Uploaded by User98443

Reviuw Buku BIOTEKNOLOGI . Tugas Kelompok

advertisement
Tugas Kelompok
MEREVIUW BUKU
“ENVIRONMENTAL BIOTECHNOLOGY”
KELOMPOK 6
OLEH :
WILDA OKTAVIANTI
(A1J1 17 055)
ASMAUL HUSNA
(A1J1 18 004)
DWI FEBRI CANDRA DEWI
(A1J1 18 007)
SULASTRI
(A1J1 18 039)
JURUSAN PENDIDIKAN BIOLOGI
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS HALU OLEO
KENDARI
2021
 IDENTITAS BUKU
Judul Buku
: Environmental Biotechnology Teory and
Application
Tahun
: 2003
Penulis
: Gareth M. Evans and Judith C. Furlong
Penerbit
: British Library Cataloguing in Publication Data
Jumlah Halaman
: 302 halaman
 Hasil Reviuw Bab 6
Dalam buku ini yang ditulis oleh Gareth M. Evans and Judith
C. Furlong pada bab 6 terdiri dari empat poin yaitu pengolahan
limbah, aerasi, sistem lumpur aktif, dan sistem oksigen murni.
1. Pengolahan Limbah
Pada poin pertama penulis menggolongkan limbah
berdasarkan karakteristiknya menjadi empat bagian, yaitu:
limbah cair, limbah padat, limbah gas/partikel, dan limbah B3
(Bahan Berbahaya dan Beracun). Air limbah secara umum terdiri
dari 99,9% komponen air dan 0,1% bahan padatan. Bahan
padatan itu sendiri 70% berupa bahan organik dan 30% berupa
bahan anorganik. Strategi pengelolaan air limbah dimulai dimana
limbah dihasilkan sampai tempat air limbah itu dibuang.
Pada poin ini sangat menarik karena penulis membahas
tentang urutan pengolahan limbah yang khas biasanya dimulai
dengan
penyaringan
awal,
dengan
kisi
mekanis
untuk
mengeluarkan material besar yang telah terbawa aliran. Kertas,
kain lap, dan sejenisnya dicabik-cabik oleh serangkaian bilah
berputar yang dikenal sebagai comminutors dan pasir apa pun
dihilangkan
untuk
melindungi
pompa
pergerakan
bebas
air
pabrik.
melibatkan
penghilangan
melalui
padatan
dan
memastikan
Perawatan
halus
dengan
primer
cara
penyelesaian
dan
sedimentasi,
tujuannya
adalah
untuk
menghilangkan sebanyak mungkin kandungan padatan organik
tersuspensi dari air itu sendiri dan pengurangan beban padat
hingga 50% umumnya tercapai. Pada gambar 6.1 menjelaskan
bahwa Tangki septic yaitu paling umum untuk pengolahan
limbah di luar jangkauan saluran air limbah,menggunakan
bentuk perantara dari pengolahan tanah. apa yang disebut
cesspit adalah tangki bawah tanah yang tertutup, mengumpulkan
dan menyimpan semua limbah yang timbul dari rumah tangga.
Sebaliknya, tangki septik adalah sistem yang kurang pasif,
mengendapkan dan mencerna sebagian limbah masukan,
meskipun dengan ukuran yang tepat dan tata cara yang dikelola
dengan baik, cairan yang dihasilkan masih mengandung sekitar
70% dari masukan hara asli.
Ada berbagai jenis sistem septik yang digunakan di
seluruh dunia. Adapun Contoh Kasus Ledakan Tangki Septik
"Septic Tank", Salah Satunya di Gedung DPRD Sebuah septic
tank di belakang kantor DPRD Bontang, Kalimantan Timur,
meledak. Akibat ledakan tersebut, kotoran berbau tak sedap
berhamburan. Ketika itu, pada saat bersamaan sedang ada aksi
unjuk rasa di kantor DPRD sehingga para pengunjuk rasa yang
sedang melakukan aksi pun kalang kabut. Akibat ledakan
tersebut terjadi kerusakan pada Gedung DPR akibat ledakan
septic tank yang terjadi. Tragedi septic tank meledak terjadi
Penyebab septic tank meledak dipicu adanya gas metana.
Dalam kondisi tertentu, gas metana yang termasuk salah satu
gas beracun mudah meledak. Bukan hanya itu saja, gas-gas
beracun lain yang ada dalam septic tank menimbulkan efek
keracunan dan berbagai permasalahan kesehatan. "Septic tank
itu area tertutup yang dibuat sebagai saluran pembuangan air
kotor dan gas-gas yang dihasilkannya. Gas saluran pembuangan
bisa beracun dan tidak beracun.
2. Aerasi
Selanjutnya pada materi aerasi ini penulis mengatakan
bahwa aerasi merupakan proses penambahan udara ke dalam
limbah cair untuk mengurangi potensi polutan dan sering
digunakan sebagai metode untuk mengurangi biaya pengolahan.
Selain itu juga penulis membahas tentang efek aerasi yang
dimana aerassi dapat memiliki efek okulan, yang luasnya
bergantung pada sifat efeknya. Sistem yang digunakan yaitu
sistem udara terdifusi dan sistem aerasi mekanis.
Pada buku ini penulis menjelaskan sistem udara terdifusi
yaitu dimana cairan ditampung di dalam bejana dengan volume
yang sesuai dengan udara dimasukkan di bagian bawah,
oksigen
akan
berdifusi
keluar
dari
gelembung
sehingga
mengaerasi cairan. Sistem aerasi mekanis, pada metode ini
pengaduk terendam sebagian dan digerakkan secara mekanis
untuk mengaduk cairan, memasukkan udara dari permukaan
dan
cairan
diangin-anginkan
saat
gelembung
berputar
dipusaran. Penulis juga menjelaskan tentang sistem penyaring
pada proses aerasi yang dibentuk oleh lapisan media penyaring
dari beton dan ditahan di dalam tangki atau bejana penampung
dan dilengkapi dengan alat takaran yang berputar. Filter ini
sangat penting untuk menunjang keberhasilandari sistemaerasi
karena memungkinkan drainase dan ventilasi yang baik.
3. Sistem Lumpur Aktif
Pada poin sistem lumpur aktif penulis mengatakan bahwa
sistem lumpur aktif pertama kali di kembangkan di Manchester
dengan menggunakan pendekatan yang sangat intensif dimana
metode ini membentuk komunitas fungsional yang tertahan di
dalam suatu cairan yang dilengkapi dengan suplai oksigen yang
ditingkatkan oleh sistem aerasi integral. Pada buku ini penulis
juga membandingkan antara sistem yang satu dengan sistem
yang lainnya dengan mengatakan bahwa sistem proses lumpur
aktif memiliki efisiensi yang lebih tinggi dari pada sistem filter
yang lainnya karna sistem ini lebih mampu beradaptasi untuk
menghadapi variabilitas input air limbah baik dari segi kuantitas
maupun
konsentrasi.
mengatakan
bahwa
Namun,
proses
pada
sistem
perawatannya
ini
penulis
memerlukan
penanganan yang lebih besar serta energy yang lebih banyak.
Selanjutnya penulis bukan hanya membahas tentang
metode pendekatan yang digunakan pada sistem lumpur aktif itu
sendiri tetapi juga membuat konsep tentang lumpur aktif. Jadi
penulis mengartikan bahwa lumpur aktif itu adalah campuran
dari berbagai mikro-organisme, termaksud bakteri, protozoa,
rotifer dan bentuk avertebrata yang lebih tinggi dan dengan aksi
gabungan dari organisme-organisme yang terurai. Selain itu,
penulis juga membahas tentang gangguan proses yang terjadi
pada sistem lumpur aktif ini. Hal ini sangat bagus karna
pembaca dapat mengetahui hal-hal apa saja yang dapat
mengganggu proses sistem lumpur aktif ini.
Pada sistem lumpur aktif penulis memberikan beberapa
contoh kasus yang berkaitan dengan gangguan proses yang
terjadi pada pengaturan lumpur aktif industri dimana terjadi
penumpukan lendir yang sering kali terjadi. Dimana cairan
biasanya kekurangan nutrisi tertentu terutama terjadi pada
nitrogen dan fosfor. Hal ini dapat mengakibatkan perubahan
formasi flok, berkurangnya sifat pengendapan dan dalam
beberapa kasus produksi busa keabu-abuan dan berlendir di
permukaan bejana aerasi. Pada pengaturan lumpur aktif ini
terdapat polimer ekstraseluler yang berminyak yang dimana ini
dapat mengganggu poeses pengendapan normal, mengubah
daya apung lumpur dengan menjebak udara dan mendorong
pembusaan. Penulis mengatakan bahwa situasi dapat diatasi
dengan menambahkan jumlah yang tepat dari nutrisi yang
hilang.
Terdapat turunan dari sistem lumpur aktif yaitu proses
deep shaft yang merupakan hasil kerja ICI (Imperial Chemical
Industries) yang memproduksi protein dari methanol pada 1970an. Pada gambar 6.5 menunjukan fitur-fitur utama sistem yang
didsarkan di sekitar poros sedalam 50-100 meter. Pada proses
sisten deep shaft ini poros yang berisi air limbah akan diolah,
kemuadian udara yang terkompresi di hembuskan kedasar dan
bergerak ke bagian tengah membentuk aliran yang berlawanan
dibagian luar poros. Terdapat efek sekunder yang disaring dan
dibiarkan mengendap dan sebagian dari lumpur yang dihasilkan
di kembalikan ke zona awal atau masukan, seperti yang terjadi di
tangki lumpur aktif tradisional meskipun penghilangan gas atau
deggasifikasi tapi hal ini di perlukan untuk menghilangkan
gelembung nitrogen dan karbon dioksida untuk memungkinkan
terjadinya sedimentasi yang tepat.
4. Sistem Oksigen Murni
Pada materi system oksigen murni penulis mengatakan
penggunaan oksigen murni sangat meningkatkan tingkat efektif
gas yang terlarut dalam cairan serta memiliki daya tarik yang
jelas. Oksigen murni memberikan kecepatan transfer oksigen
yang lebih baik per satuan volume bioreaktor dari pada yang
dapat dicapai menggunakan metode aerasi konvensional, hal ini
memungkinkan pemuatan organik yang lebih berat per unit
volume untuk diolah dibandingkan dengan sistem umpan-udara
biasa,
yang
memungkinkan
sistem
ini
digunakan
untuk
menangani efek yang lebih kuat dan memungkinkan throughput
yang tinggi di mana ruang terbatas. Biasanya sistem ini diberi
makan menggunakan tangki oksigen cair.
Pada gambar 6.6 menunjukkan tata letak umum bejana
bioreactor yang berfungsi sebagai tempat berlangsungnya suatu
proses biokimia dari bahan mentah menjadi bahan tertentu yang
di katalis oleh enzim microbial atau isolate enzim murni. Pada
buku ini penulis mengakatan bahwa system oksigen murni
memiliki kelemahan yaitu; biaya modal yang diperlukan untuk
memasangnya sejak awal cukup besar, begitu juga dengan
biaya pengoperasian dan kebutuhan pemeliharaannya. Oksigen
murni ini juga memiliki risiko ledakan, sehingga secara intrinsik
diperlukan prosedur operasional yang aman.
Download