BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Penanaman Nilai- nilai Agama dan Moral 1. Pengertian Penanaman Nilai- nilai Agama dan Moral Nilai dan moral merupakan dua kata yang seringkali digunakan secara bersamaan. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia karangan W.J.S Poerwadarminta (2007:801) dinyatakan bahwa nilai adalah harga. Hal- hal yang penting atau berguna bagi kemanusiaan. Menurut Darmadi (2005:5) moral adalah bertujuan membantu peserta didik untuk mengenali nilai- nilai dan menempatkannya dalam konteks keseluruhan hidupnya. Menurut I Wayan Koyan (2000:12), nilai adalah segala sesuatu yang berharga. Menurutnya ada dua nilai yaitu nilai ideal dan nilai aktual. Nilai ideal adalah nilai- nilai yang menjadi cita- cita setiap orang, sedangkan nilai aktual adalah nilai yang diekspresikan dalam kehidupan sehari- hari. Sedangkan agama merupakan suatu yang dimiliki oleh setiap individu (anak) melalui perpaduan antara potensi bawaan sejak lahir dengan pengaruh dari luar individu. Sedangkan menurut Permendiknas No 58 Tahun 2009 yang menyangkut tentang nilai- nilai agama dan moral adalah mengenai landasan filosofi dan religi Pendidikan dasar anak usia dini, pada dasarnya Penanaman Nilai- Nilai Agama..., Ika Wahyuni Wulandari, Fakultas Agama Islam UMP, 2015 harus berdasarkan pada nilai- nilai filosofi dan religi yang dipegang oleh lingkungan yang berada disekitar anak dan agama yang dianutnya. Rasulullah saw mengatakan peran penting orangtua dalam sabdanya “seorang anak terlahir dalam keadaan fitrah, orang tuanya yang membuat menjadi Yahudi, Nasrani, Yahudi, dan Majusi”. (HR. Bukhari, Ibnu Habban dan Baihaqi) maka bagaimana kita bisa menjaga serta meningkatkan potensi kebaikan tersebut, hal itu tentu harus dilakukan sejak usia dini. Menurut Darajat (2011: 192), pengajaran agama dipandang sebagai satu kesatuan yang bulat, setiap apa yang dijarkan mempunyai nilai. Empat nilai pokok dalam pengajaran agama yakni pertama nilai material adalah jumlah nilai agama yang diajarkan, kedua nilai formal adalah nilai pembentukan yang bersangkut dengan daya serap siswa atas segala bahan yang telah diterimanya, ketiga nilai fungsional adalah relevansi bahan dengan kehidupan sehari- hari, keempat nilai esensial adalah nilai hakiki agama mengajarkan kehidupan yang hakiki jadi kehidupan itu tidak berhenti didunia saja melainkan kehidupan itu berlangsung terus diakhirat. Dengan demikian seluruh nilai- nilai pengajaran agama itu bermuara pada nilai hakiki atau nilai esensial yang terbentuk: a. Nilai pembersihan atau rohani jiwa, yang memungkinkan seseorang siap untuk menerima, memahami dan menghayati ajaran agama Islam sebagai pandangan hidup. Penanaman Nilai- Nilai Agama..., Ika Wahyuni Wulandari, Fakultas Agama Islam UMP, 2015 b. Nilai kesempurnaan moral, yang memungkinkan seseorang memiliki akhlakul karimah, yang tercermin pada sifat- sifat Nabi Muhammad saw, dan mengamalkan ajaran agama Islam secara sempurna sepanjang hayatnya. c. Nilai peningkatan taqwa kepada Allah swt, sehingga diri seseorang menjadi semakin akrab kepada-Nya dan dengan penuh gairah serta ketulusan hati menyongsong kehidupan hakiki. Pendidikan nilai dapat disampaikan dengan metode langsung atau tidak langsung. Metode langsung mulai dengan penentuan perilaku yang dinilai baik sebagai upaya indoktrinasi berbagai ajaran. Caranya dengan memusatkan perhatian secara langsung pada ajaran tersebut melalui mendiskusikan, mengilustrasikan, menghafalkan, dan mengucapkannya. Metode tidak langsung tidak dimulai dengan menentukan perilaku yang diinginkan tetapi dengan menciptakan situasi yang memungkinkan perilaku yang baik dapat dipraktikkan. Keseluruhan pengalaman di sekolah dimanfaatkan untuk mengembangkan perilaku yang baik bagi anak didik. Poerwadarminta dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia merumuskan moral dengan ajaran tentang baik buruknya perbuatan dan kelakuan (akhlak, kewajiban dsb). Sementara itu Bergen dan Cornalia Evans menyebutkan bahwa moral merupakan sebuah kata sifat yang artinya berkenaan dengan perbuatan baik atau perbedaan antara baik dan buruk. Jadi moral yaitu sesuai dengan ide- ide yang diterima tentang Penanaman Nilai- Nilai Agama..., Ika Wahyuni Wulandari, Fakultas Agama Islam UMP, 2015 tindakan manusia yang bai dan wajar, sesuai dengan tindakan yang oleh umum diterima meliputi kesatuan sosial atau lingkungan. Kepekaan seseorang mengenai kesejahteraan dan hak orang lain merupakan pokok persoalan ranah moral. Kepekaan tersebut mungkin tercermin dalam kepedulian seseorang akan konsekuensi tindakannya bagi orang lain, dan dalam orientasinya terhadap pemilikan bersama serta pengalokasian sumber pada umumnya. Ketika anak-anak berhadapan pada pertentangan seperti yang telah dikemukakan di atas, maka diharapkan teori developmental dapat mengatasinya. Dengan kata lain, teori ini memusatkan perhatian secara khusus pada bagaimana cara anak-anak menghadapi pertentangan tersebut. Selain itu, proses yang mereka lakukan dalam menyelesaikan permasalahan moral dapat untuk memotivasi agar memperhatikan kepentingan orang lain dan kecenderungan untuk merasa tidak senang manakala mereka tidak memperhatikan kepentingan orang lain. Pendidikan agama menekankan pada pemahaman tentang agama serta bagaimana agama diamalkan dalam kehidupan sehari- hari. Penanaman nilai- nilai agama tersebut disesuaikan dengan tahapan perkembangan anak sereta keunikan yang dimiliki oleh setiap anak. Islam mengajarkan nilai- nilai keislaman dengan cara pembiasaan ibadah, contohnya puasa, solat lima waktu, belajar, mengkaji Al- Quran dll. Dari penjelasan diatas penulis dapat menyimpulkan bahwa penanaman nilai- nilai agama dan moral adalah suatu proses edukatif Penanaman Nilai- Nilai Agama..., Ika Wahyuni Wulandari, Fakultas Agama Islam UMP, 2015 berupa kegiatan atau usaha yang dilakukan dengan sadar, terencana dan dapat dipertanggung jawabkan untuk memelihara, melatih, membimbing, mengarahkan, dan meningkatkan pengetahuan kecakapan sosial, dan praktek serta sikap keagamaan pada anak. (aqidah, tauhid, ibadah dan akhlak) yang selanjutnya dapat mengamalkan dalam kehidupan seharihari. 2. Perkembangan Nilai-nilai Agama dan Moral Menurut Mansur (2009: 45-55), perkembangan nilai- nilai agama dan moral dibagi menjadi tiga bagian yaitu: a. Timbul jiwa keagamaan pada anak Semua manusia dilahirkan dalam keadaan lemah, baik fisik maupun psikis. Pada dasarnya jiwa keagamaan anak adalah sesuai dengan prinsip pertumbuhanya, maka anak menuju dewasa memerlukan bimbingan sesuai dengan prinsip yang dimilikinya, yakni: 1) Prinsip biologis, anak yang baru lahir belum dapat berdiri sendiri dalam arti masih dalam kondisi lemah secara biologis. 2) Prinsip tanpa daya, anak yang baru lahir hingga menginjak usia dewasa selalu mengharapkan bantuan dari orangtuanya. 3) Prinsip eksplorasi, jasmani dan rohani manusia akan berfungsi secara sempurna jika dipelihara dan dilatih, sehingga anak sejak lahir baik jasmani maupun rohaninya memerlukan pengembangan melalui pemeliharaan dan latihan yang berlangsung secara bertahap. Demikian juga perkembangan pada diri anak. Penanaman Nilai- Nilai Agama..., Ika Wahyuni Wulandari, Fakultas Agama Islam UMP, 2015 b. Perkembangan Agama pada Anak Perkembangan agama pada anak dapat melalui beberapa fase (tingkatan), yakni: 1) The fairy tale stage (tingkat dongeng) Pada tingkatan ini dimulai pada anak yang berusia 3-6 tahun. Pada anak dalam tingkatan ini konsep mengenai Tuhan lebih banyak dipengaruhi oleh fantasi dan emosi. Kehidupan pada masa ini masih banyak dipengaruhi kehidupan fantasi hingga dalam menanggapi agama pun anak masih menggunakan konsep fantastis yang diliputi oleh dongeng yang kurang masuk akal. 2) The realistic satge (tingkat kenyataan) Tingkat ini dimulai sejak anak masuk SD hingga sampai ke usia (masa usia) adolesense. Pada masa ini ide keagamaan anak didasarkan atas dorongan emosional, hingga mereka dapat melahirkan konsep Tuhan yang formalis. 3) The individual stage (tingkat individu) Anak pada tingkat ini memiliki kepekaan emosi yang paling tinggi sejalan dengan perkembangan usia mereka. Ada beberapa alasan mengenalkan nilai- nilai agama kepada anak usia dini, yaitu anak mulai punya minat, semua prilaku anak membentuk suatu pola prilaku, mengasah potensi positif diri, sebagai individu, makhluk sosial dan hamba Allah. Agar minat anak tumbuh subur harus dilatih dengan cara Penanaman Nilai- Nilai Agama..., Ika Wahyuni Wulandari, Fakultas Agama Islam UMP, 2015 yang menyenangkan agar anak tidak merasa terpaksa dalam melakukan kegiatan. c. Sifat- Sifat Agama pada Anak Konsep keagamaan pada diri anak dipengaruhi oleh beberapa faktor dari luar diri mereka. Mereka telah melihat dan mengikuti apaapa yang dikerjakan dan diajarkan orang dewasa dan orang tua mereka tentang sesuatu yang berhubungan dengan kemaslahatan agama. Berdasarkan hal itu, maka bentuk dan sifat agama pada diri anak dapat dibagi menjadi: 1) Unreflective (tidak mendalam) Mereka mempunyai anggapan atau menerima terhadap ajaran agama dengan tanpa kritik. Kebenaran yang mereka terima tidak begitu mendalam sehingga mereka cukup sekedarnya saja dan mereka sudah merasa puas dengan keterangan yang kadang- kadang kurang masuk akal. 2) Egosentris Anak memiliki kesadaran akan diri sendiri sejak tahun pertama usia perkembanganya dan akan berkembang sejalan dengan pertambahan pengalamannya. Semakin bertumbuh semakin meningkat pula egoisnya. Penanaman Nilai- Nilai Agama..., Ika Wahyuni Wulandari, Fakultas Agama Islam UMP, 2015 3) Anthropomorphis Konsep ketuhanan pada diri anak menggambarkan aspekaspek kemanusiaan. Melalui konsep yang terbentuk dalam pikiran, mereka menganggap bahwa keadaan Tuhan itu sama dengan manusia. Pekerjaan tuhan mencari dan menghukum orang yang berbuat jahat disaat orang itu berada dalam tempat yang gelap. Anak menganggap bahwa tuhan dapat melihat segala perbuatannya langsung kerumah- rumah mereka sebagaimana layaknya orang mengintai. 4) Verbalis dan Ritualis Kehidupan agama pada anak sebagian besar tumbuh mulamula secara verbal (ucapan). Mereka menghafal secara verbal kalimat- kalimat keagamaan dan selain itu pula dari amaliah yang mereka laksanakan berdasarkan pengalaman menurut tuntunan yang diajarkan kepada mereka. Perkembangan agama pada anak sangat besar pengaruhnya terhadap kehidupan agama anak itu di usia dewasanya. 5) Imitatif Tindak keagamaan yang dilakukan oleh anak- anak pada dasarnya diperoleh dari meniru. Berdoa dan solat misalnya, mereka laksanakan karena hasil melihat realitas dilingkungan, baik berupa pembiasaan maupun pengajaran yang intensif. Dalam segala hal Penanaman Nilai- Nilai Agama..., Ika Wahyuni Wulandari, Fakultas Agama Islam UMP, 2015 anak merupakan peniru yang ulung, dan sifat peniru ini merupakan modal yang positif dalam pendidikan keagamaan pada anak. 6) Rasa Heran Rasa heran dan kagum merupakan tanda dan sifat keagamaan yang terakhir pada anak. Rasa kagum yang ada pada anak sangat berbeda pada rasa kagum orang dewas. Rasa kagum pada anak- anak ini belum bersifat kritis dan kreatif, sehingga mereka hanya kagum terhadap keindahan lahiriyah saja. Menurut Piaget dalam Suyanto (2005: 53) Perkembangan agama dengan pendekatan moral kognitif : Perkembangan kognitif merupakan dasar bagi perkembangan moral, teori perkembangan kognitif secara general melalui tiga tahap. Ketiga tahap perkembangan kognitif tersebut adalah: Pertama, tahap pra-operasional (2-7 tahun). Pada tahap ini anak belum mampu berfikir secara logis dan abstrak. Kedua, tahap operasional (7-11 tahun). Pada tahap ini, anak- anak mulai menggunakan klasifikasi dan logika yang operasional. Ketiga, tahap operasional formal (setelah usia 11 tahun). Pada tahap ketiga, anak mulai mengembangkan mental dan berfikir secara abstrak dan konseptual. Pada tahap inilah anak- anak mampu membedakan yang benar dan yang salah serta membuat keputusan sendiri, sehingga perkembangan agamanya dapat diketahui dengan mudah. Namun kepentingan kita disini melihat perkembangan agama pada anak usia dini. Penanaman Nilai- Nilai Agama..., Ika Wahyuni Wulandari, Fakultas Agama Islam UMP, 2015 Menurut Harms dalam Suyanto (2005: 58), ada tiga tahapan tentang pemikiran atau perkembangan pada anak. Tiga tahap tersebut adalah sebagai berikut. a. Tahap firatel (usia 3-6 tahun). Pada tahap ini anak merepresentasikan keadaan Tuhan yang menyerupai raksasa, hantu, malaikat bersayap, dan lain sebagainya. b. Tahap realistis (7- 12 tahun). Pada tahap ini, anak cenderung mengonkritkan beragama. Tuhan dan malaikat dipersepsikan sebagai penampakan yang nyata. Mereka bagikan “manusia” yang luar biasa dan berpengaruh bagi kehidupan dibumi. c. Tahap individualistik (13-18 tahun). Tahap ini ditandai dengan adanya tiga kategori, yaitu ide beragama kolot, mistis, dan simbol. Pada tahap ini, anak sudah mulai menentukan pilihan terhaadap model agama tertentu. Menurut Megawangi, dalam Siti Aisyah dkk. (2007: 36-42) anakanak akan menjadi tumbuh yang berkarakter apabila mereka berada di lingkungan yang berkarakter pula. Usaha mengembangkan anak-anak agar menjadi pribadi-pribadi yang bermoral atau berkarakter baik merupakan tanggung jawab keluarga, sekolah dan seluruh komponen masyarakat. Usaha tersebut harus dilakukan secara terencana, terfokus dan komperhensif. Pengembangan nilai-nilai agama dan moral anak usia dini melalui pengembangan pembiasaan berprilaku dalam keluarga dan sekolah. Penanaman Nilai- Nilai Agama..., Ika Wahyuni Wulandari, Fakultas Agama Islam UMP, 2015 a. Pengembangan berprilaku yang baik dimulai dari dalam keluarga Keluarga merupakan lingkungan pertama dan utama bagi perkembangan anak. Keluarga merupakan lingkungan pendidikan pertama dan paling efektif untuk melatih berbagi kebiasaan yang baik pada anak ada 10 hal penting yang harus diperhatikan yaitu: 1. Moralitas penghormatan Hormat merupakan kunci utama untuk dapat hidup harmonis dengan masyarakat. Moralitas penghormatan mencakup: a) Penghormatan kepada diri sendiri untuk mencegah agar diri sendiri tidak terlibat dalam prilaku yang merugikan diri sendiri. b) Penghormatan kepada sesama manusia meskipun berbeda suku, agama, kemampuan ekonomi dan seterusnya. c) Penghormatan kepada lingkungan fisik yang merupakan ciptaan Tuhan. 2. Perkembangan moralitas kehormatan berjalan secara bertahap Anak-anak tidak bisa langsung berkembang menjadi manusia bermoral, tetapi memerlukan waktu dan proses terus menerus dan memerlukan kesabaran orangtua untuk melakukan pendidikan tersebut. 3. Mengajarkan prinsip menghormati Anak-anak akan belajar menghormati orang lain jika dirinya merasa bahwa pihak lain menghormatinya. Oleh karena itu orang tua hendaknya menghormati anaknya. Penghormatan orang tua Penanaman Nilai- Nilai Agama..., Ika Wahyuni Wulandari, Fakultas Agama Islam UMP, 2015 kepada anak dapat dilakukan misalnya menghargai pendapat anak, menjelaskan kenapa suatu aturan dibuat untuk anak. 4. Mengajarkan dengan contoh Pembentukan prilaku pada anak mudah dilakukan melalui contoh. Oleh karena itu contoh nyata dari orang tua bagaimana seharusnya anak berprilaku harus diberikan. Selain itu, orang tua juga bisa membacakan buku- buku yang didalamnya terdapat pesanpesan moral. Orang tua hendaknya mengontrol acara-acara televisi yang sering ditonton anaknya, jangan sampai acara yang disukai anak adalah acara yang berpengaruh buruk pada perkembangan moralnya. 5. Mengajarkan dengan kata-kata Selain mengajar dengan contoh, orang tua hendaknya menjelaskan dengan kata-kata apa yang ia contohkan. Misalnya anak dijelaskan mengapa berdusta dikatakan sebagai tindakan yang buruk, karena orang lain tidak akan percaya kepadanya. 6. Mendorong anak untuk merefleksikan tindakannya Ketika anak telah melakukan tindakan yang salah, misalnya merebut mainan adiknya sehingga adiknya menangis, anak disuruh untuk berfikir jika ada anak lain merebut mainnanya, apa reaksinya. 7. Mengajarkan anak untuk mengemban tanggung jawab Penanaman Nilai- Nilai Agama..., Ika Wahyuni Wulandari, Fakultas Agama Islam UMP, 2015 Anak-anak di didik untuk menjadi pribadi yang altruistik, yaitu peduli pada sesamanya. Untuk itu sejak dini anak harus dilatih elalui pemberian tanggung jawab. 8. Mengajarkan keseimbangan antara kebebasan dan kontrol Keseimbangan antara kebebasan dan kontrol diperlukan perkembangan moral anak. Anak diberi pilihan untuk menentukan apa yang akan dilakukaknnya namun aturan-aturan yang berlaku harus ditaati. 9. Cintailah anak, karena cinta merupakan dasar pembentukan moral Perhatian dan cinta orang tua kepada anak merupakan kontribusi penting dalam pembentukan karakter yang baik pada anak. Jika anak-anak diperhatikan dan disayangi maka mereka juga belajar memperhatikan dan menyayangi orang lain. 10. Menciptakan keluarga bahagia Pendidikan moral pada anak tidak menjadi konteks keluarga. Usaha menjadikan anak menjadi pribadi yang bermoral akan lebih mudah jika anak mendapatkan pendidikan dari lingkungan keluarga yang bahagia. Untuk itu usaha mewujudkan keluarga yang bahagia merupakan syarat yang harus dipenuhi oleh orang tua sehubungan dengan perkembangan moral anaknya. b. Pengembangan kebiasaan berprilaku yang baik disekolah Bahwa lingkungan sekolah berperan dalam pengembangan moral anak usia dini. Pendidikan moral pada lembaga pendidikan Penanaman Nilai- Nilai Agama..., Ika Wahyuni Wulandari, Fakultas Agama Islam UMP, 2015 formal dimulai ketika anak-anak mengikuti pendidikan pada taman kanak-kanak. Pengalaman yang diperoleh anak-anak dari taman kanakkanak emberikan pengaruh positif pada perkembangan anak selanjutnya. Di lembaga pendidikan formal anak usia din, peran pendidikan dalam pengembangan moral anak sangat penting. Oleh karena itu harus memperhatikan beberapa hal, yaitu sebagai berikut: 1. Memperlakukan anak didik dengan kasih sayang, adil dan penghormatan. 2. Memberikan perhatian khusus secara individual agar pendidikan dengan mengenal secara baik anak didiknya. 3. Menjadikan dirinya sebagai contoh atau tokoh panutan. 3. Metode Penanaman Nilai- nilai Agama dan Moral a. Pengertian Metode Penanaman Nilai- nilai Agama dan Moral Dalam kamus Bahasa Indonesia, metode adalah cara literatur yang digunakan untuk melaksanakan seuatu pekerjaan agar tercapai suatu yang dikehendaki. Menurut Syahidun (2009:75) metode merupakan salah satu komponen pendidikan yang cukup penting untuk diperhatikan penyampaian materi dalam penanaman nilai-nilai pendidikan yang sering gagal karena metode yang digunakan kurang tepat. Menurut Darajat (2011: 1), metode berarti suatu cara kerja yang sistematik dan umum seperti cara kerja ilmu pengetahuan. Sedangkan Penanaman Nilai- Nilai Agama..., Ika Wahyuni Wulandari, Fakultas Agama Islam UMP, 2015 metode agama Islam yaitu suatu cara menyampaikan bahan pelajaran agama Islam. Menurut Abdul Mujib (2008: 165), metode adalah proses dan hasil belajar mengajar ajaran Islam lebih berdaya guna dam berhasil menimbulkan kesadaran peserta didik untuk mengamalkan ketentuan ajaran agama Islam melalui teknik motivasi yang menimbulkan gairah belajar peserta didik secara mantap. Menurut Riyanto, (2002:32) metode pembelajaran adalah seperangkat komponen yang telah dikombinasikan secara optimal untuk kualitas pembelajaran. Dari beberapa pendapat di atas penulis mengambil kesimpulan bahwa pengertian metode pembelajaran adalah suatu cara atau upaya yang dilakukan pendidik agar proses belajar mengajar pada peserta didik tercapai sesuai dengan tujuan atau mendapatkan hasil yang optimal. b. Macam- Macam Metode Penanaman Nilai- nilai Agama dan Moral Menurut Moeslichatun, (2004:24) membagi metode penanaman nilai- nilai agama dan moral menjadi 5 yaitu: 1. Bermain Pendekatan penerapan metode bermain merupakan bermacam bentuk kegiatan yang memberikan kepuasan pada diri anak yang bersifat nonserius, lentur dan bahan mainan terkandung dalam kegiatan dan yang secara imajinatif ditranformasi sepadan dengan Penanaman Nilai- Nilai Agama..., Ika Wahyuni Wulandari, Fakultas Agama Islam UMP, 2015 dunia orang dewasa. Bermain mempunyai makna penting bagi pertumbuhan anak, oleh karena begitu besar nilai bermain dalam kehidupan anak, maka pemanfaatan kegiatan bermain dalam pelaksanaan program kegiatan anak TK merupakan syarat mutlak yang sama sekali tidak bisa diabaikan. Bagi anak TK belajar adalah bermain dan bermain sambil belajar. 2. Karyawisata Karyawisata merupakan salah satu metode di TK untuk memperoleh informasi, kesempatan atau mengkaji untuk segala mengobservasi, sesuatu memperoleh secara langsung. Berkaryawisata mempunyai makna penting bagi perkembangan anak karena dapat membangkitkan minat anak kepada sesuatu hal, memperoleh perluasan informasi. Juga memperkaya lingkup program kegiatan belajar anak TK yang tidak mungkin dihindarkan dikelas; seperti melihat bermacam hewan, mengamati proses pertumbuhan, tempat- tempat khusus dan pengelolaannya, bermacam kegiatan transportasi, lembaga sosial dan budaya. Jadi dari karyawisata anak dapat belajar dari pengalaman sendiri, dan sekaligus anak dapat melakukan generalisasi berdasarkan sudut pandang mereka. 3. Bercakap- cakap Dalam metode ini bercakap- cakap mempunyai makna penting bagi perkembangan anak taman kanak- kanak karena Penanaman Nilai- Nilai Agama..., Ika Wahyuni Wulandari, Fakultas Agama Islam UMP, 2015 bercakap- cakap dapat meningkatkan ketrampilan berkomunikasi dengan orang lain, meningkatkan keterampilan dalam melakukan kegiatan bersama. Juga meningkatkan keterampilan menyatakan perasaan, serta menyatakan gagasan atau pendapat secara verbal. Oleh karena itu, penggunaan metode bercakap- cakap bagi anak TK terutama akan membantu perkembangan dimensi sosial, emosional dan kognitif, dan terutama bahasa. 4. Bercerita Bercerita dapat menjadi media untuk menyampaikan nilainilai agama dan nilai moral yang berlaku dimasyarakat. Seorang pendongeng yang baik akan menjadikan cerita sebagai sesuatu yang menarik dan hidup, keterlibatan anak terhadap dongeng yang diceritakan akan memberikan suasana yang segar, menarik dan menjadi pengalaman yang unik bagi pendengar. Ada bermacam teknik mendongeng antara lain: membaca langsung dari buku cerita, menggunakan ilustrasi suatu buku sambil meneruskan cerita, menceritakan dongeng, bercerita dengan menggunakan boneka, bercerita dengan menggunakan permainan peran, bercerita dari majalah gambar, bercerita melalui rekaman audio. 5. Demonstrasi Metode demonstrasi berarti menunjukan, mengerjakan, dan menjelaskan. Jadi dalam demonstrasi kita menunjukan dan Penanaman Nilai- Nilai Agama..., Ika Wahyuni Wulandari, Fakultas Agama Islam UMP, 2015 menjelaskan cara- cara mengerjakan sesuatu. Melalui demonstrasi diharapkan anak dapat mengenal langkah- langkah pelaksanaan. Menurut Ulwan, (2007:142) metode alternative yang lebih efektif dengan penerapan dasar-dasar pendidikan yang berpengaruh dalam mempersiapkan anak secara mental, spirituak dan etos sosial sehingga anak mencapai kematangan yang sempurna memeiliki wawasan yang luas diantaranya: 1. Keteladanan Salah satu metode pendidikan yang dianggap besar pengaruhnya terhadap keberhasilan proses belajar mengajar adalah metode pendidikan dengan keteladanan. Yang dimaksud dalam metode keteladanan disini adalah metode pendidikan dengan cara memberi contoh perbuatan yang baik kepada peserta didik baik ucapan maupun perbuatan. 2. Pembiasaan Pembiasaan dalam pendidikan anak sangat penting, terutama dalam pembentukan kepribadian akhlak dan agama pada umumnya. Karena pembiasaan-pembiasaan agama itu akan memasukan unsur- unsur positif dalam pribadi anak yang sedang tumbuh. Semakin banyak pengalaman agama yang didapatnya dari pembiasaan itu akan semakin mudahlah ia memahami ajaran agama kedepannya. Penanaman Nilai- Nilai Agama..., Ika Wahyuni Wulandari, Fakultas Agama Islam UMP, 2015 3. Nasehat Nasehat merupakan sajian gambaran tentang kebenaran dan kebijakan, dengan maksud mengajak orang yang dinasehati untuk menjauhkan diri dari bahaya dan membimbingnya kejalan yang bahagia. 4. Bercerita Dalam pendidikan Islam, dampak edukatif kiasah sulit digantikan oleh bentuk-bentuk lainnya. Pada dasarnya kisah-kisah Al-Quran membiasakan dampak psikologis dan edukatif yang baik dan cenderung mendalam sampai kapnpun. Pendidikan kisah-kisah tersebut mengiringi anak kedalam kehangatan perasaan, kehidupan dan kedinamisan jiwa yang mendorong manusia untuk mengubah prilaku dan memperbaharui tekadnya selaras dengan tuntutan, pengarahan, penyimpulan dan pelajaran yang dapat diambil dari kisah-kiasah tersebut. 5. Aspek- aspek penanaman nilai- nilai Agama dan Moral Aspek nilai-nilai agama dan moral pada intinya dapat dibedakan menjadi 3 jenis, yaitu nilai-nilai aqidah, nilai-nilai ibadah dan nilai-nilai akhlak. (Toto Suryana, dkk; 1996: 148-150) a. Nilai-nilai akidah mengajarkan manusia untuk percaya akan adanya Allah Yang Maha Esa dan Maha Kuasa sebagai sang pencipta alam semesta, yang akan senantiasa mengawasi dan memperhitungkan segala Penanaman Nilai- Nilai Agama..., Ika Wahyuni Wulandari, Fakultas Agama Islam UMP, 2015 perbuatan manusia di dunia. Dengan merasa sepenh hati bahwa Allah itu ada dan Maha Kuasa, maka manusia akan lebih taat untuk menjalankan segala sesuatu yang telah diperintahkan oleh Allah dan takut untuk berbuat dzalim atau kerusakan di muka bumi ini. b. Nilai-nilai ibadah mengajarkan pada manuasia agar dalam setiap pertbuatannya senantiasa dilandasi hati yang ikhlas guna mencapai ridho Allah. Pengamalan konsep nilai-nilai ibadah akan melahirkan manusia-manusia yang adil, jujur dan suka membantu sesamanya. c. Nilai-nilai akhlak mengajarkan kepada manusia untuk bersikap dan berprilaku yang baik sesuai norma atau adab yang benar dan baik, sehingga akan membawa kepada kehidupan manusia yang tentram, damai, harmonis dan seimbang. Dengan demikian jelas bahwa manusia pada kebahagiaan, kesejahteraan dan keselamatan manusia baik dalam kehidupan didunia maupun kehidupan di akhirat. Mulyasa, (2011:5) Aspek nilai-nilai agama dan moral dalam permendiknas nomer 58 tahun 2009 tentang standar pendidikan anak usia dini, dikemukakan bahwa PAUD diselenggarakan sebelum jenjang pendidikan dasar, melalui jalur pendidikan formal, non formal dan informal. Pada jalur pendidikan formal berbentuk taman kanak-kanak, raudatul athfal dan bentuk lain yang sederahat; pada jalur nonformal bentuk kelompok bermain, taman penitipan anak dan bentuk lain yang sederajat; sedangkan pada jalur informal berbentuk pendidikan keluarga dan pendidikan yang diselenggarakan oleh lingkungan. Penanaman Nilai- Nilai Agama..., Ika Wahyuni Wulandari, Fakultas Agama Islam UMP, 2015 Standar tingkat pencapaian perkembangan nilai-nilai agama dan moral kelompok usia 2-6 tahun sebagai berikut: Tingkat Pencapaian Lingkup Perkembangan Nilai Agama dan Perkembangan Moral >2-3 Tahun Pada umur ini anak mampu bersenandung lagu keagamaan, mengikuti bacaan doa/ berdoa sebelum dan sesudah melakukan kegiatan serta menirukan sikap berdoa, meniru gerakan beribadah, mendengarkan cerita sederhana tentang kebesaran tuhan, mengenal benda nama-nama Tuhan, mainannya,mengucapkan merawat salam, terima kasih, maaf dan kata-kata santun >3-4 tahun Pada umur ini anak sudah bisa mengikuti nyanyian lagu keagamaan, mengikuti bacaan doa dengan lengkap sebelum melakukan kegiatan dan menirukan sikap berdoa, menirukan gerakan beribadah dengan tertib, menyayangi orang tua, guru, teman dan menyebutkan contoh ciptaan Tuhan secara sederhana. >4-5 Tahun Pada usia ini anak mampu menyanyikan lagu keagamaan, berdoa sebelum dan Penanaman Nilai- Nilai Agama..., Ika Wahyuni Wulandari, Fakultas Agama Islam UMP, 2015 sesudah melakukan kegiatan dengan sikap berdoa, dapat melakukan gerakan beribadah, membedakan ciptaan tuhan dengan buatan manusia, mengenal / memahami sifat-sifat tuhan dan selalu mengucapkan salam dan terima kasih setelah menerima sesuatu. >5-6 Tahun Anak pada usia ini mampu menyanyikan lagu keagamaan, selalu berdoa sebelum dan sesudah melakukan kegiatan yang dilakukan dengan sikap yang benar, dapat melakukan ibadah, membedakan ciptaan tuhan dengan buatan manusia, menyayangi semua ciptaan Tuhan dan menunjukkan perilaku memelihara ciptaan tuhan, menunjukkan perilaku atas dasar keyakinan adanya Tuhan. Dan menolong teman, orang dewasa, menghargai teman serta tidak memaksakan kehendak. Penanaman Nilai- Nilai Agama..., Ika Wahyuni Wulandari, Fakultas Agama Islam UMP, 2015 B. Anak Usia Dini 1. Pengertian Anak Usia Dini Anak usia dini menurut pakar pendidikan yaitu kelompok manusia yang berusia 0-6 tahun, sehingga anak usia dini adalah kelompok anak yang berada dalam proses pertumbuhan dan perkembangan yang bersifat unik, dalam arti memiliki pola pertumbuhan dan perkembangan (kordinasi motorik halus dan kasar), intelegensi (daya pikir, daya cipta, kecerdasan emosi dan kecerdasan spiritual), sosial emosional (sifat dan prilaku serta agama, bahasa dan komunikasi yang khusus sesuai dengan tingkat pertumbuhan dan perkembangan anak (Mansur, 2009: 87-88). Anak TK adalah anak yang sedang dalam tahap perkembangan pra operasional kongkrit, sedangkan nilai-nilai moral merupakan konsepkonsep yang abstrak, sehingga dalam hal ini anak belum dapat dengan serta merta menerima apa yang diajarkan guru atau orang tua yang sifatnya abstrak secara cepat. Untuk itulah guru atau pendidik di TK harus pandai dalam memilih dan menentukan metode yang akan digunakan untuk menanamkan nilai moral kepada anak agar pesan moral yang ingin disampaikan guru dapat benar-benar sampai dan dipahami oleh anak untuk bekal kehidupannya di masa depan. Pemahaman yang dimiliki guru atau pendidik akan mempengaruhi keberhasilan penanaman nilai moral secara optimal. Penanaman Nilai- Nilai Agama..., Ika Wahyuni Wulandari, Fakultas Agama Islam UMP, 2015 Anak- anak adalah generasi penerus bangsa, merekalah yang membangun bangsa Indonesia menjadi bangsa yang maju, yang tidak ketinggalan dengan bangsa- bangsa lain. Jadi dapat disimpulkan Anak Usia dini merupakan masa keemasan (golden age) yang hanya terjadi satu kali dalam perkembangan kehidupan manusia. Masa ini sekaligus merupakan masa yang kritis dalam perkembangan anak. Jika pada masa ini anak kurang mendapat perhatian dalam hal pendidikan, perawatan, pengasuhan dan layanan kesehatan serta kebutuhan gizinya dikhawatirkan anak tidak dapat tumbuh dan berkembang secara optimal. 2. Perkembangan Anak Usia Dini Menurut Suyadi (2010:65), mengemukakan beberapa aspek perkembangan anak usia dini, antara lain: a. Perkembangan fisik- motorik pada anak usia dini Perkembangan fisik motorik adalah perkembangan jasmaniah melalui kegiatan pusat saraf, urat saraf dan otot yang terkoordinasi. Gerak tersebut berasal dari perkembangan refleks dan kegiatan yang telah ada sejak lahir. Dengan demikian sebelum perkembangan gerak motorik ini mulai berproses, maka anak tetap akan tak berdaya. Perkembangan fisik- motorik terdiri atas dua jenis yaitu perkembangan gerak motorik kasar adalah gerak anggota badan secara kasar atau keras dan gerak motorik halus adalah meningkatnya pengkoordinasian gerak tubuh yang melibatkan otot dan syaraf yang jauh lebih kecil atau detail. Penanaman Nilai- Nilai Agama..., Ika Wahyuni Wulandari, Fakultas Agama Islam UMP, 2015 2) Perkembangan kognitif Perkembangan kognitif pada anak- anak bermula dari perhatian mereka terhadap lingkungan sekitarnya. Pada usia empat bulan anak mampu melakukan sesuatu agar apa yang diinginkannya terpenuhi, dalam perkembangan selanjutnya anak- anak akan mencari apa yang diinginkan secara mandiri. Kemudian pada usia 18 bulan, penalaran anak- anak sudah berkembang lebih tinggi ia sudah mampu mencari benda- benda yang sengaja disembunyikan diberbagai tempat yang tersembunyi. Pada usia antara 3 sampai dengan 4 tahun, anak- anak sudah mulai mampu melakukan manipulasi lingkungan dan senang mencoba hal- hal baru. Pada tahap perkembangan kognitif yang lebih tinggi, anak- anak mulai menaruh perhatian pada simbol- simbol disekitarnya tahap ini biasanya dilalui anak ketika usianya telah mencapai 5,5 hingga 6 tahun. 3) Perkembangan bahasa Anak- anak memperoleh kemampuan bahasa dengan cara yang sangat menakjubkan. Selama usia dini yaitu sejak lahir hingga usia 6 (enam) tahun, ia tidak pernah belajar bahasa, apalagi kosakata secara khusus. Akan tetapi pada akhirnya usia dininya rata- rata anak telah menyimpan lebih dari 14.000 kosa kata. Sungguh ini merupakan angka yang fantastis untuk ukuran anak usia dini. Pada perkembangan selanjutnya, anak mampu menambah kosakata secara mandiri dalam bentuk komunikasi yang baik. Penanaman Nilai- Nilai Agama..., Ika Wahyuni Wulandari, Fakultas Agama Islam UMP, 2015 4) Perkembangan sosial- emosional Perkembangan sosial adalah tingkat jalinan interaksi anak dengan orang lain, mulai dari orang tua, saudara, teman bermain hingga masyarakat secara luas. Sementara perkembangan emosional adalah luapan perasaan ketika anak berinteraksi dengan orang lain. Dengan demikian perkembangan sosial- emosional adalah kepekaan anak untuk memahami perasaan orang lain ketika berinteraksi dalam kehidupan sehari- hari. 5) Perkembangan nilai- nilai moral dan keagamaan Perkembangan nilai- nilai moral keagamaan pada anak lebih berupa doktrin teologis yang disampaikan orang tua kepada anaknya, orang tuanya terus menanamkan doktrin- doktrin agama sehingga muncul rasa beragama dalam dirinya, walaupun belum dipahami oleh anak karena tahap perkembangan anak belum sampai menerima doktrin agama. Anak usia dini merupakan masa peka dalam berbagai aspek perkembangan yaitu masa awal pengembangan kemampuan fisik motorik bahasa, sosial, emosional, serta kognitif. Menurut Piget dalam Slamet Suyanto (2003: 53-65), semua anak memiliki pola perkembangan kognitif yang sama yaitu melalui empat tahapan: a. Tahapan Sensori Motorik (0-2 tahun) Penanaman Nilai- Nilai Agama..., Ika Wahyuni Wulandari, Fakultas Agama Islam UMP, 2015 Anak mengembangkan kemampuannya untuk mengorganisasikan dan mengkoordinasikan dengan gerakan dan tindakan fisik. Anak lebih banyak menggunakan gerak reflek dan indranya untuk berinteraksi dengan lingkungannya. b. Pra Operational (2-7 tahun) Pada perkembangan pra operational, proses berfikir anak mulai lebih jelas dan menyimpulkan sebuah benda atau kejadian walaupun itu semua berada diluar pandangan, pendengaran atau jangkauan tangannya. 3) Konkret Operasional (7-11 tahun) Anak sudah dapat memecahkan persoalan- persoalan sederhana yang bersifat konkrit dan anak dapat memahami suatu pernyataan, mengklasifikasikan (warna) dan mengurutkan (angka). 4) Formal Operasional (11 tahun ke atas) Pikiran anak tidak lagi terbatas pada benda- benda dan kejadian arus atau terpengaruh orang lain, tetapi ia sendiri sudah mengembangkan suatu nilai atau moral yang ia gunakan untuk memecahkan berbagai persoalaan yang terkait dengan moral atau nilai. Menurut Rose dalam bukunya Wiwien Dinar Prasasti (2008:5-6), perkembangan manusia melalui 4 tahap : a. Masa bayi, sejak lahir sampai usia dua tahun. Pada masa ini, seorang bayi mengenali lingkungannya melalui indra. Bayi belum tahu tentang ide atau penalaran yang dapat mereka rasakan hanya kesenangan dan Penanaman Nilai- Nilai Agama..., Ika Wahyuni Wulandari, Fakultas Agama Islam UMP, 2015 rasa sakit. Namun demikian, bayi bersifat aktif, memiliki rasa ingin tahu yang besar, serta dapat belajar dengan cepat. Bayi akan berusaha merahi dan menyentuh semua benda yang ada disekitarnya. Dengan menyentuh benda- benda tersebut bayi itu belajar tentang rasa panas, dingin, keras, lembut, ataupun ciri- ciri objek lainnya. Bayi juga mulai belajar bahasa dan mengoreksi kesalahannya dalam berbahasa. b. Masa anak- anak, usia 2- 12 tahun. Masa ini ditandai oleh kemampuan untuk mandiri: mulai berjalan sendiri, makan sendiri, berbicara, serta berlari. Pada masa ini, anak mulai mengembangkan penalaran yang bersifat intuitif karena berhubungan langsung dengan gerakan tubuh dan indra. Misalnya, seorang gadis kecil yang berhasil melemparkan bola maka ia akan menunjukan pengetahuan intuitif tentang kecepatan dan jarak. c. Masa anak- anak usia 12- 15 tahun. Masa ini merupakan masa transisi dari masa anak- anak menuju masa dewasa. Selama periode ini, anak memperoleh kekuatan yang luar biasa. Mereka mampu mendorong kereta kecil atau bekerja seperti orang dewasa. Masa ini juga ditandai oleh perkembangan kognitif. contohnya mereka mulai mampu memecahkan masalah- masalah geometris dan sains. Kemampuan kognitif dapat dilatih melalui tugas- tugas yang konkrit dan bermanfaat. Misalnya bercocok tanam, belajar menjadi tukang kayu, atau membuat peta. Sampai dengan tahap ketiga ini secara alami anak masih bersifat pra- social artinya mereka hanya peduli pada hal- hal Penanaman Nilai- Nilai Agama..., Ika Wahyuni Wulandari, Fakultas Agama Islam UMP, 2015 yang berhubungan dengan dirinya sendiri dan belum memikirkan hubungan sosial. Mereka lebih tertarik untuk bekerja secara fisik dan belajar dari benda- benda yang ada dialam. Dunia buku dan lingkungan sosial merupakan hal- hal yang asing. d. Tahap dewasa, 25 tahun keatas. Tahap ini ditandai oleh pubertas dan kepedulian terhadap lingkungan sosial. Tanda- tanda lainya berupa perubahan hati yang sering tiba- tiba, mudah marah tanpa alasan yang jelas, mulai peduli terhadap lawan jenis dan orang lain, mulai merasakan kebutuhan seksual, serta mulai mampu memahami konsepkonsep abstrak dan mengembangkan minat pada sains dan moral. 3. Faktor- faktor yang Mempengaruhi Perkembangan Anak Usia Dini Menurut Hurlock dalam Suyadi (2013:55) keunikan perbedaan tumbuh kembang anak tersebut karena dipengaruhi oleh beberapa faktor, yakni: a. Faktor lingkungan sosial yang menyenangkan anak Hubungan anak dengan masyarakat yang menyenangkan terutama dengan anggota keluarga akan mendorong anak mengembangkan kecenderungan menjadi terbuka dan menjadi lebih berorientasi kepada orang lain karakteristik yang mengarah ke penyesuaian pribadi dan sosial yang lebih baik. b. Faktor Emosi Tidak adanya hubungan atau ikatan emosional akibat penolakan anggota keluarga atau perpisahan dengan orang tua, dapat menimbulkan Penanaman Nilai- Nilai Agama..., Ika Wahyuni Wulandari, Fakultas Agama Islam UMP, 2015 gangguan kepribadian pada anak. Sebaliknya pemuasan emosional mendorong perkembangan kepribadian anak semakin setabil. c. Faktor keluarga di masa kanak- kanak Anak yang tumbuh dan berkembang di tengah- tengah keluarga besar akan bersikap dan berprilaku otoriter. Demikian pula anak yang tumbuh dan berkembang ditengah keluarga yang cerai kemungkinan besar ia akan menjadi anak yang cemas, tidak mudah percaya, dan sedikit kaku. d. Faktor rangsangan lingkungan Lingkungan merupakan suatu pendorong tumbuh kembang anak, khususnya dalam hal kemampuan atau kecerdasan. Lingkungan yang merangsang dapat mendorong perkembangan fisik dan mental secara baik. e. Faktor penghambat anak usia dini antara lain: 1) Gizi buruk yang mengakibatkan energi dan tingkat kekuatan menjadi rendah. 2) Cacat tubuh yang mengganggu perkembangan anak. 3) Tidak adanya kesempatan untuk belajar apa yang diharapkan kelompok sosial dimana anak tersebut tinggal. 4) Tidak adanya bimbingan dalam belajar (PAUD) 5) Rendahnya motivasi dalam belajar 6) Rasa takut dan minder untuk berbeda dengan temannya dan tidak berhasil. Penanaman Nilai- Nilai Agama..., Ika Wahyuni Wulandari, Fakultas Agama Islam UMP, 2015 4. Pengasuhan Anak Usia Dini dalam Islam Menurut Mohamad Sohib (2010: 16) keterkaitan pola asuh orang tua dengan anak berdisiplin diri dimaksudkan sebagai upaya orang tua dalam “mengatakan dasar- dasar disiplin diri kepada anak untuk membantu mengembangkannya sehingga anak memiliki displin diri.pengasuhan dalam Islam secara umum dapat dipahami sebagai upaya untuk mempersiapkan generasi Islam dari aspek jasmani, akal dan rohani. Intensitas kebutuhan anak untuk mendapatkan bantuan dari orang tua bagi kepemilikan dan pengembangan dasar- dasar disiplin diri, menunjukan adanya kebutuhan internal yaitu: (1) Tingkat rendah, manakala anak masih membutuhkan banyak bantuan dari orang tua untuk memiliki dan mengembangkan dasar- dasar disiplin diri (berdasarkan naluri). (2) Tingkat menengah, manakala anak kadang- kadang masih membutuhkan bantuan dari orang tua untuk meiliki dan mengembangkan dasar- dasar disiplin diri (berdasarkan nalar). (3) Tingkat tinggi, manakala anak sedikit sekali atau tidak lagi memerlukan bantuan serta kontrol orang tua untuk memiliki dan mengembangkan dasar- dasar disiplin diri (berdasarkan kata hati). Sebagai orang tua perlu memberikan bimbingan kepada anaknya agar mampu menyelesaikan masalah yang dihadapi. Ada beberapa hal yang perlu dilakukan oleh orang tua yakni: a. Membantu anak-anak memahami posisi dan peranannya masingmasing sesuai dengan jenis kelaminnya, agar mampu saling Penanaman Nilai- Nilai Agama..., Ika Wahyuni Wulandari, Fakultas Agama Islam UMP, 2015 menghormati dan tolong menolong dalam melaksanakan perbuatan yang baik dan di ridhai Allah. b. Membantu anak- anak mengenal dan memahami nilai- nilai yang mengatur kehidupan berkeluarga, bertetangga bermasyarakat dan mampu melaksanakannya untuk memperoleh ridha Allah. c. Mendorong anak- anak untuk mencari ilmu dunia dan ilmu agama, agar mampu merealisasikan dirinya sebagai individu dan sebagai anggota masyarakat yang beriman. d. Membantu anak- anak untuk memasuki kehidupan bermasyarakat setahap demi tahap melepaskan diri dari ketergantungan kepada orang tua dan orang dewasa lainnya, serta mampu bertanggung jawab sendiri atas sikap dan prilakunya. e. Memnatu dan memberi kesempatan serta mendorong anak- anak mengerjakan sendiri dan berpartisipasi dalam melaksanakan kegiatan keagamaan, didalam keluarga dan masyarakat, untuk memperoleh pengalaman sendiri secara langsung sebagai upaya peningkatan iman. 5. Manfaat Cara Mendidik Anak Usia Dini Manfaat dari cara mendidik anak usia dini antara lain: a. Membantu mengarahkan potensi yang dimiliki anak dalam masa tumbuh kembangnya sehingga mereka lebih mampu untuk bereksplorasi dengan sendirinya. b. Membantu anak untuk mengasah kemampuan fisiknya agar mampu menjaga keseimbangan pertumbuhannya. Penanaman Nilai- Nilai Agama..., Ika Wahyuni Wulandari, Fakultas Agama Islam UMP, 2015 c. Membantu anak dalam mengasah pikiran dan nalarnya sesuai dengan kemampuan yang dimiliki. Anak yang cerdas tumbuh dari ketekunan dan pengaruh lingkungan yang positif. C. Penelitian Terdahulu Peneliti menggunakan 2 skripsi sebagai pembanding: Skripsi pertama oleh Rofingah dengan judul Bentuk- Bentuk Penanaman Nilai- nilai Moral di SLTP Negeri 1 Kemranjen Banyumas Tahun Pelajaran 2003/2004, Program Studi Pendidikan Pancasila dan Kewarganaegaraan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Purwokerto. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui bentuk- bentuk penanaman nilai- nilai moral di SLTP Negeri 1 Kemranjen Banyumas, mengetahui hasil dari penanaman nilai moral dan kendalanya. Persamaan dengan peneliti sama- sama meneliti tentang nilai moral dan menggunakan jenis penelitian yang sama deskriptif kualitatif, sedang perbedaanya adalah peneliti terdahulu hanya meneliti tentang bentukbentuk nilai moralnya sedangkan pada penelitian ini meneliti tentang cara penanaman nilai- nilai agama dan moral pada anak usia dini. Skripsi kedua oleh Marlina Rahayu dengan judul peranan pembelajaran pendidikan kewarganegaraan dalam menanamkan nilai dan moral pada siswa anak berkebutuhan khusus (studi deskriptif analisis di SMP Putra Harapan Purwokerto), Program Studi Pendidikan Kewarganegaraan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Purwokerto Tahun 2012. Tujuan dari penelitian ini adalah Penanaman Nilai- Nilai Agama..., Ika Wahyuni Wulandari, Fakultas Agama Islam UMP, 2015 untuk mengetahui peranan pembelajaran pendidikan kewarganegaraan dalam menanamkan nilai dan moral siswa anak berkebutuhan khusus. Persamaan dengan penelitian ini adalah sama- sama meneliti tentang penanaman nilai dan moral dan menggunakan jenis penelitian yang sama yaitu deskriptif kualitatif, sedang perbedaannya adalah jika peneliti terdahulu variabelnya tentang peran pembelajaran pendidikan kewarganegaraan dalam menanamkan nilai dan moral pada siswa anak berkebutuhan khusus sedangkan pada penelitian ini meneliti tentang cara penanaman nilai- nilai agama dan moral pada anak usia dini. Penanaman Nilai- Nilai Agama..., Ika Wahyuni Wulandari, Fakultas Agama Islam UMP, 2015