Uploaded by sisiliafiljannati123

PKB18 Sisilia Fil Jannati 012 Tugas Sikap Ilmiah Filsafat IPA

advertisement
FILSAFAT IPA
TUGAS INDIVIDU
SIKAP ILMIAH (SCIENTIFIC ATTITUDE)
Disusun oleh :
Sisilia Fil Jannati
18030194012
PKB 2018
PRODI PENDIDIKAN KIMIA
JURUSAN KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI SURABAYA
2021
SIKAP ILMIAH
(Scientific Attitude)
A. Pengertian Sikap Ilmiah
Sikap merupakan sesuatu yang dipelajari serta menentukan bagaimana individu
bereaksi terhadap situasi, sehingga interaksi yang dipelajari akan mempengaruhinya.
Menurut Semiawan, sains yang sebelumnya lebih dikenal dengan Ilmu Pengetahuan Alam
dalam arti luas adalah pelajaran dan penerjemahan pengalaman manusia tentang dunia fisik
dengan cara teratur dan sistematik, mencakup semua aspek pengetahuan yang dihasilkan
oleh metode saintifik, tidak terbatas pada fakta dan konsep saja tetapi juga aplikasi
pengetahuan dan prosesnya yang mengacu pada pemelekan pikir manusia. Sedangkan
Carin and Sund menyatakan bahwa sains merupakan suatu pengetahuan tentang alam
semesta yang bertumpu pada data yang dikumpulkan melalui pengamatan dan percobaan
sehingga di dalamnya memuat produk, proses, dan sikap manusia (Bundu, 2006). Dari
pendapat ahli di atas, dapat disimpulkan bahwa IPA adalah ilmu yang mempelajari gejala
alam, mencakup semua aspek pengetahuan yang dihasilkan oleh metode saintifik, serta
memuat produk, proses, dan sikap manusia.
Sikap ilmiah merupakan karakter yang dimiliki oleh seorang ilmuwan atau akademisi
ketika menghadapi persoalan-persoalan ilmiah untuk dapat melalui proses penelitian yang
baik dan hasil yang baik pula. The Liang Gie (Ertanti, 2010) menyatakan bahwa sikap
ilmiah merupakan suatu kecenderungan pribadi seorang ilmuwan untuk berperilaku atau
memberikan tanggapan dalam hal-hal tertentu sesuaidengan pemikiran ilmiahnya atau
tidak bertentangan dengan citra keilmuan pada umumnya. Sikap ilmiah merupakan suatu
pandang seseorang terhadap cara berpikir yang sesuai dengan metode keilmua, sehingga
timbul kecenderungan untuk menerima ataupun menolak terhadap cara berpikir yang sesuai
dengan keilmuan tersebut (Salam,2005). Berdasarkan pengertian sikap ilmiah, sikap
mengandung tiga komponen yaitu komponen kognitif, komponen afektif, dan komponen
tingkah laku. Sikap selalu berkenaan dengan suatu obyek. Sikap terhadap obyek ini disertai
dengan perasaan positif atau negatif. Secara umum dapat disimpulkan bahwa sikap adalah
suatu kesiapan untuk berperilaku atau bereaksi dengan cara tertentu ketika dihadapkan
dengan suatu masalah atau obyek.
B. Macam-Macam Sikap Ilmiah
Sikap ilmiah pada dasarnya merupakan tingkah laku atau tindakan yang diperlihatkan
oleh para ilmuwan saat mereka melakukan kegiatan ilmiah. Dengan perkataan lain,
kecenderungan individu untuk bertindak atau berperilaku dalam memecahkan suatu
masalah secara sistematis melalui langkah-langkah ilmiah. Salah satu aspek tujuan dalam
mempelajari ilmu alamiah adalah pembentukan sikap ilmiah. Orang yang berkecimpung
dalam ilmu alamiah akan terbentuk sikap ilmiah yang antara lain adalah:
1) Jujur
Jujur merupakan sikap atau sifat seseorang yang menyatakan sesuatu dengan
sesungguhnya dan apa adanya, tidak di tambahi ataupun tidak dikurangi. Sifat jujur ini
harus dimiliki oleh setiap manusia, karena sifat dan sikap ini merupakan prinsip dasar
dari cerminan akhlak seseorang. Jujur juga dapat menjadi cerminan dari kepribadian
seseorang bahkan kepribadian bangsa. Oleh sebab itu, kejujuran bernilai tinggi dalam
kehidupan manusia. Kejujuran merupakan bekal untuk mendapatkan kepercayaan dari
orang lain. Jika seseorang telah memiliki kejujuran maka sesuatu yang wajar jika bila
orang tersebut dapat dipercaya dan diberi amanat oleh banyak orang.
2) Terbuka dan Fleksibel
Seorang ilmuwan harus mempunyai pandangan luas, terbuka, dan bebas dari
praduga. Seorang ilmuwan tidak akan berusaha memperoleh dugaan bagi buah
pikirannya atas dasar prasangka. Ia tidak akan meremehkan suatu gagasan baru.
Seorang ilmuwan akan menghargai setiap gagasan baru dan mengujinya sebelum
diterima atau ditolak. Dengan kata lain, ia terbuka akan pendapat orang lain.
Keterbukaan berarti memberi peluang luar untuk masuk, dan menerima berbagai hal
untuk masuk, baik itu di bidang ilmu pengetahuan, teknologi dan kebudayaan, ideologi,
paham dan aliran, ataupun ekonomi. Keterbukaan juga berarti menerima kritik, saran,
dan pendapat orang lain dalam pergaulan.
Seorang peneliti harus dapat menunjukkan sikap terbuka yang ditunjukkan dalam
sikap mau menerima kritik dan saran dari orang lain. Di samping itu, seorang peneliti
harus terbuka dalam menyampaikan hasil penelitian. Dengan demikian kelemahan dan
kelebihan hasil penelitiannya dapat diketahui. Kelemahan dapat diperbaiki dan
kelebihan dapat dimanfaatkan untuk kepentingan orang banyak.
3) Kritis
Sikap kritis direalisasikan dengan mencari informasi sebanyak-banyaknya, baik
dengan jalan bertanya kepada siapa saja yang diperkirakan mengetahui masalah
maupun dengan membaca sebelum menentukan pendapat untuk ditulis. Sikap kritis
adalah sikap peka terhadap sesuatu dimana tidak langsung menerima begitu saja
informasi atau pernyataan, kalau belum memeriksa kebenarannya. Seseorang yang
bersikap kritis tidak langsung percaya terhadap sesuatu, tetapi memeriksa sesuatu
tersebut sebelum menerima dan meyakininya. Jika suatu informasi atau pernyataan
bersumber dari sumber yang dapat dipercaya dan didukung oleh bukti yang kuat,
barulah informasi atau pernyataan itu diterima dan diyakini.
4) Optimis
Optimis merupakan berpengharapan baik dalam menghadapai segala sesuatu,
tidak putus asa, dan selalu berkata “Beri saya kesempatan untuk berpikir dan mencoba
mengerjakannya”. Seorang yang memiliki kecerdasan optimis akan memiliki rasa
humor yang tinggi. Sikap optimis berarti sikap yakin adanya kehidupan yang lebih baik
dan keyakinan itu dijadikan sebagai bekal untuk meraih hasil yang lebih baik. Jika
seorang ilmuwan mempunyai keinginan dan tujuan yang sangat besar dan juga
mempunyai persiapan dan pengetahuan yang diperlukan, ditambah dengan rasa optimis
dan percaya diri, maka segala tujuan pasti akan cepat tercapai/terwujud. Percaya diri
dan optimisme itu saling terkait satu sama lain. Percaya diri tanpa optimisme tidak akan
pernah ada artinya, karena sikap optimis merupakan daya yang besar untuk mendorong
apa yang dipikirkan dan akan dilakukan. Percaya diri sangat membutuhkan sikap
optimis.
5) Toleran
Seorang ilmuwan tidak merasa bahwa dirinya paling benar, ia bersedia mengakui
bahwa orang lain mungkin lebih benar. Dalam menambah ilmu pengetahuan ia bersedia
belajar dari orang lain, membandingkan pendapatnya dengan pendapat orang lain, ia
memiliki tenggang rasa atau sikap toleran yang tinggi dan jauh dari sikap angkuh.
Toleransi adalah suatu sikap atau perilaku manusia yang tidak menyimpang dari aturan,
dimana seseorang menghargai atau menghormati setiap tindakan yang orang lain
lakukan. Sikap toleransi sangat perlu dikembangkan karena manusai adalah makhluk
sosial dan akan menciptakan adanya kerukunan hidup.
6) Pemberani
Seorang ilmuwan harus memiliki sikap pemberani dalam menghadapi
ketidakbenaran, kepura-puraan, penipuan, dan kemunafikan yang akan menghambat
kemajuan. Sikap keberanian ini banyak dicontohkan oleh para ilmuan seperti
Copernicus, Galilleo, Socrates, dan Bruno. Galilleo diasingkan oleh penguasa karena
dengan berani menentang konsep bumi sebagai pusat tata surya, matahari dan benda
lainnya berputar mengelilingi bumi (Geosentris). Galilleo mendeklarasikan bahwa
matahari adalah menjadi pusat tata surya, dan bumi serta planet lainnya berputar
mengitari matahari (Heliosentris). Socrates memilih mati meminum racun daripada
harus mengakui sesuatu yang salah. Bruno tidak takut dihukum mati dengan cara
dibakar demi mempertahankan kebenaran.
Peneliti yang baik senantiasa berani dan bertanggung jawab terhadap konsekuensi
yang harus dihadapinya jika sudah mengusulkan sesuatu. Usulan tersebut selalu
diembannya dengan baik dan dilaksanakan semaksimal mungkin, kemudian
diwujudkannya dalam bentuk nyata sehingga hasilnya dapat dinikmati oleh orang lain.
7) Kreatif
Seseorang dalam mengembangkan ilmunya harus mempunyai sikap kreatif yang
berfokus pada proses berpikir sehingga memunculkan ide-ide unik atau kreatif dan
berkemampuan untuk menghasilkan/menciptakan sesuatu yang baru. Sifat-sifat yang
tersebut di atas menunjukkan kepada kita arah tujuan yang hendak dicapai seseorang
yang hendak menumbuhkan sikap ilmiah pada dirinya. Tidak seorang pun dilahirkan
dengan memiliki sikap ilmiah. Mereka yang telah memperoleh sikap itu telah berbuat
dengan usaha yang sungguh-sungguh.
8) Sikap Menjangkau ke Depan
Sikap menjangkau ke depan dibuktikan dengan sikap futuristic, yaitu
berpandangan jauh, mampu membuat hipotesis dan membuktikannya dan bahkan
mampu menyusun suatu teori baru.
9) Sikap Rela Menghargai Karya Orang Lain
Sikap rela menghargai karya orang lain diwujudkan dengan mengutip dan
menyatakan terima kasih atas karangan orang lain, dan menganggapnya sebagai karya
yang orisinal milik pengarangnya.
10) Peduli terhadap Lingkungan, Alam, Sosial, dan Budaya
Seorang ilmuwan tidak boleh mengabaikan keadaan lingkungan alam, sosial, dan
budaya yang berkaitan dengan masalah yang diteliti. Artinya, masalah yang dipilih
yang berkaitan dengan lingkungan alam tidak bertentangan dengan adat istiadat,
hukum, ataupun kebiasaan-kebiasaan masyarakat di lingkungan tersebut. Dengan
demikian, seorang ilmuwan harus mengenali bentuk aturan masyarakat yang berkaitan
dengan lingkungan sekitarnya sehingga tidak menimbulkan kesulitan dan pertentangan,
baik secara individu maupun kelompok.
11) Disiplin dan Tekun
Seorang ilmuwan juga harus memiliki sikap disiplin dan tekun. Disiplin artinya
sikap taat dan patuh terhadap segala sesuatu yang menjadi tanggung jawabnya.
Ilmuwan yang memiliki sikap disiplin akan menghasilkan pengetahuan yang benar
karena sesuai dengan metode ilmiah. Sementara itu, tekun artinya rajin dan
bersungguh-sungguh. Seorang ilmuwan akan melahirkan pengetahuan yang mendalam
dari objek atau peristiwa yang sedang ditelitinya.
Menurut Winney Harlen dalam (Kaligis, 1991) menyatakan setidaknya terdapat
sembilan sikap ilmiah diantaranya sebagai berikut :
1) Sikap ingin tahu (curiousity)
Sikap ingin tahu sebagai sikap ilmiah maksudnya adalah suatu sikap yang selalu
ingin mendapatkan jawaban yang benar dari objek yang diamati. Seorang ilmuwan
harus memiliki rasa ingin tahu yang tinggi. Tanpa rasa ingin tahu, tidak akan ada upaya
pencarian penjelasan tentang segala sesuatu. Rasa ingin tahu sangat dibutuhkan dalam
mengembangkan pengetahuan ilmiah. Semua pencarian ilmiah berawal dari
pertanyaan-pertanyaan yang ingin dicari tahu jawabannya. Rasa ingin tahu ditunjukkan
dengan memunculkan pertanyaan-pertanyaan. Seseorang yang memiliki rasa ingin tahu
adalah orang yang selalu mengajukan pertanyaan baik kepada orang lain maupun
dirinya sendiri
2) Sikap ingin mendapatkan sesuatu yang baru (originality)
Sikap ini bertitik tolak dari kesadaran bahwa jawaban yang telah mereka peroleh
dari rasa ingin tahu itu tidaklah bersifat final atau mutlak, tetapi masih bersifat
sementara atau tentatif. Hal ini disebabkan oleh keterbatasan kemampuan berpikir
maupun keterbatasan pengamatan panca indera manusia untuk menetapkan suatu
kebenaran.
3) Sikap kerja sama (cooperative)
Yang dimaksud kerja sama di sini adalah kerja sama untuk memperoleh
pengetahuan yang lebih banyak. Dalam kehidupan sehari-hari, peneliti yang baik
mampu bekerja sama dengan orang lain dan tidak individualis atau mementingkan diri
sendiri. Ia meyakini bahwa dirinya tidak dapat hidup tanpa bantuan orang lain sehingga
keberadaannya senantiasa diharapkan oleh orang lain.
4) Sikap tidak putus asa (perseverance)
Suatu usaha apa pun, biasanya ada saja hambatannya. Seorang ilmuwan mungkin
saja telah menghabiskan waktu bertahun-tahun dengan biaya namun belum juga
memperoleh apa yang dicari. Namun ketidakputusasaannya dikarenakan keyakinan
bahwa yang dialaminya setidaknya memberi petunjuk yang berguna bagi ilmuwan lain
untuk tidak mengambil jalan yang serupa.
5) Sikap terbuka (open-minded)
Seorang ilmuwan harus mempunyai pandangan luas, terbuka, dan bebas dari
praduga. Seorang ilmuwan tidak akan berusaha memperoleh dugaan bagi buah
pikirannya atas dasar prasangka. Ia tidak akan meremehkan suatu gagasan baru.
Seorang ilmuwan akan menghargai setiap gagasan baru dan mengujinya sebelum
diterima atau ditolak. Dengan kata lain, ia terbuka akan pendapat orang lain.
Keterbukaan berarti memberi peluang luar untuk masuk, dan menerima berbagai hal
untuk masuk, baik itu di bidang ilmu pengetahuan, teknologi dan kebudayaan, ideologi,
paham dan aliran, ataupun ekonomi. Keterbukaan juga berarti menerima kritik, saran,
dan pendapat orang lain dalam pergaulan.
6) Sikap Objektivitas
Objektif
artinya
sesuai
dengan
objeknya,
tanpa
dikurangi
maupun
dilebihkan. Jika seorang ilmuwan menyampaikan hasil penelitiannya lebih banyak
berdasarkan pendapat pribadi (subjektif) dengan cara menambah atau mengurangi fakta
tentang objek atau peristiwa, maka pengetahuan yang dihasilkan ilmuwan tersebut tidak
dapat diterima sebagai pengetahuan ilmiah.
7) Sikap tanggung jawab (responsibility)
Tanggung jawab artinya kewajiban menanggung, memikul jawab, menanggung
segala sesuatunya, atau memberikan jawab dan menanggung akibat dari seluruh
implikasi dari pendapat, keputusan, atau hasil penelitian ilmiah yang telah dibuatnya.
Tanggung jawab seorang ilmuwan bukan hanya terletak pada penemuan dari segala
penelitian, tetapi juga bagaimana temuan tersebut dapat digunakan untuk meningkatkan
kesejahteraan masyarakat.
8) Sikap berpikir bebas (independence in thingking)
Mencatat atau merekam hasil pengamatan sesuai dengan apa adanya dan
membuat kesimpulan sesuai dengan hasil kerja sendiri merupakan saat-saat yang
penting bagi anak dalam mengembangkan sikap berpikir bebas
9) Sikap kedisipilanan diri (self discipline)
Kedisiplinan diri dapat diartikan sebagai kemampuan seseorang untuk dapat
mengontrol ataupun mengatur dirinya menuju kepada tingkah laku yang dikehendaki
dan yang dapat diterima oleh masyarakat.
Beberapa sikap ilmiah lain yang harus dimiliki oleh seorang ilmuwan yang
dikemukaan oleh Prof. Drs. Harsojo diantaranya sebagai berikut :
1) Objektivitas
Sikap objektif yang harus dimiliki oleh ilmuwan mempunyai arti bahwa ilmuwan
harus berpikir sesuai dengan objek, peristiwa, atau benda-benda yang memang
dipelajari dan diselidiki serta tidak keluar dari objek yang dipelajari. Seorang ilmuwan
yang berpikir secara obyektif, akan menjauhkan penilaian subyektif yang cenderung
dipengaruhi nilai-nilai kedirian, keinginan, harapan-harapan, serta dorongan-dorongan
pribadinya.
Begitu juga suatu kesimpulan hasil penelitian akan bersifat obyektif apabila hasilhasil penelitian tersebut tidak dipengaruhi oleh : pandangan hidup, ras, agama,
kebudayaan, faktor-faktor politik.
2) Sikap Skeptif
Skeptis merupakn sikap kehati-hatian dan kritis dalam memperoleh informasi.
Namun, skeptis bukan berarti sinis tetapi meragukan kebenaran informasi sebelum
teruji dan didukung oleh data fakta yang kuat. Tujuan dari skeptis yaitu tidak keliru dan
salah dalam membuat pernyataan, keputusan atau kesimpulan.
Seseorang yang mencari kebenaran akan bersikap hati-hati dan skeptis. Ia akan
menyelidiki bukti-bukti yang melatarbelakangi suatu kesimpulan. Ia tidak akan sinis
tetapi kritis untuk memperoleh data yang menjadi dasar suatu kesimpulan itu. Ia tidak
akan menerima suatu kesimpulan tanpa didukung bukti-bukti yang kuat.
Sikap skeptis ini perlu dikembangkan oleh ilmuwan dalam memecahkan masalah.
Apabila ilmuwan tidak kritis mengenai setiap informasi yang ia peroleh, kemungkinan
ada informasi yang salah sehingga kesimpulan yang dihasilkan pun juga salah. Oleh
karena itu, setiap informasi perlu diuji kebenarannya.
Kata apatis diartikan sebagai sikap acuh tidak acuh, tidak peduli, dan masa bodoh.
Secara sepintas skeptis dan apatis memiliki kesamaan arti dan maksud. Skeptis berarti
sikap curiga, tidak mudah percaya, dan bersikap hati-hati atas tindakan orang lain.
Orang menjadi acuh tak acuh dan tidak peduli karena ia terlanjur tidak percaya. Kehatihatian dan curiga merupakan sikap dasar seseorang. Bagaimanakah sikap apatis dan
skeptis dipadukan sehingga menjadi sebuah sikap yang kreatif dan bersifat konstrukstif.
Seseorang harus apatis untuk sesuatu yang bukan merupakan wewenang dan
tanggungjawabnya. Selain itu orang harus bersikap skeptis untuk berbagai hal. Segala
sesuatu harus dipertanyakan, diklarifikasi, dan dijelaskan secara akurat. Dengan
bersikap skeptis dapat ditemukan titik terang, kepastian, dan kebenaran.
3) Kesederhanaan
Kesederhanaan mempunyai arti sederhana dalam cara berpikir, dalam cara
menyatakan, serta dalam cara membuktikan. Bahasa yang dipergunakan harus jernih,
jelas dan terang, tidak menggambarkan emosional peneliti yang akhirnya dapat
mengaburkan hasil penelitiannya sendiri.
4) Kesabaran Intelektual
Suatu penelitian ilmiah mmerlukan kesabaran untuk mengumumkan hasinya tidak
tergesa-gesa. Bekerja dalam ilmu harus sistematis, teliti dan tekun. Hal ini jangan ada
suatu kesimpulan yang kontroversi sebagai contoh misalnya, para ahli lemari es dengan
hasil eksperimennya yang begitu lama dan teliti, menghasilkan tabung yang berisi
“freon” yang menurut sifatnya refrigeran freon yang beredar di pasaran (dalam lemari
es) tdak beracun, tidak korosif, tidak iritasi, dan tidak tebakar dalam semua keadaan
penggunaan.
5) Sikap tidak Memihak kepada Etik
Ilmu tidak mengadakan penilaian tentang baik dan buruknya sesuatu yang diteliti.
Ilmu hanya mengajukan deskripsi benar atau salah secara relatif. Misalnya seorang ahli
fisika nuklir, sewaktu membuat bom nuklir tidak dipengaruhi oleh nilai etika tertentu,
semata-mata dibina oleh kaidah-kaidah teknis akademis, dalam hal ini dibina oleh
pengetahuan teknis dalam ilmu fisika. Dia tidak akan berhasil membuat bom atom
seandainya dia memperhitungkan nilai-nilai politik, nilai religi, perhitungan psikologis,
sosiologis, dan sebagainya. Namun pada akhirnya kalau ditanyakan bagaimana
penggunaan bom itu, ia diharuskan mengambil sikap yang mengandung penilaian etik
atau religi.
6) Sikap Relatif
Sikap relatif merupakan suatu keharusan dalam ilmu, karena ilmu hanya
berhubungan dengan dunia fenomena yang penuh dengan perubahan dan
selalu
mengalami perkembangan. Ilmu tidak mencoba mencari sesuatu yang mutlak. Yang
mutlak bukan lapangan ilmu, itu dipelajari pada filsafat yang pada akhirnya akan
bermuara kepada agama. Hal ini tidak berarti bahwa ilmu harus dipisahkan dari filsafat
apalagi dari agama.
Dalam ilmu tidak mengenal kemutlakan, dalam arti apa yang dihasilkan ilmu
sekarang, dapat digugurkan oleh hasil penemuan-penemuan barunya. Apalagi dalam
ilmu-ilmu sosial sangat rawan kalau kita sampai kepada pengertian mutlak. Suatu hasil
penelitian dapat diterapkan di Jawa Barat, namun belum tentu dapat diterapkan di
Sulawesi, apalagi di luar Indonesia.
Sikap ilmiah harus dimiliki oleh setiap ilmuwan. Karena sikap ilmiah adalah suatu
sikap yang diarahkan untuk mencapai pengetahuan ilmiah yang bersifat objektif. Sikap
ilmiah yang perlu dimiliki para ilmuwan menurut Abbas Hamami M., (1996) ada enam,
yaitu sebagai berikut :
1. Tidak ada rasa pamrih (disinterastedness), artinya suatu sikap yang diarahkan untuk
mencapai pengetahuan ilmiah yang objektif dengan menghilangkan pamrih atau
kesenangan pribadi.
2. Bersikap selektif, yaitu suatu sikap yang bertujuan agar para ilmuwan mampu
mengadakan penilihan terhadap berbagai hal yang dihadapi. Misalnya hipotesis yang
beragam, metodologi yang menunjukkan kekuatannya masing-masing, atau cara
penyimpulan yang satu cukup berbeda walaupun masing-masing menunjukkan
akurasinya.
3. Adanya rasa percaya yang layak baik terhadap kenyataan maupun terhadap alat-alat
indra serta budi (mind).
4. Adanya sikap yang berdasar pada suatu kepercayaan (belief) dan dengan merasa pasti
(conviction) bahwa setiap pendapat atau teori yang terdahulu telah mencapai kepastian.
5. Adanya suatu kegiatan rutin bahwa seorang ilmuwan harus selalu tidak puas terhadap
penelitian yang telah dilakukan sehingga selalu ada dorongan untuk riset dan riset
sebagai aktivitas yang menonjol dalam hidupnya.
6. Seorang ilmuwan harus memiliki sikap etis (akhlak) yang selalu berkehendak untuk
mengembangkan ilmu untuk kebahagiaan manusia, lebih khusus untuk pembangunan
bangsa dan negara.
(Surajiyo, 2005)
DAFTAR PUSTAKA
Bertens, K, DR dan Nugroho A.A, Drs. 1985. Susunan Ilmu Prngetahuan, Sebuah Pengantar
Filsafat Ilmu. Jakarta: Gramedia.
Bundu, Patta. 2006. Penilaian Keterampilan Proses dan Sikap Ilmiah dalam Pembelajaran
Sains Sekolah Dasar. Jakarta : DEPDIKBUD.
Burhanuddin Salam, Drs. 2005. Pengantar Filsafat. Cetakan keenam. Jakarta: PT. Bumi
Aksara.
Ikhsandi, dkk. 2014. Sikap Ilmiah. Banda Aceh: Universitas Syiah Kuala Darussalam.
Surajiyo, Drs.2005. Ilmu Filsafat, Suatu Pengantar. Cetakan pertama. Jakarta: PT. bumi
Aksara.
Syafiie, Inu kencana. 2004. Pengantar Filsafat . Bandung : PT. Refika Aditama.
Download