KARAKTERISTIK MORFOLOGIS DAN GENETIK ITIK

advertisement
Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner 2006
KARAKTERISTIK MORFOLOGIS DAN GENETIK ITIK
TALANG BENIH DI BENGKULU
(Characteristic of Morphologic an Genetic on Talang Benih Duck
in Bengkulu)
AZMI1, GUNAWAN1 dan EDWAR SUHARNAS2
1
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Bengkulu, Jl. Irian Km.6,5 Bengkulu 38119
2
Universitas Bengkulu
ABSTRACT
Talang Benih Duck are representing the original duck of Bengkulu coming from Countryside of Talang
Benih of sub district of Curup of Regency of Rejang Lebong. This Duck have looked after old, domesticated
and expand in other; dissimilar area in region of Bengkulu Province. Looked after by farmer to produce the
egg. In the year 2004 have been executed by study at the local duck to know its characteristic. To know the
characteristic morphologies. Method used by taking as much 100 tail of sample of duck which is looked after
by breeder farmer in Countryside of Talang Benih. All character or tabulation marking morphologic is so that
got by marking morphologic expected. While to know the characteristic genetic, method used to study the
characteristic genetic is with analysing protein of blood of duck use the electrophoresis technique. Analyse
the polymorphism of protein of blood of duck done to 8 samples taken at random. From result of
iventarisation of population and morphologic got by marking of morphologic of duck that is fur colour
generally carmine (chocolate) or vary the brown (rebuin/blorok) (75%), turning white cleanness, yellowish
white (15%), dusty – black ash or mixture (10%) and other (5%), its body slender, short neck and not too
straighten the, head not too big, its eye is located and clear is part for head and also its colour drake is darker.
Body weight between 1,6 – 2,0 kg and produce the egg reach 70 – 75%, hatch is more or less 28 day while
adult reached at age 6 – 7 month moon. Very adapting environmentally is wet and has the sensitivity to very
high environment. From analysis of polymorphism, genetic of protein of blood of livestock of Talang Benih
Duck of Locus of Post Albumin (Pa) can be made by specific of characteristic of genetic and status from
individual with the storey; level of Variabilitas genetic still lower.
Key Words: Talang Benih Duck, Characteristic of Morfologis and Genetic, Lokus Post Albumin
ABSTRAK
Itik Talang Benih merupakan itik asli Bengkulu yang berasal dari Desa Talang Benih Kecamatan Curup
Kabupaten Rejang Lebong. Itik ini telah lama dipelihara, berdomestikasi dan berkembang di daerah lain
dalam wilayah Propinsi Bengkulu. Dipelihara oleh petani untuk produksi telur. Pada tahun 2004 telah
dilaksanakan pengkajian pada itik lokal tersebut untuk mengetahui karakteristiknya. Metode yang digunakan
untuk mengkaji karakteristik morfologis adalah dengan mengambil sebanyak 100 ekor sampel itik Talang
Benih yang dipelihara oleh petani peternak di Desa Talang Benih Kecamatan Curup Kabupaten Rejang
Lebong. Semua karakter atau ciri-ciri morfologis ditabulasikan sehingga didapatkan ciri-ciri morfologis yang
diharapkan. Sedangkan untuk mengetahui karakteristik genetik, metode yang digunakan untuk mengkaji
karakteristik genetik adalah dengan menganalisis protein darah itik Talang Benih menggunakan teknik
elektroforensis. Analisis polimorfisme protein darah itik Talang Benih dilakukan terhadap 8 ekor sampel yang
diambil secara acak. Dari hasil iventarisasi populasi dan morfologis didapatkan ciri-ciri morfologis itik
Talang Benih yaitu warna bulu umumnya merah tua (coklat) atau bervariasi bertotol-totol coklat
(rebuin/blorok) (75%), putih bersih, putih kekuning-kuningan (15%), abu-abu hitam atau campuran (10%)
dan lainnya (5%), tubuhnya langsing, leher pendek dan tidak terlalu tegak, kepala tidak terlalu besar, matanya
jernih dan terletak kebahagian atas kepala serta itik-itik jantan warnanya cendrung lebih gelap. Berat badan
dewasa antara 1,6 – 2,0 kg dan produksi telur mencapai 70 – 75%, lama penetasan lebih kurang 28 hari
sedangkan dewasa kelamin dicapai pada umur 6 – 7 bulan. Sangat beradaptasi dengan lingkungan yang basah
dan mempunyai kepekaan terhadap lingkungan yang sangat tinggi. Dari analisis polimorfisme genetik pada
protein darah ternak itik Talang Benih Lokus Post Albunim (Pa) dapat dijadikan penciri karakteristik genetik
716
Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner 2006
dan status dari individu itik Talang Benih Curup Kabupaten Rejang Lebong dengan tingkat Variabilitas
genetik masih rendah.
Kata Kunci: Itik Talang Benih, Karakteristik Morfologis dan Genetik,Lokus Post Albumin
PENDAHULUAN
Plasma nutfah merupakan bahan genetik
yang memiliki nilai guna, baik secara nyata
maupun yang masih berupa potensi. Wilayah
Indonesia yang membentang luas dengan
kondisi geografis dan ekologi yang bervariasi
telah menciptakan keanekaragaman plasma
nutfah
yang
sangat
tinggi.
Dengan
keanekaragaman plasma nutfah, terbuka
peluang yang besar bagi upaya program
pemuliaan guna memperoleh manfaat secara
optimal (KURNIAWAN et al., 2004).
Untuk mengurangi atau bahkan mencegah
terjadinya erosi genetik yang makin meningkat
terhadap plasma nutfah, maka perlu perhatian
yang besar terhadap plasma nutfah yang ada
terutama varietas-varietas lokal baik tanaman
maupun hewan. Perhatian diberikan dalam
bentuk kegiatan inventarisasi (koleksi),
pendataan (dokumentasi) dan pelestarian
(konservasi). Guna meningkatkan nilai
gunanya perlu diikuti dengan upaya
identifikasi karakter penting melalui kegiatan
karakterisasi dan evaluasi secara sistematis dan
berkelanjutan seperti melalui seleksi maupun
rakayasa genetik agar mudah memanfaatkannya
(HANDOYO, 2005).
Menurut MAEDA et al. (1980), sangat
diperlukan upaya untuk mempertahankan
ternak-ternak lokal disuatu daerah atau negara
karena ternak-ternak tersebut telah beradaptasi
dengan keadaan lingkungan baik terhadap
makanan yang bernilai gizi rendah maupun
penyakit terutama di daerah tropis. Namun
inventarisasi terhadap potensi berbagai
sumberdaya genetik ternak, distribusi dan
performans, perkembangan masih belum
lengkap sehingga sangat sulit dilakukan
kebijakan-kebijakan yang strategis khususnya
arah dan program kerja manajemen
pemanfaatan dan konservasi sumberdaya
genetik ternak baik secara morfologis maupun
genetik (gen).
Akibat perkawinan silang ternak lokal
dengan ternak impor yang dilaksanakan tanpa
rencana dan evaluasi yang mantap, akan
menyebabkan keragaman gen di dalam bangsa
dan antara bangsa ternak mengalami
penurunan.
Ternak-ternak
lokal
telah
mengalami seleksi alam dan buatan oleh
manusia setempat dan telah beradaptasi dengan
baik terhadap lingkungannya. Sifat daya
adaptasi ternak lokal yang baik terhadap
lingkungan
alamnya
menjadi
hilang
dikarenakan persilangan dengan bangsa-bangsa
ternak lain, sedangkan untuk meningkatkan
mutu genetik ternak-ternak lokal kurang sekali
dilakukan (HARDJOSWORO, 1985).
Suatu masalah penting dalam upaya
pelestarian sumberdaya genetik ini adalah
mengenai macam keragaman genetik mana dan
gen-gen mana yang perlu dipertahankan dalam
populasi. Gen-gen yang mengontrol daya tahan
terhadap pengaruh lingkungan yang ekstrim
seperti temperatur yang tinggi dan temperatur
yang rendah dan terhadap penyakit virus,
bakteri harus dipertahankan (YELLITA, 1998).
Daya tahan umumnya sudah dimiliki oleh
ternak lokal setempat dan daya tahan ternak
lokal ini punah oleh pengaruh persilangan
dengan ternak-ternak import dari daerah lain.
Untuk itu diperlukan suatu upaya untuk
mempertahan dan melestarikan ternak lokal ini
secara murni dan meneliti tentang gen-gen unik
yang dimiliki (MANSJOER, 1985).
Berkaitan dengan hal tersebut diatas
Propinsi Bengkulu sebagai suatu propinsi yang
kaya akan sumberdaya peternakan cukup
banyak mempunyai ternak sebagai sumber
plasma nutfah, baik itu yang disinyalir sebagai
ternak asli Propinsi Bengkulu maupun ternakternak hasil persilangan yang sudah banyak
dimanfaatkan oleh petani di pedesaan. Diantara
ternak-ternak itu adalah itik Talang Benih yang
hidup di desa Talang Benih Kecamatan Curup
Kabupaten Rejang Lebong.
Dari hasil inventarisasi karakter morfologis
yang sudah dilakukan sebelum kegiatan ini,
diasumsikan bahwa semakin dekat jaraknya
dengan daerah-daerah lain yang juga memiliki
populasi ternak dengan spesies yang berbeda,
semakin besar kemungkinan untuk terjadi
perkawinan silang.
717
Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner 2006
MATERI DAN METODE
Untuk mengetahui karakteristik morfologis,
sebagai bahan deskripsi itik Talang Benih,
digunakan hasil pengkajian AZMI et al. (2003)
tentang pengkajian produktivitas Itik Talang
Benih. Pengkajian dilaksanakan selama 6 bulan
terhadap 110 ekor itik berumur 5 – 6 bulan
yang dipelihara secara semi intensif dalam
kandang ranch. Itik diberi ransum dedak lokal
Desa Talang Benih 75%, jagung giling 15%,
kepala teri 8%, grit 1,5% dan Top Mix 0,5%.
Pengamatan morfologis dilakukan secara
manual berdasarkan aspek subyektif yang lebih
diarahkan kepada kepekaan peternak sesuai
dengan pengalaman terhadap itik yang
dianggap
bermutu
tinggi.
Pengamatan
dilakukan dengan mengambil 100 ekor sampel
itik Talang Benih yang tersebar disemua
populasi yang dipelihara oleh petani peternak
di Desa Talang Benih Kecamatan Curup
Kabupaten Rejang Lebong dari total populasi
700 ekor. Semua karakter atau ciri-ciri
morfologis ditabulasikan sehingga didapatkan
ciri-ciri morfologis yang diharapkan.
Metode yang digunakan untuk identifikasi
karakteristik
genetik
adalah
dengan
menganalisis protein darah dari itik Talang
Benih
dengan
menggunakan
teknik
elektroforesis. Analisis polimorfisme protein
darah itik Talang Benih dilakukan terhadap 8
ekor sampel yang diambil secara acak.
Sebagaimana diketahui protein merupakan
salah satu makromolekul yang dihasilkan sel
hidup yang diantaranya berfungsi sabagai
tempat
menyimpan
informasi
genetik
(RODWELL, 1983), serta merupakan produk
lansung gen yang relatif tidak terpengaruh oleh
perubahan lingkungan. Setiap kelompok
protein diwariskan dari generasi ke generasi
dan merupakan penampilan bentuk alel pada
lukusnya (NICHOLAS, 1987), sehingga dengan
mengetahui karakteristik protein darah dapat
diketahui genotip setiap individu dan
populasinya.
Elelektroforesis merupakan salah satu cara
atau teknik yang dapat digunakan untuk
memisahkan berbagai molekul kimia dengan
menggunakan arus listrik. Pemisahan dilakukan
berdasarkan ukuran, berat molekul dan muatan
listrik yang dikandung oleh makro molekul
(OGITA dan MARKET, 1979).
718
MAEDA et al. (1980) melaporkan bahwa
elektroforesis tidak hanya digunakan untuk
mendeteksi variasi alel gen dari suatu individu
tetapi juga dapat digunakan untuk menduga
variasi genetik dalam suatu populasi.
Sejumlah besar perbedaan-perbedaan yang
diatur secara genetis telah ditemukan dalam
globulin (transferin), albumin dan enzim-enzim
darah dan haemoglobine. Perbedaan-perbedaan
tersebut ditentukan dengan prosedur biokimia
antara lain dengan elektroforensis. Lebih lanjut
dijelaskan bahwa polimorfisme biokimia yang
diatur secara genetis sangat berguna untuk
membantu penentuan asal usul, menyusun
hubungan filogenetis antara species-species.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Karakteristik morfologis
Itik Talang Benih adalah itik yang
dipelihara dan dikembangkan oleh petani di
Desa Talang Benih Kabupaten Rejang Lebong
Propinsi Bengkulu dengan populasi total hanya
tinggal lebih kurang 700 ekor. Dari hasil
iventarisasi populasi dan morfologis diperoleh
ciri-ciri morfologis itik Talang Benih seperti
disajikan pada gambar 1.
Gambar 1. Karakteristik morfologis itik Talang
Benih
Warna bulu umumnya merah tua (coklat)
atau bervariasi bertotol-totol coklat (rebuin/
blorok) (75%), putih bersih, putih kekuningkuningan (15%), abu-abu hitam atau campuran
(10%) dan lainnya (5%), tubuhnya langsing,
leher pendek dan tidak terlalu tegak, kepala
Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner 2006
demikian ditemukan variasi genotip maupun
fenotip yang berbeda pada Lokus Albumin
diantara individu ternak itik Talang Benih. Hal
ini sesuai dengan penelitian pada ternak itik
jenis lain juga ditemukan 3 jenis band seperti
halnya itik Talang Benih. Salah satunya
misalnya pada itik Ciahateup Tasikmalaya juga
variasi 3 band (pita).
Dengan demikian terdapat genotip yang
heterozigot pada ternak-ternak itik Talang
Benih yang dipelihara di Curup Kabupaten
Rejang Lebong, dengan adanya genotip AlbAB ,
AlbAC dan AlbBC. Jadi pita protein darah yang
diidentifikasikan menunjukan pola heterozigot.
Dari hasil elektroporetgram dapat diketahui
bahwa pada semua individu sampel terdapat 2
(dua) pita yaitu: Tipe A (PaA) dan tipe B (PaB)
dengan frekuensi gen masing-masing adalah
0,8125 dan 0,1875. Tipe dan susunan genotip
dari kedua tipe itu juga berbeda, AA (PaAA)
dan AB (PaAB), disajikan pada Gambar 2.
Jika dibandingan dengan itik-itik jenis lain
seperti itik Cihateup dari Tasikmalaya yang
sementara ini disinyalir merupakan daerah asal
itik Talang Benih, ternyata terdapat perbedaan,
pada itik Tasikmalaya tidak ditemukan adanya
lokus post albumin pada analisis elektroforesis
plasma darahnya (WAHYUNI dan PENI, 2004).
Variasi Elektroforensis Serum Fenotipe dari
itik Cihateup disajikan pada Tabel 2.
tidak terlalu besar, matanya jernih dan terletak
kebagian atas kepala, itik-itik jantan warnanya
cenderung lebih gelap.
Berat badan dewasa antara 1,6 – 2,0 kg dan
produksi telur bisa mencapai 70 – 75% dengan
lama penetasan lebih kurang 28 hari. Dewasa
kelamin bisa dicapai pada umur 6 – 7 bulan,
tergantung dari kualitas ransum yang diberikan
dan
sistem
pemeliharaannya.
Sangat
beradaptasi dengan lingkungan basah dan
mempunyai kepekaan sangat tinggi terhadap
lingkungan.
Karakteristik genetik
Dari hasil elektroforesis terdapat lima jenis
protein darah yang dapat diamati yaitu:
Albumin (Alb), Postalbumin (Pa), Transferin
(Tf),
Posttransferin-1
(Ptf-1)
dan
Posttransferin-2 (Ptf-2), disajikan pada Tabel 1.
Lokus Albumin (Alb), ditampilkan oleh
semua individu sampel yang dianalisis. Jumlah
band (pita) yang ditampilkan diantara masingmasing individu dari semua sampel tersebut
adalah sama yakni sebanyak 3 (tiga) pita yaitu:
Tipe A (AlbA) dengan frekuensi gen 0,550, tipe
B (AlbB) frekuensi gen 0,3125 dan Tipe C
(AlbC) frekuensi gen 0,3125 tetapi dengan
susunan genotip yang berbeda. Dengan
Tabel 1. Variasi elektroforensis serum fenotipe albumin (alb), post albumin, transferin, post-tranferin-1,
post-transferin-2 dan frekwensi gen itik Talang Benih Bengkulu
Jenis
Serum
Albumin
Jumlah
sampel
8
Post
albumin
8
Transferin
8
Posttransferin
-1
8
Posttransferin
-2
8
Fenotipe
Frekwensi gen
A
AB
AC
B
BC
C
Alb A
Alb B
Alb C
0
3
3
0
2
0
0,550
0,3125
0,3125
(1,125)
(1,875)
(1,875)
(0,78125)
-
Pa A
Pa B
-
0,8125
0,1875
5
3
5,281
2,4375
-
-
-
-
-
-
0
(1,5625) (0,38125)
-
-
0,281
-
-
-
6
2
0
6,125
1,750
0,125
7
1
0
3,938
2,53
1,531
8
0
0
-
-
-
Tf B
Tf C
0,8750
0,1250
Ptf-1 B
Ptf-1 C
0,8750
0,1250
Ptf-2 B
Ptf-2 C
1,000
0,000
719
Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner 2006
P tf-2
Ptf-1
Tf
Pa
Alb
Gambar 2. Elektropotretgram plasma darah itik Talang Benih
Type Ptf-2
Type Ptf-1
Type Tf
Type Pa
Type Alb
BB
BB
BB
AB
BC
BB
BB
BB
AA
AC
BB
BB
BB
AB
AB
BB
BB
BC
AA
AB
BB
CC
BB
AA
AB
BB
BB
BB
AA
AC
BB
BB
BC
AA
AC
BB
BB
BB
AB
BC
Tabel 2. Variasi elektroforensis serum fenotipe albumin (Alb), transferi (Tf), post dan pretransferin serta
frekwensi gen itik Cihateup Tasikmalaya
Jenis
serum
Jumlah
sampel
A
AB
AC
B
BC
C
Alb A
Alb B
Alb C
Albumin
10
1
2
7
0
0
0
0,550
0,1
0,35
Pre
transferin
10
2
5
3
0
0
0
Pret A
Pret B
Pret C
0,6
0,25
0,15
Transferin
10
-
Tf B
Tf C
0,65
0,35
Post
transferin
10
Tf B
Tf C
1,0
0,0
720
Fenotipe
-
-
-
-
-
-
Frekwensi Gen
3
7
0
6,125
1,750
0,125
10
0
0
-
Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner 2006
Dengan demikian bisa kita asumsikan
bahwa lokus post albumin ini merupakan suatu
penciri genetik untuk itik Talang Benih
khususnya adanya lokus PaA yang mempunyai
frekeuensi gen 0,8125 ini adalah gen penciri
dari populasi itik Talang Benih. Sedangkan
adanya frekuensi gen PaB sebesar 0,1875
disebabkan seringnya terjadi persilangan
dengan itik lain.
Hasil analisis elektroforesis ditemukan
adanya 2 (dua) pita alel yaitu: B (TfB) dan C
(TfC) dengan frekuensi gen masing-masing
adalah 0,8750 dan 0,1250. Selanjutnya terdapat
adanya variasi polimer heterozigot maupun
yang homozigot untuk alel-alel BB (TfBB) dan
BC (TfBC). Dengan demikian dapat dikatakan
bahwa pada lokus transferin disemua plasma
darah yang dianalisis terdapat adanya
polimorfik protein darah yang bisa disebut
sebagai suatu pola keragaman genetik itik-itik
Talang Benih tersebut. Jika dibandingkan hasil
analisis ini dengan penelitian Yuni (2004),
pada elektroforesis protein darah itik Cihateup
Tasikmalaya (Tabel 2) terlihat bahwa pada itk
Talang Benih frekuensi gen TfB lebih besar,
dengan demikian gen ini bisa dijadikan penciri
genetik itk Talang Benih sedangkan gen TfC
dipakai sebagi penciri derajat aliran gen lain
kedalam populasi itik Talang Benih.
Pada lokus Postranferin-1 (Ptf-1) hanya
terdapat satu lokus yang berbeda yaitu pada
alel Ptf-1CC, sedangkan yang lain menunjukan
tipe alel yang sama Ptf-1BB dengan frekuensi
gen masing-masing adalah 0,8750 dan 0,1250.
Semua individu tidak menunjukan adanya
variasi Postrnasferin-2 (Ptf-2) tetapi semua
homozigot untuk pasangan alel Ptf-2BB dengan
frekuensi gen 1,000. Hal ini membuktikan
tidak ditemukan adanya polimorfisme pada
lokus ini pada ternak itik Talang Benih.
Gambaran variasi genetik yang sangat rendah
ini bisa saja sebagai akibat telah terjadi
inbreeding dalam populasi ternak itik yang dan
dalam perspektif plasma nutfah ternak itik, hal
ini perlu diwaspadai karena kemungkinan
terjadi tekanan inbreeding
(inbreeding
depression) yang akan menyebabkan terjadinya
implikasi yang negatif pada perkembangan
populasi ternak itik Talang Benih pada
generasi-generasi berikutnya. Karena setiap
terjadinya silang dalam (inbreeding) akan
selalu diikuti dengan menurunnya usia hidup,
laju kematian meningkat dan menurunnya
tingkat kesuburan sekitar 54 – 72%
(HELVOORT , 1988).
Berdasarkan hasil interpretasi fenotip
masing-masing individu yang dianalisa dapat
diduga tingkat variabilitas genetik individuindividu ternak tik Talang Benih dengan ratarata angka heterozigositas 0,28122 atau
28,12%. Rendahnya angka hetrozigositas ini
menunjukan keadaan sering terjadinya silang
dalam dipopulasinya, hal ini pelu diwaspadai
karena dapat menyebabkan munculnya sisfatsifat produksi yang rendah seperti pertambahan
berat badan yang rendah, produksi telur turun.
Pemeliharaan keanekaragaman genetik dan
heterosigositas akan menambah lebih banyak
kesulitan sebagian populasi yang kecil.
KESIMPULAN DAN SARAN
Karakteristik morfologis itik Talang Benih
adalah: warna bulu umumnya merah tua
(coklat) atau bervariasi bertotol-totol coklat
(rebuin/blorok), tubuhnya langsing, leher
pendek dan tidak terlalu tegak, kepala tidak
terlalu besar, matanya jernih dan terletak
kebagian atas kepala, itik-itik jantan warnanya
cenderung lebih gelap. Sangat beradaptasi
dengan lingkungan basah dan mempunyai
kepekaan sangat tinggi terhadap lingkungan.
Karakteristik genetis dan status individu
itik Talang Benih dicirikan dengan adanya
Lokus Post Albunim (Pa) pada protein darah.
Tingkat variabilitas genetik ternak itik
Talang Benih masih rendah.
Perlu dilakukan upaya lanjut guna
melestarikan plasma nutfah itik Talang Benih
dengan melakukan kegiatan seleksi yang ketat
dan penangkaran untuk mempertahankan
variablitas
gen-gen
unik/spesifik
yang
dimilikinya.
Kegiatan pelestarian dan penangkaran
yang dimaksud butir 1 dibuat dalam suatu
program
yang
berkelanjutan
dengan
memperhatikan aspek keberurutan kegiatan
setiap tahun (backward and foreward linkages)
Dibutuhkan dukungan semua intansi
terkait dan multi disiplin ilmu dalam rangka
meneliti dan melestarikan plasma nutfah itik
Talang Benih yang ada di Propinsi Bengkulu.
Hasil ini perlu disosialisasikan kepada
masyarakat agar ada kesamaan visi antara
721
Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner 2006
pemerintah dan masyarakat tentang pentingnya
pelestarian plasma nutfah ternak spesifik
Bengkulu sebagai suatu keanekaragaman
hayati di Propinsi Bengkulu.
DAFTAR PUSTAKA
AZMI, DALIANI S. dan BAHAGIA. 2003. Pengkajian
Produktivitas Itik Talang Benih. Laporan
Akhir Tahun Proyek PAATP Bengkulu.
HANDOYO J., SHERLY SISCA dan MASTUTININGSIH.
2005. Sekilas Keragaman Hayati di Jawa
Tengah. Artikel dalam Warta Plasma Nutfah
Indonesia, nomor 17 tahun 2005.
HARDJOSWORO, P.S. 1985. Konservasi Ternak Asli.
Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor.
KURNIAWAN, IDA HARANIDA S, HADIATMI dan
ASADI. 2004. Katalog Data Paspor Plasma
Nutfah Tanaman Pangan. Balai Besar
Penelitian dan Pengembangan Bioteknologi
dan Sumberdaya Genetik Pertanian. Bogor.
MAEDA, Y., K.W. WASBURN and H.I. MARKS. 1980.
Protein Polymorphism in Quail population
selected for largebody. Anim. Bloods grps.
Biochem. Genet. 11: 215 – 260.
722
MANSJOER, S.S. 1985. Pengkajian sifat-sifat
produksi ayam kampung serta persilangannya
dengan ayam Rhode Island Red. Disertasi.
Fakultas Pascasarjana Institut Pertanian Bogor.
NICHOLAS, F.M. 1987. Veterinary
Clarendon press. Oxford.
genetics.
OGITA, Z.I. and C.L. MARKET. 1979. A Miniaturized
system for electrophorensis on polyacrilamide
gells. In analytical Biochem. 99: 233 – 241.
RODWELL, V.N. 1983. Protein Biokimia (Review od
Biochemistry) Edisi 19. EGC Penerbit Buku
Kedokteran.
WAHYUNI, A. dan PENI S. HARDJOSWORO. 2004.
Kajian Karakteristik Biologis Itik Cihateup
dari Kabupaten Tasikmalaya dan Garut. Tesis.
Pascasarjana Institut Pertanian Bogor.
YELLITA, Y. 1998. Pola Polimorfisme Protein Darah
Itik Lokal Sumatra Barat. Thesis. Pascasarjana
Universitas Andalas Padang.
Download