FILSAFAT IPA TUGAS INDIVIDU SIKAP ILMIAH (SCIENTIFIC ATTITUDE) Disusun oleh : Sisilia Fil Jannati 18030194012 PKB 2018 PRODI PENDIDIKAN KIMIA JURUSAN KIMIA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS NEGERI SURABAYA 2021 SIKAP ILMIAH (Scientific Attitude) A. Pengertian Sikap Ilmiah Sikap merupakan sesuatu yang dipelajari serta menentukan bagaimana individu bereaksi terhadap situasi, sehingga interaksi yang dipelajari akan mempengaruhinya. Menurut Semiawan, sains yang sebelumnya lebih dikenal dengan Ilmu Pengetahuan Alam dalam arti luas adalah pelajaran dan penerjemahan pengalaman manusia tentang dunia fisik dengan cara teratur dan sistematik, mencakup semua aspek pengetahuan yang dihasilkan oleh metode saintifik, tidak terbatas pada fakta dan konsep saja tetapi juga aplikasi pengetahuan dan prosesnya yang mengacu pada pemelekan pikir manusia. Sedangkan Carin and Sund menyatakan bahwa sains merupakan suatu pengetahuan tentang alam semesta yang bertumpu pada data yang dikumpulkan melalui pengamatan dan percobaan sehingga di dalamnya memuat produk, proses, dan sikap manusia (Bundu, 2006). Dari pendapat ahli di atas, dapat disimpulkan bahwa IPA adalah ilmu yang mempelajari gejala alam, mencakup semua aspek pengetahuan yang dihasilkan oleh metode saintifik, serta memuat produk, proses, dan sikap manusia. Sikap ilmiah merupakan karakter yang dimiliki oleh seorang ilmuwan atau akademisi ketika menghadapi persoalan-persoalan ilmiah untuk dapat melalui proses penelitian yang baik dan hasil yang baik pula. The Liang Gie (Ertanti, 2010) menyatakan bahwa sikap ilmiah merupakan suatu kecenderungan pribadi seorang ilmuwan untuk berperilaku atau memberikan tanggapan dalam hal-hal tertentu sesuaidengan pemikiran ilmiahnya atau tidak bertentangan dengan citra keilmuan pada umumnya. Sikap ilmiah merupakan suatu pandang seseorang terhadap cara berpikir yang sesuai dengan metode keilmua, sehingga timbul kecenderungan untuk menerima ataupun menolak terhadap cara berpikir yang sesuai dengan keilmuan tersebut (Salam,2005). Berdasarkan pengertian sikap ilmiah, sikap mengandung tiga komponen yaitu komponen kognitif, komponen afektif, dan komponen tingkah laku. Sikap selalu berkenaan dengan suatu obyek. Sikap terhadap obyek ini disertai dengan perasaan positif atau negatif. Secara umum dapat disimpulkan bahwa sikap adalah suatu kesiapan untuk berperilaku atau bereaksi dengan cara tertentu ketika dihadapkan dengan suatu masalah atau obyek. B. Macam-Macam Sikap Ilmiah Sikap ilmiah pada dasarnya merupakan tingkah laku atau tindakan yang diperlihatkan oleh para ilmuwan saat mereka melakukan kegiatan ilmiah. Dengan perkataan lain, kecenderungan individu untuk bertindak atau berperilaku dalam memecahkan suatu masalah secara sistematis melalui langkah-langkah ilmiah. Salah satu aspek tujuan dalam mempelajari ilmu alamiah adalah pembentukan sikap ilmiah. Orang yang berkecimpung dalam ilmu alamiah akan terbentuk sikap ilmiah yang antara lain adalah: 1) Jujur Jujur merupakan sikap atau sifat seseorang yang menyatakan sesuatu dengan sesungguhnya dan apa adanya, tidak di tambahi ataupun tidak dikurangi. Sifat jujur ini harus dimiliki oleh setiap manusia, karena sifat dan sikap ini merupakan prinsip dasar dari cerminan akhlak seseorang. Jujur juga dapat menjadi cerminan dari kepribadian seseorang bahkan kepribadian bangsa. Oleh sebab itu, kejujuran bernilai tinggi dalam kehidupan manusia. Kejujuran merupakan bekal untuk mendapatkan kepercayaan dari orang lain. Jika seseorang telah memiliki kejujuran maka sesuatu yang wajar jika bila orang tersebut dapat dipercaya dan diberi amanat oleh banyak orang. 2) Terbuka dan Fleksibel Seorang ilmuwan harus mempunyai pandangan luas, terbuka, dan bebas dari praduga. Seorang ilmuwan tidak akan berusaha memperoleh dugaan bagi buah pikirannya atas dasar prasangka. Ia tidak akan meremehkan suatu gagasan baru. Seorang ilmuwan akan menghargai setiap gagasan baru dan mengujinya sebelum diterima atau ditolak. Dengan kata lain, ia terbuka akan pendapat orang lain. Keterbukaan berarti memberi peluang luar untuk masuk, dan menerima berbagai hal untuk masuk, baik itu di bidang ilmu pengetahuan, teknologi dan kebudayaan, ideologi, paham dan aliran, ataupun ekonomi. Keterbukaan juga berarti menerima kritik, saran, dan pendapat orang lain dalam pergaulan. Seorang peneliti harus dapat menunjukkan sikap terbuka yang ditunjukkan dalam sikap mau menerima kritik dan saran dari orang lain. Di samping itu, seorang peneliti harus terbuka dalam menyampaikan hasil penelitian. Dengan demikian kelemahan dan kelebihan hasil penelitiannya dapat diketahui. Kelemahan dapat diperbaiki dan kelebihan dapat dimanfaatkan untuk kepentingan orang banyak. 3) Kritis Sikap kritis direalisasikan dengan mencari informasi sebanyak-banyaknya, baik dengan jalan bertanya kepada siapa saja yang diperkirakan mengetahui masalah maupun dengan membaca sebelum menentukan pendapat untuk ditulis. Sikap kritis adalah sikap peka terhadap sesuatu dimana tidak langsung menerima begitu saja informasi atau pernyataan, kalau belum memeriksa kebenarannya. Seseorang yang bersikap kritis tidak langsung percaya terhadap sesuatu, tetapi memeriksa sesuatu tersebut sebelum menerima dan meyakininya. Jika suatu informasi atau pernyataan bersumber dari sumber yang dapat dipercaya dan didukung oleh bukti yang kuat, barulah informasi atau pernyataan itu diterima dan diyakini. 4) Optimis Optimis merupakan berpengharapan baik dalam menghadapai segala sesuatu, tidak putus asa, dan selalu berkata “Beri saya kesempatan untuk berpikir dan mencoba mengerjakannya”. Seorang yang memiliki kecerdasan optimis akan memiliki rasa humor yang tinggi. Sikap optimis berarti sikap yakin adanya kehidupan yang lebih baik dan keyakinan itu dijadikan sebagai bekal untuk meraih hasil yang lebih baik. Jika seorang ilmuwan mempunyai keinginan dan tujuan yang sangat besar dan juga mempunyai persiapan dan pengetahuan yang diperlukan, ditambah dengan rasa optimis dan percaya diri, maka segala tujuan pasti akan cepat tercapai/terwujud. Percaya diri dan optimisme itu saling terkait satu sama lain. Percaya diri tanpa optimisme tidak akan pernah ada artinya, karena sikap optimis merupakan daya yang besar untuk mendorong apa yang dipikirkan dan akan dilakukan. Percaya diri sangat membutuhkan sikap optimis. 5) Toleran Seorang ilmuwan tidak merasa bahwa dirinya paling benar, ia bersedia mengakui bahwa orang lain mungkin lebih benar. Dalam menambah ilmu pengetahuan ia bersedia belajar dari orang lain, membandingkan pendapatnya dengan pendapat orang lain, ia memiliki tenggang rasa atau sikap toleran yang tinggi dan jauh dari sikap angkuh. Toleransi adalah suatu sikap atau perilaku manusia yang tidak menyimpang dari aturan, dimana seseorang menghargai atau menghormati setiap tindakan yang orang lain lakukan. Sikap toleransi sangat perlu dikembangkan karena manusai adalah makhluk sosial dan akan menciptakan adanya kerukunan hidup. 6) Pemberani Seorang ilmuwan harus memiliki sikap pemberani dalam menghadapi ketidakbenaran, kepura-puraan, penipuan, dan kemunafikan yang akan menghambat kemajuan. Sikap keberanian ini banyak dicontohkan oleh para ilmuan seperti Copernicus, Galilleo, Socrates, dan Bruno. Galilleo diasingkan oleh penguasa karena dengan berani menentang konsep bumi sebagai pusat tata surya, matahari dan benda lainnya berputar mengelilingi bumi (Geosentris). Galilleo mendeklarasikan bahwa matahari adalah menjadi pusat tata surya, dan bumi serta planet lainnya berputar mengitari matahari (Heliosentris). Socrates memilih mati meminum racun daripada harus mengakui sesuatu yang salah. Bruno tidak takut dihukum mati dengan cara dibakar demi mempertahankan kebenaran. Peneliti yang baik senantiasa berani dan bertanggung jawab terhadap konsekuensi yang harus dihadapinya jika sudah mengusulkan sesuatu. Usulan tersebut selalu diembannya dengan baik dan dilaksanakan semaksimal mungkin, kemudian diwujudkannya dalam bentuk nyata sehingga hasilnya dapat dinikmati oleh orang lain. 7) Kreatif Seseorang dalam mengembangkan ilmunya harus mempunyai sikap kreatif yang berfokus pada proses berpikir sehingga memunculkan ide-ide unik atau kreatif dan berkemampuan untuk menghasilkan/menciptakan sesuatu yang baru. Sifat-sifat yang tersebut di atas menunjukkan kepada kita arah tujuan yang hendak dicapai seseorang yang hendak menumbuhkan sikap ilmiah pada dirinya. Tidak seorang pun dilahirkan dengan memiliki sikap ilmiah. Mereka yang telah memperoleh sikap itu telah berbuat dengan usaha yang sungguh-sungguh. 8) Sikap Menjangkau ke Depan Sikap menjangkau ke depan dibuktikan dengan sikap futuristic, yaitu berpandangan jauh, mampu membuat hipotesis dan membuktikannya dan bahkan mampu menyusun suatu teori baru. 9) Sikap Rela Menghargai Karya Orang Lain Sikap rela menghargai karya orang lain diwujudkan dengan mengutip dan menyatakan terima kasih atas karangan orang lain, dan menganggapnya sebagai karya yang orisinal milik pengarangnya. 10) Peduli terhadap Lingkungan, Alam, Sosial, dan Budaya Seorang ilmuwan tidak boleh mengabaikan keadaan lingkungan alam, sosial, dan budaya yang berkaitan dengan masalah yang diteliti. Artinya, masalah yang dipilih yang berkaitan dengan lingkungan alam tidak bertentangan dengan adat istiadat, hukum, ataupun kebiasaan-kebiasaan masyarakat di lingkungan tersebut. Dengan demikian, seorang ilmuwan harus mengenali bentuk aturan masyarakat yang berkaitan dengan lingkungan sekitarnya sehingga tidak menimbulkan kesulitan dan pertentangan, baik secara individu maupun kelompok. 11) Disiplin dan Tekun Seorang ilmuwan juga harus memiliki sikap disiplin dan tekun. Disiplin artinya sikap taat dan patuh terhadap segala sesuatu yang menjadi tanggung jawabnya. Ilmuwan yang memiliki sikap disiplin akan menghasilkan pengetahuan yang benar karena sesuai dengan metode ilmiah. Sementara itu, tekun artinya rajin dan bersungguh-sungguh. Seorang ilmuwan akan melahirkan pengetahuan yang mendalam dari objek atau peristiwa yang sedang ditelitinya. Menurut Winney Harlen dalam (Kaligis, 1991) menyatakan setidaknya terdapat sembilan sikap ilmiah diantaranya sebagai berikut : 1) Sikap ingin tahu (curiousity) Sikap ingin tahu sebagai sikap ilmiah maksudnya adalah suatu sikap yang selalu ingin mendapatkan jawaban yang benar dari objek yang diamati. Seorang ilmuwan harus memiliki rasa ingin tahu yang tinggi. Tanpa rasa ingin tahu, tidak akan ada upaya pencarian penjelasan tentang segala sesuatu. Rasa ingin tahu sangat dibutuhkan dalam mengembangkan pengetahuan ilmiah. Semua pencarian ilmiah berawal dari pertanyaan-pertanyaan yang ingin dicari tahu jawabannya. Rasa ingin tahu ditunjukkan dengan memunculkan pertanyaan-pertanyaan. Seseorang yang memiliki rasa ingin tahu adalah orang yang selalu mengajukan pertanyaan baik kepada orang lain maupun dirinya sendiri 2) Sikap ingin mendapatkan sesuatu yang baru (originality) Sikap ini bertitik tolak dari kesadaran bahwa jawaban yang telah mereka peroleh dari rasa ingin tahu itu tidaklah bersifat final atau mutlak, tetapi masih bersifat sementara atau tentatif. Hal ini disebabkan oleh keterbatasan kemampuan berpikir maupun keterbatasan pengamatan panca indera manusia untuk menetapkan suatu kebenaran. 3) Sikap kerja sama (cooperative) Yang dimaksud kerja sama di sini adalah kerja sama untuk memperoleh pengetahuan yang lebih banyak. Dalam kehidupan sehari-hari, peneliti yang baik mampu bekerja sama dengan orang lain dan tidak individualis atau mementingkan diri sendiri. Ia meyakini bahwa dirinya tidak dapat hidup tanpa bantuan orang lain sehingga keberadaannya senantiasa diharapkan oleh orang lain. 4) Sikap tidak putus asa (perseverance) Suatu usaha apa pun, biasanya ada saja hambatannya. Seorang ilmuwan mungkin saja telah menghabiskan waktu bertahun-tahun dengan biaya namun belum juga memperoleh apa yang dicari. Namun ketidakputusasaannya dikarenakan keyakinan bahwa yang dialaminya setidaknya memberi petunjuk yang berguna bagi ilmuwan lain untuk tidak mengambil jalan yang serupa. 5) Sikap terbuka (open-minded) Seorang ilmuwan harus mempunyai pandangan luas, terbuka, dan bebas dari praduga. Seorang ilmuwan tidak akan berusaha memperoleh dugaan bagi buah pikirannya atas dasar prasangka. Ia tidak akan meremehkan suatu gagasan baru. Seorang ilmuwan akan menghargai setiap gagasan baru dan mengujinya sebelum diterima atau ditolak. Dengan kata lain, ia terbuka akan pendapat orang lain. Keterbukaan berarti memberi peluang luar untuk masuk, dan menerima berbagai hal untuk masuk, baik itu di bidang ilmu pengetahuan, teknologi dan kebudayaan, ideologi, paham dan aliran, ataupun ekonomi. Keterbukaan juga berarti menerima kritik, saran, dan pendapat orang lain dalam pergaulan. 6) Sikap Objektivitas Objektif artinya sesuai dengan objeknya, tanpa dikurangi maupun dilebihkan. Jika seorang ilmuwan menyampaikan hasil penelitiannya lebih banyak berdasarkan pendapat pribadi (subjektif) dengan cara menambah atau mengurangi fakta tentang objek atau peristiwa, maka pengetahuan yang dihasilkan ilmuwan tersebut tidak dapat diterima sebagai pengetahuan ilmiah. 7) Sikap tanggung jawab (responsibility) Tanggung jawab artinya kewajiban menanggung, memikul jawab, menanggung segala sesuatunya, atau memberikan jawab dan menanggung akibat dari seluruh implikasi dari pendapat, keputusan, atau hasil penelitian ilmiah yang telah dibuatnya. Tanggung jawab seorang ilmuwan bukan hanya terletak pada penemuan dari segala penelitian, tetapi juga bagaimana temuan tersebut dapat digunakan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat. 8) Sikap berpikir bebas (independence in thingking) Mencatat atau merekam hasil pengamatan sesuai dengan apa adanya dan membuat kesimpulan sesuai dengan hasil kerja sendiri merupakan saat-saat yang penting bagi anak dalam mengembangkan sikap berpikir bebas 9) Sikap kedisipilanan diri (self discipline) Kedisiplinan diri dapat diartikan sebagai kemampuan seseorang untuk dapat mengontrol ataupun mengatur dirinya menuju kepada tingkah laku yang dikehendaki dan yang dapat diterima oleh masyarakat. Beberapa sikap ilmiah lain yang harus dimiliki oleh seorang ilmuwan yang dikemukaan oleh Prof. Drs. Harsojo diantaranya sebagai berikut : 1) Objektivitas Sikap objektif yang harus dimiliki oleh ilmuwan mempunyai arti bahwa ilmuwan harus berpikir sesuai dengan objek, peristiwa, atau benda-benda yang memang dipelajari dan diselidiki serta tidak keluar dari objek yang dipelajari. Seorang ilmuwan yang berpikir secara obyektif, akan menjauhkan penilaian subyektif yang cenderung dipengaruhi nilai-nilai kedirian, keinginan, harapan-harapan, serta dorongan-dorongan pribadinya. Begitu juga suatu kesimpulan hasil penelitian akan bersifat obyektif apabila hasilhasil penelitian tersebut tidak dipengaruhi oleh : pandangan hidup, ras, agama, kebudayaan, faktor-faktor politik. 2) Sikap Skeptif Skeptis merupakn sikap kehati-hatian dan kritis dalam memperoleh informasi. Namun, skeptis bukan berarti sinis tetapi meragukan kebenaran informasi sebelum teruji dan didukung oleh data fakta yang kuat. Tujuan dari skeptis yaitu tidak keliru dan salah dalam membuat pernyataan, keputusan atau kesimpulan. Seseorang yang mencari kebenaran akan bersikap hati-hati dan skeptis. Ia akan menyelidiki bukti-bukti yang melatarbelakangi suatu kesimpulan. Ia tidak akan sinis tetapi kritis untuk memperoleh data yang menjadi dasar suatu kesimpulan itu. Ia tidak akan menerima suatu kesimpulan tanpa didukung bukti-bukti yang kuat. Sikap skeptis ini perlu dikembangkan oleh ilmuwan dalam memecahkan masalah. Apabila ilmuwan tidak kritis mengenai setiap informasi yang ia peroleh, kemungkinan ada informasi yang salah sehingga kesimpulan yang dihasilkan pun juga salah. Oleh karena itu, setiap informasi perlu diuji kebenarannya. Kata apatis diartikan sebagai sikap acuh tidak acuh, tidak peduli, dan masa bodoh. Secara sepintas skeptis dan apatis memiliki kesamaan arti dan maksud. Skeptis berarti sikap curiga, tidak mudah percaya, dan bersikap hati-hati atas tindakan orang lain. Orang menjadi acuh tak acuh dan tidak peduli karena ia terlanjur tidak percaya. Kehatihatian dan curiga merupakan sikap dasar seseorang. Bagaimanakah sikap apatis dan skeptis dipadukan sehingga menjadi sebuah sikap yang kreatif dan bersifat konstrukstif. Seseorang harus apatis untuk sesuatu yang bukan merupakan wewenang dan tanggungjawabnya. Selain itu orang harus bersikap skeptis untuk berbagai hal. Segala sesuatu harus dipertanyakan, diklarifikasi, dan dijelaskan secara akurat. Dengan bersikap skeptis dapat ditemukan titik terang, kepastian, dan kebenaran. 3) Kesederhanaan Kesederhanaan mempunyai arti sederhana dalam cara berpikir, dalam cara menyatakan, serta dalam cara membuktikan. Bahasa yang dipergunakan harus jernih, jelas dan terang, tidak menggambarkan emosional peneliti yang akhirnya dapat mengaburkan hasil penelitiannya sendiri. 4) Kesabaran Intelektual Suatu penelitian ilmiah mmerlukan kesabaran untuk mengumumkan hasinya tidak tergesa-gesa. Bekerja dalam ilmu harus sistematis, teliti dan tekun. Hal ini jangan ada suatu kesimpulan yang kontroversi sebagai contoh misalnya, para ahli lemari es dengan hasil eksperimennya yang begitu lama dan teliti, menghasilkan tabung yang berisi “freon” yang menurut sifatnya refrigeran freon yang beredar di pasaran (dalam lemari es) tdak beracun, tidak korosif, tidak iritasi, dan tidak tebakar dalam semua keadaan penggunaan. 5) Sikap tidak Memihak kepada Etik Ilmu tidak mengadakan penilaian tentang baik dan buruknya sesuatu yang diteliti. Ilmu hanya mengajukan deskripsi benar atau salah secara relatif. Misalnya seorang ahli fisika nuklir, sewaktu membuat bom nuklir tidak dipengaruhi oleh nilai etika tertentu, semata-mata dibina oleh kaidah-kaidah teknis akademis, dalam hal ini dibina oleh pengetahuan teknis dalam ilmu fisika. Dia tidak akan berhasil membuat bom atom seandainya dia memperhitungkan nilai-nilai politik, nilai religi, perhitungan psikologis, sosiologis, dan sebagainya. Namun pada akhirnya kalau ditanyakan bagaimana penggunaan bom itu, ia diharuskan mengambil sikap yang mengandung penilaian etik atau religi. 6) Sikap Relatif Sikap relatif merupakan suatu keharusan dalam ilmu, karena ilmu hanya berhubungan dengan dunia fenomena yang penuh dengan perubahan dan selalu mengalami perkembangan. Ilmu tidak mencoba mencari sesuatu yang mutlak. Yang mutlak bukan lapangan ilmu, itu dipelajari pada filsafat yang pada akhirnya akan bermuara kepada agama. Hal ini tidak berarti bahwa ilmu harus dipisahkan dari filsafat apalagi dari agama. Dalam ilmu tidak mengenal kemutlakan, dalam arti apa yang dihasilkan ilmu sekarang, dapat digugurkan oleh hasil penemuan-penemuan barunya. Apalagi dalam ilmu-ilmu sosial sangat rawan kalau kita sampai kepada pengertian mutlak. Suatu hasil penelitian dapat diterapkan di Jawa Barat, namun belum tentu dapat diterapkan di Sulawesi, apalagi di luar Indonesia. Sikap ilmiah harus dimiliki oleh setiap ilmuwan. Karena sikap ilmiah adalah suatu sikap yang diarahkan untuk mencapai pengetahuan ilmiah yang bersifat objektif. Sikap ilmiah yang perlu dimiliki para ilmuwan menurut Abbas Hamami M., (1996) ada enam, yaitu sebagai berikut : 1. Tidak ada rasa pamrih (disinterastedness), artinya suatu sikap yang diarahkan untuk mencapai pengetahuan ilmiah yang objektif dengan menghilangkan pamrih atau kesenangan pribadi. 2. Bersikap selektif, yaitu suatu sikap yang bertujuan agar para ilmuwan mampu mengadakan penilihan terhadap berbagai hal yang dihadapi. Misalnya hipotesis yang beragam, metodologi yang menunjukkan kekuatannya masing-masing, atau cara penyimpulan yang satu cukup berbeda walaupun masing-masing menunjukkan akurasinya. 3. Adanya rasa percaya yang layak baik terhadap kenyataan maupun terhadap alat-alat indra serta budi (mind). 4. Adanya sikap yang berdasar pada suatu kepercayaan (belief) dan dengan merasa pasti (conviction) bahwa setiap pendapat atau teori yang terdahulu telah mencapai kepastian. 5. Adanya suatu kegiatan rutin bahwa seorang ilmuwan harus selalu tidak puas terhadap penelitian yang telah dilakukan sehingga selalu ada dorongan untuk riset dan riset sebagai aktivitas yang menonjol dalam hidupnya. 6. Seorang ilmuwan harus memiliki sikap etis (akhlak) yang selalu berkehendak untuk mengembangkan ilmu untuk kebahagiaan manusia, lebih khusus untuk pembangunan bangsa dan negara. (Surajiyo, 2005) DAFTAR PUSTAKA Bertens, K, DR dan Nugroho A.A, Drs. 1985. Susunan Ilmu Prngetahuan, Sebuah Pengantar Filsafat Ilmu. Jakarta: Gramedia. Bundu, Patta. 2006. Penilaian Keterampilan Proses dan Sikap Ilmiah dalam Pembelajaran Sains Sekolah Dasar. Jakarta : DEPDIKBUD. Burhanuddin Salam, Drs. 2005. Pengantar Filsafat. Cetakan keenam. Jakarta: PT. Bumi Aksara. Ikhsandi, dkk. 2014. Sikap Ilmiah. Banda Aceh: Universitas Syiah Kuala Darussalam. Surajiyo, Drs.2005. Ilmu Filsafat, Suatu Pengantar. Cetakan pertama. Jakarta: PT. bumi Aksara. Syafiie, Inu kencana. 2004. Pengantar Filsafat . Bandung : PT. Refika Aditama.