K-13 DAN PEMBENTUKAN KARAKTER PESERTA DIDIK Hasbi Ali, S.Pd, M.Si Prodi PPKn FKIP Unsyiah [email protected] ABSTRAK Kata Kunci: K-13, Karakter Peserta Didik Perubahan kurikulum tidak terlepas dari kajian situasi dan kondisi yang melatarbelakanginya, demikan juga dengan kelahiran K-13. Akhir- akhir ini dalam masyarakat kita sering terjadinya pergesekan antar kelompok yang hanya dipicu oleh hal- hal kecil, baik di kalangan masyarakat umum maupun kaum terpelajar seperti konflik antar kampung dan tawuran di kalangan pelajar dan mahasiswa. Banyak kalangan menghkawatirkan apabila situasi dan kondisi seperti ini terus berlanjut, maka bukan tidak mungkin kejayaan bangsa ini akan mengalami degradasi yang dapat mengancam persatuan dan kesatuan bangsa. Salah satu karakteristik utama K-13 dalam kaitannya dengan pembentukan karakter peserta didik adalah adanya KI-1 dan KI-2. KI-1 dirumuskan dalam upaya membentuk rasa syukur peserta didik kepada Tuhan YME sebagai sang pencipta, sementara itu KI-2 lebih pada penghayatan peserta didik terhadap perbedaan- perbedaan sosial dalam masyarakat. Oleh karena itu, para pendidik diharapkan dapat mengintegrasikan kedua KI ini dalam setiap proses pembelajaran secara lintas bidang ilmu. Pengintegrasian nilai- nilai karakter bangsa dalam proses pembelajaran sebagai upaya dalam rangka mereduksi pengaruh global yang dapat merusak karakter peserta didik seiring dengan arus modernisasi dewasa ini. Karakter peserta didik yang ingin dibentuk dari K-13 adalah karakter religius dan sosial. Untuk membentuk karakter ini pendidik harus menerapkan model- model pembelajaran kooperatif, sehingga anak dapat bekerjasama dan saling menghargai antara satu dengan lainnya. Disamping itu, K-13 juga membentuk karakter kedisiplinan, kerja keras, dan saling menghargai yang pada akhir- akhir ini telah mengalami degradasi. Pembelajaran agama, budi pekerti, dan PPKn tidak mampu secara maksimal membentuk karakter peserta didik. Eksistensi K-13 pembentukan karakter peserta didik ini menjadi tanggungjawab setiap pendidik, sehingga diharapkan mereka dapat mengintegrasikannya dalam setiap proses pembelajaran baik di dalam kelas maupun di luar kelas melalui ekstrakurikuler. 1 A. Pendahuluan Pendidikan merupakan hak setiap warganegara yang dilaksanakan oleh pemerintah sebagaimana diamanatkan dalam pasal 31 Undang Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945. Pendidikan merupakan upaya mengembangkan potensi peserta didik untuk menghasilkan manusia yang berkualitas, mencakup pengetahuan dan moral yang dibentuk dan dilandasi oleh nilai-nilai karakter bangsa. Pendidikan tidak sekedar mentransfer pengetahuan kepada peserta didik, melainkan menciptakan situasi, mengarahkan, mendorong dan membimbing aktivitas belajar peserta didik ke arah perkembangan optimal. Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggungjawab sebagaimana dimanatkan oleh pasal 3 Undang Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Dalam hal ini, pendidikan karakter diposisikan sebagai landasan untuk mewujudkan visi pembangunan nasional, yaitu mewujudkan masyarakat yang berakhlak mulia, bermoral, beretika, berbudaya, dan beradab berdasarkan falsafah negara Pancasila. Disamping itu, berbagai permasalahan yang dihadapi bangsa dewasa ini menjadi motivasi bagi pemerintah untuk menjadikan pendidikan karakter sebagai prioritas pembangunan bangsa sebagaimana diamanatkan oleh presiden Republik Indonesia ke-7 bapak Jokowi. Upaya pendidikan karakter bangsa ini menjadi tanggungjawab semua komponen bangsa, terutama para pendidikan sebagai garda terdepan dalam pembentukan karakter peserta didik. Pendidikan karakter merupakan tanggungjawab antara keluarga, sekolah, dan masyarakat yang dilaksanakan secara simultan, terintegrasi, dan berkesinambungan. Pembentukan karakter pesert didik di sekolah dapat dilakukan melalui baik intrakurikuler maupun ekstrakurikuler, sehingga diharapkan dapat menjawab berbagai permasalahan yang dihadapi bangsa ini. Bangsa Indonesia tidak alergi dengan modernisasi melalui transformasi berbagai budaya global dewasa ini, akan tetapi perlu menyikapinya secara bijak dengan standar karakter bangsa. 2 Namun demikian, upaya pembentukan karakter peserta didik ini tidak sematamata menjadi tanggungjawab para pendidik di sekolah, akan tetapi yang lebih diutamakan adalah pendidikan dalam keluarga sebagai tempat pertama dan utama anak mengenal dunia di sekitanya. Oleh karena itu, keluarga, sekolah, dan masyarakat harus mengutamakan proses pembiasaan dan keteladanan dalam rangka pembentukan karakter peserta didik ini seperti karakter religius, jujur, toleran, kerja keras, cinta damai, tanggungjawab, dan lain sebagainya. Akan tetapi perlu disadari bahwa dalam rangka upaya mengintegrasikan nilai- nilai karakter dalam pendidikan, maka sekolah menjadi ruang utama pembentukan karakter peserta didik. Oleh karena itu, sekolah harus mengembangkan budaya pendidikan karakter dalam proses pembelajarannya sebagai budaya sekolah. B. Pembahasan 1. K-13. Perubahan suatu kurikulum pendidikan tidak terlepas dari hasil analisis situasi dan kondisi yang ada dalam masyarakat, sehingga kurikulum harus disesuaikan dengan kebutuhan masyarakat kekinian. Demikian halnya dengan eksistensi K-13 yang dilatarbelakangi oleh situasi dan kondisi dalam masyarakat seperti perkembangan teknologi yang semakin pesat, globalisasi di berbagai bidang kehidupan masyarakat, degradasi moral dan nasionalisme. Kondisi ini menjadi fokus perhatian pemerintah agar muatan karakter menjadi substansi utama K-13. K-13 mencakup ke tiga ranah pengetahuan seperti yang dikemukakan Binjamin Bloom, akan tetapi lebih menekankan pada aspek afektif dan psikomotornya. Kurikulum 2013 telah mencoba merespons terhadap peningkatan perkembangan jaman, karena dengan penekanan pada domain ketrampilan (skill) dan Karakter (afektif) secara terencana membentuk dan menyiapkan peserta didik menjadi orang yang tidak hanya mampu dalan aspek teoritis semata, lebih dari itu mereka juga mampu dalam hal ketrampilan yang dibutuhkan di kala dewasa dan karakter positif sesuai dengan norma agama, bangsa dan masyarakat. Oleh karena itu, guru harus selalu meningkatkan kompetensinya dalam penerapan K-13. Dari kompetensi yang dimiliki guru tersebut, sehingga mampu 3 membawa peserta didik menjadi sosok yang bukan hanya pintar dalam menghafal, namun lebih meningkat lagi menjadi seorang yang mampu memaparkan alasan dan dalil tentang yang dihafalkan dan diketahuinya. 2. Pendidikan Karakter Pembentukan karakter peserta didik merupakan suatu keniscayaan yang tidak bisa dihindari lagi dalalm rangka mencapai tujuan pendidikan nasional dan mendukung pencapaian cita daan tujuan nasional Indonesia sebagaimana termaaktub dalam Pembukaan Undang Undang Dasar Republik Indonesia Tahun 1945. Hal ini sebagaimana diamanatkan bahwa: Pembangunan karakter yang merupakan upaya perwujudan amanat Pancasila dan Pembukaan UUD 1945 dilatarbelakangi oleh realita permasalahan kebangsaan yang berkembang saat ini, seperti: disorientasi dan belum dihayatinya nilai-nilai Pancasila, keterbatasan perangkat kebijakan terpadu dalam mewujudkan nilai-nilai Pancasila, bergesernya nilai etika dalam kehidupan berbangsa dan bernegara, memudarnya kesadaran terhadap nilai-nilai budaya bangsa, ancaman disintegrasi bangsa, dan melemahnya kemandirian bangsa (Buku Induk Kebijakan Nasional Pembangunan Karakter Bangsa 2010-2025). Terkait dengan upaya mewujudkan pendidikan karakter sebagaimana yang diamanatkan dalam Rencana Pembangunan jangka Panjang Nasional (RPJPN), sesungguhnya pembenntukan karakter peserta didik ini sudah tertuang dalam fungsi dan tujuan pendidikan nasional, yaitu: Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab (Undang Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional). Pendidikan karakter bertujuan mengembangkan nilai-nilai yang membentuk karakter bangsa yaitu Pancasila, meliputi: (1) Mengembangkan 4 potensi peserta didik agar menjadi manusia berhati baik, berpikiran baik, dan berprilaku baik, (2) Membangun bangsa yang berkarakter Pancasila, dan (3) Mengembangkan potensi warganegara agar memiliki sikap percaya diri, bangga pada bangsa dan negaranya serta mencintai umat manusia (Buku Induk Kebijakan Nasional Pembangunan Karakter Bangsa 2010-2025). Pendidikan karakter berfungsi (1) Membangun kehidupan kebangsaan yang multikultural, (2) Membangun peradaban bangsa yang cerdas, berbudaya luhur, dan mampu berkontribusi terhadap pengembangan kehidupan ummat manusia; mengembangkan potensi dasar agar berhati baik, berpikiran baik, dan berperilaku baik serta keteladanan baik, dan (3) Membangun sikap warganegara yang cinta damai, kreatif, mandiri, dan mampu hidup berdampingan dengan bangsa lain dalam suatu harmoni (Buku Induk Kebijakan Nasional Pembangunan Karakter Bangsa 2010-2025). Pendidikan karakter dilakukan melalui berbagai media yaitu keluarga, satuan pendidikan, masyarakat, pemerintah, dunia usaha, dan media massa. Satuan pendidikan sebenarnya selama ini sudah mengembangkan dan melaksanakan nilai-nilai pembentuk karakter melalui program operasional satuan pendidikan masing-masing. Hal ini merupakan prakondisi pendidikan karakter pada satuan pendidikan yang untuk selanjutnya diperkuat dengan 18 nilai karakter hasil kajian empirik Pusat Kurikulum Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. Nilai prakondisi yang dimaksud seperti: keagamaan, gotong royong, kebersihan, kedisiplinan, kebersamaan, peduli lingkungan, kerja keras, dan sebagainya. 3. Pembentukan Karakter Peserta Didik melalui K-13 Kurikulum merupakan acuan penting bagi setiap guru agar dapat menyampaikan materi pelajaran dengan baik sesuai dengan tujuan yang diinginkan. Sebagai rencana pembelajaran yang mengatur tujuan, isi, dan materi ajar suatu kurikulum hendaknya memuat unsur pengembangan kecerdasan intelektual, akhlak mulia, dan keterampilan. Dalam hal ini, salah satu karakteristik dari K-3 adalah pembentukan karakter peserta didik sebagaimana harapan dari KI1 dan KI-2. 5 Karakter dimaknai sebagai nilai- nilai yang khas-baik (tahu nilai kebaikan, mau berbuat baik, nyata berkehidupan baik, dan berdampak baik terhadap lingkungan) yang terpatri dalam diri dan terwejantahkan dalam perilaku (Buku Induk Kebijakan Nasional Pembangunan Karakter Bangsa 2010-2025). Karakter terbentuk dari pengetahuan seseorang, sehingga dapat berperilaku sesuai dengan pengetahuannya tersebut. Selanjutnya, Megawangi (2004:25) mengatakan bahwa: “Kata karakter berasal dari bahasa Yunani charassein yang berarti mengukir, sehingga terbentuk sebuah pola”. Pola dalam pengertian tersebut dimaksudkan adalah suatu proses yang terjadi dalam rangka upaya membentuk akhlak mulia pada diri peserta didik. Oleh karena itu, Munir (2010:3) mendefenisikan karakter sebagai: “Sebuah pola baik itu pikiran, sikap, maupun tindakan yang melekat pada diri seseorang dengan sangat kuat dan sulit dihilangkan”. Dalam hal ini, Budimansyah (2010:1) menjelaskan lebih lanjut bahwa: “Inti karakter adalah kebajikan (goodness) dalam arti berpikir baik (good thinking), berperasaan baik (good filling), dan berperilaku baik (good behaving)”. Ditambahkan Megawangi (2004:25) bahwa: “Akhlak mulia tidak secara otomatis dimiliki oleh setiap manusia begitu ia dilahirkan, akan tetapi memerlukan proses panjang melalui pengasuhan dan pendidikan (proses pengukiran). Dari beberapa pendapat tersebut, di sinilah peran guru sebagai pendidik sangat vital dalam membentuk karakter peserta didik yang sesuai dengan karakter bangsa. Pembentukan karakter peserta didik merupakan suatu bentuk transformasi nilai- nilai kebaikan oleh guru agar mereka memiliki kepribadian Pancasila. Gaffar dalam Kesuma (2011:5) mendefenisikan karakter sebagai: “Sebuah proses tranformasi nilai- nilai kehidupan untuk ditumbuhkembangkan dalam kepribadian seseorang, sehingga menjadi salah satu dari bentuk perilakunya”. Dengan demikian, diharpkan akan terciptanya peserta didik yang berkepribadian stabil sebagaimana dikatakan oleh Prayitno dan Manullang (2010:38) bahwa: Karakter adalah sifat pribadi yang lebih stabil pada diri individu yang menjadi landasan bagi penampilan perilaku dalam standar nilai dan norma yang tinggi”. 6 Pendidik sebagai ujung tombak pendidikan harus mampu dan berusaha terus membentuk dan menumbuhkembangkan karakter peserta didik pada setiap proses pembelajaran, baik di kelas maupun di luar kelas. Dalam hal ini, Sumantri (2011:3) mendefenisikan karakter sebagai: “Watak, tabiat, akhlak, dan kepribadian seseorang yang terbentuk dari hasil internalisasi berbagai kebajikan (virtues)”. Dari defenisi tersebut, Kesuma (2011:9) memberikan tujuan pembentukan karakter peserta didik adalah: (1) Menguatkan dan mengembangkan nilai- nilai kehidupan yang dianggap penting dan perlu, sehingga menjadi kepribadian atau kepemilikan peserta didik yang khas sebagaimana nilai- nilai yang dikembangkan. (2) Mengoreksi perilaku peserta didik yang tidak bersesuaian dengan nilainilai yang dikembangkan oleh sekolah. (3) Membangun koneksi yang harmonis dengan keluarga dan masyarakat dalam memerankan tanggungjawab pendidikan karakter secara bersama.. Guru sebagai pendidik harus menyadari bahwa proses pendidikan di sekolah bukanlah hanya sebatas menanamkan nilai dan norma kepada peserta didik secara paksa, akan tetapi merupakan suatu proses yang menggiring peserta didik agar memahami dan mampu merefleksikan terhadap pentingnya suatu nilai dijewantahkan dalam perilaku sehari- hari mereka. Karakter peserta didik yang harus dibentuk oleh guru tidak terlepas dari nilai- nilai luhur Pancasila sebagai falsafah negara Indonesia sebagaimana yang telah dirincinakan dalam Desain Induk Pembangunan Karakter Bangsa 20102025, yaitu: (1) Karakter yang bersumber dari olah hati antara lain beriman dan bertakwa, jujur, amanah, adil, tertib, taat aturan, bertanggungjawab, berempati, berani mengambil resiko, pantang menyerah, rela berkorban, dan berjiwa patriotik. (2) Karakter yang bersumber dari olah piker antara lain cerdas, kritis, kreatif, inovatif, ingin tahu, produktif, berorientasi ipteks, dan reflektif. (3) Karakter yang bersumber dari olah raga/kinestika antara lain bersih dan sehat, sportif, tangguh, andal, berdaya tahan, bersahabat, kooperatif, determinatif, kompetitif, ceria, dan gigih. (4) Karakter yang berasal dari olah rasa dan karsa antara lain kemanusiaan, saling menghargai, gotong royong, kebersamaan, ramah, hormat, toleran, nasionalis, peduli, kosmopolit (mendunia), mengutamakan 7 kepentingan umum, cinta tanak air (patriotik), bangga menggunakan bahasa dan produk Indonesia, dinamis, bekerja keras, dan beretos kerja. Untuk lebih jelasnya, dapat dilihat dari tabel berikut: NILAI KARAKTER BANGSA NO NILAI KARAKTER 1 Religius 2 Jujur 3 Toleransi 4 Disiplin 5 Kerja keras 6 Kreatif 7 Mandiri 8 Demokratis 9 Rasa ingin tahu 10 Semangat kebangsaan 11 Cinta tanah air 12 Menghargai prestasi 13 Bersahabat/komunikatif 14 Cinta damai 15 Gemar membaca 16 Peduli lingkungan DESKRIPSI Sikap dan perilaku yang patuh dalam menjalankan ajaran agama yang dianutnya, toleran terhadap pelaksanaan ibadah agama yang lain, dan hidup rukun dengan pemeluk agama lain Perilaku yang didasarkan pada upaya menjadikan dirinya sebagai orang yang selalu dapat dipercaya dalam perkataan, tindakan, dan pekerjaan Sikap dan tindakan yang menghargai perbedaan agama, suku, etnis, pendapat, sikap, dan tindakan orang lain yang berbeda dari dirinya Tindakan yang menunjukkan perilaku tertib dan patuh pada berbagai ketentuan dan peraturan Perilaku yang menunjukkan upaya sungguh- sungguh dalam mengatasi berbagai hambatan belajar dan tugas serta menyelesaikan tugas dengan sebaik- baiknya Berpikir dan melakukan sesuatu untuk menghasilkan cara atau hasil baru dari sesuatu yang telah dimiliki Sikap dan perilaku yang tidak mudah tergantung pada orang lain dalam menyelesaikan tugas- tugas Cara berpikir, bersikap, dan bertindak yang menilai sama hak dan kewajiban dirinya dengan orang lain Sikap dan tindakan yang selalu berupaya untuk mengetahui lebih mendalam dan meluas dari sesuatu yang dipelajarinya, dilihat, dan didengar Cara berpikir, bertindak, dan berwawasan yang menempatkan kepentingan bangsa dan negara di atas kepentingan diri dan kelompoknya Cara berpikir, bersikap, dan berbuat yang menunjukkan kesetiaan, kepedulian, dan penghargaan yang tinggi terhadap bahasa, lingkungan fisik, sosial, budaya, ekonomi, dan politik bangsa Sikap dan tindakan yang mendorong dirinya untuk menghasilkan sesuatu yang berguna bagi masyarakat dan mengakui serta menghormati kebebasan orang lain Tindakan yang memperlihatkan rasa senang berbicara, bergaul, dan bekerjasama dengan orang lain Sikap, perkataan, dan tindakan yang menjadikan orang lain merasa senang dan amn atas kehadiran dirinya Kebiasaan menyediakan waktu untuk membaca berbagai bacaan yang memberikan kebajikan bagi dirinya Sikap dan tindakan yang selalu berupaya mencegah kerusakan pada lingkungan alam di sekitarnya dan mengembangkan upaya- upaya untuk memperbaiki kerusakan alam yang sudah terjadi 8 17 Peduli sosial 18 Tanggungjawab Sikap dan tindakan yang selalu ingin memberikan bantuan kepada orang lain dan mmasyarakat yang membutuhkan Sikap dan perilaku seseorang untuk melakksanakan tugas dan kewajibannya yang seharusnya dia lakukan terhadap diri sendiri, masyarakat, lingkungan (alam, sosial, dan budaya), negara, dan Tuhan Yang Maha Esa (Sumber: Desain Induk Pembangunan Karakter Bangsa 2010-2025) Pengembangan karakter peserta didik oleh guru di sekolah dapat dilakukan dengan menerapkan strategi berikut: Penataan Sosio-Emosional dan Kultur Akademik Sekolah Penciptaan Iklim Religius yang Kondusif Terpadu dalam Proses Belajar mengajar Bekerjasama dengan Pihak Lain Strategi Pendidikan Karakter di Sekolah Terpadu dalam Program Bimbingan Konseling Terpadu dalam Program Ekstrakurikuler (Sumber: Yusuf dan Sugandhi, 2011:36) Keterangan: (1) Menciptakan iklim religius yang kondusif dimaksudkan adalah seluruh komponen masyarakat sekolah harus memiliki komitmen yang senada untuk mengejewantahkan nilai-nilai agama dalam setiap proses pembelajaran di sekolah. (2) Penataan sosio-emosional dan kultur akademik sekolah dimaksudkan adalah agar sekolah dapat mengembangkan kompetensi sosial dan emosional serta mampu membangun budaya akademik pada peserta didik. (3) Bekerjasama dengan pihak lain dimaksudkan dalam rangka upaya membentuk karakter peserta didik, sekolah diharapkan dapat menjalin kerjasama dengan pihak lain baik pemerintah maupun non pemerintah. (4) Terpadu dalam program bimbingan dan konseling dimaksudkan agar pihak sekolah dapat mengintegrasikan pembentukan karakter peserta didik dalam pelaksanaan konseling. (5) Terpadu dalam kegiatan ekstrakurikuler dimaksudkan ada beberapa nilai- nilai karakter yang dapat ditanamkan kepada peserta didik melalui kegiatan ekstrakurikuler. (6) Terpadu dalam proses belajar mengajar dimaksudkan pembentukan karakater peserta didik tidak harus menjadi mata pelajaran tersendiri dengan kurikulum tersendiri juga, akan tetapi setiap guru dituntut untuk dapat menanamkan nilai- nilai karakter kepada peserta didik dalam setiap proses belajar mengajar lintas bidang ilmu. Hakekat pendirian sekolah adalah untuk membangun karakter peserta didik disamping penguasaan pengetahuan dan keterampilan. Pembentukan karakter 9 peserta didik harus terus dilakukan oleh guru sebagai garda terdepan pembentuk karakter bangsa, sehingga peserta didik pada akhirnya dapat berperilaku sesuai dengan nilai- nilai luhur bangsa. Tidak terlihat lagi adanya tawuran antar pelajar, minuman keras, seks bebas, dan berbagai tindakan yang tidak bermoral lainnya yang dilakukan oleh generasi muda kita dalam rangka upaya menyambut Generasi Emas 100 tahun Indonesia merdeka 2045 mendatang. Amin 10 KEPUSTAKAAN Buku Induk Kebijakan Nasional Pembangunan Karakter Bangsa 2010-2025. Jakarta: Depdikbud. Budimansyah, Dasim. 2010. Penguatan Pendidikan Kewarganegaraan untuk Membangun Karakter Bangsa. Bandung: Widya Aksara Press. Kesuma, Dharma, Cepi Triatna, dan Johar Permana. 2011. Pendidikan Karakter (Kajian Teori dan Praktik di Sekolah). Bandung: Remaja Rosdakarya. Megawangi, Ratna. 2004. Pendidikan Karakter (Solusi yang tepat untuk membangun bangsa). Jakarta: BP-MIGAS. Munir, Abdullah. 2010. Pendidikan Karakter (Membangun Karakter Anak Sejak dari Rumah). Yogyakarta: Pedagogis. Prayitno dan Belferik Manullang (Ed). 2010. Pendidikan Karakter dalam Pembangunan Bangsa. Medan: PPs UNIMED. Sumantri, Nu’man. 2011. Pendidikan Budaya dan Karakter suatu Keniscayaan bagi Kesatuan dan Persatuan Bangsa. Dalam Pendidikan Karakter: Nilai Inti bagi Upaya Pembinaan Kepribadian Bangsa. Bandung: Laboratorium PPKn UPI. Yusuf, Syamsu dan Nani Sugandhi, 2011. Pengembangan Peserta Didik. Jakarta: Raja Grafindo Persada. Undang Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945. Undang Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. 11