BAB 8 Perubahan Ekuitas Entitas Anak Tujuan Bab Menghitung kenaikan atau penurunan kekayaan entitas induk atas entitas anak bila entitas anak menjual saham tambahan kepada pihak eksternal dan menjual saham tambahan kepada entitas induk. Menghitung kenaikan atau penurunan kekayaan entitas induk atas entitas anak bila bila entitas anak melakukan transaksi saham perbendaharaan dari pihak eksternal dan entitas induk. Menyusun kertas kerja konsolidasi apabila dalam tahun berjalan entitas anak melakukan penjualan saham tambahan. Menyusun kertas kerja konsolidasi apabila dalam tahun berjalan entitas anak melakukan transaksi saham perbendaharaan. Membedakan perubahan ekuitas entitas anak yang berdampak terhadap entitas induk dengan transaksi kombinasi bisnis Entitas Sepengendalian. PENDAHULUAN Hubungan induk anak menyebabkan apa yang terjadi pada entitas anak berdampak terhadap entitas induk. Kesalahan laba pencatatan entitas anak akan berakbat pada kesalahan pencatatan pendapatan investasi dan nilai investasi. Bab ini akan membahas lebih jauh perubahan ekuitas entitas anak terhadap entitas induk. Perubahan ekuitas yang dimaksud adalah penjualan saham tambahan dan transaksi perbendaharaan entitas anak, baik yang dilakukan dengan entitas induk maupun dengan pihak eksternal. Penjualan saham tambahan entitas anak baik kepada pihak eksternal maupun entitas induk atau entitas anak yang lain dalam satu kelompok usaha atau satu grup akan berdampak pada entitas induk. Yang dimaksud dengan kelompok usaha adalah entitas induk dan seluruh entitas anaknya (entitas anak lebih dari satu). Pembahasan lebih detail mengenai grup akan disajikan dalam Bab 9 dengan topic “kompleksitas kepemilikan”. Misalkan entitas induk memilik 800 saham dari 1.000 lembar saham entitas anak yang beredar. Hak entitas induk atas laba dan dividen entitas anak adalah 80% sesuai dengan persentase kepemilikan induk atas anak. Apabila entitas anak menjual saham tambahan 350 lembar lagi sehingga jumlah saham entitas anak yang beredar menjadi 1.250 lembar. Jika saham tersebut terjual kepada pihak eksternal, hak induk atas laba dan dividen anak berkurang 64% karena kepemilikan induk atas anak hanya 800 lembar dari 1.250 yang beredar. Hal ini tampaknya tidak menguntungkan entitas induk, tetapi penjualan saham tambahan entitas anak hanya dapat terlaksana atas persetujuan induk, karena aturan bapepam menyebutkan bahwa penjualan saham baru harus dilakukan melalui rapat umum pemegang saham, sementara pemegang saham entitas anak terbesar adalah entitas induk. Mengapa induk setuju pada penjualan saham entitas anak kepada pihak eksternal, sekalian hal itu mengurangi haknya pada entitas anak, baik dibeli induk maupun eksternal, menimbulkan persoalan sendiri dalam penyusunan kertas kerja konsoidasi. Transaksi saham perbendaharaan entitas anak meningkatkan hak induk atas anak. Misakan induk memiliki 700 lembar dari 1.000 saham anak yang beredar atau 70% kepemilikan atas anak. Apabila entitas anak menarik saham dari peredaran sebanyak 200 lembar yang bukan milik induk, hak induk atas anak akan menjadi 87,5% (700/800) sehingga terjadi peningkatan pengendalian atas anak. Bab ini akan membahas dampak perubahan ekuitas tersebut, yakni penjualan saham tambahan dan transaksi saham perbendaharaan entitas anak. PSAK 40 tahun 1997 menjelaskan transaksi entitas anak yang mengubah persentase kepemilikan entitas induk atas entitas anak, antara lai: a. Transaksi antara entitas anak dengan pihak ketiga (pihak eksternal) i) Entitas anak menjual saham tambahan kepada pihak ketiga ii) Entitas anak memperoleh kembali saham beredar yang dimiliki oleh pihak ketiga b. Transaksi antara entitas anak dan entitas induk yang meliputi: i) Entitas anak menjual saham tambahan kepada induk ii) Entitas anak memperoleh kembali saham beredar yang dimilik induk Bab ini membahas dampak perubahan ekuitas entitas anak terhadap induk yang timbul dari transaksi penjualan saham tambahan dan transaksi saham perbendaharaan entitas anak. Perubahan ekuitas anak berdampak terhadap induk apabila transaksi tersebut bukan merupakan transaksi terstrukturisasi entitas pengendalian yang akan dibahas pada bagian terakhir bab ini. TRANSAKSI PENJUALAN SAHAM TAMBAHAN ENTITAS ANAK a. Penjualan Saham Tambahan kepada Pihak Eksternal Misalkan PT Paula memiliki 800.000 lembar dari 1.000.000 lembar saham PT Simon. Nilai investasi sama dengan kekayaan pemegang saham PT Simon per 1 januari 2013 adalah sebagai berikut: Modal saham biasa (1 juta lembar) Rp 2.000.000.000 Agio saham biasa 300.000.000 Laba ditaha 200.000.000 Total kekayaan 1/1/2013 Rp 2.500.000.000 Laba PT Simon tahun 2013 adalah Rp600 juta yang diperoleh merata sepanjang tahun. Dividen sebesar Rp200 juta diumumkan pada akhir bulan Desember. Pada tanggal 1 oktober 2013, PT Simon menjual saham tambahan sebanyak 250.000 lembar kepada pihak eksternal di mana penjualan ini mempengaruhi PT Paula sebagai brikut: 1. Pengurangan presentase kepemilikan PT Paula atas PT Simon. Sebelum PT Simon menjual saham tambahan, PT Paula memiliki penguasaan 80% (800.000/1.000.000) atas PT Simon menjadi 64% (800.000/1.250.000), yaitu terjadi penurunan 16%. 2. Perubahan jumlah kekayaan entitas anak yang dimiliki induk. Nilai buku kekayaan pemegang saham PT Simon per 1 Oktober adalah Rp2.95 miliar, yakni kekayaan awal ditambah laba hingga tanggal 1 Oktober 2013 Rp450 juta (9/12 x Rp600juta). Nilai buku per lembar saham adalah Rp2.950 untu saham yang beredar sebanyak 1 juta lembar. Apabila PT Siomon menjual saham tambahan pada harga yang sama dengan nilai bukunya (Rp 2.950 per lembar) atau total harga Rp 737.500.000, tidak ada perubahan jumlah kekayaan PT Simon yang dimiliki PT Paula yang dapat dijelaskan dengan perhitungan sebagai berikut: Sebelum penjualan saham (80% x Rp2.95 miliar) Rp2.360.000.000 Setelah penjualan saham (64% x (Rp2,95 miliar + 737,5 juta) 2.360.000.000 Perubahan jumlah kekayaan anak yang dimiliki induk - Apabila PT Simon menjual saham tambahan yang yang berbeda dengan nilai bukunya, hal ini akan mempengaruhi jumlah kekayaan entitas anak yang dimiliki induk. Misalkan PT Simon menjual saham saham diatas nilai buku, yakni dengan harga perlembar Rp3.000 atau total harga Rp750 juta (350.000 x Rp 3.000), penjualan saham tersebut menyebabkan sisi ekuitas PT Simon menjadi Rp3,7 miliar + Rp750 juta). Perubahan ekuitas ini berdampak terhadap entitas induk sebagai berikut: Sebelum anak menjual saham (80% x Rp2,95 miliar) Rp 2.360.000.000 Setelah penjualan saham anak (64% x Rp3,7 miliar) 2.368.000.000 Kenaikan kekayaan Rp 8.000.000 Harga jual saham di atas nilai bukunya juga dinikmati induk sebesar Rp8 juta. Kenaikan kekayaan ini menambah nilai investasi induk karena nilai investasi mencerminkan kekayaan entitas anak. Akan tetapi, karena kenaikan investasi ini bukan bagian dari kinerja entitas anak, maka tidak termasuk dalam komponen pendapatan investasi induk. PSAK 40: Akuntansi Perubbahan Ekuitas Perusahan Anak/perusahaan Asosiasi mensyaratkan induk mengkredit akun selisih transaksi perubahan ekuitas anak (STPEA) untuk mencatat dampak perubahan ekuitas entitas anak terhadap nilai kekayaan entitas anak yang dimiliki entitas induk. Jadi, PT Paula harus menjurnal sebagai berikut: Investasi dalam saham Rp 8 juta Selisih transaksi atasperubahan ekuitas anak Rp 8 juta Perubahan ekuitas anak ini di satu sisi telah mengurangi hak pengendalian induk. Sejak penjualan saham entitas anak kepada pihak eksternal, pendapatan investasi induk atas laba entitas anak berkurang menjadi 64% disbanding sebelum menjual saham tambahan. Akan tetapi, kenaikan jumlah kekayaan induk atas entitas anak menjadi pertimbangan lain sisetujuinya penjualan saham anak karena induk adalah pemegang saham mayoritas entitas anak. Apabila PT Simon menjual saham di bawah nilai bukunya, katakana Rp.2.800 per lembar atau total penjualan Rp700 juta, total kekayaan PT Simon adalah Rp 3.650.000.000 (Rp2,95 miliar + Rp700 juta). Kekayaan PT Paula atas PT Simon setelah enjualan saham tambahan menjadi Rp2.336.000.000 (64% x Rp3.650.000.000), sehingga menutunkan jumlah kekayaan induk atas anak sebesar Rp24 juta (Rp2,360 miliar – Rp2,336 miliar). Apabila terjadi penurunan kekayaan induk setelah anak menjual saham dan induk memiliki saldo akun selisih transaksi perubahan ekuitas anak, akun tersebut didebet dengan jurnal: Selisih transaksi perubahan ekuitas anak (STPEA) Rp 24 juta Investasi dalam saham anak Rp 24 juta Pendapatan Investasi dan Kertas Kerja Konsolidasi Pendapatan investasi PT Paula atas saham PT Simon tahun 2013 dihitung sebagai berikut: 1. Eliminasi atas pendapatan investasi (induk) dan laba yang dibagi anak Pendapatan investasi Dividen Investasi dalam saham Rp 456.000.000 Rp 128.000.000 328.000.000 2. Alokasi laba kepentingan nonpengendali Laba kepentingan nonpengendali Rp 144.000.000 Dividen Rp 72.000.000 Kepentingan nonpengendali 72.000.000 Laba kepentingan nonpengendali dijelaskan sebagai berikut: Laba entitas anak 9/12 x Rp600 juta x 20% Rp 90.000.000 Laba entitas anak 3/12 x Rp600 juta x 36% 54.000.000 Total laba kepentingan nonpengendali 3. Rp 144.000.000 Eliminasi saldo awal. Kekayaan pemegang saham PT Simon yang dieliminasi merupakan kekayaan awal ditambah penjualan saham per 1 Oktober 2013: Modal saham (Rp2 miliar + Rp500 juta) Rp 2.500.000.000 Agio saham (Rp300 juta + Rp250 juta) 550.000.000 Laba ditahan 1 Januari 200.000.000 STPEA Investasi dalam saham biasa Kepentingan nonpengendali 1 Januari 8.000.000 Rp2.008.000.000 1.250.000.000 Saham tambahan yang dijual kepada pihak eksternal menambah kepentingan nonpengendali. Kepentingan nonpengendali awal didasarkan pada 20% kekayaan awal tahun PT Simon, atau Rp500 juta ditambah penjualan saham tambahan sebesar Rp750 juta. Investasi dalam saham awal yang dieliminasi juga merupakan investasi per 1 Januari, yakni Rp2 miliar ditambah kenaikan investasi karena kenaikan kekayaan entitas induk atas anak sebesar Rp8 juta. b. Penjualan saham tambahan kepada entitas induk Penjualan saham tambahan entitas anak kepada induk dari sudut pandang induk merupakan reakuisisi yang telah dibahas dalam Bab 7. Misalkan dalam kasus PT Paula dan PT Simon, penjualan 250.000 saham tambahan PT Simon seharga Rp750 juta dilakukan kepada induk. Bagi entitas induk nilai investasi bertambah sebesar harga akuisisi Rp750 juta. Akan tetapi, sesuai dengan aturan PSAK 22, dalam reakuisisi harus dilakukan penilaian ulang atas investasi yang telah ada sebelumnya. Nilai investasi per 1 Oktober 2013 sebelum reakuisisi adalah 80% dari kekayaan PT Simon yang dimiliki per 1 Oktober 2013, yakni Rp2.360.000.000 (80% x Rp2.950.000.000). Nilai investasi per lembar saham adalah Rp2.950 atas 800.000 lembar saham yang dimiliki. Nilai per lembar investasi ini sama dengan nilai buku per lembar saham kekayaan PT Simon. Harga jual saham PT Simon ke PT Paula sebesar Rp3.000 per lembar merupakan harga wajar pada tanggal 1 Oktober, PERAGA 8-1 Kertas Kerja Konsolidasi PT Paula dan PT Simon 31/12/2013 Eliminasi Keterangan (dalam ribuan) PT Paula PT Simon Penjualan 4.000.000 2.400.000 Pendapatan dari PT Simon 456.000 Debet kredit laporan konsolidasi Laporan laba rugi & laba ditahan HPP (1.800.000) 6.400.000 456.000 (1.400.000) Laba kepentingan nonpengendali (3.200.000) 144.000 Beban operasi (1.056.000) (400.000) Laba bersih 1.600.000 600.000 Laba ditahan 1 Januari 2013 2.000.000 200.000 Dividen (800.000) (200.000) Laba ditahan 31 Desember 2013 2.800.000 600.000 (144.000) (1.456.000) 1.600.000 200.000 2.000.000 200.000 (800.000) 2.800.000 Neraca Kas 576.000 450.000 1.026.000 Piutang usaha 976.000 850.000 1.826.000 Persediaan 1.000.000 500.000 1.500.000 Investasi dalam saham PT Simon 2.336.000 328.000 2.008.000 Bangunan 1.500.000 1.500.000 3.000.000 Tanah 3.400.000 2.000.000 5.400.000 Total Aset 9.788.000 Utang usaha Utang jangka panjang Modal saham (nominal 1.000) 430.000 1.410.000 2.000.000 1.220.000 3.220.000 Agio saham biasa 2.500.000 550.000 2.800.000 Selisih transaksi perubahan ekuitas 12.752.000 950.000 4.000.000 Laba ditahan 5.300.000 2.500.000 4.000.000 550.000 600.000 8.000 2.800.000 8.000 Kepentingan nonpengendali 72.000 1.250.000 Total pasiva/kewajiban 9.788.0000 5.300.000 3.858.000 3.858.000 1.322.000 12.752.000 Sehingga investasi yang telah ada sebelumnya sebesar Rp2.360.000.000 (Rp2.950 per lembar) harus dinilai kembali pada harga wajarnya, yaitu Rp3.000 per lembar sebesar Rp50 untuk 800.000 lembar saham yang dimiliki atau Rp40.000.000. PT Paula mencatat kenaikan nilai investasi ini sebagai berikut: Investasi dalam saham PT Simon Rp 40.000.000 Keuntungan penilaian investasi Niliai investasi setelah reakuisisi tanggal 1 Oktober adalah: Rp 40.000.000 Investasi sebelum reakuisisi Rp 2.360.000.000 Reakuisisi 750.000.000 Penilaian investasi Nilai investasi 1 Oktober 2013 40.000.000 Rp 3.150.000.000 Perbandingan nilai investasi dengan kekayaan yang dimiliki pada tanggal 1Oktober 2013 adalah: Total investasi Rp 3.150.000.000 Kekayaan dimiliki (84% x 3,7 miliar) Goodwill untuk kepemilikan 84% 3.108.000.000 Rp 42.000.000 PSAK 22 mensyaratkan Laporan konsolidasi menyajikan goodwill untuk induk dan Kepentingan Nonpengendali sehingga goodwill total harus disajikan Rp42 juta/80% atau pada akhir tahun 2013 diturunkan (impairment). Pendapatan Investasi dan Kertas Kerja Konsolidasi Pendapatan investasi PT Paula tahun 2013 adalah sebagai berikut: Laba entitas anak Rp600 juta x 80% Rp 360.000.000 Laba entitas anak (1/10 – 31/12) Rp600 juta x 3/12 x 84% 126.000.000 Penurunan nilai goodwill (42.000.000) Total pendapatan investasi 2013 Rp 444.000.000 Laba kepentingan nonpengendali adalah sebagai berikut: Laba entita anak Rp600 juta x 16% Penurunan nilai goodwill (50.000.000 x 16%) Laba kepentingan nonpengendali 2013 Rp 96.000.000 (8.000.000) Rp 88.000.000 Nilai investasi per 31/12/2013 menjadi Investasi 1/1/2013 Rp 2.000.000.000 Akuisisi tambahan 750.000.000 Penilaian investasi 40.000.000 Pendapatan investasi tahun 2013 Dividen entitas anak 84% x Rp200juta Investasi 31/12/2013 444.000.000 (168.000.000) Rp 3.066.000.000 atau Nilai buku entitas anak 31/12/2013 (84% x 3.650.000) Rp 3.066.000.000 Goodwill Investasi 31/12/2013 --Rp 3.066.000.000 Kertas kerja konsoidasi PT Paula dan perusahaan anak, PT Simon, disajikan dalam peraga 8-2. Sementara itu, jurnal eliminasi dijelaskan sebagai berikut: 1. Eliminasi atas pendapatan investasi (induk) dan laba yang dibagi anak Pendapatan investasi Dividen Investasi dalam saham Rp 444.000.000 Rp 168.000.000 276.000.000 2. Alokasi laba kepentingan nonpengendali. Laba kepentingan nonpengendali Dividen Kepentingan nonpengendali Rp 88.000.000 Rp 32.000.000 56.000.000 3. Eliminasi saldo awal. Saldo kekayaan PT simon yang belum dieliminasi merupakan saldo kekayaan per 1 Januari ditambah reakuisisi Rp750 juta dan untung penilaian kembali investasi sebesar Rp40 juta pada tanggal 1 Oktober. Modal saham Agio saham Rp2.500.000.000 550.000.000 Laba ditahan 200.000.000 Pendapatan praakuisisi 18.000.000 Goodwill 50.000.000 Investasi dalam saham biasa Rp2.790.000.000 Kepentingan nonpengendali (16% x Rp3,300 miliar) 528.000.000 Pendapatan pra akuisisi muncul dalam jurnal eliminasi saldo awal karena akuisisi tambahan terjadi bukan pada awal tahun berjalan, sementara laporan konsolidasi disusun atas dasar satu tahun seperti telah dijelaskan dalam Bab 7. Pendapatan praakuisisi adalah 4% dari laba PT Simon untuk 9 bulan (4% x Rp450 juta) = Rp18 juta. PERAGA 8-2 Kertas Kerja Konsolidasi PT Paula dan PT Simon 31/12/2013 Penjualan Saham Tambahan Kepada Induk Eliminasi Keterangan (dalam ribuan) PT Paula PT Simon Penjualan 4.000.000 2.400.000 Pendapatan dari PT Simon 444.000 Debet kredit laporan konsolidasi Laporan laba rugi & laba ditahan HPP (1.800.000) 6.400.000 444.000 (1.400.000) Laba kepentingan nonpengendali (3.200.000) 18.000 (18.000) Beban operasi (1.056.000) (400.000) 50.000 (1.506.000) Laba bersih 1.588.000 600.000 Laba ditahan 1/1/2008 2.000.000 200.000 Dividen (800.000) (200.000) Laba ditahan 31/12/2008 2.788.000 600.000 2.788.000 Kas 200.000 450.000 650.000 Piutang usaha 876.000 850.000 1.726.000 1.588.000 200.000 2.000.000 200.000 (800.000) Neraca Persediaan 1.000.000 Investasi dalam saham PT Simon 3.066.000 500.000 1.500.000 276.000 2.790.000 Goodwill 50.000 50.000 Bangunan 1.500.000 1.500.000 3.000.000 Tanah 3.400.000 2.000.000 5.400.000 10.042.000 5.300.000 12.276.000 Total Aktiva Utang usaha 1.254.000 430.000 Utang jangka panjang 2.000.000 1.220.000 Modal saham 4.000.000 2.500.000 Agio saham biasa Laba ditahan 550.000 2.788.000 1.684.000 3.220.000 2.500.000 4.000.000 550.000 600.000 2.788.000 Kepentingan nonpengendali 56.000 528.000 Total pasiva/kewajiban 4. 10.042.000 5.300.000 Beban operasi 3.900.000 3.900.000 584.000 12.276.000 Rp 50.000.000 Goodwill Rp 50.000.00 PENARIKAN SAHAM ENTITAS ANAK DARI PEREDARAN a. Penarikan saham milik eksternal Penarikan saham dari peredaran menyebabkan berkurangnya modal saham. Penarikan saham dari peredaran dapat dilakukan secara permanen (stock retirement) atau penarikan sementara yang bisa disebut saham perbendaharaan (treasury stock). Misalkan PT sedola melakukan transaksi saham perbendaharaan dengan harga RP360.000.000. Transaksi tersebut dapat dicatat dengan metod biaya (cost) dan metode pari. Metode biaya (cost) mencatat transaksi saham perbendaharaan sebesar harga perolehannya dengan jurnal sebagai berikut: Saham perbendaharaan Rp 360.000.000 Kas Rp 360 .000.000 Metode pari menjurnal saham perbendaharaan dengan men debet saham perbendaharaan dan agio saham sebesar nilai nominalnya. Misalkan PT sedola memiliki saham sebayak 1 juta lembar dengan nilai per lembar RP 1.500 dan agio per lembar RP 300 PT sedola menarik 200.000 lembar saham dengan total harga RP 1.500 dan agio per lembar RP300. PT sedola menarik 200.000 lembar saham dengan total harga RP 360 juta. Pencatatan dengan metode pari adalah sebagai berikut: Saham perbendaharaan (200.000 x Rp1.500) Rp 300.000.000 Agio saham (200.000 x Rp300) 60.000.000 Kas Rp 360.000.000 Apabila hargapenarikan atas 200.000 lembar saham tersebut adalah Rp 400 juta , selisih harga penarian dengan nilai buku saham yang ditarik masuk dalam akun laba ditahan dengan jurnal sebagai berikut Saham perbendaharaan (200.000 x Rp1.500) Rp300.000.000 Agio saham (200.000 x Rp 300) 60.000.000 Laba ditahan 40.000.000 Kas Rp 400.000.000 Transaksi saham perbendaharaan dengan harga yang lebih rendah dari nilai buku menimbulkan akun ”tambahan modal dari saham perbendaharaan” bagi perusahaan yang melakukan transaksi tersebut. Misalkan transaksi saham perbendaharaan dilakukan pada harga Rp350 juta, yang akan dicatat sebagai berikut: Saham perbendaharaan Rp300.000.000 Agio saham 60.000.000 Kas Rp350.000.000 Tambahan modal dari saham perbendaharaan 10.000.000 Dalam hubungan induk-anak, apabila perusahaan anak melakukan transaksi saham perbendaharaan hal itu akan berdampak terhadap induk. Misalkan PT Redola merupakan perusahaan induk yang memiliki 700.000 lembar saham Pt Sedola dengan niali investasi sebesar nilai buku kekayaan PT Sedola yang dimiliki. Struktur kekayaan PT Sedola per 1 Januari 2012 adalah sebagai berikut: Modal saham biasa (1 juta lembar) Rp 1.500.000.000 Agio saham biasa Rp Laba ditahan Rp 300.000.000 Total kekayaan 1/1/2012 Rp 2. 100.000.000 300.000.000 Laba PT Sedola selama periode 2012 yang diperoleh merata sepanjang tahun adalah Rp 500 juta, dan PT Sedola mengumumkan deviden akhir tahun adalah sebesar Rp 200 juta. Misalkan pada tanggal 1 juli 2012 PT Sedola melakukan transaksi saham perbendaharaan atas 200.000 lembar dengan harga RP 350 juta atau Rp 1.750 per lembar saham. Nilai kekayaan pemegang saham per 1 juli 2012 adalah Rp 2,35 miliar, yakni nilai kekayaan per 1 januari ditambah laba ½ tahun Rp 250 juta. Nilai buku kekayaan per lembar saham pada 1 juli 2012 adalah Rp 2,35 miliar / 1 juta = Rp 2.350 per lembar saham. Nilai investasi PT Redola atas saham PT Sedola pada tanggal 1 juli 2012 adalah Rp 1,645 miliar, yakni 70% dari kekayaan PT Sedola yang dimiliki. Transaksi saham perbendaharaan pada harga Rp 1.750 per lembar atas 200.000 lembar atau Rp 350 juta itu menyebabkan kekayaan pemegang saham PT Sedola berkurang menjadi Rp 2.000.000.000 (Rp 2,35 miliar – Rp 350 juta). Dampak penarikan saham tersebut terhadap PT Redola adalah sebagi berikut: 1. Perubahan persentase kepemilikian. Sebelum PT Sedola menarik saham dari peredaran, persentase kepemilikan PT Redola adalah 70% (700.000/1.000.000). dengan saham perbendaharaan ini persentase kepemilikan saham PT Redpla atas PT Sedola meningkat menjadi 87,5% (700.000/800.000), atau meningkat 17,5%. 2. Perubahan nilai kekayaan entitas anak yang dimiliki. Transaksi saham perbendaharaan kepada pihak eksternal yang dilakukan dibawah nilai biku dengan sendirinya meningkat jumlah kepemilikan induk atas anak. Hal itu diperhatikan dalam perhitungan berikut: Sebelum transaksi saham perbendaharaan (70% x Rp 2.35 miliar) Rp 1.645.000.000 Setelah transaksi saham perbendaharaan (87,5% x Rp 2 miliar) Kenaikan kekayaan 1.750.000.000 Rp 105.000.000 Kekayaan PT Redola terhadap PT Sedola meningkat Rp 105 juta atas transaksi saham perbendaharaan PT Sedola tersebut. PSAK 40 mensyaratkan kenaikan kekayaan ini dicatat sebagai penambah investasi dalam saham. Penambahan ekuitas ini bukan merupakan komponen pendapatan investasi induk. Selisih tersebut berdasarkan PSAK 40 diakui sebagai bagian dari ekuitas dengan akun “selisih transaksi perubahan ekuitas perusahaan anak (STPEA)”. PT Redola harus melakukan penyesuaian sebagai berikut: Investasi dalam saham Rp 105.000.000 Selisih transaksi perubahan ekuitas Rp 105.000.000 Apabila transaksi saham perbendaharaan dilakukan pada harga di atas nilai buku, kekayaan induk atas anak akan berkurang. Misalkan harga saham perbendaharaan adalah Rp 2.500 per lembar atau total harga Rp 500 juta, sehingga dampaknya adalah: Sebelum entitas anak menarik saham (70% x Rp 2,35 miliar) Rp 1.645.000.000 Setelah transaksi saham perbendaharaan (87,5% x Rp 1,85 miliar) 1.618.750.000 Penurunan kekayaan induk Rp 26.250.000 Jumlah kekayaan pemegang saham PT Sedola setelah penarikan saham adalah Rp 1,85 miliar (Rp 2,35 miliar – Rp 500 juta), sehingga kekayaan yang dimiliki PT Redola menjadi 87,5% x Rp 1,85 miliar = Rp 1.618.750.000. jadi, transaksi saham perbendaharaan PT Sedola menurunkan nilai buku kekayaan yang dimiliki PT Redola sekalipun PT Redola tidak melakukan transaksi apapun. PT Redola harus mencatat penurunan tersebut sebagai penurunan nilai investasi sebesar Rp 26.250.000 dengan mengkreditkan akun investasi dalam saham. Sebagai akun kontra pada posisi debit adalah “selisih transaksi atas perubahan ekuitas anak” apabila induk memiliki saldo tersebut pada sisi ekuitasnya. Apabila akun selisih transkasi perubahan ekuitas anak nol, akun laba ditahan dikredit dengan jurnal sebagi berikut: Laba ditahan Rp 26.250.000 Investasi dalam saham PT Sedola Jadi, dapat disimpulkan bahwa Rp 26.250.000 semakin tinggi harga saham perbendaharaan entitas anak semakin menurun kekayaan induk atas anak. Hal ini merupakan salah satu pertimbangan induk dalam memutuskan apakah entitas anak melakukan transaksi saham perbendaharaan, dan jika melakukan, pada harga berapa agar entitas induk tidak dirugikan. Kekayaan pemegang saham PT Sedola mengalami perubahan setelah transaksi saham perbendaharaan. Apabila saham perbendaharaan terjual dnegan harga Rp 1.750 per lembar atau total harga Rp 350 juta, jumlah kekayaan pemegang saham PT Sedola per 1 juli 2012 setelah transaksi saham perbendaharaan adalah Rp 2 miliar (Rp 2,350 miliar – Rp 350 juta). Apabila PT Sedola mencatat saham perbendaharaan dengan metode biaya (cost), struktur kekayaan pemegang saham per 1 juli 2012 adalah sebagai berikut: Modal saham biasa ( 1 juta lembar) Agio saham biasa Rp 1.500.000.000 300.000.000 Laba ditahan 550.000.000 Saham perbendaharaan (350.000.000) Modal saham Rp 2.000.000.000 Pendapatan Investasi dan Kertas Kerja Misalkan dalam tahun 2012 PT Sedola mengumumkan laba Rp 500 juta dan deviden Rp 200 juta. Pendapatan investasi selama 2012 dan nilai investasi per 31/12/2012 PT Redola adalah sebagi berikut: Laba entitas anak (1/1 – 1/7) Rp 250 juta x 70% Rp 175.000.000 Laba entitas anak (1/7 – 31/12) Rp 250 juta x 87,5% Total pendapatan investasi 218.750.000 Rp 393.750.000 Nilai investasi pada PT Redola atas saham PT Sedola per 31/12/2012 selain berasal dari pendapatan juga dari kenaikan akibat perubahan ekuitas atas transaksi saham perbendaharaan berikut: Investasi 1/1/2012 (70% x Rp 2,1 miliar) Rp 1.470.000.000 Kenaikan karena perubahan ekuitas anak 105.000.000 Pendapatan investasi tahun 2012 393.750.000 Deviden 31/12/2012 (87,5% x Rp 200 juta) (175.000.000) Nilai investasi 31/12/2012 Rp 1.793.750.000 Laba ditahan PT Sedola per 31/12/2012 adalah sebagai berikut: Laba ditahan 1 januari Rp 300.000.000 Laba tahun 2012 500.000.000 Deviden 31/12/2012 (200.000.000) Laba ditahan 31/12/2012 Rp 600.000.000 Kertas kerja konsolidasi PT Redola dan PT Sedola disajikan dalam peraga 8-3. Jurnal eliminasi dalam kertas kerja konsolidasi PT Redola dan perusahaan anak per 31/12/2012 dijelaskan sebagai berikut: 1. Eliminasi atas pendapatan investasi (induk) dan laba yang dibagi anak Pendapatan investasi Rp 393.750.000 Deviden Investasi dalam saham Rp 175.000.000 218.750.000 2. Alokasi laba kepentingan nonpengendali Laba kepentingan nonpengendali Rp 106.250.000 Deviden Rp 25.000.000 Kepentingan nonpengendali Rp 81.250.000 PERAGA 8-3 Kertas Kerja Konsolidasi PT Redola dan Entitas Anak PT Sedola 31/12/2012 Eliminasi Keterangan (dalam ribuan) PT Redola PT Sedola Debet Kredit Laporan Konsolidasi Laporan laba-rugi Penjualan 4.000.000 2.400.000 6.400.000 Pendapatan dari PT Sedola 393.750 HPP (1.800.000) (1.500.000) (3.300.000) Beban operasi (793.750) (400.000) (1.193.750) Laba bersih 1.800.000 500.000 1.800.000 Laba ditahan 1/1/2012 2.000.000 300.000 Dividen (800.000) (200.000) Laba ditahan 31/12/2012 3.000.000 600.000 3.000.000 Kas 681.250 300.000 981.250 Piutang usaha 975.000 700.000 1.675.000 Persediaan 1.105.000 500.000 1.605.000 Investasi saham PT Sedola 1.793.000 393.750 300.000 2.000.000 200.000 (800.000) Neraca 218.750 1.575.000 Bangunan 1.500.000 1.300.000 2.800.000 Tanah 3.400.000 1.000.000 4.400.000 Total Aset 9.455.000 3.800.000 11.461.250 Utang usaha 850.000 430.000 1.280.000 Utang jangka panjang 1.500.000 1.320.000 2.820.000 Modal saham 4.000.000 1.500.000 1.500.000 300.000 300.000 Agio saham biasa Laba ditahan 3.000.000 Saham perbendaharaan Selisih Transaksi Perubahan Ekuitas 4.000.000 600.000 3.000.000 (350.000) 105.000 350.000 105.000 Kepentingan nonpengendali 81.250 361.250 280.000 Total Pasiva/kewajiban 9.455.000 3.800.000 2.705.000 2.705.000 11.461.250 Laba kepentingan nonpengendali dijelaskan sebagai berikut: Laba entitas anak (1/1 – 1/7) Rp 250 juta x 30% Rp 75.000.000 Laba entitas anak (1/7 – 31/12) Rp 250 juta x 12,5% Laba kepentingan nonpengendali 31.250.000 Rp 106.250.000 Deviden diumumkan pada saat kepentingan nonpengendali sebesar 12,5% sehingga deviden untuk pemegang saham minoritas adalah 12% x Rp 200 juta = Rp 25 juta. 3. Eliminasi saldo awal Modal saham Rp 1.500.000.000 Agio saham 300.000.000 Laba ditahan 300.000.000 STPEA 105.000.000 Investasi dalam saham biasa (1.47 miliar + 105 juta) Rp 1.575.000.000 Kepentingan nonpengendali (630 juta – 350 juta) 280.000.000 Saham perbendaharaan 350.000.000 Penarikan saham dari pengedaran yang bukan milik entitas induk mengakibatkan saldo kepentingan nonpengendali awal bekurang sebesar Rp 350 juta. Saldo kepentingan nonpengendali awal adalah 30% x Rp 2,1 miliar = RP 630 juta. b. Penarikan Saham Milik Induk Misalkan saham perbendaharaan milik induk dibeli PT Sedola dengan Rp 350 juta. Bagi induk itu merupakan pelepasan investasinya (divestasi). Nilai investasi atas 700.000 lembar saham per 1 Juli mencerminkan kekayaan PT Sedola sebelum transaksi saham perbendaharaan. Kekayaan pemegang saham PT Sedola 1 Juli adalah 2,35 miliar, sehingga nilai investasi PT Redola adalah 70% x Rp 2,35 miliar = RP 1,645 miliar. Nilai investasi perlembar saham adalah Rp 2.350 dan investasi yang terjual adalah Rp 2.350 x 200.000 lembar = Rp 470 juta. Transaksi saham perbendaharaan PT Sedola menimbulkan kerugian sebesar Rp 120 juta bagai PT Redola karena nilai yang dijual Rp 470 juta. PT Redola mencatat transaksi itu sebagai berikut: Kas Rp 350 juta Kerugian divestasi 120 juta Investasi dalam saham Rp 470 juta Nilai investasi PT Redola dengan transaksi saham perbendaharaan tersebut menjadi Rp 1,645 miliar – Rp 470 juta = Rp 1,175 miliar. Jadi, persentase kepemilikan PT Redola atas saham PT Sedola menjadi 62,5% akibat transaksi saham perbendaharaan tersebut, karena PT Redola kini hanya memiliki 500.000 lembar saham beredar PT Sedola. Kekayaan PT Sedola yang dimiliki PT Redola setelah transaksi saham perbendaharaan adalah sebagai berikut: Sebelum transaksi saham perbendaharaan (70% x 2,35 miliar) Rp 1.645.000.000 Setelah transaksi saham perbendaharaan (62,5 x 2 miliar) Penurunan kekayaan 1.250.000.000 Rp 395.000.000 Apabila dibandingkan dengan nilai investasi yang terjual sebesar Rp 470 juta, penurunan kekayaan sejumlah Rp 395 juta lebih kecil dari nilai investasi yang dilepas. Hal ini sama artinya dengan peningkatan kekayaan entitas anak yang dimiliki induk sebesar Rp 75 juta. Induk akan menjurnal sebagai berikut: Investasi dalam saham PT Sedola Rp 75 juta Selisih transaksi perubahan ekuitas Rp 75 juta Peningkatan kekayaan yang dimiliki dapat dihitung dengan cara lain. Nilai investasi PT Redola per 1 juli 2012 sebelum transaksi perbendaharaan adalah Rp 1.645.000.000. setelah tarnsaksi saham perbendaharaan, nilai investasi berkurang Rp 470 juta menjadi Rp 1.175.000.000. kekayaan PT Sedola yang dimiliki PT Redola setelah transaksi saham perbendaharaan adalah 62,5% x Rp 2 miliar = Rp 1.250.000.000. bila dibandingkan dengan nilai investasi terdapat peningkatan kekayaan entitas anak yang dimiliki induk sebesar Rp 75 juta. Pendapat Investasi dan Kertas Kerja Konsolidasi Pendapatan investasi tahun 2012 dihutung berdasarkan persentase kepemilikian: Laba entitas anak (1/1 – 1/7) RP 250 juta x 70% Laba entitas anak (1/7 – 31/12) Rp 250 juta x 62,5% Total pendapatan investasi RP 175.000.000 156.250.000 Rp 331.250.000 Nilai investasi per 31/12/2012 adalah sebagai berikut: Investasi 1/1/2012 (70% x Rp 2,1 miliar) Penjualan investasi Kenaikan kekayaan transaksi saham perbendaharaan Pendapatan investasi tahun 2012 Deviden 31/12/2012 (62,5% x Rp 200 juta) Nilai investasi 31/12/2012 Rp 1.470.000.000 (470.000.000) 75.000.000 331.250.000 (125.000.000) Rp 1.281.250.000 Kertas kerja konsolidasi PT Redola dan PT Sedola per 31/12/2012 disajikan dalam persga 8-4. Sementara jurnal eliminasi dalam kertas kerja konsolidasi dijelaskan sebagai berikut: Peraga 8-4 Kertas Kerja Konsolidasi PT Redola dan Entitas Anak PT Sedola 31/12/2012 Eliminasi Keterangan (dalam ribuan) PT Redola PT Sedola Debet Kredit Laporan Konsolidasi Laporan laba-rugi Penjualan 4.000.000 2.400.000 6.400.000 Pendapatan dari PT Sedola 331.250 Kerugian penjualan investasi (120.000) HPP (1.800.000) (1.500.000) (3.300.000) Beban operasi (793.750) (400.000) (1.193.750) Laba bersih 1.617.500 500.000 1.617.000 Laba ditahan 1/1/2012 2.000.000 300.000 Dividen (800.000) (200.000) Laba ditahan 31/12/2012 2.817.500 600.000 2.817.500 Kas 681.250 300.000 981.250 Piutang usaha 1.275.000 700.000 1.975.000 Persediaan 1.105.000 500.000 1.605.000 Investasi saham PT Sedola 1.281.250 331.250 (120.000) 300.000 2.000.000 200.000 (800.000) Neraca 206.250 1.075.000 Bangunan 1.500.000 1.300.000 2.800.000 Tanah 3.400.000 1.000.000 4.400.000 9.242.500 3.800.000 11.761.250 Utang usaha 850.000 430.000 1.280.000 Utang jangka panjang 1.500.000 1.320.000 2.820.000 Modal saham 4.000.000 1.500.000 Total Aset Agio saham biasa 1.500.000 300.000 Laba ditahan 2.817.500 300.000 600.000 Saham perbendaharaan STPEA 2.817.500 (350.000) 350.000 75.000 75.000 Kepentingan nonpengendali 9.455.000 Total Pasiva/kewajiban 4.000.000 3.800.000 2.705.000 93.750 361.250 750.000 843.750 2.705.000 1. Eliminasi atas pendapatan investasi (induk) dan laba yang dibagi anak Pendapatan investasi Rp 331.250.000 Deviden Investasi dalam saham Rp 125.000.000 206.250.000 2. Alokasi laba kepentingan nonpengendali Laba kepentingan nonpengendali Deviden Kepent ingan nonpengendali Rp 168.750.000 Rp 75.000.000 93.750.000 Laba kepentingan nonpengendali dijelaskan sebagai berikut: 11.461.250 Laba entitas anak (1/1 – 1/7) Rp 250 juta x 30% Rp 75.000.000 Laba entitas anak (1/7 – 31/12) Rp 250 juta x 37,5% Laba kepentingan nonpengendali 93.750.000 Rp 168.750.000 Deviden diumumkan pada saat kepentingan nonpengdali sebesar 37,5%, sehingga deviden kepentingan nonpengendali adalah 37,5% x Rp 200 juta = Rp 75 juta. 3. Eliminasi saldo awal. Investasi saham awal sebesar Rp 1,47 miliar, disesuaikan dengan penjualan saham anak milik induk Rp 470 juta dankenaikan nilai investasi induk atas peubahan ekuitas anak sebesar Rp 75 juta. Modal Rp 1.500.000.000 Agio saham 300.000.000 Laba ditahan 300.000.000 STPEA 75.000.000 Investasi dalam saham biasa Rp 1.075.000.000 Kepentingan nonpengendali (37,5% x Rp 2 miliar) 750.000.000 Saham perbendaharaan 350.000.000 Perhitungan saldo awal kepentingan non pengendali didasarkan pada kepemilikan minoritas setelah transaksi saham perbendaharaan entitas anak karena saham perbendaharaan tersebut berasal dari induk. KOMBINASI BISNIS ENTITAS SEPENGENDALI Pada bagian 2b dan 3b, telah dibahas transaksi antara entitas anak dan entitas induk yang mengubah persentase kepemilikan induk atas anak sesuai ketentuan PSAK 40 tahun 1997, yakni entitas anak menjual saham tambahan kepada induk, dan anak menarik saham peredaran milik induk. Ketika entitas anak menjual saham tambahan ke induk, dari sudut pandang induk hal itu merupakan reakuisisi atau akuisisi tambahan. Dalam akuisisi tambahan tersebut goodwill atau diskon pembelian akan diakui jika harga akuisisi tambahan melebihi atau lebih kecil dari nilai wajar entitas anak. Sebaliknya, transaksi saham perbendaharaan anak milik induk dalam sudut pandang induk merupakan pelepasan saham atau divestasi. Dalam divestasi tersebut diakui untuk rugi pelepasan saham. Akan tetapi, dalam hubungan induk – anak, apabila satu induk mengendalikan lebih dari satu anak, dapat terjadi peristiwa di mana transaksi saham pebendaharaan suatu entitas anak atas saham yang di milki induk diikuti dengan penjualan saham tambahan anak yang lainnya kepada induk. Dari sudut pandang induk, ada dua transaksi yang terjadi yakni pelepasan saham atau divestasi saham anak ( yang melakukan transaksi saham perbendaharaan ) , dan transaksi re akuisisi atau akuisisi tambahan atas entitas anak lainnya ( yang melakukan penjualan saham tambahan kepada induk ). Dengan kata lain, kasus ini adalah pengalihan kepemilikan induk dari suatu entitas anak ke anak yang lain. Misalkan PT A memiliki 2 ke perusahaan anak, yakni PT B yang sahamnya dikuasai 100 % dan PT C yang sahamnya dimiliki 50 %. PT A melepas kepemilikannya dalam saham PT B sebanyak 200.000 lembar untuk mengakuisisi saham PT C. pengalihan kepemilikan tersebut menyebabkan hak suara induk, yakni PT A, atas PT B berkurang. Sementara itu, kepemilikan PT A atas PT C bertambah. Dengan kata lain, induk melakukan pelepasan saham atas PT B dan melakukan akuisisi tambahan atas PT C. Pengalihan kepemilikan induk dari satu anak ke anak yang lain secara substansi tidak menyebabkan perubahan pengendalian, sehingga transaksi pengalihan ini di sebut Kombinasi Bisnis Entitas Sepengendali yang harus diperlakukan sesuai dengan ketentuan PSAK 38 revisi 2011 : Kombinasi Bisnis Entitas Sepengendali. PSAK 38 revisi 2011 mendefinisikan Kombinasi Bisnis Entitas Sepengendali sebagai kombinasi bisnis dimana semua entitas atau bisnis yang bergabung pada akhirnya dikendalikan oleh pihak yang sama ( baik sebelum maupun sesudah kombinasi bisnis ), dan pengendaliannya tidak bersifat sementara. Entitas sepengendali adalah entitas yang secara langsung atau tidak langsung ( melalui satu atau lebih perantara ) mengendalikan atau dikendalikan oleh atau berada di bawah pengendalian yang sama. PSAK 38 revisi 2011 memberi contoh – contoh transaksi di antara entitas sepengendali : (a). Induk memindahkan sebagian asset neto dari entitas anak yang dimilikinya menjadi asset induk yang bersangkutan. Transaksi ini menyebabkan perubahan bentuk hukum kepemilikan atas asset neto, tetapi tidak menyebabkan perubahan substansi ekonomi kepemilikan asset neto tersebut. (b). Induk mengalihkan sebagian hak kepemilikannya dalam suatu entitas anak ke entitas anak lainnya yang dimiliki oleh induk. Transaksi ini juga merupakan perubahan bentuk hukum kepemilikan entitas anak, tetapi bukan merupakan perubahan substansi ekonomi kepemilikan entitas anak tersebut. (c). Induk menukar kepemilikan atas sebagian asset neto dalam entitas anak yang dimilikinya dengan saham tambahan yang diterbitkan oleh entitas anak lain ( yang tidak dimiliki sepenuhnya ), sehingga kepemilikan induk dalam entitas anak lain bertambah, sedangkan persentase kepemilikan pemegang saham nonpengendali dalam entitas anak tersebut berkurang. Dalam hal ini, walaupun bentuk hukum kepemilikan asset neto dalam entitas anak berubah ( dari milik langsung entitas induk menjadi milik entitas anak lain ), tidak terjadi perubahan substansi ekonomi kepemilikan atas asset neto. Transaksi Kombinasi Bisnis Entitas Sepengendali berdasarkan PSAK 38 revisi 2011, bukan merupakan perubahan kepemilikan dalam arti substansi ekonomi melainkan bentuk hukum semata. Berdasarkan prinsip substance over form, transaksi tersebut tidak dapat menimbulkan untung atau rugi bagi entitas sepengendali. Akuisisi tambahan atau divestasi, yang merupakan bagian dari transaksi Kombinasi Bisnis Entitas Sepengendali, bukan merupakan transaksi yang tunduk pada PSAK 22 revisi 2010, PSAK 4 revisi 2009, atau ISAK 7 revisi 2009. Jika terjadi transaksi Kombinasi Bisnis Entitas Sepengendali, PSAK 38 revisi 2011 mensyaratkan pencatatan sesuai nilai tercatat berdasarkan metode penyatuan kepemilikan ( pooling of interest ). Selisih antara jumlah imbalan yang dialihkan ( selisih pengalihan ) dan nilai buku dari setiap transaksi kombinasi bisnis di antara entitas sepengendali, atau disebut dengan istilah “ Selisih Nilai Transaksi Restrukturisasi Entitas sepengendali ( SNTRES )”, diakui modal dan tidak akan pernah direklasifikasi ke laba rugi walaupun dalam kondisi hilang sepengendalian dan / atau dilakukan pengalihan kepada pihak tidak sepengendali. Dalam kasus pengalihan kepemilikan PT A dari PT B ke PT C yang dibahas sebelumnya, pelepasan saham PT B yang dimiliki PT A tidak menimbulkan untung atau rugi, dan pada sisi lain akuisisi saham PT C juga tidak menimbulkan goodwill. Selisih harga perlepasan dengan nilai investasi yang dilepas ( atas saham PT B ) disajikan pada sisi modal sebagai SNTRES. Demikian pula, selisih harga akuisisi tambahan atas saham dengan nilai buku saham PT C yang di peroleh termasuk SNTRES. Saldo SNTRES milik PT A dari transaksi dengan PT B dan PT C dapat saling menghapus. Misalkan nilai investasi PT A atas 100 % saham PT B adalah Rp 3 Milliar, dan PT B melakukan transaksi saham perbendaharan sebanyak 200.000 lembar pada harga Rp 650 juta milik PT A. Kekayaan PT B pada tanggal transaksi saham perbendaharaan adalah sebagai berikut : Modal Saham ( 1 Juta Lembar ) Rp 2.000.000.000 Laba ditahan Rp 1.000.000.000 Kekayaan pemegang saham Rp 3.000.000.000 Pada sisi induk, yakni PT A, transaksi saham perbendaharaan tersebut menyebabkan kepemilikannya atas saham PT B berkurang 200.000 lembar. Nilai investasi PT A perlembar saham PT B adalah ( 3.000.000.000 / 1.000.000.000 ) Rp 3.000 per lembar, sehingga nilai buku investasi yang di lepas atas 200.000 lembar saham PT B adalah Rp 600 juta. Harga pelepasan saham ( dalam hal ini adalah harga transaksi saham perbendaharaan PT B ) Rp 650 juta berselisih Rp 50 juta dari nilai buku investasi PT A dalam saham PT B. Selisih ini tidak boleh di anggap sebagai keuntungan PT A dari transaksi ini, melainkan sebagai SNTRES yang bersaldo “kredit”. Misalkan saham PT B milik PT A yang ditarik dari peredaran digunakan untuk mengakuisisi saham PT C sebanyak 200.000 lembar. Kekayaan PT C pada saat penjualan saham tambahan yang telah menggambarkan nilai wajarnya adalah : Modal saham ( 1.050.000 lembar ) Rp 2.100.000.000 Laba di Tahan Rp 900.000.000 Kekayaan pemegang saham Rp 3.000.000.000 Misalkan nilai investasi PT A atas 50 % saham PT C sesuai dengan nilai buku yang dimiliki yakni Rp 1.500.000.000. Penjualan saham tambahan PT C sebanyak 200.000 lembar menyebabkan struktur kekayaan PT C menjadi sebagai berikut : Modal saham ( 1.250.000 lembar ) Rp 2.500.000.000 ( 2,1 Miliar + 400 juta ) Laba di tahan Rp 1.150.000.000 ( 900 juta + 250 juta ) Kekayaan pemegang saham Rp 3.650.000.000 Dalam sudut pandang PT A penjualan saham tambahan PT C merupakan akuisisi tambahan dengan harga Rp 650 juta. Jadi , nilai investasi PT A atas PT C menajadi Rp 2.150.000.000 ( Rp 1,5 miliar + Rp 650 juta ). Persentase kepemilikan PT A atas saham PT C terhadap akuisisi tambahan tersebut adalah 700.000/1.250.000 = 56%, dan kekayaan PT C yang menjadi bagian PT A adalah : Modal saham (1.250.000. lbr) Rp 1.400.000.000 (56% x 2,5 miliar) Laba di tahan Rp 644.000.000 (56% x 1.15 miliar) Kekayaan dimiliki setelah reakuisisi Rp 2.044.000.000 Kekayaan dimiliki sebelum reakuisisi Rp 1.500.000.000 Penambahan Kekayaan Rp 544.000.000 Harga akuisisi tambahan Rp 650.000.000 Selisih harga akuisisi Rp 106.000.000 Jika transaksi PT A dengan PT C bukan merupakan transaksi Kombinasi Bisnis Entitas Sepengendali, selisih harga akuisisi tambahan dengan penambahan kekayaan PT C yang dimiliki PT A sebesar Rp 106.000.000 merupakan goodwill karena harga akuisisi lebih besar dari nilai wajar yang dimiliki. Akan tetapi, karena transaksi tersebut termasuk kombinasi bisnis entitas sepengendali, selisih sebesar Rp 106 juta itu diperlakukan sebagai SNTRES bersaldo “debet”. Dengan demikian, total saldo Selisih Nilai Transaksi Restukturisasi Entitas Sepengendali milik PT A atas transaksi dengan PT A dan PT C sebesar Rp 56 juta bersaldo “debet”, karena atas transaksi dengan PT B terdapat juga Selisih Nilai Transaksi Restrukturisasi Entitas Sepengendali yang bersaldo kredit sebesar Rp50 juta seperti diuraikan sebelumnya. PERTANYAAN 1. Jelaskan dampak penjualan saham entitas anak kepada pihak eksternal dan kepada induk terhadap hak induk atas laba dan dividen entitas anak. 2. Jelaskan dampak transaksi saham perbendaharaan entitas anak milik pihak eksternal dan milik induk terhadap hak induk atas laba dan dividen entitas anak. 3. Pada harga berapakah penjualan saham tambahan entitas anak kepada pihak eksternal menyebabkan kenaikan nilai investasi induk ? 4. Pada harga berapakah transaksi saham perbendaharaan entitas anak kepada pihak eksternal menyebabkan kenaikan nilai investasi induk ? 5. Jelaskan apa yang di maksud dengan restrukturisasi entitas sepengendali sesuai dengan PSAK 38 revisi 2004. 6. PT Arni melakukan transaksi saham perbendaharaan milik PT Irmania (induk) pada harga diatas nilai buku. PT Irmania menarik kepemilikannya pada PT Arni untuk menambah kepemilikan atas saham PT Aliminia, yang juga merupakan perusahaan anak. Atas transaksi pelepasan saham milik PT Arni, harga pelepasan berada di atas nilai investasi yang dilepas, sedangkan atas akuisisi tambahan terhadap saham PT Aliminia berada pada harga diatas nilai buku diakuisisi. Jelaskan perlakuan PT Irmania atas selisih harga pelepasan saham PT Arni dan selisih harga akuisisi saham PT Aliminia sesuai dengan PSAK 38 revisi 2011. PILIHAN BERGANDA 1. Nilai buku kekayaan entitas anak pada tanggal 1 Juli 2012 sebelum penjualan saham tambahan adalah Rp 3 miliar atas 1 juta lembar saham. Induk memiliki 70 % saham tersebut pada harga yang sama dengan nilai buku yang diperoleh. Entitas anak menjual saham tambahan sebanyak 200.000 lembar kepada pihak eksternal pada tanggal tersebut. Manakah pernyataan dibawah ini yang benar? a. Nilai investasi induk akan berkurang dengan penjualan saham tambahan entitas anak. b. Nilai kekayaan anak yang dimiliki induk berubah akibat penjualan saham entitas anak. c. Laba kepentingan nonpengendali akan bertambah sejak 1 Januari 2012. d. Semua jawaban salah. 2. Masih dalam soal no 1. Jika entitas anak menjual saham tambahan kepada entitas induk, manakah pernyataan dibawah ini yang benar? a. Laba kepentingan nonpengendali bertambah dengan penjualan saham tembahan tersebut. b. Terdapat pendapatan pra akuisisi dalam laporan konsolidasi. c. Laba konsolidasi tahun 2012 merupakan gabungan dari 100 % laba individu induk dan 100 % laba anak dikurangi laba kepentingan nonpengendali sebesar 30 %. d. Semua jawaban salah. 3. Nilai buku kekayaan entitas anak sebelum transaksi saham perbendaharaan milik pihak eksternal sebanyak 400.000 lembar pada tanggal 1 Januari 2013 adalah Rp 4 Miliar, yang terdiri dari 2 juta lembar saham nilai nominal Rp 1.000 per lembar dan laba ditahan Rp 2 miliar. Induk menguasai 80% saham tersebut pada harga yang sama dengan jumlah kekayaan anak yang dimiliki. Induk tidak ingin transaksi saham perbendaharaan tersebut mengurangi nilai kekayaan anak yang dimiliki. Jadi , harga transaksi saham perbendaharaan paling tidak : a. Sama dengan nilai nominal. b. Sama dengan nilai buku. c. Lebih kecil dari nilai nominal. d. Lebih kecil dari nilai buku. 4. Masih dalam soal no. 3, manakah dari pernyatan dibawah ini yang benar? a. Laba konsolidasi adalah gabungan laba individu induk dan laba individu anak dikurangi 20 % laba kepentingan nonpengendali. b. Laba konsolidasi adalah laba individu ditambah pendapatan investasi atas 80% laba anak. c. Laba konsolidasi adalah laba individu induk ditambah pendapatan investasi atas 100% laba anak dikurangi kenaikan atau penurunan kekayaan induk atas anak akibat transaksi saham pperbendaharaan. d. Tidak ada jawaban yang benar. 5. Kepemilikan induk atas saham entitas anak sebelum transaksi penjualan saham tambahan anak kepad apihak eksternal adalah 80%. Penjualan saham tambahan anak ini mengakibatkan persentase kepemilikan induk atas saham anak menjadi 70%. Transaksi penjualan saham tambahan anak tersebut ternyata meningkatkan jumlah kekayaan anak yang dimiliki induk sebesar Rp 70 juta. Berapakah kenaikan nilai investasi induk atas penjualan saham tambahan anak tersebut ? a. Tidak ada. b. 80% x Rp 70 juta = Rp 56 Juta. c. Rp 70 juta. d. Tidak ada jawaban yang benar. LATIHAN 1. PT Ivana memiliki 750.000 lembar dari 1.000.000 lembar saham PT Alan yang beredar dengan nilai investasi yang sama dengan kekayan PT Alan yang dimiliki. Pada tanggal 1 April 2013, PT Alan menjual saham tambahan sebanyak 200.000 lembar dengan harga perlembar Rp 2.200. Nilai kekayaan PT Alan pada tanggal 1 April adalah Rp 2 miliar. Laba PT Alan selama tahun berjalan adalah Rp 600 juta dan dividen diumumkan akhir tahun sebesar Rp200 juta. Diminta : - Hitunglah kenaikan atau penurunan kekayaan PT Ivana atas PT Alan apabila penjualan saham tambahan dilakukan kepada pihak eksternal. - Hitunglah kenaikan atau penurunan kekayaan PT Ivana atas PT Alan apabila penjualan saham tambahan dilakukan kepada PT Ivana. - Hitunglah pendapatan investasi PT Ivana tahun 2013 dan nilai investasi per 31/12/2013 atas saham PT Alan jika penjualan saham tambahan dilakukan kepad apihak eksternal. - Hitunglah pendapatan investasi PT Ivana tahun 2013 dan nilai investasi per 31/12/2013 atas saham PT Alan jika penjualan saham tambahan dilakukan kepada PT Ivana. 2. PT Idola memiliki 600.000 lembar dari 1.000.000 lembar saham PT Aidol pada harga yang sama dengan nilai kekayaan PT Aidol yang dimiliki. Nilai kekayaan PT Aidol per 1 Januari 2013 adalah Rp 3 miliar. Pada tanggal 1 April 2013, PT Aidol melakukan transaksi saham perbendaharaan sebanyak 200.000 lembar pada harga Rp 2.800 per lembar. Laba PT Aidol tahun 2013 adalah Rp 600 juta. Pada tanggal 31/12/2013, PT Aidol mengumumkan dividen sebesar Rp 400 juta. Diminta : - Hitunglah kenaikan atau penurunan kekayaan induk atas anak jika transaksi saham perbendaharaan dilakukan atas saham pihak eksternal. - Hitunglah kenaikan atau penurunan kekayaan induk atas anak jika transaksi saham perbendaharaan dilakukan atas saham milik induk. - Hitunglah pendapatan investasi PT Idola tahun 2013 dan nilai investasi per 31/12/2013 atas saham PT Aidol jika transaksi saham perbendaharaan dilakukan atas milik pihak eksternal. - Hitunglah pendapatan investasi PT Idola tahun 2013 dan nilai investasi per 31/12/2013 atas saham PT Aidol jika transaksi saham perbendaharaan dilakukan atas saham PT Idola. 3. Struktur kekayaan PT B pada tanggal 1 Januari 2004 adalah sebagai berikut : Modal saham ( 1 juta lembar ) Rp 1.000.000.000 Tambahan Modal di setor Rp 200.000.000 Laba ditahan Rp 300.000.000 Total Rp 1.500.000.000 PT A memiliki 800.000 lembar saham PT B dengan nilai investasi yang sama dengan nilai buku kekayaan PT B yang dimiliki. Laba PT B tahun berjalan sebesar Rp 200 juta dan PT B mengumumkan dividen sebesar Rp 80 juta pada tanggal 31/12/2014. Pada tanggal 1 Juli 2014, PT B menjual saham sebanyak 250.000 lembar dengan total harga Rp 700 juta kepada pihak eksternal. Diminta: - Berapa perubahan kekayaan PT A atas penjualan saham PT B tersebut. - Buatlah jurnal penyesuaian ( adjustment ) atas perubahan struktur PT B tersebut. - Hitunglah pendapatan investasi PT A tahun 2014 dan nilai investasi per 31 Desember 2014. 4. PT Irgi memiliki 840 ribu lembar saham PT Andina dengan nilai investasi sama dengan kekayaan PT Andina yang dimiliki. Struktur kekayaan PT Andina pada tanggal 1 Januari 2013 adalah sebagai berikut : Modal saham ( 1 juta lembar ) Rp 2.000.000.000 Laba ditahan Rp Total Rp 2.500.000.000 500.000.000 PT Andina bermaksud menjual saham tambahan sebanyak 200.000 lembar. Penjualan saham tambahan tersebut dimaksudkan untuk mendapatkan manajemen baru dari pihal eksternal meskipun akan mengurangi hak PT Irgi atas laba dan dividen PT Andina yang dimiliki. Diminta : a. Hitunglah hak PT Irgi atas laba dan dividen PT Andina jika rencana penjualan saham tambahan itu terlaksana. b. Pada harga berapa saham tambahan dijual agar disetujui PT Irgi sebagai pemegang saham mayoritas sesuai dengan harapan PT Irgi. 5. Struktur kekayaan PT Aise pada tanggal 1 Januari 2013 adalah sebagai berikut: Modal saham ( 1 juta lembar ) Rp 1.000.000.000 Agio saham Rp 200.000.000 Laba ditahan Rp 300.000.000 Saham perbendaharaan ( 200.000 lbr ) Total (250.000.000) Rp 1.250.000.000 PT Ibana memiliki 600.000 lembar saham PT Aise pada harga yang sama dengan nilai buku yang di peroleh. PT Aise menjual seluruh saham perbendaharaan pada tanggal 2 Januari 2013 dengan harga perlembar Rp 1.400 dari pihak eksternal. Laba PT Aise tahun 2013 adalah Rp 300 juta. Diminta: 1. Hitunglah kenaikan/penurunan nilai kekayaan PT Aise yang dimiliki PT Ibana akibat penjualan saham perbendaharaan PT Aise tersebut dan buatlah jurnal adjustment yang diperlukan. 2. Hitunglah pendapatan investasi tahun 2013 dan nilai investasi dalam saham PT Aise per 31/12/2013. 6. PT Istirahat memiliki 800.000 lembar dari 1.000.000 lembar saham PT Asuh yang beredar dengan nilai investasi yang sama dengan kekayaan PT Asuh yang dimiliki. Pada tanggal 1 April 2013, PT Asuh menjual saham tambahan sebanyak 250.000 lembar. Nilai kekayaan PT Asuh pada tanggal 1 April 2013 adalah Rp 2 miliar. Laba PT Asuh selama tahun berjalan adalah Rp 600 juta dan dividen diumumkan pada akhir tahun sebesar Rp 200 juta. Diminta : - Hitunglah kenaikan atau penurunan kekayaan PT Istirahat atas PT Asuh apabila penjualan saham tambahan dilakukan kepada pihak eksternal dengan harga Rp 2.500 per lembar. - Hitunglah pendapatan investasi PT Istirahat tahun 2013 dan nilai investasi per 31/12/2013 atas saham PT Asuh jika penjualan saham tambahan dilakukan kepada pihak eksternal. - Hitunglah kenaikan atau penurunan kekayaan PT istiahat atas PT Asuh apabila penjualan saham tambahan dilakukan kepada PT Istirahat. - Hitunglah pendapatan investasi PT Istirahat tahun 2013 dan nilai investasi per 31/12/2013 atas saham PT Asuh jika penjualan saham tambahan dilakukan kepada PT Istirahat. KERTAS KERJA KONSOLIDASI Soal 1 Laporan Keuangan PT Indiana dan PT Armenia 31/12/2012 Keterangan ( dalam ribuan ) PT Indiana PT Armenia 4.000.000 2.500.000 Laporan Laba Rugi dan Laba ditahan Penjualan Pendapatan dari PT Armenia 570.000 HPP ( 1. 800.000 ) ( 1.500.000 ) Beban Operasi ( 1.270.000 ) ( 400.000 ) Laba bersih 1.500.000 600.000 Laba ditahan 1 Januari 2012 1.000.000 300.000 Dividen ( 800.000 ) ( 300.000 ) Laba ditahan 31 Desember 2012 1.700.000 600.000 Kas 510.000 250.000 Piutang usaha 600.000 450.000 Persediaan 1.000.000 500.000 Investasi dalam saham PT Armenia 2.280.000 Bangunan 1.500.000 1.500.000 Tanah 3.000.000 2.000.000 8.890.000 4.700.000 980.000 530.000 Utang jangka panjang 2.000.000 1.320.000 Modal saham 4.000.000 1.250.000 Neraca Total Aset Utang usaha Agio saham biasa Laba ditahan 1.000.000 1.700.000 Selisih transaksi atas perubahan ekuitas anak Total Pasiva / kewajiban 600.000 210.000 8.890.000 4.700.000 PT Indiana memiliki seluruh saham PT Armenia pada harga yang sama dengan nilai buku yang diperoleh. Kekayaan PT Armenia per 1 Januari 2012 adalah : Modal saham ( 1 juta lembar ) Rp 1.000.000.000 Agio saham Rp 500.000.000 Laba ditahan Rp 300.000.000 Total kekayaan pemegang saham Rp 1.800.000.000 Laba PT Armenia tahun 2012 adalah Rp 600 juta. Dividen kepada pemegang saham diumumkan sebesar Rp 300 juta pada tanggal 1 Juli. Pada tanggal 1 Oktober 2012, PT Armenia menjual saham tambahan sebanyak 250.000 lembar dengan harga Rp 3.000 per lembar saham kepada pihak eksternal. Diminta: 1. Jelaskan perhitungan akun “ selisih transaksi atas perubahan ekuitas anak ( STPEA ) “ PT Indiana yang berjumlah Rp 210 juta dalam laporan keuangannya. 2. Jelaskan perhitungan kekayaan pemegang saham PT Armenia per 31/12/2012 dalam laporan keuangan. 3. Jelaskan perhitungan pendapatan investasi PT Indiana dalam saham PT Armenia tahun 2012 dan nilai investasi dalam saham per 31/12/2012. 4. Susunlah kertas kerja konsolidasi PT Indiana dan PT Armenia per 31/12/2012. SOAL II Kekayaan PT Artisti per 1 Januari 2013 adalah sebagai berikut : Modal saham ( 1 juta lembar ) Rp 2.000.000.000 Agio saham Rp 500.000.000 Laba ditahan Rp 300.000.000 Total kekayaan pemegang saham Rp 2.800.000.000 PT Ideku memiliki 70% saham PT Artisti pada harga yang sama dengan nilai buku yang dimiliki. Pada tanggal 1 Januari 2013, PT Artisti menjual 200.000 lembar saham dengan harga Rp 3.000 per lembar kepada PT Ideku. Selisih harga perolehan dengan nilai buku yang diperoleh disebabkan oleh goodwill yang diimpair 50% pada tahun berjalan. Laba PT Artisti tahun 2013 adalah Rp 700 juta. PT Artisti mengumumkan dividen sebesar Rp 400 juta pada tanggal 1 Juli 2013. Penjualan antar perusahaan downstream selama tahun 2013 senilai Rp 2 miliar. Laba antar perusahaan dalam persediaan awal PT Artisti adalah Rp 100 juta dan dalam persediaan akhir Rp 150 juta. Laporan keuangan PT Ideku dan PT Artisti untuk periode yang berakhir 31/12/2013 disajikan berikut ini. Diminta : 1. Susunlah perhitungan pendapatan investasi PT Ideku atas saham PT Artisti tahun 2013 dan nilai investasi atas saham per 31/12/2013. 2. Susunlah kertas kerja konsolidasi PT Ideku dan PT Artisti untuk tahun yang berakhir 31/12/2013. Keterangan ( dalam ribuan ) PT Ideku PT Artisti Laporan laba rugi dan laba ditahan Penjualan 4.000.000 Keuntungan penilaian investasi 140.000 Pendapatan dari PT Artisti 400.000 2.500.000 HPP ( 2.000.000 ) ( 1.400.000 ) Beban operasional ( 1.230.000 ) ( 400.000 ) Laba bersih 1.310.000 700.000 Laba ditahan 1 Januari 2013 1.000.000 300.000 Dividen ( 500.000 ) ( 400.000 ) Laba ditahan 31 Desember 2013 1.810.000 600.000 Kas 600.000 350.000 Piutang usaha 600.000 500.000 Persediaan 1.000.000 850.000 Investasi dalam saham PT Artisti 2.700.000 Bangunan 2.500.000 2.000.000 ( 1.000.000 ) ( 500.000 ) 2.500.000 2.500.000 8.900.000 5.700.000 1.090.000 680.000 Neraca Akumulasi bangunan Tanah Total Aktiva Utang usaha Utang jangka panjang 2.000.000 1.320.000 Modal saham 4.000.000 2.400.000 Agio saham biasa 700.000 Laba ditahan Total pasiva / kewajiban 1.810.000 600.000 8.900.000 5.700.000 SOAL III Kekayaan PT Animo pada tanggal 1 Januari 2013 adalah sebagai berikut : Modal saham ( 1 juta lembar ) Rp 2.000.000.000 Agio saham Rp 1.000.000.000 Laba ditahan Rp 500.000.000 Total kekayaan pemegang saham Rp 3.500.000.000 PT Irama memiliki 80% saham PT Animo pada harga yang sama dengan nilai buku yang diperoleh. Pada tanggal yang sama, PT Animo melakukan transaksi saham perbendaharaan sebanyak 200.000 lembar saham milik PT Irama dengan total harga Rp 800 juta. Laba PT Animo tahun 2013 adalah Rp 500 juta. Pada tanggal 1 September PT Animo mengumumkan dividen sebesar Rp 200 juta. Laporan keuangan PT Irama dan PT Animo untuk periode yang berakhir 31/12/2013 adalah sebagai berikut : Keterangan ( dalam ribuan ) PT Irama PT Animo Laporan laba rugi Penjualan 4.000.000 Pendapatan dari PT Animo 375.000 Keuntungan Divestasi 100.000 HPP 2.400.000 ( 2.000.000 ) ( 1.500.000 ) Beban operasional ( 975.000 ) ( 400.000 ) Laba bersih 1.500.000 500.000 Laba ditahan 1 Januari 2013 2.000.000 500.000 Dividen ( 800.000 ) ( 200.000 ) Laba ditahan 31 Desember 2013 2.700.000 800.000 Kas 500.000 300.000 Piutang usaha 700.000 700.000 Persediaan 925.000 500.000 Neraca Investasi dalam saham PT Animo 2.325.000 Bangunan 1.500.000 2.000.000 Tanah 3.100.000 1.000.000 9.050.000 4.500.000 850.000 400.000 Utang jangka panjang 1.500.000 1.000.000 Modal saham 4.000.000 2.000.000 Total Aktiva Utang usaha Agio saham biasa Laba ditahan 1.000.000 2.700.000 Saham perbendaharaan Total pasiva / kewajiban 800.000 ( 700.000 ) 9.050.000 4.500.000 Diminta : 1. Susunlah perhitungan divestasi yang dilakukan PT Irama sehingga diperoleh keuntungan Rp 100 juta seperti tersaji dalam laporan keuangan PT Irama. 2. Jelaskan perhitungan pendapatan investasi PT Irama dalam saham PT Animo tahun 2013 dan nilai investasi dalam saham per 31/12/2013. 3. Susunlah kertas kerja konsolidasi PT Irama dan PT Animo untuk periode yang berakhir 31/12/2013.