BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dewasa ini, bumi kita banyak mengalami kemajuan dan perubahan yang berkesinambungan di segala sektor kehidupan. Perkara-perkara baru yang belum dikenal oleh manusia sebelumnya banyak bermunculan. Bahkan, sebelumnya perkara tersebut tidak pernah terbayang akan menjadi sebuah keniscayaan, kini menjadi kenyataan yang tidak bisa dipungkiri lagi. Banyak sekali orang atau para ilmuan yang melakukan ekperimen yang menjuru agar manusia lebih maju. Salah satunya adalah mengkloning. Kloning (Klonasi) adalah teknik membuat keturunan dengan kode genetik yang sama dengan induknya pada makhluk hidup tertentu baik berupa tumbuhan, hewan, maupun manusia. Pada percobaan kloning ini ilmuan ada yang gagal dan ada pula yang berhasil. Dengan mengkloning ini makhluk hidup termasuk manusia bisa digandakan. Dalam makalah ini akan dibahas lebih banyak lagi tentang kloning. B. Batasan Masalah Pembahasan makalah ini dibatasi pada pengertian kloning gen, sejarah perkembangan kloning gen, bahan /alat dalam kloning gen, macam-macam kloning gen, teknik kloning gen, keuntungan dan kerugian kloning gen, pandangan islam terhadap kloning manusia. C. Tujuan Makalah ini bertujuan untuk membahas tentang pengertian kloning gen, sejarah perkembangan kloning gen, bahan /alat dalam kloning gen, macam-macam kloning gen, teknik kloning gen, keuntungan dan kerugian kloning gen, pandangan islam terhadap kloning manusia. . 1 BAB II PEMBAHASAN A. Pengertian Kloning Gen Secara etimologi, kloning berasal dari kata “clone” yang diturunkan dari yunani “klon”, artinya potongan yang digunakan untuk memperbanyak tanaman. Kata ini dipergunakan dalam dua pengertian, yaitu sebagai berikut. 1. Klon sel yang artinya menduplikasi sejumlah sel dari sebuah sel yang memiliki sifat-sifat genetiknya identik. 2. Klon gen atau molekuler artinya sekelompok salinan gen yang bersifat identik yang direplikasi dari satu gen dimasukkan dalam sel inang. Sedangkan secara terminologis, kloning adalah proses pembuatan sejumlah besar selatau molekul yang seluruhnya identik dengan sel atau molekul asalnya. Kloning dalam bidang genetika merupakan replikasi segmen DNA tanpa melalui proses seksual. Itulah sebabnya, kloning juga dikenal dengan istilah rekombinasi DNA. Rekombinasi DNA membuka peluang baru dalam terobosan teknologi untuk mengubah fungsi dan perilaku makhluk hidup sesuai dengan keinginan dan kebutuhan manusia (Daulay dan Siregar, 2005) Oleh karena itu, kloning sel adalah teknik untuk menghasilkan salinan makhluk hidup dengan menggunakan bahan genetik dari sel makhluk itu sendiri. Metode kloning berbeda dengan pembuahan biasa, karena sel telur tidak lagi memerlukan sel sperma untuk pembuahannya. Secara sederhana dapat disebutkan bahwa bayi “klon” dibuat dengan mempersiapkan sel telur yang sudah diambil intinya kemudian digabungkan dengan sel donor yang merupakan sel dewasa dari 2 suatu organ tubuh. Hasil gabungan tersebut kemudian ditanamkan ke dalam rahim dan dibiarkan berkembang dalam rahim sampai lahir. B. Sejarah perkembangan Kloning Gen Kloning adalah teknik membuat keturunan dengan kode genetik yang sama dengan induknya pada makhluk hidup tertentu baik berupa tumbuhan, hewan, maupun manusia. Kloning pada tanaman melalui kultur sel mula-mula dilakukan pada tanaman wortel. Dalam hal ini sel akar wortel dikultur, dan tiap selnya dapat tumbuh menjadi tanaman lengkap. Teknik ini digunakan untuk membuat klon tanaman dalam perkebunan. Dari sebuah sel yang mempunyai sifat unggul, kemudian dipacu untuk membelah dalam kultur, sampai ribuan atau bahkan sampai jutaan sel. Tiap sel mempunyai susunan gen yang sama, sehingga tiap sel merupakan klon dari tanaman tersebut. Kloning pada hewan dilakukan mula-mula pada amfibi (kodok), dengan mengadakan transplantasi nukleus ke dalam telur kodok yang dienukleasi. Sebagai donor digunakan nukleus sel somatik dari berbagai stadium perkembangan. Ternyata donor nukleus dari sel somatik yang diambil dari sel epitel usus kecebong pun masih dapat membentuk embrio normal. Sejak Wilmut et al. berhasil membuat klon anak domba yang donor nukleusnya diambil dari sel kelenjar susu domba dewasa, maka terbukti bahwa pada mammalia pun klon dapat dibuat. Atas dasar itu para ahli berpendapat bahwa pada manusia pun secara teknis klon dapat dibuat. Oleh karena itu, Daulay dan Siregar, (2005) menjelaskan sejarah kloning sebagai berikut. 3 1. Pada tahun 1962, ahli biologi Jhon Gurdon dari universitas Oxford berhasil mengkloning katak afrika selatan. 2. Tahun 1977 Karl Illmense dan Peter Hoope berhasil mengkloning tikus dari 1 induk. 3. Tanggal 12 Desember 2002 Clonaid sebuah perusahaan biotek AS berhasil mengkloning manusia pertama yang diberi nama Eve. 4. Tanggal 14 februari 2003 para ilmuan Rosalin Institute dari Skotlandia mengumumkan berhasil mengkloning domba Dolly dengan dana 2,1 juta U$. C. Bahan / Alat dalam Kloning Gen 1. Enzim endonuklease restriksi Enzim yang berfungsi untuk pemotongan DNA sumber gen dan vektor kloning. 2. Enzim ligase Enzim yang berfungsi sebagai penyambung kembali potongan DNA 3. Vektors Vektor adalah molekul DNA yang berfungsi sebagai wahana atau kendaraan yang akan membawa suatu fragmen DNA masuk ke dalam sel inang dan memungkinkan terjadinya replikasi dan ekspresi fragmen DNA asing tersebut. 4. Inang (Host) Tempat DNA dibiakan biasanya berupa organisme uniseluler contohnya bakteri. 5. Metoda untuk memasukkan DNA ke dalam sel inang Memasukkan plasmid (yang merupakan vektor yang telah disisipi gen) ke dalam sel inang melalui beberapa cara yaitu sebagai berikut : a. Pra-Inkubasi Sel E. coli calon penerima plasmid dipaparkan kepada ion positif 4 kalsium klorida (CaCl2). Perlakuan ini memberikan cekaman kepada bakteri yang mengakibatkan membran sel dan dinding sel bakteri tersebut menjadi permeabel terhadap plasmid donor. Proses ini mengakibatkan E. coli menjadi “kompeten" untuk menerima plasmid. b. Inkubasi Plasmid ditambahkan ke dalam suspensi sel E. coli kompeten. Suspensi sel E. coli kompeten lainnya yang tidak ditambah plasmid digunakan sebagai kontrol. c. Kejutan Panas (HeatShock). Sel kompeten (baik yang diberi plasmid maupun kontrol) dipaparkan sejenak (90 detik) kepada suhu 42 oC. Langkah ini memaksimumkan masuknya plasmid menembus membran dan dinding sel. d. Penyembuhan (Recovery). Sel kompeten (baik yang diberi plasmid maupun kontrol) ditumbuhkan dalam medium kaya nutrisi untuk memberi kesempatan penyembuhan setelah mengalami cekaman dan kejutan. Masa penyembuhan biasanya berlangsung satu waktu generasi (untuk E. coli berkisar antara 30 hingga 45 menit) e. Penapisan (Screening). Sel kompeten yang telah mengalami penyembuhan ditapis pada medium padat yang mengandung senyawa penapis berdasarkan penanda yang dibawa oleh plasmid. D. Macam-macam Pengkloning Gen Menurut Daulay dan Siregar, (2005) kloning dapat dibedakan menjadi 3 macam, berdasarkan cara kerja dan tujuan pembuahannya yaitu sebagai berikut ini. a. Kloning Embrional (Embryonal Cloning) Kloning embrional adalah teknik yang dilakukan untuk memperoleh kembar identik, meniru apa yang terjadi secara alamiah. Setelah pembuahan 5 terjadi, beberapa buah sel dipisahkan dari embrio hasil pembuahan. Setiap sel tersebut kemudian dirangsang dalam kondisi tertentu untuk tumbuh dan berkembang menjadi embrio duplikat yang selanjutnya diimplementasikan dalam uterus agar berkembang menjadi individu baru yang memiliki komposisi materi genetik yang sama dengan klonnya. b. Kloning DNA Dewasa (Adult DNA Cloning) atau disebut juga kloning reproduktif (Reproductive Cloning) Kloning DNA dewasa atau kloning reproduktif adalah rekayasa genetis untuk memperoleh duplikat dari seorang individu yang sudah dewasa. Dalam teknologi ini, intisel berisi materi genetik difusikan ke dalam sel telur. Hasil fusi dirangsang dengan kejutan listrik agar membelah membentuk embrio yang kemudian diimplementasikan kedalam uterus agar berkembang menjadi janin. c. Kloning Terapeutik Kloning terapeutik adalah rekayasa genetis untuk memperoleh sel, jaringan atau organ dari satu individu tertentu untuk tujuan pengobatan atau perbaikan kesehatan. Dari embrio hasil rekonstruksi “DNA-sel telur”, diambil selsel bakalnya yang disebut dengan istilah stem cell. Stemcell adalah sel bakal yang dapatberkembang menjadi berbagai macam jaringan atau organ sesuai dengan inductor (rangsangan). Melalui kloning terapeutik ini dapat dikatakan suplai jaringan danorgan menjadi tidak terbatas, sehinggaseseorang yang memerlukan cangkokan jaringan atau organ tidak perlu menunggu lama tanpa kepastian. 6 Berdasarkan teknik membuat keturunan dengan kode genetik yang sama dengan induknya pada makhluk hidup tertentu, maka cloning dapat dilakukan pada tumbuhan, hewan, maupun manusia. Maka contoh kloning pada makhluk hidup tersebut adalah sebagai berikut. 1. Kloning pada Tumbuhan Nama lain dari kloning pada tumbuhan adalah kultur jaringan, yaitu suatu teknik untuk mengisolasi, sel, protoplasma, jaringan, dan organ dan menumbuhkan bagian tersebut pada nutrisi yang mengandung zat pengatur tumbuh tanaman pada kondisi aseptik,sehingga bagian-bagian tersebut dapat memperbanyak diri dan beregenerasi menjadi tanaman sempurna kembali. Ada dua teori dasar yang berpengaruh dalam kultur jaringan. Yang pertama adalah teori bahwa sel dari suatu organisme multiseluler di mana pun letaknya, sebenarnya sama dengan sel zigot karena berasal dari satu sel tersebut. Yang kedua adalah teori totipotensi sel atau Total Genetic Potential. Artinya, setiap sel yang memiliki potensi genetik mampu memperbanyak diri dan berdiferensiasi menjadi suatu tanaman lengkap. 7 Gambar 1. Tahapan dari proses kloning tumbuhan (Sumber: Wikipedia) 2. Kloning pada Hewan a. Kloning Domba Menurut (Zuenarda, 2009) kloning hewan adalah suatu proses dimana keseluruhan organisme hewan dibentuk dari satusel yang diambil dari organisme induknya dan secara genetika membentuk individu baru yang identik sama. Artinya, hewan kloning ini adalah duplikat yang persis sama baik darisegi sifat dan penampilannya seperti induknya, dikarenakan adanya kesamaan DNA. Di alam, sebenarnya kloning bisa saja terjadi. Reproduksi aseksual pada beberapa jenisorganisme dan penemuan mengenai munculnya sel kembar dalam satu telur juga merupakanapa yang disebut dengan kloning. Dengan kemajuan bioteknologi sekarang ini, bukanmustahil untuk menciptakan lebih lanjut mengenai kloning pada 8 hewan Pertama kali para ilmuwan berusaha membentuk sel kloning pada hewan tidak berhasilselama bertahun-tahun lamanya. Kesuksesan pertama yang diraih oleh ilmuwan pada saatmereka berhasil mengkloning seekor kecebong dari sel embrio di tubuh katak dewasa. Namun demikian, kecebong tersebut tidak pernah berhasil tumbuh menjadi katak dewasa.Kemudian, dengan menggunakan nuclear trasnfer di sel embrio, para ilmuwan mulaimelakukan penelitian terhadap kloning hewan mamalia. Tapi sekali lagi, hewan-hewantersebut tidak pernah mencapai hidup yang panjang Tahun 1996, Ian Wilmut (dalam Denny, 2010) mengkloning domba. Mekanisme Kloning sel domba dengan menggunakan kelenjer susu domba finn dorset sebagai donor inti dan sel telur domba blackface sebagai resipien. Sel telur domba blackface dihilangkan intinya dengan cara menghisap nulkeusnya keluar dari sel menggunakan pipet mikro. Kemudian, sel kelenjer susu domba finn dorset difusikan dengan sel telur blackface yang tanpa nukleus. Proses penggabungan ini dibantu oleh kejutan/sengatan listrik, sehingga terbentuk fusi antara sel telur domba blackface tanpa nucleus dengan sel kelenjar susu dompa finndorsat. Hasil fusi ini kemudian berkembang menjadi embrio dalam tabung percobaan dan kemudian dipendahkan kedalam rahim domba blackface. Kemudian embrio embrio berkembang dan lahir dengan ciri-ciri sama dengan finn dorset. 9 / Gambar 2. Teknik Kloning yang Dilakukan untuk Menghasilkan Domba Dolly (Sumber: Dwijunianto. 2011) b. Kloning manusia Menurut secara teoretis, prosedur dan mekanisme kloning terhadap makhluk hidup sedikitnya harus melalui empat tahap yang diurutkan secara sistematis. Keempat tahap itu adaah isolasifragmen DNA, penyisipan fragmen DNA ke dalam vektor, transformasi, dan seleksi hasil cloning. 1. Isolasi fragmen DNA Isolasi fragmen DNA yang spesifik dapat dilakukan dengan metode PCR (polymerase chainreaction) yaitu teknik amplikasi fragmen DNA yang spesifik secara in vitro. Secara umumDNA yang digunakan untuk PCR adalah total DNA genom yang diekstraksi dari sel dan tidak 10 membutuhkan tingkat kemurnian tinggi. Urutan DNA yang akan diamplikasi secara spesifik akan ditentukan oleh primer-primer yang tersusun dari nukleotida (Simbolon , 1994). Material yang diperlukan untuk proses PCR adalah DNA yang mengandung rangkaian urutan yang akan diperbanyak (duplikasi DNA) yaitu primer, DNA polimerase dan campuran dari empat macam deoksiribo nukleotida-trifosfat (dATP, dCTP, dGTP dan dTTP) serta MgCl2 (Sambrook, 1989). 2. Penyisipan fragmen DNA ke dalam vektor Proses penyisipan atau penyambungan molekul fragmen DNA dengan molekul DNA vektor disebut ligasi. Biasanya ligasi terjadi antara ujung gugus fosfat dengan gugus hidroksil.Ligasi antara fragmen DNA yang memiliki ujung lengket (cohesive ends) yang komplementer jauh lebih efesien dibandingkan dengan ujung tumpul (blunt ends). Efisiensi ligasi juga dipengaruhi oleh adanya deoksiadenosin tunggal pada ujung. Efisiensi ligasi dapat ditingkatkan, bila fragmen DNA yang memiliki deoksiadenosin tunggal pada ujung bertemu dengan vektor yang memiliki timidin pada ujung (Sambrook, 1989). 3. Transformasi DNA Transformasi adalah proses pemindahan molekul DNA donor dari lingkungan luar sel. Vektor kloning yang merupakan pembawa gen yang akan dikloning ditransformasi ke dalam sel inang. Transformasi dapat dilakukan secara alami maupun buatan. Pada proses transformasi alami, DNA yang berbentuk untai ganda dan memiliki untaian basa spesifik 11 terhadap protein membran masuk ke dalam bakteri melewati membran sel bakteri terhidrolisis. Pada transformasi buatan, sel bakteri dibuat menjadi sel kompeten secara paksa sehingga selubung sel bakteri bersifat permeabel dan memungkinkan DNA dapat berikatan. Dengan sel dan masuk ke dalam sitoplasma, kemudian berinteraksi dengan genom sel bakteri (Stainer , 1986). Sel kompeten adalah sel inang yang memiliki kompetensi untuk dimasuki vektor kloning. Perlakuan untuk memasukkan sel kompeten dapat dilakukan dengan menggunakan metode kejutan panas (heat shock) atau kejutan pulsa listrik (metode electroporation) (Sambrook, 1989). 4. Seleksi hasil kloning Penyeleksian koloni bakteri untuk mendapatkan kloning yang diinginkan dengan cara X-gal atau pemotongan dengan enzim restriksi. Seleksi dengan X-gal dapat digunakan untuk mengidentifikasi plasmid rekombinan dengan komplementasi. Sedangkan pemotongan dengan enzim restriksi dapat digunakan untuk menyeleksi plasmid rekombinan hasil kloning. Hasil pemotongan tersebut dielektroforesis dan memperlihatkan pita fragmen DNA sisipan yang terpisah dari pita vektor kloning (Sambrook, 1989). Menurut Daulay dan Siregar, (2005) mekanisme kloning sel pada manusia dapat digambarkan seperti ditunjukkan dan dijelaskan secara sederhana sebagai berikut : 12 1. Mempersiapkan sel stem: suatu sel awal yang akan tumbuh menjadi berbagai sel tubuh. Sel ini diambil dari manusia yang hendak dikloning. 2. Sel stem diambil inti sel yang mengandung informasi genetik kemudian dipisahkan dari sel. 3. Mempersiapkan sel telur : suatu sel yang diambil dari sukarelawan perempuan kemudian intinya dipisahkan. 4. Inti sel dari sel stem diimplantasikan ke sel telur. 5. Sel telur dipicu supaya terjadi pembelahan dan pertumbuhan. Setelah membelah (hari kedua) menjadi sel embrio. 6. Sel embrio yang terus membelah (disebut blastosis) mulai memisahkan diri (hari ke lima) dan siap diimplantasikan ke dalam rahim. 7. Embrio tumbuh dalam rahim menjadi bayi dengan kode genetik persis sama dengan sel stem donor. Dari pengertian kloning dan prosesnya di atas yang menghasilkan individu baru dan mempunyai sifat genetik yang “identik” (sama). 13 Gambar 3. Kloning Sel pada Manusia (Sumber: Dwijunianto. 2011) Menurut Biomol (2010) vektor adalah molekul DNA yang berfungsi sebagai wahana atau kendaraan yang akan membawa suatu fragmen DNA masuk ke dalam sel inang dan memungkinkan terjadinya replikasi dan ekspresi fragmen DNA asing tersebut. Vektor inang prokariot, khususnya E. yang dapat digunakan pada sel coli, adalah plasmid, bakteriofag, kosmid, dan fasmid. Sementara itu, vektor YACs dan YEps dapat digunakan khamir. Plasmid Ti, baculovirus, SV40, dan retrovirus merupakan vektor- vektor yang dapat digunakan pada sel eukariot tingkat tinggi. 14 pada E. Teknik Kloning Gen 1. Transfer Nukleus Transfer nukleus membutuhkan dua sel yaitu suatu sel donor dan suatu oosit atau sel telur. Telur matur sebelum dibuahi dibuang intinya atau nukleusnya. Proses pembuangan nukleus tadi dinamakan enukleasi. Hal ini dilakukan untuk menghilangkan informasi genetisnya. Ke dalam telur yang telah dienukleasi tadi kemudian dimasukkan nukleus (donor) dari sel somatik. Penelitian membuktikan bahwa sel telur akan berfungsi terbaik bila ianya dalam anfertilisasi, sebab hal ini akan mempermudah penerimaan nukleus donor seperti dirinya sendiri. Di dalam telur, inti sel donor tadi akan bertindak sebagai inti sel zigot dan membelah serta berkembang menjadi blastosit. Blastosit selanjutnya ditransfer ke dalam uterus induk pengganti (surrogate mother). Jika seluruh proses tadi berjalan baik, suatu replika yang sempurna dari donor akan lahir. Jadi sebenarnya setelah terbentuk blastosit in vitro, proses selanjutnya sama dengan proses bayi tabung yang tehnologinya telah dikuasai oleh para ahli Obstetri Ginekologi (Rusda, 2004). 15 Gambar 4. Teknik Transfer Nukleus (Sumber: Rusda, 2004). 2. Teknik Roslin Menurut Rusda, (2004) kloning domba Dolly merupakan peristiwa penting dalam sejarah kloning. Tidak saja hal tersebut membangkitkan antusias terhadap kloning, melainkan juga hal tersebut membuktikan bahwa kloning binatang dewasa dapat disempurnakan. Sebelumnya, tidak diketahui bahwa suatu nukleus dewasa ternyata mampu memproduksi suatu hewan yang komplit. Bila terjadi kerusakan genetis dan deaktivasi gen yang sederhana maka kedua keadaan tersebut kemungkinan bersifat menetap. Hal tersebut di atas bukanlah suatu kasus yang menyusul setelah penemuan oleh Ian Wilmut dan Keith Cambell tentang suatu metode yang mana mampu melakukan singkronisasi siklus sel dari kedua sel 16 donor dan sel telur. Tanpa singkronosasi siklus sel, maka inti tidak akan berada pada suatu keadaan yang optimum untuk dapat diterima oleh embrio. Bagaimanapun juga sel donor harus berjuang untuk dapat masuk ke Gap Zero, atau stadium sel GO, atau stadium sel dorman. Pertama, suatu sel (sel donor) diseleksi dari sel kelenjar mammae domba betina berbulu putih (Finn Dorset) untuk menyediakan informasi genetis bagi pengklonan. Untuk studi ini, peneliti membiarkan sel membelah dan membentuk jaringan in vitro atau diluar tubuh hewan. Hal ini akan menghasilkan duplikat yang banyak dari suatu inti yang sama. Tahap ini hanya akan bermanfaat bila DNA nya diubah, seperti pada kasus Polly, karena perubahan tersebut dapat diteliti untuk memastikan bahwa mereka telah dipengaruhi. Suatu sel donor diambil dari jaringan dan dimasukkan ke dalan campuran, yang hanya memiliki nutrisi yang cukup untuk mempertahankan kehidupan sel. Hal ini menyebabkan sel untuk menghentikan seluruh gen yang aktif dan memasuki stadium GO. Kemudian sel telur dari domba betina Blackface (domba betina yang mukanya berbulu hitam = Scottish Blackface) dienokulasi dan diletakkan disebelah sel donor. Satu sampai delapan jam setelah pengambilan sel telur, kejutan listrik digunakan untuk menggabungkan dua sel tadi, pada saat yang sama pertumbuhan dari suatu embrio mulai diaktifkan. Teknik ini tidaklah sepenuhnya sama seperti aktivasi yang dilakukan oleh sperma, karena hanya beberapa sel yang diaktifkan oleh kejutan listrik yang mampu bertahan cukup lama untuk menghasilkan suatu embrio (Zuenarda, 2009). 17 Gambar 5. Domba Dolly (Sumber: Zuenarda, 2009) Jika embrio ini dapat bertahan, ia dibiarkan tumbuh selama sekitar enam hari, diinkubasi di dalam oviduk domba. Ternyata sel yang diletakkan di dalam oviduk lebih awal, di dalam pertumbuhannya lebih mampu bertahan dibandingkan dengan yang diinkubasi di dalam laboratorium. Akhirnya embrio tadi ditempatkan ke dalam uterus betina penerima (surrogate mother). Induk betina tersebut selanjutnya akan mengandung hasil cloning tadi hingga ianya siap untuk dilahirkan. Bila tidak terjadi kekeliruan, suatu duplikat yang persis sama dari donor akan lahir. Domba yang baru lahir tersebut memiliki semua karakteristik yang sama dengan domba yang lahir secara alamiah. Dan telah diamati bila ada efek yang merugikan, seperti resiko yang tinggi terhadap kanker atau penyakit genetis lainnya yang terjadi atas kerusakan bertahap kepada DNA, dikemudian hari juga terjadi pada Dolly atau hewan lainnya yang dikloning dengan metode ini (Rusda, 2004). 18 Gambar 6. Tahapan dari proses kloning teknik Roslin (Sumber: Zuenarda, 2009). Gambar 7. Tahapan dari proses kloning teknik Roslin (Sumber: Zuenarda, 2009). 19 3. Tehnik Honolulu Pada Juli 1998, suatu tim ilmuwan dari Universitas Hawai mengumumkan bahwa mereka telah menghasilkan tiga generasi tikus kloning yang secara genetik identik. Tehnik ini diakreditasi atas nama Teruhiko Wakayama dan Ryuzo Yanagimachi dari Universitas Hawai. Tikus telah sejak lama diketahui merupakan mamalia yang tersulit untuk dikloning, ini merujuk pada bahwa segera setelah suatu sel telur tikus mengalami fertilisasi ia akan segera membelah. Domba digunakan pada tehnik Roslin karena sel telurnya membutuhkan beberapa jam sebelum membelah, memungkinkan adanya waktu bagi sel telur untuk memprogram ulang nukleus barunya. Meskipun tidak mendapatkan keuntungan tersebut ternyata Wakayama dan Yanagimachi mampu melakukan kloning dengan angka keberhasilan yang jauh lebih tinggi (3 kloning dari sekitar seratus yang dilakukan) dibandingkan Ian Wilmut (satu dari 277). Wakayama melakukan pendekatan terhadap masalah sinkronisasi siklus sel yang berbeda dibandingkan Wilmut. Wilmut menggunakan sel dari kelenjar mammae yang harus dipaksa untuk memasuki ke stadia GO. Wakayama awalnya menggunakan tiga tipe sel yakni, sel Sertoli, sel otak dan sel kumulus. Sel Sertoli dan sel otak keduanya tinggal dalam stadia GO secara alamiah dan sel kumulus hampir selalu hadir pada stadia G0 ataupun G1 (Rusda, 2004). Sel telur tikus yang tidak dibuahi digunakan sebagai resipien dari inti donor. Setelah dienokulasi, sel telur memiliki inti donor yang dimasukkan ke dalamnya. Nukleus donor diambil dari sel-sel dalam hitungan menit dari setiap ekstrak sel dari tikus tersebut. Tidak seperti pada proses yang digunakan untuk 20 melahirkan Dolly, tanpa in vitro atau di luar dari tubuh hewan, kultur dilakukan justru pada sel-sel tersebut. Setelah satu jam sel-sel telah menerima nucleusnukleus yang baru. Setelah penambahan waktu selama 5 jam sel telur kemudian ditempatkan pada suatu kultur kimia untuk memberi kesempatan sel-sel tersebut tumbuh, sebagaimana layaknya fertilisasi secara alamiah. Pada suatu kultur dengan suatu substansi (cytochalasin B) yang menghentikan pembentukan suatu polar body, sel kedua yang secara alami terbentuk sebelum fertilisasi. Polar body akan menjadi setengah dari sel gen, mempersiapkan sel lainnya untuk menerima gen-gen dari sperma. Setelah penyatuan, sel-sel berkembang menjadi embrioembrio. Embrio-embrio ini kemudian ditransplantasikan kepada induk betina donor (surrogate mother) dan akan tetap berada di sana sampai siap untuk di lahirkan. Sel yang paling berhasil dari proses ini adalah sel kumulus, maka penelitian dikonsentrasikan pada sel-sel dari tipe tersebut (sel kumulus) (Rusda, 2004). Setelah terbukti bahwa tekniknya dapat menghasilkan cloning yang hidup, Wakayama juga membuat cloning dari cloning, dan membiarkan mahluk klon yang asli untuk melahirkan secara alamiah untuk membuktikan bahwa mereka memiliki kemampuan reproduksi secara sempurna. Pada saat dia mengumumkan keberhasilannya, Wakayama telah menciptakan lima puluh kloning. Teknik baru ini memungkinkan untuk melaksanakan penelitian lebih lanjut tentang bagaimana tepatnya sebuah telur memprogram ulang sebuah nukleus. Tikus bereproduksi dalam kurun bulanan, jauh lebih cepat dibanding dengan domba. Hal ini menguntungkan dalam hasil penelitian jangka panjang (Rusda, 2004). 21 Gambar 8. Tahapan dari proses kloning teknik Honolulu (Zuenarda, 2009). 22 Gambar 9. Tahapan dari proses kloning teknik Honolulu (Zuenarda, 2009). F. Keuntungan dan Kerugian Kloning Gen Menurut Daulay dan Siregar, (2005) meskipun penuh resiko, kloning juga menjanjikan keuntungan antara lain sebagai berikut : 3. Proses pembuahan yang dilakukan melalui teknologi ini dapat menolong pasangan-pasangan tidak subur untuk memperoleh keturunan. 4. Manusia dapat mengkloning ginjal untuk kebutuhan pencangkokan ginjal bagi mereka yang mengalami gagal ginjal. 5. Manusia juga dapat mengkloning tulang sumsum untuk anak-anak dan dewasa untuk penyakit leukimia. 23 6. Manusia dapat mempelajari bagaimana menghidupkan dan mematikan sel. Dengan demikian, kloning diharapkan akan mampu mengobati penyakit kanker yang menggerogoti sel-sel tubuh manusia. 7. Teknologi kloning dapat digunakan untuk mengobati penyakit yang disebabkan oleh kelainan genetis pada manusia. Selain itu ditambahkan membuat Adrinanto, (2009) manfaat dari cloning sebagai berikut. 1. Untuk pengembangan ilmu pengetahuan manfaat kloning terutama dalam rangka pengembangan biologi, khususnya reproduksi-embriologi dan diferensiasi. 2. Untuk mengembangkan dan memperbanyak bibit unggul. Seperti telah kita ketahui, pada sapi telah dilakukan embrio transfer. Hal yang serupa tentu saja dapat juga dilakukan pada hewan ternak lain, seperti pada domba, kambing dan lain-lain. Dalam hal ini jika nukleus sel donornya diambil dari bibit unggul, maka anggota klonnya pun akan mempunyai sifat-sifat unggul tersebut. Sifat unggul tersebut dapat lebih meningkat lagi, jika dikombinasikan dengan teknik transgenik. Dalam hal ini ke dalam nukleus zigot dimasukkan gen yang dikehendaki, sehingga anggota klonnya akan mempunyai gen tambahan yang lebih unggul. 3. Untuk tujuan diagnostik dan terapi. Sebagai contoh jika sepasang suami isteri diduga akan menurunkan penyakit genetika thalasemia mayor. Dahulu pasangan tersebut dianjurkan untuk tidak mempunyai anak. Sekarang mereka dapat dianjurkan menjalani terapi gen. 24 4. Untuk keperluan reproduksi. Kloning ini dapat merusak peradaban manusia (manusia hanya sebagai objek). Suatu organisme memilikihak hidup tanpa proses artifisial. Menimbulkan perasaan dominasi dari suatu kelompok tertentuterhadap kelompok lainkloning. 5. Untuk keperluan pengobatan. Kloning ini juga tidak sesuai dengan nilai etik karena individu hanya diambil organnya saja. Kesalahanfatal yang dapat diakibatkan oleh kloning dapat mengakibatkan cacat atau penyakit keturunan seumurhidup. Tidak sebanding dengan upaya untuk menghindari penyakit dengan melakukan proses kloning tersebut. 6. Untuk keperluan konservasi. Kerusakan habitat alam suatu spesies yang disebabkan oleh faktor kesengajaan manusia, maka yang harus bertanggung jawab adalah manusia. Dengan adanya kloning, akan merusak keseimbangan alam dan akan memperbesar kesempatan manusia untuk merusaknya. Kloning ini juga akan menghasilkan hewan yang memiliki daya tahan tubuh rendah dan resiko kematian yang cukup besar. Manfaat yang disebutkan di atas hanya sebagian kecil dari puluhan manfaat yang dapat dinikmati manusia, khususnya dalam pengembangan dunia pengobatan. Namun aplikasi kloning dalam dunia medis tidak selamanya berjalan mulus dan memiliki banyak resiko. Ada sejumlah kendala teknis yang dihadapi oleh para peneliti di bidang ini. Antara lain adanya resiko sel-sel embryonik tersebut yang dapat berkembang menjadi sel-sel tumor maupun kanker. Menurut Daulay dan Siregar, (2005) beberapa implikasi negatif dari kloning dilihat dari aspek teologi dan etika adalah sebagai berikut: 25 1. Proses penciptaan manusia merupakan hak prerogatif Allah semata. Dengan mengkloning manusia, berarti telah memasuki dan mengintervensi ranah kekuasaan allah. 2. Para ilmuwan yang mengadakan kloning tidak mempercayai bahwa Allah adalah pencipta yang paling sempurna terhadap seluruh makhluk. 3. Tuhan telah menciptakan manusia berdasarkan keragaman. Dengan kloning keragaman tersebut akan hilang dengan sendirinya. 4. Penghargaan terhadap hasil kreasi para ilmuwan kloning akan merangsang para ilmuwan lainnya untuk berlomba-lomba menciptakan kreasi-kreasi baru lainnya tanpa memperdulikan etika. 5. Untuk pengkloningan manusia, diperlukan sejumlah percobaan yang belum tentu akan berhasil secara maksimal. Hal ini tentu akan merugikan pihak yang akan menjad ibahan percobaan tersebut. 6. Kloning akan menimbulkan dampak yang cukup besar terhadap psikologi manusia kloning. Tidak ada satu orangpun yang bisa menjelaskan identitas individual dan hubungan manusia kloning dengan orang yang memesannya. G. Pandangan Islam Terhadap Kloning Pada Manusia Menurut Zuenarda (2009) untuk menetapkan hukum kloning, para ulama kentemporer menggunakan ijtihad insya‟I karena persoalan tersebut belum dibahas dalam kitab -kitab fiqh klasik. 1. Ditinjau dari sisi hifzh al-din (memelihara agama), kloning manusia tidak membawa dampak negatif terhadap keberadaan agama. 26 2. Ditinjau dari sisi hifzh al-nafs (memelihara jiwa), kloning tidak menghilangkan jiwa bahkan justru melahirkan jiwa yang baru. 3. Dilihat dari sisi hifzh al- ‘aql (memelihara akal), memelihara manusia kloning juga tidak mengancam eksistensi akal, bahkan keberhasilan kloning yang sempurna dapat membuat manusia mempunyai akal cerdas. 4. Namun jika dilihat dari sisi hifzh al-nasl (memelihara keturunan), kloning manusia dipertanyakan. Dalam pandangan islam, masalah keturunan merupakan sesuatu yang sangat essensial, karena keturunan mempunyai hubungan erat dengan hukum yang lain seperti pernikahan, warisan, muhrim, dan sebagainya. 5. Apabila ditinjau dari sisi hifzhal-mal (memelihara harta), akan terkait dengan mashlahat dan mafsadat yang diperoleh dari usaha pengkloningan. Andaikata Kloning terhadap manusia hanya akan menghambur-hamburkan harta, tanpa adanya keseimbangan dengan manfaat yang diperoleh, maka Kloning menjadi terlarang. Berkaitan dengan penciptaan manusia, Al- Qur‟an menyatakan bahwa man usia diciptakan sebagai makhluk paling sempurna di antara seluruh makhluk yang ada di alamsemesta. Hal itu secara tegas dinyatakan Allah dalam surat At-Tin ayat : 4 “Sesungguhnya kami Telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya” Penjelasan Allah dalam Al-Qur‟an tentang kesempurnaan penciptaan manusia diantara segala makhluk ciptaan-Nya yang lain, tentu tidak dapat dibantah oleh orang- 27 orangberiman. digeneralisasi disempuranakan Dengan bahwa lagi, menggunakan sesuatu tentu logika yangsudah saja dapat sederhana sempurna, dapat kemudian menghilangkan sifat kesempurnaannya, bahkan bisa berakibat rusak sama sekali. Majma‟ Buhuts Islamiyyah Al-Azhar di kairo mengeluarkan fatwa yang menyatakan bahwa Kloning manusia itu haram dan harus di perangi serta di halang-halangi dengan berbagai cara. Naskah fatwa itu juga menguatkan bahwa kloning manusia telah menjadikan manusia yang di muliakan Allah SWT menjadi objek penelitian dalam percobaan, serta melahirkan berbagai masalah pelik lainnya. Fatwa tersebut juga mensinyalir bahwa Islam tidak menentang ilmu pengetahuan yang bermanfaat, bahkan sebaliknya, Islam justru mendukung bahkan memuliakan para ilmuwan. Namun, bila ilmu pengetahuan itu membahayakan serta tidak mengandung manfaat, maka Islam mengharamkan dengan melindungi dari bahaya tersebut. 28 BAB III PENUTUP Kesimpulan Kloning adalah proses pembuatan sejumlah besar sel atau molekul yang seluruhnya identik dengan sel atau molekul asalnya. Kloning adalah teknik membuat keturunan dengan kode genetik yang sama dengan induknya pada makhluk hidup tertentu baik berupa tumbuhan, hewan, maupun manusiam. Bahan / Alat dalam Kloning Gen yaitu: Enzim endonuklease restriksi , Enzim ligase , Vektors , Inang (Host) dan Metoda untuk memasukkan DNA ke dalam sel inang. Berdasarkan cara kerja dan tujuan pembuahannya terdapat 3 macam kloning yaitu kloning embrional (Embryonal Cloning), kloning DNA Dewasa (Adult DNA Cloning) atau disebut juga kloning reproduktif (Reproductive Cloning) dan kloning terapeutik. teknik kloning gen terdiri dari: transfer nukleus, teknik roslin dan tehnik honolulu. Kloning memiliki manfaat untuk kehidupan manusia diantaranya: Untuk pengembangan ilmu pengetahuan manfaat kloning terutama dalam rangka pengembangan biologi, khususnya reproduksi-embriologi dan diferensiasi. Mengembangkan dan memperbanyak bibit unggul. Tujuan diagnostik dan terapi. Keperluan reproduksi, pengobatan dan konservasi. 29 DAFTAR PUSTAKA Adrinanto, Darren. 2009. Cloning. (Online), (http://www.scribd. com/doc/ 48563 165/kloning, diakses Tanggal 26 Maret 2017). Campbell, Neil A. Jane B, Reece. 2010. Biologi ( Jilid 1 Edisi 8). Jakarta: Penerbit Erlangga. Daulay, Saleh Partaonan dan Maratua Siregar. 2005. Kloning dalam Perspektif Islam. (Online), (http://www.scribd.com/doc/93315193/makalah-kloning, diakses tanggal 26 Maret 2017). Dwijunianto. 2011. Cloning. (Online), (http://blog.uad.ac.id/ dwijunianto/2011/ 12/ 20/ kloning/ diakses tanggal 26 Maret 2017). Rusda, Muhammad. 2004. Kloning. (Online), http://www.scribd.com/ doc/57228 277/obstetri-rusda, diakses tanggal 26 Maret 2017). Simbolon, H. 1994. Biologi Jilid 3. Jakarta: Penerbit Erlangga. Zuenarda. 2009. Cloning. (Online), http://www.scribd. com/doc /783 189 84/ Clo ning, diakses Tanggal 26 Maret 2017). 30