Document

advertisement
K-13 DAN PEMBENTUKAN KARAKTER PESERTA DIDIK
Hasbi Ali, S.Pd, M.Si
Prodi PPKn FKIP Unsyiah
[email protected]
ABSTRAK
Kata Kunci: K-13, Karakter Peserta Didik
Perubahan kurikulum tidak terlepas dari kajian situasi dan kondisi yang
melatarbelakanginya, demikan juga dengan kelahiran K-13. Akhir- akhir ini
dalam masyarakat kita sering terjadinya pergesekan antar kelompok yang hanya
dipicu oleh hal- hal kecil, baik di kalangan masyarakat umum maupun kaum
terpelajar seperti konflik antar kampung dan tawuran di kalangan pelajar dan
mahasiswa. Banyak kalangan menghkawatirkan apabila situasi dan kondisi seperti
ini terus berlanjut, maka bukan tidak mungkin kejayaan bangsa ini akan
mengalami degradasi yang dapat mengancam persatuan dan kesatuan bangsa.
Salah satu karakteristik utama K-13 dalam kaitannya dengan pembentukan
karakter peserta didik adalah adanya KI-1 dan KI-2. KI-1 dirumuskan dalam
upaya membentuk rasa syukur peserta didik kepada Tuhan YME sebagai sang
pencipta, sementara itu KI-2 lebih pada penghayatan peserta didik terhadap
perbedaan- perbedaan sosial dalam masyarakat. Oleh karena itu, para pendidik
diharapkan dapat mengintegrasikan kedua KI ini dalam setiap proses
pembelajaran secara lintas bidang ilmu. Pengintegrasian nilai- nilai karakter
bangsa dalam proses pembelajaran sebagai upaya dalam rangka mereduksi
pengaruh global yang dapat merusak karakter peserta didik seiring dengan arus
modernisasi dewasa ini.
Karakter peserta didik yang ingin dibentuk dari K-13 adalah karakter
religius dan sosial. Untuk membentuk karakter ini pendidik harus menerapkan
model- model pembelajaran kooperatif, sehingga anak dapat bekerjasama dan
saling menghargai antara satu dengan lainnya. Disamping itu, K-13 juga
membentuk karakter kedisiplinan, kerja keras, dan saling menghargai yang pada
akhir- akhir ini telah mengalami degradasi. Pembelajaran agama, budi pekerti, dan
PPKn tidak mampu secara maksimal membentuk karakter peserta didik.
Eksistensi K-13 pembentukan karakter peserta didik ini menjadi tanggungjawab
setiap pendidik, sehingga diharapkan mereka dapat mengintegrasikannya dalam
setiap proses pembelajaran baik di dalam kelas maupun di luar kelas melalui
ekstrakurikuler.
1
A. Pendahuluan
Pendidikan merupakan hak setiap warganegara yang dilaksanakan oleh
pemerintah sebagaimana diamanatkan dalam pasal 31 Undang Undang Dasar Negara
Republik Indonesia Tahun 1945. Pendidikan merupakan upaya mengembangkan potensi
peserta didik untuk menghasilkan manusia yang berkualitas, mencakup pengetahuan dan
moral yang dibentuk dan dilandasi oleh nilai-nilai karakter bangsa. Pendidikan tidak
sekedar mentransfer pengetahuan kepada peserta didik, melainkan menciptakan situasi,
mengarahkan, mendorong dan membimbing aktivitas belajar peserta didik ke arah
perkembangan optimal.
Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk
watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan
bangsa, bertujuan untuk mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia
yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat,
berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta
bertanggungjawab sebagaimana dimanatkan oleh pasal 3 Undang Undang Nomor 20
Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional.
Dalam hal ini, pendidikan karakter diposisikan sebagai landasan untuk
mewujudkan visi pembangunan nasional, yaitu mewujudkan masyarakat yang berakhlak
mulia, bermoral, beretika, berbudaya, dan beradab berdasarkan falsafah negara Pancasila.
Disamping itu, berbagai permasalahan yang dihadapi bangsa dewasa ini menjadi motivasi
bagi pemerintah untuk menjadikan pendidikan karakter sebagai prioritas pembangunan
bangsa sebagaimana diamanatkan oleh presiden Republik Indonesia ke-7 bapak Jokowi.
Upaya pendidikan karakter bangsa ini menjadi tanggungjawab semua komponen bangsa,
terutama para pendidikan sebagai garda terdepan dalam pembentukan karakter peserta
didik.
Pendidikan karakter merupakan tanggungjawab antara keluarga, sekolah, dan
masyarakat yang dilaksanakan secara simultan, terintegrasi, dan berkesinambungan.
Pembentukan karakter pesert didik di sekolah dapat dilakukan melalui baik intrakurikuler
maupun ekstrakurikuler, sehingga diharapkan dapat menjawab berbagai permasalahan
yang dihadapi bangsa ini. Bangsa Indonesia tidak alergi dengan modernisasi melalui
transformasi berbagai budaya global dewasa ini, akan tetapi perlu menyikapinya secara
bijak dengan standar karakter bangsa.
2
Namun demikian, upaya pembentukan karakter peserta didik ini tidak sematamata menjadi tanggungjawab para pendidik di sekolah, akan tetapi yang lebih diutamakan
adalah pendidikan dalam keluarga sebagai tempat pertama dan utama anak mengenal
dunia di sekitanya. Oleh karena itu, keluarga, sekolah, dan masyarakat harus
mengutamakan proses pembiasaan dan keteladanan dalam rangka pembentukan karakter
peserta didik ini seperti karakter religius, jujur, toleran, kerja keras, cinta damai,
tanggungjawab, dan lain sebagainya. Akan tetapi perlu disadari bahwa dalam rangka
upaya mengintegrasikan nilai- nilai karakter dalam pendidikan, maka sekolah menjadi
ruang utama pembentukan karakter peserta didik. Oleh karena itu, sekolah harus
mengembangkan budaya pendidikan karakter dalam proses pembelajarannya sebagai
budaya sekolah.
B. Pembahasan
1. K-13.
Perubahan suatu kurikulum pendidikan tidak terlepas dari hasil analisis
situasi dan kondisi yang ada dalam masyarakat, sehingga kurikulum harus
disesuaikan dengan kebutuhan masyarakat kekinian. Demikian halnya dengan
eksistensi K-13 yang dilatarbelakangi oleh situasi dan kondisi dalam masyarakat
seperti perkembangan teknologi yang semakin pesat, globalisasi di berbagai
bidang kehidupan masyarakat, degradasi moral dan nasionalisme. Kondisi ini
menjadi fokus perhatian pemerintah agar muatan karakter menjadi substansi
utama K-13.
K-13 mencakup ke tiga ranah pengetahuan seperti yang dikemukakan
Binjamin Bloom, akan tetapi lebih menekankan pada aspek afektif dan
psikomotornya. Kurikulum 2013 telah mencoba merespons terhadap peningkatan
perkembangan jaman, karena dengan penekanan pada domain ketrampilan (skill)
dan Karakter (afektif) secara terencana membentuk dan menyiapkan peserta didik
menjadi orang yang tidak hanya mampu dalan aspek teoritis semata, lebih dari itu
mereka juga mampu dalam hal ketrampilan yang dibutuhkan di kala dewasa dan
karakter positif sesuai dengan norma agama, bangsa dan masyarakat.
Oleh karena itu, guru harus selalu meningkatkan kompetensinya dalam
penerapan K-13. Dari kompetensi yang dimiliki guru tersebut, sehingga mampu
3
membawa peserta didik menjadi sosok yang bukan hanya pintar dalam menghafal,
namun lebih meningkat lagi menjadi seorang yang mampu memaparkan alasan
dan dalil tentang yang dihafalkan dan diketahuinya.
2. Pendidikan Karakter
Pembentukan karakter peserta didik merupakan suatu keniscayaan yang
tidak bisa dihindari lagi dalalm rangka mencapai tujuan pendidikan nasional dan
mendukung pencapaian cita daan tujuan nasional Indonesia sebagaimana
termaaktub dalam Pembukaan Undang Undang Dasar Republik Indonesia Tahun
1945. Hal ini sebagaimana diamanatkan bahwa: Pembangunan karakter yang
merupakan upaya perwujudan amanat Pancasila dan Pembukaan UUD 1945
dilatarbelakangi oleh realita permasalahan kebangsaan yang berkembang saat ini,
seperti: disorientasi dan belum dihayatinya nilai-nilai Pancasila, keterbatasan
perangkat kebijakan terpadu dalam mewujudkan nilai-nilai Pancasila, bergesernya
nilai etika dalam kehidupan berbangsa dan bernegara, memudarnya kesadaran
terhadap nilai-nilai budaya bangsa, ancaman disintegrasi bangsa, dan melemahnya
kemandirian bangsa (Buku Induk Kebijakan Nasional Pembangunan Karakter
Bangsa 2010-2025).
Terkait dengan upaya mewujudkan pendidikan karakter sebagaimana yang
diamanatkan dalam Rencana Pembangunan jangka Panjang Nasional (RPJPN),
sesungguhnya pembenntukan karakter peserta didik ini sudah tertuang dalam
fungsi dan tujuan pendidikan nasional, yaitu: Pendidikan nasional berfungsi
mengembangkan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat
dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya
potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada
Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri,
dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab (Undang
Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan
Nasional).
Pendidikan
karakter
bertujuan
mengembangkan
nilai-nilai
yang
membentuk karakter bangsa yaitu Pancasila, meliputi: (1) Mengembangkan
4
potensi peserta didik agar menjadi manusia berhati baik, berpikiran baik, dan
berprilaku baik, (2) Membangun bangsa yang berkarakter Pancasila, dan (3)
Mengembangkan potensi warganegara agar memiliki sikap percaya diri, bangga
pada bangsa dan negaranya serta mencintai umat manusia (Buku Induk Kebijakan
Nasional Pembangunan Karakter Bangsa 2010-2025).
Pendidikan karakter berfungsi (1) Membangun kehidupan kebangsaan
yang multikultural, (2) Membangun peradaban bangsa yang cerdas, berbudaya
luhur, dan mampu berkontribusi terhadap pengembangan kehidupan ummat
manusia; mengembangkan potensi dasar agar berhati baik, berpikiran baik, dan
berperilaku baik serta keteladanan baik, dan (3) Membangun sikap warganegara
yang cinta damai, kreatif, mandiri, dan mampu hidup berdampingan dengan
bangsa lain dalam suatu harmoni (Buku Induk Kebijakan Nasional Pembangunan
Karakter Bangsa 2010-2025).
Pendidikan karakter dilakukan melalui berbagai media yaitu keluarga,
satuan pendidikan, masyarakat, pemerintah, dunia usaha, dan media massa.
Satuan pendidikan sebenarnya selama ini
sudah mengembangkan dan
melaksanakan nilai-nilai pembentuk karakter melalui program operasional satuan
pendidikan masing-masing. Hal ini merupakan prakondisi pendidikan karakter
pada satuan pendidikan yang untuk selanjutnya diperkuat dengan 18 nilai karakter
hasil kajian empirik Pusat Kurikulum Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.
Nilai prakondisi yang dimaksud seperti: keagamaan, gotong royong, kebersihan,
kedisiplinan, kebersamaan, peduli lingkungan, kerja keras, dan sebagainya.
3. Pembentukan Karakter Peserta Didik melalui K-13
Kurikulum merupakan acuan penting bagi setiap guru agar dapat
menyampaikan materi pelajaran dengan baik sesuai dengan tujuan yang
diinginkan. Sebagai rencana pembelajaran yang mengatur tujuan, isi, dan materi
ajar suatu kurikulum hendaknya memuat unsur pengembangan kecerdasan
intelektual, akhlak mulia, dan keterampilan. Dalam hal ini, salah satu karakteristik
dari K-3 adalah pembentukan karakter peserta didik sebagaimana harapan dari KI1 dan KI-2.
5
Karakter dimaknai sebagai nilai- nilai yang khas-baik (tahu nilai kebaikan,
mau berbuat baik, nyata berkehidupan baik, dan berdampak baik terhadap
lingkungan) yang terpatri dalam diri dan terwejantahkan dalam perilaku (Buku
Induk Kebijakan Nasional Pembangunan Karakter Bangsa 2010-2025). Karakter
terbentuk dari pengetahuan seseorang, sehingga dapat berperilaku sesuai dengan
pengetahuannya tersebut. Selanjutnya, Megawangi (2004:25) mengatakan bahwa:
“Kata karakter berasal dari bahasa Yunani charassein yang berarti mengukir,
sehingga terbentuk sebuah pola”. Pola dalam pengertian tersebut dimaksudkan
adalah suatu proses yang terjadi dalam rangka upaya membentuk akhlak mulia
pada diri peserta didik.
Oleh karena itu, Munir (2010:3) mendefenisikan karakter sebagai:
“Sebuah pola baik itu pikiran, sikap, maupun tindakan yang melekat pada diri
seseorang dengan sangat kuat dan sulit dihilangkan”. Dalam hal ini, Budimansyah
(2010:1) menjelaskan lebih lanjut bahwa: “Inti karakter adalah kebajikan
(goodness) dalam arti berpikir baik (good thinking), berperasaan baik (good
filling), dan berperilaku baik (good behaving)”. Ditambahkan Megawangi
(2004:25) bahwa: “Akhlak mulia tidak secara otomatis dimiliki oleh setiap
manusia begitu ia dilahirkan, akan tetapi memerlukan proses panjang melalui
pengasuhan dan pendidikan (proses pengukiran). Dari beberapa pendapat tersebut,
di sinilah peran guru sebagai pendidik sangat vital dalam membentuk karakter
peserta didik yang sesuai dengan karakter bangsa.
Pembentukan karakter peserta didik merupakan suatu bentuk transformasi
nilai- nilai kebaikan oleh guru agar mereka memiliki kepribadian Pancasila.
Gaffar dalam Kesuma (2011:5) mendefenisikan karakter sebagai: “Sebuah proses
tranformasi nilai- nilai kehidupan untuk ditumbuhkembangkan dalam kepribadian
seseorang, sehingga menjadi salah satu dari bentuk perilakunya”. Dengan
demikian, diharpkan akan terciptanya peserta didik yang berkepribadian stabil
sebagaimana dikatakan oleh Prayitno dan Manullang (2010:38) bahwa: Karakter
adalah sifat pribadi yang lebih stabil pada diri individu yang menjadi landasan
bagi penampilan perilaku dalam standar nilai dan norma yang tinggi”.
6
Pendidik sebagai ujung tombak pendidikan harus mampu dan berusaha
terus membentuk dan menumbuhkembangkan karakter peserta didik pada setiap
proses pembelajaran, baik di kelas maupun di luar kelas. Dalam hal ini, Sumantri
(2011:3) mendefenisikan karakter sebagai: “Watak, tabiat, akhlak, dan
kepribadian seseorang yang terbentuk dari hasil internalisasi berbagai kebajikan
(virtues)”. Dari defenisi tersebut, Kesuma (2011:9) memberikan tujuan
pembentukan karakter peserta didik adalah:
(1) Menguatkan dan mengembangkan nilai- nilai kehidupan yang dianggap
penting dan perlu, sehingga menjadi kepribadian atau kepemilikan
peserta didik yang khas sebagaimana nilai- nilai yang dikembangkan.
(2) Mengoreksi perilaku peserta didik yang tidak bersesuaian dengan nilainilai yang dikembangkan oleh sekolah.
(3) Membangun koneksi yang harmonis dengan keluarga dan masyarakat
dalam memerankan tanggungjawab pendidikan karakter secara
bersama..
Guru sebagai pendidik harus menyadari bahwa proses pendidikan di sekolah
bukanlah hanya sebatas menanamkan nilai dan norma kepada peserta didik secara
paksa, akan tetapi merupakan suatu proses yang menggiring peserta didik agar
memahami dan mampu merefleksikan terhadap pentingnya suatu nilai
dijewantahkan dalam perilaku sehari- hari mereka.
Karakter peserta didik yang harus dibentuk oleh guru tidak terlepas dari
nilai- nilai luhur Pancasila sebagai falsafah negara Indonesia sebagaimana yang
telah dirincinakan dalam Desain Induk Pembangunan Karakter Bangsa 20102025, yaitu:
(1) Karakter yang bersumber dari olah hati antara lain beriman dan
bertakwa, jujur, amanah, adil, tertib, taat aturan, bertanggungjawab,
berempati, berani mengambil resiko, pantang menyerah, rela
berkorban, dan berjiwa patriotik.
(2) Karakter yang bersumber dari olah piker antara lain cerdas, kritis,
kreatif, inovatif, ingin tahu, produktif, berorientasi ipteks, dan
reflektif.
(3) Karakter yang bersumber dari olah raga/kinestika antara lain bersih
dan sehat, sportif, tangguh, andal, berdaya tahan, bersahabat,
kooperatif, determinatif, kompetitif, ceria, dan gigih.
(4) Karakter yang berasal dari olah rasa dan karsa antara lain kemanusiaan,
saling menghargai, gotong royong, kebersamaan, ramah, hormat,
toleran, nasionalis, peduli, kosmopolit (mendunia), mengutamakan
7
kepentingan umum, cinta tanak air (patriotik), bangga menggunakan
bahasa dan produk Indonesia, dinamis, bekerja keras, dan beretos
kerja.
Untuk lebih jelasnya, dapat dilihat dari tabel berikut:
NILAI KARAKTER BANGSA
NO
NILAI KARAKTER
1
Religius
2
Jujur
3
Toleransi
4
Disiplin
5
Kerja keras
6
Kreatif
7
Mandiri
8
Demokratis
9
Rasa ingin tahu
10
Semangat kebangsaan
11
Cinta tanah air
12
Menghargai prestasi
13
Bersahabat/komunikatif
14
Cinta damai
15
Gemar membaca
16
Peduli lingkungan
DESKRIPSI
Sikap dan perilaku yang patuh dalam menjalankan ajaran
agama yang dianutnya, toleran terhadap pelaksanaan ibadah
agama yang lain, dan hidup rukun dengan pemeluk agama
lain
Perilaku yang didasarkan pada upaya menjadikan dirinya
sebagai orang yang selalu dapat dipercaya dalam perkataan,
tindakan, dan pekerjaan
Sikap dan tindakan yang menghargai perbedaan agama,
suku, etnis, pendapat, sikap, dan tindakan orang lain yang
berbeda dari dirinya
Tindakan yang menunjukkan perilaku tertib dan patuh pada
berbagai ketentuan dan peraturan
Perilaku yang menunjukkan upaya sungguh- sungguh dalam
mengatasi berbagai hambatan belajar dan tugas serta
menyelesaikan tugas dengan sebaik- baiknya
Berpikir dan melakukan sesuatu untuk menghasilkan cara
atau hasil baru dari sesuatu yang telah dimiliki
Sikap dan perilaku yang tidak mudah tergantung pada orang
lain dalam menyelesaikan tugas- tugas
Cara berpikir, bersikap, dan bertindak yang menilai sama
hak dan kewajiban dirinya dengan orang lain
Sikap dan tindakan yang selalu berupaya untuk mengetahui
lebih mendalam dan meluas dari sesuatu yang dipelajarinya,
dilihat, dan didengar
Cara berpikir, bertindak, dan berwawasan yang
menempatkan kepentingan bangsa dan negara di atas
kepentingan diri dan kelompoknya
Cara berpikir, bersikap, dan berbuat yang menunjukkan
kesetiaan, kepedulian, dan penghargaan yang tinggi terhadap
bahasa, lingkungan fisik, sosial, budaya, ekonomi, dan
politik bangsa
Sikap dan tindakan yang mendorong dirinya untuk
menghasilkan sesuatu yang berguna bagi masyarakat dan
mengakui serta menghormati kebebasan orang lain
Tindakan yang memperlihatkan rasa senang berbicara,
bergaul, dan bekerjasama dengan orang lain
Sikap, perkataan, dan tindakan yang menjadikan orang lain
merasa senang dan amn atas kehadiran dirinya
Kebiasaan menyediakan waktu untuk membaca berbagai
bacaan yang memberikan kebajikan bagi dirinya
Sikap dan tindakan yang selalu berupaya mencegah
kerusakan pada lingkungan alam di sekitarnya dan
mengembangkan upaya- upaya untuk memperbaiki
kerusakan alam yang sudah terjadi
8
17
Peduli sosial
18
Tanggungjawab
Sikap dan tindakan yang selalu ingin memberikan bantuan
kepada orang lain dan mmasyarakat yang membutuhkan
Sikap dan perilaku seseorang untuk melakksanakan tugas
dan kewajibannya yang seharusnya dia lakukan terhadap diri
sendiri, masyarakat, lingkungan (alam, sosial, dan budaya),
negara, dan Tuhan Yang Maha Esa
(Sumber: Desain Induk Pembangunan Karakter Bangsa 2010-2025)
Pengembangan karakter peserta didik oleh guru di sekolah dapat dilakukan
dengan menerapkan strategi berikut:
Penataan Sosio-Emosional dan
Kultur Akademik Sekolah
Penciptaan
Iklim Religius
yang Kondusif
Terpadu
dalam Proses
Belajar
mengajar
Bekerjasama
dengan Pihak Lain
Strategi Pendidikan
Karakter di Sekolah
Terpadu dalam
Program Bimbingan
Konseling
Terpadu dalam Program
Ekstrakurikuler
(Sumber: Yusuf dan Sugandhi, 2011:36)
Keterangan:
(1) Menciptakan iklim religius yang kondusif dimaksudkan adalah seluruh komponen masyarakat
sekolah harus memiliki komitmen yang senada untuk mengejewantahkan nilai-nilai agama
dalam setiap proses pembelajaran di sekolah.
(2) Penataan sosio-emosional dan kultur akademik sekolah dimaksudkan adalah agar sekolah dapat
mengembangkan kompetensi sosial dan emosional serta mampu membangun budaya akademik
pada peserta didik.
(3) Bekerjasama dengan pihak lain dimaksudkan dalam rangka upaya membentuk karakter peserta
didik, sekolah diharapkan dapat menjalin kerjasama dengan pihak lain baik pemerintah
maupun non pemerintah.
(4) Terpadu dalam program bimbingan dan konseling dimaksudkan agar pihak sekolah dapat
mengintegrasikan pembentukan karakter peserta didik dalam pelaksanaan konseling.
(5) Terpadu dalam kegiatan ekstrakurikuler dimaksudkan ada beberapa nilai- nilai karakter yang
dapat ditanamkan kepada peserta didik melalui kegiatan ekstrakurikuler.
(6) Terpadu dalam proses belajar mengajar dimaksudkan pembentukan karakater peserta didik
tidak harus menjadi mata pelajaran tersendiri dengan kurikulum tersendiri juga, akan tetapi
setiap guru dituntut untuk dapat menanamkan nilai- nilai karakter kepada peserta didik dalam
setiap proses belajar mengajar lintas bidang ilmu.
Hakekat pendirian sekolah adalah untuk membangun karakter peserta didik
disamping penguasaan pengetahuan dan keterampilan. Pembentukan karakter
9
peserta didik harus terus dilakukan oleh guru sebagai garda terdepan pembentuk
karakter bangsa, sehingga peserta didik pada akhirnya dapat berperilaku sesuai
dengan nilai- nilai luhur bangsa. Tidak terlihat lagi adanya tawuran antar pelajar,
minuman keras, seks bebas, dan berbagai tindakan yang tidak bermoral lainnya
yang dilakukan oleh generasi muda kita dalam rangka upaya menyambut Generasi
Emas 100 tahun Indonesia merdeka 2045 mendatang. Amin
10
KEPUSTAKAAN
Buku Induk Kebijakan Nasional Pembangunan Karakter Bangsa 2010-2025.
Jakarta: Depdikbud.
Budimansyah, Dasim. 2010. Penguatan Pendidikan Kewarganegaraan untuk
Membangun Karakter Bangsa. Bandung: Widya Aksara Press.
Kesuma, Dharma, Cepi Triatna, dan Johar Permana. 2011. Pendidikan Karakter
(Kajian Teori dan Praktik di Sekolah). Bandung: Remaja Rosdakarya.
Megawangi, Ratna. 2004. Pendidikan Karakter (Solusi yang tepat untuk
membangun bangsa). Jakarta: BP-MIGAS.
Munir, Abdullah. 2010. Pendidikan Karakter (Membangun Karakter Anak Sejak
dari Rumah). Yogyakarta: Pedagogis.
Prayitno dan Belferik Manullang (Ed). 2010. Pendidikan Karakter dalam
Pembangunan Bangsa. Medan: PPs UNIMED.
Sumantri, Nu’man. 2011. Pendidikan Budaya dan Karakter suatu Keniscayaan
bagi Kesatuan dan Persatuan Bangsa. Dalam Pendidikan Karakter:
Nilai Inti bagi Upaya Pembinaan Kepribadian Bangsa. Bandung:
Laboratorium PPKn UPI.
Yusuf, Syamsu dan Nani Sugandhi, 2011. Pengembangan Peserta Didik. Jakarta:
Raja Grafindo Persada.
Undang Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.
Undang Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional.
11
Download