Uploaded by User105391

KASUS dietetik critical illness

advertisement
lAPORAN KASUS DIETETIK II
MASALAH CRITICAL ILLNESS
Dosen pengampu :
Choirun Nissa, S.Gz, M.Gizi
Fillah Fithra Dieny, S.Gz., M.Si.
Ayu Rahadiyanti, S.Gz, MPH
Deny Yudi Fitranti, S.Gz, M.Si.
Ahmad Syauqy, S.Gz, MPH, PhD
Disusun oleh :
Yesi Pratama Aprilia Ningrum
22030117120035
UNIVERSITAS DIPONEGORO
FAKULTAS KEDOKTERAN
ILMU GIZI
2020
KASUS
Seorang laki laki berusia 44 tahun dirawat di rumah sakit dengan hernia ventrikal yang
terkurung dan kemungkinan adanya sindrom usus. Dia mengalami reaksi kecil dan perbaikan
hernia dan meemrlukan eksplorasi ulang dua hari kemudian, karena adanya pengeluaran isi luka.
Luka diperutnya di biarkan terbuka. Perjalanan pascaoperasinya juga diperumit oleh sindrom
gangguan pernapasan akut dan sepsis terkait dengan pneumonia aspirasi yang dideritanya. Dia
berventilasi mekanis dan dibius. Pada hari ke enam di rumah sakit, ia menjalani prosedur bedah
ketiga di mana hernia berulangnya diperbaiki, sayatan perutnya ditutup, dan sistem vakum luka
ditempatkan. Dia (NPO) sejak masuk dengan tabung nasogastrik dapat menguras lebih dari 1 L
cairan hijau.
A. Assesment
Tinggi badan 154 cm
Berat badan 54 kg
Indeks Massa Tubuh (IMT ) 22,78 kg/m2
Perubahan berat dalam 1 bulan sebelum masuk
Pengurangan asupan di bulan sebelumnya
Pemeriksaan fisik
: tidak ada
: tidak ada
: edema pitting bilateral parah pada pergelangan kaki dan atas
ekstremitas.
Pemeriksaan perut: buncit dengan bunyi usus yang tidak ada
Pemeriksaan radiologis: loop usus kecil yang sedikit melebar secara konsisten
dengan ileus adynamic
Saat ini menerima 0,45% saline normal @ 120 mL / jam
Pengambilan / Keluaran 5 3305/3725 m
Nilai Laboratorium
Nilai Laboratorium
Sodium: 138 mmol / dL
Kalium: 3 mmol / dL
Klorida: 105 mmol / dL
Karbon dioksida: 27 mmol / dL
Nitrogen urea darah: 13 mg / dL
Kreatinin: 1,28 mg / dL
Glukosa: 185 mg / dL
Kalsium terionisasi: 1,12 mm / L
Magnesium: 1,6 mg / dL
Fosfor: 2,1 mg / dL
Albumin: 1,9 gm / dL
B. Perubahan Status Pertama dengan Reassesment
Pada hari ke 10 di rumah sakit suhu tubuh pasien melonjak menjadi 39 ° C, dan ia
ditemukan memiliki beberapa abses perut yang terinfeksi. Dia pergi ke ruang operasi
untuk drainase abses. Selama waktu ini tekanan darah (BP) dan output urinnya turun dan
sangat membutuhkan inisiasi resusitasi cairan dan agen vasopresif untuk stabilisasi
tekanan darah. Fungsi ginjalnya tercatat memburuk. Tidak ada rencana untuk terapi
penggantian ginjal saat ini.
Status saat ini dicatat:
Tmax 39,3º C
VE = 15.6 L / mnt (ventilasi menit)
PN melanjutkan
Bahan bakar intravena: 0,45% larutan salin normal 150 mL / jam 1 tambahan
bolus fluida
Sodium: 131 mmol / dL
Kalium: 5,1 mmol / dL
Klorida: 96 mmol / dL
Karbon dioksida: 15 mmol / dL
Glukosa darah: 225 mg / dl
Kalsium terionisasi: 1,01 mm / L
Magnesium: 2,8 mg / dL
Fosfor: 4,8 mg / dL
Albumin: 1,2 gm / dL
Gas darah arteri: 7.31 / 24/115/11
C. Perubahan Status Kedua dengan Reasesment
Pada hari ke 13 di rumah sakit, flm abdomen menunjukkan perbaikan pada
gambar ileus pasien. Pasien belum bisa buang air besar, tetapi perutnya lunak dan ia
memiliki suara usus hipoaktif. Gagal ginjal akut berlanjut, meskipun hemodialisis telah
dimulai dan kadar elektrolit telah normal. Pada putaran, ahli gizi bertanya apakah pasien
cukup stabil untuk mulai mengasup makanan melalui tabung nasojejunal. Tim perawatan
bedah dan kritis percaya bahwa status gastrointestinal pasien telah meningkat cukup baik
untuk memulai pemberian makanan enteral.
PERTANYAAN
1. Tuliskan pernyataan diagnosis gizi yang terkait dengan (masalah, penyebab, dan tandatanda sesuai dengan PES)
Jawab :
a. Malnutrisi berkaitan dengan penyakit akut yang ditandai dengan asupan energy 50%
dari kebutuhan (±5 hari) dan akumulassi cairan yang berlebih/parah.
b. Perubahan Nilai Laboratorium Terkait Gizi berkaitan dengan respon metabolic
terhadap stress dan kurangnya asupan elektrolit dalam makanan dan cairan intravena
sebagai bahan bakar untuk metabolisme ditandai dengan Rendahnya serum sodium
138 mmol / dL, Potassium 3 mmol / dL, dan phosphorus 2,1 mg / dL
2. Haruskah Dia mulai dengan Nutrisi Parenteral (PN)? Jelaskan!
Jawab :
Sesuai informasi yang sudah dijelaskan dalam kasus ini, Ia harus memulai dengan
pemberian makanan secara parenteral atau PN ( Parentera Nutrition) karena ia mengalami
kekurangan gizi atau malnutrisi, dan telah menjadi NPO selama 6 hari. Nutrisi
parenteral diberikan bila asupan nutrisi enteral tidak dapat memenuhi kebutuhan
pasien dan tidak dapat diberikan dengan baik. Dan tampaknya dia tidak siap
untuk memulai dengan pemberian makanan secara enteral (sekunder untuk ileus). Namun
setelah masalah ileus terselesaikan perlu adanya bahasan tentang pemberian makanan
secara enteral melalui jejunal dengan dokter. Hal sesuai dengan penelitian Ziegler yang
menyatakan bahwa Nutrisi parenteral diberikan pada pasien dengan kondisi
reseksi usus massif, reseksi kolon, fistula dan pasien sudah dirawat selama 3-7
hari.1
3. Hitunglah kebutuhan Gizinya!
Jawab:
-
Kebutuhan kalorinya harus diestimasi menggunakan pendekatan hypocaloric, protein
yang diberikan tinggi karena dia tidak gemuk (derajat III) dan fungsi ginjalnya masih
normal. Berat badan ideal tetap harus digunakan. Regimen hypocaloric untuk pasien
ini adalah 14 kkal/kgBB actual sehingga kebutuhan energinya 2310 kkal/hari.
Kebutuhan protein yang diberikan 2-2,5 g/kgBBI atau sebanyak 162 hingga 203
g/hari.
Bila berat badan 54 dan tinggi badan 154 :
-
Kebutuhan energy (Regimen hypocaloric)
REE
= 14 kkal/kgBBactual
= 14 x 54
= 756 kkal
-
Kebutuhan protein
= 2 g/kgBBI
= 2 x 48,6
= 97,2 gram
-
Kebutuhan gizi energy (Mifflin St Jeor) pakai BBI
REE
= 10W + 6,25 H – 5A – 161
= 10 x 48,6 + 6,25 x 154 – 5 x 20 – 161
= 486 + 962,5 – 100 – 161
= 1187,5 kkal
Protein
= 1,2-1,5 g/kgBB (pasien menjalani mayor surgery)
= 1,5 x 48,6
= 26,4 gram
Lemak
= 20% x REE/9
= 27,58 gram
Karbohidrat
=60 % x RER/4
= 178 gram
4. Setalah dilakukan monitoring, bagaimana keadaan metaboliknya?
Jawab:
Keadaan metabolic pasien yaitu dia mengalami hipermetabolik, selama terjadi fase
hipermetabolik, insulin akan meningkat, namun peningkatan level katekolamin,
glukagon, dan kortisol akanmenetralkan hampir semua efek metabolic dari insulin.2
Pasien mengalami hiperkatabolik dan mengalami penurunan fungsi ginjal yang semakin
memburuk kemudian memburuknya hiperglikemia yang ditandai dengan glukosa
darahnya mencapai 225 mg/dL dan tergolong tinggi dan kelebihan elektrolit seperti
kalium (5,1 mmol / dL), fosfor(4,8 mg / dL) dan magnesium (2,8 mg / dL) yang
tergolong tinggi.
5. Apa status asam basanya?
Jawab:
Dia memunyai asidosis metabolic akibat gangguan dari ekskresi asam ginjal dan
reabsorbsi dan regenerasi bikarbonat. Asidosis metabolik merupakan gangguan
keseimbangan asam basa yang paling sering ditemukan, terutama di pasien sakit kritis
(criticallyill patients). Asidosis metabolik berdasarkan pendekatan yang konvensional
terhadap gangguan keseimbangan asam basa, ditandai dengan peningkatan kadar ion
hidrogen (penurunan pH darah) dan penurunan kadar bikarbonat plasma, yang
merupakan komponen metabolik dalam keseimbangan asam basa. Asidosis metabolik
dapat disebabkan oleh beberapa kelainan, seperti: diabetes melitus, kardiopulmonal,
gagal ginjal, sepsis, keracunan bahan berasal dari luar seperti: salisilat, metanol, dan
etilen glikol, serta infuse NaCl 0,9% (asidosis hiperkloremik).3
6. Tuliskan pernyatan diagnosis PES yang sudah diperbaruhi!
Jawab:
a. Increased Nutrient Need (energy dan protein) berkaitan dengan adanya respons
inflamasi sistemik yang ditandai dengan demam dan peningkatan ventilasi permenit
b. Altered nutritional-related laboratory values (hiperglikemia) berkaitan dengan stress
metabolic dan asupan glukosa ditandai dengan glukosa darah 225 mg/dL
c. Altered nutritional-related laboratory values berkaitan dengan gagal ginjal akut
ditandai dengan peningkatan serum potassium(5,1 mmol/dL), fosfor (4,8 mg/dL) dan
magnesium (2,8 mg/dL).
7. Apakah glukosa darah pasien terkontrol dengan baik? Jika tidak mengapa dan apa yang
harus dilakukan
Jawab :
Glukosa darah pasien tidak cukup terkontrol. Dan terdapat bukti bahwa ketika kadar
glukosa dikontrol antara 180 hingga 215 mg/dL, maka kelangsungan hidup akan lebih
baik. Sedangkan glukosa darah pasien mencapai 225 mg/dL sehingga tergolong
hiperglikemia. Yang harus dilakukan yaitu beban dekstrosa dalam pemberian makan
secara parenteral atau PNnya harus dikurangi atau pemberian sebuah protocol insulin
standar harus dilembagakan atau keduanya dilakukan. Selain itu, asupan energy harus
dinilai atau dihitung untuk memastikan tidak adanya pemberian makan secara berlebih
karena dapat menyebabkan hiperglikemia.
8. Mengapa kadar serumnya turun?
Jawab :
Karena penurunan protein pada fase akut adalah respon terhadap proses inflamasi yang
terdapat dalam tubuhnya yang digunakan untuk mencoba mambangun kembali
homeostasis. respons fase akut mengakibatkan perubahan produksi protein fase akut.
Peningkatan
kortisol maupun
sitokin proinfamasi akan merangsang peningkatan
produksi protein fase akut positif dan menurunkan produksi protein fase
akut negatif. Protein fase akut positif memiliki fungsi, antara lain untuk opsonisasi dan
menghilangkan mikro-organisme dan produknya, aktivasi komplemen,
modulasi respons imun host. C-reaktif protein adalah salah satu protein fase akut
positif utama pada pembedahan yang dapat menunjukkan derajat infamasi.
9. Hitunglah kembali kebutuhan gizi pasien!
Jawab:
-
Metodologi penilaian energy akan berubah karena pasien mengalami gagal ginjal akut
dan kebutuhan untuk menyediakan kebutuhan protein normal. Kebutuhan kalori
menggunkan Penn State Equation 2003b adalah sebanyak 3035 kkal.hari.
Rumus Penn State Equation 2003b:
Mifflin-St Jeor equation x (0,96) + Ve (31) + T max (167) – 66212
-
Persamaan rumus Mifflin-St Jeor equation menggunakan berat badan actual, Ve
adalah ventilasi menit dalam L/Min, T max adalah suhu tubuh maksimun dalam 24
jam terakhir dalam satuan derajat Celsius.
-
Kebutuhan protein menurun menjadi (1,2 – 1,3 g/kgBBI atau sebanyak 97 sampai 105
g/hari)
-
Kebutuhan gizi pasien:
Rumus Penn State Equation 2003b:
=Mifflin-St Jeor equation x (0,96) + Ve (31) + T max (167) – 6212
= 1187,5 kkal x (0,96) + 15,6 (31) + 39,3 x (167) – 6212
= 1140 + 483,6 + 6563,1 – 6212
= 2065,7 kkal
-
Kebutuhan protein
= 1,2 g/kgbb
= 1,2 x 48,6
= 58,32 gram
10. Pemberian formula apa yang sabaiknya dibrikan? Apakah penambah kekebalan tubuh
pada tabung formula pemberian makanan diindikasikan/dianjurkan?
Jawab:
Formula penambah kekebalan komersial yang menggabungkan beberapa zat gizi yang
diduga dapat meningkatkan fungsi kekebalan tubuh tidak diindikasikan atau dianjurkan
untuk penggunaan rutin, karena dapat menjadi kontraindikasi pada orang yang sakit
parahatau critical illnes, seperti pasien ini. Formula nonfiber polimer dapat dipilih. Jika
formula 1 kkal / mL digunakan, volume infus akan menjadi 3 L / hari, jika formula 1,5
kkal digunakan, volume infus akan menjadi sekitar 2 L / hari; dan jika 2 kkal / mL
formula dipilih, volume akan menjadi sekitar 1,5 L / hari. Pemberian makanan enteral
polimerik dimulai melalui saluran nasojejunal dan secara bertahap maju ke tingkat
sasaran selama 3 sampai 4 hari ke depan. Toleransi ditunjukkan melalui tidak adanya
perubahan pada perut kembung, sakit, atau mual dan muntah. Saat pemberian makan
semakin meningkat, PN secara bertahap diakhiri atau disapih, kemudian dihentikan
ketika asupan sudah membaik dan tujuan tercapai.
PERTANYAAN MATERI LUKA BAKAR
1. Perubahan metabolic apa saja yang terjadi pada pasien luka bakar?
Jawab:
Perubahan metabolic yang sering terjadi pada pasien luka bakar sebagai berikut:
a. Kehilangan volume plasma yang harus digantikan oleh cairan dan elektrolit
b. Adanya ketidakseibangan homeostatis
c. Terjadi perubahan hormonal
-
Meningkatnya produksi katekolamine yang berpengaruh terhdap system
syaraf
-
Meningkatnya produksi glukortikoid yanga kan berpengaruh pada perubahan
metabolism karbohidrat
-
Meningkatnya glucagon yang dapat mengakibatkan peningkatan katabolisme
dan hiperglikemik
d. Perubahan biokimia: Meningkatnya glukoneogenesis, proteolisis, ureagenesis dan
Menurunnya lipofisis dan penggunaan keton bodies
e. Perubahan imunologi: Terjadinya infeksi yang merupakan penyebab kesakitan
dan kematian serta infeksi yang akan menyebabkan kemungkinan malnutrisi
f. Perubahan kebutuhan gizi: Menurunnya cadangan gizi, Hipermetabolik,
Hiperkatabolik, Peningkatan kebutuhan zat gizi terutama protein, vitamin A, C,
zink dan Peningkatan kehilangan zat gizi
2. Pada pasien luka bakar rute pemberian makan dapat dilakukan melalui apa saja? dan
sebaiknya pemberian makan diberikan secara?
Jawab:
alur pemberian nutrisi dapat melalui oral atau enteral. Penderita luka bakar minor
yang mampu makan melalui oral sebaiknya mendapatkan nutrisi melalui oral. Pada
paisen kritis dengan luka bakar mayor pemberian nutrisi dapat melalui enteral,
makanan enteral diberikan sesegera mungkin (pada 24-48 jam pertama) dan lebih
direkomendasikan dibanding total parenteral dan harus dipertahankan ketika fase
katabolik. ESPEN 2013 merekomendasikan terapi nutrisi diberikan dalam 12 jam
pasca luka bakar dan sebaiknya melalui jalur enteral. Pemberian nutrisi melalui
enteral dapat mencegah atropi mukosa saluran cerna dan translokasi bakteri dalam
lambung. Sedangkan keterlambatan pemberian makanan enteral akan menimbulkan
risiko massa mukosa saluran cerna, penurunan toleransi terhadap parenteral,
meningkatnya hormon katabolik, meningkatnya risiko malnutrisi paska luka bakar.
Indikasi pemberian nutrisi parenteral pada luka bakar sebaiknya diberikan ketika
terjadi ketidakstabilan hemodinamik, resusitasi, pemakaian vasopressor, distensi
abdomen atau cairan lambung >200 cc/hari.
3. Indikator biokimia apa saja yang biasa digunakan dalam penilaian gizi pada pasien
luka bakar?
Jawab:
a. Serum albumin akan turun dalam beberapa hari setelah luka bakar meskipun pada
saat masuk RS dalam keadaan normal. waktu paruhnya panjang (20 hari)
b. Serum TransferinLebih baik daripada serum albumin untuk menunjukkan
malnutrisi karena waktu paruhnya lebih pendek (8 hari)
c. Transthyretin (tiroxin binding prealbumin)Waktu paruh : 2 hari  indikator
yang sensitif
d. Keseimbangan nitrogen
• Perlu ditambahkan faktor kehilangan nitrogen akibat luka bakar yang terjadi
a. Pasien luka bakar terbuka < 10% kehilangan nitrogen : 0,02 g N/kg BB/hari
b. Pasien luka bakar terbuka < 11-30% kehilangan nitrogen : 0,05 g N/kg BB/hari
c. Pasien luka bakar terbuka > 31% kehilangan nitrogen : 0,12 g N/kg BB/hari
• Memperkirakan asupan nitrogen dan urine tampung 24 jam yang tepat perlu
dilakukan untuk menghitung balance nitrogen yang akurat
• Anabolisme dan penyembuhan luka yang optimal dapat terjadi apabila
keseimbangan nitrogen +5 gN
4. Jelaskan perubahan metabolism karbohidrat pada pasien luka bakar!
Jawab:
Pelepasan hormon stres (kortisol, glukagon, epinefrin dan norepinefrin) dan mediator
inflamasi (seperti sitokin yaitu interleukin-1(IL-1), tumor necrosis factor-α (TNF-α)
akan menstimulasi produksi IL-6 yang akan meningkatkan glikogenolisis serta
proteolisis di otot dan hati, glukoneogenesis di hati dan ginjal, serta lipolisis di
jaringan adiposa sehingga terjadi peningkatan kadar glukosa darah.
Pada luka bakar terjadi resistensi insulin yang diakibatkan oleh penurunan insulinmediated glucose uptake di otot skelet yang dipengaruhi oleh pelepasan mediator
inflamasi. Akt/PKB, suatu enzim di otot skelet yang bertanggung jawab untuk uptake
glukosa dan sintesis glikogen terganggu pada luka bakar dan hal ini berpengaruh
pada gangguan metabolisme dan muscle wasting pada pasien luka bakar
PERTANYAAN MATERI METABOLIK STRESS, TINDAKAN BEDAH
1. Sebutkan dan jelaskan apa saja fase respon metabolic terhadap stress?
-
Fase ebb
Fase ebb dimulai segera setelah terjadi hipovolemia, stres, shock, baik akibat
trauma atau sepsis dan berlangsung selama12-24 jam. Ditandai dengan penurunan
cardiac output, penurunan konsumsi oksigen, suhu tubuh rendah dan kadar insulin
menurun karena glucagon meningkat
-
Fase flow katabolic
ditandai dengan curah jantung (CO) yang tinggi dengan restorasi oxygen delivery
dan substrat metabolik. Durasi fase flow tergantung pada keparahan trauma atau
adanya infeksi dan perkembangan menjadi komplikasi. Secara khas, puncak fase
ini adalah sekitar 3-5 hari, dan akan turun pada 7-10 hari,, selain itu terjadi
peingkatan suhu tubuh , peningkatan total energy, dimulainya katabolisme protein
tubuh dan peningktan produksi gluosa, FFAS , serta sirkulasi insulin/ glucagon.
-
Fase flow anabolic
Nafsu makan mulai meningkat dan Asupan sangat penting untuk mengembalikan
jaringan otot dan meningkatkan sintesa protein
2. Bagaimana cara pemberian diet paska bedah pada saluran cerna?
Jawab:
Diet paska bedah dapat diberikan melalui:
(NGT) Nasogatric Tube dengan menggunakan formula MLP Gaster  diberikan
-
pada pasien koma, combutio, psikis. diet yang diberikan dalam bentuk Cair kental
penuh (MLP) 1 Kcal/cc, dengan pemberian 250 ml tiap 3 jam
pipa jejenum  diberikan pada pasien yang telah melakukan pengangkatan
-
lambung, pemotongan duodenum dll, cara pemberian pipa langsung ke jejenum,
diet yang diberikan dalam bentuk formula elemental yang diberikan per drip (tetes
demi tetes) atau continuous tujuan nya agar tidak mengalami diare atau kejang
3. Apa saja tujuan pemberian diet pasca bedah?
Jawab:
Agar status gizi pasien segera normalmempercepat proses penyembuhan dan
meningkatkan daya tahan tubuh px dengan cara :
-
Memberikan kebutuhan dasar (cairan, energi, protein)
-
Mengganti kehilangan protein, glikogen, Fe
-
Memperbaiki ketidakseimbangan elektrolit dan cairan
DAFTAR PUSTAKA
1. Setianingsih dan Anna, Anatasia. Perbandingan Enteral Dan Parenteral Nutrisi Pada
Pasien Kritis : A Literature Review. Bandung: Universitas Padjajaran Bandung. 2014
2. Fitri, Eka Yulia. Respon Stres Pada Pasien Kritis. Jurnal Keperawatan Sriwijaya, Volume
1 - Nomor 1, Juli 2014, ISSN No 2355 5459. 2014
3. Efrida1, Parwati, Idan dan Redjeki, I. Sri. Pendekatan Stewart Dalam Ph Darah Yang
Mendasari Asidosis Metabolik. Indonesian Journal of Clinical Pathology and Medical
Laboratory, Vol. 19, No. 2, Maret 2013: 79–87.
4.
Download