ORGAN REPRODUKSI DAN GAMET IKAN Aditya Faturrohman Pratama – 1182060005 Program Studi Pendidikan Biologi ABSTRAK Praktikum kali ini bertujuan untuk mengamati dan mengetahui organ reproduksi juga gonad pada ikan, khususnya ikan Nila (Oreochromis niloticus).Sistem reproduksi jantan meliputi organ-organ reproduksi, spermatogenesis dan hormon-hormon jantan. Sementara pada betina meliputi organ-organ reproduksi, oogenesis dan hormone-hormon betina. Secara umum organ reproduksi atau organ kelamin dibedakan menjadi dua bagian, yaitu organ reproduksi dalam dan organ reproduksi luar. Kedua organ tersebut tidak terpisah satu dengan lainnya, melainkan saling berhubungan. Organ reproduksi luar ikan Nila jantan berupa tonjolan agak runcing yang berfungsi sebagai muara urin dan saluran sperma yang terletak di depan anus. Pada organ reproduksi dalam ikan Nila jantan letaknya yaitu di bagian tengah rongga perut bawah tulang belakang yang memanjang sampai lubang pengeluaran sperma dan urin sesuai dengan testis ikan berbentuk seperti kantong dengan lipatan-lipatan, serta dilapisi dengan suatu lapisan sel spermatogenik (spermatosit), testis berjumlah sepasang, digantungkan pada dinding tengah rongga abdomen oleh mesorsium.. Bentuknya oval dengan permukaan yang kasar. Sepasang testis ini bertemu pada saluran epididymis dan vas deferens yang merupakan saluran penghubung antara testis dan lubang genital, namun pada pengamatan bagian epididymis tidak teramati karena terputus ketika pengambilan testis. Ikan Nila betina mempunyai lubang genital terpisah dengan lubang saluran urin yang terletak di depan anus. Pada ikan Nila betina terlihat bahwa letak ovarium yang sepasang berada di bagian tengah memanjang sampai ke dekat saluran pengeluaran ovary. Pada ovarium ini terlihat adanya telur-telur berwarna putih kekuningkuningan yang jumlahnya banyak mengisi rongga pada ovarium tersebut. Berdasarkan pengamatan telur-telur tersebut relative masih kecil-keicil dan ketika dilakukan perhitungan terdapat 478 buah telur. Saluran reproduksi yang dapat teramati dari ikan Nila betina ini adalah oviduk yang berupa saluran pertemuan sepasang ovarium yang menghubungkannya dengan organ reproduksi luar sebagai salurang pengeluaran telur. Kata kunci: Praktikum, Ikan Nila, Testis, Ovarium, saluran reproduksi PENDAHULUAN A. Landasan Teori Menurut (Aryulina, 2004: 285) Sistem reproduksi jantan meliputi organ-organ reproduksi, spermatogenesis dan hormon-hormon jantan. Sementara pada betina meliputi organ-organ reproduksi, oogenesis dan hormone-hormon betina. Secara umum organ reproduksi atau organ kelamin dibedakan menjadi dua bagian, yaitu organ reproduksi dalam dan organ reproduksi luar. Kedua organ tersebut tidak terpisah satu dengan lainnya, melainkan saling berhubungan. Reproduksi adalah kemampuan individu untuk menghasilkan keturunanya sebagai upaya untuk melestarikan jenisnya atau kelompoknya. Tidak setiap individu mampu menghasilkan keturunan, tetapi setidaknya reproduksi akan berlangsung pada sebagian besar individu yang hidup dipermukaan bumi ini. Kegiatan reproduksi pada setiap jenis hewan air berbeda-beda, tergantung kondisi lingkungan. Ada yang berlangsung setiap musim atau kondisi tertentu setiap tahun (Yushinta Fujaya, 2004: 151). Ikan Nila merupakan jenis ikan air tawar. Pada mulanya, ikan Nila berasal dari perairan tawar di Afrika. Di Asia penyebaran ikan Nila pada mulanya berpusat di beberapa negara seperti Filipina dan Cina. Dalam perkembangan selanjutnya, ikan Nila meluas dibudidayakan di berbagai negara, antara lain Taiwan, Thailand, Vietnam, Bangladesh, dan Indonesia. Pengembangan ikan Nila di perairan tawar di Indonesia dimulai tahun 1969. Jenis atau strain ikan Nila yang pertama kali didatangkan ke Indonesia adalah Nila hitam asal Taiwan. Tahun 1981 didatangkan lagi jenis atau strain ikan Nila merah hibrida. Kedua jenis ikan Nila ini telah meluas dibudidayakan di seluruh wilayah perairan nusantara (Rukmana, 1997: 18). Berdasarkan alat kelaminnya, ikan Nila jantan memiliki ukuran sisik yang lebih besar daripada ikan Nila betina. Alat kelamin ikan Nila jantan berupa tonjolan agak runcing yang berfungsi sebagai muara urin dan saluran sperma yang terletak di depan anus. Jika diurut, perut ikan Nila jantan akan mengeluarkan cairan bening (cairan sperma) terutama pada saat musim pemijahan. Sementara itu, ikan Nila betina mempunyai lubang genital terpisah dengan lubang saluran urin yang terletak di depan anus. Bentuk hidung dan rahang belakang ikan Nila jantan melebar dan berwarna biru muda. Pada ikan betina, bentuk hidung dan rahang belakang agak lancip dan berwarna kuning terang. Sirip punggung dan sirip ekor ikan Nila jantan berupa garis putus-putus. Sementara itu, pada ikan Nila betina, garisnya berlanjut (tidak putus) dan melingkar (Amri & Khairuman, 2002: 19). Gambar 1: Perbedaan alat kelamin Nila jantan (kiri) dan Nila betina (kanan) (Sumber: Suyanto, 1993: 12) Gonad adalah bagian dari organ reproduksi pada ikan yang menghasilkan telur pada ikan betina dan sperma pada ikan jantan. Ikan pada umumnya mempunyai sepasang gonad dan jenis kelamin umumnya terpisah (Sukiya, 2005: 20). Ikan memiliki ukuran dan jumlah telur yang berbeda, tergantung tingkah laku dan habitatnya. Sebagian ikan memiliki jumlah telur banyak, namun berukuran kecil sebagai konsekuensi dari kelangsungan hidup yang rendah. Sebaliknya, ikan yang memiliki jumlah telur sedikit, ukuran butirnya besar, dan kadangkadang memerlukan perawatan dari induknya, misal ikan Tilapia (Yushinta Fujaya, 2004: 151). Telur ikan Nila bulat dengan warna kekuningan. Sekali memijah dapat mengeluarkan telur sebanyak 300-1.500 butir tergantung ukuran induk betina. Ikan Nila mulai berpijah pada bobot 100-150 gram, tetapi produksi telurnya masih sedikit. Induk yang paling produktif bobotnya antara 500-600 gram (Suyanto, 1993: 12). Perkembangan gonad merupakan bagian dari reproduksi ikan sebelum terjadi pemijahan. Dasar yang dapat dipakai untuk menentukan tingkat kematangan gonad yaitu dengan mengamati morfologi gonad antara lain bentuk gonad, ukuran panjang gonad, berat gonad, dan perkembangan isi gonad. Ukuran pertama kali matang gonad ikan nila betina yaitu dengan kisaran 185,17 mm. Lagler et al., (1977) menyatakan bahwa ada dua faktor yang mempengaruhi saat pertama kali ikan matang gonad yaitu faktor luar dan faktor dalam. Faktor luar yang mempengaruhinya adalah suhu dan arus, sedangkan faktor dalam seperti perbedaan spesies, umur, ukuran, serta sifat – sifat fisiologis ikan tersebut seperti kemampuan beradaptasi dengan lingkungan (Erni, 2018: 121). Proses pemijahan ikan Nila berlangsung sangat cepat. Telur ikan Nila berdiameter kurang lebih 2,8 mm, berwarna abu-abu, kadang-kadang berwarna kuning, tidak lengket, dan tenggelam di dasar perairan. Telurtelur yang telah dibuahi dierami di dalam mulut induk betina kemudian menetas setelah 4-5 hari. Telur yang sudah menetas disebut larva. Panjang larva 4-5 mm. Larva yang sudah menetas diasuh oleh induk betina hingga mencapai umur 11 hari dan berukuran 8 mm. Larva yang sudah tidak diasuh oleh induknya akan berenang secara bergerombol di bagian perairan yang dangkal atau di pinggir kolam (Amri & Khairuman, 2002: 20-21). Proses diferensiasi kelamin merupakan proses perkembangan gonad ikan menjadi suatu jaringan yang definitif. Fenotip atau perwujudan kelamin bergantung pada dua proses, yaitu faktor genetik dan oleh faktor lingkungan. Kedua proses tersebut secara bersamaan bertanggungjawab pada timbulnya morfologi, fungsional, maupun tingkah laku pada individu jantan atau individu betina. Secara genetik, jenis kelamin sudah ditentukan saat pembuahan, namun pada saat embrio, gonad atau organ kelamin primer masih berada dalam keadaan indiferen, yaitu keadaan saat bakat-bakat untuk menjadi jantan atau betina dalam bentuk rudimeter serta semua kelengkapan struktur-struktur jantan dan betina sudah ada, hanya menunggu perintah diferensiasi dan penekanan ke arah aspekaspek jantan atau betina (Fujaya, 2002). Fujaya (2002) menyatakan bahwa mekanisme diferensiasi kelamin mulamula berawal dari adanya sintesis hormon yang terjadi bila ada perubahan lingkungan (tidak sesuai dengan kondisi normal atau adanya ketidakseimbangan antara kondisi dalam dan luar tubuh). Perubahan lingkungan yang terjadi akan diterima oleh indra, lalu disampaikan ke sistem syaraf pusat, setelah itu dikirim ke hipotalamus, kemudian memerintahkan kelenjar hipofisis untuk mengeluarkan atau melepaskan hormon gonadatropin. Hormon gonadotropin ini masuk ke dalam darah dan dibawa ke gonad sebagai suatu petunjuk untuk memulai pembentukan gonad. Hormon jantan utamanya adalah testosteron dan betina estrogen. Beberapa faktor yang dapat mempengaruhi fungsi reproduksi pada spesies ikan terdiri dari faktor eksternal dan faktor internal. Faktor eksternal meliputi curah hujan, suhu, sinar matahari, tumbuhan dan adanya ikan jantan. Pada umumnya ikan-ikan di perairan alami akan memijah pada awal musim hujan atau pada akhir musim hujan, karena pada saat itu akan terjadi suatu perubahan lingkungan atau kondisi perairan yang dapat merangsang ikan-ikan untuk berpijah. Faktor internal meliputi kondisi tubuh dan adanya hormone reproduksi (Redding & Reynaldo, 1993). Adapun faktor internal yaitu tersedianya hormon steroid dan gonadotropin baik dalam bentuk hormon Gonadotropin I (GtH I) dan Gonadotropin II (GtH II) dalam jumlah yang cukup dalam tubuh untuk memacu kematangan gonad diikuti ovulasi serta pemijahan. Sebaliknya bilamana salah satu atau kedua hormon; tersebut tidak mencukupi dalam tubuh maka perkembangan oosit dalam ovarium terganggu bahkan akan berhenti dan mengalami atresia (Pitcher, 1995). B. Tujuan Praktikum kali ini bertujuan untuk mengetahui organ reproduksi dan gamet pada ikan Nila (Oreochromis niloticus). METODE A. Waktu dan Tempat Praktikum Organ Reproduksi dan Gamet Ikan ini dilaksanakan di rumah masing-masng pada Rabu,17 Maret 2021 pukul 06.50 WIB. B. Alat dan Bahan 1. Alat a. Seperangkat peralatan bedah yang terdiri dari: 1) Pisau, dalam praktikum pembedahan pisau biasanya dgunakan untuk memotong atau menyayat objek bedah agar dapat melihat organ dalamnya. 2) Gunting, dalam praktikum pembedahan guting biasaya digunakan sebagai alat pemotong agar potongan objek bedah lebih rapih. Umumnya digunakan untuk mengadakan bukaan pertama pada bagian tubuh yang akan diperiksa. b. Kapas steril, digunakan untuk membershkan darah ataupun kotoran agar pengamatan organ juga gonad menjadi lebih jelas. c. Bak / nampan, sebagai tempat atau alas pembedahan ikan. d. Jarum pentul, digunakan untuk memakukan (merentang) bagian-bagian alat tubuh pada papan bedah. Juga dapat digunakan untuk memisahkan bagian alat tubuh yang sangat kecil dan halus. e. Mangkuk, digunakan untuk menaruh ikan atau organ yang sudah ditemukan. f. Handphone, digunakan sebagai alat dokumentasi organ reproduksi dan gonad pada ikan yang diamati. g. Label, digunakan untuk menandakan organ reproduksi dan gonad yang telah ditemukan. 2. Bahan a. Ikan nila (Oreochromis niloticus) Adapun morfologi ikan nila menurut Amri dan Khairuman (2007) yaitu lebar badan ikan nila umumnya sepertiga dari panjang badannya. Bentuk tubuhnya memanjang dan ramping, sisik ikan nila relatif besar, matanya menonjol dan besar dengan tepi berwarna putih. Ikan nila mempunyai lima buah sirip yang berada di punggung, dada, perut, anus, dan ekor. Pada sirip dubur (anal fin) memiliki 3 jari-jari keras dan 9-11 jari-jari sirip lemah. Sirip ekornya (caudal fin) memiliki 2 jari-jari lemah mengeras dan 16-18 jari-jari sirip lemah. Sirip punggung (dorsal fin) memiliki 17 jarijari sirip keras dan 13 jari-jari sirip lemah. Sementara sirip dadanya (pectoral fin) memiliki 1 jari-jari sirip keras dan 5 jari-jari sirip lemah. Sirip perut (ventral fin) memilki 1 jari-jari sirip keras dan 5 jari-jari sirip lemah. Ikan nila memiliki sisik cycloid yang menutupi seluruh tubuhnya (Lukman, 2014: 23) b. Tisu, digunakan untuk membersihkan kotoran atau darah agar pengamatan dapat terlihat jelas, selain itu juga dapat digunakan untuk membersihkan peralatan-peralatan yang digunakan untuk pembedahan. C. Prosedur Kerja 1. Ikan diletakan pada bak parafin atau nampan bedah. 2. Dilakukan pembedahan secara hati-hati agar organ dalam ikan tidak rusak. 3. Pembedahan dimulai dari menyayat perut ikan dengan pisau bedah, selanjutnya dibuka selaput. 4. Dinding tubuh yang telah dipotong dibuka dengan menfiksasinya dengan jarum pentul pada bak. 5. Diindentifikasi dan digambar dengan jelas, benar dan proporsional organ-organ eksternal dan internal yang ada di dalam rongga tubuh ikan yang dibedah. 6. Organ-organ yang ditemukan diberi label, diantaranya testis pada ikan jantan dan ovarium pada ikan betina. rongga perut dengan menggunakan gunting bedah. 7. Setelah organ reproduksi ikan dbedah, diamati dan digambar, selanjutnya ovarium maupun testis diangkat dari rongga tubuh. Pengangkatan ovarium dan testis harus dilakukan dengan hati-hati agar saluran testis dan saluran telurnya tidak putus 8. Panjang testis dicatat dan diukur, serta Panjang ovarium ikan serta dihitung jumlah telurnya. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Organ reproduksi jantan Eksternal Internal Organ reproduksi betina Eksternal Internal Gambar tulis beserta keterang an Dokume ntasi organ asli beserta keterang an Jumlah telur 478 B. Pembahasan Praktikum kali ini bertujuan untuk mengamati dan mengetahui organ reproduksi juga gonad pada ikan, khususnya ikan Nila (Oreochromis niloticus). Maka itu pembahasan difokuskan mengenai morfologi, fisiologi ataupun anatomi dari organ reproduksi dan gonad jantan maupun betina ikan Nila yang dijadikan objek pembedahan. Ikan Nila yang digunakan pada praktikum kali ini yaitu untuk jantan menggunakan ikan nila merah dan untuk betina menggunakan ikan nila hitam. Berdasarkan (Aryulinda, 2004: 284) secara umum organ reproduksi atau organ kelamin dibedakan menjadi dua bagian, yaitu organ reproduksi dalam dan organ reproduksi luar. Kedua organ tersebut tidak terpisah satu dengan lainnya, melainkan saling berhubungan. Hal ini berlaku juga untuk ikan Nila yang dijadikan objek pengamatan, dimana baik ikan jantan atau betinanya memiliki organ reproduksi bagian dalam dan bagian luar. Organ reproduksi bagian luar diamati dan didokumentasikan sebelum dilakukan pembedahan karena letaknya yang berada di luar lebih tepatnya di perut bagian bawah dekat dengan sirip dubur (anal fin) sesuai penggambaran dari (Suyanto, 1993: 12). Sementara untuk organ reproduksi dalam dan gonad ada di bagian dalam tubuh ikan, sehingga untuk pengamatannya harus dilakukan pembedahan terlebih dahulu. Pembedahan dilakukan mulai dari perut bagian bawah tetapi tidak mengenai lubang anus atau lubang genital yang bertujuan untuk mengamati saluransaluran reproduksi agar tidak rusak. Kemudian pembedahan dilanjutkan ke arah anterior dan ke atas sampai nanti membentuk persegi yang membuat rongga perut dalam terbuka. Seperti yang telah disebutkan sebelumnya bahwa organ reproduksi luar baik jantan atau betina terletak di bagian luar tubuh tepatnya di perut bagian bawah dekat dengan sirip ekor dan dapat dilhat secara langsung tanpa melalui proses pembedahan. Pada proses praktikum dapat terlihat adanya perbedaan morfologi antara organ reproduksi ekternal ikan Nila jantan dengan ikan Nila betina meskipun sekilas hanya terlihat lubang saja. Keberadaan organ reproduksi luar tersebut dapat diamati dengan melihat juga posisi anus atau lubang tempat keluarnya urin. Pada ikan jantan ketika dilakukan pengamatan di bawahn perutnya terdapat dua lubang, lubang yang terletak di bagian tengah perut merupakan anus yang berfungsi untuk tempat pengeluaran sisa-sisa pencernaan. Sementara itu lubang genital atau tempat keluarnya sperma terletak di bawah anus atau lebih dekat dengan sirip dubur (anal fin). Organ eksternal jantan ini selain berfungsi sebagai saluran keluarnya sperma juga berfungsi sebagai tempat keluarnya urin. Hal ini sesuai dengan (Amri & Khairuman, 2002: 19) yang menyebutkan alat kelamin ikan Nila jantan berupa tonjolan agak runcing yang berfungsi sebagai muara urin dan saluran sperma. Selain itu terlihat juga perbedaan antara lubang anus dan lubang genial dimana lubang anus nampak lebih terbuka besar daripada lubang genital yang lebih kecil. ciri lain untuk membedakan lubang genital dengan anus adalah ketika kita menekan bagian perut dimana akan keluar cairang bening dari lubang genital yang merupakan cairan sperma, hal ini juga disebutkan oleh (Amri & Khairuman, 2002: 19) jika diurut, perut ikan Nila jantan akan mengeluarkan cairan bening (cairan sperma) terutama pada saat musim pemijahan. Hal ini juga berarti bahwa ikan Nila jantan yang dijadikan objek pembedahan sedang berada pada musim pemijahan dengan keluarnya sperma ketika diurut perutnya. Untuk organ reproduksi eksternal pada betina terdapat perbedaan dari segi fungsinya, dimana pada betina lubang pengeluaran ovary dan urine berbeda, hal ini berarti di bagian perut bawah ikan Nila betina terdapat tiga lubang berbeda yaitu anus, lubang pengeluaran ovary dan lubang pengeluaran urin. Organ reproduksi eksternal ikan Nila betina letaknya diantara lubang anus dan lubang keluarnya urin, anus terletak di bagian tengan perut sementara lubang pengeluaran urin berada di dekat dengan sirip dubur. Hal ini sesuai dengan (Amri & Khairuman, 2002: 19) yang menyebutkan ikan Nila betina mempunyai lubang genital terpisah dengan lubang saluran urin yang terletak di depan anus. Ketika praktikum pada ikan betina yang sudah banyak memproduksi telur ketika diurut perutnya keluar ovary dari lubang yang terletak diantara anus dan pengeluaran urin. Itu juga menjadi tanda untuk membedakan ketiga lubang yang ada ada ikan Nila betina. Hal ini sesuai denga (Suyanto, 2003) tanda – tanda ikan nila merah betina adalah alat kelamin berupa tonjolan di belakang anus, dimana terdapat dua lubang. Lubang yang depan untuk mengeluarkan telur dan lubang yang belakang untuk mengeluarkan air seni dan bila telah mengandung telur yang sudah masak, perutnya akan terlihat membesar dan apabila ditekan akan keluar telur (Suyanto, 2003). Setelah mengamati dan mendokumentasikan organ reproduksi jantan dan betina dari ikan Nila, maka pengamatan selanjutnya diarahkan pada organ bagian dalam. Untuk mengamatinya diperlukan proses pemedahan menggunakan pisau dan gunting untuk membuka bagian rongga perut agar dapat mengamati organ reproduksi dalam. Pada ikan Nila betina terlihat bahwa letak ovarium yang sepasang berada di bagian tengah memanjang sampai ke dekat saluran pengeluaran ovary. Pada ovarium ini terlihat adanya telur-telur berwarna putih kekuning-kuningan yang jumlahnya banyak mengisi rongga pada ovarium tersebut. Berdasarkan pengamatan telur-telur tersebut relative masih kecil-keicil dan ketika dilakukan perhitungan terdapat 478 buah telur. Berkaitan dengan jumlah telur, menurut (Suyanto, 1993: 12) sekali memijah dapat mengeluarkan telur sebanyak 300-1.500 butir tergantung ukuran induk betina. Ikan Nila mulai berpijah pada bobot 100-150 gram, tetapi produksi telurnya masih sedikit. Induk yang paling produktif bobotnya antara 500-600 gram. Dari hasil praktikum penghitungan jumlah telur, terlihat bahwa jumlah tellurnya belum terlalu banyak yang artinya ikan Nila betina itu belum tergolong terlalu produktif karena hal ini juga berkorelasi dengan bobot ikan yang kurang dari 500 gram. Selain itu menurut (Yushinta Fujaya, 2004: 151) ikan memiliki ukuran dan jumlah telur yang berbeda, tergantung tingkah laku dan habitatnya. Sebagian ikan memiliki jumlah telur banyak, namun berukuran kecil sebagai konsekuensi dari kelangsungan hidup yang rendah. Sebaliknya, ikan yang memiliki jumlah telur sedikit, ukuran butirnya besar, dan kadang-kadang memerlukan perawatan dari induknya, misal ikan Tilapia. Kematangan seksual ari ikan nila ini biasanya diukur juga dari ukuran tubuh, berdasarkan (Shoko, 2015: 275) ikan Nila yang hidup di habitat alaminya mulai bereproduksii ketika mencapai panjang 20-30 cm, dan ada juga ditemukan pada panjang 8-13 cm sudah mencapai kematangan seksual. Sementara itu jika dilihat dari ukuran gonad yang ditemukan maka relatie belum terlalu matang karena ukurannya yang masih terlalu kecil, hal ini ddasarkan pada (Erni, 2018: 121) yang menyebutkan perkembangan gonad merupakan bagian dari reproduksi ikan sebelum terjadi pemijahan. Dasar yang dapat dipakai untuk menentukan tingkat kematangan gonad yaitu dengan mengamati morfologi gonad antara lain bentuk gonad, ukuran panjang gonad, berat gonad, dan perkembangan isi gonad. Ukuran pertama kali matang gonad ikan nila betina yaitu dengan kisaran 185,17 mm. Lagler et al., (1977) menyatakan bahwa ada dua faktor yang mempengaruhi saat pertama kali ikan matang gonad yaitu faktor luar dan faktor dalam. Faktor luar yang mempengaruhinya adalah suhu dan arus, sedangkan faktor dalam seperti perbedaan spesies, umur, ukuran, serta sifat – sifat fisiologis ikan tersebut seperti kemampuan beradaptasi dengan lingkungan (Erni, 2018: 121). Pada organ reproduksi dalam ikan Nila jantan letaknya hampir sama dengan letak organ betina yaitu di bagian tengah rongga perut bawah tulang belakang yang memanjang sampai lubang pengeluaran sperma dan urin sesuai dengan (Yuniar, 2017: 17) testis ikan berbentuk seperti kantong dengan lipatan-lipatan, serta dilapisi dengan suatu lapisan sel spermatogenik (spermatosit),tTestis berjumlah sepasang, digantungkan pada dinding tengah rongga abdomen oleh mesorsium. Bentuknya oval dengan permukaan yang kasar. Kebanyakan testisnya panjang dan seringkali berlobus. Setelah dilakukan pembedahan terlihat bahwa terdapat sepasang testis dan saluran vas deferens. Testis pada ikan Nila jantan ini dilapisi oleh lapisan berwarna putih pucat dengan bentuk memanjang, merujuk pada (Yuniar, 2017: 16) bahwa pembungkus testikular yang mengelilingi testis, secara luas menghubungkan jaringan-jaringan testis, membentuk batasan-batasan lobular yang mengelilingi germinal epitelium. Spermatozoa dihasilkan dalam lobul yang dikelilingi sel-sel sertoli yang mempunyai fungsi nutritif. Selain itu beliau juga menambahkan bahwa sepasang testis pada jantan tersebut akan mulai membesar pada saat terjadi perkawinan, dan sperma jantan bergerak melalui vas deferens menuju celah/ lubang urogenital. Jika diamati dari hasil praktikum pembedahan, ukuran dari testis ini relatie lebih kecil maka artinya ikan jantan tersebut tidak sedang dalam masa kawin karena seikit sperma yang dihasilkan dengan mellihat besar tidaknya testis. Pertemuan antara dua testis tersebut ada pada epididymis dan vas deferens, pada ikan Nila jantan yang dijadikan objek pembedahan terlihat epididymis belum dapat teramati karena terputusnya saluran tersebut ketika proses pengambilan testis. KESIMPULAN Praktikum Organ Reproduksi dan Gonad ikan ini bertujuan untuk mengetahui organ reproduksi dan gonad pada ikan Nila jantan dan ikan Nila betina. Berdasarkan hasil praktikum dan studi literature secara umum baik pada ikan jantan maupun betina terdapat dua organ reproduksi yaitu organ reproduksi luar dan organ reproduksi dalam. Keduanya tidak berpisah, melainkan saling berhubungan satu sama lain, hanya letaknya saja yang berbeda. Organ reproduksi luar secara umum berbentuk lubang pengeluaran, pada ikan Nila jantan organ reproduksi luarnya terletak dekat dengan sirip dubur, organ ini juga sekaligus menjadi tempat pengeluaran urin. Sementara pada ikan Nila betina organ reproduksi luarnya hanya berfungsi untuk tempat keluarnya telur, letak dari organ ini berada di antara lubang anus dan lubang pengeluaran urin. Untuk organ reproduksi dalam dari ikan Nila perlu dilakukan pembedahan terlebih dahulu guna mengamatinya. Organ reproduksi dalam pada ikan Nila betina berdasarkan praktikum pengamatan terdiri dari ovarium, oviduk dan ovary. letak ovarium yang sepasang berada di bagian tengah memanjang sampai ke dekat saluran pengeluaran ovary. Pada ovarium ini terlihat adanya telur-telur berwarna putih kekuning-kuningan yang jumlahnya banyak mengisi rongga pada ovarium tersebut. Sementara oviduk adalah saluran yang menghubngkan sepasang ovarium dengan organ reproduksi luar. Organ reproduksi dalam ikan Nila jantan berdasarkan hasil pengamatan ditemukan organ testis dan vas deferens. Testis ikan berbentuk seperti kantong dengan lipatan-lipatan, serta dilapisi dengan suatu lapisan sel spermatogenik (spermatosit),testis berjumlah sepasang, digantungkan pada dinding tengah rongga abdomen oleh mesorsium. Bentuknya oval dengan permukaan yang kasar. Pertemuan antara dua testis tersebuat ada pada epididymis dan vas deferens, pada ikan Nila jantan yang dijadikan objek pembedahan terlihat belumm dapat teramati karena terputusnya saluran tersebut ketika proses pengambilan testis. DAFTAR PUSTAKA al, L. e. (2014). Efkektivitas Pemberian Akar Tuba (Derris eliptica) terhadap LAma Waktu Kematian Ikan Nila (Oreochromis niloticus). Jurnal Pertanian, 05(01), 22-31. Amri, & Khairuman. (2002). Budi Daya Ikan Nila Secara Intensif. Jakarta: Agromedia Pustaka. Aryulina, D. e. (2004). Biologi 2. Jakarta: Erlangga. Erni, R. e. (2018). Biologi reproduksi Ikan Nila (Oreohcromis niloticus) di Perairan Rawa Aopa Watumohai Kecamatan Angata Kabupaten Konawe Selatan. Jurnal Manajemen Sumber Daya Perairan, 03(02), 117-123. Fujaya, Y. (2004). Fisiologi Ikan Dasar Pengembangan Teknologi Perikanan. Jakarta: Rineka Cipta. Rukmana. (1997). Ikan Nila Budidaya dan Prospek Agribisnis. Yogyakarta: Kanisius. Shoko, A. e. (2015). Reproductive biology of female Nile tilapia Oreochromis niloticus (Linnaeus) reared in monoculture and polyculture with African sharptooth catfish Clarias gariepinus (Burchell). Springerplus, 275. Suyanto. (1993). Nila. Jakarta: Penebar Swadaya. Yuniar, I. (2017). Biologi Reproduksi Ikan. Surabaya: Hang Tuah University Press.