TUGAS ASSESMEN DAN INTERVENSI PENDIDIKAN Disusun oleh : Irdiatika Damar Intani 15010116140075 Abimukti Salam 15010116130087 Sabilla Fairuz Zahra 15010116130100 Suci Rachma 150101161 FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS DIPONEGORO 2018 1. Definisi Reterdasi Mental Retardasi mental sering juga disebut keterbelakangan mental atau disabilitas intelektual. Menurut PPDGJ III, retardasi mental adalah suatu keadaan perkembangan mental yang terhenti atau tidak lengkap, yang terutama ditandai oleh adanya hendaya keterampilan selama masa perkembangan, sehingga berpengaruh pada semua tingkat inteligensia yaitu kemampuan kognitif, bahasa, motorik, dan sosial. American Association on Mental Retardation (dalam Kadim dan Sularyo, 2000) mendefinisikan retardasi mental adalah suatu disabilitas yang ditandai dengan suatu limitasi atau keterbatasan yang bermakna baik dalam fungsi intelektual maupun perilaku adaptif yang diekspresikan dalam keterampilan konseptual, sosial, dan praktis. Keadaan ini terjadi sebelum usia 18tahun. Ada 5 dimensi biopsikososial dalam defenisi ini, yaitu: kemampuan intelektual; perilaku adaptif; partisipasi, interaksi, dan peran sosial; kesehatan fisik dan mental; konteks (termasuk budaya dan lingkungan). Diperkirakan lebih dari 120 juta orang diseluruh dunia menderita gangguan ini, sedangkan di Indonesia sendiri hanya 1-3% dari jumlah penduduk yang menderita retardasi mental. Keterbatasan yang timbul menjadikan retardasi mental tidak hanya merupakan masalah kedokteran, namun juga merupakan masalah pendidikan dan masalah sosial baik bagi keluarga penderita maupun bagi masyarakat. 2. Etiologi Penyebab retardasi mental dikelompokkan menjadi retardasi mental primer dan retatdasi mental sekunder. Retardasi mental primer mungkin disebabkan faktor keturunan(retardasi mental genetik) dan faktor yang tidak diketahui. Retardasi mental sekunder disebabkan faktor-faktor dari luar yang diketahui dan faktor-faktor ini memengaruhi otak pada waktu prenatal, perinatal atau postnatal. Adapun keadaan-keadaan yang sering disertai retardasi mental adalah: a. Kelainan kromosom, misalnya: Down syndrom, Cat’s cry syndrome, Prader –Willi syndrome, dan Fragile X syndrome . b. Infeksi yang menyebabkan kerusakan jaringan otak, misalnya: infeksi toxoplasma, rubella, sifilis, herpes, cytomegalovirus, dan HIV. c. Intoksikasi, dapat berasal dari obat-obatan, serum, ataupun zat toksik lainnya. Misalnya: toksemia gravidarum, ensefalopatia bilirubin (kernikterus), fetal alcoholsyndrome, fetal hydantoin syndrome, serta intoksikasi timah hitam dan merkuri. d. Gangguan metabolisme (metabolisme zat lipida, karbohidrat, dan protein). Misalnya: gangguan defisiensi enzim yang sering mengakibatkan retardasi mental. - Lipidosis otak infantile (penyakit Tay-Sach). - Histiositosis lipidum jenis keratin (penyakit Gaucher). - Histiositosis lipidum jenis fostatid (penyakit Niemann-Pick). - Fenilketonuria (tidak ditemukan enzim yang dapat memecahkan fenilallanin sehingga timbul keracunan neuronneuron). e. Prematuritas. Penelitian membuktikan bahwa bayi yang lahir dengan berat badan lahir rendah memiliki resiko tinggi mengalami gangguan neurologis dan intelegensi. f. Trauma kepala. Trauma kepala dapat terjadi pada anak yang mengalami kejang, kecelakaan lalu lintas, jatuh dari ketinggian, atau pada anak yang mengalami kekerasan. g. Penyakit otak yang nyata (neoplasma). h. Masalah psikososial dan lingkungan. Retardasi mental ringan dapat timbul sebagai akibat kurangnya nutrisi dan pengasuhan. Ketidakstabilan dalam keluarga, asupan nutrisi yang kurang selama masa kehamilan dan kurangnya rangsangan dapat menghambat perkembangan otak anak. Gangguan gizi yang berlangsung lama dan berlangsung sebelum umur 4 tahun juga dapat mempengaruhi perkembangan otak dan dapat mengakibatkan retardasi mental. 3. Karakteristik Diagnostik Diagnosis retardasi mental tidak hanya didasarkan atas tes intelegensia saja, melainkan juga dari riwayat penyakit, laporan dari orangtua, laporan dari sekolah, pemeriksaan fisis, laboratorium, pemeriksaan penunjang. Yang perlu dinilai tidak hanya intelegensia saja melainkan juga adaptasi sosialnya. Pemeriksaan fisis pada anak retardasi mental biasanya lebih sulit dibandingkan pada anak normal, karena anak retardasi mental kurang kooperatif. Selain pemeriksaan fisis secara umum (adanya tanda-tanda dismorfik dari sindrom-sindrom tertentu) perlu dilakukan pemeriksaan neurologis, serta penilaian tingkat perkembangan. Pada anak yang berumur diatas 3 tahun dilakukan tes intelegensia. Kesulitan yang dihadapi adalah kalau penderita masih dibawah umur 2-3 tahun, karena kebanyakan tes psikologis ditujukan pada anak yang lebih besar. Pada bayi dapat dinilai perkembangan motorik halus maupun kasar, serta perkembangan bicara dan bahasa. Biasanya penderita retardasi mental juga mengalami keterlambatan motor dan bahasa. DSM IV-TR (2004) menjelaskan bahwa ada beberapa ciri-ciri kriteria atau diagnosa dari Mental Retardation, diantaranya adalah: 1. Memiliki fungsi intelektual di bawah rata-rata (IQ < 70). Skor ini didapatkan dari pemeriksaan tes IQ. Pada bayi untuk mengetahui keberfungsian intelektualnya harus melalui orang yang profesional 2. Mengalami beberapa gangguan dalam area-area ini (minimal 2 area) yaitu: komunikasi, bantu diri, pekerjaan rumah, hubungan sosial atau bermasalah dengan kemampuan interpersonal, kemampuan untuk masuk dalam suatu komunitas, fungsi akademik, pekerjaan, waktu luang, dan kesehatan 3. Ciri-ciri ini muncul sebelum usia 18 tahun. 4. DIAGNOSIS BANDING a. Kelainan sensorik terutama buta dan tuli. b. Gangguan perkembangan spesifik (kelambatan satu aspek perkembangan) : gangguan perkembangan bicara, agrafia c. Gangguan perkembangan pervasif (penyimpangan perkembangan): autisme infantil, skizofrenia yang timbul pada masa anak. d. Deprivasi psikososial, misalnya pada anak yatim piatu dan korban kekerasan, mungkin menyebabkan anak nampak seperti penderita retardasi mental. Daftar Pustaka : American Psychiatric Association. (2004). Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders. DSM-IV-TR: Washington DC. Lumbantobing, S. M. (1997). Anak dengan mental terbelakang. Jakarta: Balai Penerbit FKUI Maslim R.2013. Diagnosis Gangguan Jiwa, Rujukan Ringkas PPDGJ-III dan DSM-5. 2nd ed. Jakarta : Bagian Ilmu Kedokteran Jiwa FK-Unika Atmajaya Prasadio, T. (1976). Gangguan psikiatrik pada anak-anak dengan retardasi mental. Disertasi. Surabaya: Universitas Airlangga. Sularyo TS, Kadim M. Retardasi Mental. 2000. Sari Pediatri. Hal 170-177