Uploaded by User93196

BAHAN AJAR BAB 1 PERLINDUNGAN KONSUMEN HUKUMPESAINGAN USAHA (1)

advertisement
BAHAN AJAR
PERLINDUNGAN KONSUMEN DAN
PERSAINGAN USAHA
OLEH :
DR. SALLE, SE., SH., MH
Dr. SALLE, SE., SH., MH
BAB I
PENGANTAR HUKUM PERLINDUNGAN KONSUMEN
A. Sejarah Hukum Perlindungan Konsumen
1.
Sejarah Hukum Perlindungan Konsumen di Barat
Proses sejarah perkembangan hukum perlindungan konsumen di Barat
dibagi dalam empat tahapan :
a. Tahapan I (1881-1914)
Titik awal timbulnya kesadaran masyarakat terhadap perlindungan konsumen terjadi
pada masa ini. Novel yang berjudul The Jungle karya Upton Sinclair menjadi pemicu
gerakan perlindungan konsumen berkembang.
b. Tahapan II (1920-1940)
Pada tahapan ini buku yang berjudul Your Money’s Worth karya Chase dan Schlink
mampu mengugah konsumen untuk semakin menyadari mengenai hak-hak mereka
dalam jual beli (muncul slogan: fair deal, best buy).
c. Tahapan III (1950-1960)
Pada masa ini (1950-an) muncul keinginan untuk mempersatukan gerakan
perlindungan konsumen dalam lingkup internasional. Pada 1 April 1960 berdiri suatu
organisasi internasional yang bernama International Organization of Consumer Union.
Berdirinya Organisasi tersebut diprakarsai oleh beberapa negara antara lain Amerika
Serikat, Belanda, Inggris, Australian dan Belgia. Setelah berdiri selama dua tahun,
organisasi ini kemudian berganti nama menjadi Consumen International (CI).
d.
Tahapan IV (Pasca-1965)
Sejak ratusan tahun yang lalu negara-negara di Eropa telah dikenal ungkapan “caveat
emptor” atau “jangan racuni roti tetanggamu”. Hal tersebut sesungguhnya
memperlihatkan bahwa sejak lama negara-negara Eropa telah menganut nilai-nilai
mengenai perlindungan konsumen. Konsep tersebut sangat bermanfaat karena jarak
antara konsumen dan produsen masih sangat dekat. Selain itu keadaan perkonomian
pada saat itu belum serumit seperti saat ini.
Masa pemantaapan perlindungan konsumen dimulai pasca tahun 1965. Pemantapan
tersebut dilakukan secara meluas baik pada tingkat regional maupun tingkat internasional.
Hingga saat ini telah ada lima kantor regional. Kantor regional tersebut antara lain Amerika
Latin dan Karibia berpusat di Chile, Afrika berpusat di Zimbabwe, Eropa Timur dan Tengah
berpusat di Inggris, dan Asia Pasifik berpusat di Malaysia.
2. Sejarah Hukum Perlindungan Konsumen di Indonesia
Perlindungan konsumen di Indonesia telah diatur sejak zaman pemerintahan Hindia
Belanda. Beberapa kitab undang-undang yang saat ini digunakan di Indonesia juga
memuat mengenai ketentuan perlindungan konsumen yaitu :
 KUH Pidana: tentang persaingan curang, pemalsuan merek, pemalsuan, penipuan dan
sebagainya.
 KUH Perdata: Pada bagian 2 BAB V, Buku II diatur me-ngenai kewajiban penjual dalam
perjanjian jual beli.
 KUHD: tentang pihak ketiga yang harus dilindungi, tentang perlindungan
penumpang/barang muatan pada hukum maritime, ketentuan mengenai perantara,
asuransi, surat berharga, kepailitan, dan sebagainya.
Dr. SALLE, SE., SH., MH
Setelah kemerdekaan hingga tahun 1999 Indonesia belum mengenal istilah
perlindungan konsumen, walaupun demikian pemerintah Indonesia tetap berusaha untuk
membentuk undang-undang yang dapat mengakomodir kebutuhan mengenai perlindungan
konsumen antara lain :
 Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1961 tentang Barang.
 Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1984 tentang Perindustrian.
 Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan.
 Undang-Undang Nomor 14 Tahun 1992 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan.
 Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1995 tentang Perseroan Terbatas.
 Undang-Undang Nomor 9 Tahun 1995 tentang Usaha Kecil.
 Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1996 tentang Pangan.
Berdirinya Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia (YLKI) pada bulan Mei tahun 1973
menjadi awal bagi gerakan perlindungan konsumen di Indonesia. YLKI merupakan lembaga
swadaya masyarakat (nongovernmental organization) yang bergerak dalam bidang
perlindungan konsumen, bertindak selaku perwakilan konsumen dalam penyelesaian
permasalahan-permasalahan mengenai perlindungan konsumen. Lahirnya YLKI juga
membuat organisasi-organisasi lain yang berbasis perlindungan konsumen mulai
bermunculan. Sebut saja Lembaga Pembinaan dan Perlindungan Konsumen (LP2K) yang
lahir pada Februari 1988 dan Yayasan Lembaga Bina Konsumen Indonesia (YLBKI) yang ada
di Bandung.
Faktor lain yang tidak kalah penting perannya dalam pembentukan Undang-Undang
Perlindungan Konsumen di Indonesia adalah adanya peran World Trade Organization (WTO)
dan International Monetary Fund (IMF).
Dr. SALLE, SE., SH., MH
B. Pengertian Perlindungan Konsumen
Mochtar Kusumaatmadja memberikan definisi hukum perlindungan konsumen
adalah keseluruhan asas-asas serta kaidah kaidah hukum yang mengatur mengenai
hubungan dan masalah antara berbagai pihak satu dengan yang lain, dan berkaitan
dengan barang atau jasa konsumen di dalam pergaulan hidup masyarakat.
Pertimbangan Undang-Undang Perlindungan Konsumen di Indonesia bertujuan untuk
melindungi konsumen dari kemungkinan pelanggaran atas hak-haknya. Oleh karena itu
mengenai definisi dari perlindungan konsumen, Pasal 1 angka (1) Undang-Undang Nomor
8 Tahun 1999 tentang Perlindungan memberi definisi perlindungan konsumen sebagai
“Segala upaya yang menjamin adanya kepastian hukum untuk memberi perlindungan
hukum kepada konsumen.
C. Asas dan Tujuan Perlindungan Konsumen
Satjipto Rahardjo, menegaskan pentingnya kedudukan hukum dalam tatanan
masyarakat, menyebabkan dalam pembentukannya peraturan hukum tidak bisa terlepas
dari asas hukum, karena asas hukum adalah landasan utama dalam pembentukan hukum
juga disebut titik tolak dalam pembentukan dan interpretasi undang-undang tersebut.
Asas-asas tersebut dapat ditemukan dalam Pasal 2 Undang-Undang Nomor 8 Tahun
1999 tentang Perlindungan Konsumen. Adapun asas-asas yang di-maksud adalah : 1).
Asas manfaat; 2). Asas keadilan; 3). Asas keseimbangan; 4). Asas keamanan dan
keselamatan; dan 5). Asas Kepastian Hukum.
Dr. SALLE, SE., SH., MH
 Asas manfaat mengandung amanat bahwa segala bentuk upaya dalam
penyelenggaraan perlindungan konsumen harus mem-berikan manfaat
sebesar-besarnya bagi kepentingan konsumen dan pelaku usaha secara
keseluruhan.
 Asas keadilan dimaksudkan agar partisipasi seluruh rakyat dapat diwujudkan
secara maksimal dan memberikan kesempatan kepada konsumen dan pelaku
usaha untuk memperoleh haknya dan melaksanakan kewajibannya secara adil.
 Asas keseimbangan dimaksudkan untuk memberikan keseimbangan antara
kepentingan konsumen, pelaku usaha, dan pemerintah dalam arti materiil dan
spiritual.
 Asas keamanan dan keselamatan konsumen bertujuan untuk menjamin
keselamatan dan keamanan konsumen dalam menggunakan, memakai, dan
memanfaatkan barang dan/atau jasa yang dikonsumsi atau digunakan.
 Asas kepastian hukum dimaksudkan agar, seluruh pihak tidak terkecuali baik
konsumen maupun pelaku usaha patuh terhadap undang-undang ini dan
mendapatkan keadilan dalam penyelenggaraan perlindungan konsumen, serta
negara menjamin kepastian hukum.
Dr. SALLE, SE., SH., MH
Tujuan hukum perlindungan konsumen, dapat ditemukan dalam Pasal 3
Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen. Pasal 3
Undang-Undang Perlindungan Konsumen yaitu :
a. Meningkatkan kesadaran, kemampuan dan kemandirian konsumen untuk
melindungi diri;
b. Mengangkat harkat dan martabat konsumen dengan cara
c. Menghindarkannya dari akses negatif pemakaian barang dan/atau jasa;
d. Meningkatkan pemberdayaan konsumen dalam memilih, me-nentukan,
dan menuntut hak-haknya sebagai konsumen;
e. Menciptakan sistem perlindungan konsumen yang me-ngandung unsur
kepastian hukum dan keterbukaan informasi serta akses untuk
mendapatkan informasi;
f. Menumbuhkan kesadaran pelaku usaha mengenai pentingnya
perlindungan konsumen sehingga tumbuh sikap yang jujur dan
bertanggung jawab dalam berusaha;
g. Meningkatkan kualitas barang dan/atau jasa yang menjamin kelangsungan
usaha produksi barang dan/atau jasa, kesehatan, kenyamanan, keamanan,
dan keselamatan konsumen.
Dr. SALLE, SE., SH., MH
D. Hukum Perlindungan Konsumen dalam Tata Hukum Indonesia
Pengaturan mengenai perlindungan konsumen dalam tata hukum di
Indonesia diharapkan dapat memberikan perlindungan bagi konsumen
serta dapat menciptkan rasa aman bagi konsumen dalam rangka
pemenuhan kebutuhan hidupnya. Husni Syawali dan Neni Sri Imaniyanti
(2000:7) mengemukakan : pengaturan mengenai perlindungan konsumen
dilakukan dengan berbagai hal sebagai berikut:
1. Menciptakan sistem perlindungan konsumen yang me-ngandung
unsur keterbukaan akses informasi, serta menjamin kepastian hukum.
2. Melindungi kepentingan konsumen pada khususnya dan kepentingan
seluruh pelaku usaha.
3. Meningkatkan kualitas barang dan pelayanan jasa.
4. Memberikan perlindungan kepada konsumen dari praktik usaha yang
menipu dan menyesatkan.
5. Memandukan penyelenggaraan, pengembangan dan peng-aturan
perlindungan konsumen dengan bidang-bidang per-lindungan pada
bidang-bidang lainnya.
Dr. SALLE, SE., SH., MH
Perlindungan konsumen di Indonesia diatur dalam Undang
Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen.
Undang Undang ini terdiri dari 65 pasal yang mengatur mengenai
Hak dan Kewajiban Konsumen, Hak dan Kewajiban Pelaku Usaha,
Perbuatan Yang Dilarang Bagi Pelaku Usaha, Tanggung Jawab Pelaku
Usaha, Pembinaan dan Pengawasan Perlindungan Konsumen,
Penyelesaian Sengketa Konsumen, berikut Lembaga yang
berwenang dan sanksi-sanksi dalam pelanggaran perlindungan
konsumen.
Dr. SALLE, SE., SH., MH
Download