Uploaded by dewiruthnainggolan

MAKALAH EVAPRO DEW

advertisement
MAKALAH
STUDI KELAYAKAN BISNIS ASPEK SUMBERDAYA MANUSIA
Oleh :
DEWI RUTH NAINGGOLAN
170254245010
MATA EVALUASI PROYEK PERIKANAN
JURUSAN SOSIAL EKONOMI PERIKANAN
FAKULTAS ILMU KELAUTAN DAN PERIKANAN
UNIVERSITAS MARITIM RAJA ALI HAJI
TANJUNGPINANG
2019
BAB I
PERENCANAAN SDM DAN ANALISIS PEKERJAAN
A. PERENCANAAN SDM
Dalam hal membangun proyek bisnis, ketersediaan SDM-nya, manajer proyek dan
staf proyek hendaknya dikaji secara cermat.Kesuksesan suatu perencanaan dan pelaksanaan
pembangunan sebuah proyek bisnis sangan tergantung pada SDM yang solid, yaitu manajer
dantimnya. Membangun sebuah tim yang eklusif merupakan suatu seni dan ilmu
pengetahuan.Dalam membangun sebuah tim yang efektif, pertimbangan harus diadakan
bukan hanya padakeahlian teknis para para manajer atau anggota tim semata, tetapi juga
peranan penting merekadan keselarasan mereka dalam bekerja. Hal-hal yang dapat
ddiperhatikan dalam perencanaan SDM diantaranya yaitu:

Memilih manajer proyek
Manajer proyek merupakan salah satu anggota terpenting dari suatu proyek.Orang
inimemegang peranan penting dalam perencanaan dan pelaksanaan proyekj. Manajer proyek
bertugas menjelaskan kepada organisasi dan kepada pihak luar perihal proyek yang
akandibangun. Beberapa hal pokok dalam memilih manajer proyek adalah perihal pemilihan
waktudan kriteria seleksi.
Pemilihan waktu, waktu yang tepat untuk memilih seorang manajer proyek tidak ada
patokan yang dianggap paling benar karena memang beragam sifatnya. Akan tetapi, syarat
yangharus diingat adalah, manajer proyek dan tim proyek harus secepatnya terlibat dalam
perencanaan proyek sehingga mereka akan lebih terikat untuk segera merealisasikn proyek
bisnistersebut.
Kriteria seleksi: tujuan utama seseorang memilih seorang manajer proyek adalah
untukmenugaskan
seseorang
yang
berpengalaman,
mampu
dan
kompeten
untuk
menghasilkan produkakhir secara tepat waktu, sesuai dengan biaya yang tersedia dan juga
sesuai dengan syarat yangdiberikan. Untuk itu, seorang pemimpin proyek harus memiliki
karakteristik yang dominan yangdapat digolongkan dalam lima kategori, diantaranya yaitu :
1.Latar belakang dan pengalaman
2.Kepemimpinan dan keahlian setrategi
3.Keahlian teknis
4. Kemampuan kehumasan
5.Dan kemampuan menejerial.

Memilih tim proyek
Setelah manajer proyek dipilih, selanjutnya dipilih pula tim proyek. Memilih tim
proyektergantung pada beberapa factor, tujuan dan hasil proyek yang diharapkan pekerjaan
teknis yangharus dilakukan dan kemampuan yang dibutuhkan untuk menarik menugaskan,
mendegelasikan,mengawasi,
mengkomunikasikan,
dan
melakukan
pekerjaan
yang
dibutuhkan disetiap tahap dari proyek.Kriteria seleksi. Kriteria umum yang digunakan untuk
memilih anggota tim proyekadalah sebagai berikut:
 Memiliki komitmen pada tujuan proyek dan ammpu menyelesaikannya
 Kemampuan untuk berkomunikasi dan membagi tanggung jawab
 Fleksibilitas, dapt berpindah dari satu kegiatan pekerjaan kekegiatan pekerjaan
lainnya,sesuai dari skedul dan kebutuhan proyek
 Kemampuan teknis
 Kemauan untuk mengakui kesalahan dan memperbaikinya
 Konsentrasi pada pekerjaaan
 Kemampuan untuk mengerti dan bekerja berdasarkan jadwal dan pengadaan
semberdaya. Minsalnya mau bekerja lembur jika dibutuhkan.
 Memiliki pengetahuan dan pengalaman dengan peralatan manajemen proyek.
Selanjutnya, dalam hal permasalahan tenaga kerja pada fase pengimplementasian
bisnissecara rutin, pertama tentukan dulu tenaga-tenaga untuk posisi top manajemen. Lalu
untukkeperluan tenaga kerja dibawahnya, termasuk untuk tenaga pelaksana, hendaklah
mereka mampumerencanakannya melalui suatu proses perencanaan. Orang-orang yang kelak
akan menduduki posisi top manajemen ini, hendaknya mampu merealisasikan manajemen
SDM, dimana perencanaan SDM merupakan salah satu kegiatan intinya.
B. Analisa Pekerjaan
1.2.1. Definisi Analisa Pekerjaan
Analisa pekerjaan didefinisikan sebagai proses pengumpulan informasi pekerjaan
dengan memecah pekerjaan menjadi elemen-elemen dari komponennya, dengan
tujuan untuk mengidentifikasi apa yang menjadi tugas dan tanggung jawab pekerjaan
tersebut, keterampilan-keterampilan, pengetahuan dan kemampuan yang dibutuhkan
untuk melakukan pekerjaan itu, dan kondisi lingkungan yang bagaimana yang
mengelilingi pekerjaan tersebut. Deksripsi pekerjaan merupakan ringkasan tertulis
dari bidang kinerja utama (tugas, kewajiban dan/atau tanggung jawab) dari pekerjaan
tertentu. Deskripsi pekerjaan berisi presentasi yang jelas tentang apa yang dilakukan,
bagaimana hal tersebut dilakukan dan mengapa hal tersebut dilakukan. Spesifikasi
pekerjaan adalah penjelasan tertulis mengenai persyaratan minimum yang diperlukan
untuk pelaksanaan yang efektif terhadap tugas yang diberikan. Hal ini termasuk
pengetahuan, keterampilan, kemampuan, sifat dan karakteristik lainnya yang
diperlukan
untuk
pelaksanaan
kerja
yang
efektif.
BAB II
REKRUITMEN, SELEKSI, ORIENTASI, DAN PRODUKTIVITAS
2.1. Rekruitmen
Rekrutmen adalah proses mencari, menemukan, mengajak dan menetapkan sejumlah
orang dari dalam maupun dari luar perusahaan sebagai calon tenaga kerja dengan
karakteristik tertentu seperti yang telah ditetapkan dalam perencanaan sumber daya manusia.
Hasil yang didapatkan dari proses rekrutmen adalah sejumlah tenaga kerja yang akan
memasuki proses seleksi, yakni proses untuk menentukan kandidat yang mana yang paling
layak untuk mengisi jabatan tertentu yang tersedia di perusahaan.
2.1.2. Tujuan
1. Menyediakan sekumpulan calon tenaga kerja/karyawan yang memenuhi syarat
2. Agar konsisten dengan strategi, wawasan dan nilai perusahaan
3. Untuk membantu mengurangi kemungkinan keluarnya karyawan yang belum lama
bekerja
4. Untuk mengkoordinasikan upaya perekrutan dengan program seleksi dan pelatihan
5. Untuk memenuhi tanggungjawab perusahaan dalam upaya menciptakan kesempatan
kerja.
2.1.3.Rekrutmen Internal
Sumber-sumber internal meliputi karyawan yang ada sekarang yang dapat dicalonkan untuk
dipromosikan, dipindahtugaskan atau dirotasi tugasnya, serta mantan karyawan yang bisa
dikaryakan dipanggil kembali (Schuer & Jakson,1996:232)
a) Penawaran terbuka untuk satu jabatan (job posting)
Rekrutmen terbuka ini merupakan sistem mencari pekerja yang berkemampuan tinggi untuk
mengisi jabatan yang kosong, dengan memberikan kesempatan pada semua pekerja yang
berminat. Semua pekerja yang berminat untuk mengisi jabatan untuk menyampaikan
permohonan untuk mengikuti seleksi intern. Cara ini baik untuk mengisi kekosongan
eksekutif tingkat bawah, guna menghindari penempatan yang bersifat subyektif.
b) Perbantuan pekerja
c) Kelompok pekerja sementara
d) Promosi dan pemindahan
Keuntungan Sumber Intenal :

Semangat kerja yang lebih baik

Penilaian kemampuan yang lebih baik

Biaya lebih rendah untuk lowongan tertentu

Motivasi yang lebih tinggi untuk berkinerja lebih baik

Pengisian lowongan lebih cepat
Kerugian Sumber Internal :

Karakter yg tidak baik tetap terbawa

Menimbulkan masalah semangat kerja bagi yang tidak dipromosikan

Menimbulkan konflik bila penempatan salah

Menghambat kreatifitas dan inovasi baru

Menghambat ide-ide baru
Rekrutmen Eksternal
Rekrutmen eksternal adalah proses mendapatkan tenaga kerja dari pasar tenaga kerja di luar
organisasi atau perusahaan
a) Hubungan dengan Universitas
Universitas atau perguruan tinggi merupakan lembaga pendidikan yang bertugas
menghasilkan tenaga kerja sesuai dengan lapangan kerja yang terdapat dimasyarakat.
Dengan demikian berarti universitas merupakan sumber tenaga kerja yang dapat dimafaatkan
oleh organisasi atau perusahaan, untuk mengisi jabatan dibidang bisnis/produk lini dan
jabatan penunjangnya.
b) Eksekutif mencari Perusahaan
Sering terjadi sebuah perusahaan memerlukan eksekutif senior untuk mengisi jabatan
penting, dengan menawarkan upah/gaji yang kompetetif dibandingkan dengan perusahaan
sejenis sebagai pesaingnya. Rekrutmen tersebut jika sulit dipenuhi, sekurang-kurangnya
perusahaan dapat mengangkat konsultan ahli, yang dapat diperoleh diberbagai lembaga,
khususnya perguruan tinggi. Rekrutmen ini jika dibandingkan dengan cara lain, ternyata
relatif mahal. Dengan pengangkatan konsultan, pembiayaan dapat lebih ditekan karena dapat
dibatasi waktunya dalam penetapan perjanjian.
c) Agen Tenaga Kerja
Rekrutmen eksternal lainnya dapat dilakukan melalui agen tenaga kerja, yang memiliki calon
dengan berbagai kualifikasi dan kualitasnya. Untuk itu organisasi / perusahaan hanya
menyampaikan karekteristik calon yang diinginkan. Organisasi / perusahaan membayar agen
apabila ternyata calon yang diajukan disetujui dan diangkat sebagai eksekutif.
d) Rekrutmen dengan Advertensi
Rekrutmen eksternal dapat dilakukan dengan cara mengadventasikan tenaga kerja yang
diperlukan. Untuk keperluan itu dapat dipergunakan surat kabar lokal, termasuk majalah,
radio dan televisi, bahkan melalui surat yang disampaikan secara langsung pada calon.
Keuntungan Sumber Eksternal :

Kesalahan dalam pengisian jabatan dihindari karena adanya peluang besar untuk
memperoleh calon potensial

Kualifikasi tenaga kerja dapat lebih terjamin

Adanya gagasan, ide dan nuansa yang baru

Transfer pegetahuan baru kepada karyawan lama

Transfer pegetahuan baru kepada karyawan lama
Kerugian Sumber Eksternal :

Proses memakan waktu yang lama

Membutuhkan biaya yang besar

Penyesuaian atau orientasi memerlukan waktu yang lama

Kemungkinan membawa perilaku lama yang kurang baik
2.1.4. Proses
Proses rekrutmen meliputi beberapa poin penting, menurut Simamora (1997:221):
1. Penyusunan strategi untuk merekrut
Di dalam penyusunan strategi ini, departemen sumber daya manusia bertanggung jawab
didalam menentukan kualifikasi-kualifikasi pekerjaan, bagaimana karyawan akan direkrut, di
mana dan kapan.
2. Pencarian pelamar-pelamar kerja
Setelah rencana dan strategi perekrutan disusun, aktivitas perekrutan sesungguhnya bisa
berlangsung, melalui sumber-sumber perekrutan yang ada. Banyak atau sedikitnya pelamar
dipengaruhi oleh usaha dari pihak perekrut di dalam menginformasikan lowongan, salah
satunya adanya ikatan kerjasama yang baik antara perusahaan dengan sumber-sumber
perekrutan eksternal seperti sekolah, universitas.
3. Penyisihan pelamar-pelamar yang tidak cocok / penyaringan
Setelah lamaran-lamaran diterima, haruslah disaring guna menyisihkan individu yang tidak
memenuhi syarat berdasarkan kualifikasi-kualifikasi pekerjaan. Di dalam proses ini
memerlukan perhatian besar khususnya untuk membendung diskualifikasi karena alasan
yang tidak tepat, sehingga di dalam proses ini dibutuhkan kecermatan dari pihak penyaring.
4. Pembuatan kumpulan pelamar
Kelompok pelamar (applicant pool) terdiri atas individu-individu yang telah sesuai dengan
kriteria yang telah ditetapkan oleh perekrut dan merupakan kandidat yang layak untuk posisi
yang dibutuhkan.
Kendala Rekruitmen
Kiranya perlu ditekankan terlebih dahulu bahwa dalam menjalankan tugasnya mencari
calon-calon pegawai, para pencari tenaga kerja suatu organisasi harus menyadari bahwa
menghadapi berbagai kendala. Kendala-kendala ini muncul dari organisasi yang
bersangkutan sendiri, kebiasaan mencari tenaga kerja sendiri, dan faktor-faktor eksternal
yang bersumber dari lingkungan dimana organisasi bergerak ( Siagian, 2006:104)
1. Faktor-Faktor Organisasional
Beberapa kebijaksanaan yang mungkin menjadi kendala dalam proses rekrutmen antara lain:

Kebijaksanaan promosi dari dalam. Dengan kebijaksanaan ini lowongan-lowomgan yang
ada diisi oleh para pekerja yang sudah menjadi karyawan organisasi, tentunya para pencari
tenaga tidak usah lagi mencari sumber-sumber tenaga diluar organisasi. Sehingga
kemungkinan memperoleh tenaga baru dengan pandangan baru, pendekatan baru, keahlian
dan keterampilan baru sangat terbatas.

Kebijaksanaan tentang imbalan. Dengan kebijaksanaan ini para pencari tenaga kerja baru
hanya dapat menawarkan tingkat penghasilan tertentu kepada para pelamar berdasarkan
kebijaksanaan yang berlaku bagi organisasi.

Kebijaksanaan tentang status kepegawaian. Maksud dari kebijaksanaan ini ialah
ketentuan tentang apakah para pegawai harus bekerja penuh bagi organisasi ataukah
dimungkinkan bekerja separuh waktu. Dengan kebijaksanaan seperti ini para pencari
tenaga kerja hanya mencari pelamar yang bersedia bekerja secara purna waktu bagi
organisasi yang akan memperkerjakannya.

Rencana sumber daya manusia. Rencana ini memberi petunjuk tentang lowongan yang
bagaimana sifatnya yang diisi dari dalam dan lowongan yang bagaimana akan diisi
melalui rekrutmen dari luar. Dengan rencana demikian akan membatasi langkah dan
tindakan para pencari tenaga kerja, mereka harus mematuhi apa yang telah ditetapkan
2. Kebiasaan pencari tenaga kerja
Para pencari tenaga kerja mungkin saja sudah mempunyai kebiasaan-kebiasaan tertentu. Segi
negatif dari kebiasaan, yang merupakan kendala dalam proses rekrutmen ialah
kecenderungan berbuat kesalahan yang sama terutama apabila kesalahan yang pernah dibuat
tidak mempunyai dampak negatif kuat bagi organisasi.
2.2.1.SELEKSI
Seleksi adalah kegiatan memilih para pelamar yang ada, untuk mendapatkan SDM
yang kompeten sesuai dengan kebutuhan perusahaan.
Kegiatan seleksi ini sangat penting
dalam
seleksi akan
berakibat fatal
karena apabila terjadi kesalahan prosedur
bagi
perusahaan
karena
sulit
dalam
mengembangkan SDM yang tidak kompeten.
Tujuan seleksi adalah untuk mendapatkan tenaga kerja yang paling tepat untuk
mengisi suatu jabatan tertentu yang kosong.
Proses seleksi tergantung dari 3 masukan penting, yaitu;
1) Informasi Analisis Jabatan Untuk memberikan deskripsi jabatan,
spesifikasi
jabatan
dan
standar-standar
prestasi
yang
disyaratkan setiap jabatan.
2) Perencanaan SDM Untuk memberikan input kepada manajer personalia bahwa
ada lowongan pekerjaan
3) Penarikan(Sumber
Tenaga
Kerja)
sekelompok orang yang akan dipilih.
Manajer
personalia
mendapatkan
2.2.2.TANTANGAN DALAM SELEKSI SDM
Tantangan Supply.
Apabila terjadi keterbatasan supply pelamar sesuai yang dibutuhkan, menyebabkan
organisasi tidak leluasa memilih calon karyawan terbaik. Keterbatasan supply dapat
diukur dengan rasio seleksi yaitu hubungan antara jumlah pelamar yang diterima dg
jumlah pelamar yang tersedia. Bila rasio seleksi kecil berarti rendahnya kualitas
SDM yg akan diterima.

Tantangan Ethic.
Keputusan seleksi sangat dipengaruhi oleh etika. Misalnya terjadi penerimaan
dengan family system, menerima suap, ini semua merupakan tantangan bagi
pengelola organisasi.

Tantangan Organizational.
Keterbatasan anggaran akan membatasi proses seleksi, disamping itu berbagai
strategi dan kebijakan organisasi juga membatasi seleksi. Misalnya: dalam proses
seleksi terjadi diskriminasi jenis kelamin, kebijakanorganisasi lebih memilih
karyawan laki-laki dari pada perempuan.
2.2.3.JENIS-JENIS TES PENERIMAAN PEMERIKSAAN REFERENSI
Untuk mengetahui apakah pelamar yang bersangkutan direkomendasikan oleh orang
lain atau ada yang membawa untuk dijadikan jaminan sepanjang sudah lulus dari
seleksi sebelumnya.
EVALUASI MEDIS
Yaitu pelamar diminta menyampaikan informasi tentang kesehatannya yang
diberikan oleh dokter baik dari perusahaan maupun dari luar perusahaan.
WAWANCARA ATASAN LANGSUNG
Yaitu atasan langsung bertanggungjawab atas karyawan yang akan diterima
sehingga diberi kewenangan dalam memberikan pertimbangan, terutama dalam hal
kecakapan teknis, potensi, dan kerjasama.
TES PSIKOLOGIS
Yaitu tes untuk mengukur atau menguji kepribadian, temperamen, bakat, minat,
kecerdasan, dan keinginan berprestasi.
TES PENGETAHUAN (KNOWLEDGE TEST)
Yaitu bentuk tes yang menguji pengetahuan yang dimiliki para pelamar sesuai
kebutuhan dalam pelaksanaan pekerjaan. Misal : Tes Pengetahuan Umum, Bahasa
Inggris, dan Tes Potensi Akademik.
TES KINERJA (PERFORMANCE TEST)
Yaitu mengukur kemampuan pelamar untuk melaksanakan pekerjaan yang akan
dipegang.
Misal : tes komputer bagi pranata komputer, tes menyetir bagi sopir, tes presentasi
bagi dosen dll.
TES WAWANCARA
Yaitu percakapan formal dan mendalam yang dilakukan untuk mengevaluasikan
kemampuan
seorang pelamar.
KEPUTUSAN PENERIMAAN
yaitu penetapan lulus tidaknya pelamar yang telah mengikuti seleksi untuk
diberitahukan secara umum.
2.3.1.PROGRAM OORIENTAS
Program orientasi yaitu memperkenalkan para karyawan baru dengan peranan dan
kedudukan mereka dengan organisasi dan dengan para karyawan lain. Jenis orientasi ada 2
bagian yaitu :
Formal
Dilakukan jika karyawan baru yang diterima banyak sehingga terdapat beberapa aspek yang
diberikan dalam orientasi antara lain masalah organisasi, perkenalan dengan pihak-pihak
yang mempunyai hubungan kerja, kompensasi maupun tugas jabatan.
Informal
Dilakukan jika jumlah karyawan yang diterima sedikit, sehingga dalam orientasi karyawan
baru tersebut diajak berkeliling lokasi pekerjaan dan dikenalkan kepada karyawan senior.
Orientasi biasanya diklasifikasikan menjadi 2, yaitu:
1.
Orientasi organisasi, adalah memberitahu karyawan mengenai tujuan, riwayat, filosofi,
prosedur dan pengaturan organisasi tersebut. Itu harus mencakup tunjangan kebijakan dan
tunjangan SDM yang relevan seperti jam kerja, prosedur penggajian tuntutan lembur dan
tunjangan.
2.
Orientasi unit kerja, adalah mengakrabkan karyawan itu dengan sasaran unit kerja
tersebut, memperjelas bagaimana pekerjaannya menyumbang pada sasaran unit itu dan
mencakup perkenalan dengan rekan-rekan kerja barunya.
2.3.2.TUJUAN
ORIENTASI
PEGAWAI
ATAU
KARYAWAN
Program Orientasi Karyawan Baru bertujuan untuk :
-Menyiapkan mental bagi karyawan baru dalam menghadapi peralihan suasana dari
lingkungan pendidikan ke dunia kerja yang nyata
-Menghilangkan hambatan psikologis dalam memasuki kelompok yang baru
-Mengenal secara singkat lingkungan pekerjaan yang baru
Tujuan orientasi menurut Moekijat (1991:94) adalah sebagai berikut :
· Memperkenalkan pegawai baru dengan perusahaan
· Menghindarkan adanya kekacauan yang mungkin disebabkan oleh seorang pekerja baru
ketika diserahi pekerjaan baru
· Memberi kesempatan pada pegawai untuk menanyakan masalah tentang pekerjaan mereka
yang baru
· Menghemat waktu dan tenaga pegawai dengan memeberitahukan kepada mereka ke mana
harus meminta keterangan atau bantuan dalam menyelesaikan masalah yang mungkin timbul
· Menerangkan peraturan dan ketentuan perusahaan sedemikian rupa sehingga pegawai baru
dapat menghindarkan rintangan atau tindakan hukuman yang akan terjadi karena
pelanggaran peraturan yang tidak mereka ketahui
· Memberikan pengertian kepada pegawai baru bahwa mereka adalah bagian yang penting di
dalam sebuah organisasi.
2.3.3.MANFAAT ORIENTASI
1.
Mengurangi perasaan diasingkan, kecemasan, dan kebimbangan pegawai.
2.
Dalam waktu yang singkat dapat merasa menjadi bagian dari organisasi.
3.
Hasil lain untuk pegawai yang baru diorientasikan adalah
a)
Cukup baik
b)
Tingkat ketergantungannya kecil
c)
Kecenderungan untuk keluar juga kecil
d)
Selanjutnya, program orientasi juga akan mempercepat proses sosialisasi
2.3.4.KEUNTUNGAN DAN KELEMAHAN ORIENTASI SECARA UMUM
1) KEUNTUNGAN ORIENTASI
Usaha-usaha orientasi yang efektif juga berkontribusi terhadap keberhasilan jangka pendek
dan jangka panjang. Praktik SDM sebagai berikut mengandung saran-saran mengenai
bagaimana membuat orientasi karyawan lebih efektif. Beberapa studi penelitian dan survei
atas pemberi kerja melaporkan bahwa sosialisasi dari karyawan-karyawan baru dan
komitmen awal merka pada perusahaan secara positif dipengaruhi oleh orientasi. Sosialisasi
ini meningkatkan “kecocokan antara orang-organisasi”, yang juga menguatkan pandanganpandangan positif terhadap pekerjaan, rekan kerja, dan organisasi, para pemberi kerja telah
menemukan nilai dari orientasi bahwa tingkat retensi karyawan akan lebih tinggi jika
karyawan-karyawan baru menerima orientasi yang efektif. Bentuk pelatihan ini juga
berkontribusi pada kinerja organisasional secara keseluruhan ketika para karyawan lebih
cepat merasa sebagai bagian dari organisasi dan dapat mulai berkontribusi dalam usahausahakerjaorganisasional.
Satu cara untuk mengembangkan efisiensi dari orientasi adalah melalui penggunaan orientasi
elektronik. Sejumlah pemberi kerja menempatkan informasi orientasi karyawan umum pada
intranet atau situs Web perusahaan. Para karyawan baru dapat masuk ke dalam sistem dan
mendapatkan banyak materi umum mengenai sejarah perusahaan, struktur, produk dan jasa,
pernyataan misi, dan informasi latar belakang lainnya, dan tidak harus duduk di ruang kelas
dimana informasi tersebut disampaikan secara pribadi atau dengan video. Kemudian,
pertanyaan dan soal yang lebih spesifik dapat ditangani oleh staf SDM dan lainnya setelah
para karyawan meninjau informasi-informasi berbasis Web tersebut. Sayangnya banyak sesi
orientasi karyawan baru dirasakan sebagai hal yang membosankan, tidak relevan, dan
pemborosan waktu oleh karyawan, supervisor, dan manajer departemen mereka.
2.KELEMAHAN ORIENTASI
Kelemahan umum dari program orientasi adalah pada level supervisor. Walaupun bagian
kepegawaian telah merancang program orientasi secara efeketif dan juga melatih para
supervisor tentang cara bagaimana melakukan orientasi pada bidangnya, namun seringkali
mengalami kegagalan.
Untuk dapat menghindarkan kesalahan umum yang dilakukan oleh para supervisor,
sebaiknya bagian kepegawaian menyediakan satu pedoman yang berisikan tentang apa-apa
yang seharusnya dilakukan oleh supervisor dalam program orientasi tersebut. Cara lain yang
dapat dilakukan adalah buddy system. Yaitu dengan menetapkan satu orang pekerja yang
telah berpengalaman dan meminta kepadanya mengajak pegawai baru tersebut.
HAL-HAL YANG DIPERHATIKAN DAN HAL-HAL YANG DIHINDARI DALAM
ORIENTASI
-Orientasi haruslah bermula dengan jenis informasi yang relevan dan segera untuk
dilanjutkan dengan kebijakan-kebijakan yang lebih umum tentang organisasi. Orientasi
haruslah berlangsung dalam kecepatan yang membuat karyawan baru tetap merasa nyaman.
-Bagian paling signifikan adalah sisi manusianya, memberikan pengetahuan kepada
karyawan baru tentang seperti apa para penyelia dan rekan kerjanya, berapa lama waktu
yang dibutuhkan untuk mencapai standar kerja yang efektif, dan mendorong mereka mencari
bantuan dan saran ketika dibutuhkan
-Karyawan-karyawan baru sepatutnya didorong dan diarahkan dalam lingkungannya oleh
karyawan atau penyelia yang berpengalaman sehingga dapat menjawab semua pertanyaan
dan dapat segera dihubungi selama periode induksi
-Karyawan baru hendaknya secara perlahan diperkenalkan dengan rekan kerja mereka
-Karyawan baru hendaknya diberikan waktu yang cukup untuk mandiri sebelum tuntutan
pekerjaan mereka meningkat.
2.3.5.TAHAP ORIENTASI
A.
BEBERAPA TAHAP ORIENTASI YANG PENTING DILAKUKAN
1.
Perkenalan
Memperkenalkan pegawai baru, mulai dari unit kerjanya sendiri sampai unit kerja besarnya
dan sampai unit-unit kerja terkait lainnya, akan memberikan ketenangan dan kenyamanan si
pegawai, karena dia merasa diterima di lingkungannya dan hal tersebut akan mempermudah
dia untuk bertanya jika ada hal-hal yang kurang jelas, bahkan dapat membina kerja sama
dengan yang lain dalam rangka menjalankan tugasnya.
2.
Penjelasan Tujuan Perusahaan
Dengan menjelaskan profil perusahaan secara lengkap seperti visi, misi, nilai-nilai, budaya
perusahaan dan struktur organisasi, akan membuat pegawai baru lebih mengenal perusahaan
tersebut, sehingga akan membangkitkan motivasi dan kemampuan dia untuk mendukung
tujuan perusahaan.
3.
Sosialisasi Kebijakan
Perlu adanya sosialisasi tentang kebijakan perusahaan yang berlaku, mulai dari kebijakan
baik yang terkait dengan Sumber Daya Manusia seperti Reward, Career, Training, Hubungan
Kepegawaian, Penilaian Pegawai, sampai Termination, juga yang terkait dengan unit kerja
tempat dia bekerja, demikian juga tentang kode etik dan peraturan perusahaan. Dengan
demikian akan memperjelas hal-hal yang perlu ditaati dan dijalankan dalam memperlancar
tugas kerjanya.
4.
Jalur Komunikasi
Membuka jalur komunikasi akan mempermudah pegawai baru menyampaikan aspirasinya
maupun pertanyaan-pertanyaannya. Untuk itu perlu dibukanya ruang komunikasi bagi
pegawai baru, baik melalui komunikasi rutin melalui tatap muka seperti meeting rutin, friday
session dll, juga dibukanya jalur media komunikasi seperti email maupun telephone.
5.
Proses Monitoring
Tentunya pada awal bekerja, si pegawai baru sudah disosialisasikan target kerja yang harus
dicapai. Perlu adanya monitor rutin akan hasil kerjanya, sehingga akan membantu pegawai
tersebut lebih lagi meningkatkan kinerjanya. Jika ada kekurangan, maka dapat disampaikan
hal-hal yang perlu dia lakukan untuk mengatasi kekurangan tersebut. Demikian juga jika
ternyata pegawai tersebut berhasil mencapai target yang lebih, maka dapat ditingkatkan lagi
target kerjanya.
Dengan adanya orientasi pegawai baru tersebut diharapkan dapat membantu pegawai dapat
bekerja dengan baik, yang dapat meningkatkan produktivitas kerjanya, yang pada akhirnya
akan mendukung pencapaian tujuan perusahaan.
2.4.1.Produktivitas
Produktivitas, daya produksi, atau keproduktifan merupakan istilah dalam kegiatan produksi
sebagai perbandingan antara luaran (output) dengan masukan (input). Menurut Herjanto,
produktivitas merupakan suatu ukuran yang menyatakan bagaimana baiknya sumber daya
diatur dan dimanfaatkan untuk mencapai hasil yang optimal. Produktivitas dapat digunakan
sebagai tolok ukur keberhasilan suatu industri atau UKM dalam menghasilkan barang atau
jasa. Sehingga semakin tinggi perbandingannya, berarti semakin tinggi produk yang
dihasilkan. Ukuran-ukuran produktivitas bisa bervariasi, tergantung pada aspek-aspek output
atau input yang digunakan sebagai agregat dasar, misalnya: indeks produktivitas buruh,
produktivitas biaya langsung, produktivitas biaya total, produktivitas energi, produktivitas
bahan mentah, dan lain-lain.
Siklus produktivitas merupakan salah satu konsep produktivitas yang membahas upaya
peningkatan produktivitas terus-menerus. Ada empat tahap sebagai satu siklus yang saling
terhubung dan tidak terputus:
1. Pengukuran
2. Evaluasi
3. Perencanaan
4. Peningkatan
Produktivitas yang diperhitungkan hanya produk bagus yang dihasilkan saja, jika suatu work
center banyak mengeluarkan barang cacat dapat dikatakan work center tersebut tidak
produktif. Keempat kegiatan tersebut sudah menjadi dasar industri dalam melakukan
peningkatan produktivitas. Siklus produktivitas digunakan sebagai dasar perbaikan masalah
produksi terutama pada skala industri. Beberapa permasalahan yang menyebabkan
penurunan produktivitas perusahaan adalah:
1. Tidak ada evaluasi produktivitas
2. Keterlambatan pengambilan keputusan oleh manajemen
3. Motivasi rendah dalam pekerjaan.
4. Perusahaan tidak mampu berkompetisi dan beradaptasi pada kemajuan teknologi dan
informasi.
Upaya peningkatan produktivitas membutuhkan beberapa indikator sebagai evaluasi. Salah
satu diantaranya adalah metode Overall Equipment Effectiveness. Sementara identifikasi
permasalahan dapat dilakukan dengan pendekatan lean production.
2.4.2.Faktor-faktor yang mempengaruhi Produktivitas
Berikut ini adalah beberapa faktor yang mempengaruhi produktivitas sebuah organisasi.
1. Faktor Produksi
Faktor Produksi adalah faktor yang meliputi perencanaan, pengkordinasian dan pengendalian
produksi, penggunaan bahan baku yang berkualitas baik serta penyederhanaan dan
standarisasi proses produksi. Jika semua faktor produksi dapat berjalan dengan baik maka
akan meningkatkan produktivitas.
2. Faktor Organisasi
Faktor Organisasi adalah faktor berkaitan dengan jenis organisasi yang digunakan,
pendefinisian dengan jelas otoritas dan tanggung jawab setiap individu dan departemen serta
pembagian kerja dan spesialitas terhadap pekerjaan yang dilakukan.
3. Faktor Personil
Faktor Personil merupakan faktor yang secara langsung mempengaruhi Produktivitas sebuah
organisasi. Individu atau tenaga kerja yang tepat harus ditempatkan di posisi yang tepat pula.
Tenaga kerja yang lulus seleksi harus diberi pelatihan dan pengembangan yang tepat serta
memberikan kondisi dan lingkungan kerja yang baik. Individu yang telah menjadi karyawan
ini harus termotivasi dengan baik, baik secara finansial maupun motivasi non-finansial.
Keamanan pekerjaan, kesempatan memberikan saran atau pendapat dan kesempatan un
kotuk dipromosi juga secara langsung mempengaruhi produktivitas kerja suatu organisasi.
4. Faktor Finansial (Keuangan)
Keuangan merupakan darah dari sebuah bisnis, oleh karena itu harus terdapat perencanaan
dan pengendalian keuangan yang baik terhadap keuangan atau modal kerja. Penggunaan
modal atau pemborosan keuangan harus dihindari. Manajemen harus memperhitungkan
dengan baik pengembalian atas modal yang mereka investasikan. Keuangan yang yang
dikelola dengan baik akan meningkatkan produktivitas suatu perusahaan atau organisasi.
5. Faktor Manajemen
Suatu manajemen yang bersifat ilmiah, profesional, berorientasi masa depan, tulus dan
kompeten akan secara positif mempengaruhi produktivitas organisasinya. Manajemen yang
dapat mengoptimalkan penggunaan sumber daya yang tersedia untuk mendapatkan hasil yang
maksimal dengan biaya terendah, menggunakan teknik produksi terbaru, memberikan
lingkungan kerja yang baik dan selalu memotivasi karyawannya akan secara signifikan
meningkatkan produktivitas organisasinya.
6.Faktor Pemerintah
Peraturan dan Kebijakan pemerintah seperti peraturan ketenagakerjaan, kebijakan fiskal
yang meliputi suku bunga dan perpajakan akan sangat berpengaruh pada produktivitas suatu
organisasi. Manajemen organisasi yang memiliki pengetahuan tentang peraturan dan
kebijakan pemerintah serta menjaga hubungan yang baik dengan pemerintah akan dapat
meningkatkan produktivitas organisasinya.
7. Faktor Lokasi
Produktivitas kerja suatu organisasi juga sangat tergantung pada lokasi dimana organisasi
tersebut berada. Faktor lokasi tersebut diantaranya seperti fasilitas infrastruktur, kedekatan
dengan pasar, kedekatan dengan sumber bahan baku, tenaga kerja yang terampil dan lainlainnya.
Peningkatan produktivitas merupakan masalah sistem dalam arti tertentu, karena ada banyak
segi dari pekerjaan dan kegiatan perusahaan yang mempunyai dampak terhadap peningkatan
produktivitas tenaga kerja. Bidang kerja yang dapat meningkatkan produktivitas di samping
perlunya pembenahan kembali beberapa bagian organisasi dan fungsi staff untuk menunjang
peningkatan produktivitas semaksimal mungkin.
Produktivitas menurut Nasution (2002 : 203) menjelaskan bahwa: "Produktivitas merupakan
rasio antara hasil kegiatan (output) dan segala pengorbanan (biaya) untuk mewujudkan hasil
(input). Dimana peningkatan produktivitas akan meningkatkan pendapatan karyawan yang
akan menambah daya beli masyarakat".
Reader, Heizer (2002 : 14) menjelaskan bahwa: "Produktivitas adalah perbandingan yang
naik antara jumlah sumber daya yang dipakai (input) dengan jumlah barang dan jasa yang
dihasilkan"
Herjanto (1999 : 11) menjelaskan bahwa : "Produktivitas merupakan ukuran bagaimana
baiknya suatu sumber daya diatur dan dimanfaatkan untuk mencapai hasil yang diinginkan".
Produktivitas menurut Dewan Produktivitas Nasional mempunyai pengertian sebagai sikap
mental yang selalu berpandangan bahwa mutu kehidupan hari ini harus lebih baik dari hari
kemarin dan hari esok harus lebih baik dari hari ini. Memahami konsep dan teori
produktivitas secara baik dapat dilakukan dengan cara membedakannya dari efektivitas dan
efisiensi. Efektivitas dapat didefinisikan sebagai tingkat ketepatan dalam memilih atau
menggunakan suatu metode untuk melakukan sesuatu (efektif = do right tings). Efisiensi
dapat diartikan sebagai tingkat ketepatan dan berbagai kemudahan dalam melakukan sesuatu
(efisiensi = do things right). Produktivitas memiliki dua dimensi, dimensi pertama adalah
efektivitas yang mengarah kepada pencapaian unjuk kerja yang maksimal yaitu pencapaian
target yang berkaitan dengan kualitas, kuantitas, dan waktu, dan yang kedua yaitu efisiensi
yang berkaitan dengan upaya membandingkan input dengan realisasi penggunaannya atau
bagaimana pekerjaan tersebut dilaksanakan (Umar, 2004)
Nasution (1994 : 70) menurutnya, “dengan adanya peningkatan keahlian, pengetahuan, dan
wawasan, sikap karyawan pada tugas-tugasnya dengan pengetahuan
yang di dapat dalam pendidikan dan pelatihan akan merubah tingkah laku, guna
mendapatkan produktivitas yang tinggi” Melalui pelatihan dan pengembangan, karyawan
dapat terbantu mengerjakan dan menyelesaikan pekerjaan yang ada, dapat meningkatkan
keseluruhan karier karyawan dan dapat membantu mengembangkan tanggung jawabnya
pada saat ini maupun di masa mendatang. Sehingga ada beberapa alasan mengapa pelatihan
dan pengembangan harus dilakukan atau menjadi bagian yang sangat penting dari kegiatan
manajemen sumber daya manusia.
Hasibuan (2000 : 77) “dengan pelatihan dan pengembangan, maka produktivitas karyawan,
yakni pelaksanaan program pelatihan dan pengembangan membentuk dan meningkatkan
kemampuan dan pengetahuan karyawan, sehingga diharapkan dengan semakin sering
program pelatihan dan pengembangan dilaksanakan semakin tinggi pula tingkat
produktivitasnya.
BAB III
PELATIHAN DAN PENGEMBANGAN KARIER
3.1 Pelatihan
a. Pengertian Pelatihan
Pelatihan merupakan suatu perbaikan kinerja dan meningkatkan motivasi kerja para
karyawan yang dibebankan padanya, sehingga karyawan mengalami kemajuan dalam hal
pengetahuan, keterampilan dan keahliannya sesuai dengan bidang pekerjaannya.
Pelatihan juga sering dipasangkan dengan pendidikan. Namun sebagai perbandingan,
berikut disajikan pengertian pelatihan yang dikemukakan beberapa ahli yaitu sebagai
berikut ;
1) Menurut Gary Dessler yang diterjemahkan oleh Benyamin (1997:263) “Pelatihan
adalah proses mengajarkan karyawan baru yang ada sekarang, keterampilan dasar
yang mereka butuhkan untuk menjalankan pekerjaan mereka”.
2) Menurut Barry Chusway (2002:114) yaitu : “Pelatihan adalah proses mengajarkan
keahlian dan memberikan pengetahuan yang perlu, serta sikap supaya mereka dapat
melaksanakan tanggungjawabnya dengan standar”.
3) Menurut Haris (2000:342) mengemukakan pendapatnya bahwa : “Ada alasan tentang
pokok mengapa pelatihan dan pengembangan dirasakan semakin penting
dilaksanakan oleh setiap organisasi. Alas an karena pelatihan adalah proses belajar
yang ditimbulkan oleh reaksi tingkah laku seorang karyawan dalam hubungan
dengan organisasi dan untuk mengurangi tingkat biaya”.
4) Menurut Mathis (2002:5) mengemukakan bahwa : “Pelatihan adalah suatu proses
dimana orang-orang mencapai kemampuan tertentu untuk membantu mencapai
tujuan organisasi. Oleh karena itu, proses ini terikat dengan berbagai tujuan
organisasi, pelatihan dapat dipandang secara sempit ataupun luas”.
5) Menurut Andrew F. Sikula yang dikutip oleh Mangkunegara (2000:43) mengatakan
:“Training is a short term educational process utilizing systematic and organized
prodecure by wich non managerial personel learn technical knowledge and skills for
a definite pyrpose”. (Latihan adalah suatu proses pendidikan jangka pendek dengan
menggunakan prosedur yang sistematis dan terorganisir, sehingga karyawan
operasional belajar pengetahuan teknik pengerjaan dan keahlian untuk tujuan
tertentu).
6) Menurut Amstrong (2000:198) mengemukakan pendapatnya bahwa “Pelatihan
adalah konsep terencana yang terintegrasi, yang cermat, yang dirancang untuk
menghasilkan pemahaman yang diperlukan untuk meningkatkan kinerja pekerja”.
7) Menurut Sulistiyani dan Rosidah (2003:175) “Pelatihan adalah proses sistematis
pengubahan perilaku para karyawan dalam suatu arah guna meningkatkan tujuantujuan organisasional”.
Dari kajian beberapa pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa pelatih adalah suatu
pendidikan jangka pendek untuk mengajarkan ilmu pengetahuan keahlian dan keterampilan
yang dibutuhkan untuk melaksanakan tugas dan kewajibannya, sehingga karyawan
memberikan kontribusi terhadap instansi melalui kemampuan keterampilan yang telah
didapatnya diaplikasikan dalam pekerjaannya serta terus-menerus untuk meningkatkan
kualitas kerjanya.
b. Prinsip-prinsip dan indikator pelatihan.
Sebagai upaya yang akan dilakukan, maka pelatihan memiliki beberapa prinsip yang
dijadikan sebagai pedoman dalam melaksanakan pelatihan. Prinsip-prinsip dimaksud
antara lain : (a) Partisipasi, (b) Pendalaman, (c) Relevansi, (c) Pengalihan, (d) Umpan
balik, (e) Suasana nyaman dan (f) Memiliki kriteria
Sedangkan Indikator-indikator pelatihan sumber daya manusia yang diterapkan
menurut (Hasibuan 2012:68) antara lain sebagaimana berikut:
1) Prestasi kerja karyawan, apabila prestasi kerja atau produktifitas kerja karyawan
setelah mengikuti pelatihan, baik kualitas maupun kuantitas kerjanya meningkat
maka berarti pelatihan yang dilakukan cukup baik, tetapi jika prestasi kerjanya tetap,
maka pelatihan yang dilakukan kurang baik dan perlu adanya perbaikan1
2) Kedisiplinan karyawan, jika kedisiplinan karyawan setelah mengikuti pengembangan
dan pelatihan semakin baik, maka pelatihan yang dilakukan tersebut sudah baik, akan
tetapi jika kedisiplinan tidak meningkat berarti pelatihan yang dilakukan kurang baik
3) Absensi karyawan, kalau absensi karyawan setelah mengikuti pelatihan meningkat
maka pelatihan yang dilakukan tersebut sudah baik, sebaliknya apabila pelatihan
yang diterapkan kurang baik
4) Kalau tingkat kerusakan produksi, alat mesin, setelah karyawan mengikuti pelatihan
berkurang maka pelatihan yang dilakukan tersebut sudah baik, sebaliknya jika tetap
maka maka pengembangan dan pelatihan kirang baik
5) Tingkat kecelakaan karyawan harus berkurang setelah mereka mengikuti program
pelatihan, jika tidak berkurang berarti pelatihan yang dilakukan perlu disempurnakan
lagi
6) Tingkat pemborosan bahan baku, tenaga, dan waktu, berkurang atau efisiensi
semakin baik maka pelatihan yang dilakukan sudah baik, sebaliknya jika tetap berarti
pelatihan yang dilakukan itu kurang baik
7) Tingkat kerjasama karyawan harus semakin serasi, harmonis, dan baik setelah
mereka mengikuti pelatihan, jika tidak ada perbaikan kerja sama maka pelatihan yang
dilakukan itu kurang baik
8) Tingkat upah insentif karyawan meningkat setelah mengikuti pelatihan maka
pelatihan yang dilakukan itu baik, sebaliknya jika tetap maka pelatihan itu kurang
baik
9) Prakarsa karyawan harus meningkat setelah mengikuti pelatihan, jika tidak
meningkat atau tetap berarti pelatihan kurang baik. Dalam hal ini karyawan
diharapkan dapat bekerja mandiri serta bisa mengembangkan kreatifitasnya
10) Kepemimpinan atau keputusan- keputusan yang ditetapkan oleh manajer setelah dia
mengikuti pelatihan harus semakin baik, kerjasama semakin serasi, sasaran yang
dicapai semakin besar, ketegangan- ketegangan berkurang serta kepuasan kerja
karyawan meningkat, kalau hal di atas tercapai maka pelatihan yang dilakukan baik,
sebaliknya jika hal diatas tidak tercapai berarti pelatihan yang dilakukan kurang baik.
c. Teknik-teknik pelatihan
Setiap program pelatihan harus dirancang sedemikian rupa untuk meningkatkan
perestasi kerja, mengurangi absensi dan perputaran, serta memperbaiki kepuasan kerja. Ada
dua kategori pokok program pelatihan manajemen yaitu :
(1) Metode praktis (on the job training) dan
(2) Teknik-teknik presentasi informasi dan metode-metode simulasi (off the job training).
Masing-masing kategori memiliki sasaran pengajaran, sikap, konsep atau
pengetahuan
dan/atau keterampilan yang berbeda antara satu dengan lainnya.
Dalampemilihan teknik yang akan digunakan pada program pelatihan tersedia beberapa trade
offs.Artinya, tidak satupun teknik yang selalu baik: dan selalu tergantung pada sejauh mana
suatu teknik memenuhi faktor-faktor berikut:
(a) Efektivitas biaya.
(b) Isi program yang dikehendaki,
(c) Kelayakan fasilitas-fasilitas,
(d) Preferensi dan kemampuan peserta,
(e) Preferensi dan kemampuan instruktur atau pelatih, dan
(f) Prinsip-prinsip belajar
Metode latihan yang paling banyak digunakan adalah teknik-teknik on the job.
Karyawan dilatih tentang pekerjaan baru dengan sepervise langsung oleh seorang pelatih
yang berpengalaman baik karyawan lain maupun karyawan dari dalam sendiri. Dari berbagai
macam teknik ini yang dapat digunakan dalam praktek adalah : Rotasi jabatan, Latihan
instruksi pekerjaan, Magang (apprenticeships), Coaching, dan Penugasan sementara.Melalui
pendekatan teknik off the job, para peserta latihan akan menerima representasi tiruan
(articial) suatu aspek organisasi yang diminta untuk menanggapinya seperti dalam keadaan
sebenarnya. Tujuan utama teknik presentrasi (penyajian) informasi adalah untuk
mengajarkan berbagai sikap, konsep atau keterampilan kepada para peserta. Metode yang
bisa digunakan adalah : Kuliah, Studi kasus, Studi sendiri, Program computer, Konferensi,
dan Presentasi Implementasi program pelatihan berfungsi sebagai proses transformasi. Para
tenaga kerja (karyawan) yang tidak terlatih diubah menjadi karyawan-karyawan yang yang
terlatih, berkemampuan, dan berkulitas dalam bekerja, sehingga dapat diberikan
tanggungjawab lebih besar.
d. Tujuan pelatihan
Pelatihan Sumber Daya Manusia adalah hal yang sangat penting untuk diperhatikan
dalam manajemen sebuah organisasi, baik berupa institusi, perusahaan, maupun lembaga
atau perguruan (sekolah). Kegiatan pelatihan sumber daya manusia memiliki tujuan yang
direalisasikan dalam rangkaian kegiatan terencana, terstruktur dan sistematis. Tujuan serta
manfaat pelatihan ini berguna untuk meningkatkan keahlian/skill karyawan yang berkaitan
dengan pekerjaan agar kualitas performa mereka meningkat sehingga memberikan manfaat
bagi kemajuan perusahaan atau institusi. Selain itu juga agar mereka memiliki kompetensi
yang memadai dalam menghadapi situasi-situasi tertentu yang bisa terjadi dalam dunia
kerja.Program pelatihan sumber daya manusia termasuk proses pendidikan karyawan dengan
prosedur yang terstandarisasi dan sistematis sehingga membawa manfaat dan nilai tambah
bagi organisasi/lembaga/perusahaan/ sekolah/perguruan, disamping karyawan. Bahkan lebih
spesifik lagi, program pelatihan sumber daya manusia memiliki tujuan untuk meningkatkan
keahlian, ketrampilan atau skill untuk jangka panjang pada masa depan. Sebagaimana
dikemukakan terdahulu bahwa implementasi program pelatihan berfungsi sebagai proses
transformasi. Para tenaga kerja (karyawan) yang tidak terlatih diubah menjadi karyawankaryawan yang berkemampuan dan berkulitas dalam bekerja, sehingga dapat diberikan
tanggungjawab lebih besar. Oleh karenanya tujuan pelatihan dimaksud dapat
dikemukakan, yaitu sebagai berikut :
1) Untuk meningkatkan keterampilan para karyawan sesuai dengan perubahan teknologi.
2) Untuk meningkatkan produktivitas kerja organisasi.
3) Untuk mengurangi waktu belajar bagi karyawan baru agar menjadi kompeten.
4) Untuk membantu masalah operasional.
5) Memberi wawasan kepada para karyawan untuk lebih mengenal organisasinya.
6) Meningkatkan kemampuan peserta latihan mengerjakan tugasnya yang sekarang.
7) Kemampuan menumbuhkan sikap empati dan melihat sesuatu dari “kacamata” orang lain.
8) Meningkatkan kemampuan menginterpretasikan data dan daya nalar para karyawan.
9) Meningkatkan kemampuan dan keterampilan para karyawan dalam menganalisis suatu
permasalahan serta pengambilan keputusan.
Tujuan pelatihan menurut Mangkunegara (2006 : 52) antara lain :
1. Meningkatkan penghayatan jiwa dan ideology
2. Meningkatkan produktivitas kerja
3. Meningkatkan kualitas kerja
4. Meningkatkan perencanaan sumber daya manusia
5. Meningkatkan sikap moral dan semangat kerja
6. Meningkatkan rangsangan agar karyawan mampu berprestasi secara maksimal.
7. Meningkatkan kesehatan dan keselamatan.
8. Menghindarkan keseragaman
9. Meningkatkan perkembangan pribadi karyawan.
Rivai (2004 : 5) menyatakan bahwa, “Pelatihan adalah proses secara sistematis
mengubah tingkah laku karyawan untuk mencapai tujuan organisasi. Pelatihan berkaitan
dengan keahlian dan kemampuan karyawan untuk melaksanakan pekerjaan saat ini.
Pelatihan memiliki orientasi saat ini dan membantu karyawan untuk mencapai keahlian dan
kemampuan tertentu agar berhasil dalam melaksanakan pekerjaannya. Sedangkan
pengembangan adalah suatu proses bagaimana manajemen mendapatkan pengalaman,
keahlian dan sikap untuk menjadi atau meraih sukses sebagai pemimpin dalam organisasi
mereka. Karena itu, kegiatan pengembangan ditujukan membantu karyawan untuk dapat
menangani jawabannya di masa mendatang, dengan memperhatikan tugas dan kewajiban
yang dihadapi sekarang”.
3.2 Pengembangan
a.Pengertian pengembangan
Mathis R. Jackson (2002 : 44) pengembangan adalah pertumbuhan kemampuan yang terjadi
jauh melampaui apa-apa yang dituntut dalam suatu pekerjaan. Hal ini mewakili usaha-usaha
untuk meningkatkan kemampuan karyawan untuk menangani berbagai jenis penugasan.
Pengembangan ini dilakukan untuk menambah pengetahuan dan keahlian ataupun
keterampilan mereka sehingga dapat menunjang adanya kesempatan dalam promosi
karyawan. Setiap pimpinan/atasan perusahaan perlu melakukan pengembangan sumber daya
manusia, sebab melalui pengembangan ini perusahaan akan mempunyai tenaga kerja yang
terampil dan cakap, dengan demikian tujuan perusahaan dapat terealisasikan dengan baik.
Menurut Rivai (2000 : 290) pengembangan adalah proses peningkatan kemampuan kerja
individual yang tercapai dalam rangka mencapai karir yang diinginkan.
Menurut Hasibuan (2007 : 69) Perkembangan adalah suatu usaha untuk meningkatkan
kemampuan teknis, teoritis, konseptual, dan moral karyawan sesuai dengan kebutuhan
pekerjaan/ jabatan melalui pendidikan dan pelatihan. Menurut Mangkunegara (2008 :
Pengembangan merupakan suatu proses pendidikan jangka panjang yang mempergunakan
prosedur sistematis dan terorganisasi dimana karyawan managerial mempengaruhi
pengetahuan konseptual dan teoritis guna mencapai tujuan yang umum.
b.Tujuan pengembangan sumber daya manusia hakikatnya menyangkut hal-hal
berikut :
a) Produktivitas Kerja
b) Efisiensi
c) Karir
d) Kepemimpinan
e) Balas Jasa
Mangkunegara (2006 : 45-46) faktor-faktor pengembangan karyawan adalah sebagai berikut:
a. Perbedaan individu karyawan.
b. Hubungan dengan jabatan analisis.
c. Motivasi
d. Partisipasi aktif
e. Seleksi peserta penataran
f. Metode latihan dan pengembangan
Handoko (2000 : 104) menyatakan pendidikan dan latihan mempunyai ruang lingkup yang
lebih luas untuk memperbaiki dan meningkatkan pengetahuan, kemampuan, sikap dan sifat–
sifat kepribadian.
Hasibuan (2005 : 69) memberikan batasan sebagai berikut : pendidikan dan latihan adalah
suatu usaha untuk meningkatkan kemampuan teknis, teoritis, konseptual dan moral
karyawan sesuai dengan kebutuhan pekerjaan / jabatan melalui pendidikan dan latihan.
Hasibuan (2005 : 77), Metode-metode pengembangan diri terdiri dari :
1. Metode latihan (training method)
2. Metode pendidikan (education method)
Heidjarchman R. dan S. Husnan (1984 : 77-78) Arti dari pengembangan karyawan sering
diartikan dengan usaha-usaha untuk meningkatkan keterampilan maupun pengetahuan umum
bagi karyawan agar pelaksanaan pencapaian tujuan lebih efisien. Dalam pengertian ini maka
istilah pengembangan akan mencakup pengertian latihan dan pendidikan yaitu sebagai
sarana peningkatan keterampilan dan pengetahuan umum bagi karyawan.
Hubungan Pengembangan Sumber Daya Manusia dengan Produktivitas Kerja.
Setelah melihat pengertian yang luas dari penjelasan yang lebih mendetail mengenai
pengertian pengembangan sumber daya manusia dan produktivitas maka dapat dilihat
hubungan antara keduanya. Adapun hubungan antara pengembangan sumber daya manusia
dengan produktivitas kerja dapat dilihat dari hasil produksinya. Keberhasilan suatu
perusahaan tergantung pada sumber daya pada produktivitas kerja, untuk itu perlu diadakan
pengembangan sumber daya manusia. Untuk mengembangkan karyawan itu sendiri, dimana
perlu menciptakan sikap dan mental yang cocok untuk menghadapi hidup semakin bervariasi
dan meningkat.
BAB IV
PRESTASI KERJA DAN KOMPENSASI
4.1 Prestasi Kerja
4.1.1 Pengertian Prestasi Kerja
Prestasi kerja adalah hasil yang dicapai atau yang diinginkan oleh semua orang dalam
bekerja. Prestasi kerja untuk tiap-tiap orang tidaklah sama ukuranya karena manusia itu satu
sama lain berbeda. Perbedaan ini terletak pada diri maupun luar individu.
Beberapa pendapat tentang Definisi prestasi kerja Menurut Para Ahli adalah:
Pendapat dari Drs. Supardi: (Supardi, Manajemen Personalia, Edisi 1, BPFE
Yogyakarta,1989, hal 63)
Prestasi kerja adalah kegiatan dan hasil kerja yang dicapai atau ditunjukan oleh seseorang
didalampelaksanaan tugas pekerjaan. Dapat dikatakan pula bahwa perestasi kerja merupakan
perwujudan atau penampilan dalam melaksanakan pekerjaan
Pendapat dari T. Hani Handoko: (T Hani Handoko, Manajemen Personalia dan Sumber Daya
Manusia, Edisi kedua. BPFE, UGM. Yogyakarta, 1997)
Prestasi kerja adalah proses melalui mana organisasi-organisasi mengevaluasi dan menilai
prestasi kerja karyawan.
Dari pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa penilaian prestasi kerja merupakan proses
melalui mana organisasi mengevaluasi dan menilai prestasi kerja karyawan..
4.1.2 Pengukuran Prestasi Kerja Karyawan
Pengukuran prestasi kerja karyawan dapat dilihat dari beberapa factor: (Heidjracman dan
Suad Husnan. Personalia, BPFE, Yogyakarta, 1990, hal 148)

Kualitas Kerja
Kulitas kerja meliputi ketepatan, ketelitian, ketrampilan, dan keberhasilan karyawan dalam
melaksanakan pekerjaanya.

Kuantitas Kerja
Merupakan jumlah autput produk-produk yang dihasilakan dan ketepatan dalam
melaksanakan pekerjaan.

Keandalan
Keandalan yaitu kemampuan karyawan dalam melaksanakan instuksi atau perintah,
berinisiatif sikap kehati-hatian dan kerajinan

Sikap karyawan terhadap perusahaan, karyawan lain dan pekerjaan serta kerja sama
4.1.3 Teknik Penilaian Prestasi Kerja
Penilaian prestasi kerja berdasarkan sistematis adalah sebagai berikut:
1.
Penilaian Sistematis Oleh Atasan
Penilaian sistematis banyak memberikan manfaat bagiperusahaan.pertama adalah
memberikan informasi dalam keputusan yang menyangkut masalah-masalah seperti
promosi, kenaikan gaji. Manfaat kedua adalah dapat dipergunakan untuk mendoromg dan
memimpin pengembangan karyawan.
2.
System-Sistem Penilaian Prestasi Kerja Kelompok
Pengukuran prestasi kerja karyawan kelompok mempunyai dasar yang sama dengan system
penilaian jabatan. Penilaian ini mempunyai tujuan untuk menentukan baik tidaknya
karyawan untuk dipromosikan.ada tiga metode penilaian prestasi kerja antara lain: (Hani
Handoko. Manajemen, Edisi Kedua, Penerbit BPFE, Yogyakarta, 1996, Hal 148
 Rangking
Penilaian prestasi kerja ini dimulai dengan membandingkan karyawan satu dengan
karyawan lain,menentukan siapa yang lebih baik. Perbandingan ini dilakukan secara
keseluruhan, artinya tidak dicoba di pisah-pisahkan faktor-faktor yang mempengaruhi
prestasi kerja karyawan pada perusahaan.
 Grading atau Forced Distributions
Pada metode ini penilaian memisah-misahkan atau “menyortir” pada karyawan kedalam
klasifikasi yang berbeda.biasanya satu proporsi tertentu harus diletakan pada setiap
kategori.
 Poin Allocation Method
Metode ini merupakan bentuk lain grading. Penilaian diberikan sejumlah nilai total untuk
dialokasikan diantara para karyawan dan kelompok.
4.1.4 Manfaat Penilaian Prestasi Kerja
Manfaat penilaian prestasi kerja antara lain:
a.
Perbaikan Prestasi Kerja
Umpan balik pelaksanaan kerja memungkinkan karyawan,manajer dan departemen
personalia dapat membetulkan kegiatan- kegiatan mereka untuk memperbaiki prestasi
b. Penyesuaian Kompensasi
Evaluasi prestasi kerja membantu pengambilan keputusan dalam menentukan upah,
pemberian bonus dan bentuk kompensasi lainnya.
c.
Keputusan Penempatan
Promosi, transfer dan demosi biasanya didasarkan pada prestasi kerja masa lalu atau
antisipasinya. Promosi merupakan bentuk penghargaan terhadap prestasi kerja masa lalu.
d. Kebutuhan Latihan dan Pengembangan
Prestasi kerja yang jelek mungkin menunjukan kebutuhan latihan. Demikian juga prestasi
kerja yang baik mungkin mencerminkan potensi yang harus dikembangkan.
e.
Perencanaan dan Pengembangan Karier
Umpan balik prestasi mengarahkan keputusan karier yaitu tentang jalur karier tertentu yang
harus diteliti.
f. Mengetahui Penyimpangan Staffing
Prestasi yang baik atau jelek mencerminkan kekuatan dan kelemahan prosedur staffing
departemen personalia.
g.
Ketidak Akuratan Informasi
Prestasi kerja yang jelek mungkin menunjukan kesalahan dalam informasi analisis
jabatan.rencana sumber daya manusia atau komponen lain system informasi manajemen atau
komponen lain system informasi manajemen personalia. Menggantungkan diri pada
informasi yang tidak akurat dapat menyebabkan keputusan personalia yang diambil tidak
tepat.
h. Diagnosa Disain Pekerjaan
Prestasi kerja yang jelek mungkin merupakan suatu tanda kesalahan dalam dsain
pekerjaan.penilaian informasi membantu diagnosa kesalahan tersebut.
i.
Kesempatan Kerja yang Adil
Penilaian kerja secara akurat akan menjamin keputusan penempatan internal diambil tanpa
diskriminasi.
j.
Mengatasi Tantangan External
Kadang kadang prestasi kerja dipengaruhi oleh faktor-faktor diluar lingkungan kerja seperti
keluarga, kesehatan, kondisi financial atau masalah-masalah pribadi lainya.
4.2 Kompensasi
4.2.1 Pengertian Kompensasi
Kompensasi merupakan balas jasa yang diterima oleh karyawan karena telah berkontribusi
mengerjakan sebuah pekerjaan di suatu perusahaan dengan baik. Pemberian kompensasi merupakan
cara perusahaan untuk mempertahankan dan meningkatkan motivasi kerja karyawan agar karyawan
tersebut dapat memiliki prestasi kerja yang baik, karena itu perusahaan harus memberikan kompensasi
yang sesuai dengan apa yang dikerjakan oleh karyawan. Semakin besar kompensasi yang diberikan
oleh perusahaan kepada karyawan, maka semakin besar motivasi kerja karyawan.
Kompensasi merupakan istilah yang berkaitan dengan imbalan-imbalan finansial (financial
reward) yang diterima oleh orang-orang melalui hubungan kepegawaian mereka dengan
sebuah organisasi. Pada umumnya bentuk kompensasi berupa finansial karena pengeluaran
moneter yang dilakukan oleh organisasi. Kompensasi bisa langsung diberikan kepada
karyawan, ataupun tidak langsung, dimana karyawan menerima kompensasi dalam bentukbentuk non moneter.
4.2.2 Terminologi Kompensasi
Beberapa terminologi dalam kompensasi :
1. Upah/gaji. Upah (wages) biasanya berhubungan dengan tarif gaji perjam (semakin
lama kerjanya, semakin besar bayarannya). Upah merupakan basis bayaran yang
kerap digunakan bagi pekerja-pekerja produksi dan pemeliharaan. Sedangkan gaji
(salary) umumnya berlaku untuk tarif mingguan, bulanan atau tahunan.
2. Insentif, (incentive) merupakan tambahan-tambahan gaji diatas atau diluar gaji atau
upah yang diberikan oleh organisasi. Program-program insentif disesuaikan dengan
memberikan bayaran tambahan berdasarkan produktivitas, penjualan, keuntungankeuntungan atau upaya-upaya pemangkasan biaya.
3. Tunjangan (Benefit). Contoh-contoh tunjangan seperti asuransi kesehatan, asuransi
jiwa, liburan-liburan yang ditanggung perusahaan, program pensiun dan tunjangantunjangan lainnya yang berhubungan dengan kepegawaian.
4. Fasilitas (Facility) adalah kenikmatan/fasilitas seperti mobil perusahaan, keanggotaan
klub, tempat parkir khusus.
Jenis-jenis kompensasi
Komponen-komponen dari keseluruhan program gaji secara umum dikelompokkan kedalam
kompensasi finansial langsung, tak langsung dan non finansial.
1. Kompensasi finansial secara langsung berupa; bayaran pokok (gaji dan upah),
bayaran prestasi, bayaran insentif (bonus, komisi, pembagian laba/keuntungan dan
opsi saham) dan bayaran tertangguh (program tabungan dan anuitas pembelian
saham)
2. Kompensasi
finansial
tidak
langsung berupa;
program-program
proteksi
(asuransi kesehatan, asuransi jiwa, pensiun, asuransi tenaga kerja), bayaran diluar
jam kerja (liburan, hari besar, cuti tahunan dan cuti hamil) dan fasilitas-fasilitas
seperti kendaran,ruang kantor dan tempat parkir.
3. Kompensasi non financial, berupa pekerjaan (tugas-tugas yang menarik, tantangan,
tanggung jawab, pengakuan dan rasa pencapaian). Lingkungan kerja (kebijakankebijakan yang sehat, supervise yang kompoten, kerabat yang menyenangkan,
lingkungan kerja yang nyaman).
4.2.3 Tujuan Pemberian Kompensasi
Menurut Notoatmodjo (1998:67), tujuan dari kebijakan pemberian kompensasi meliputi :
1. Menghargai prestasi karyawan
2. Menjamin keadilan gaji karyawan
3. Mempertahankan karyawan atau mengurangi turnover karyawan
4. Memperoleh karyawan yang bermutu
5. Pengendalian biaya
6. Memenuhi peraturan-peraturan.
4.2.4 Kriteria Keberhasilan Sistim Kompensasi
Menurut Irianto (2001:103) dalam mengukur keberhasilan implementasi sistem kompensasi,
terdapat satu pertanyaan esensial yang harus dijawab, yaitu : “Apa yang seharusnya dapat
dicapai organisasi dengan menerapkan sebuah sistim kompensasi tertentu?”. Pertanyaan
tersebut mendasari organisasi dalam menilai keberhasilan suatu sistim dengan kreteriakreteria sebagai berikut:
1. Mendukung pencapaian tujuan-tujuan organisasi
2. Sesuai dengan dan mendukung strategi dan struktur organisasi.
3. Menarik dan dapat mempertahankan individu yang berkompeten sesuai dengan
standar keahlian yang ditetapkan.
4. Menetapkan spektrum yang lebih luas atas perilaku tugas (task behavior) yang
diinginkan dari seluruh anggota organisasi.
5. Merefleksikan ekuitas (persamaan-keadilan) bagi seluruh anggota organisasi.
6. Sejalan dengan hukum atau perundang-undangan yang berlaku dalam suatu wilayah
yuridisdiksi tertentu dimana organisasi berada.
7. Dapat mencapai ke-enam kreteria tersebut dengan biaya yang proposional sesuai
dengan kondisi keuangan internal.
8. Dapat mencapai ketujuh kreteria tersebut diatas dalam kondisi dengan penggunaan
biaya yang paling efektif.
BAB V
KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA
5.1 Definisi Keselamatan dan Kesehatan Kerja
Keselamatan dan kesehatan kerja (K3) adalah upaya perlindungan yang ditujukan agar
tenaga kerja dan orang lainnya di tempat kerja/perusahaan selalu dalam keadaan selamat dan
sehat, serta agar setiap sumber produksi dapat digunakan secara aman dan efisien
(Kepmenaker Nomor 463/MEN/1993). Pengertian lain menurut OHSAS 18001:2007,
keselamatan dan kesehatan kerja (K3) adalah kondisi dan faktor yang mempengaruhi
keselamatan dan kesehatan kerja serta orang lain yang berada di tempat kerja.
Berdasarkan Undang-undang Ketenagakerjaan No.13 Tahun 2003 pasal 87, bahwa setiap
perusahaan wajib menerapkan sistem manajemen keselamatan dan kesehatan kerja yang
terintegrasi
dengan
sistem
manajemen
perusahaan.
Berikut ini beberapa pengertian dan definisi keselamatan dan kesehatan kerja (K3) dari
beberapa sumber buku:

Menurut Flippo (1995), keselamatan dan kesehatan kerja (K3) adalah pendekatan
yang menentukan standar yang menyeluruh dan bersifat (spesifik), penentuan
kebijakan pemerintah atas praktek-praktek perusahaan di tempat-tempat kerja dan
pelaksanaan melalui surat panggilan, denda dan hukuman-hukuman lain.

Menurut Widodo (2015), kesehatan dan keselamatan kerja (K3) adalah bidang yang
terkait dengan kesehatan, keselamatan, dan kesejahteraan manusia yang bekerja di
sebuah institusi maupun lokasi proyek.

Menurut Mathis dan Jackson (2006), keselamatan dan kesehatan kerja (K3) adalah
kegiatan yang menjamin terciptanya kondisi kerja yang aman, terhindar dari
gangguan fisik dan mental melalui pembinaan dan pelatihan, pengarahan dan kontrol
terhadap pelaksanaan tugas dari karyawan dan pemberian bantuan sesuai dengan
aturan yang berlaku, baik dari lembaga pemerintah maupun perusahaan dimana
mereka bekerja.

Menurut Ardana (2012), keselamatan dan kesehatan kerja (K3) adalah upaya
perlindungan yang ditujukan agar tenaga kerja dan orang lain di tempat kerja atau
selalu dalam keadaan selamat dan sehat sehingga setiap sumber produksi dapat
digunakan secara aman dan efisien.

Menurut Dainur (1993), keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) adalah keselamatan
yang berkaitan dengan hubungan tenaga kerja dengan peralatan kerja, bahan dan
proses pengolahannya, landasan tempat kerja dan cara-cara melakukan pekerjaan
tersebut.

Menurut Hadiningrum (2003), keselamatan dan kesehatan kerja (K3) adalah
pengawasan terhadap orang, mesin, material, dan metode yang mencakup lingkungan
kerja agar pekerja tidak mengalami cidera.
Program keselamatan dan kesehatan kerja (K3) dilaksanakan karena tiga faktor penting
sebagai berikut (Moekijat, 2004):
1. Berdasarkan perikemanusiaan. Pertama-tama para manajer akan mengadakan
pencegahan kecelakaan kerja atas dasar perikemanusiaan yang sesungguhnya.
Mereka melakukan demikian untuk mengurangi sebanyak-banyaknya rasa sakit dari
pekerjaan yang diderita luka serta keluarga.
2. Berdasarkan Undang-Undang. Ada juga alasan mengadakan program keselamatan
dan kesehatan kerja berdasarkan Undang-Undang federal, Undang-Undang Negara
Bagian dan Undang-Undang kota tentang keselamatan dan kesehatan kerja dan
sebagian mereka melanggarnya akan dijatuhi hukuman denda.
3. Berdasarkan Ekonomi. Alasan ekonomi untuk sadar keselamatan kerja karena biaya
kecelakaan dampaknya sangat besar bagi perusahaan.
5.2 Tujuan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3)
Berdasarkan Undang-undang No.1 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja, bahwa tujuan
keselamatan dan kesehatan kerja (K3) yang berkaitan dengan mesin, peralatan, landasan
tempat kerja dan lingkungan tempat kerja adalah mencegah terjadinya kecelakaan dan sakit
akibat kerja, memberikan perlindungan pada sumber-sumber produksi sehingga dapat
meningkatkan efisiensi dan produktivitas.
Menurut Suma’mur (1992), tujuan keselamatan dan kesehatan kerja (K3) adalah sebagai
berikut:
1. Melindungi tenaga kerja atas hak dan keselamatannya dalam melakukan
pekerjaannya untuk kesejahteraan hidup dan meningkatkan kinerja.
2. Menjamin keselamatan orang lain yang berada di tempat kerja.
3. Sumber produksi dipelihara dan dipergunakan secara aman dan efisien.
Sedangkan menurut Mangkunegara (2004), tujuan keselamatan dan kesehatan kerja (K3)
adalah:
1. Agar setiap pegawai mendapat jaminan keselamatan dan kesehatan kerja baik secara
fisik, sosial, dan psikologis.
2. Agar setiap perlengkapan dan peralatan kerja digunakan sebaik-baiknya selektif
mungkin.
3. Agar semua hasil produksi di pelihara keamanannya.
4. Agar adanya jaminan atas pemeliharaan dan peningkatan kesehatan gizi pegawai.
5. Agar meningkatnya kegairahan, keserasian kerja, dan partisipasi kerja.
6. Agar terhindar dari gangguan kesehatan yang disebabkan oleh lingkungan atas
kondisi kerja.
7. Agar setiap pegawai merasa aman dan terlindungi dalam bekerja.
5.3 Aspek, Faktor dan Prinsip Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3)
Aspek-aspek Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) yang harus diperhatikan oleh
perusahaan antara lain adalah sebagai berikut (Anoraga, 2005):
a. Lingkungan kerja
Lingkungan kerja merupakan tempat dimana seseorang atau karyawan dalam beraktifitas
bekerja. Lingkungan kerja dalam hal ini menyangkut kondisi kerja, seperti ventilasi, suhu,
penerangan dan situasinya.
b. Alat kerja dan bahan
Alat kerja dan bahan merupakan suatu hal yang pokok dibutuhkan oleh perusahaan untuk
memproduksi barang. Dalam memproduksi barang, alat-alat kerja sangatlah vital yang
digunakan oleh para pekerja dalam melakukan kegiatan proses produksi dan di samping itu
adalah bahan-bahan utama yang akan dijadikan barang.
c. Cara melakukan pekerjaan
Setiap bagian-bagian produksi memiliki cara-cara melakukan pekerjaan yang berbeda-beda
yang dimiliki oleh karyawan. Cara-cara yang biasanya dilakukan oleh karyawan dalam
melakukan semua aktivitas pekerjaan, misalnya menggunakan peralatan yang sudah tersedia
dan pelindung diri secara tepat dan mematuhi peraturan penggunaan peralatan tersebut dan
memahami cara mengoperasionalkan mesin.
Faktor-faktor yang mempengaruhi Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) adalah sebagai
berikut (Budiono dkk, 2003):
1. Beban kerja. Beban kerja berupa beban fisik, mental dan sosial, sehingga upaya
penempatan pekerja yang sesuai dengan kemampuannya perlu diperhatikan.
2. Kapasitas kerja. Kapasitas kerja yang banyak tergantung pada pendidikan,
keterampilan, kesegaran jasmani, ukuran tubuh, keadaan gizi dan sebagainya.
3. Lingkungan kerja. Lingkungan kerja yang berupa faktor fisik, kimia, biologik,
ergonomik, maupun psikososial.
Prinsip-prinsip yang harus dijalankan perusahaan dalam menerapkan keselamatan dan
kesehatan kerja (K3) adalah sebagai berikut (Sutrisno dan Ruswandi, 2007):
1. Adanya APD (Alat Pelindung Diri) di tempat kerja.
2. Adanya buku petunjuk penggunaan alat dan atau isyarat bahaya.
3. Adanya peraturan pembagian tugas dan tanggung jawab.
4. Adanya tempat kerja yang aman sesuai standar SSLK (syarat-syarat lingkungan
kerja) antara lain tempat kerja steril dari debu,kotoran, asap rokok, uap gas, radiasi,
getaran mesin dan peralatan, kebisingan, tempat kerja aman dari arus listrik, lampu
penerangan cukup memadai, ventilasi dan sirkulasi udara seimbang, adanya aturan
kerja atau aturan keprilakuan.
5. Adanya penunjang kesehatan jasmani dan rohani ditempat kerja.
6. Adanya sarana dan prasarana yang lengkap ditempat kerja.
7. Adanya kesadaran dalam menjaga keselamatan dan kesehatan kerja.
BAB VI
PEMBERHENTIAN KERJA
6.1 Definisi Pemberhentian Kerja
Pemberhentian adalah pemutusan hubungan kerja seseorang karyawan dengan suatu
organisasi perusahaan.
PASAL 150/UU KETENAGAKERJAAN NO. 13/2003
Ketentuan mengenai pemutusan hubungan kerja dalam undang-undang meliputi pemutusan
hubungan kerja yang terjadi di badan usaha yang berbadan hukum atau tidak, milik orang
perseorangan, milik persekutuan atau milik badan hukum, baik milik swasta maupun milik
negara, maupun usaha-usaha sosial dan usaha-usaha lain yang mempunyai pengurus dan
mempekerjakan orang lain dengan membayar upah atau imbalan dalam bentuk lain.
6.2 Alasan-Alasan Pemberhentian
-undang
Alasan-Alasan Pemberhentian
-Undang (Uu No 13/2003)
Undang-undang dapat menyebabkan seorang karyawan harus diberhentikan dari suatu
perusahaan. Misalnya karyawan anak-anak, WNA, atau karyawan yang terlibat organisasi
terlarang.
Keinginan perusahaan dpt menyebabkan diberhentikannya seorang karyawan
baik secara terhormat ataupun dipecat. Biasanya disebabkan hal-hal berikut :
a. Karyawan tidak mampu menyelesaikan pekerjaannya.
b. Perilaku dan disiplinnya kurang baik
c. Melanggar peraturan-peraturan dan tata tertib perusahaan.
d. Tidak dapat bekerja sama dan terjadi konflik dengan karyawan lain.
e. Melakukan tindakan amoral dalam perusahaan.
PASAL 158 UU PERBURUHAN NO 13/2003
berat sbb :
a. Melakukan penipuan, pencurian, atau penggelapan barang dan/atau uang milik
perusahaan;
b. Memberikan keterangan palsu atau yang dipalsukan sehingga merugikan perusahaan;
c. Mabuk, meminum minuman keras yang memabukkan, memakai dan/atau
mengedarkan narkotika, psikotropika, dan zat adiktif lainnya di lingkungan kerja;
d. Melakukan perbuatan asusila atau perjudian di lingkungan kerja;
e. Menyerang, menganiaya, mengancam, atau mengintimidasi teman sekerja atau pengusaha
di lingkungan kerja;
f. Membujuk teman sekerja atau pengusaha untuk melakukan perbuatan yang bertentangan
dengan peraturan perundang-undangan;
g.Dengan ceroboh atau sengaja merusak atau membiarkan dalam keadaan bahaya barang
milik perusahaan yang menimbulkan kerugian bagi perusahaan;
h.Dengan ceroboh atau sengaja membiarkan teman sekerja atau pengusaha dalam keadaan
bahaya di tempat kerja;
i. Membongkar atau membocorkan rahasia perusahaan yang seharusnya dirahasiakan kecuali
untuk kepentingan negara; atau
j. Melakukan perbuatan lainnya di lingkungan perusahaan yang diancam pidana penjara 5
(lima) tahun atau lebih.
ALASAN-ALASAN PEMBERHENTIAN
a. Pindah ke tempat lain untuk mengurus orang tua
b. Kesehatan yang kurang baik
c. Untuk melanjutkan pendidikan
d. Ingin berwiraswasta.
Pasal 162 Ayat 1 :
Pekerja/buruh yang mengundurkan diri atas kemauan sendiri,
memperoleh uang penggantian hak sesuai ketentuan Pasal 156 ayat (4), antara lain :
a. Cuti yang belum diambil atau belum gugur
b. Biaya atau ongkos pulang karyawan atau keluarganya ke tempat
di mana dia diterima bekerja.
c. Penggantian perumahan dan pengobatan/perawatan minimal 15% dari pesangon.
ALASAN-ALASAN PEMBERHENTIAN
undang-undang, ataupun keinginan karyawan sendiri. Keinginan perusahaan
mempensiunkan karyawan karena produktivitas kerjanya rendah sebagai akibat
usia lanjut, cacat fisik, kecelakaan dalam melaksanakan pekerjaan, dan sebagainya. Undangundang mempensiunkan seorang karyawan karena telah mencapai batas usia dan masa kerja
tertentu, misalnya usia 55 tahun dan minimum masa kerja 15 tahun. Karyawan yang pensiun
akan memperoleh uang pensiun.
KONTRAK KERJA BERAKHIR
Karyawan kontrak akan dilepas atau diberhentikan apabila kontrak kerjanya berakhir.
Pemberhentian berdasarkan berakhirnya kontrak kerja tidak menimbulkan konsekuensi
karena telah diatur terlebih dahulu dalam perjanjian saat mereka diterima.
Kesehatan karyawan dapat menjadi alasan pemberhentian karyawan. Inisiatif
pemberhentian bisa berdasarkan keinginan perusahaan ataupun keinginan
karyawan.
Karyawan yang meninggal dunia secara otomatis putus hubungan kerjanya dengan
perusahaan. Perusahaan memberika pesangon atau uang pensiun bagi keluarganya sesuai
peraturan yg ada.
Karyawan akan dilepas bila perusahaan dilikuidasi atau ditutup karena bangkrut.
Bangkrutnya perusahaan harus berdasarkan ketentuan hukum yang berlaku, sedangkan
karyawan yang dilepas (PHK) harus mendapat pesangon sesuai ketentuan pemerintah.
Proses Pemberhentian
Prosedurnya :
a. Musyawarah karyawan dg pimpinan perusahaan
b. Musyawarah pimpinan serikat buruh dg pimpinan perusahaan
c. Musyawarah pimpinan serikat buruh, pimpinan perusahaan, dan P4D
d. Musyawarah pimpinan serikat buruh, pimpinan perusahaan, dan P4Pusat
e. Pemutusan berdasarkan keputusan Pengadilan Negeri.
DAFTAR PUSTAKA
Budiwati, S.I. 1985. Aplikasi Model Perilaku pada Peningkatan Produktivitas Tenaga
Kerja
Industri.
Fakultas
Teknologi
Pertanian.
Institut
Pertanian
Bogor. http://repository.ipb.ac.id
Gaspersz, V. 2000. Manajemen Produktivitas Total. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka
Utama
Arikunto, Suharsimi. 1998. Manajemen Penelitian. Jakarta: Rieneka Cipta.
Binapendagri. 2001. Pedoman Pelatihan Kerja. Jakarta: Direktorat Bina Pelatihan
Kerja. Depnakertrans RI.
Blanchard NP, Thacker JW. 2004. Effective Training: System, Strategies, and
Practices .Second Edition. New Jersey: Pearson Education. Inc.
Dessler, Gary. 2006. MSDM, Jilid II. Jakarta : PT. Indeks.
Hasibuan, Melayu Sp. 2000. Organisasi Dan Motivasi ; Dasar Peningkatan
Produktivitas. Cetakan ke empat. Jakarta : PT. Bumi Aksara.
Hasibuan, Malayu Sp. 2005. Manajemen SDM. Edisi Revisi, Cetakan Ke Tujuh.
Jakarta : Bumi Aksara.
Handoko, T. Hani, 2000, Manajemen Personalia dan Sumber Daya Manusia.
Yogyakarta: Edisi 2 BPFE.
Bangun, Wilson. 2012. Manajemen Sumber Daya Manusia. Jakarta: Erlangga.
Dharma, Agus. 2003. Manajemen Supervisi, Cetakan Kelima. Jakarta: RajaGrafindo
Persada.
Dito, Anoki H. 2010. PENGARUH KOMPENSASI TERHADAP KINERJA
KARYAWAN
DENGAN
MOTIVASI
KERJA
SEBAGAI
VARIABEL
INTERVENING. Fakultas Ekonomi Universitas Diponegoro.
Gomes, Faustino Cardoso. 2003. Manajemen Sumber Daya Manusia. Yogyakarta:
ANDI .
Handoko, T. Hani. 2001. Manajemen Personalia dan Sumber Daya Manusia.
Yogyakarta: BPFE Yogyakarta
Hasibuan, H. Malayu S.P, Manajemen Sumber Daya Manusia, Edisi Revisi Kedua,
Penerbit BPFE-UGM, Yogyakarta.
Noto Atmodjo, Soekidjo, Pengembangan Sumber Daya Manusia, Cetakan Ke-2,
Penerbit Reneka Cipta, Jakarta.
Irianto, Yusuf, Tema-Tema Pokok Manajemen Sumber Daya Alam, Penerbit Insan
Cendikiawan, Surabaya.
T Hani Handoko, Manajemen Personalia dan Sumber Daya Manusia, Edisi kedua.
BPFE, UGM. Yogyakarta, 1997
Hani Handoko. Manajemen, Edisi Kedua, Penerbit BPFE, Yogyakarta, 1996, Hal 148
Heidjracman dan Suad Husnan. Personalia, BPFE, Yogyakarta, 1990, hal 148Flippo,
Edwin. 1995. Manajemen personalia. Jakarta: Erlangga.
Widodo, Suparmo. 2015. Manajemen Pengembangan Sumber Daya Manusia.
Jakarta: Pustaka pelajar.
Mathis, R.L dan Jackson, J.H, 2006. Manajemen Sumber Daya Manusia. Jakarta:
Salemba Empat.
Ardana, I Komang, dkk. 2012. Manajemen Sumber Daya Manusia. Yogyakarta: Graha
Ilmu.
Dainur. 1993. Materi-materi Pokok Ilmu Kesehatan Masyarakat. Jakarta: Widya
Medika.
Hadiningrum, Kunlestiowati. 2003. Keselamatan dan Kesehatan Kerja. Bandung:
Politeknik Negeri Bandung.
Hadiningrum, Kunlestiowati. 2003. Keselamatan dan Kesehatan Kerja. Bandung:
Politeknik Negeri Bandung.
Moekijat. 2004. Manajemen Lingkungan Kerja. Bandung: Mandar Maju.
Download