: Jade Rau Rajab Hermawan Putri Kelas : 1PA26 NPM : 10520498 I. Nama JAWABLAH PERTANYAAN-PERTANYAAN DIBAWAH INI SEBAGAI BERIKUT (ESSAY) 1. Sebutkan pengertian tentang retardasi mental ? 2. Sebutkan kriteria diagnosis dari retardasi mental ? 3. Sebutkan & Jelaskan tentang faktor-faktor penyebab terjadinya retardasi mental ? 4. Sebutkan & Jelaskan tentang karakteristik retardasi mental Menurut Kaplan? 5. Sebutkan & Jelaskan tentang klasifikasi retardasi mental menurut Somantri? 6. Sebutkan & jelaskan 4 bagian tentang klasifikasi retardasi mental Berdasarkan The ICD 10 Classification of Mental and Behavioural Disorder, WHO di Genewa pada tahun 1994 ? 7. Sebutkan & Jelaskan tentang diagnosis dan gejala retardasi mental ? 8. Sebutkan & Jelaskan pencegahan dan pengobatan retardasi mental ? Jawab : 1. Berdasarkan beberapa pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa retardasi mental atau keterbelakangan mental atau tuna grahita ialah keadaan perkembangan jiwa yang terhenti atau tidak lengkap dan muncul pada masa kanak-kanak (sebelum 18 tahun) yang ditandai dengan keterbatasan intelegensi dan ketidakcakapan dalam interaksi sosial 2. 1)Skor rendah pada intelegensi formal (skor IQ kira-kira 70 atau dibawahnya). 2)Adanya bukti dalam melakukan tugas sehari-hari dibandingkan dengan orang lain yang seusia. 3)Perkembangan gangguan terjadi sebeblum usia 18 tahun. 3. Infeksi dan atau intoksikasi Infeksi yang terjadi pada masa prenatal dapat berakibat buruk pada perkembangan janin, yaitu rusaknya jaringan otak. Begitu juga dengan terjadinya intoksinasi, jaringan otak juga dapat rusak yang pada akhirnya menimbulkan retardasi mental. Infeksi dapat terjadi karena masuknya rubella, sifilis, toksoplasma, dll, kedalam tubuh ibu yang sedang mengandung. Begitu pula halnya dengan intoksinasi, karena masuknya “racun” atau obat yang semestinya dibutuhkan. Terjadinya rudapaksa dan / atau sebab fisik lain Rudakpaksa sebelum lahir serta trauma lainnya, seperti hiper radiasi, alat kontrasepsi, dan usaha melakukan obortus dapat mengakibatkan kelainan berupa retardasi mental. Pada waktu proses kelahiran (perinatal) kepala bayi dapat mengalami tekanan sehingga menimbulkan pendarahan di dalam otak. Mungkin juga karena terjadi kekurangan oksigen yang kemudian menyebabkan terjadinya degenerasi sel-sel korteks otak yang kelak mengakibatkan retardasi mental. Gangguan metabolism, pertumbuhan atau gizi Semua retardasi mental yang langsung disebabkan oleh gangguan metabolism (misalnya gangguan metabolism karbohidrat dan protein), gangguan pertumbuhan, dan gizi buruk termasuk dalam kelompok ini. Gangguan gizi berat dan berlangsung lama sebelum anak berusia 4 tahun sangat mempengaruhi perkembangan otak dan dapat mengakibatkan retardasi mental. Keadaan seperti itu dapat diperbaiki dengan memberikan gizi yang mencukupi sebelum anak berusia 6 tahun, sesudah itu biarpun anak tersebut sangat sukar untuk ditingkatkan. Penyakit otak yang nyata (postnatal) Dalam kelompok ini termasuk retardasi mental akibat beberapa reaksi sel-sel otak yang nyata, yang bersifat degenerative, radang, proliferatif, sklerotik atau reparatif. Penyakit otak yang terjadi sejak lahir atau bayi dapat menyebabkan penderita mengalami keterbelakangan mental. Penyakit atau pengaruh prenatal Keadaan ini dapat diketahui sudah ada sejak dalam kandungan, tetapi tidak diketahui etiologinya, termasuk anomaly cranila primer dan defek congenital yang tidak diketahui sebabnya. Kelainan kromosom Kelainan kromosom mungkin terjadi sejak pada aspek jumlah maupun bentuknya. Kelainan pada jumlah kromosom menyebabkan sindroma down yang dulu sering disebut mongoloid. Prematuritas Retardasi mental yang termasuk retardasi mental yang berhubungan dengan keadaan bayi yang pada waktu lahir berat badannya kurang dari 2500 gram dan / atau dengan masa kehamilan kurang dari 38 minggu. Akibat gangguan jiwa yang berat Retardasi mental juga terjadi karena adanya gangguan jiwa yang berat pada masa kanak-kanak. Deprivasi psikososial Deprivasi artinya tidak terpenuhi kebutuhan. Tidak terpenuhinya kebutuhan psikososial awal-awal perkembangan ternyata juga dapat menyebabkan terjadinya retardasi mental pada anak. 4. Aspek medis Yaitu adanya perubahan-perubahan dasar dalam otak, misalnya perubahan unsur-unsur yang penting di dalam otak, perubahan metabolisme sel-sel otak dan kurangnya kapasitas transmisi antar neuron Aspek psikologis Yaitu adanya gangguan perkembangan fisik, intelegensi dan emosi pada bayi sampai anak pra-sekolah; timbulnya rasa rendah diri akibat kemampuannya lebih rendah daripada anak normal. Aspek pendidikan Yaitu kesukaran menangkap pelajaran pada anak-anak retardasi mental yang mulai bersekolah, sehingga perlu pendidikan khusus yang disebut sekolah luar biasa. Aspek perawatan Yaitu tidak jarang anak dengan retardasi mental jenis yang berat atau sangat berat tak mampu mengurus kebutuhannya sendiri seperti makan, minum dan mandi, sehingga perlu perawatan khusus. Aspek sosial Yaitu kurangnya kemampuan daya belajar dan daya penyesuaian diri sosial sesuai dengan permintaan masyarakat, sehingga penempatan anak dalam masyarakat selalu kurang memuaskan, baik bagi masyarakat, keluarganya maupun anak itu sendiri. 5. Retardasi Mental Ringan Retardasi mental ringan disebut juga Moron atau Debil. Menurut Binet, IQ retardasi mental ringan berkisar antara 52-68. Sedangkan menurut skala Weschler (WISC), IQ retardasi mental ringan berkisar antara 55-69. Penderita retardasi mental ringan masih dapat belajar membaca, menulis dan berhitung sederhana. Pada umumnya, penderita retardasi mental ringan tidak mengalami gangguan fisik. Secara fisik, penderita ratardasi mental ringan tampak seperti anak normal. Penderita retardasi mental ringan tidak mampu melakukan penyesuaian sosial secara mandiri. Namun penderita retardasi mental ringan biasannya tidak dapat merencanakan masa depan dan bahkan suka berbuat kesalahan. Sesudah dewasa IQ mereka setara dengan anak berusia 8-11 tahun. Retardasi mental sedang Retardasi mental sedang disebut juga Imbesil. Menururt Binet, IQ retardasi mental sedang berkisar antara 36-51. Sedangkan menurut skala Weschler (WISC), IQ retardasi mental sedang berkisar antara 40-54. Secara fisik, anak dengan gangguan ini memiliki sejumlah cacat fisik. Penderita retardasi mental sedang dapat dididik mengurus diri sendiri, misalnya mandi, berpakaian, makan, minum, mengerjakan pekerjaan rumah yang sederhana seperti menyapu, membersihkan perabot rumah tangga, dan sebagainya. Penderita retardasi mental sedang sangat sulit, bahkan tidak dapat belajar secara akademik seperti belajar menulis, membaca, dan lainlain. Retardasi Mental Berat Retardasi mental berat disebut juga idiot. Menurut Binet, IQ retardasi mental berat berkisar antara 20-35. Sedangkan menurut Skala Weschler (WISC), IQ retardasi mental berat berkisar antara 25-39. Penderita retardasi mental berat memerlukan bantuan perawatan secara total dalam hal berpakaian, mandi, makan, dan lain-lain. Selain itu, penderita retardasi mental berat memerlukan perlindungan dari bahaya sepanjang hidupnya. 6. Mild Retardation ( Retardasi Mental Ringan ), dengan IQ 50 – 69 Mild retardation atau retardasi mental ringan menurut ICD 10 dapat dikenal juga dengan sebutan moron, pikiran lemah, mental subnormal ringan, ataupun oligofrenia ringan di masyarakat. Individu pada kelompok ini biasanya dapat berbahasa walaupun sedikit terlambat dan berdikari dalam mengurus diri sendiri (mandi, makan, berpakaian, BAB, BAK). Kesulitan utama terletak di bidang akademik sekolah serta adanya masalah emosional dan sosial terutama bila mengalami gangguan (kesulitan menyesuaikan diri dengan tradisi dan budaya, masalah perkawinan dan mengurus anak) (Sularyo,2000) Moderate Retardation ( Retardasi Mental Sedang ), dengan IQ 35 – 49 Moderate retardation (retardasi mental sedang) atau yang biasa disebut juga dengan sebutan mental subnormal sedang, oligofrenia sedang atau imbesil ini termasuk individu yang mengalami keterlambatan perkembangan komprehensi dan penggunaan bahasa, kemampuan mengurus diri, dan keterampilan motorik sehingga beberapa membutuhkan pengawasan sepanjang hidupnya. Walaupun demikian kecakapan dasar (membaca, menulis) dan melakukan pekerjaan praktis sederhana dapat dilakukan dengan supervisi yang cukup (Lumbantobing,2006). Severe Retardation ( Retardasi Mental Berat ), dengan IQ 20 – 34 Severe retardation (retardasi mental berat) atau yang biasa disebut juga dengan mental subnormal berat dan oligofrenia berat, secara klinis hampir menyerupai keadaan retardasi mental sedang tetapi disertai dengan gangguan motorik yang jelas disertai adanya kerusakan atau gangguan perkembangan susunan saraf pusat (Lumbantobing,2006). Profound Retardation ( Retardasi Mental Sangat Berat ), dengan IQ dibawah 20 Profound retardation (retardasi mental sangat berat) atau biasa juga disebut dengan idiot, mental subnormal sangat berat dan oligofrenia sangat berat. Individu pada kelompok ini sangat terbatas dalam memahami atau menurut permintaan dan suruhan orang lain mobilitas sangat terbatas, inkontinen, tidak mampu mengurus kebutuhan dasarnya, dan komunikasinya bersifat nonverbal. Kelompok ini sangat membutuhkan pertolongan dan supervisi secara terus – menerus 7. Keterbelakangan Mental Ringan (IQ = 50 -70) Anak prasekolah (0 – 5 tahun): lebih lambat daripada rata-rata dalam berjalan, makan sendiri, dan berbicara, namun pengamat sambil lalu tidak melihat keterbelakangan ini. Usia sekolah (6 – 21 tahun): Belajar keterampilan motorik-pemahaman dan kognisi (membaca dan arithmatic) di kelas tiga sampai kelas enam oleh remaja tahap ini, dapat belajar untuk menyesuaikan diri secara sosial. Dewasa (21 tahun keatas): Biasanya mencapai keterampilan sosial dan kejuruan yang diperlukan untuk merawat diri, membutuhkan bimbingan dan bantuan ketika berada pada kondisi ekonomi sulit atau stress sosial. Keterbelakangan Mental menengah (IQ = 35 – 49) Anak prasekolah (0 – 5 tahun): sebagian besar perkembangan kelihatan dengan jelas terlambat. Usia sekolah (6 – 21 tahun): belajar berkomunikasi dan merawat kesehatan dasar dan kebutuhan keamanan. Dewasa (21 tahun keatas): melakukan tugas tanpa keterampilan atau semi terampil sederhana pada kondisi yang diawasi, berpartisipasi pada permainan sederhana dan melakukan perjalanan sendiri di tempat yang dikenal, mampu merawat diri sendiri. Keterbelakangan Mental Berat (IQ = 20 – 34) Anak prasekolah (0 – 5 tahun): perkembangan motorik sangat tertunda, sedikit atau tidak berbicara, mendapat mamfaat dari pelatihan mengerjakan sendiri (misalnya makan sendiri). Usia sekolah (6 – 21 tahun): biasanya berjalan kecuali jika terdapat ketidakmampuan motorik, dapat memahami dan merespon pembicaraan, dapat mengambil mamfaat dari pelatihan mengenai kesehatan dan kebiasaan lain yang dapat diterima. Dewasa (21 tahun keatas): melakukan kegiatan rutin sehari-hari dan memperbesar perawatan diri sendiri, memerlukan petunjuk dan pengawasan ketat dalam lingkungan yang dapat dikendalikan. Keterbelakangan Mental Sangat Berat (IQ dibawah 20) Anak prasekolah (0 – 5 tahun): keterbelakangan ekstrem disemua bidang, kemampuan sensorik minimal, membutuhkan bantuan perawatan diri. Usia sekolah (6 – 21 tahun): semua bidang perkembangan tampak jelas tertunda, respon berupa emosi dasar dan mendapatkan manfaat dari pelatihan dalam penggunaan anggota badan dan mulut, harus diawasi dengan ketat. Dewasa (21 tahun keatas): barangkali dapat berjalan dan berbicara dengan cara primitive, mendapatkan mamfaat dari aktivitas fisik regular, tidak dapat merawat diri sendiri, tetapi membutuhkan bantuan perawatan diri. 8. Pencegahan primer Dapat dilakukan dengan pendidikan kesehatan pada masyarakat, perbaikan keadaan-sosio ekonomi, konseling genetik dan tindakan kedokteran (umpamanya perawatan prenatal yang baik, kehamilan pada wanita adolesen dan diatas 40 tahun dikurangi dan pencegahan peradangan otak pada anak-anak). Pencegahan sekunder Meliputi diagnosa dan pengobatan dini peradangan otak, perdarahan subdural, kraniostenosis (sutura tengkorak menutup terlalu cepat, dapat dibuka dengan kraniotomi, pada mikrosefali yang konginetal, operasi tidak menolong). Pencegahan tersier Merupakan pendidikan penderita atau latihan khusus sebaiknya di sekolah luar biasa. Dapat diberi neuroleptika kepada yang gelisah, hiperaktif atau dektrukstif. Konseling Kepada orang tua dilakukan secara fleksibel dan pragmantis dengan tujuan anatara lain membantu mereka dalam mengatasi frustasi oleh karena mempunyai anak dengan retardasi mental. orang tua sering menghendaki anak diberi obat, oleh karena itu dapat diberi penerangan bahwa sampai sekarang belum ada obat yang dapat membuat anak menjadi pandai, hanya ada obat yang dapat membantu pertukaran zat (metabolisme) sel-sel otak. Latihan dan pendidikan Mempergunakan dan mengembangkan sebaik-baiknya kapasitas yang ada. Memperbaiki sifat-sifat yang salah atau yang anti sosial. Mengajarkan suatu keahlian (skill) agar anak itu dapat mencari nafkah kelak. Latihan diberikan secara kronologis Latihan rumah : pelajaran-pelajaran mengenai makan sendiri, berpakaian sendiri, kebersihan badan. Latihan sekolah : yang penting dalam hal ini ialah perkembangan sosial. Latihan teknis : diberikan sesuai dengan minat, jenis kelamin, dan kedudukan sosial. Latihan moral : dari kecil anak harus diberitahukan apa yang baik dan apa yang tidak baik. Agar anak mengerti, maka tiaptiap pelanggaran disiplin perlu disertai dengan hukuman dan tiap perbuatan yang baik perlu disertai hadiah.