H. 1994. Biologi Jilid 3. Jakarta: Penerbit Erlangga.
Zuenarda. 2009. Cloning. (Online), http://www.scribd. com/doc /783 189 84/ Clo
ning, diakses Tanggal 26 Maret 2017).
30
Download